BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG AIR ADALAH

Download A. Latar Belakang. Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser ...

0 downloads 444 Views 22KB Size
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Air adalah komponen penyusun tubuh terbesar, yaitu sebanyak 50%-60% pada orang dewasa (Almatsier, 2004). Menurut Fraser (2009), tercapainya keseimbangan asupan dan pengeluaran cairan dalam tubuh disebut hidrasi. Status hidrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim, aktivitas fisik (Manz, 2003) serta asupan cairan (Food and Nutrition Board, 2004). Menurut Friedrich Manz dan Andreas Wentz (2005), status hidrasi dikelompokkan menjadi status hidrasi baik serta status hidrasi buruk. Status hidrasi yang buruk dapat digolongkan lagi menjadi hipohidrasi dan hiperhidrasi (Manz, 2003; Shirreffs, 2003). Status hidrasi baik atau euhidrasi dapat mengurangi beberapa risiko penyakit seperti pembentukan batu empedu, konstipasi, asma, dll (Friedrich Manz dan Andreas Wentz, 2005). Sedangkan hipohidrasi atau dehidrasi dapat menyebabkan berbagai perubahan fungsi fisiologis tubuh seperti berkurangnya konsentrasi dan kemampuan kognitif serta peningkatan kemungkinan risiko infeksi saluran kemih, batu saluran kemih, iskemia, gagal ginjal, dll (Friedrich Manz dan Andreas Wentz, 2005; Fraser, 2009; Thomas, 2008). Infeksi saluran kemih dan batu saluran kemih merupakan penyakit yang terjadi di ginjal. Menurut Syaifuddin (2006), ginjal memiliki fungsi utama sebagai organ yang mempertahankan komposisi cairan tubuh. Sehingga sedikit

saja

perubahan

keseimbangan

cairan

akan

mengakibatkan

perubahan fisiologis tubuh (Fraser, 2009). Menurut Azis dkk (2008),

2

gangguan fungsi ginjal adalah penurunan struktur anatomi yang disertai penurunan fisiologi ginjal, yang kemudian dapat berkembang menjadi penyakit akut atau kronis. Selanjutnya, gangguan ginjal yang akan dibahas berkonsentrasi pada infeksi saluran kemih (ISK) dan batu saluran kemih (BSK). Menurut Lina (2008), faktor risiko terjadinya BSK adalah kebiasaan duduk lama, kebiasaan menahan buang air kemih, diit tinggi protein, serta kurang minum. Jenis asupan cairan juga diduga turut berperan dalam penurunan dan peningkatan risiko batu ginjal (Siener and Hasse, 2003). Pada penderita ISK pemenuhan cairan yang baik melalui konsumsi air yang banyak dapat menyebabkan membilasan saluran kemih dari mikroorganisme yang menginfeksi. Pembilasan ini dalam mengurangi multiplikasi bakteri dalam saluran kemih (Denman and Burton, 1992). Berdasarkan penelitian THIRST (The Indonesian Regional Hydration Study) pada 2009, kejadian dehidrasi pada penduduk Indonesia cukup tinggi. Dehidrasi ringan dialami oleh remaja dan dewasa dengan prosentase sebesar 46,1%. Penyebab dari tingginya angka dehidrasi adalah rendahnya pengetahuan responden mengenai fungsi air bagi tubuh. Namun, data tentang gangguan ginjal pada masyarakat tidak banyak tersedia karena permasalahan ini jarang dilaporkan. Di Inggris, 97,5% pasien lansia mengalami gangguan fungsi ginjal (Pather, 2009). Sedangkan di Amerika, penelitian oleh National Kidney Foundation pada tahun 2012 mencatat 26 milyar warga Amerika dewasa menderita penyakit ginjal kronik. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Nasional 2001 oleh Departemen Kesehatan, 6 persen total penduduk Indonesia menderita

3

penyakit urogenital. Selain itu, menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), 12,5% penduduk Indonesia mengalami gangguan fungsi ginjal (Tjempakasari, 2011). Penelitian dengan tenaga pendidik di Kota Yogyakarta sebagai subjek penelitian penting untuk dilakukan. Selain karena Kota Yogyakarta merupakan wilayah dataran rendah yang lebih rawan terkena dehidrasi dibandingkan dengan wilayah dataran tinggi (THIRST, 2009), tenaga pendidik memiliki faktor lain yang dapat mempengaruhi status hidrasi dan gangguan fungsi ginjal. Faktor yang diduga berpengaruh yaitu aktivitas fisik yang cukup statis seperti menulis, duduk, berdiri, dan membaca ketika melakukan tugas mencerdaskan bangsa. Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, kegiatan pokok yang dilakukan tenaga pendidik

mencakup

merencanakan

pembelajaran,

melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja guru sekurangkurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Selain itu faktor lain yang diduga berpengaruh adalah asupan cairan (Gustam, 2012). Untuk mengetahui hubungan antara status hidrasi dengan gangguan fungsi ginjal, dan kurang tersedianya hasil penelitian tentang gangguan fungsi ginjal, serta untuk mengoptimalkan kinerja tenaga pendidik, maka penelitian “Hubungan Status Hidrasi dan Gangguan Fungsi Ginjal pada Tenaga Pendidik di Kota Yogyakarta” penting untuk dilakukan.

4

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan, rumusan masalah yang peneliti ambil adalah “Apakah status hidrasi berpengaruh terhadap terjadinya gangguan fungsi ginjal?” C. Tujuan Tujuan umum Mengetahui hubungan status hidrasi dan gangguan ginjal. Tujuan khusus -

Mengetahui total pemenuhan cairan

-

Mengetahui jenis cairan yang dikonsumsi

-

Mengetahui tingkat aktivitas yang dilakukan

D. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan gizi, khususnya dalam pencegahan terjadinya gangguan fungsi ginjal. 2. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah. 3. Sebagai bahan masukan atau tambahan alternatif dalam pencegahan gangguan fungsi ginjal. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang menyerupai penelitian status hidrasi terhadap gangguan fungsi ginjal dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

5

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian Nama Penelitian Peneliti (Judul, Tahun) Paramita Kebiasaan Rachmat Minum, Kebutuhan Cairan, dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar. (2009)

Disain Sampel Penelitian Siswi Crosssectional sekolah dasar

Nur Lina

Case control

Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada Laki-Laki. (2008)

Hasil semakin tinggi intake energi maka persentase tingkat konsumsi cairan juga semakin besar

Perbedaan

- sampel penelitian mendatang adalah tenaga pendidik - parameter dalam menentukan status hidrasi (dehidrasi) pada penelitian mendatang adalah dengan urin Penderita Faktor resiko - disain peneBSK yang terbukti litian yang yang mempengaruhi digunakan cross berjenis terjadinya BSK sectional kelamin adalah duduk - variabel terikat laki-laki lama saat penelitian berkerja, mendatang memiliki adalah gangguan kebiasaan fungsi ginjal menahan air - sampel tidak kemih, kurang hanya pada lakiminum, dan laki, tetapi juga diit tinggi pada protein perempuan.