BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG LAJU PERTUMBUHAN

Download Laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah berbanding lurus dengan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah tersebut. Semakin ...

0 downloads 333 Views 287KB Size
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang

Laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah berbanding lurus dengan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana transportasi maka semakin baik pula potensi perkembangan yang mungkin akan dicapai dalam suatu wilayah. Sektor transportasi wilayah menjadi hal yang sangat vital dalam proses perkembangan wilayah. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2004). Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Jaringan jalan merupakan salah satu bagian di dalam sektor transportasi. Jaringan jalan yang baik akan mempercepat perputaran aktivitas sosial, aktivitas ekonomi maupun aktivitas lainnya. Semakin baik jaringan jalan maka semakin banyak pula intensitas pertemuan yang mungkin terjadi dalam satu hari di dalam wilayah tersebut. Jaringan jalan ditambah prasarana transportasi yang mendukung aksesibilitas seperti jembatan, halte bus maupun prasarana lain menambah kuat peran jaringan jalan sebagai faktor penting penunjang perkembangan suatu wilayah. Selain memiliki sisi positif terhadap pengembangan suatu wilayah, jaringan jalan juga dapat memberikan dampak negatif. Jaringan jalan yang buruk di suatu

1

wilayah akan mengurangi intensitas dari aktivitas-aktivitas yang terjadi di daerah tersebut. Aktivitas-aktivitas yang semakin berkurang di wilayah tersebut beralih ke wilayah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Wilayah yang jaringan jalannya buruk akan terhambat pembangunannya akibat menurunnya intensitas dari aktivitas dan kegiatan. Sebaliknya aktivitas yang harusnya ada di wilayah tersebut akan teralihkan ke wilayah yang jaringan jalannya lebih baik sehingga wilayah yang jaringan jalannya baik akan semakin maju. Perbedaan kualitas jaringan jalan ini harus dapat diatur sedemikian rupa dalam perencanaan pengembangan wilayah agar setiap wilayah mampu untuk berkembang sesuai dengan potensinya dan tidak saling menjatuhkan. Loa Janan Ilir merupakan kecamatan yang berada di barat daya pusat Kota Samarinda. Kecamatan Loa Janan Ilir merupakan kecamatan yang akses jalan utamanya adalah Jalan Ciptomangunkusumo yang merupakan jalan poros Samarinda – Tenggarong dan Samarinda – Balikpapan. Sebelum tahun 2001 jalan ini selalu dilewati oleh masyarakat yang bepergian antara Samarinda – Tenggarong maupun Samarinda – Balikpapan. Masyarakat selalu melewati jalan ini karena jalan ini merupakan jalan satu-satunya yang menghubungkan ketiga kota besar yang ada di Kalimantan Timur. Waktu tempuh Samarinda – Tenggarong memakan waktu 1 jam 30 menit perjalanan normal. Sedangkan waktu tempuh Samarinda – Balikpapan memakan waktu 3 (tiga) jam. Jalan ini merupakan jalan satu-satunya yang menghubungkan 3 (tiga) kota besar. Karena itu, jalan ini banyak terdapat kegiatan perdagangan baik kegiatan perdagangan skala mikro sampai makro.

2

Intensitas kendaraan yang lewat di Jalan Ciptomangunkusumo mulai menurun pada tahun 2001 saat Jalan HM. Riffadin resmi digunakan. Jalan yang memiliki panjang sekitar 25 kilometer ini merupakan jalan baru yang tujuan dibangunnya adalah untuk memangkas waktu perjalanan antara Samarinda – Balikpapan dan sebaliknya. Perjalanan melewati jalan ini akan memangkas waktu perjalanan Samarinda – Balikpapan yang awalnya sekitar 3 jam menjadi sekitar 2 jam 15 menit. Pada tahun yang sama Jembatan Kutai Kertanegara yang menghubungkan Samarinda – Tenggarong resmi dioperasikan. Akses ke dua kota menjadi lebih cepat yang dari awalnya 1,5 jam menjadi hanya 30 menit. Terpotongnya waktu tempuh yang sangat signifikan membuat banyak masyarakat yang beralih menggunakan jembatan ini ketimbang menggunakan Jalan Ciptomangunkusumo yang waktu tempuhnya lebih lama. Perbaikan akses jalan penghubung Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kota Tenggarong

mengakibatkan

menurunnya

jumlah

pengguna

Jalan

Ciptomangunkusumo. Jalan ini menjadi jarang dilewati karena waktu tempuhnya yang lebih lama dibandingkan jalan HM. Rifaddin dan Jembatan Kutai Kertanegara. Aktivitas ekonomi menjadi menurun karena kendaraan yang melintas semakin sedikit. Banyak pedagang – pedangang kecil yang berjualan oleh-oleh khas daerah dan toko perlengkapan untuk perjalanan jauh gulung tikar. Peristiwa ini berlanjut dan semakin buruk dari tahun ke tahun hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, pemerintah Kota Samarinda meresmikan Jembatan Mahakam Ulu (Mahulu) yang terletak di Kecamatan Loa Janan Ilir. Jembatan

3

Mahulu dibangun untuk mendukung jalan lingkar Kota Samarinda. Jembatan ini menghubungkan Samarinda Kota dengan Samarinda Seberang yang dibelah oleh Sungai Mahakam. Selain itu, jembatan ini juga menghubungkan Kota Samarinda dengan Kota Balikpapan dan juga Kota Samarinda dengan Kota Tenggarong. Jembatan ini juga dibagun untuk mendukung Jembatan Mahakam yang pada saat ini penggunaannya sangat padat. Pada tanggal 29 September 2010, Pelabuhan Peti Kemas Palaran (TPK Palaran) resmi dioperasikan. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang pengiriman

logistik

dari

Kota

Samarinda

dan

Kawasan

Hulu Mahakam ke Surabaya, Jakarta dan sebaliknya. Muatan yang ada di pelabuhan ini berisi barang-barang kebutuhan dasar masyarakat Kota Samarinda. Peti kemas yang berisi barang-barang kebutuhan dasar ini diangkut menggunakan kendaraan angkutan barang dan melewati Jembatan Mahulu. Jembatan Mahulu menjadi satusatunya akses jembatan yang dapat dilalui menuju Kota Samarinda karena Jembatan Mahakam tidak mampu menampung beban yang terlalu berat dari kendaraan angkutan barang. Penggunaan Jembatan Mahulu sebagai akses utama pendistribusian barang membuat kegiatan perekonomian kembali menggeliat di Kecamatan Loa Janan Ilir, khususnya kegiatan perdagangan di sepanjang Jalan Ciptomangunkusumo. Jalan ini merupakan ruas jalan yang harus dilewati apabila ingin melintasi Jembatan Mahulu. Selain itu, pada tahun 2011 Jembatan Kutai Kertanegara yang baru saja dibangun pada tahun 2001 runtuh. Hal ini menyebabkan akses Kota Samarinda – Kota Tenggarong kembali ke jalur yang lama yaitu melewati jalan ini.

4

Peningkatan intensitas kendaraan di Jembatan Mahulu dan Jalan Ciptomangunkusumo di Kecamatan Loa Janan Ilir memiliki dampak pada penduduk setempat. Akses masyarakat setempat menjadi lebih baik karena adanya jembatan ini. Selain itu, muncul banyak kegiatan perdagangan skala kecil di sepanjang jalan ini. Beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya menimbulkan banyak akibatakibat terhadap Kecamatan Loa Janan Ilir terutama di sektor perdagangan. Karena itu, identifikasi pengaruh Jembatan Mahulu terhadap kegiatan perdagangan di Kecamatan Loa Janan Ilir merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan.

1.2

Rumusan Masalah

Laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah berbanding lurus dengan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah tersebut. Semakin baik sarana dan prasarana transportasi, maka semakin baik pula potensi perkembangan yang mungkin akan dicapai dalam suatu wilayah. Sektor transportasi wilayah menjadi hal yang sangat vital dalam proses perkembangan wilayah. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2004). Syarat fundamental untuk pembangunan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan ekonomi wilayah.

5

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Bagaimana persepsi pedagang, terkait dengan dinamika pendapatan yang terjadi terhadap pembangunan Jembatan Mahulu di Kecamatan Loa Janan Ilir?

2.

Bagaimana strategi pengembangan wilayah yang dapat dilakukan di Kecamatan Loa Janan Ilir dengan melihat perbaikan akses sekitar Jembatan Mahulu?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

Mengidentifikasi dinamika pendapatan pedagang yang terjadi terhadap pembangunan Jembatan Mahulu di Kecamatan Loa Janan Ilir.

2.

Merumuskan strategi pengembangan wilayah yang dapat dilakukan di Kecamatan Loa Jalan Ilir dengan melihat perbaikan akses sekitar Jembatan Mahulu.

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara umum adalah sebagai berikut:

6

1.

Sebagai bahan penilaian keberhasilan Jembatan Mahulu sebagai faktor penting perkembangan wilayah di Kota Samarinda khususnya Kecamatan Loa Janan Ilir.

2.

Hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi, dan masukan bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dalam mengambil kebijaksanaan dalam merumuskan strategi pengembangan di sektor perdagangan di Kecamatan Loa Janan Ilir diwaktu yang akan datang.

3.

Studi yang dilakukan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

1.5

Tinjauan Pustaka

1.5.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu Negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Sukirno (2000) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Teori dibangun berdasarkan pengalaman empiris, sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar untuk memprediksi dan membuat suatu kebijakan Secara umum Teori pertumbuhan

7

ekonomi menurut para ahli dapat dibagi menjadi 2, yaitu: Teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan ekonomi klasik dan neoklasik 1.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis Aliran historis berkembang di Jerman dan kemunculannya merupakan

reaksi terhadap pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan revolusi industri, sedangkan aliran historis menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor aliran historis antara lain, Frederich List, Karl Bucher, Bruno Hildebrand, Wegner Sombart, dan W.W. Rostow 1.1. Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789 - 1846) Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich list adalah tingkattingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Menurut Friendrich List, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat dibagi menjadi empat tahap sebagai berikut: 1. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri 2. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam 3. Masa Bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.

8

4. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar. 1.2. Walt Whitmen Rostow (1916 - 1979) W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut: 1. Masyarakat Tradisional (The Traditional Society) ; Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam fungsi-fungsi produksi yang terbatas, belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern, serta terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai 2. Masyarakat pra kondisi untuk periode lepas landas (the preconditions for take off) ; Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang berada dalam proses transisi dan sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri. 3. Periode Lepas Landas (The take off) ; merupakan interval waktu yang diperlukan untuk mendobrak penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang

berkelanjutan,

kekuatan-kekuatan

yang

dapat

mendorong

pertumbuhan ekonomi diperluas, tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat, investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau lebih dari jumlah pendapatan nasional, dan

9

Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah ada mengalami ekspansi dengan cepat. 4. Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity) ; Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan teknologi modern, investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat, output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk,barang-barang yang dulunya diimpor, kini sudah dapat dihasilkan sendiri, serta tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau kekuatan industri pad masa take off dengan penerapan teknologi modern 5. Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption) ; Sektor-sektor industri merupakan sektor yang memimpin (leading sector) bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan jasa-jasa, pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan pangan dasar, sandang, dan pangan, kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi, dan pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi 2.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik



Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok

10

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru menjelaskan bahwa perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya. a.

Teori Pertumbuhan Ekonomi menurut Adam Smith “An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”, teorinya

yang dibuat dengan teori the invisible hands (teori tangan-tangan gaib). Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan, yaitu :

1. Pertumbuhan penduduk 2. Pertumbuhan output total

Sedangkan pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini :

11

1. Sumber-sumber alam 2. Tenaga kerja (pertumbuhan penduduk 3. Jumlah persediaan

b.

Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar

hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan. 

Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandang yang berbeda,

yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow pertumbuhan ekonomi tergantung kepada perkembangan faktor-faktor produksi. a.

Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di

bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan

12

perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama. Yaitu modal dan tenaga kerja. b.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrod dan Domar

RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dan domar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) dan produktivitas tenaga kerja. c.

Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter

Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanya proses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yang dilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.

1.5.2

Infrastruktur

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg, dkk 1988). World Bank (1994) menyatakan bahwa secara garis besar infrastruktur dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis berdasarkan fungsinya, yaitu ; 1.

Public utilities, terdiri dari system kelistrikan, telekomunikasi, pipa penyaluran air bersih, sanitasi dan drainase, tempat pembuangan sampah, dan pipa penyaluran gas..

13

2.

Public Works, terdiri dari jalan, dam atau kanal yang berfungsi untuk irigasi dan drainase

3.

Other Transport Sectors, terdiri dari rel kereta api, transportasi public, dermaga dan lapangan terbang. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial

dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatanperalatan, instalasi-instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg, 2000). Infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting. Grigg

(2000)

menggambarkan

secara

sederhana

hubungan

antara

infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam bentuk diagram. Diagram yang digambarkan Grigg menunjukkan bahwa secara ideal lingkungan alam merupakan pendukung dari sistem infrastruktur, dan sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur. Sistem sosial sebagai objek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi. Social system Economics system Physical infrastructure

Natural environment Gambar 1. Hubungan infrastruktur dengan sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan

14

Dari diagram diatas dapat dikatakan bahwa lingkungan alam merupakan lingkungan pendukung dasar dari semua sistem yang ada. Peran infrastruktur sebagai mediator antara sistem ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dengan lingkungan menjadi sangat penting. Infrastruktur yang kurang berfungsi akan memberikan dampak yang besar bagi manusia. Sebaliknya infrastruktur yang berlebihan untuk kepentingan manusia tanpa memperhatikan daya dukung akan merusak alam dan pada akhirnya akan merugikan manusia.

1.5.3

Infrastruktur Transportasi

Transportasi merupakan proses pemindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1992). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan hakekat dari trasportasi adalah sebagai alat, teknik dan cara untuk mempersingkat jarak yang digunakan manusia dalam melakukan setiap aktivitasnya. Kualitas transportasi akan sangat bergantung dengan kualitas infrastruktur penunjang transportasi yang dibangun. Setiawan (2010) menyatakan dalam pengembangan wilayah, baik dalam lingkup wilayah kecil maupun wilayah besar seperti lingkup negara peran infrastruktur transportasi sangat vital peranannya. Infrastruktur transportasi dapat menciptakan mobilitas sosial dan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat. Baiknya infrastruktur transportasi suatu wilayah akan sangat mempengaruhi kemampuan pengembangan wilayah tersebut.

15

1.5.4

Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan dan perkembangan infrastruktur memainkan peran yang besar di dalam pertumbuhan ekonomi. Semakin cepat pembangunan infrastruktur semakin menjamin tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah. Hubungan antara infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi belakangan ini telah menjadi salah satu topik ekonomi yang paling penting, baik dalam akademik maupun dalam lingkaran kebijakan. Infrastruktur pada dasarnya merupakan penggerak utama dalam aktivitas ekonomi (World Bank, 1994). Studi kasus yang digunakan dalam generalisasi pernyataan ini didasarkan pada Negara Jepang dan Amerika Serikat yang dalam setiap proses produksi komoditasnya menggunakan infrastruktur public dan ekonomi, baik telekomunikasi, kelistrikan, air dan lainnya. World Bank juga menyatakan bahwa penggunaan infrastruktur dalam penggerak utama kegiatan ekonomi bukan hanya sebagai konsumsi langsung dalam pengolahan komoditas, namun juga digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan produktivitas. Contohnya infrastruktur digunakan untuk memangkas waktu proses pengolahan barang dan jasa, pengoptimalan waktu tempuh menuju tempat kerja sehingga efisiensi waktu dapat maksimal dan lainnya. Setiawan (2010) menyatakan bahwa infrastruktur merupakan salah satu dari driving force utama dalam pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Infrastruktur memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Di sisi penawaran/supply, infrastruktur mendukung pertumbuhan dan pengentasan kemiskinan secara langsung ketika infrastruktur

16

berfungsi sebagai faktor produksi, dan secara tidak langsung, ketika infrastruktur mempromosikan kemajuan teknologi. Sebuah peningkatan jumlah modal infrastruktur diyakini memiliki efek langsung, yaitu adanya peningkatan pada faktor produktivitas lainnya. Hal ini juga diyakini untuk menghasilkan eksternalitas yang penting di berbagai kegiatan ekonomi, yang mungkin akan menyebabkan munculnya efek yang lebih besar dari apa yang diharapkan dari faktor yang pada dasarnya sederhana. Efek tidak langsung dapat beroperasi melalui berbagai hal. Antara lain, adanya keuntungan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan dari peningkatan sistem informasi dan teknologi komunikasi, pengurangan waktu kerja yang tidak produktif menjadi lebih efektif, adanya perbaikan kesehatan dan pendidikan, dan lainnya. Di sisi permintaan/demand, infrastruktur memfasilitasi pemberian layanan yang orang butuhkan dan inginkan seperti air dan sanitasi, telekomunikasi seperti jaringan telepon dan internet dan transportasi. Ketika membicarakan masalah pengentasan kemiskinan, permasalahan absennya beberapa pelayanan infrastruktur dasar menjadi dimensi yang paling penting yang harus diperhatikan. Peningkatan modal infrastruktur akan berdampak langsung pada pengurangan kemiskinian. Infrastruktur muncul secara signifikan terkait dengan pertumbuhan per kapita produk domestik bruto (PDB) dalam beberapa dekade terakhir, terutama terkait modal infrastruktur sebagai faktor produksi. Hubungan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi memiliki asumsi bahwa variasi dari layanan infrastruktur adalah salah satu penggerak utama yang menyebabkan perbedaan dalam produktivitas perusahaan 'di seluruh wilayah dan negara. kekurangan infrastruktur dapat menyebabkan kerugian efisiensi produktif.

17

Misalnya, akses ke pasar dan interaksi dengan klien potensial bergantung pada keberadaan dan keunggulan transportasi dan jaringan telekomunikasi, dan ketika gagal, perusahaan mungkin menderita kerugian dari kurangnya akses terhadap peluang pasar, biaya logistik yang lebih tinggi dan tingkat persediaan, atau kerugian informasi.

1.5.5

Perdagangan

Dalam pembangunan ekonomi, sektor perdagangan memiliki peranan penting dan perlu mendapat perhatian. Hal ini karena perdagangan merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat, walaupun di masa datang mungkin cenderung akan tergeser oleh peranan sektor jasa yang lain (Hugo, 1987 : 283). Boediono (1983) menyatakan bahwa perdagangan dapat diartikan sebagai proses tukar menukar yang didasarkan atas kesukarelaan dari masing-masing pihak. Pertukaran yang terjadi karena adanya paksaan, ancaman perang dan sebagainya tidak termasuk di dalam arti perdagangan. Penjabaran ini memberikan salah satu faktor tambahan terjadinya perdagangan, yaitu kesukarelaan masing-masing pihak yang terlibat untuk melakukan pertukaran. Kehendak dan kesukarelaan masingmasing pihak ini didorong adanya keuntungan/laba dari kegiatan tukar-menukar yang dilakukan. Hal ini berarti pula bahwa perdagangan atau pertukaran pada umumnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi pihak-pihak yang melakukannya. Keuntungan yang diperoleh dari adanya perdagangan ini disebut gain from trade. Namun besarnya manfaat yang diperoleh masing-masing pihak yang melakukan

18

perdagangan ditentukan oleh kekuatan masing-masing pihak dalam proses tawarmenawar. Perdagangan dapat diartikan sebagai pertukaran barang antara produsen dan konsumen dalam berbagai tingkatan (individu/kumpulan). Perdagangan adalah semua tindakan yang tujuannya untuk menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen kepada konsumen. Orang yang pekerjaannya memperjualbelikan barang atas dasar prakarsa dan resiko dinamakan pedagang. Perdagangan secara umum dibedakan atas perdagangan besar dan kecil. Dalam perdagangan besar kegiatan jual-beli berlangsung secara besar-besaran. Dalam praktiknya, perdagangan besar tidak dijual/disampaikan langsung kepada konsumen atau pengguna. Sedangkan dalam perdagangan kecil, jual-beli berlangsung secara kecil-kecilan dan barang dijual langsung kepada konsumen. Perdagangan merupakan sektor penting dalam perekonomian nasional yang pengeruhnya dapat diidentifikasi melalui produk domestik bruto dan angka penyerapan tenaga kerja. Kegiatan perdagangan menciptakan lapangan kerja melalui dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, yaitu dengan kapasitas penyerapan tenaga kerja yang besar. Penciptaan lapangan kerja ini yang menjadi aktor utamanya adalah perdagangan itu sendiri, dimana kegiatan perdagangan di wilayah ini memang memiliki daya serap tenaga kerja yang besar. Secara tidak langsung maksudnya perluasan serapan tenanga kerja berdasar dari perluasan pasar yang terjadi antar kegiatan perdagangan dengan memperlancar penyaluran dan pengadaan bahan baku. Hal ini akan meningkatkan kegiatan

19

produksi yang dapat menyerap lebih bayak tenaga kerja di sektor industri.. Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan di bidang ekonomi yang mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemertaaan dan memberikan sumbangan yang berarti dalam menciptakan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan (Sood 1995). Aktivitas perdagangan dan investasi dinyakini sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi daerah dimana multiplier effect yang ditimbulkan sangat besar melalui pemanfaatan sumber daya secara optimal dan pertukaran produksi antar daerah maupun lintas sektor. Perdagangan dan investasi dapat menjadi pendorong lajunya perekonomian daerah dan meningkatnya kesejahteraan. Fungsi utama perdagangan adalah memindahkan barang maupun jasa di lokasi yang barang tersebut berlimpang ataupun kurang dibutuhkan ke lokasi yang barang tersebut sangat dibutuhkan maupun tidak tersedia disana. Kegiatan perdagangan dalam perspektif ekonomi berfungsi sebagai jembatan antara kegiatan produksi dan konsumsi, produksi memiliki potensi yang lebih besar untuk berkembang dan tumbuh jika kegiatan perdagangan yang aktivitas utamanya adalah mengedarkan barang dari produsen ke konsumen berjalan baik. Adanya jaminan kelancaran peredaran barang dari tangan produsen ke tangan konsumen akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan produksi. (Soedjono, 1983: 50).

1.5.6

Klasifikasi Kegiatan Perdagangan

Buchari (2007) menentukan klasifikasi kegiatan perdagangan menjadi 2 jenis, yaitu :

20

1. Perdagangan Besar Perdagangan besar merupakan kegiatan perdagangan yang skalanya besar, modal besar, dan produk dagangannya tidak langsung sampai kepada konsumen. Produk dagang dari perdagangan besar diterima terlebih dahulu oleh pedagang eceran yang akan dijual kepada konsumen. 2. Perdagangan eceran Perdagangan eceran adalah kegiatan perdagangan yang skalanya kecil, modal terbatas dan barang yang dijadikan komoditi berasal dari pedagang besar. Pedagang eceran kemudian akan menyalurkan barang dagangannya langsung kepada konsumen.

1.5.7

Jenis Pedagang

Jenis perdagang dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 23/MPP/KEP/1/1998 dibagi menjadi 3 jenis, yaitu ; 1. Pedagang Besar Pedagang besar adalah pedagan yag diidentifikasi memiliki skala penjualan yang luas, modal besar, dan produk dagangannya tidak langsung sampai kepada konsumen. Produk dagang dari perdagang besar diterima terlebih dahulu oleh pedagang eceran yang akan dijual kepada konsumen. 2. Pedagang eceran Perdagangan eceran adalah kegiatan perdagangan yang skalanya lebih kecil daripada perdagangan besar, modal umumnya terbatas dan barang yang dijadikan komoditi berasal dari pedagang besar. Pedagang eceran kemudian

21

akan menyalurkan barang dagangannya langsung kepada konsumen. Pedagang eceran ini dapat dibedakan lagi menjadi 2 jenis pedagang eceran, yaitu ; 2.1. Pedagang eceran skala besar Pedagang eceran skala besar merupakan pedagang eceran yang skala atau jangkauan aktivitasnya cukup luas dan modal usaha cukup besar. Pedagang ini memperoleh barang dagangannya langsung dari pedagan besar. Barang dagangan ini nantinya akan dijual kembali ke pedagang eceran skala kecil yang akan menyalurkannya kepada konsumen 2.2. Pedagang eceran skala kecil Pedagang eceran skala kecil memiliki jangkauan aktivitas perdagangan yang kecil dan modal usaha terbatas. Pedagang ini memperoleh barang dari pedagang eceran skala besar dan langsung menyalurkannya kepada konsumen. 3. Pedagang Informal Pedagang informal adalah pedagang yang secara umum tidak memiliki lokasi yang tetap untuk melakukan kegiatan perdagangan dan umumnya berpindahpindah lokasi. Pedagang ini biasanya menawarkan barang atau jasa dari satu tempat ke tempat lain. Contohnya adalah tukang pijat, penjual bakso dan lainnya.

22

1.6

Kerangka Pemikiran

Pembangunan infrastruktur sejatinya merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan wilayah. Peningkatan ekonomi, termasuk kegiatan perdagangan dan jasa di suatu suatu wilayah berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang dibangun di wilayah tersebut. Pembangunan infrastruktur transportasi untuk mencapai manfaat yang maksimal tentu saja harus diselingi dengan manajemen transportasi yang baik. Manajemen transportasi yang ini harus didukung dengan perencanaan transportasi yang baik pula. Manajemen yang baik akan membuat infrastruktur transportasi mencapai manfaat maksimal dan mampu memberikan multiplier effect kepada sektor-sektor lain yang ada di wilayah infrastruktur tersebut dibangun. Penelitian ini bertujuan untuk dapat melakukan analisis mengenai pengaruh yang terjadi akibat dari pembangunan infrastruktur transportasi terhadap kegiatan perdagangan di Kecamatan Loa Janan Ilir Pembangunan Jembatan Mahulu yang menghubungkan Kecamatan Loa Janan Ilir dan Loa Buah menambah aksesibilitas Kecamatan Loa Janan Ilir menjadi lebih baik. Aksesibilitas mampu membawa kegiatan perdagangan dan jasa di kecamatan ini menjadi lebih maju daripada sebelumnya. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka secara ringkas kerangka pemikiran untuk penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

23

Pembangunan Infrastruktur : Jembatan Mahulu

Peningkatan Kegiatan Perdagangan Kecamatan Loa Janan Ilir

Keuntungan Nonekonomi

Pendapatan

Jumlah Pelaku Perdagangan

Kebijakan Pemerintah

Arah Pengembangan Wilayah

Strategi Pengembangan Wilayah

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

24