I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga adalah golongan hewan yang dominan di muka bumi yang jumlah keseluruhan jenis dapat mencapai 30 juta. Serangga telah hidup di bumi kira-kira 350 juta tahun lalu, selama itu serangga mengalami evolusi dalam berbagi hal dan menyesuaikan kehidupan hampir pada setiap habitat. Manfaat serangga bagi manusia antara lain : berfungsi sebagi penyerbuk, menghasilkan produk dari serangga (madu, malam tawon, sutera, sirlak, zat pewarna dll), serangga entomofagus (serangga pemakan serangga), serangga pemakan bahan organik yang membusuk, serangga penghancur tumbuhan yang tidak dikehendaki, serangga sebagai makanan orang dan hewan, sebagai pembantu dalam kedokteran dan ilmu bedah, serangga untuk penelitian ilmiah, nilai seni dari serangga dan fungsi lainnya ( Borror et al., 1992). Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Strong et al., 1984). Di samping itu terdapat fungsi lain dari serangga yaitu sebagai bioindikator. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem. Serangga akuatik paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah. (Samways, 1994). Serangga air merupakan kelompok serangga yang sebagian hidupnya berada di badan air. Serangga air sebagai makanan ikan dan sebagian dapat menyalurkan patogen pada manusia dan hewan. Serangga air merupakan indikator yang baik bagi kualitas air. Beberapa dari serangga air sensitif terhadap polusi sedangkan yang lain dapat hidup dan berkembang biak air yang terganggu dan sangat terkena polusi (Popoola dan Otalekor, 2011). Serangga air sangat penting dalam sistem ekologi karena berbagai alasan. Serangga air adalah utama bioindikator dalam badan air seperti sungai. Biomonitoring berkaitan dengan penggunaan serangga atau tanggapan terhadap rangsangan di habitat air untuk menentukan kualitas lingkungan sehat atau tercemar. Mempelajari siklus hidup serangga air dan hubunganya dengan organisme lain dan lingkungan dapat memberikan wawasan tentang berbagai bidang ekologi, termasuk dinamika populasi, persaingan dan interaksi predatormangsa (Merritt et al., 2008). Pada ekosistem perairan serangga air berperan dalam siklus nutrien dan merupakan komponen penting dari jaring makanan di perairan (Jana et al., 2009). Keanekaragaman jenis yang tinggi dalam sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam lingkungan dan banyaknya jenis serangga yang terdapat di muka bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan dengan menggunakan serangga sebagai 1
model. Kajian dinamika populasi misalnya, bertumpu pada perkembangan populasi serangga. Demikian pula, pola, kajian ekologi, ekosistem dan habitat mengambil serangga sebagai model untuk mengembangkannya ke spesies-spesies lain dan dalam skala yang lebih besar (Tarumingkeng, 2001). Menurut
Tarumingkeng
(1994),
keadaan
lingkungan
hidup
mempengaruhi
keanekaragaman bentuk hayati dan banyaknya jenis mahluk hidup atau keanekaragaman hayati (biodiversitas), dan sebaliknya keanekaragaman dan banyaknya mahluk hidup juga menentukan keadaan lingkungan. Barus (2004), menyatakan bahwa suatu perairan yang belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang merata dari semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan yang tercemar akan menyebabkan penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies tertentu yang bersifat dominan. Kali kuning adalah sungai yang terletak di bagian selatan Gunung Merapi, termasuk dalam Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta. Air Kali Kuning Bersumber dari mata air Umbul Wadon yang terletak di Ketinggian sekitar 1250 mdpl. Mata air ini merupakan hulu Daerah Aliran Sungai Opak. Pada saat musim hujan, debit air yang keluar sekitar 650 liter/detik dan 400 liter/detik pada musim kemarau (Efendi, 2013). Kali kuning merupakan salah satu sungai yang dilewati aliran lahar hujan ketika Gunung Merapi meletus, dengan demikian maka terjadi perubahan lingkungan di Kali Kuning. Perubahan lingkungan memberi dampak pada perubahan tumbuhan dan hewan yang ada, salah satu yang mengalami perubahan adalah serangga air. Oleh karena itu, serangga air di Kali Kuning perlu diteliti untuk mengetahui keanekaragaman dan potensi peranannya di ekosistem. B. Permasalahan Keanekaragaman serangga air yang terdapat di hulu Kali Kuning belum ada informasi sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai jenis serangga air yang hidup di hulu sungai kuning. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keanekaragaman serangga air yang hidup di hulu Kali Kuning dan potensi peranan dalam lingkungan akuatik.
2
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperkaya informasi jenis serangga air yang hidup di hulu Kali Kuning sebagai pelengkap database keanekaragaman jenis serangga di kawasan Gunung Merapi juga sebagai bioindikator kualitas air di Kali Kuning.
3