BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM 1

Download Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau .... professional.lembaga pendidikan Islam di Indonesia...

0 downloads 468 Views 296KB Size
BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Lembaga Pendidikan Islam 1. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam Secara etimologi, lembaga adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberi bentuk pada yang lain, badan atau organisasi yang bertujuan mengadakan sesuatu penelitian keilmuan atau melakukan sesuatu usaha. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa lembaga mengandung dua arti, yaitu: (1) pengertian fisik, materil dan kongkrit. (2) pengertian secara nonfisik, non-meteril, dan abstrak. Dalam bahasa Inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian fisik), yaitu sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu dan lembaga dalam pengertian non- fisik atau abstrak disebut institution, yaitu suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan. Lembaga dalam pengertian fisik disebut juga dengan bangunan, dan lembaga dalam pengertian nonfisik disebut dengan pranata. Secara terminologi, Prof. Dr. H. Ramayulis yang dikutip dari Hasan Lenggulung, menyatakan bahwa lembaga pendidikan adalah suatu sistem peraturan yang bersifat mujarad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma, ideologi-ideologi, dan sebagainya, baik tertulis atau tidak. Adapun lembaga pendidikan Islam secara terminologi dapat diartikan suatu wadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam.1

1

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008). H.277

11

12

Dengan demikian lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah atau tempat dari organisasi yang diadakan untuk mengembangkan lembagalembaga Islam, dan mempunyai pola-pola tertentu dalam memerankan fungsinya, serta mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat individu yang berada di bawah naungannya, sehingga mempunyai kekuatan hukum tersendiri. 2. Tujuan Lembaga Pendidikan Islam Menurut Dr. Zakiah Darajat bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi insan kamil dengan pola takwa, Insan Kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Menurut Zakiah Darajat ada beberapa tujuan pendidikan Islam yaitu: a. Tujuan Umum Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama.

13

b. Tujuan Akhir Pendidikan Islam itu berlangsung seumur hidup (long life education), maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Tujuan akhir pendidikan Islam dapat difahami dalam firman Allah Surat Ali Imran ayat 102 :

           )102: ‫ ( ال عمران‬ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (QS.Ali Imran ayat 102). c. Tujuan Sementara Tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola taqwa sudah kelihatan meskipun dalam bentuk sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik.

14

d. Tujuan Operasional Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.2 Dari beberapa tujuan di atas dapat disimpulkan yaitu tujuan akhir, tujuan umum, dan tujuan sementara. Tujuan akhir dalam penidikan Islam adalah pembentukan pribadi khalifah bagi anak didik yang memiliki fitrah, roh disamping badan, kemauan yang bebas dan akal. Dengan kata lain pendidikan adalah mengembangkan keempat aspek ini pada manusia agar ia dapat menempati kedudukan sebagai khalifah. Pada tujuan umum dan tujuan sementara banyak contoh yang dibuat oleh para ali pendidikan Islam telah dibentangkan akan tetapi perlu diingat seperti beberapa contoh, yaitu guru-guru dan ahli pakar perancang pendidikan yang sesuai dengan tujuan akhir yaitu membentuk pribadi khalifah.

2

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.1997.hal .41-44

15

3. Jenis Lembaga Pendidikan Islam Berbicara

tentang

lembaga

pendidikan

sebagai

wadah

berlangsungnya pendidikan, maka tentunya akan menyangkut masalah lingkungan dimana pendidikan tersebut dilaksanakan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas tentang jenis-jenis lembaga pendidikan Islam harus di tinjau dari berbagai aspek, seperti yang akan di jelaskan sebagai berikut: a. Lembaga Pendidikan Islam Dilihat Dari Ajaran Islam Sebagai Azasnya Dalam ajaran Islam perbuatan manusia disebut dengan amal yang telah melembaga dalam jiwa seseorang muslim, baik amal yang berhubungan dengan Allah SWT maupun amal yang berhubungan dengan manusia dan alam semesta. Sedangkan Mahmut Syaltut mengemukakan bahwa ajaran Islam mencakup aspek akidah, syaria’ah dan mu’amalah yang dapat membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Asas seluruh ajaran dan amal Islam adalah Iman. Islam telah menetapkan

norma-norma

dalam

mengamalkan

ajarannya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sidi Ghazalba, bahwa jenis lembaga pendidikan Islam yang serba tetap dan tidak boleh berubah dan tidak mungkin berubah adalah sebagai berikut: a) Rukun Iman adalah asas ajaran dan amal Islam. b) Ikrar, keyakinan atau pengucapan dua kalimat syahadat, adalah lembaga pernyataan.

16

c) Thaharah, lembaga pensucian. d) Shalat, lembaga utama agama. e) Zakat, lembaga pemberian wajib. f)

Puasa, lembaga menahan diri.

g) Haji, lembaga kunjungan ke Baitullah. h) Ihsan, lembaga membaiki. i)

Ikhlas, lembaga yang menjadikan amal agama.

j)

Taqwa, lembaga menjaga hubungan dengan Allah SWT. Adapun

lembaga-lembaga

yang

dapat

berubah,

karena

perubahan norma adalah sebagai berikut: a) Ijtihad, lembaga berfikir. b) Fikih, lembaga hukum yang dilakukan dengan metode ijtihad. c) Akhlak, lembaga nilai-nilai tingkah laku (perbuatan). d) Lembaga pergaulan masyarakat (Sosial). e) Lembaga ekonomi. f)

Lembaga politik.

g) Lembaga pengetahuan dan teknik. h) Lembaga seni dan negara. Agama Islam adalah agama yang universal, serta tetap dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, dan merupakan agama yang diridhoi Allah SWT.

17

b. Lembaga Pendidikan Islam Ditinjau Dari Aspek Penanggung Jawab Tanggung jawab kependidikan merupakan suatu tugas yang wajib dilaksanakan, karena tugas ini satu dari beberapa instrumen masyarakat dan bangsa dalam upaya pengembangan manusia sebagai khalifah di bumi. Tanggung

jawab ini dapat dilaksanakan secara

individu dan kolektif. Secara individu dilaksanakan oleh orang tua dan kolektif kerja sama seluruh anggota keluarga, masyarakat dan pemerintah. Menurut Al-Qabisy, pemerintah dan orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anak baik berupa bimbingan, pengajaran secara menyeluruh. Konsep tanggung jawab pendidikan yang dikemukakannya ini berimplikasi secara tidak langsung dalam melahirkan jenis-jenis lembaga pendidikan sesuai dengan penanggung jawabnya. a. Lembaga Pendidikan In-Formal (keluarga) Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar sekelompok orang yang mempunyai pola-pola kepentingan masing-masing dalam mendidik anak yang belum ada di lingkungannya.. Dalam Islam keluarga dikenal dengan istilah Usrah,dan Nasb. Sejalan dengan pengertian di atas, keluarga dapat juga diperoleh lewat persusuhan dan kemerdekaan. Pentingya serta keutamaan

18

keluarga sebagai lembaga pendidikan Islam disyaratkan dalam AlQur’an (Q.S.Al-Tahrim:6)

                   )6 : ‫ ( التحريم‬   Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS.Al-Tahrim : 6). b. Lembaga Pendidikan Formal ( sekolah atau madrasah) Abu Ahmat dan Nur

Uhbiyato memberikan

pengertian

tentang lembaga pendidikan sekolah, yaitu bila dalam pendidikan tersebut diadakan ditempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu, berlangsung mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, dan dilaksanakan berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan.

Gazalba

memasukan lembaga pendidikan formal ini dalam jenis pendidikan sekunder,

sementara

pendidiknya

adalah

guru

yang

professional.lembaga pendidikan Islam di Indonesia antara lain: raudatul atfal atau bustanul athfal, madrasah ibtidaiyah atau sekolah dasar Islam, madrasah tsanawiyah, sekolah menengah pertama Islam dan berbagai sekolah lainnya setingkat:

19

1) Raudhatul Athfal atau Bustamul Athfal, atau nama lain sesuai dengan nama pendirinya. 2) Madrasah Ibtida’iyah (MI) atau sekolah dasar Islam (SDI) 3) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) atau nama-nama lain yang setingkat dengan sekolah ini. 4) Perguruan tinggi, antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN), Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Universitas Islam Negeri, dan lainya. c. Lembaga Pendidikan Non-Formal (masyarakat) Lembaga pendidikan non-formal adalah lembaga pendidikan yang teratur namun tidak mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan kuat. Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang terikat oleh kesatuan bangsa, negara, kebudayaan, dan agama. Setiap masyarakat memiliki cita-cita yang diwujudkan melalui peraturanperaturan dan sistem kekuasaan tertentu. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat, dia merupakan bagian integral sehingga ia harus tunduk pada norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Begitu juga dengan tanggung jawabnya dalam melaksanakan dalam tugas-tugas kependidikan. Berpijak pada tanggung jawab masyarakat di atas, lahirlah lembaga pendidikan Islam yang dapat dikelompokan dalam jenis ini adalah: 1) Mesjid, mushalla, langgar, surau dan rangkang.

20

2) Madrasah diniyah yang tidak mengikuti ketetapan resmi. 3) Majlis ta’lim, taman pendidikan Al-Qur’an, taman pendidikan seni. Al-Qur’an, wirid remaja/dewasa. 4) Kursus-kursus ke Islaman dan badan pembinaan rohani. 5) Badan pembinaan rohani. 6) Badan-badan konsultasi keagamaan. 7) Musabaqah tilawah al-Qur’an.3 d. Lembaga Pendidikan Islam Ditinjau Dari Aspek Waktu dan Tempat Pada mulanya pendidikan Islam dilaksanakan oleh Nabi SAW secara sembunyi dan disampaikan secara sembunyi dan disampaikan melalui individu ke individu. Tetapi setelah pemeluk Islam bertambah banyak diperlukan lembaga pendidikan supaya pelaksanaan pendidikan lebih efektif dan efisien. Untuk lebih sistematisnya uraian, maka akan membagi bentuk lembaga pendidikan

itu

berdasarkan babakan sejarah pendidikan

Islam, yaitu 1) Periode pembinaan. Lembaga pendidikan pertama dalam Islam adalah keluarga atau rumah tangga. Dalam sejarah, bahwa rumah tangga yang dijadikan basis dan markas pendidikan Islam pertama adalah rumah tangga (dar) Arqam. Rumah sebagai lembaga sosial pendidilan

3

Ramayulis. Ibid.h.281-284.

21

dalam Islam diisyarakatkan Al-Qur’an. Firman Allah SWT dalam Qs Asy-Syu’ara’: 214

)214:‫ (الشعراء‬   Artinya” Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”(QS Asy-Syu’ara’: 214). Hijrah Nabi SAW ke Madinah merupakan pertanda bagi terbukanya lembaga pendidikan baru dalam sejarah pendidikan Islam, disamping keluaraga. Lembaga pendidikan baru adalah masjid. Sudah menjadi tradisi di dalam Islam semenjak Nabi bahwa rumah suci masjid menjadi tempat pelatih dan memimpin anakanak muda dengan berbagai kepandaian dan dengan latihan ahklak yang tinggi. Masjid dalam sejarah pendidikan Islam tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah, tetapi juga berfungsi sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan. Di masjid dilaksanakan proses pembelajaran, baik di dalam masjid itu sendiri maupaun di samping masjid dalam bentuk suffah atau kuttab. Proses pendidikan di masjid ini pada umumnya dengan menggunakan sistem balqhah (guru duduk di masjid dan murid-murid duduk mengelilinginya). Karakteristik yang menonjol dari pendidikan Islam pada periode ini adalah bahwa pendidikan itu diberikan dengan cumacuma dan merupakan kewajiban bagi setiap anak orang Islam untuk mendapatkannya serta dapat mendorong anak didik untuk menggunakan

pikiran

penyelidikan Illahiyah.

dan

mendorong

mereka

melakukan

22

2) Periode keemasan Periode keemasan dan kejayaan pendidikan Islam terjadi pada masa Dinasti Abasiyah ataupun masa Dinasti Umayyah di Spanyol. Pada periode ini daerah kekuasaan Islam meluas dari India dan Asia Tengah dan sampai ke Spanyol dan Maroko. Lembaga pendidikan periode ini selain keluarga, masjid dan kuttab adalah masjid jami’, istana khalifah, rumah-rumah para pangeran, meteri dan ulama, kedai dan tokoh buku, salon-salon kesustraan, ribath, rumah-rumah sakit (al-birraristan), observaorim, dan tempat-tempat eksperimen ilmiah serta dar al hikmah, bait alhikmah dar al-ilm, ataupun dar al-kutub. Adapun karakteristik yang menonjol pada periode ini adalah: a) Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan kepada anak setiap orang Islam dengan cuma-cuma. b) Sifatnya universal, toleran, berpikiran luas, kreatif, dinamis, rasional, terdapat keseimbangan antara ilmu dan agama dan sumbernya Al-Qur’an dan Al-Hadits. 3) Periode penurunan Periode dimulai pada permulaan abad ke- 11 M sampai abad ke-15 M. Pada

periode ini perkembangan kebudayaan,

peradaban dan sains penurunan di Timur Tengah. Lembagalembaga Islam pada umumnya ditekankan fungsinya kepada studi

23

keagamaan dan tempat pendidikan dan latihan bagi keperluan politik guna mempertahankan kepercayaan dan politik Islam. Karakteristik yang menonjol adalah tumbuhnya sekolah-sekolah untuk anak yatim dan anak-anak orang miskin, yaitu di bawah rajaraja mamluk di Mesir dan Syiria. 4) Periode stagnasi dan kehancuran Periode ini terjadi pada abad ke-15 sampai abad ke-19. Keadaan lembaga pendidikan Islam pada masa ini mundur dan bahkan mengalami kehancuran. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah yang tersebar dalam dunia Islam tampak megah dan indah, namun muridnya hanya sedikit dan mereka umumnya hanya mempelajari fiqih. Perhatian mereka terhadap ilmu keduniaan seperti ilmu ekonomi berkurang sekali. Akibatnya bantuan ekonomi dan kebudayaan bagi pendidikan juga berkurang. 5) Periode modern Pada permulaan abad ke-19 M dari periode ini umat Islam sudah mulai sadar akan kelemahan dan kemunduran kebudayaan dan peradabannya bila dibandingkan dengan dunia barat yang sudah maju. Kemajuan yang didapat dunia Islam dalam bidang pendidikan sekarang samping hasil gerakan reformasi yang dilancarkan oleh pemimpin umat Islam sebelumnya seperti Muhammad Ibn Abd Wabhab yang antara lain menganjurkan kembali kepada Al-Qur’an, Hadits, masa kehidupan Nabi SAW di

24

masa Khulafaur Rasyidin. Di bawah pengaruh kebudayaan Barat modern sistem sekolah-sekolah dasar, menengah, sekolah-sekolah kejuruan, sekolah-sekolah teknik, dan sampai pada sistem universitas yang ada di Arab dan dunia Islam dipengaruhi atau disesuaikan (adaptasi) menurut pola Barat dan begitu juga halnya dalam penyusunan silabus dan kurikulum. Usaha-usaha

umat

Islam

dalam

memodernisasikan

pendidikan kebudayaan Barat modern telah menimbulkan dualisme lembaga (institusi) pendidikan yaitu: 1) Lembaga pendidikan Islam yang hanya berorientasi ke Barat dalam membangun masa depannya. 2) Lembaga pendidikan yang hanya berorientasi ke masa lampau (zaman klasik). Kedua bentuk pertentangan yang ada dalam lembagalembaga pendidikan Islam ini harus diatasi agar masyarakat tidak salah tafsir dalam menilai warisan peninggalan kebudayaan, adat dan peradaban Islam klasik dalam menerima kemajuan yang dapat dari kebudayaan modern meningkat warisan zaman klasik Islam masa lampau itu jiwa dan semangat pendidikan dan ilmiahnya masih relevan dengan masa sekarang.4

4

Ibid. h.284-292.

25

4. Tanggung Jawab Lembaga- Lembaga Pendidikan Tanggung jawab lembaga pendidikan dalam segala jenisnya menurut pandangan Islam adalah kaitannya dengan usaha mensukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu: a. Membebaskan manusia dari ancaman api neraka sesuai Firman Allah: “jagalah dirimu dan keluarga mu dari ancaman api neraka” (QS.AtTahrim:6). b. Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia dunia dan akhirat. c. Membentuk diri dan pribadi manusia yang memancarkan

sinar

keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain. Saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada khaliqnya.

B. Madrasah. 1. Pengertian Madrasah Kata Madrasah berasal dari Bahasa Arab yang kata dasarnya darasa artinya belajar. Madrasah berarti tempat belajar.5 Menurut MS. Poerwadarminta dalam Enung K. Rukiatidan Fenti Hikmawati (2006: 113), madarasah berarti tempat duduk untuk belajar. Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama Islam). kata madrasah ini dalam bahasa Indonesia adalah sekolah. Pada 5

. Nasution, Harun, Madrasah Ensiklopedi Islam. (Jakarta : CV Anda Utama. 1993).hal:664.

26

umumnya pemakaian kata madrasah dalam arti sekolah tersebut mempunyai konotasi khusus yaitu sekolah agama Islam.6 Istilah madrasah dalam berbagai penggunaannya terdapat berbagai macam pengertian, namun pengertian dan istilah madrasah tersebut pada hakekatnya adalah sama yaitu sebagaimana yang terdapat dalam peraturan dan keputusan menteri agama serta menteri dalam negeri yang mengatur tentang madrasah, yaitu bahwa madrasah merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang didalam kurikulumnya memuat materi pelajaran agama dan pelajaran umum, dimana mata pelajaran agama pada madrasah lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran agama pada sekolah umum.7 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa madarasah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sudah menggunakan sistem pendidikan modern yang berbentuk klasikal, memakai kurikulum serta buku pegangan untuk setiap kelas. Pendidikan madrasah merupakan perpaduan antara pendidikan pesantren dan sekolah, ciri kepesantrenan yang diadopsi oleh madrasah adalah ilmu agama serta sikap hidup beragama. Sedangkan ciri sekolah yang diadopsi oleh madrasah adalah sistem klasikal yaitu sistem kelas yang memakai kursi, meja dan papan tulis, kemudian mengadopsi mata pelajaran umum.

6.Yunus, Mahmud, Pokok-Pokok Pendidikan Dan Pengajaran. (Jakarta: hadi Karya Agung.1993).hal:34 7 Nata, Abudin. Serjarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo.2001).hal :194

27

2. Tujuan dan Fungsi Madrasah a. Tujuan Madrasah Tujuan pendidikan madrasah sejalan dengan misi Islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai akhlak hingga mencapai Akhlaqul qarimah,

tujuan

pendidikan

Islam

terangkum

dalam

upaya

mengklasifikasikan cita-cita manusia. Tujuan mengandung arah atau maksud yang hendak dicapai lewat upaya atau aktifitas, dengan adanya tujuan semua aktifitas dan gerak semua manusia menjadi terarah dan bermakna. Tanpa tujuan semua aktifitas manusia akan kabur dan terombang ambing, dengan demikian seluruh manusia terutama Islam harus memiliki orientasi tertentu tiada aktifitas tanpa tujuan.

Adapun tujuan pendidikan

Madrasah yang dikutip dalam buku Rochidin Wahab, 2004: 230 adalah: 1) Mendidik siswa menjadi manusia yang bertaqwa, berakhlaq mulia sebagai muslim yang menghayati dan mengamalkan sejarah agama 2) Mendidik siswa untuk menjadi siswa yang membangun sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman kepada pancasila dan UUD 1945 3) Memberikan bekal kemampuuan yang diperlukan bagi siswa yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi 4) Memberikan bekal yang diperlukan bagi siswa yang akan memasuki kehidupan di masyarakat.8

8

Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam: Kencana, (Jakarta, 2001):hlm.104.

28

b. Fungsi Madrasah Madrasah

sebagai

lembaga

pendidikan

Islam

berfungsi

menghubungkan sistem lama dengan sistem baru dengan jalan mempertahankan nilai nilai lama yang masih baik, yang masih dapat dipertahankan dan mengambil sesuatu yang baru dalam ilmu teknologi, dan ekonomi yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam Dari tujuan dan fungsi madrasah tersebut merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (Insan Al-Kamil) melalui sosok pribadi demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman dan amal. Sebagaimana tertuang dalam firman Allah dalam QS.Ar-Ra’d: 29.

‫ ( الر‬        )29 : ‫عر‬ Artinya”Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi merekakebahagiaan dan tempat kembali yang baik” (QS. Ar-Ra’d: 29) . Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah SWT telah menjanjikan tempat kembali yang sebaik-baiknya bagi orang yang beriman dan beramal shaleh dan seperti yang kita ketahui bahwa untuk dapat beriman dan beramal shaleh maka diperlukan ilmu, tanpa ilmu mustahil iman dan amal shaleh akan dapat membawa kita ke tempat yang telah dijanjikan oleh Allah SWT. Jika demikian, dalam Islam merupakan saran.

pendidikan

29

3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Madrasah Menurut Enung K Rukiati dan Fenti Hikmawati bahwa “ sistem pengajaran di madrasah merupakan Perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau pendidikan langgar dengan sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah modern, merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara berangsur-angsur, mulai dan mengikuti sistem klasikal sehingga lahirlah madrasah seperti Madrasah Ibtidaiyah sama dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah sama dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah sama dengan sekolah Menengah Atas (SMA).”9 Menurut I. Djumhur (1979) dalam Enung K Rukiati, bahwa kurikulum madrasah dan sekolah-sekolah agama masih mempertahankan agama sebagai mata pelajaran pokok, walaupun dengan presentase yang berbeda. Pada waktu pemerintah Republik Indonesia, Kementerian Agama yang mengadakan pembinaan dan pengembangan terhadap sistem pendidikan madrasah melalui Kementerian Agama, merasa perlu menentukan kriteria madrasah. Kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama untuk madrasah-madrasah yang berada dalam wewenangnya adalah harus memberikan pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit 6 jam seminggu.

9

Enung Rukiati, Fenti, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ,(Bandung: Pustaka Setia, 2006)h. 119

30

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem pengajaran di madrasah adalah perpaduan antara sistem pada pondok pesantren atau pendidikan langgar dengan sistem yang berlaku pada sekolah-sekolah modern, merupakan sistem pendidikan dan pengajaran yang dipergunakan di madrasah. Proses perpaduan tersebut berlangsung secara berangsurangsur, mulai dan mengikuti sistem klasikal. 4. Kurikulum Madrasah Dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu kurikulum berfungsi sebagai seperangkat rencana pengaturan mengenai kemampuan dan hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Struktur kurikulum madrasah memuat jenis-jenis mata pelajaran dan penjatahan waktu yang dialokasikan bagi setiap mata pelajaran, sebagaimana terdapat dalam struktur kurikulum madrasah masing-masing, yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah. Pada dasarnya struktur kurikulum madrasah sama dengan struktur kurikulum sekolah umum kurikulum madrasah dibagi beberapa bagian yaitu : a.

Kurikulum terintegrasi (Integrated Curriculum) Kurikulum terintegrasi diasumsikan akan mampu menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberikan apa yang

31

paling berharga mengenai pegangan hidup dimasa depan serta membantu peserta didik mempersiapkan kebutuhan hidup yang esensial untuk menghadapi dinamika kehidupan. b.

Starategi Pengembangan Kurikulum Pengembangn

kurikulum

madrasah

harus

benar-benar

berusaha menjadikan peserta didiknya sebagai manusia Indonesia paripurna (Berimtaq dan Beriptek) siswa yang memahami dan menguasai ilmu pengetahuan dikelas dan mampu mempraktekkan dalam lapangan. c.

Pola integrasi dalam pengembangan kurikulum Starategi atau pola pelaksanaan kurikulum terintegrasi yang telah dirumuskan pada madrasah dapat diaplikasikan sebagai berikut : 1) Pola sistem madrasah negri. Kurikulum yang terintegrasi yang bercorak inklusif, humanis, dan scientifik diimplementasikan dengan mengikuti pola kurikulum sekolah umum (non agama) yang telah berlaku pada model madrasah. Hal ini belajar agama dan sains dilakukan secara berimbang. 2) Pola program kecakapan hidup (life skill) atau setara dengan model sekolah kejuruan. Pada pola ini madrasah memfasilitasi santri yang mempunyai minat dan kemampuan tertentu untuk mengikuti program studi keterampilan. Sehingga alumni madrasah hidup mandiri atau pelajaran itu 30% dari jumlah keseluruhan jam pelajaran yang ada pada masing-masing madrasah.

32

Kurikulum

madrasah

merupakan

sekolah

umum

yang

bercirikan agama, karena muatan kurikulumnya merupakan gabungan atas muatan Kurikulum Dinas Pendidikan dan muatan kurikulum Departemen Agama. Maka

muatan kurikulum ini berganti sesuai

dengan pergantian kurikulum Nasional. Sedangkan bidang studi agama Islam (madrasah) dibagi kedalam beberapa

sub mata pelajaran, yaitu: Al-Quran Hadits,

Akidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab, sementara pada pendidikan umum bidang studi agama Islam yang hanya di pelajari selama 2 jam perminggu.10 5. Peranan Madrasah Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal memberikan peran sangat besar ditengah-tengah masyarakat, sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Arifin bahwa: “Lembaga pendidikan Islam yang menjadi cermin sebagian umat Islam, maka fungsi dan tujuannya adalah merealisasikan cita-cita umat Islam yang menginginkan anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan dalam rangka meraih hidup sejahtera duniawi dan ukhrawi” Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa peranan madrasah sebagai lembaga pendidikan sangat besar sekali terutama dalam membentuk manusia yang beriman dan berilmu pengetahun. Dalam perkembangan sejarah Islam banyak ditemukan bukti dimana tokoh-tokoh agama telah membawa pengaruh besar terhadap 10

Abdul Rahman, Shaleh. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2007.hal.201-202

33

perkembangan suatu generasi bahkan suatu bangsa. Oleh karena itu masyarakat berinisiatif untuk mendirikan madarasah tanpa menunggu kebijakan pemerintah, mereka telah berjuang tanpa pamrih untuk mengembangkan pendidikan. Pendidikan yang dikembangkan tersebut lebih berorientasi pada pendidikan agama. Supaya madrasah tidak ketinggalan dari sekolah lain, maka madrasah diharapkan dapat mengikuti segala kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban serta teknologi, selama ia tidak merusak aqidah dan prinsip dalam ajaran Islam. Selain itu juga diharapkan agar madrasah ini mempunyai peran dalam pembinaan iman dan taqwa seimbang dengan ilmu dan teknologi, itulah sebabnya diberikan peningkatan mutu pendidikan madrasah secara terus menerus sesuai dengan perkembangan pendidikan dewasa ini. Menurut Muhaimin bahwa Madrasah merupakan sebagai wahana untuk membina Ruh atau praktik Hidup keislaman dimana madrasah perlu dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih serta mengajar dan menciptakan suasana agar peserta didik menjadi manusia muslim yang berkualitas yang mampu mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup yang berperspektif Islam.11

11

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam(SJakarta: Raja Grafindo Persada,2005) h. 201

34

6. Perkembangan Madrasah Lembaga-lembaga pendidikan yang terkenal di dunia Islam pada zaman klasik adalah kuttab dan madrasah. Ada juga yang membaginya kepada maktab/kuttab, aljami, mejelis ilmu atau majelis adab dan madrasah atau kuliah Al-Ahwani. Lembaga berikutnya adalah madrasahmadrasah adalah lembga pendidikan yang tumbuh setelah mesjid. Salah satu faktor yang menyebabkan tumbuhnya madrasah adalah karena masjid telah penuh dengan tempat belajar disamping itu pengetahuanpun telah banyak pula berkembang disebabkan perubahan zaman dan kemajuan peradaban manusia.

Dalam rangka upaya meningkatkan madrasah,

pemerintah melalui kementerian agama

memberikan bantuan kepada

madrasah dalam bentuk material dan bimbingan, untuk itu kementerian agama mengeluarkan peraturan nomor 1 tahun 1946 dan disempurnakan dengan peraturan menteri agama nomor 7 tahun 1952. Didalam peraturan tersebut dicantumkan, yang dinamakan madrasah ialah tempat pendidikan yang diatur sebagai sekolah dan membuat pendidikan dan ilmu pengetahuan agama Islam menjadi pokok pengajaran. Menurut ketentuan menteri agama

jenjang pendidikan pada

madrasah terdiri dari: 1) Madrasah rendah, sekarang namanya disebut Madrasah Ibtidaiyah. 2) Madrasah lanjutan tingkat pertama, sekarang disebut namanya dengan Madrasah Tsanawiyah.

35

3) Madrasah lanjutan atas, sekarang disebut namanya Madrasah Aliyah.12 Pendidikan Islam dizaman Jepang terkait erat dan saling membutuhkan antara Jepang dan umat Islam di Indonesia. Jepang membutuhkan umat Islam di Indonesia terkait dengan Perang Asia Timur Raya, agar pihak Jepang mendapat bantuan dari umat Islam di Indonesia. Sedangkan dari umat Islam mengharapkan akan memperoleh kemerdekaan Indonesia. Pendidikan

Islam

di

Indonesia

pasca

penjajahan

(zaman

kemerdekaan) dapat dibagi dua bagian yaitu: 1) Pendidikan Islam Sebagai Lembaga Pendidikan Islam sebagai lembaga adalah tumbuh, dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, sekolah, madrasah dan perguruan tinggi. 2) Pendidikan Islam Sebagai Mata Pelajaran Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran pengertiannya adalah dimasukkannya mata pelajaran agama ke sekolah-sekolah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri disamping mata pelajaran lainnya. Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran telah dimasukkan ke sekolah sejak tahun 1946, sejak dimulainya pelajaran agama di sekolah umum. Pendidikan agama tersebut secara bertahap mengalami dinamika dan terakhir dicantumkan dengan tegas dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 12

Daulay, Haidar Putra, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Islam di Indonesia.2007).hal:96-102.

36

Dalam fase kedua

adalah diberlakukannya Surat Keputusan

Bersama Tiga Menteri tahun 1975. Fase ini berlangsung dari tahun 19751990. Inti dari SKB Tiga Menteri ini adalah upaya untuk meningkatkan mutu madrasah dalam surat keputusan tersebut dicantumkan: 1) Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah sekolah umum yang setingkat. 2) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat lebih di atasnnya. 3) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat (SKB Tiga Menteri tahun 1975 , Bab II Pasal 2) Dengan dilaksankannya SKB Tiga Menteri ini berarti: 1) Eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam lebih mantap dan kuat. 2) Pengetahuan umum pada madrasah lebih meningkat. 3) Fasilitas fisik dan peralatan lebih disempurnakan. 4) Adanya civil effect terhadap ijazah madrasah. Fase ketiga adalah fase setelah diberlakukannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU No 2 Tahun 1989) dan diiringi dengan sejumlah Peraturan Pemerintah (PP) No 28 dan 29. Madrasah pada fase ini dijelaskan secara eksplisit adalah sekolah yang bercirikan khas agama Islam, makna yang terkandung di dalamnya bahwa madrasah pada tingkat dasar dan menengah memberlakukan kurikulum sekolah yang ditambah dengan kurikulum ilmu-ilmu agama sebagai ciri khasnya.

37

Perubahan yang terjadi pada madrasah dimulai dengan dibukanya Madrasah Wajib Belajar (MWB) pada awal tahun 50-an oleh kementerian agama dibawah menteri agama K. H Wahid Hasyim. Tujuan MWB ini diarahkan kepada pengembangan jiwa bangsa yaitu kemajuan dibidang ekonomi, industri dan transmigrasi dengan kurikulum yang menyelaraskan tiga perkembangan yaitu perkembangan otak, perkembangan hati, dan perkembangan keterampilan tangan. Lama belajar MWB ini 8 tahun dengan pertimbanagan, bahwa pada umur 6 tahun anak sudah berhak sekolah, dan pada umur 15 tahun selesai dengan Undang-undang Perburuhan, dimana pada umur tersebut anak telah diizinkan untuk mencari nafkah. Di samping itu adanya MWB ini dimaksudkan sebagi usaha awal untuk memberikan bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman materi kurikulum dan sistem penyelenggaraanya dalam upaya peningkatan mutu Madrasah Ibtidaiyah. Namun kenyataannya MWB ini tidak terlaksana sebagaimana yang diharapkan. diantara faktor penyebabnya adalah: 1) Keterbatasan sarana dan prasarana. 2) Ketidak mampuan pemerintah untuk mempersiapkan guru. 3) Kurang antusiasnya masyarakat dan penyelenggara madrasah. 4) Masyarakat menganggap dengan porsi 25 % mata pelajaran agama, maka MWB kurang memenuhi persyaratan sebagai lembaga pendidikan agama.

38

Akhirnya pemerintah mendirikan sistem madrasah yang lebih memenuhi persyaratan dan keinginan masyarakat. Madrasah tersebut terdiri dari tiga tingkatan yaitu: 1) Madrasah Ibtidaiyah, lama pendidikannya 6 tahun. 2) Madrasah Tsanawiyah Pertama, lama pendidikannya 4 tahun. 3) Madrasah Tsanawiyah Atas, dengan lama pendidikan 4 tahun. Usaha kementerian agama pada masa Orde Baru untuk meningkatkan mutu madrasah tampaknya bergulis terus, disamping adanya usaha utnuk menghilangkan dualisme sistem pendidikan menuju mono sistem pendidikan. Usaha tersebut tidak hanya tugas wewenang kementerian agama saja tetapi juga tugas pemerintah secara keseluruhan bersama dengan umat Islam. Perkembangan madrasah pada masa Orde Baru dapat pula dibagi atas beberapa periode: 1) Perkembangan madrasah sebelum Undang-undang nomor 2 tahun 1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Perubahan pada madrasah dilanjutkan pada Masa Orde baru sewaktu Departemen Agama dipimpin oleh DR. Mukti Ali, MA. Beliau mengeluarkan keputusan bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaaan serta Menteri Dalam Negeri No 6 Tahun 1975, No 037/U/1975 dan No. 36 Tahun 1975 tanggal 24 Maret 1975 tentang Peningkatan Mutu Pendidkan Madrasah. Keputusan bersama tersebut merupakan pelaksanaan dari keputusan Presiden No 15 Tahun 1972 dan

39

instruksi Presiden No 15 Tahun 1974, sesuai dengan petunjuk Presiden pada sidang kabinet terbatas tanggal 26 November 1974. Menurut SKB 3 Menteri tersebut yang dimaksud dengan madrasah ialah lembaga pendidikan yang menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar, yang diberikan sekurangkurangnya 30 % disamping mata pelajaran umum. Sementara itu madrasah mencakup tiga tingkatan yaitu: a) Madrasah Ibtidaiyah, setingakat SD b) Madrasah Tsanawiyah, setingkat SMP c) Madrasah Aliyah, setingkat SMA. Dalam rangka merealisasikan SKB 3 Menteri tersebut, maka pada tahun 1976 Departemen Agama menetapkan kurikulum standar untuk dijadikan acuan oleh madrasah, baik untuk MI, MTs maupun Madrasah Aliyah. Kurikulum yang dikeluarkan tersebut juga dilengkapi dengan : a) Pedoman dan aturan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran pada madrasah, sesuai dengan aturan yang berlaku pada sekolah sekolah umum. b) Deskripsi berbagai kegiatan dan metode penyampaian program untuk setiap bidang studi, baik untuk bidang studi agama maupun bidang studi pengetahuan umum. Dengan diberlakukannya kurikulum standar yang menjadi acuan, maka berarti telah keseragaman madrasah dalam bidang studi

40

agama, baik kualitas maupun kuantitasnya, kemudian adanya pengakuan persamaan yang sepenuhnya antara madrasah-madrasah dengan sekolah-sekolah umum yang setaraf, serta madrasah akan mampu berperan sebaagi lembaga pendidikan yang memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan mampu berpacu dengan sekolah-sekolah umum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional. 2) Perkembangan madrasah dalam pelaksanaan UU RI No 2 tahun 1989 tentang SISPENAS. Usaha peningkatan mutu madrasah terus ditingkatkan oleh pemerintah. Dengan lahirnya UUD Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISPENAS) dengan segala peraturan pemerintah sebagai pedoman pelaksanaannya, maka kurikulum berbagai jenjang dan jenis pendidikan di madrasah sekarang sedang berlaku perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan tersebut, seperti yang tercantum pada pasal 37 UU SISPENAS. Diantara bagian isi pokok ketentuan-ketentuan tersebut ialah mengenai program pengajran, dimana ditentukan bahwa setiap madrasah pada tingkat masing-masing wajib melaksanakan kurikulum mata pelajaran yang disusun secara nasional. 3) Perkembangan madrasah masa Reformasi (1997- sekarang) a) Perkembanagan madrasah sebelum lahirnya Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.

41

Indonesia setelah Era Reformasi ini merelisasikan kehendak sebagian besar masyarakat Indonesia utnuk adanya otonomi daerah. Berkenaan dengan itu lahirlah Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tentang pertimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah dan di iringi pula PP No 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan Kewenagngan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Dengan

adanya

otonomi

daerah

dan

disentraslisasi

pendidikan pada masa reformasi, terjadilah berbagai perubahan pada madrasah yaitu (1) perubahan dan pengelolaan (2) perubahan dalam pemberdayaan dan (3) perubahan partisipasi masyarakat. 4) Perkembangan madrasah dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS.13

C. Kajian Relevan Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis telah melakukan wawancara yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Sejauh yang penulis ketahui tidak ditemukan kesamaan judul yang mengkaji tentang Perkembangan Madrasah Aliyah Negeri Palangki. Dalam penelitian ini penulis berusaha

13

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika. 2003). hal:76-77.

42

mengungkapkan dan mendapatkan sumber yang relevan dengan pokok pembahasan ini antara lain: Skripsi Ilhamdi Yusrah Jurusan Tadris IPS Konsentrasi Sejarah Fakultas Tarbiyah IAIN IB padang yang membahas tentang Perkembangan Madrasah Aliyah Negeri Nurul Maulid tahun 1994-2013, Kabupaten Solok. Pada skripsi ini permasalahan pokok yang diteliti adalah bagaimana sejarah dan perkembangan, sarana prasarana, kurikulum, siswa, tenaga pendidik. kaiatannya dengan proposal yang penulis buat adalah sama-sama membahahas sejarah dan perkembangan tetapi dilakukan pada objek yang berbeda dan diteliti pada tempat yang berbeda antara satu sama lain.kesamaan lain juga sama-sama membahas tentang, sarana dan prasarana, tenaga pendidik, siswa, kurikulum.