BAB II TINJAUAN PUSTAKA: DUNIA RANCANG BUSANA, SENI MODERN DAN PENGARUH ANTARA SENI DAN MODE
Pada Bab ini, penulis menguraikan dunia rancang busana, seni modern serta pengaruh antara seni dan mode dengan mengambil sumber dari buku Fashion Design karangan Sue Jenkyn Jones dan buku Fashion From Concept to Consumer karangan Gini Stephen Frings untuk Sub-Bab mengenai dunia rancang busana. Sementara pada Sub-Bab mengenai dunia seni, penulis menguraikan dari buku Filsafat Seni karangan Jacob Sumardjo; dan Art of The 20th Century karangan Karl Ruhrberg, Manfred Schneckenburger, Christiane Fricke dan Klaus Honnef. Lalu pada Sub-Bab mengenai pengaruh antara seni dan mode dan kaitan antara keduanya, penulis mengambil sumber dari buku Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art karangan DR Alice Mackrell. Meskipun demikian, penulis juga mengambil data-data pelengkap lainnya dari beberapa sumber di berbagai situs internet.
2.1
Dunia Rancang Busana
2.1.1
Definisi Mode Bagi orang awam, kata Mode memang erat kaitannya dengan pakaian.
Namun asal-muasalnya, kata Mode yang dalam bahasa Inggris adalah Fashion, berarti bentuk dari suatu hal, gaya busana, perilaku, dan sebagainya. Mode berarti trend. Sesuatu yang dilakukan atau digunakan oleh suatu komunitas tertentu dalam jangka waktu tertentu. Mode tidak selalu berhubungan dengan gaya berpakaian atau asesoris, namun juga dapat menjadi suatu konsep, gaya hidup, musik, perilaku, jargon dan sebagainya. Mode erat kaitannya dengan proses sebuah perubahan gaya, karena mode selalu berubah-ubah menurut jamannya. Tetapi, karena gaya berpakaian dan asesoris paling sering mengalami perubahan dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka 10
banyak orang yang sering menghubungkan kata Mode dengan pakaian dan asesoris . 11
Menurut kamus Webster's New World College Dictionary , istilah fashion dituturkan sebagai berikut: 10 11
Sue Jenkyn Jones, Fashion Design, Laurence King Publishing, London, 2002. Noah Webster, Webter’s New World College Dictionary, Simon&Schuster, New York, 1983.
15
Noun: 1. The make or form, or shape of a thing 2. Kind; sort 3. The way in which something is made or done manner 4. The current style or mode of dress, speech, conduct, etc/ 5. Something, esp. a garment in the current style. 6. Fashionable people as a group (a man of fashion) Verb: 1. To make in a certain way, give certain form to, shape, mold 2. To fit, to accommodate (music fashioned to our taste) Synonim: Fashion is the prevailing custom in dress, manners, speech, etc. of a particular place or time, esp. as established by the dominant section of society or leaders in the field of art, literature, etc. Style often a close synonym for fashion, in discriminating use suggests a distinctive fashion, especially the way of dressing, living, etc. that distinguishing persons with money and taste. Mode, the French word expressing this idea, suggests the height of fashion in dress, behavior, etc. in any particular time. Vogue, stressed the general acceptance or great popularity of a certain fashion Fad stresses the impulsive enthusiasm with which a fashion is taken up for a short time. Rage and Craze both stress an intense, sometimes irrational enthusiasm for a passing fashion. Pengertian mode lainnya, dikemukakan oleh Van Hoeve dalam Kamus Belanda-Indonesia, yaitu "Mode yaitu ragam/cara/gaya pada suatu masa tertentu yang berganti-ganti dan diikuti oleh orang banyak dalam berbagai bidang terutama 12
berpakaian" . Sementara itu Gini Stephen Frings dalam bukunya Fashion From Concept To Consumer mendefinisikan bahwa fashion atau mode adalah gaya yang sedang terpopuler pada saat tertentu. Istilah mode mengandung tiga komponen, yaitu style, acceptance dan timeliness, dimana style atau gaya berkaitan dengan karakteristik kelas atau ciri dalam pakaian atau dalam asesori. Acceptance (daya tembus pasar)
12
Lihat Arifah A. Riyanto, Teori Busana, Penerbit Yampemdo, Bandung, 2003, hal 106.
16
berkaitan dengan daya tariknya terhadap pasar; dan timeliness (cakupan waktu) berkaitan dengan perubahan dalam siklus mode. Jadi mode, menurut Gini Stephen 13
Frings, adalah produk atau hasil karya yang senantiasa berubah . Dalam mode atau fashion, terdapat beberapa istilah yang menggunakan kata fashion untuk menggambarkan suatu hal atau peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan mode. Seperti istilah sesuatu sedang digemari masyarakat (in fashion), mode yang dipamerkan atau diperagakan (fashion show), pencipta mode (fashion designer), buku mode (fashion book), gambar pola pakaian sesuai mode terakhir (fashion plate). Mode dalam berpakaian merupakan cara yang paling mudah untuk mengekspresikan emosi atau perasaan terhadap sesuatu bagi manusia selama berabadabad. Pakaian pun dapat mencerminkan kepribadian seseorang. Apabila seseorang yang memiliki status yang dianggap penting dalam suatu kebudayaan/masyarakat mulai mengenakan pakaian yang baru atau berbeda, maka trend mode pun dapat berubah. Masyarakat cenderung mengikuti atau berpatokan pada seseorang tersebut, sehingga terjadilah trend pemakaian baju yang hampir serupa bentuknya atau gayanya dengan sang pencipta trend. Mode sangatlah beragam, terbagi dalam suatu lingkungan beradasarkan keragaman umur, kelas sosial, pekerjaan, geografis serta lingkup waktu. Apabila, contohnya, seorang manula berpakaian berdasarkan trend mode anak muda maka akan terlihat sangat memalukan di mata baik orang tua maupun kaum muda. Berdasarkan definisinya, mode berubah-ubah secara konstan. Perubahan tersebut bahkan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas manusia lainnya (bahasa, pemikiran, dan sebagainya). Bagi beberapa pihak, langkah cepat bagi perubahan dalam dunia mode mencerminkan aspek-aspek negatif dari kapitalisme; menghasilkan sesuatu yang sia-sia dan mendorong masyarakat, sebagai
13
Gini Stephen Frings, Fashion From Concept to Consumer, Prentice Hall, Indiana, 1998 hal 46.
17
konsumen untuk membeli barang-barang yang tidak berguna. Pihak lain, khususnya generasi muda, menikmati keragaman perubahan dalam dunia mode dan melihatnya sebagai cara untuk memuaskan keinginan mereka dalam mengalami "pembaharuan" dan hal-hal yang "menarik". Namun, mode yang semula bersifat sementara itu juga dapat berubah hingga akhirnya dapat menjadi suatu ciri khas atau keseragaman yang menetap, seperti contohnya pakaian Mao yang akhirnya menjadi baju nasional 14
Republik Rakyat Cina . Perubahan yang cepat dalam dunia mode berpakaian dimulai sejak awal abad ke-20. Pada masa abad ke-7 hingga ke-18, trend mode dapat berlangsung hingga beberapa dekade bahkan abad; dan biasanya hanya golongan kelas atas saja yang berpakaian “modis”. Namun hal tersebut sangat berbeda dengan yang sekarang ini kita alami. Kini apabila memakai pakaian dari trend tahun lalu saja pasti sudah ditertawakan. Masyarakat sekarang ini mengikuti trend mode hingga titik tertentu, karena mode bukan hanya mencakup pembuatan haute couture, desain eksklusif atau masterpiece dari seorang desainer mode. Bahkan di negara-negara miskin pun, dimana mode bukan merupakan patokan gaya hidup, mode tetap ada dan berubahubah. Dampak dari perubahan mode dapat dilihat sehari-hari dimana-mana, termasuk pada pelajar sekolah yang cenderung peka tentang mode yang kebanyakan akhirnya mengikuti trend dengan mengubah-ubah gaya rok atau kemeja seragam, sepatu, tas hingga asesoris seragam mereka.
2.1.2
Peristilahan Busana Kata "busana" diambil dari bahasa Sansekerta "bhusana". Dalam bahasa
Jawa dikenal sebagai "busono". Pada kedua bahasa itu, artinya sama yaitu "perhiasan". Namun, dalam bahasa Indonesia, terjadi pergeseran arti "busana" 14
www.apparelsearch.com/fashiondefinition
18
menjadi padanan kata "pakaian". Meskipun demikian, pengertian busana dan pakaian ada bedanya, karena busana mempunyai konotasi "pakaian yang indah atau bagus". Kesimpulannya, busana berarti "pakaian yang enak dipandang mata, serasi, selaras dan harmonis dengan pemakai dan kesempatan pemakaian". Ini sesuai dengan arti semula dari kata benda busana yaitu "perhiasan", sebagai sesuatu yang memiliki makna yang indah, bagus atau bernilai seni.
15
Istilah busana dalam bahasa Inggris sangat beragam, pemakaian istilah itu tergantung pada konteks yang dikemukakan, seperti fashion, costume, clothing, dress dan wear. Fashion lebih terfokus kepada mode, yang umumnya ditampilkan dan sedang digemari. Costume biasanya berkaitan dengan jenis busana, seperti busana nasional (national costume), busana barat (west costume), busana muslim (Moslem costume). Sementara clothing dapat diartikan sebagai sandang; peristilahan ini untuk menyatakan busana yang berkaitan dengan kondisi seperti busana musim dingin (winter clothing), busana musim semi (spring clothing). Selanjutnya, dress dapat diartikan sebagai rok, gaun; busana yang dapat menunjukkan pakaian untuk kesempatan tertentu, contohnya busana formal (formal dress), busana seragam (dress uniform), busana untuk kesempatan pesta (dress party). Istilah busana yang lain dalam bahasa Inggris yaitu wear. Contoh pemakaian istilah ini seperti busana wanita (women's wear) atau busana olahraga (sports wear).
2.1.3
Dua Tipe Mode Ada 2 (dua) pendekatan pada perancangan pakaian dan proses produksinya,
yaitu Haute Couture (bahasa Perancis dari “proses penjahitan tingkat tinggi”), dimana pakaian dibuat secara eksklusif atas permintaan klien; pakaian tersebut diukur secara individual, dipotong dan dijahit dengan sangat hati-hati. Tipe mode yang lainnya 15
Arifah A. Riyanto, Teori Busana, Penerbit Yampemdo Bandung 2003, hal 1.
19
adalah prêt-a-porter (bahasa Perancis dari “siap pakai”), dimana pakaian dibuat 16
dalam berbagai ukuran, warna dan bentuk untuk pasar yang ditargetkan .
2.1.3.1 Haute Couture atau Adibusana Rancangan Adibusana atau Haute Couture merupakan puncak dari pasar sebuah rumah mode. “Adibusana” atau dalam bahasa Perancis dan bahasa Mode (fashion jargon) disebut haute couture berasal dari kata haute artinya tinggi, dan couture berarti pembuat pakaian. Jadi secara harfiah, Haute Couture berarti 17
pembuatan pakaian tingkat tinggi . Sementara menurut kamus Webster, Haute Couture berarti mode kelas atas, busana rancangan yang paling mahal dan ekslusif. 18
Menurut Kamus Oxford Dictionary and Thesaurus , istilah Haute Couture didefiniskan sebagai berikut: haute couture |ˌōt ˌkoōˈtoŏr| Noun: the designing and making of high-quality fashionable clothes by leading fashion houses, esp. to order. • fashion houses that engage in such work. • clothes of this kind. ORIGIN early 20th century: French, literally ‘high dressmaking’. Adibusana merupakan puncak pencapaian sebuah rumah mode (fashion house) yang dibuka seorang perancang busana (fashion designer). Dijahit secara hatihati dengan teknik jahit tingkat tinggi, bahkan apabila perlu menggunakan tangan yang mesti ahli, adibusana biasanya menggunakan bahan yang eksklusif, oleh karenanya berharga mahal. Mutu bahan, mutu jahitan, keunikan tema, corak dan
16
Sue Jenkyn Jones, op cit, hal 25. Monica Camel, Haute Couture vs Pret-a-Porter-High Fashion Revealed, sebagaimana dimuat dalam www.getbeautytips.com. 18 Alan Spooner et all, Oxford Dictionary and Thesaurus, Oxford University Press Inc, New York, 1997. 17
20
bentuk—gabungan keseluruhannya mencitrakan eksklusifitas—memang merupakan ciri utama suatu adibusana yang membedakannya dari sekadar sepotong pakaian. Dan dalam rangka mengejar citra eksklusif itu tidak jarang bahan baku untuk penciptaan adibusana dirancang dan dibuat sendiri oleh rumah mode pencipta, dengan menggunakan serat alam terpilih yang diramu melalui teknik-teknik pembuatan bahan tingkat tinggi. Adibusana, biasanya hanya diciptakan satu potong (one and the only piece) dan tidak untuk diperbanyak. Oleh karena itu, pembuatan karya rancangan adibusana dianggap penting baik bagi sang perancang; bagi para pekerja rumah mode yang bersangkutan mulai dari juru gambar, tukang potong, tukang jahit hingga para peraga (model) yang dikontraknya; dan terutama penting bagi para konsumen mode yang niscaya bersedia mengenakan haute couture berharga mahal demi eksklusifitas dan pengakuan atas ke-aku-annya. Di dalam kerangka kepentingan itu, keberhasilan suatu rumah mode dapat dilihat dari apakah rancangan adibusananya laku terjual atau tidak. Di sini nampak bahwa setiap rumah mode senantiasa akan berpijak pada dua dunia yang berbeda; yang satu adalah dunia seni (rupa) dan yang lainnya dunia komersial.
Gambar 3.1: Rancangan Haute Couture oleh Dior Sumber: www.dior.com
21
Rumah mode yang masih aktif menyuguhkan peragaan busana Haute Couture sekarang ini adalah Dior, Versace, Chanel, Oscar De La Renta, Armani, Jean Paul Gaultier, Valentino, Yves Saint Laurent dan Givenchy. Paris dijadikan pusat rumah Couture. Di sana bahkan didirikan organisasi bernama La Federation Francaise de la Couture du Pret a Porter des Couturiers et des Createurs de Mode yang dibuat oleh beberapa perancang Couture atau biasanya disebut Couturiers untuk melindungi rancangan-rancangan mereka. Pada tahun 1960an, perancang busana seperti Paco Rabanne dan Pierre Cardin merupakan mereka yang pertama mengusung ide haute couture sebagai suatu karya eksperimental dan seni yang eksklusif untuk mode. Pakaian yang dibuat selalu diproduksi di rumah mode, di dalam studio si perancang, karena pada proses produksi biasanya kreatifitas yang tinggi sangat dibutuhkan, dan umumnya para perancang sangat ingin menunjukkan orisinalitas pada desainnya, bahkan terkadang karakteristik sang perancang dapat terlihat jelas pada desainnya. Karya haute couture dapat dipesan sesuai dengan permintaan si pembeli. Harga yang ditawarkan pun biasanya sangat mahal, sehingga hanya kaum kaya dan terkenal saja yang dapat membeli rancangan couture. Contohnya, satu pasang jas dengan celana dari Armani dapat dihargai US$15.000 atau sekitar Rp 150 juta rupiah, sementara sebuah gaun Valentino dapat dihargai sekitar US$30.000 atau Rp 300 juta. Namun sekarang ini pasar haute couture mengalami penurunan bahkan kurang menguntungkan bagi beberapa rumah mode. Kurangnya pembeli dan pemesanan pakaian haute couture merupakan salah satu alasannya. Bahkan terkadang karya haute couture dapat terlihat aneh dan tidak pantas dikenakan. Namun beberapa tahun terakhir ini, beberapa rumah mode besar telah mempekerjakan perancang-perancang muda yang memiliki gaya sendiri untuk memperbaiki bahkan mengganti imej mereka. Contohnya,
22
John Galliano yang sekarang ini bekerja untuk Dior; Marc Jacobs di Louis Vuitton; Narciso Rodriguez di Loewe; Stefano Pilati di Yves Saint Laurent; Frida Gianini di Gucci dan Olivier Theyskens di Balenciaga. Ada juga beberapa rumah mode lain yang mencari jalan tengah dengan membuat busana demi-couture, yaitu dengan menggabungkan desain haute couture dan teknik siap pakai, sehingga harga yang ditawarkan juga menjadi lebih terjangkau. Seperti, Donna Karan membuat DKNY, Prada membuat Miu-Miu, Dolce and Gabbana dengan merek D&Gnya, Yves Saint Laurent dengan YSL Rive Gauche. Alternatif ini membuka peluang besar agar investasi mereka berputar dan juga dapat menghasilkan uang yang besar.
2.1.3.2 Pret-a-porter atau siap pakai Dalam bahasa Perancis Pret-a-porter berarti siap pakai, atau ready-to-wear dalam bahasa Inggris. Tidak seperti haute couture, material dan bahan yang digunakan untuk membuat pakaian siap pakai umumnya lebih murah dan tidak dijahit khusus menggunakan tangan melainkan mesin jahit dan dalam jumlah yang banyak dengan beragam ukuran. Harga yang ditawarkan pun terjangkau oleh pasar. Koleksi busana siap pakai ini biasanya terbagi dua atas; koleksi perancang busana dan koleksi konfeksi. Bagi koleksi perancang busana, pakaian yang dibuat memiliki kualitas yang tinggi, finishing yang rapih dengan potongan dan rancangan yang unik. Koleksi-koleksi ini senantiasa lebih mudah untuk dijadikan sebagai penciptaan trend bagi masyarakat dibandingkan dengan rancangan adibusana dan pakaian buatan konfeksi. Karya siap pakai rancangan perancang busana ini umumnya disertai dengan tema yang mewakili teori atau filsafat tertentu sehingga pakaian seperti ini umumnya tidak membidik langsung pada penjualannya melainkan untuk menerangkan suatu penjelasan (konsep rancangannya). Perancang busana siap pakai
23
ini juga menggelar karyanya pada acara-acara peragaan busana internasional. Sementara itu, pakaian koleksi siap pakai konfeksi merupakan pakaian yang biasanya dapat kita lihat di toko-toko terdekat. Koleksi konfeksi ini biasanya dipadu-padankan oleh seorang pengarah gaya dan dibuat dengan kualitas bahan yang lebih murah dengan teknik penjahitan yang rendah dan dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Umumnya mereka membidik masyarakat umum yang pada dasarnya tidak mencari pandangan baru mengenai mode melainkan hanyalah sebagai para pengikut trend mode. Koleksi pakaian siap pakai (pret-a-porter) biasanya dipersiapkan oleh Chambre Syndicale, sebuah organisasi mode besar untuk manufaktur dan marketing yang berbasis di Paris, dimana hampir semua rumah mode besar merupakan anggota dari organisasi ini. Setiap tahunnya selama dua kali Chambre Syndicale mengadakan fashion show, yaitu pada bulan Januari dan September. Sekarang ini banyak perancang yang berkarya membuat pakaian haute couture dan juga pada saat yang sama membuat label pakaian siap pakai (pret-a-porter) mereka.
Gambar 3.2: Rancangan Pret-a-porter oleh Marc Jacobs Sumber: www.ebay.com
24
2.1.4
Penggunaan Pakaian dan Sejarahnya
2.1.4.1 Kegunaan Berpakaian Menurut Sue Jenkyn Jones dalam bukunya yang berjudul Fashion Design, mode merupakan bentuk spesialisasi dari menghias tubuh. Para penjelajah dan petualang merupakan orang-orang pertama di dunia yang menyimpan catatan dan komentar tentang hiasan tubuh atau gaya berpakaian yang mereka lihat dari tempattempat yang mereka kunjungi di seluruh penjuru dunia. Beberapa di antara para penjelajah itu pulang dari perjalanan mereka dengan membawa gambar atau contoh pakaian yang unik dari negeri seberang tersebut. Ahli kebudayaan dan analis pakaian memfokuskan 4 (empat) kebutuhan utama dalam berpakaian, yaitu kegunaan, penutup aurat, gaya dan penghias tubuh. 1.
Kegunaan Pakaian banyak dibuat berdasarkan kepraktisan dan kepentingan pemakainya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Apabila berada dalam suatu lingkungan yang panas dan penat, tubuh harus tetap terasa nyaman dan berada dalam suhu yang dapat membuat sirkulasi darah berjalan lancar. Seperti contohnya, baju orang Eskimo yang dibuat menggunakan bahan tebal dan berbulu agar mereka tetap hangat, atau baju petugas pemadam kebakaran yang harus terlindungi dari api atau gas yang membahayakan.
2.
Penutup Aurat dan Penyamaran Manusia membutuhkan pakaian untuk menutupi auratnya. Norma di masyarakat menuntut kesopanan dan terkadang banyak yang memakai hukum berpakaian sebagai tolok ukur etiket dan sopan santun. Bahkan pada komunitas agama, kebudayaan atau masyarakat tertentu, terdapat aturan tertentu tentang cara berpakaian. Seperti contohnya, di Afghanistan, dimana terdapat aturan ketat yang melarang wanita untuk memamerkan bagian tubuh manapun; mereka harus memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya
25
dari mulai ujung kepala hingga kaki, bernama Burqa. Namun selain itu, pada dasarnya manusia sering merasa kurang nyaman dengan adanya kekurangan fisik pada dirinya, terutama pada usia yang semakin tua. Di sinilah pakaian berperan untuk menutup kekurangan dan menyamarkannya. 3.
Gaya Pakaian dapat menjadikan si pemakai sebagai alat guna menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, pakaian juga bisa dijadikan sebagai sarana untuk pengekspresian gaya dan perasaan si pemakai. Oleh karena itu, pakaian dibuat dengan model yang berbeda-beda, kadang ada yang sexy, terbuka atau ketat agar si pemakai dapat mengekspresikan sensualitasnya, atau ada pula yang dibuat tertutup dan longgar, agar dapat menutupi kekurangan-kekurangan pada bagian tubuh si pemakai dan agar ia merasa nyaman. Baik bagi pria maupun wanita; mereka menikmati perasaan senang dan nyaman kala memakai pakaian yang bagus dan apabila banyak yang tertarik dengan penampilan mereka.
4.
Penghias Tubuh atau Alat Memperindah Pakaian juga merupakan berperan sebagai penghias tubuh atau sebagai dekorasi yang dapat mengekspresikan kreatifitas dan individualitas si pemakai. Tetapi penghias tubuh bisa menjadi berlawanan dengan kenyamanan berpakaian, kemampuan bergerak dan kesehatan. Seperti contohnya tindikan pada bagian-bagian tubuh tertentu, tato bahkan pemakaian korset. Berkenaan dengan hasrat untuk memperindah penampilan, terkadang seseorang akan melakukan apapun agar tampak gaya. Kosmetik, perhiasan, gaya rambut, wig atau hair extension, pelurusan rambut, pengkeritingan rambut, suntan, sepatu hak tinggi dan bahkan operasi plastik hingga botox dan liposuction juga termasuk sebagai upaya penghias tubuh demi keindahan penampilan yang dimaksud.
2.1.4.2 Sejarah Penggunaan Pakaian Pada sub-bab ini, penulis menguraikan sejarah penggunaan pakaian berdasarkan buku diktat mata kuliah Fashion karangan Drs. Ahmad Haldani yang
26
menjelaskan bahwa, perjalanan penggunaan pakaian berawal jauh sejak jaman es dan jaman Paleolitikum ± 40.000 tahun yang lalu. Hal ini ditunjukkan dari dokumendokumen primitif di berbagai gua di belahan dunia. Pada awalnya, bagi manusia primitif, pakaian digunakan hanya untuk alasan yang sederhana, yaitu melindungi tubuh dari perubahan-perubahan alam tempat mereka bermukim. Contohnya, untuk mengatasi hawa dingin, mereka memerlukan "sesuatu" yang dapat melindungi tubuhnya. Mereka menilai, bahwa hewan ternyata lebih beruntung karena memiliki bulu. Oleh sebab itu, timbul pemikiran bahwa, dalam berburu, tak hanya mereka mengambil dagingnya, tapi hewan tersebut juga harus dikuliti untuk diambil bulunya. Namun, bulu binatang yang mereka peroleh ternyata kemudian menimbulkan persoalan lain saat dikenakan pada tubuh mereka, yaitu mereka merasa kurang bebas bergerak dan merasa ada bagian tubuh lain yang masih terbuka. Selain itu, kulit mereka juga mengalami gangguan gatal-gatal dan tidak nyaman, terutama ketika kulit dari bulu binatang itu mulai mengeras karena kering. Dari persoalan-persoalan itulah, akhirnya tercipta beberapa teknik yang sebelumnya tidak terpikirkan. Teknik-teknik tersebut, menurut para sejarahwan sebanding dengan penemuan pembuatan api dan penggunaan roda, yaitu teknik menggabungkan beberapa potongan kulit binatang dengan cara dijahit dan digunting. Pada gua-gua Paleolitikum, ditemukan bukti-bukti berupa jarum-jarum kecil yang dibuat dengan keterampilan tinggi dengan menggunakan bahan baku tulang, gading dan taring binatang. Penemuan inilah yang menjadi awal bagi manusia untuk mengenal kebudayaan menjahit dan berpakaian dalam bentuk potongan yang lebih nyaman sesuai dengan lekuk dan bentuk tubuh 19
mereka . Teknik pengempaan kulit binatang tersebut kemudian dilanjutkan dengan penemuan serat tumbuhan yang dikempa. Teknik yang masih berkembang hingga saat ini, dahulu dikembangkan oleh bangsa Mongol di Asia Tengah, salah satu contohnya adalah penyerutan serat wool dan rami. Teknik ini merupakan cara untuk membuat lembaran-lembaran kain agar terasa lebih hangat, lentur dan lembut juga tahan lama dan mudah dibentuk, dipotong serta dijahit untuk membuat suatu pakaian, karpet hingga tenda untuk bermukim. Babak lain dalam pemanfaatan serat kayu yang telah dilakukan sejak zaman dahulu adalah yang dilakukan oleh suku Indian Amerika, dimana mereka saat itu telah mengenal teknik untuk menjalin, menganyam dan 19
Ahmad Haldani, Diktat mata kuliah Fashion, FSRD, Institut Teknologi Bandung, 2006.
27
akhirnya menenun. Dikatakan babak lain karena teknologi menganyam dan menenun menuntut persyaratan lain yang sangat berpengaruh terhadap kebudayaan manusia, yaitu sikap hidup menetap, bercocok tanam dan memelihara binatang (biri-biri) yang oleh para ahli sejarah diperkirakan terbentuk sejak masa Neolitikum (800-350 SM). Budaya menetap inilah yang memungkinkan manusia untuk menenun kain dengan bantuan alat atau mesin sederhana serta membuat pakaian sederhana untuk mereka kenakan. Bentuk-bentuk awal pakaian yang paling sederhana merupakan bentuk selendang dan sarung, yang merupakan cikal bakal dari bentuk rok. Bentuk perkembangannya antara lain dapat dilihat dari pakaian-pakaian bangsa Mesir, dimana wanita maupun pria sama-sama menggunakan busana sejenis rok. Yang membedakan mereka hanyalah dalam hal perbedaan ukuran panjangnya, dimana rok pria lebih pendek dibandingkan rok wanitanya. Pemakaian rok juga sudah diadaptasikan oleh bangsa Yunani dan Romawi pada zaman sebelum Masehi. Perjalanan busana yang perkembangannya dapat kita saksikan hingga zaman sekarang berawal dari kebudayaan-kebudayaan besar dunia, seperti kebudayaan lembah Euphrates, Mesir kuno, Mesopotamia dan Asia. Dari sinilah, model-model busana mulai dikenal dan ciri khas antara pria dan wanita pun mulai dibedakan. Hiasan pada pakaian juga mulai berkembang seiring dengan berkembangnya kebudayaankebudayaan tersebut, diikuti dengan ditemukannya teknik tenun dan penemuan zat pewarna. Pakaian yang berhias merupakan cermin kebudayaan tinggi dan identitas. Pada zaman dahulu, bangsa Romawi pernah menerapkan hukuman mati bagi siapa saja yang mengenakan pakaian berhias, karena menurut mereka, pakaian yang berhias merupakan simbol yang identik dengan musuh mereka, bangsa Barbar. Pada beberapa pahatan di situs Sumeria Kuno di Mesopotamia (± 30.000 SM) terdapat beberapa bukti pemakaian busana yang ditenun dan berhiaskan ornamen-ornamen simetris yang ditambahkan dengan bentuk lipatan-lipatan yang disusun dan dijahit secara berulang. Contoh bahwa busana dapat dijadikan sebagai simbol identitas dan pembedaan kelas sosial dapat dilihat dari kebudayaan lembah Sungai Nil dan Euphrates dimana masyarakat kelas bawah dan kaum budak berbusana seadanya (amat minim) dengan hanya mengenakan sejenis rok yang dililit dengan ikat pinggang, sementara masyarakat dengan kelas sosial yang lebih tinggi berbusana lengkap dengan mahkota, hiasan-hiasan bebatuan, permata dan perias mata. Pada
28
masyarakat kekaisaran Mesir Kuno (± 1500 SM), dikenal busana yang bernama schenti, yang merupakan selembar kain tenun yang dililitkan di pinggang dan diikat dengan ikat pinggang. Untuk kalangan istana, pakaian tersebut diberi pengeras agar kain tersebut menjadi kaku serta ditambahkan hiasan-hiasan bordir pada beberapa bagiannya. Lalu pada masa kekaisaran baru (1500-332 SM), Raja Pharaoh juga mengenakan jubah panjang yang disebut Kalasiris. Salah satu masa penting dalam perkembangan busana adalah pada tahun ± 1400 SM, yaitu gaya berbusana bangsa Crete. Crete merupakan sebuah daerah di kepulauan Yunani yang pada akhirnya dibanjiri oleh pendatang dari Cyclades (kepulauan di kawasan Yunani) yang memperkenalkan keterampilan navigasi yang memungkinkan masyarakat Crete untuk dapat berdagang dengan bangsa Mesir dan Asia Kecil. Gaya Crete memiliki cita rasa yang tinggi, seperti yang diperlihatkan pada minat mereka terhadap perlengkapan busana seperti ikat pinggang yang dibuat dalam berbagai model dan bahan seperti emas, perak dan perunggu, lalu ada pula topi beruntai, warna-warna terang, batu permata, cincin, kalung, jepitan rambut, mutiara dan sebagainya. Gaya tersebut pun memberikan pengaruh terhadap gaya-gaya di Mesir dan Asia, bahkan meluas hingga ke gaya busana bangsa Eropa hingga pada akhir abad ke-19, contohnya pada gaun-gaun panjang yang menyusur tanah, asesoris pada pinggang, batu-batuan permata, dan sebagainya.
2.1.5
Lahirnya Mode Sepanjang sejarah, mode telah menjadi bagian dari suatu kebudayaan.
Berbagai macam gaya berpakaian telah mengalami perubahan yang dihasilkan dari adanya interaksi suatu komunitas atau lingkungan dengan komunitas lainnya serta adanya suatu kompetisi demi status atau kehormatan dalam komunitas tertentu. Adanya kecenderungan perubahan mode awalnya terjadi di Eropa pada awal abad ke14 hingga abad ke-15, semasa zaman Pertengahan dan zaman Renaissance. Pada masa-masa awal tersebut, masyarakat Eropa Barat sedang mengalami berbagai perubahan. Dunia perdagangan mulai hidup, kota-kota besar mulai terbentuk dan lahirnya kembali ilmu-ilmu pengetahuan. Lahirnya mode ditandai dengan kemajuan perdagangan dan bisnis serta tumbuhnya sistem ekonomi saat itu yan dikenal sebagai kapitalisme.
29
Informasi mode menyebar dengan cepat ke seluruh daratan Eropa, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya suatu puisi Inggris yang dibuat pada abad ke-16: Behold a most accomplished cavalier, That the world's ape of Fashion doth appear, Walking the streets his humours disclose, In the French doublet and the German hose, The muff, cloak, Spanish hat, Toledo blade, 20 Italian ruff, a shoe right Flemish made Puisi tersebut menceritakan bahwa kelahiran mode sedang terjadi, keragaman dan keanehan mode dapat terlihat di mana-mana. Penulis puisi ini melihat kecenderungan mode yang berbeda-beda, mulai dari celana ketat pria Perancis, kaos kaki ketat Jerman, sarung tangan, jubah, topi Spanyol, pedang Toledo, ruff Italia hingga sepatu buatan orang-orang Flemish. Seiring dengan diedarkannya puisi ini, pakaian dan asesoris yang modis mulai dibuat di hampir seluruh bagian benua Eropa. Namun, mode cenderung mengikuti suatu kekuasaan, hal ini terlihat pada abad ke-15, kota Venezia dan kota-kota lainnya di Itali merupakan tempat berlangsungnya kekuasaan ekonomi di seluruh Eropa kala itu, di sanalah pusat mode. Akan tetapi pada saat pusat kekuasaan berpindah tempat ke Spanyol sesudah Christopher Colombus melakukan perjalanannya ke Benua Amerika atas nama bangsa Spanyol pada tahun 1492, pusat mode pun ikut berpindah tempat. Hingga abad ke-16, gaya berpakaian ala Spanyol secara cepat dan meluas mendominasi trend mode Eropa, contohnya munculnya trend pemakaian ruff, hiasan pada leher yang terbuat dari bahan kaku dan berbentuk lingkaran berumbai yang biasa digunakan oleh anggota kerajaan Spanyol. Ruff akhirnya menjadi salah satu karakteristik dari kostum-kostum kuno Eropa yang populer.
Mode juga dapat
dijadikan alat untuk menciptakan suatu imej kerajaan untuk menunjukkan adanya kekuasaan, contohnya yang dilakukan Ratu Elizabeth I dari Inggris, ia mempergunakan mode (penampilan dirinya) untuk membuat suatu penjelasan politis, untuk menunjukkan kekuasaan dan kekuatan legitimasinya dengan mengenakan pakaian berornamen yang dihiasi dengan batu permata, emas dan motif-motif dekoratif. Hal itu ditonjolkan guna menunjukkan kepada dunia bahwa Ratu Elizabeth I memiliki kelas dan kekuasaan yang tinggi.
20
Sue Jenkyn Jones, op cit, hal 19
30
Pada pertengahan abad ke-17, masyarakat terbagi atas 2 kelompok besar, yaitu masyarakat saudagar (tuan tanah, aristokrat) dan masyarakat miskin (buruh dan petani). Karena kaum kaya merupakan kelas pemilik tanah, maka masyarakat ini merupakan satu-satunya pihak yang menentukan dan mengarahkan kecenderungan mode berbusana, sementara anggota aristokrat yang lain mengikutinya hanya sekedar dalam rangka memperoleh pengakuan. Kerabat istana raja Louis XIV (dasawarsa 1660an) merupakan pihak yang turut andil dalam pengembangan citra mode, serta menempatkan Paris sebagai pusat mode dunia, diikuti dengan dibangunnya industri tekstil di Lyons dan kota-kota lain di Perancis guna memasok istana dengan kain-kain sutra, pita-pita serta brokad dan renda-renda. Para perancang dan penjahit dipelihara istana untuk mengembangkan bakat mereka dalam menghasilkan karya-karya agung dengan menggunakan material-material yang indah dan mahal. Seperti contohnya Rose Bertin, perancang sekaligus penjahit Ratu Marie Antoinette (akhir abad 18) atau Charles Frederick Worth yang pelanggan setianya meliputi permaisuri Napoleon III, Eugenie. Namun lambat laun Royal Fashion, atau mode istana ini mengalami keruntuhan diakibatkan oleh terjadinya Revolusi Perancis pada tahun 1789; lalu pada masa Napoleon III jatuh, saat Jerman menyerang Perancis pada tahun 1875. Meskipun demikian, pengaruh Ratu Alexandra dan gaya Edwardian di Inggris tetap menjadi pengaruh trend mode kala itu. Seiring dengan runtuhnya Royal Fashion ini, para pelanggan menjadi lebih tergantung pada desainer apabila menyangkut gaya dan bahan dalam berbusana. Desainer saat itu tidak hanya sebagai sumber daya kreatif saja, namun juga sebagai usahawan yang mempekerjakan banyak karyawan dari berbagai keahlian. Tumbuhnya desainer mandiri “modern” ini seolah merupakan jembatan antara mode yang berorientasi pada kelas sosial di masa lalu ke mode yang demokratis pada masa sekarang. Pada awal abad-19, lahirlah perancang-perancang seperti Paquin, Cheruit, Doucet, Redfern, Callot bersaudara dan Jeanne Lanvin, Semenjak itulah, terbentuk pasar internasional bagi adibusana Paris dan pada tahun 1868, yang mendorong dibentuknya asosiasi perdagangan di kalangan desainer. Mode abad ke-20, bermula dari Paris, dimana kota tersebut merupakan kota kelahiran perancang-perancang busana yang berpengaruh saat itu, seperti Charles Frederick Worth, Paul Poiret dan Coco Chanel. Kemudian selama Perang Dunia II, pada saat Paris dijajah oleh Jerman, negara-negara lain seperti Inggris dan Amerika
31
mulai melakukan penciptaan-penciptaan baru terhadap gaya. Kemakmuran pasca perang melahirkan kebudayaan anak muda yang hingga sekarang disebut sebagai street-fashion atau mode jalanan.
2.1.6
Periode Mode Seiring dengan berjalannya waktu dan perubahan pada lingkungan sekitar,
Mode pun ikut berubah. Hal tersebut ditandai dengan adanya suatu kejadian bersejarah atau perubahan sosial, ekonomi dan politik dimana mode itu berlangsung. Contohnya, perubahan Mode pada zaman Perang Dunia I, dimana trend busana merujuk pada gaya potongan seragam militer yang cenderung tegas dan lurus, atau pada abad-19, saat dimana mulai tercipta alat-alat elektronik, seperti lampu, radio dan telepon; trend mode ikut-ikutan mengalami perubahan dimana kaum pria mulai mengenakan jas dan celana panjang sebagai pakaian sehari-harinya. Tak dipungkiri bahwa mode berubah seiring dengan berubahnya kehidupan masyarakat, oleh karena itu, mode pun terbagi atas jaman dan eranya sendiri, dilengkapi dengan kejadiankejadian khusus yang melibatkan tokoh-tokoh baik dalam industri mode maupun tokoh masyarakat yang terpandang pada jamannya. Namun tak hanya itu, kemajuan teknologi khususnya bidang teknologi manufaktur pembuatan pakaian pun turut serta berperan dalam terjadinya perubahan mode sepanjang masa. Mulai dari kemajuan dalam pembuatan bahan sintetis seperti rayon atau nylon hingga kemajuan terkini seperti pemotongan cara laser, para perancang busana secara antusias telah menerapkan cara-cara baru dalam menciptakan pakaian-pakaian indah. Meskipun mode telah menjadi industri bisnis yang besar, namun trend mode tetap berjalan berdasarkan masyarakat tempat mode tersebut berlangsung, karena masyarakatlah yang akhirnya menilai dan menjadi pengguna mode tersebut. Sehingga perancang-perancang busana bertaraf internasional seringkali mencari ide-ide dan inspirasi dari tempat-tempat keramaian seperti pasar, kafe dan diskotik. Dengan merujuk pada buku Decades of Fashion karangan Harriet Worsley dan Fashion Design karangan Sue Jenkyn Jones mengenai sejarah mode dan pembagian periode mode, berikut ini penulis jelaskan perubahan periode mode sejak abad ke-18, saat terjadinya kelahiran mode sebagai bagian dari gaya hidup, hingga abad-21 sekarang ini dimana mode telah menjadi kesatuan dari gaya hidup masyarakat dunia, dan penulis akan membaginya berdasarkan tahun dan kejadian
32
bersejarah yang terjadi saat mode tersebut berlangsung berikut perancang busana serta ikon mode yang dianggap berpengaruh saat itu.
Tabel 2.1: Periode Mode Sumber: Sue Jenkyn Jones, Fashion Design, Laurence King Publishing, London, 2002, hal 36 dan berbagai sumber lainnya
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Gaya Pakaian
1
Akhir Abad18 (1775-1790) Deklarasi Kemerdekaan Amerika dan Revolusi Perancis.
Rose Bertin, penjahit gaun Ratu Perancis, Marie Antoinette, penjahit pakaian Andre Schelling.
Bahan brokad mewah, rok bawahan dengan pinggul besar dari petticoat, pemakaian wig pada rambut.
2
Abad-19 (1780-1815) Kekaisaran Napoleon, Perang Waterloo, Revolusi Industri di Eropa
Hippolyte Leroy, penjahit untuk Ratu Josephine. Gaya Ekletisme Romantis dari kerajaan Inggris, Raja George IV oleh penjahit Beau Brummel.
Kemeja dengan pinggang tinggi, gaun berpotongan Empire. Kerah tinggi, rumbairumbai dan gaya flamboyant yang ornamental.
3
1830-1865 Terciptanya fotografi dan alat jahit. Inggris menjadi pusat perdagangan dan industri, sementara Perancis menjadi pusat mode dan seni.
Charles Frederick Worth, penjahit Ratu Eugenie dan Ratu Victoria.
Tangan balon, potongan leher yang rendah, korset. Untuk pakaian pria, gaya flamboyant dikurangi, kemeja putih, celana pendek dan sepatu boots.
Contoh Gambar
33
Periode dan Kejadian Penting 4
Akhir Abad19 Penemuan lampu pijar, telepon dan radio. Pada tahun 1889, majalah mode pertama, Vogue, diterbitkan dan dibukanya de-
Perancang Busana yang Berpengaruh
Gaya Pakaian
Redfern, Paquin, Doucet, Lucile, Creed dan Henry Poole sebagai penjahit pakaian pria.
Dada bidang, rok melambai. Pria mulai memakai setelan jas dan celana panjang
Contoh Gambar
partment store di kotakota besar di Eropa.
5
Abad-20 Revolusi Rusia, kesetaraan wanita, munculnya trans-portasi udara dan darat untuk masyarakat umum
Jeanne Lanvin, Callot Soers, Paul Poiret, desainer wanita mulai banyak ditemukan
Hilangnya pemakaian korset, siluet bentuk huruf “S” pada tubuh wanita. Populernya kemeja baik untuk pria maupun wanita.
6
1914-1918 Perang Dunia I, terciptanya bioskop dan menjadi populer di kalangan anak muda.
Delaunay, Bakst, Lelong. Dipengaruhi oleh gaya seni modern, Fauvisme, Kubisme, dsb.
Pakaian bergaya revolusioner, potongan persegi.
34
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh Vionnet, Gres, Ricci dan Patou.
7
1920an Republik Weirnar di Jerman, terciptanya televisi dan gramofon.
8
Coco Chanel 1926 Kerusuhan di Inggris
1929 Pergolakan pada pasar saham Black Friday
9
Mainbocher, Schiaparelli, 1936-1939 Perang Sau- Balenciaga, dara Spanyol Adrian, Molyneux, 1937 Hartnell Kegagalan dalam Kerajaan Inggris di bawah pimpinan Raja Edward VIII. 1930an
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
Gaya kelakilakian, potongan dada rata, potongan pinggul rendah, potongan serong pada pakaian, wanita memiliki potongan rambut pendek. Kehidupan malam dan pengaruh musik jazz mulai populer, rok mini untuk menari.
Depresi dalam bidang perdagangan, potongan bentuk badan yang panjang, siluet pas badan. Pengaruh bintang-bintang film Hollywood, Audrey Hepburn. Gaya rapih, potongan detil pada jas. Perbedaan ekstrim pada kekayaan dan kemiskinan. Potongan princess pada rok, ikat pinggang, sepatu rapih.
35
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Creed, Hardy Amies. 1939-1945 Lahirnya Perang Duina II. Bom Atom perancang di Hiroshima busana dari Amerika: Blass, Cashin, McCardle, James, Norell
10 1940-an
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
Gaya praktis, pengaruh dari militer, wanita mengenakan celana panjang, sepatu berhak rendah.
11 1947 Pewarnaan dengan cara dyes sintetis diperkenalkan
Gaya baru Dior, Gaya berkelas, siluet beradibusana bentuk gitar Channel, pada badan, Givenchy, stocking Balmain nylon.
12 1950an Penobatan Ratu Elizabeth II
Bellville Sasoon, Hardy Amies, Emilio Pucci, Salvatore Ferragamo, Cerruti
Adanya pasar baru yakni kaum remaja, ga-ya feminine dipengaruhi oleh Audrey Hepburn dan Juliette Gresco, rok megar, sweater, sepatu rendah. Gaya unisex, rock and roll, denim.
36
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Yves Saint Laurent, Pierre Cardin, Andre Courreges, Paco 1963 Pembunuhan Rabanne, Presiden John Generasi F. Kennedy. pertama pada perancang Terciptanya kabel telepon busana lulusan seni; internasional. sekolah Thea Porter, Jean Muir, Foaled an Tuffin.
13 1960an Revolusi Kuba
14 1965 Perang Vietnam, penjelajahan ke ruang angkasa
Perancang busana asal London: Mary Quant, Biba, Bus Stop, Mr. Freedom
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
Bentuk badan longgar, rok selutut, setelan Chanel dari bahan tweed, gaya Mod, the Beatles, Beatniks, pemberontak, gaya berpakaian wanita dipengaruhi oleh Jackie Kennedy. Potongan rapih khas penjahit Italia untuk kaum pria dan setelan celana panjang bagi kaum wanita.
Rok mini, gaun terbuat dari ker tas dan lem PVC, motif geo metris yang ber warna-warni, celana ketat. Pengaruh Pop Art dalam dunia mode. Lahirnya penga ruh signifikan dari fotografer mode. Modelmodel dengan badan superkurus: Twiggy dan Shrimpton.
37
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
15 1967 Era The Pengaruh pada Summer of adibusana Paris, Bill Gibb, Ossie Love. Clarke, Zandra 1968 Rhodes Kerusuhan Paris. 1969 Manusia pertama kali mendarat di bulan.
16 1970an 1974 Skandal Presiden Nixon (Watergate)
Hallston, Gucci, Fiorucci, Anthony Pricemelawan Hamnett, Perry Ellis, Ralph Laurent
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
Pergerakan Hippie, pengaruh gaya Timur (China dan Asia), rambut panjang, motif bunga-bunga, bordiran pada pakaian, manik-manik, bahan beludru. Warna-warna flamboyant pada pakaian pria.
Gaya glamour melawan feminisme, mode disko, gaya seksi dan ker lap-kerlip melawan baju longgar, sepatu boot Doc Martens, jeans, busa pada bahu, rambut megar.
17 1979 Margaret Thatcher diangkat menjadi perdana menteri wanita pertama di dunia
Vivienne Westwood, BodyMap, John Galliano
Terciptanya aliansi mode dengan musik remaja, punk, aliran antimode, gaya jalanan
38
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Mode adibu1982 Perang sana mulai memengaruhi Falkland. industri mode Lahirnya video musik dunia: Adolfo Dominguez, dan MTV Calvin Klein, Donna Karan, Armani
18 1980an
. 19 1985 Acara Live Aid Akhir 1980an Pembunuhan massal di Tiananmen Square, munculnya informasi mengenai penyakit AIDS
20 1989 Peristiwa jatuhnya Tembok Berlin
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
Gaya model jalanan melawan gaya glamour yang tecermin dari ikon mode du nia kala itu, yaitu Madonna dan Putri Diana. Pemujaan terhadap badan sehat dan tampak bugar
Perancang busana Jepang: Issey Miyake, Yohji Yamamoto, Rei Kawabuko. Perancang busana Belgia: Dries van Noten, Ann Demelemeester, yang berbasis di Antwerp.
Baju longgar, busana yang memperlihatkan intelektual, potongan arsitektural, warna hitam, sepatu dengan hak rendah.
Lahirnya merk jalanan berskala internasional: Esprit, Benetton, Guess, Gap, H&M
Supermodel dan selebriti mempopulerk an pakaian kasual dan jins.
39
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Gaya Pakaian
Meningkatnya 1991 Perang label perancang yang dimiliki Teluk oleh konglome1993 Kompu- at dunia mode: ter rumah Prada,Hermes, mulai populer Gucci, Fendi.
Resesi perekonomian, gaya urakan, bahan pakaian yang ra mah lingkung an, daur ulang, anti-bulu. Siluet longgar, gaya androgini. Gaya mode tahun 1960an/ 1970an kembali popular
22 1997 Hong Kong menjadi bagian dari China. Kematian Putri Diana
Perancang busana postmodernisme: Martin Margiela, Helmut Lang, Hussein Chalayan.
Negara Timur membuka pintu untuk perdagangan internasional, munculnya internet yang mempercepat komunikasi. Produksi pakaian dengan teknologi tinggi. Kembalinya sepatu dengan hak tinggi dan gaya feminine.
23 Abad-21 2001 Penyerangan terhadap Gedung World Trade Center di kota New York oleh teroris.
Perancang busana Inggris dan Perancis bekerja di dunia adibusana Paris: Alexander Mc Queen, John Galliano, Julien Mac Donald, Stella Mc Cartney, Tom Ford dan Michael Kors.
Ekletisme, individualisme, mode dijadikan sebagai ajang pamer gaya, gaya glamour. Perbaikan dalam teknik kriya.
21 1990an
Contoh Gambar
40
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Gaya Pakaian
24 2002 Penyerangan Amerika terhadap Irak. Bom Bali.
Perancang busana seperti Stella Mc Cartney, Tom Ford dan Michael Kors
Motif-motif print, warnawarna alam dan motifmotif binatang seperti kuda dan pemakaian glitter/manikmanik pada pakaian.
25 2003
Bintang film dan penyanyi Hollywood beralih profesi menjadi perancang busana, seperti Sean Combs, Jennifer Lopez, Kimora Lee Simmons dan Gwen Stefani.
Gaya glamour Hollywood, pengaruh musik Rn’B, Hip-Hop dan kultur kulit hitam. Pakaian yang membentuk tubuh. Elemenelemen dekoratif dan tulisan-tulisan logo pada pakaian.
26 2004 Tsunami menyerang beberapa pulau di Asia.
Perancang busana muda Amerika seperti Marc Jacobs dan Zac Posen.
Gaya Victorian Renda-renda dan lengan balon. Warnawarna cerah seperti putih dan krem, dan warna-warna mengkilap, seperti emas, tembaga dan
Contoh Gambar
41
Periode dan Kejadian Penting
Perancang Busana yang Berpengaruh
Gaya Pakaian
Contoh Gambar
perak. Kesan metalik pada aksesoris tas dan sepatu. Kembali pada gaya tahun 1940an.
28 2005
Perancang penerus rumah mo de legendaris seperti, Miuccia Prada, Alber Elbaz, Olivier Theyskens, Narcisso Rodriguez, Nicolas Ghesquiere, Stefano Pilati dan Marc Jacobs.
Mode eksperimental, seperti pemakaian bahan-bahan yang baru, gaun-gaun monu mental dan siluet longgar. Gaya HauteCouture kembali digemari.
29 2006
Perancang-pe rancang dunia dari Amerika dan Eropa. Stella McCartney, Christopher Bailey, Karl Lagerfeld untuk rumah mode Chanel.
Perpaduan kembali antara seni dengan mode, kesederhanaan bentuk siluet tubuh, kembalinya trend mode tahun ‘60an.
30 2007
Perancang-perancang baru lulusan sekolah mode seperti Christopher Kane, Luella Bartley, Alexander McQueen membuka label baru, McQ.
Motif-motif kotak-kotak, siluet balon, siluet trapezium pada tubuh. Tema romantis dan feminine. Warna-warna terang seperti kuning dan merah.
42
2.1.7
Siklus Mode Mode memiliki siklusnya sendiri, dan terkadang trend mode cenderung
mengulangi apa yang terjadi pada zaman-zaman sebelumnya, seperti yang dikatakan oleh perancang busana asal Perancis, Christian Lacroix yang memiliki analisa pribadinya terhadap mode, bahwa, "Mode bergerak seperti siklus Oedipal (Sigmund Freud) dimana seorang perancang busana muda akan selalu teringat atau terinspirasi dan menghidupkan kembali sosok wanita pertama yang memberi kesan baginya. Perancang busana berusia 20an tahun zaman sekarang selalu bernostalgia akan kesan glamour yang ia miliki pada masa kecilnya."
21
Setiap musim, seorang perancang busana pada rumah mode ternama khususnya di Eropa dan Amerika selaku barometer mode dunia, kerap mengadakan acara peragaan busana, dimana mereka memamerkan hasil karya busana rancangannya untuk dikonsumsi publik. Tiap musimnya, mereka diharuskan untuk mengeluarkan koleksi busana yang berbeda-beda dan berlomba-lomba mencapai identitas sebagai pencipta trend mode dunia. Apabila tercipta suatu trend pada jangka waktu tertentu, trend tersebut pun akan berubah-ubah layaknya sebuah roda berputar, dan perputaran trend atau yang disebut sebagai “siklus mode” ini pun memiliki pola yang hampir serupa setiap kalinya, dan hal inilah yang menjadi inti dari kehidupan dalam sebuah industri mode. Trend mode tersebut ibarat begerak semula dari penerimaan publik hingga berakhir pada keadaan sudah tak dipakai lagi atau yang sering dianggap sebagai “kuno”. Contohnya, pada trend mode awal tahun 2007 di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, pakaian yang digemari oleh para wanita adalah celana legging dengan atasan babydoll, namun hanya dalam kurun waktu tiga bulan saja, trend mode sudah beralih pada gaun-gaun di atas lutut dengan bahan ringan dan warna mencolok sehingga pemakaian celana legging pun dianggap kuno atau ketinggalan jaman. Siklus mode berawal pada peragaan busana perancang-perancang dunia yang dianggap sebagai pencipta trend, khususnya di empat kota yang dianggap sebagai ibukota mode dunia, yaitu London, Paris, Milan dan New York. Saat baju tersebut terlihat di pemunculan perdananya di atas peragaan busana, masyarakat umum sudah dapat mengkonsumsinya meskipun hanya sebatas penglihatan, lalu pakaian-pakaian tersebut dipamerkan di acara perdagangan busana dan disorot oleh media sehingga 21
www.fashion-era.com
43
akhirnya dikenakan oleh para fashion leaders atau petinggi mode, seperti editor mode sebuah majalah mode yang mendunia, atau selebritis dan ikon-ikon mode, atau orangorang yang dianggap berpengaruh di komunitasnya. Pada masyarakat mode dunia kini, orang-orang yang dianggap sebagai petinggi mode antara lain adalah Anna Wintour, editor mode majalah Vogue selaku majalah mode paling terkemuka saat ini, lalu ada pula sekelompok wanita muda dengan kedudukan kelas sosial tertinggi di Hollywood, seperti Paris Hilton dan Aerin Lauder. Setelah pakaian tersebut dianggap layak untuk dijadikan trend oleh para petinggi mode tersebut, pakaian tersebut mulai bermunculan di majalah-majalah mode dan iklan-iklan mode hingga akhirnya dikenakan oleh para pengikut mode (masyarakat umum). Lalu, dengan menyebarnya trend mode ini, muncullah versi-versi pakaian dengan model serupa dengan harga yang lebih murah sehingga makin sering terlihat di mana-mana termasuk di televisi dan tempat-tempat umum lainnya dan mengakibatkan adanya permintaan dari masyarakat untuk persediaan yang lebih banyak dan beragam. Saat hal tersebut terjadi, muncullah imitasi-imitasi barang tersebut dengan kualitas yang jelek dan murah yang akhirnya dikenakan oleh masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Dan setelah itu, konsumen mode pun akhirnya kehilangan ketertarikan akan trend tersebut dan toko-toko penjual pakaian tersebut mulai mengobral harga semurah
mungkin hanya untuk
menghabiskan stok barang di toko mereka. Hal ini merupakan akhir dari trend tersebut, sehingga muncullah trend baru. Gini Stephen Frings dalam bukunya yang berjudul Fashion From Concept to Consumer menjelaskan bahwa mode mengalami siklus, mulai dari tahap pengenalan (introduksi) hingga ke tahap paling rendah—dari segi komersial—yaitu tahap banting harga (tidak diminati lagi). Siklus mode itu terbagi atas 5 (lima) tahap yaitu: 1.
Introduksi Yaitu masa dimana perusahaan (rumah mode) menawarkan gaya baru kepada pasar dan biasanya masih berharga mahal.
2.
Masa Pertumbuhan Yaitu mulai dibeli dan dipakainya barang (busana) tersebut sehingga lebih memungkinkan orang lain melihatnya, dan yang terjadi adalah, gaya tersebut menjadi lebih populer.
44
3.
Puncak Popularitas Yaitu masa dimana gaya tersebut mencapai kepopuleran yang amat luas, banyak dibeli dan banyak ditiru dalam berbagai tingkat harga dan kualitas, serta banyak muncul di berbagai jenis media massa.
4.
Masa Surut Yaitu masa jenuh pasar sebagai dampak dari membanjirnya barang sejenis. Pada masa tersebut, sudah terdapat gejala dimana orang mulai mencari lagi gaya baru, karena keinginan untuk membeli barang yang sama sudah hilang meski sesekali masih dipakai juga.
5.
Masa Usang Yaitu masa dimana konsumen betul-betul telah berganti gaya, sekaligus memulai siklus mode yang baru.
Jadi secara tradisional, trend mode diterima masyarakat dalam alur sebagai berikut: Inovasi Masa Introduksi Diliput media massa Dipakai oleh fashion leaders Masa Pertumbuhan Diliput majalah mode Dipakai oleh peminat mode Ditiru dan diadaptasi dengan harga lebih rendah Puncak Popularitas Diliput media media lokal Dipakai oleh fashion followers Murah dan hilang gaya Masa Surut Masyarakat jenuh Penjualan dengan harga obral
Masa Usang
Ciptaan baru
Masa Introduksi
Gambar 2.2: Tabel Siklus Mode Sumber: Gini Stephen Frings h. 51 dan Sue Jenkyn Jones, Fashion Design, h. 31
45
Keterangan gambar: 1.
Inovasi: Perancang busana yang inovatif yang senantiasa dapat menciptakan gaya baru pada tiap-tiap rancangannya akan merasa tertantang untuk melakukan inovasi, meskipun gaya tersebut pada awalnya sering terasa asing bagi konsumen.
2.
Diliput media massa dan dipakai fashion leaders: Fashion leaders atau para petinggi mode merupakan sekelompok orang yang senantiasa mencari persesuaian trend agar lebih merasa yakin mengenai apa yang akan dipakainya. Mereka terkadang mencari pendukung guna mencerminkan persesuaian dengan komunitasnya kepada para fashion leaders dalam rangka menemukan keyakinan saat mereka memakai mode terbaru itu. Pada tahap ini, media massa meliput dan membahas gaya tersebut seiring dengan mulai dipakainya trend tersebut oleh para fashion leaders.
3.
Diliput majalah mode: Gejala ini secara lebih luas diliput dan disebarluaskan oleh majalah-majalah konsumen, brosur-brosur, iklan dan sebagainya.
4.
Dipakai oleh peminat mode: Kalangan tertentu yang senantiasa tertarik terhadap model-model rancangan baru mulai mengenakannya.
5.
Ditiru dan diadaptasi dengan harga lebih rendah: Biasanya pasar yang menangkap gejala popularitas gaya tertentu cenderung meniru dan menggandakan gaya tersebut namun dengan harga yang lebih terjangkau. Akibatnya, terdapat perbedaan pada karakteristik bahan yang dipakai dan teknik penjahitan dengan kualitas lebih rendah.
6.
Diliput media lokal: Seiring dengan massalisasi itu, semakin banyak model serupa tersebar sehingga menarik media lokal untuk meliputnya.
7.
Dipakai oleh fashion followers: Fashion followers adalah masyarakat pada umumnya yang berusaha untuk menyamai kecenderungan yang ada manakala mereka sudah merasa yakin bahwa mode itulah yang memang sedang berlangsung. Dalam hal ini, semakin populernya gaya yang dianggap sedang berlangsung menyebabkan banyak anggota masyarakat terdorong untuk mengikuti trend tersebut, yang dapat diperoleh di toko atau pasar-pasar terdekat.
46
8.
Masyarakat jenuh: Banjirnya pasar dan maraknya pemakaian gaya tersebut menyebabkan masyarakat jenuh dan tidak lagi tertarik untuk membelinya.
9.
Obral: Karena masyarakat telah merasa jenuh maka produsen dan penyalur pun ikut turut menyesuaikan diri terhadap kecenderungan masyarakat tersebut. Mengingat hasrat konsumen semakin menurun sementara stok produksi masih banyak maka hal itu mendorong barang-barang tersebut untuk dijual secara obral guna memperkecil risiko kerugian.
10.
Ciptaan baru: Menyusul kejenuhan gaya tertentu, tahap inovasi bagi seorang perancang busana atau sebuah rumah mode sudah kembali mulai berlangsung untuk nantinya dipersembahkan pada musim berikutnya.
2.1.8
Kegiatan yang terjadi dalam industri mode Tak seperti industri-industri lainnya, industri mode bekerja dalam siklus
yang terus berputar-putar pada tempatnya. Suatu rumah mode harus bekerja dengan cepat dikarenakan oleh perubahan yang sungguh cepat dalam dunia mode; mereka diharuskan untuk selalu mengejar, bila perlu lebih unggul dari trend mode teranyar. Dalam industri mode, selalu ada kompetisi terselubung untuk meraih gelar siapakah yang dapat menjadi pencipta trend tiap musimnya. Sebuah tim perancang busana akan membuat beberapa koleksi busana untuk tiap-tiap musim tersebut, dan mereka harus bekerja satu tahun lebih awal sehingga busana yang ditawarkan akan meraih pasar yang ditargetkan dalam tepat waktu. Setelah suatu koleksi selesai dikerjakan, koleksi berikutnya harus segera mulai digarap. Tiap koleksi tersebut harus direncanakan dengan jelas dan mendetil, biasanya untuk membantu dalam mencari inspirasi, suatu tema akan diangkat sebagai pedoman dalam merancang koleksi pakaian tersebut. Dan biasanya, dalam sebuah rumah mode yang besar, terdapat beberapa bagian/seksi yang 22
memiliki perannya sendiri-sendiri dalam mempersiapkan koleksi pakaian tersebut . Bagian kreatif, yang dikepalai oleh perancang busana merupakan bagian paling vital dalam sebuah rumah mode. Beserta beberapa asisten kreatifnya, seorang perancang busana bekerja dalam menentukan tema yang akan diperkenalkan untuk setiap musimnya serta merancang bentuk dan gaya setiap pakaian dalam koleksi tersebut. Apabila pekerjaan tim kreatif tidak terorganisir, maka semua bidang lainnya tidak dapat bekerja. Tim lainnya adalah tim perancang bahan yang merancang bahan22
Sue Jenkyn Jones, op cit, hal 70.
47
bahan pakaian untuk kemudian diberikan kepada tim kreatif (perancang busana). Lalu ada pula bidang fashion merchandiser, yang diharuskan mengurusi pembelian dan persediaan alat-alat produksi seperti kancing, benang, jarum dan lain sebagainya. Lalu ada pula bagian produksi, yang meliputi pekerjaan penjahit dan pemotong pola; serta bagian finishing dan pemasangan detil seperti payet atau bordir. Di luar bagian-bagian tersebut ada pula bagian marketing, yang bertugas mempromosikan rumah mode tersebut, baik dalam membuat iklan untuk majalah hingga berhubungan dengan media massa untuk memberi informasi tentang apa saja yang terbaru dan kalender mode dari rumah mode tersebut. Selain itu ada pula bagian akuntansi yang mengatur keuangan dalam pemasukan dan pengeluaran uang yang terjadi di dalam rumah mode tersebut berikut asisten hingga manager yang bekerja untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
2.1.9
Proses Kreasi Perancang Busana
2.1.9.1 Menentukan Target Pasar Dalam menentukan tema dan merancang pakaian yang akan diproduksi tiap musimnya, perancang busana, selaku pusat kegiatan kreatif dalam sebuah rumah mode harus mula-mula menentukan target pasar tertentu yang akan dibidik untuk menjual koleksi pakaian rancangan mereka. Contohnya, label Puma menargetkan pakaiannya khusus untuk kaum muda yang gemar berolahraga sehingga hanya menjual pakaian-pakaian olahraga yang kasual; atau La Senza, perusahaan pakaian dalam wanita yang hanya menjual pakaian-pakaian dalam untuk wanita berusia 18 hingga 50 tahun. Hal tersebut tergantung pada pilihan target pasar berdasarkan ukuran, umur, jenis kelamin tertentu dan faktor segmentasi lainnya. Hal lain yang harus ditentukan adalah bagaimana pakaian tersebut akan diproduksi; dengan cara diproduksi massal (ready-to-wear) atau produksi tingkat tinggi dan secara eksklusif (haute couture). Dalam bukunya yang berjudul Fashion Design, Sue Jenkyn Jones membuat sebuah analisis pasar yang menganggap bahwa terdapat faktor-faktor segmen pasar yang signifikan dalam menentukan target pasar suatu rumah mode, yaitu: 1.
Umur Pengelompokan berdasarkan umur dapat membantu untuk mengetahui sifat konsumen dalam berbelanja melalui fase hidup yang sedang mereka lalui.
48
Pada negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika, umur 25-34 merupakan pasar pembeli terbesar. Contoh perusahaan pakaian yang memproduksi barang-barangnya berdasarkan umur adalah Mothercare, perusahaan asal Inggris yang khusus menjual pakaian dan perlengkapan keperluan bayi. 2.
Jenis Kelamin Hingga saat sekarang ini, umumnya pakaian pria dan wanita dijual secara terpisah. Namun sekarang, dengan banyaknya kaum pria yang gemar berbelanja, terjadilah trend yang menggabungkan kedua segmen jenis kelamin dalam satu toko.
3.
Demografik Ilmu mengenai distribusi populasi sebuah negara atau daerah dapat mengindikasikan bagaimana pengelompokan suatu masyarakat berdasarkan kelas sosial-ekonominya, suku, pendapatan dan kebiasaan bertamasya atau liburan yang terjadi pada negara tersebut. Jenis pakaian yang diperlukan bagi kaum yang tinggal di daerah yang sepi akan berbeda dengan yang bertempat tinggal di daerah ramai seperti daerah pariwisata. Contohnya, perusahaan Quicksilver, Billabong, Roxy dan Rip Curl banyak memiliki gerai penjualan di daerah-daerah pantai seperti Bali dan California karena mereka mengkhususkan dalam penjualan pakaian renang dan pakaian musim panas.
4.
Gaya Hidup Cara manusia menetap dan melakukan aktivitasnya memiliki dampak yang besar pada jenis pakaian yang mereka butuhkan. Contohnya, wanita karir membutuhkan pakaian formal seperti jas dan rok serta asesoris yang rapih. Lain halnya dengan pria lajang, yang umumnya memiliki gaya hidup yang erat kaitannya dengan olahraga. 5.
Karakteristik Fisik Ukuran badan seseorang sering dikaitkan dengan faktor genetis yang ia miliki; dan faktor inilah yang menjadi dominan di beberapa tempat. Contohnya, masyarakat Barat secara umum memiliki badan yang tinggi dan bobot badan yang lebih berat, lain halnya dengan orang Asia yang kebanyakan memiliki tubuh mungil dan pendek. Oleh karena itu, terkadang
49
celana jeans keluaran Levi's yang diproduksi di Amerika atau keluaran asal Inggris berlabel Topshop, umumnya memiliki potongan yang panjang pada bagian kaki sehingga orang Asia yang membelinya harus memvermak terlebih dahulu sebelum dapat memakai celana jeans tersebut. 6.
Psikografik Psikografik merupakan ilmu yang mempelajari klasifikasi masyarakat berdasarkan perilaku, aspirasi dan kriteria psikologis lainnya. Ilmu ini kerap digunakan untuk riset pada pasar-pasar perdagangan. Dalam hal mode, segi psikografik yang dicari adalah orientasi masyarakat tersebut terhadap mode; apakah masyarakat tersebut merupakan kelompok masyarakat yang aktif dalam bidang mode dan termasuk kelompok yang cepat dalam mengadopsi sebuah trend, atau malah sebaliknya, cenderung ketinggalan zaman. Masyarakat kota merupakan kelompok masyarakat yang dapat dengan cepat mengikuti trend mode dibandingkan masyarakat yang hidup di daerah pinggiran atau di desa. Selain itu, penentuan berdasarkan psikografik ini juga membantu dalam menetapkan harga suatu produk. Contohnya, butik seorang perancang terkemuka, seperti Gucci tidak akan dapat ditemukan di daerah Cilegon.
7.
Kelas Sosial Manusia
cenderung
memiliki
keinginan
untuk
memamerkan
dan
menyampaikan maksud sehubungan dengan tingkat cita rasa dan tingkat pendapatannya serta ingin terlihat berada pada tingkatan kelas sosial tertentu. Hal ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Inilah yang dapat membantu dalam penentuan target pasar sebuah produk. Contohnya, pusat perbelanjaan seperti Sogo dan Metro di berbagai kota besar di Indonesia merupakan tempat perbelanjaan bagi kelas sosial menengah ke atas; berbeda halnya dengan toko Pojok Busana atau Ramayana yang diperuntukkan bagi kaum dengan kelas sosial menengah kebawah. Contoh lain, di kota New York, terdapat survey yang menganalisa bahwa masyarakat di sana terbagi atas dua bagian, yaitu masyarakat yang berbelanja di Uptown, seperti contohnya di Fifth Avenue, Soho dan daerah sekitar Manhattan yang diperuntukkan bagi kaum berduit; dengan masyarakat yang berbelanja di
50
Downtown, seperti di Queens atau Bronx, yang lebih diperuntukkan bagi kaum menengah ke bawah. 8.
Agama Bagi para pengikut agama tertentu terdapat batasan dalam berpakaian atau tradisi sendiri dalam cara berpakaian. Seperti contohnya, umat Islam mengenakan jilbab dan pakaian serba longgar dan panjang. Hal ini memengaruhi
permintaan
masyarakat
dalam
memenuhi
persediaan
kebutuhan berpakaiannya, sehingga akhir-akhir ini makin sering ditemukan perancang busana yang mengkhususkan rancangannya berdasarkan target pasarnya yaitu kaum wanita Muslim dengan menjual pakaian Muslim berupa jilbab, mukenah dan lain sebagainya.
2.1.9.2 Mencari Inspirasi Perancang busana adalah orang yang memiliki keinginan untuk membuat sesuatu. Ia mengkombinasikan pengetahuan dalam prakteknya dengan kemampuan artistik untuk mengubah ide-ide yang abstrak menjadi sebuah desain formal untuk 23
pakaian dan barang-barang yang nantinya akan dikenakan oleh konsumen . Seorang perancang busana harus memiliki pandangan yang lebih maju dalam membaca situasi dan trend yang akan berlangsung termasuk suatu trend mode di masa mendatang, kurang lebih setidaknya satu tahun lebih maju. Oleh karena itu, ia tak henti-hentinya bereksperimen membuat rancangan pakaian yang dapat diterima oleh masyarakat di masa mendatang atau musim-musim berikutnya. Setelah mengetahui target pasar manakah yang ingin dijangkau, perancang busana akan memulai untuk mencari ide-ide dan inspirasi dalam membuat rancangan pakaiannya. Mereka harus sudah mempunyai gambaran mengenai koleksi seperti apa yang akan diproduksi. Dalam mencari inspirasi, seorang perancang busana dapat menjangkau hingga imajinasi yang jauh, atau malah sebaliknya, dengan hanya melihat lingkungan sekelilingnya. Umumnya mereka akan mengobservasi lingkungan sekitarnya, dengan melihat kecenderungan masyarakat yang berada di sekelilingnya itu. Ia harus senantiasa membuka mata dan telinganya dengan mengunjungi berbagai macam pertunjukkan, toko-toko, diskotik, kafe, pusat perbelanjaan, galeri dan lain
23
www.apparelsearch.com/fashiondesigners
51
sebagainya serta mengunjungi tempat-tempat baru, menonton film, membaca majalah, koran, novel atau buku-buku lainnya untuk menambah pengetahuannya. Ia juga perlu mengunjungi pesta-pesta, mendengarkan musik, berkenalan dengan orang-orang baru, apabila memungkinkan, dan tidak takut untuk membuka dirinya dengan lingkungan baru. Namun di atas semua itu, yang terpenting adalah senantiasa mengobservasi kejadian-kejadian
penting
yang
tengah
terjadi
dalam
lingkungannya
atau
kebudayaannya, karena perubahan dalam kebudayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perubahan trend mode. Perjalanan seorang perancang busana dalam mencari inspirasinya terkadang membutuhkan waktu yang lama, namun kadang juga hanya dengan melihat sesuatu secara kasat mata, inspirasi tersebut datang tiba-tiba. Contohnya yang terjadi pada perancang busana asal Perancis, Jean Louis Scherrer yang mendapatkan inspirasi rancangannya kala ia bertamasya ke daerah Rajasthan di India. Kala itu, mayoritas koleksi rancangannya terdiri atas celana-celana longgar dengan hiasan sorban pada kepala yang ditaburi batu-batu perhiasan berwarna warni dan bahan-bahan sutra dengan warna mencolok, mencerminkan pakaian nasional India. Contoh lain adalah yang dilakukan oleh Jean Paul Gaultier; setelah berkarir selama kurang lebih 20 tahun di industri mode; ia telah terinspirasi dari berbagai macam hal. Karya-karyanya telah mengambil tema mulai dari pakaian suster biara, kaos yang sangat ketat, jas hujan dengan cetakan gambar X-ray tulang belakang dan tulang rusuk. Inspirasinya ini berasal dari ketertarikannya pada "bagian interior tubuh manusia". Lain halnya dengan perancang busana asal Amerika, Geoffrey Beene, yang terinspirasi dari percampuran yang extravagan dari penabrakan motif-motif; atau Isaac Mizrahi yang menciptakan pakaian yang terinspirasi oleh motif grafis optic-art, "berdasarkan seni naïf yang diciptakan oleh Matisse", katanya. Kunci seorang perancang busana dalam membuat karya-karya rancangan baru adalah dengan mencampurkan semua pengaruh dari ide-ide baru tersebut ke dalam
buku
gambarnya,
lalu
menggabungkan
inspirasi
tersebut
dengan
pengetahuannya mengenai bahan sebagai pedoman pemilihan bahan, detil-detil penjahitan dan tambahan detil lainnya pada pakaian tersebut, serta target pasar dimana pakaian tersebut akan dijual, sehingga akhirnya dapat menghasilkan beberapa karya rancangan yang nantinya digunakan untuk diproduksi.
52
2.1.9.3 Menggambarkan Ide Setelah memperoleh berbagai inspirasi dari berbagai sumber sehingga akhirnya muncul ide-ide untuk membuat suatu koleksi rancangan, tahap berikutnya bagi seorang perancang busana adalah mengilustrasikan ide mereka ke atas kertas. Sebelumnya, yang harus ditentukan adalah bentuk badan yang bagaimanakah yang dijadikan tujuan sebagai target pasarnya, bagian tubuh manakah yang ingin ditonjolkan dan ingin disembunyikan atau seberapa banyak bagian tubuh yang ingin dipamerkan. Biasanya seorang perancang busana menggambarkan ilustrasinya ke dalam buku gambar, selain mudah untuk dibawa-bawa ke manapun, hal ini juga memudahkannya karena ilustrasi ide-idenya tidak akan tercecer kemana-mana. Kebanyakan perancang mode memiliki sosok atau kepribadian tertentu sebagai inspirasi atau sosok yang baginya ideal untuk mengenakan pakaian yang akan dirancangnya. Pada umumnya mereka menginginkan pakaiannya dikenakan oleh tubuh yang paling digemari saat itu, atau perilaku yang paling digemari, yang dapat diwakili lewat model yang akan ia pilih. Umumnya para perancang busana menggemari bentuk tubuh yang kurus, tinggi dengan bahu lebar dan kaki jenjang yang dapat mendramatisir pendeknya sebuah rok mini atau mempertegas bentuk bahu dengan pakaian berkerah Sabrina dan sebagainya. Terdapat dua pendekatan dalam menuangkan gambar mode, yaitu gambar bebas dan gambar skematik: 1.
Gambar Bebas Gambar bebas menunjukkan bagaimana pakaian yang dirancang seharusnya digunakan apabila diaplikasikan pada tubuh. Biasanya proporsi tubuh mengalami distorsi, dengan kepala tergambarkan kecil, leher dan kaki lebih panjang dari proporsi badan yang sebenarnya. Apabila penggambaran anatomi biasa sebuah badan wanita terbagi atas 7 ½ kepala, maka dalam gambar mode, anatomi badan wanita dapat terbagi hingga 8 ½ atau 9 kepala. Bagian kaki digambarkan secara berlebihan panjangnya dibandingkan dengan bagian torso. Dan karena bertujuan untuk menonjolkan pakaian rancangan, maka penggambaran tubuh dilebih-lebihkan agar membentuk ruang untuk detil-detil pakaian, seperti kantong dan garis-garis jahitan.
53
2.
Gambar Skematik Gambar skematik merupakan gambar yang datar, dimana penggambaran pakaian rancangan digambarkan dengan jelas dan diagramatis untuk menunjukkan detil-detil teknis rancangan tersebut. Gambar semacam ini tidak disajikan persis sesuai dengan gambar anatomi tubuh manusia. Setiap garis jahitan, konstruksi dan detil potongan memang digambarkan, namun tanpa pewarnaan dan bayangan agar menghindari kesalahan dalam proses produksi. Biasanya gambar skematik ini disajikan pada tahap proses produksi, yakni ditunjukkan kepada penjahit dengan maksud agar lebih mudah bagi penjahit dan juru potong untuk menginterpretasikan rancangan pakaian tersebut. Pada gambar skematik, ukuran badan, bahu, panjang dan lebar lengan, ukuran kerah hingga kantong biasanya digambarkan dengan proporsi yang benar.
2.1.9.4 Mencari Bahan Bahan, bagi seorang perancang busana ibaratnya sebagai cat bagi seorang pelukis; media untuk mengekspresikan ide-ide kreatifnya. Mencari bahan yang cocok merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam merancang sebuah karya rancangan busana. Tak hanya persoalan visualisasi bahan itu sendiri, melainkan juga berat dan pemeliharaannya, serta harga, motif atau cetakan, berikut faktor-faktor tambahan lainnya seperti kehangatan, ketahanan terhadap noda atau kuman bakteri, serta kualitasnya. Seorang perancang busana harus memiliki ekspektasi yang beralasan mengenai bagaimana perilaku bahan tersebut; contohnya, sebuah bahan tidak bisa dipaksakan menyatu dalam gaya potongan pakaian tertentu, atau bentuk tertentu, apabila tidak cocok dengan karakteristik bahan tersebut; misalnya bahan wool tidak akan cocok apabila dibuat sebagai kebaya. Namun, dalam merancang sebuah pakaian, seorang perancang busana dapat memadu-padankan atau mengkombinasikan beberapa jenis bahan. Dengan sendirinya dalam merancang sebuah koleksi, diperlukan pengetahuan untuk menyeimbangkan berbagai jenis bahan tersebut agar menjadi kesatuan yang sempurna dan tidak ada yang berat sebelah. Apabila terlalu banyak bahan dan warna digunakan, maka koleksi pakaian tersebut dapat terlihat tidak terkoordinasi, sebaliknya apabila jenis bahan yang digunakan terlalu sedikit maka rancangannya akan terlihat monoton dan membosankan. Memilih bahan merupakan salah satu pekerjaan paling sulit yang 54
harus dilakukan para perancang busana sekaligus merupakan pekerjaan paling penting dalam proses pembuatan suatu koleksi pakaian. Telah
banyak
perancang
busana
terkemuka
dunia
yang
sukses
mempopulerkan bahan pakaian tertentu, seperti contohnya perancang busana asal Perancis, Coco Chanel, yang terkenal dengan setelan berbahan tweed, bahan yang terbuat dari beberapa kombinasi bahan wool dengan warna yang berbeda-beda. Ada pula Issey Miyake yang kerap kali menggunakan bahan felt, sejenis bahan yang dibuat dari wool yang digulung dan ditekan pada suhu panas sehingga memberikan kelembutan pada permukaannya, di sini Miyake mengkombinasikan bahan tersebut dengan pemakaian bulu-bulu binatang, rambut atau katun. Eksperimen pada bahan kerap kali dilakukan oleh para perancang busana, seperti contohnya rumah mode Moschino yang menggunakan bahan BH wanita sebagai bahan untuk membuat sebuah gaun malam pendek; atau Hussein Chalayan yang menyiramkan cairan asam ke atas bahan kulit dan kemudian mengubur bahan tersebut di dalam tanah selama sepekan untuk membuat sebuah terusan tanpa lengan. Lain halnya dengan perancang busana John Galliano yang membuat gaun adibusana dengan menggunakan kertas. Namun, di atas semua ini, seorang perancang busana harus senantiasa mengingat bahwa suatu rancangan pakaian dengan bahan yang digunakannya tidak boleh saling bersaing untuk menjadi pusat perhatian. Rancang bentuk dan bahan rancangan justru harus dapat saling mengisi demi memperindah karya rancangan busana tersebut.
Gambar 3.4: Gaun Malam dari BH rancangan Moschino Dokumen Pribadi penulis dari Victoria & Albert Museum, London.
55
2.1.9.5 Membuat Pola Pakaian dan Proses Penjahitan Pada sebuah studio pembuatan pakaian dalam sebuah rumah mode, pusat segala pekerjaan terjadi di meja pemotongan pola. Meja tersebut biasanya terbuat sesuai dengan tinggi badan wanita, dengan panjang sekitar 92 cm dan lebar 120 cm. Meja ini dipergunakan untuk membuat pola dasar dan memotong bahan yang akan digunakan. Dalam sebuah rumah mode yang kecil, biasanya perancangnya sendiri yang memotong pola dan mengerjakan segala sesuatunya, mulai dari menggambar rancangan, memilih bahan, mengatur anggaran dana, mempromosikan desaindesainnya dan segala tetek bengek lainnya. Namun, pekerjaan penjahitan pakaian ia serahkan pada tukang jahit, biasanya tukang jahit yang bersedia dibayar murah. Berbeda dengan pekerjaan yang terjadi dalam sebuah rumah mode yang sudah besar, dimana pekerjaan sang desainer tak lebih hanya membuat desain pakaian dan menciptakan bentuk pakaian, memilih bahan dan membuat pola dasar, yang disebut toile. Toile adalah pembuatan pola dasar yang menggunakan bahan yang murah, biasanya bahan seperti kain perca, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang vital dalam pembuatan pakaian apabila nantinya diterapkan pada bahan yang asli, yang nantinya akan dipakai. Setelah sang perancang merasa puas dengan potongan toile, nantinya toile akan diserahkan kepada tukang potong pola profesional yang selanjutnya akan memotong bahan yang akan benar-benar digunakan untuk pakaian yang sedang dibuat. Proses pemotongan pola ini merupakan proses yang terpenting dalam pembuatan pakaian, karena pada proses ini terjadi pemotongan bahan (yang eksklusif) sehingga kesalahan harus diminimalisasikan. Biasanya tukang pola menggantungkan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan pakaiannya ke atas manekin (mannequin), hal ini dilakukan agar tukang pola dan sang perancang dapat melihat gambaran bagaimana “jatuhnya” bahan terhadap badan apabila nantinya sudah rampung. Setelah pola dipasangkan pada manekin dan dilakukan beberapa koreksi apabila terjadi beberapa kesalahan dalam pemotongan atau ukuran pakaian, barulah pola tersebut diberikan kepada tukang jahit untuk nantinya dijahit. Teknik penjahitan pun berbeda-beda. Pada pakaian siap pakai, proses penjahitan cukup menggunakan mesin jahit, namun berbeda dengan pakaian adibusana, yang penjahitannya cenderung merupakan gabungan antara jahitan menggunakan tangan dan mesin jahit. Pada teknik
56
pembuatan adibusana ini, biasanya penjahit juga menggunakan manekin apabila hendak menjahit dengan tangan, hal ini dilakukan agar menghindari adanya lipatanlipatan atau kesalahan menjahit bagian yang tak seharusnya dijahit. Selain itu, biasanya pakaian adibusana memiliki detil yang cukup rumit dan hanya bisa dijahit satu-persatu dengan menggunakan tangan. Belum lagi jika pakaian tersebut membutuhkan tambahan detil seperti payet, bordir, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penjahit mesti berhati-hati karena apabila tidak, hal ini dapat merusak bahan pakaiannya.
2.1.9.6 Fitting Pada proses fitting, atau disebut juga dengan proses pengepasan pakaian pada tubuh, perancang sudah mendapatkan hasil pakaian yang sudah rampung. Namun yang masih ingin dicari adalah apabila pakaian ini dikenakan pada tubuh manusia, sang model dapat bergerak dengan baik atau tidak, apakah terdapat kesulitan berjalan atau tidak. Oleh karena itu, pada proses ini perancang harus melaksanakan inspeksi menyeluruh terhadap pakaian. Apabila terjadi kesalahan, maka jahitan pada bagian yang salah tersebut harus dibuka kembali dan dibetulkan.
2.1.9.7 Finishing (Menyetrika Pakaian) Proses terakhir adalah menyetrika pakaian dan membetulkan jahitan, apabila terdapat jahitan yang masih belum rapih. Selanjutnya bagian yang jahitannya dibetulkan tersebut harus disetrika kembali agar rapih. Penempatan kancing, restleting, pita dan lain sebagainya dilakukan pada proses ini.
57
2.2
Dunia Seni
2.2.1
Definisi Seni Kata "Seni" berasal dari bahasa Melayu (atau Melayu-Tinggi untuk
membedakannya dengan Melayu-Rendah pada zaman kolonial), yang berarti "kecil". Pemakaian kata seni yang berarti "kecil" tersebut dipakai oleh beberapa penyair seperti Sutan Takdir Alisyahbana pada tahun 1936 dalam sajaknya Sesudah Dibajak (“Sudah seni mengiris kalbu”) dan Taslim Ali pada tahun 1941 dalam sajaknya Kepada Murai (“Hiburkan hati/Unggasku seni”). Namun dalam majalah Pujangga Baru, 10 April 1935, dalam sebuah esai tulisan R.D., yaitu Pergerakan '80', telah dipakai kata seni dalam pengertian seperti yang sekarang ini kita pakai, yaitu sebagai art. Dalam esai tersebut termuat kata-kata: "Seni menjadi 'de aller-individueelete expressie van der individueelste emotie' (kelahiran yang sekhusus-khususnya dari perasaan yang sekhususkhususnya).Seni tidak mempedulikan ukuran kesusilaan (ethics) lagi, tidak ingin memberi petuah. L'art pour l'art, seni untuk seni, ukurannya kedapatan 24 dalam dirinya sendiri". Dalam bahasa Melayu-Rendah yang berlaku di lingkungan peranakan Cina, tidak dikenal kata seni untuk art. Dalam majalah Sin Po, 25 Juli 1931, dalam artikel berjudul Raden Saleh, masih dipakai kata 'tukang'. Dalam artikel tersebut, Raden Saleh disebut sebagai tukang menggambar Indonesier. Dipakai juga tukang ukir patung, tukang nyanyi kroncong, dan lain sebagainya. Sehingga padanan MelayuRendah untuk kata seni adalah tukang. Begitupun dalam bahasa Jawa, yang mempergunakan pengertian tukang bagi pekerja seni.
25
Dalam Kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert, seni alias kunst mempunyai pengertian hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian, ketukangan. Ini sesuai dengan pengertian art dalam bahasa Inggris menurut Kamus Oxford American Dictionary: art noun: 1 he studied art; fine art, artwork. See table. 2 the art of writing; skill, craft, technique, knack, facility, ability, knowhow. 3 she uses art to achieve her aims; cunning, artfulness, slyness, craftiness, 24 25
Jakob Sumardjo, Filsafat Seni, ITB, Bandung : 2000, hal. 41 Ibid, hal 42.
58
guile; deceit, duplicity, artifice, wiles. 26
ART TECHNIQUES AND MEDIA Acrylic painting Lost wax Action painting Marbling Airbrushing Marquetry Aquatint Mezzotint Batik Montage brass rubbing Mosaic Calligraphy mural painting Cartooning oil painting Ceramics Painting Cire perdue Pastel Cloisonné photography Collage Conté Distemper Decoupage Drawing Dry point Enameling Encaustic Engraving Etching Fresco Gouache Grisaille Illumination Impasto Intaglio Intarsia Linocut Lithography
photogravure photomontage Pointillism screen printing Sculpture Scumbling Sgraffito Silk-screen printing Sketching stained glass stonecutting Tachism Tempera trompe l'oeil Watercolor wood carving woodcutting wood engraving Dictionary
art 1 |ärt| noun: 1 the expression or application of human creative skill and imagination, typically in a visual form such as painting or sculpture, producing works to be appreciated primarily for their beauty or emotional power : the art of the Renaissance | great art is concerned with moral imperfections | she studied art in Paris. • works produced by such skill and imagination : his collection of modern art | an exhibition of Tibetan art | [as adj. ] an art critic. • creative activity resulting in the production of paintings, drawings, or sculpture : she's good at art. 2 ( the arts) the various branches of creative activity, such as painting, 26
Dictionary application for Mac 05 X, Macintosh Apple, 2006.
59
music, literature, and dance : the visual arts | [in sing. ] the art of photography. 3 ( arts) subjects of study primarily concerned with the processes and products of human creativity and social life, such as languages, literature, and history (as contrasted with scientific or technical subjects) : the belief that the arts and sciences were incompatible | the Faculty of Arts. 4 a skill at doing a specified thing, typically one acquired through practice : the art of conversation. Phrases: art for art's sake used to convey the idea that the chief or only aim of a work of art is the self-expression of the individual artist who creates it. art is long, life is short proverb there is so much knowledge to acquire that a lifetime is not sufficient. art of war the strategy, tactics, and techniques of combat. ORIGIN Middle English : via Old French from Latin ars, art-. art 2 | rt| 27 archaic or dialect 2nd person singular present of be . Sementara dalam kamus Bahasa Indonesia, “seni” secara harfiah berarti keahlian membuat karya yang bermutu; karya yang diciptakan dengan keahlian yang 28
luar biasa; dan kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.
Dalam pengertian-pengertian di atas, seni menunjuk pada pengertian perbuatan atau ketrampilan serta pengetahuan. Seni juga merupakan salah satu dari lembaga-lembaga kebenaran manusia, sebagai mahluk yang senantiasa mencari kebenaran dalam hidupnya dan tidak pernah puas setelah menyadari suatu kebenaran. Kebenaran yang sifatnya tidak statis, selalu berkembang dan tumbuh serta memperkaya dirinya tanpa batas. Kebenaran tersebut berada di luar alam manusia dan merupakan suatu ide yang bersifat mengatasi tempat dan waktu manusia. Kebenaran itu suatu esensi, suatu hakikat, suatu ide yang mendahului kebenaran ini. Dalam sepanjang sejarah hidup manusia di bumi ini, terdapat empat lembaga kebenaran yang semuanya merupakan hasil dari suatu pemikiran dengan menggunakan potensipotensi yang ada di dalam diri manusia tersebut, seperti potensi pikir, potensi inderawi, potensi merasakan dan potensi untuk percaya; yang kesemuanya merupakan anugerah dari Tuhan untuk dikembangkan dalam perjalanan hidup manusia. Lembaga kebenaran tersebut adalah (i) agama, (ii) ilmu, (iii) filsafat dan (iv) seni. 27 28
Ibid Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op cit, hal. 914-915
60
Lembaga kebenaran yang paling tua adalah agama atau sistem kepercayaan, Lembaga ini sifatnya 'diturunkan' atau transedental dan mengajarkan manusia untuk hidup damai, harmonis dan selamat baik di dunia maupun akhirat. Kebenaran agama mutlak bagi mereka yang mempercayainya, termasuk hal-hal yang terkadang dianggapnya 'tidak sesuai' dengan kebenaran pengalaman, inderawi dan nalar. Lembaga kebenaran yang paling dekat dengan lembaga kebenaran agama adalah seni. Seni, seperti halnya agama, menjangkau kebenaran mendasar, universal, menyeluruh dan mutlak serta abadi. Perbedaannya hanya pada alat untuk mencapai hal-hal tersebut, yaitu, seni dicapai lewat perasaan dan intuisi. Dasarnya adalah pengalaman inderawi manusia yang bersifat subjektif. Kebenaran pengalaman perasaan intuitif manusia ini hanya dapat dihayati, dirasakan. Dan dalam penghayatan itulah manusia menyentuh suatu kebenaran yang tak kuasa ia jelaskan. Kualitas perasaan itu harus dialami sendiri oleh manusianya sehingga ia mampu menemukan kebenarannya. Hal inilah yang mendekatkan kebenaran seni dengan agama. Bentuk seni itu sendiri adalah suatu wujud dan realitas yang dihayati secara inderawi. Karya seni merupakan sebuah benda artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat dan sekaligus didengar (visual, audio dan audio-visual), seperti lukisan, musik dan teater. Namun, maksud dari seni tersebut adalah yang terletak pada nilainya, nilai seni itu terlihat dari apa yang dianggap indah, baik, adil, sederhana dan bahagia. Nilai-nilai seni tersebut bersifat subjektif bagi para penikmat seni. Apa yang oleh seseorang dianggap indah dapat tidak indah bagi orang lain. Nilai subjektif itu berasal dari pengalaman dan pengetahuannya, dan kualitas nilai seni dari suatu benda seni yang mengandung nilai objektifnya, akan terlahir lewat tanggapan individu tersebut berdasarkan nilai-nilai seni yang dialami dan dikenal si indvidu. Akhirnya terjadilah suatu 'relasi seni' antara subjek seni (penanggap) dengan objek seni (benda seni). Benda seni terlahir lewat karya sang senimannya, seseorang yang memiliki kemampuan tertentu dalam suatu bidang seni; seperti pelukis yang ahli dalam melukis, penyair yang ahli dalam membuat sajak, musisi yang ahli dalam mengkomposisikan musik dan membuat lagu. Benda seni adalah nilai bentuk seni, yang diwujudkan oleh material-medium seninya masing-masing sehingga penanggap seni akan segera tertarik oleh daya pesona inderawinya (warna dan bunyi dan sebagainya). Benda seni tersebut terbentuk dari unsur-unsur bentuk dalam struktur tertentu yang akhirnya dapat melahirkan penafsiran subjektif mengenai nilai dan isi 61
seni yang berbeda-beda dari penanggapnya. Isi seni merupakan 'isi jiwa' seniman yang terdiri dari perasaan dan intuisinya, pikiran dan gagasannya. Isi seni dapat dilihat dari sebuah bentuk benda seni yang memberikan kesatuan nilai-nilai seni. Dalam hal ini terdapat dua aliran besar dalam aliran seniman, yakni bahwa isi tidak penting dalam benda seni, yang paling penting adalah bentuk demi bentuk itu sendiri. Inilah yang populer dengan semboyan 'seni untuk seni'. Sementara aliran yang lainnya menekankan aspek isi dalam seni, bahwa seni itu selalu mempersoalkan nilai-nilai hidup lingkungan manusia.
2.2.2
Seni menurut Leo Tolstoi Dalam sub-bab ini, penulis menguraikan pengertian seni menurut Leo
Tolstoi lewat sumber buku Filsafat Seni karangan Jakob Sumardjo dan The Meaning of Art karangan Herbert Read (Penguin Books, Suffolk, 1931). Leo Tolstoi (1828-1910) adalah seorang sastrawan Russia terkenal yang telah menulis beberapa karya-karya novel besar yang hingga kini masih populer. Pengarang ini mengemukakan pandangannya mengenai definisi seni dalam esainya yang terkenal, Apakah Seni? (What is art?). Dalam esainya ini, Tolstoi berpendapat mengenai seni, “Art is a human activity consisting in this, that one man conciously, by means of certain external signs, hands on to others feelings he had lived through and the others are infected by these feelings and also experience 29 them” Seni tidak dapat dilihat hanya pada segi memberikan kesenangan berupa keindahan belaka. Setiap orang mempunyai selera sendiri terhadap sesuatu yang disebut indah dan memberikan kepuasan serta kesenangan pada dirinya. Ibarat orang menyukai jenis makanan tertentu. Dia boleh menyebutnya enak dan memuaskan hatinya, tetapi orang lain boleh jadi akan mual dengan hanya membayangkannya saja. Masakan yang enak tidak menuntun orang pada pengertian apa hakikat masakan dan makanan bagi manusia. Makanan yang baik adalah makanan yang berguna bagi pertumbuhan jasmani kita, dan itu bisa enak dan bisa juga dianggap tidak enak. Maka faham keindahan dalam seni harus disingkirkan untuk dapat memahami hakikat seni. Seni adalah semacam 'persetubuhan’ antara satu manusia dengan manusia lain. Ada tindak memberi dan tindak menerima. Apa yang diberikan? Seniman 29
Herbert Read, The Meaning of Art, Penguin Books, Suffolk, 1931. hal. 185-186
62
memberikan perasaan atas pengalaman hidupnya kepada manusia lain lewat benda seni. Seni adalah ungkapan perasaan seniman yang disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakannya. Dengan seni, seniman memberikan, menyalurkan, memindahkan perasaannya kepada orang lain sehingga orang itu dapat merasakan juga apa yang dirasakan sang seniman. Lebih dari itu, orang itu pun dapat menerima perasaan seniman dengan kondisi yang sama. Dengan sendirinya, apabila karya seni seorang seniman hanya dapat diterima oleh orang tertentu saja, dan tidak bisa diterima orang-orang lain, maka karya itu bukanlah karya seni. Makin luas jangkauan penerimanya, makin besar karya seni tersebut. Menurut Tolstoi, jenis perasaan yang diekspresikan sang seniman itu beragam, yakni dapat berupa perasaan yang kuat maupun yang lemah, perasaan yang penting dan yang tak berarti, perasaan baik maupun buruk, perasaan kagum, perasaan cinta tanah air atau nasionalis, perasaan gembira, bangga, megah, humor, tentram dan sebagainya.
Semua
jenis
perasaan
diterima
lewat
indera
manusia
yang
memberikannya suatu pengalaman (seni). Dipandang dari segi sang seniman, yakni bagaimana mengekspresikan perasaan atas pengalamannya, Tolstoi memberikan tiga syarat utama, yaitu: 1.
Nilai ekspresi bergantung pada besar-kecilnya kepribadian sang seniman. Tolstoi mempergunakan istilah 'individualitas' seniman. Makin menonjol individualitasnya,
makin
kuat
daya
pengaruh
pada
penerimanya.
Individualitas ini menekankan pada bobot sikap jiwanya. 2.
Nilai ekspresi bergantung pada besar-kecilnya kejelasan, kejernihan perasaan yang diungkapkannya. Seniman mendasarkan diri pada perasaan universal manusia, sehingga penerima seni dapat 'menemukan' kembali perasaan yang sebenarnya juga telah dikenalnya, tapi mungkin jarang dirasakannya.
3.
Nilai seni bergantung pada besar-kecilnya kejujuran seniman.
30
Seniman mengungkapkan perasaan berdasarkan pengalaman-pengalaman hidup yang telah dialaminya, bukan untuk kepentingannya sendiri, namun juga untuk kepentingan orang banyak. Seorang penyair yang meratapi kematian isterinya yang amat dicintainya tentu tak akan menggerakkan perasaan banyak orang lain kalau ia hanya meratapi individu isteri yang dicintainya itu. Hal ini sama saja dengan terapi stres 30
Jakob Sumardjo, op cit
63
akibat kematian isterinya itu. Ratapan itu baru menjadi karya seni apabila orang lain dapat merasakan pahitnya kematian isteri mereka sendiri. Perasaan yang mencapai tingkat universal inilah yang diekspresikan. Dengan sendirinya, perasaan ini muncul ketika ia menghadapi kematian isterinya, tetapi nilai kejujuran perasaan ini harus diangkat menjadi perasaan umum seakan-akan para pembacanya pernah mengalami perasaan semacam itu. Kejujuran perasaan tersebut muncul dari lubuk hatinya yang mendalam, yang mendesaknya untuk diungkapkan kepada orang lain. Dan untuk mengekspresikannya diperlukan penguasaan teknik seni yang secerdas mungkin. Seni dapat membantu dalam pembentukan manusia sempurna, yang sehat secara jasmani, spiritual, psikologi dan sosial. Karena seni itu bertujuan untuk ikut berperan dalam menyempurnakan hidup manusia. Menurut Tolstoi, yang akrab dengan gereja ortodoks Rusia, dasar seninya adalah perasaan yang dapat menyatukan manusia dengan Tuhan dan menyatukan perasaan antara manusia dengan manusia lainnya. Seni yang baik itu selalu universal, karena mampu menyatukan perasaan seluruh umat manusia dan mendekatkan manusia pada Tuhan. Namun, secara keseluruhan, Tolstoi memandang seni sebagai ekspresi seniman. Seni bukan yang memberikan keindahan sempurna, yang menyenangkan dan memuaskan manusia, namun seni membuat manusia menjadi sempurna sebagai manusia.
2.2.3
Seni Modern Kata "Modern" sebenarnya merupakan kata-kata yang modern atau baru,
tercipta awalnya untuk mengartikan "kelahiran baru" kebudayaan Eropa setelah sebelumnya dianggap sebagai "Dark Ages" (tahun-tahun kelam), yang tak hanya merupakan bagian dari bangkitnya nilai-nilai lama melainkan juga penciptaan sesuatu yang baru, yang memiliki karakternya sendiri.31 Istilah "modernus" berasal dari bahasa Latin, dan merupakan antonim dari "antiquus", dan kedua kata ini telah digunakan sejak abad ke-12 sebagai dua sisi kontroversi antara para pengikut puisi antik dengan para praktisi puisi baru. Kehadiran "Modernitas" sebagai kategori kebudayaan merupakan tanggapan atas perkembangan dalam perniagaan baru hingga kehidupan sosial baru. Seni modern di Eropa telah dimulai sejak tahun 1800an dimana pada era ini, ditemukan reori relatifitas, munculnya revolusi industri serta ilmu pengetahuan sosial 31
Paul Mattick, Art in Its Time, Routledge, London, 2003, hal. 10.
64
yang memancing gaya-gaya baru dalam bidang seni. Pergerakan seni pada era ini sejalan dengan munculnya gebrakan-gebrakan dari seniman Eropa yang dapat terlihat pada 15 tahun pertama abad ke-19. Bisa dilihat dari munculnya gaya lukisan abstrak ekspresionis di tahun 1903 yang dipelopori oleh Wassily Kandinsky dan bangkitnya aliran kubisme di tahun 1908 yang dipelopori oleh Pablo Picasso dan Georges Braque. Seni modern erat kaitannya dengan modernisme. Modernisme merupakan suatu konsep yang berhubungan dengan hubungan manusia terhadap lingkungan sekitarnya di jaman modern. Konsep modernisme ini meliputi banyak bidang ilmu (termasuk seni dan sastra) dan setiap bidang ilmu tersebut memiliki perdebatan apa itu 'modernisme'. Walaupun demikian, 'modernisme' pada umumnya dilihat sebagai reaksi individu dan kelompok terhadap dunia modern, dan dunia modern ini dianggap sebagai dunia yang dipengaruhi oleh praktek dan teori kapitalisme, industrialisme dan negara-bangsa.
2.2.4
32
Sejarah Seni Modern
2.2.4.1 Akar pada abad ke-19 Hingga akhir abad ke-19, beberapa gerakan seni yang nantinya berpengaruh terhadap seni modern mulai bermunculan, seperti Impressionisme dan PostImpressionisme, serta simbolisme. Pengaruh terhadap gerakan-gerakan ini berasal dari bermacam-macam sumber; dari penelitian terhadap seni dekoratif budaya Timur, khususnya pada seni cetak Jepang hingga inovasi pewarnaan pada lukisan yang dilakukan oleh Joseph Mallord William Turner, seorang pelukis romantisme asal Inggris dan Eugene Delacroix, pelukis romantisme asal Perancis, untuk mencari pelukisan mengenai kehidupan sehari-hari, seperti yang dapat dilihat pada lukisanlukisan karya pelukis seperti Jean-Francois Millet. Pada saat itu, konsep umum yang dipercaya adalah bahwa seni harus memberikan keaslian dalam pelukisannya terhadap objek-objek, namun harus dapat juga mengekspresikan idealisme. Meskipun demikian, pelukis-pelukis yang kala itu terbilang sukses bekerja melalui suatu lembaga atau lewat pameran umum yang besar yang diselenggarakan dan disponsori oleh pemerintah. 32
www.wikipedia.com European Modernise (Dirangkum oleh: Otniel/UPH/DKV)
65
Pergerakan-pergerakan
ini
tidak
senantiasa
menggolongkan
dan
menyangkut-pautkan dirinya pada progres atau kebebasan berkesenian malah sebaliknya menentang, dengan gaya kala itu, bahwa mereka mewakilkan nilai universal dan kebenaran.
2.2.4.1.1 Impresionisme dan Post-Impresionisme Para pengikut gerakan Impresionisme memperdebatkan bahwa manusia tidak melihat objek-objek di sekitarnya, mereka hanya melihat cahaya yang merefleksikan dirinya, dan oleh karena itu, pelukis seharusnya melukis di bawah pancaran cahaya alam daripada di studionya, dan mereka harus menangkap efek cahaya tersebut pada karya-karyanya. Gerakan Impresionisme pertama kalinya bermula di Paris dimana sekelompok seniman asal kota tersebut mulai memamerkan karya seninya kepada umum pada tahun 1860an. Nama gerakan ini diproleh dari judul karya lukisan Claude Monet yang berjudul Impression, Sunrise (Impression, soleil levant) yang membuat kritikus Louis Leroy untuk menggunakan istilah tersebut pada ulasan kritiknya yang dipublikasikan di koran Le Chaviari.
Gambar 2.4: Impression, soleil levant Claude Monet, 1872 Oil on canvas 48 × 63 cm Musée Marmottan-Monet, Paris Sumber: www.wikipedia.com
Pada tulisan Leroy, ia mengatakan bahwa lukisan Monet hanyalah berupa sketsa dan tidak bisa dianggap sebagai karya yang sudah selesai. Ia menuliskan;
66
“Impression-I was certain of it. I was just telling myself that, since I was impressed, there had to be some impression in it…and what freedom, what ease of workmanship! Wallpaper in its embryonic state is more finished than 33 that seascape”. “Impresion-Saya dapat memastikannya. Saya hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa, karena saya terkesan, pasti ada semacam kesan di dalam lukisan ini…dan kebebasan, serta kemudahan dalam pembuatannya! Kertas dinding dalam keadaan belum selesai saja mungkin lebih selesai dibandingkan dengan pemandangan laut ini”. Para seniman yang terkenal sebagai para seniman Impresionis sejati adalah Claude Monet, Edouard Manet, Edgar Degas, Camille Pissarro, Pierre Auguste Renoir dan Alfred Sisley. Timbulnya aliran Impresionis pada seni visual mulai diikuti oleh gerakangerakan serupa yang menggunakan medium yang berbeda yang akhirnya dikenal sebagai musik Impresionis, yang dimulai pada pertama kalinya di Perancis dan melahirkan komposer-komposer seperti Claude Debussy dan Maurice Ravel. Musik Impresionis ini meliputi permainan alat musik tiup, senar dan harpa. Selain musik, ada pula literatur Impresionis, seperti yang dilakukan oleh penulis Virginia Wolf dalam bukunya yang berjudul Mrs. Dalloway dan Joseph Conrad dalam karyanya yang berjudul Heart of Darkness dan The Lagoon. Sementara itu, Post-Impresionisme terbentuk dari aliran Impresionisme dan merupakan penolakan terhadap pembatasan. Post-impresionis berlanjut menggunakan warna-warna hidup, aplikasi tebal pada cat, goresan-goresan khas dan subjek persoalan mengenai kehidupan sebenarnya, namun aliran ini tidak terlalu menegaskan bentuk-bentuk geometris dan mendistorsi bentuk untuk mendapatkan efek yang lebih ekspresif. Pelukis-pelukis aliran ini adalah Paul Cezanne, Odilon Redon, Paul Gauguin, Vincent Van Gogh, Georges Seurat, Henri de Toulouse-Lautrec dan Paul Serusier.
33
http://en.wikipedia.org/wiki/Impressionism 67
Gambar 2.5 : The Centenary of Independence (Le centenaire de l'indépendance) Henri Rousseau, 1892 Oil on canvas 57 × 110 cm, 22.4 × 43.3 in Sumber: www.wikipedia.com
2.2.4.2 Awal abad ke-20 Di awal Perang Dunia-I, tekanan dan ketidaknyamanan keadaan sosial yang terjadi seperti pada saat Revolusi Russia, telah memunculkan pergerakan-pergerakan radikal dalam seni yang menolak kebiasaan-kebiasaan lama. Dimulai ketika Komposer ternama Russia, Igor Stravinsky di tahun 1913 mencoba memunculkan pertunjukan yang menunjukkan manusia yang menjadi korban, serta Pablo Picasso dan Paul Matisse yang menolak sistem perspektif tradisional menjadi ciri khas lukisan terstruktur, hal seperti ini bahkan belum pernah dilakukan oleh para pelukis Impresionis sekelas Cezanne sekalipun. Inilah yang mulai memperjelas apa yang sebenarnya diistilahkan sebagai 'modernisme', yaitu penolakan serta pergerakan terhadap kesederhanaan gaya Realis dalam sastra dan seni, serta mengubah 34
harmonisasi gaya dalam musik . Pada tahun 1920, Modernisme yang di era sebelum perang hanyalah sebuah efek minoritas mulai menegaskan dirinya sebagai hal yang dapat mengubah jaman. Modernisme di Eropa terlihat dalam pergerakan-pergerakan seni yang kritis seperti Dadaism dan selanjutnya dalam pergerakan konstruktivisme seperti Surrealism, seperti juga dalam pergerakan-pergerakan kecil seperti Bloomsburry Group (kelompok pelajar Bohemian di Inggris). Masing-masing pergerakan ini menunjukkan metode-metode baru untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Gaya-gaya yang muncul pada awal dekade pertama abad ke-20 meliputi 34
Ibid.
68
Fauvisme, Kubisme, Ekspresionisme dan Futurisme yang secara cepat diikuti oleh para seniman dari berbagai penjuru dunia. Pada era modernisme ini terdapar 2 kelompok besar yang memiliki peranan yang sangat kuat terhadap perkembangan seni modern di Eropa. Kedua kelompok ini lebih dikenal sebagai pengembang ide-ide baru yang berkaitan dengan seni, arsitektur, desain dan pendidikan seni. Dua kelompok yang dimaksud adalah Bauhaus (Jerman) dan de Stijl (Belanda).
2.2.4.2.1 Fauvisme Istilah Fauvisme berasal dari bahasa Perancis, fauve yang berarti binatang buas. Karya para Fauvist berupa penyederhanaan garis, membuat subjek pada lukisan mejadi mudah untuk dibaca, melebih-lebihkan perspektif dan penggunaan warnawarna cerah. Selain itu, mereka juga menegaskan kesegaran dan spontanitas. Istilah Fauvisme pertama kali digunakan, secara humor dan bukan sebagai pujian, untuk kelompok penganggas Fauvisme, Les Fauves, oleh kritikus seni, Louis Vauxcelles. Seniman Gustave Moreau merupakan guru paling inspiratif dalam aliran ini. Moreau, seorang professor di Ecole des Beaux-Arts di Paris mendorong muridmuridnya untuk berpikir di luar garis formalitas dan untuk mengikuti kepercayaannya masing-masing. Hasilnya, pemimpin aliran ini, yang merupakan murid top Moreau adalah Henri Matisse dan Andre Derain. Lukisan-lukisan kedua seniman ini contohnya, pada karya Matisse yang berjudul The Dessert (1908) atau karya Derain yang berjudul The Two Barges menggunakan warna-warna berani, seperti merah, yang menarik perhatian mata. Seniman lain pengikut aliran ini adalah Albert Marquet, Charles Camoin, seniman Belgia Henri Evenepoel, Jean Puy, Maurice de Vlamnick, Raoul Dufy, Othon Friesz, Georges Rouault, seniman Belanda, Kees van Dongen, seniman asal Swiss, Alice Bailly dan rekan Picasso, Georges Braque. Sebagai suatu aliran, Fauvisme tidak memiliki teori yang konkret, dan tidak berlangsung pada jangka waktu yang lama, bermula pada tahun 1905 dan berakhir pada tahun 1907, sehingga hanya diadakan tiga pameran Fauvisme. Matisse merupakan pemimpin aliran ini, dikarenakan oleh umurnya yang tergolong tua kala itu. Ia selalu menginginkan untuk menciptakan seni dengan kesenangan, seni sebagai dekorasi merupakan tujuannya.
69
Gambar 2.6 : The Dessert: Harmony in Red (1908) Sumber: www.google.com
2.2.4.2.2 Ekspresionisme Ekspresionisme merupakan kecenderungan bagi para senimannya untuk mendistorsi realitas demi efek emosional; merupakan bentuk seni subjektif. Ekspresionisme berlaku pada macam-macam bentuk seni, mulai dari lukisan, seni patung, teater, film, arsitektur hingga musik. Sebagai tambahan, istilah ini menggambarkan amarah emosional (hanya sedikit seniman yang menghasilkan karya ekspresionis yang ceria). Meskipun istilah Ekspresionisme digunakan sebagai peristilahan referensi, namun tidak pernah terdapat aliran yang jelas yang menjuluki dirinya sendiri sebagai “Ekspresionisme”, selain penggunaan istilah ini oleh Herwald Walden dalam majalahnya Der Sturm pada tahun 1912. Istilah ini umumnya dikaitkan dengan karya lukisan dan seni grafis di Jerman khususnya oleh kelompok seniman Die Brucke dan Der Blaue Reiter. Ahli filsafat Friedrich Nietzsche merupakan salah satu tokoh penting dalam menggagas ekspresionisme modern dengan menjelaskan dan menawarkan ajaran ini. Dalam bukunya yang berjudul The Birth of Tragedy, Nietszche menggagaskan teorinya mengenai dualisme kuno antara dua tipe pengalaman estetis, Apollonian dan Dionysian; dualisme antara dunia pikiran, golongan, keteraturan dan kerapihan dengan dunia yang dipenuhi oleh kemabukan, kehancuran dan ekstasi. Apolonian mewakilkan idealisme yang rasional dimana Dionysian mewakilkan nilai kebenaran dalam konsep artistik, yang berasal dari alam bawah sadar manusia. Menurut Nietzsche, kedua elemen ini dapat terlihat dalam karya seni manapun.
70
Karakteristik dasar dari Ekspresionisme adalah Dionysian; warna-warna berani, bentuk yang terdistorsi, dilukiskan secara tidak teratur, dua dimensi, tanpa perspektif dan berdasarkan perasaan, bukan pikiran. Secara umum, istilah ini berarti ‘seni yang mengekspresikan emosi yang mendalam’. Biasanya karya-karya seni dibuat dengan goresan-goresan yang bebas, secara estetis tidak mengesankan, namun hampir tanpa pengecualian memiliki kemampuan untuk membuat para pengamatnya merasakan emosi yang tinggi dengan drama dan terkadang horor dalam suasana lukisan yang digambarkan senimannya. Seniman-seniman aliran ekspresionis meliputi Edvard Munch, Franz Marc, Vincent Van Gogh, Egon Schiele dan Wassily Kandinsky.
Gambar 2.7 : The Scream Edvard Munch (1893) Sumber: www.google.com
2.2.4.2.3 Kubisme Kubisme merupakan aliran seni abad-20 yang mengubah gaya lukisan dan seni patung Eropa dan memberikan inspirasi pada aliran-aliran musik dan literatur. Meskipun aliran ini berlangsung hanya selama tujuh tahun, bermula pada tahun 1907 dan berakhir pada 1914 di Perancis, namun telah menjadi salah satu aliran paling signifikan dalam dunia seni. Dalam karya seni Kubis, objek dipotong-potong, dianalisa dan dibentuk kembali menjadi bentuk abstrak, selain itu sang seniman juga membuat sudut pandang yang berbeda-beda pada objek yang digambarkannya.
71
Tokoh-tokoh paling penting dalam aliran ini, seperti Lesley Dornan dan Juan Gris. Braque dan Picasso, yang kala itu menempati rumah Montmartre di Paris merupakan pencipta utama aliran ini. Setelah pertemuan mereka pada tahun 1907, mereka mulai mengembangkan Kubisme di tahun 1908 dan bekerja sama hingga Perang Dunia I terjadi pada tahun 1914. Kritikus asal Perancis, Louis Vauxcelles pertama kali menggunakan istilah “kubisme” atau “bizarre cubiques” pada tahun 1908, setelah melihat karya seni Braque. Ia menggambarkannya sebagai ‘dipenuhi oleh kotak-kotak kecil’. Kubisme dianut oleh banyak seniman, khususnya di Montparnasse dan dipromosikan oleh pedagang seni, Daniel-Henry Kahnweiler, sehingga akhirnya menjadi terkenal secara cepat, hingga pada tahun 1911, para kritikus menganggap Montparnasse sebagai “sekolah kubis”. Kelompok Puteaux merupakan kelompok cabang aliran kubisme yang cukup signifikan kala itu, kelompok ini terdiri atas seniman-seniman seperti Guillaume Apollinaire, Robert Delaunay, Marcel Duchamp dan Fernand Leger. Pada tahun 1913, publik Amerika Serikat diperkenalkan dengan aliran kubisme dan seni modern Eropa saat Jacques Villon memamerkan tujuh karyanya di Armory Show, New York City. Aliran kubisme ini pun mulai menyebar ke kota-kota seni di dunia, seperti contohnya di Czech, dimana para senimannya menyadari pentingnya karya kubisme Picasso dan Braque sehingga membuat cabang-cabang seni kubis lainnya, terutama dalam bidang seni lukis dan arsitektur.
Gambar 2.8 : Woman with a guitar Georges Braque (1913) Sumber: www.google.com
72
2.2.4.2.4 Surealisme Saat Perang Dunia 1 terjadi, banyak penulis dan seniman yang melarikan diri dari Paris, dan saat berada di luar Paris, mereka bergabung dengan gerakan Dada, gerakan yang mempercayai bahwa pemikiran rasional yang berlebihan dan nilai-nilai borjuis telah membawa konflik yang menyeramkan pada dunia. Pengikut aliran Dada ini menentang bersama para kelompok anti-rasional, anti-seni, dan berkumpul serta melakukan pertunjukan, menulis dan membuat karya-karya seni. Selama perang terjadi, tokoh yang nantinya menjadi pemimpin aliran Surealisme, Andre Beton, yang memiliki keahlian dalam bidang obat-obatan dan ilmu kejiwaan bekerja pada bagian kejiwaan rumah sakit veteran dan menggunakan metode psikoanalitik yang dikemukakan Sigmund Freud kepada tentara-tentara yang mengalami gangguan kejiwaan selama perang. Ia juga bertemu dengan penulis muda, Jacques Vache dan merasakan bahwa ia memiliki bakat spritual untuk menjadi seorang penulis. Sekembalinya ke Paris, Breton bergabung dengan para aktivis Dada dan mulai menulis di jurnal Litterature bersama Louis Aragon dan Philippe Soupault. Pada tahun 1924, Breton menulis sebuah karya tulisan yang berjudul Surrealist Manifesto, yang menjelaskan tentang tujuan kelompok beserta surat yang menjelaskan mengenai pengaruh Surealisme. Ia mengartikan Surealisme sebagai: Dictionary: Surrealism, n. Pure psychic automatism, by which one proposes to express, either verbally, in writing, or by any other manner, the real functioning of thought. Dictation of thought in the absence of all control exercised by reason, outside of all aesthetic and moral preoccupation. Encyclopedia: Surrealism. Philosophy. Surrealism is based on the belief in the superior reality of certain forms of previously neglected associations, in the omnipotence of dream, in the disinterested play of thought. It tends to ruin once and for all other psychic mechanisms and to substitute itself for them in 35 solving all the principal problems of life. Pengotomatisan psikis, dimana seseorang berekspresi, baik secara verbal, dalam tulisan maupun cara-cara yang lain, fungsi asli dalam berpikir. Pendiktean dalam pikiran tanpa adanya alasan yang dapat terkontrol, di luar semua estetika dan nilai
35
www.wikipedia.com 73
moral. Surealisme menegaskan alam bawah sadar, pentingnya mimpi dan nilai psikologis dalam suatu karya seni. Sejak adanya tulisan inilah, publik mulai mengenal istilah Surealisme dan banyak seniman yang mulai mengikuti gaya aliran ini. Seniman-seniman Surealisme yang terkenal seperti Max Ernst, Salvador Dali, Yves Tanguy, Joan Miro dan Marc Chagall.
Gambar 2.9 : The Persistence of Memory (Soft Watches) Salvador Dali (1931) Oil on Canvas, 24 x 33cm Sumber: www.scituate.com
2.2.4.2.5 Seni Abstrak Seni non-objektif bukanlah suatu barang baru yang diciptakan pada abad-20, manusia purba bahkan telah membuat seni non-objektif sejak pertama kali mereka menggambar sesuatu di atas tanah. Dalam ajaran agama Islam, penggambaran manusia bahkan tidak diperbolehkan sehingga pada budaya agama Islam, seni yang terbentuk adalah seni dekoratif dengan teknik tingkat tinggi, seperti contohnya kaligrafi. Desain abstrak juga telah ada di budaya Barat dalam konteks yang berbedabeda. Namun, seni abstrak berbeda dari pembuatan pola dalam desain, sebagaimana perbedaan antara seni dekoratif dengan seni murni, dimana lukisan menjadi objek perenungan dengan caranya tersendiri. Konstruktivisme (1915) dan De Stijl (1917) merupakan gerakan yang saling berparalel yang memperluas seni abstrak pada seni-seni tiga dimensi; seni patung dan arsitektur. Para pengikut aliran Konstruktivisme percaya bahwa karya para senimannya merupakan aktivitas yang revolusioner, mengekspresikan perasaan manusia dengan menggunakan mesin-mesin produksi, cetak grafis dan fotografi
74
sebagai alat komunikasi. Beberapa seniman abstrak ekspresionis asal Amerika termasuk: Barnett Newman Mark Rothko, Willem de Kooning, Jackson Pollock, Franz Kline dan Hans Hofmann. Meskipun demikian, inspirasi mereka banyak juga yang datang dari mitos, figur, arsitektur dan alam. Aliran abstrak ekspresionis ini bermula di Amerika pasca Perang Dunia II. Gerakan ini merupakan gerakan seni pertama yang berasal dari Amerika yang berhasil membawa pengaruh terhadap dunia dan yang membuat kota New York menjadi salah satu pusat seni dunia. Istilah “abstrak ekspresionis” pertama kali digunakan pada tahun 1946 oleh kritikus Robert Coates.
Gambar 2.10 : No.5 Jackson Pollock (1948) Sumber: www.wikipedia.com
Sementara itu, di belahan dunia lainnya, terbentuklah kelompok yang menamakan dirinya sebagai kelompok De Stijl (The Style), yang juga dikenal dengan sebutan Neoplastisisme. Dibentuk pada tahun 1917 di Belanda, istilah ini juga digunakan sebagai nama sebuah jurnal yang dibuat dan dicetak oleh seniman sekaligus kritikus, Theo van Doesburg, yang isinya mengenai teori-teori kelompok ini. Konsep yang dikemukakan oleh kelompok adalah neoplastisime-the new plastic art (Nieuwe Beelding dalam bahasa Belanda). Para pengikut De Stijl berupaya untuk mengekspresikan sebuah ide utopia baru mengenai harmonisasi spiritual dan aturan. Mereka menyokong abstraksi murni dan unsur universil dengan penyederhanaan bentuk dan warna, mereka menyederhanakan komposisi visual suatu benda menjadi arah vertikal dan horizontal, dan hanya menggunakan warna-warna primer serta hitam dan putih.
75
Aliran De Stijl ini banyak dipengaruhi oleh karya-karya lukisan Kubis, serta nilai mistis dan ide mengenai bentuk geometris yang ‘ideal’ (seperti contohnya garis lurus yang sempurna) dalam filsafat neoplatonik yang dikemukakan oleh ahli matematik M.H.J Schoenmaekers. Karya-karya seni De Stijl juga memberikan pengaruh terhadap gaya Bauhaus dan gaya internasional pada arsitektur, mode busana dan desain interior. Dalam bidang musik, De Stijl memberikan pengaruh pada karya komposer Jakob van Domselaer, seorang teman dekat Piet Mondrian. Antara tahun 1913 dan 1916, ia membuat komposisi berjudul Proeven van Stijlkunst (Experiments in Artistic Style), yang banyak terinspirasi dari karya-karya lukisan Mondrian. Kesan minimalis dan musik revolusioner, kala itu, menggambarkan elemen musik ‘vertikal’ dan ‘horizontal’, dan memusatkan pada keseimbangan antara dua asas tersebut. Seniman-seniman yang tergabung dalam kelompok ini adalah Piet Mondrian, Theo van Doesburg, Georges Vantongerloo, Cesar Domela, Bart van der Leck, Vilmos Huszar, arsitek Gerrit Rietveld dan J.J.P.Oud.
Gambar 2.11 : Arithmetische Compositie Theo van Doesburg (1924) Sumber: www.google.com
2.2.4.2.6 Aliran Pop Art Istilah Pop Art pertama kali digunakan oleh kurator sekaligus kritikus seni asal Inggris, Lawrence Alloway, merupakan singkatan dari Popular Art. Aliran ini lahir pada pertengahan dekade 1950an di Inggris dan menyebar ke Amerika pada akhir dekade 1950an. Pop art menjadi salah satu aliran utama pada abad-20. Aliran ini bertujuan untuk membawa kembali seni terhadap kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan reaksi melawan aliran seni abstrak yang dianggap oleh para seniman pop
76
art sebagai terlalu rumit dan elit. Objek kegemaran para seniman pop art ini pun tak jauh-jauh dari objek-objek yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kaleng sup yang digunakan Andy Warhol dalam karyanya atau buku komik, seperti yang terlihat dalam karya-karya Roy Licthenstein. Metode yang biasa digunakan oleh para seniman Pop Art ini, seperti yang dilakukan oleh Andy Warhol dimana ia menggunakan serigraphy, foto-realistik dan teknik cetak untuk produksi massal. Namun pada akhirnya Pop Art mengacaukan dunia media dan periklanan, karena perbedaan antara seni murni dengan seni komersial menjadi tak terlihat dalam Pop Art. Seniman-seniman aliran Pop Art yang karya-karyanya mempengaruhi dunia seni kala itu selain Andy Warhol dan Roy Lichtenstein adalah Jaspar Johns, Robert Rauschenberg, David Hockney, Georg Segal dan Tom Wesselmann.
Gambar 2.12 : M-Maybe (A Girl’s Picture) Roy Lichtenstein (1965) Magna on Canvas, 152x152cm Sumber: www.ac-amiens.fr
2.2.4.2.7 Aliran Op Art Op Art, juga dikenal sebagai Optical Art, digunakan untuk menggambarkan karya lukisan dan karya seni lainnya yang menggunakan ilusi optikal terhadap mata. Op Art sering dihubungkan dengan abstraksi geometris dan abstraksi persepsi.
77
"Optical Art is a method of painting concerning the interaction between illusion and picture plane, between understanding and seeing.”
36
Optikal Art merupakan metode lukisan yang memperhatikan interaksi antara ilusi dan bidang gambar, antara pengertian dan penglihatan. Karya seni Op Art umumnya berupa bentuk-bentuk abstrak dengan pewarnaan seperti hitam dan putih. Apabila diamati, akan terlihat suatu pergerakan, imej yang tersembunyi, getaran, motif dan gerakan-gerakan menari. Istilah Op Art pertama kali muncul di majalah Time edisi bulan Oktober 1964, meskipun banyak karya-karya yang mungkin dapat dijuluki sebagai “op art” telah sebelumnya dibuat oleh beberapa seniman. Seperti contohnya karya lukisan Victor Vasarely yang berjudul Zebras (1983) yang menggambarkan garis-garis melengkung berwarna hitam dan putih pada seluruh kanvasnya, atau karya John McHale yang berjudul This is Tomorrow (1956) yang mencirikan gaya khas Op Art. Pada tahun 1965, diadakan sebuah pameran yang diberi judul The Responsive Eye dan diadakan di Museum of Modern Art, New York. Karya-karya yang dipamerkan meliputi karya minimalisme Frank Stella, Alexander Liberman hingga guru aliran ini; Victor Vasarely dan Bridget Riley. Pameran ini terfokus pada aspek persepsi terhadap seni, yang menghasilkan gerakan ilusi dan interaksi antara warna-warna pada karyakarya seni tersebut. Pengaruh-pengaruh Op Art telah merambah pada arsitektur, desain tekstil dan cabang seni lainnya.
Gambar 2.13 : Movement in Squares, Bridget Riley (1961) Tempera on Hardboard, 481/2x473/4 cm Sumber: www.mishabittleston.com/artists/bridget_riley
36
John Lancaster. Introducing Op Art, BT Batsford Ltd, London, 1973, hal. 28.
78
2.3
Pengaruh Seni terhadap Mode Pada bagian ini, penulis mengutip buku karang DR Alice Mackrell yang
berjudul Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art (BT Batsford, London, 2005) yang membahas mengenai kaitan antara seni dan mode serta dampaknya terhadap masing-masing bidang. Pembahasan dilakukan berdasarkan sejarahnya dan tokoh-tokoh yang memainkan peranan penting dalam menggabungkan dunia seni dan mode pada saatnya. Dimulai dari sejak zaman Renaissance hingga abad-21 sekarang ini, dimana hubungan dan kedekatan antara seni dan mode semakin saling mengisi sehingga mode pun akhirna menjadi salah satu bagian dari dunia seni yang tak hanya merupakan seni komersial namun sudah dapat dianggap sebagai salah satu seni non-komersial. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya karya-karya rancangan busana para perancang terkenal dunia yang dipamerkan di berbagai ajang seni dan museum-museum seni di berbagai belahan dunia, khususnya di kota-kota yang dianggap sebagai pusat seni dan mode dunia, seperti contohnya Paris, London dan New York.
2.3.1
Zaman Renaissance Pengaruh seni dan mode sebetulnya telah berlangsung setidaknya sejak awal
jaman Renaissance.
37
Seniman seperti Jacopo Bellini, Antonio del Pollaiuolo dan
Antonio Pisanello tidak hanya menggambarkan mode dalam karya-karya seninya namun juga menciptakan model kostum dan motif tekstil serta ornamen-ornamen 38
renda dan bordir.
Tema mengenai kehidupan dan mode pada jaman Renaissance
merupakan tema utama dalam pameran Pisanello: Painter to the Renaissance Court, yang diselenggarakan di National Gallery, London pada bulan Oktober 2001 hingga Januari 2002. Pisanello, salah satu seniman yang terkenal pada jaman Renaissance telah bekerjasama dengan beberapa pemerintahan yang paling berpengaruh di Italia: pemerintahan Visconti di Milan, Este di Ferrara dan Gonzaga di Mantua. Pada bagian pameran tersebut yang diberi judul 'Chivalry and Court Culture', Pisanello mendeskripsikan kebudayaan dan kehidupan sartorial (berhubungan dengan pakaian dan penjahitan atau gaya pakaian) pada pemerintahan Itali jaman Renaissance. 37
F. Boucher, A History of Costume in the West, new ed., Thames and Hudson, London, 1988, hal. 191. 38 Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art, BT Batsford, London, 2005, hal 5.
79
Pameran ini mencerminkan pembelajaran Pisanello mengenai kostum dan ornamenornamen bordir, menunjukkan kreasi individualitik pada abad ke-15 serta pengaruh Pisanello pada proses desain rancangan suatu pakaian pada abad tersebut.
Gambar 2.14 : The Vision of Saint Eustace (Pertengahan abad-15) Antonio Pisanello Sumber: Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art,.London : BT Batsford, 2005, hal 6
Contoh lain mengenai pengaruh mode dalam kesenian adalah karya seni Leonardo, Michelangelo dan Raphael pada tahun 1500-1527, periode yang disebutsebut sebagai periode dimana seniman-seniman tersebut 'menemukan ekspresi mereka yang terdalam'.
39
Pada usia muda, 25 tahun, Raphael telah menduduki jajaran
seniman dalam pemerintahan uskup Roma. Kematiannya yang relatif muda, di usia 37 tahun pada tahun 1520 merupakan kehilangan yang besar bagi seluruh pemerintahan uskup saat itu. Dalam karya-karyanya, Raphael telah menghasilkan berbagai macam ‘potret’ yang menunjukkan kemampuannya yang hebat dalam menciptakan suatu mahakarya dengan pengertian mendalam mengenai karakteristik objeknya serta mode yang dipakainya. Dalam karyanya, ia juga menunjukkan suatu dokumentasi dalam kehidupan intelek dan kebudayaan Roma, seperti contohnya dalam karyanya yang berupa potret Baldassare Castiglione, pada tahun 1515 yang sekarang ini menjadi koleksi Musee du Louvre, Paris. Castiglione merupakan seorang penulis yang menulis sebuah karya tulisan berjudul Il Libro de Cortegiano, sebuah buku mengenai kebudayaan, kebiasaan dan mode pakaian. Dalam buku ini, Castiglione menganggap bahwa warna hitam, dibandingkan dengan warna-warna lain menunjukkan sebuah keanggunan pada pakaian. Mode warna hitam akhirnya mendominasikan gaya mode pada pria dan hal ini ditunjukkan oleh Raphael dalam lukisan potret Castiglione tersebut. Dalam lukisan ini, Raphael berusaha untuk menerjemahkan karakter intelektual dan moral Castiglione ke dalam gayanya berpakaian dalam lukisan 39
Ibid, hal. 8.
80
tersebut. Sebuah pakaian dan topi dari bahan beludru berwarna hitam serta sebuah jubah yang menunjukkan cerahnya warna putih pada kemeja yang dikenakan Castiglione. Dan kedekatan antara mode dan seni yang saling memberi pengaruh antara satu dengan yang lainnya seiring dengan perkembangan zaman, seperti yang terjadi pada abad 19, dimana Art Nouveau lahir, hingga perubahan dari Art Nouveau ke Art Deco bahkan hingga abad 21 sekarang ini.
2.3.2
Zaman Art Nouveau Di akhir abad 19, kata “baru” menjadi kata yang sering digunakan. Banyak
artikel di surat kabar dan majalah merujuk pada kata “baru” seperti dalam kata “wanita baru”, “fiksi baru”, “jurnalisme baru” dan tentu saja “seni baru”. Tanggal baru untuk "seni baru" ini adalah tahun 1884.
40
Ini adalah tahun dimana sebuah grup
bernama Les XX dibentuk di Belgia, dan istilah “Art Nouveau” diciptakan oleh para pendukung grup ini. Octave Maus dan Edmond Picard menulis dalam terbitan periodik mereka, “L’Art moderne” bahwa mereka adalah panganut Art Nouveau. Maus dan Picard memutuskan untuk membuat terbitan periodik tersebut dengan maksud untuk memperkenalkan seni pada tiap aspek kehidupan. Bersama dengan para editor terbitan tersebut yang mengidentifikasikan diri sebagai penganut setia “Art Nouveau”, Grup Les XX yang beranggotakan sekitar 20 orang seniman yang mencoba berkarya diluar jalur yang sudah ada, mengadakan pameran pertama mereka di Brussels pada tahun 1884. Setelah Les XX bubar pada tahun 1893, terbentuklah grup progresif lain yang bernama La Libre Esthetique. Para seniman yang diajak untuk mengadakan pameran bersama grup La Libre Esthetique ini termasuk diantaranya Geoges Seurat dan Henri de Toulouse-Lautrec. Salah satu peristiwa penting dalam perkembangan Art Nouveau adalah ketika buku ilustrasi dan objek karya Wiliam Morris dan Aubrey Beardsley yang didesain oleh C.R. Ashbee dianggap sederajat dengan karya lukis. Hal ini diperkuat oleh permainan musik Claude Debussy diawal pameran sehingga seakan merupakan suatu usaha untuk melebur semua jenis karya 41 seni. Munculnya Art Nouveau bisa dianggap suatu usaha bersama pertama untuk menciptakan gaya internasional modern yang berbasis dekorasi. Tujuan terciptanya 40 41
Ibid., hal 109 Ibid., hal 109
81
gaya ini adalah untuk menciptakan suatu bentuk karya seni yang sesuai dengan era baru. Suatu karya seni yang bisa diterapkan pada semua jenis seni visual. Seni-seni visual tersebut nantinya akan berjalan harmonis dan menjadi bagian dari suatu karya seni total, atau Gesamtkunstwerk, yang akan sejalan dengan prinsip Art Nouveau yaitu unifikasi desain yang serupa. Ide penyatuan semua jenis seni ini menciptakan kesempatan unik bagi para pendukung Art Nouveau untuk mengungkapkan ketertarikan mereka menekuni bidang mode (fashion) dan juga kesempatan bagi dunia seni visual dan mode tersebut untuk saling merangsang dan berinteraksi. Dunia seni dan mode tersebut berpadu di Vienna dan telah memberikan pengaruh besar terhadap dunia mode internasional, seperti terhadap Paul Poiret, Arsitek Austria, Josef Hoffmann, salah satu pendiri Wiener Werkstette (Viennese Workshop) pada tahun 1903, yang merupakan grup avant-garde para arsitek, seniman dan perancang busana yang memiliki hubungan khusus dengan grup Vienna Secession, grup yang menciptakan suatu rancangan perhiasan dan pakaian yang dipengaruhi rancangan arsitektural. Salah satu pelukis ternama di Austria, Gustav Klimt, yang juga pemimpin pertama grup Vienna Secession, merancang beberapa jenis pakaian (dimana sebagian telah dikerjakan oleh grup Wiener Werkstette). Sepuluh diantara rancangannya tersebut pernah diminta untuk dibuat dan dilustrasikan dalam Deutsche Kunst und Dekoration pada tahun 1906. Klimt dalam lukisannya selalu meminta model lukisannya untuk mengenakan busana yang dirancang oleh perancang dari grup Wiener Werkstette. Salah satu dari contoh lukisannya tersebut menggunakan model Hermine Gallia, yang dikerjakannya tahun 1904. Hermine Gallia adalah istri dari Moritz Gallia, penasihat pemerintahan Austria. Mereka adalah pendukung utama jenis seni baru ini dimana mereka pernah juga meminta untuk dibuatkan desain interior oleh grup Wiener Werkstette. Klimt melukis Gallia yang mengenakan gaun berbahan chiffon yang bisa jadi hasil rancangan grup Wiener Werkstette dan mungkin merupakan rancangan karyanya sendiri. Bersama gaun tersebut, Gallia juga menggenakan boa mewah, semacam hiasan pada leher yang terbuat dari bahan berbulu untuk memperhalus sudut siluetnya. Secara ahli Klimst menggunakan kekuatan busana yang sensasional beserta elemen chic dan posisi condong ke depan dan S-bend yang merupakan ciri khas mode Art Nouveau untuk menciptakan suatu potret “wanita baru” yang modern, wanita yang akan merasa nyaman di lingkungan yang modern dan baru.
82
Gambar 2.15 : Hermine Gallia (1904) Gustave Klimt Sumber: ibid, hal 110
Klimt juga bekerja sama dengan perancang busana yang merupakan salah satu trend-setter di era Vienna yang modern, Emilie Floge, yang memiliki rumah mode sendiri yang diberi nama Schwestern Floge pada tahuin 1904 dimana rumah modenya tersebut sepenuhnya dirancang dan didekorasi oleh orang-orang dari grup Wiener Werkstette. Klimt juga memberikan pengaruh yang sangat besar kepada seniman muda Austria bernama Egon Schiele. Schiele merancang busana pria (kadang menjadi model untuk rancangannya sendiri) yang diperuntukkan untuk para anggota grup Wiener Werkstette, namun tak pernah dipakai oleh mereka. Meskipun demikian, rancangan Schiele sangat diakui dan ia juga membuat beberapa rancangan yang dpakainya sendiri. Ada satu lagi seniman asal Ceko (sekarang Ceska), Alphonse Mucha yang merancang poster, sampul depan majalah, ilustrasi buku, pahatan, perhiasan dan tekstil. Karya grafis Mucha menjadi sumber inspirasi untuk salah satu rancangan aksesoris yang sering dipakai pada periode Art Nouveau, yaitu kipas tangan. Kipas tangan tersebut kadang digunakan sebagai alat publisitas atau promosi rancangan seperti yang dilakukan oleh “Edmond Rostand” dan “The Carlton London”. Periode ini merupakan periode yang sangat menarik bagi para perancang kipas tangan. Perancang busana terkenal seperti Jeanne Paquin pernah meminta dibuatkan rancangan kipas tangan oleh seniman perancang kipas seperti George Barbier dan Paul Iribe. Kedua seniman visual tersebut cukup dikenal didunia rancangan busana, teater dan cinema. Perancang perhiasan Art Nouveau ternama dari Paris, Rene Lalique juga merancang bahan-bahan metal dan gelas. Arsitek Belgia kenamaan yang juga sorang pelukis dan perancang busana, Henry Van de Velde, juga menghasilkan karya lain yang berupa karya interior rumah, busana, dan bahan-bahan berdasar metal.
83
Dia menyadari betul peran busana sebagai alat untuk mengekspresikan aspirasi seninya ketika ia mulai menggunakan istilah Kunstlerkeid untuk pakaian yang dikenakannya pada pamerannya di Jerman tahun 1894. Art Nouveau intinya adalah kreasi urban dari para seniman dan perancang 42
modern yang mencerminkan keberagaman tren.
Sumbernya adalah alam. Alam
seringkali digunakan untuk menghasilkan kesan modern. Seringkali pada Art Nouveau, alam dan modernitas diartikan sebagai sesuatu yang serupa. Busana rancangan Doucet yang terbuat dari bahan indah yang ringan seperti busana renda dengan detil bunga, atau kipas sutra berenda berbentuk bunga yang diproduksi oleh Maison Duvelleroy, dan juga beberapa perhiasan seperti sisir rambut, kalung, bros, dan kepala ikat pinggang yang didesain oleh Rene Lalique, Alphonse Fouquet, atau Maison Vever yang menggunakan batu perhiasan, porselen, dan metal untuk menciptakan motif-motif bercahaya yang didasarkan hasil observasi terhadap alam, semuanya itu nerupakan alat utama untuk mengekspresikan ekspresi artistik para seniman tersebut. Art Nouveau ‘meminjam’ beberapa aspek dari gaya historis dan kultural, termasuk gaya French Rococo.
Gambar 2.16 : Kreasi rancangan Jacques Doucet (1913) Sumber: ibid, hal 111
Art Nouveau juga merupakan bagian dari simbolisme, suatu gerakan kesusastraan dan seni visual yang berasal dari Perancis dan berjaya pada sekitar tahun 1886 sampai dengan tahun 1910. Sebagai gerakan kesusastraan, diawali dengan puisi Baudelaire berjudul ‘Correspondance’ dari Les Fleurs du mal, yang dilanjutkan oleh karya Arthur Rimbaud, ‘Saison en enfer’ di tahun 1873 dan ‘Illuminations’ di tahun 1886 dimana pada tahun tersebut sebuah manifesto berjudul ‘Le Symbolisme’ 42
Ibid, hal 112
84
dipublikasikan di Le Figaro. Para pelukis gerakan simbolisme diantaranya adalah Odilon Redon, Gustave Moreau dan Pierre Puvis du Chavannes. Baik penulis maupun pelukis dari gerakan ini diilhami oleh satu tamsil (gambaran). Tema yang dominan adalah figur wanita, yang dihubungkan dengan alam. Figur tersebut memberi rasa mistis dan erotis pada Art Nouveau seperti terlihat pada karya Lalique atau Mucha. Art Nouveau berjaya di banyak Negara di eropa Barat dan Amerika Utara dari tahun 1890an sampai dengan PD I. Art Nouveau dikenal dengan beberapa nama dinegara-negara tersebut sesuai dengan karakter ekletiknya seperti Glasgow Style (di Skotlandia), Modern Style, Style Nouille, Style coup de fouet (Belgia), Style Jules Verne, Style Metro, Style 1900, Art fin du siecle, Art belle époque (Prancis), Jugenstil (Jerman dan Austria), Sezessionstil (Austria), Art joven (Spanyol) Modernisme (Katalunia), Style floreale, Stile Liberty (Italia), dan Tiffany Style (Amerika). Banyak majalah menarik di negara-negara tersebut mempromosikan dan meniru gaya Art Nouveau.. Beberapa yang terkenal diantaranya adalah The Yellow Book, The Savoy, La Plume, Jugend, Dekorative Kunst, Deutsche Kunst und Dekoration, dan La Revue des arts decoratifs. Di Inggris, salah satu seniman terkenal gaya Art Nouveau adalah Aubrey Beardsley dengan ciri khasnya yang berupa ilustrasi hitam-putih penuh gaya yang dipengaruhi lukisan Jepang dan ornamen Rococo. Meskipun Art Nouveau sangat berkembang di Belgia dan di negara lainnya di Eropa dan Amerika Serikat, pusat gaya tersebut adalah di Paris. Karya-karya pionir yang membangkitkan kembali gaya Neo-Gothic oleh arsitek Prancis EugeneEmmanuel Viollet-le-duc yang juga seorang perancang busana dan penulis, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap desain kontemporer. Pentingnya gaya Neo-Gothic
43
yang diusungnya, yang pernah dipamerkan di Universelle di Paris,
didokumentasikan dalalm eksebisi L’Art de la soie Prelle 1752 – 2002 yang diselenggarakan di Musee Carnavalet sekitar tahun 2002-2003. Hasil pemikirannya Dictionnaire raisonne du mobilier francais de l’epoque carlovingienne a la Renaissance pada tahun 1858 memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap sikap Perancis terhadap Art Nouveau. Selain perabot rumah tangga, pameran tersebut juga menampilkan hasil karya pandai besi, perhiasan, dan busana beserta beberapa gambaran akurat ciptaan Viollet le-Duc yang dengan sempurna memperkuat inti
43
Neo-Gothic: gaya artistik yang mengkarakteristikan gaya-gaya abad pertengahan dan gaya gothic yang cenderung gelap dan bernuansa religi.
85
tulisannya. Meskipun inspirasinya berasal dari abad pertengahan, objek yang dihasilkan menurutnya harus indah dan modern. Kecenderungannya terhadap karya yang dirancang secara individual dan kerajinan tangan. Karya Viollet-le-Duc, Dictionnaire berlanjut sampai volume ke 6, yang terakhir diterbitkan di tahun 1875. Meskipun istilah Art Nouveau tidak diciptakan oleh Sigfried Bing, istilah tersebut mulai dikenal dan diadopsi secara luas setelah ia menamai galerinya La Maison de l’Art Nouveau yang dibukanya di Paris pada tahun 1895. Tempat ini menjadi tempat ‘propaganda’ para pencipta dan penganut gaya Art Nouveau. Henry Van de Velde merancang ruangan di dalamnya sedangkan Louis Comfort Tiffany merancang kaca dekor di tempat Bing tersebut yang merupakan tempat mempromosikan karya sejumlah seniman dan desainer aliran Art Nouveau. Paris yang merupakan pusat kesenian dan mode, menjadi tempat diselenggarakannya Exposition Universelle of 1900. Di pameran tersebut, di paviliun milik Bing, dipamerkan karya para seniman yang merupakan bagian dari karya total seni visual yang terdiri dari perabot rumah tangga, tekstil, perhiasan dan objek-objek dekoratif, oleh karena itu, bisa dibilang bahwa Art Nouveau merupakan gerakan yang berasal dari Perancis. Pameran tersebut disambut antusias oleh masyarakat Paris Kesuksesan pameran tersebut memberi keyakinan pada masyarakat Paris bahwa Art Noveau merupakan gaya khas dari Perancis. Transformasi besar di bidang mode terjadi pada awal abad 20 di Perancis, dimana terjadi peningkatan status dari para perancang busana. Merujuk pada contoh yang ditunjukkan Charles Frederick Worth, dimana para perancang busana tersebut menanggalkan identitasnya sebagai pengusaha dan lebih suka dianggap sebagai seniman. Beberapa rumah mode baru didirikan oleh para perancang busana tersebut, baik pria maupun wanita. Selain Doucet, para pemilik rumah mode baru tersebut diantaranya adalah Madame Paquin, Callot bersaudara dan Madeleine Cheruit. Orisinalitas mereka dan hasrat mereka terhadap desain busana dan aksesoris yang glamour dan romantis, terutama pada rancangan topi, syal, dan boa yang menggambarkan lekukan Art Nouveau sekaligus merefleksikan fitur busana itu sendiri.
86
Gambar 2.17 : Majalah Harper’s Bazaar Edisi 17 September 1898 Sumebr: ibid, hal 111
Kesemuanya itu menjadikan era ini menjadi era pembaruan bisnis mode dan memantapkan Paris sebagai pusat mode. Sebagai contoh, Madame Paquin dipilih menjadi ketua seksi mode (Fashion Section) pada Exposition Universelle 1900 yang diadakan di Paris pada tahun 1900. Dua tahun kemudian, ia membuka cabang rumah modenya di London, Buenos Aires, dan Madrid. Beberapa seniman bekerja untuknya seperti Leon Bakst, yang bertugas merancang busana. Peran penting Paquin pada perkembangan seni dan mode Perancis terlihat jelas setelah ia akhirnya menerima penghargaan Legion d’Honneur tahun 1913.
2.3.3
Zaman Art Deco Perancang yang paling menarik perhatian di tahun-tahun awal abad 20, baik
sebagai pendukung kebebasan dalam berkarya di dunia mode, maupun sebagai pemberi pengaruh besar dalam interaksi antara seni dan mode, adalah Paul Poiret. Dalam autobiografinya Poiret bersikukuh bahwa rancangannya bukan bertujan untuk membebaskan wanita dari korset (pakaian dalam yang memperjelas alur pakaian pada gaya Art Nouveau) namun lebih karena terinspirasi hasratnya untuk mencari bentuk keindahan baru. Istilah Art Deco mulai dipakai pada sekitar akhir tahun 1960an dimana pada tahun tersebut muncul hasrat untuk membangkitkan kembali ketertarikan akan seni dan mode diawal abad 20 yang dipicu oleh pameran yang diadakan di Musee des Arts Decoratifs di Paris pada tahun 1966 yang diberi judul Les Annes ’25: Art Deco.Bauhaus/Stijl/Esprit Nouveau. Pada pameran tersebut dipamerkan karya yang
87
pernah dirancang dengan gaya yang pernah dipertunjukkan di Paris pada tahun 1925 pada acara Exposition Internationale des Arts Decoratifs et Industriels Modernes, yang menjadi dasar terciptanya istilah ‘Art Deco’ karena pameran ini lebih dikenal dengan nama ‘Les Art Decos”. Dua volume katalog diciptakan untuk mengenang pameran bersejarah tersebut, satu diantaranya diberi judul Art Deco. Art Deco memgidentifikasikan suatu bentuk keestetikaan yang intinya berasal dari Perancis. Seperti pendahulunya, Art Nouveau, Art Deco memiliki karakter ekletik, yang memadukan berbagai jenis kesenian dan berkomitmen untuk menciptakan gaya modern yang didasari bahasa dekoratif yang telah direvitalisasi. Art Deco itu sekaligus berawal dan menentang Art Nouveau. Seperti halnya Art Nouveau, karya dekoratif Art Deco didasari oleh alam. Namun, yang menjadi pembeda adalah Art Nouveau terinspirasi oleh bunga atau tanaman eksotis yang mana bentuk batangnya yang berbelit-belit seringkali diintegrasikan pada struktur suatu objek seni, dalam Art Deco, yang sering diintegrasikan dalam suatu objek seni adalah bunga yang mekar, seperti mawar, yang dikumpulkan dan diikatkan dalam suatu 44 karangan bunga. Art Deco juga bersumber dari hal-hal lain, seperti konvensi piktorial dari seni modern kontemporer, tidak hanya fauvisme, namun juga kubisme, futurisme dan konstruktivisme. Sebagai tambahan, tradisi tidak ditinggalkan sepenuhnya. Gaya-gaya historik seperti pahatan Yunani dan Neo klasik di Perancis, budaya non Eropa seperti Afrika, dan penemuan arkeologis makam Tutankhamun oleh Howard Carter di Mesir tahun 1922 yang membangkitkan hasrat terhadap semua yang berbau Mesir, semuanya itu penting bagi perkembangan Art Deco.
Satu hal lagi yang sangat
penting dalam perkembangan Art Deco adalah seni pertunjukkan. Kedatangan Ballet Russes di Paris tahun 1909 yang menmpertontonkan panggung dan kostum-kostum eksotis beraneka warna hasil rancangan Leon Bakst, diakui sebagai pertunjukkan unit visual yang lengkap. Tahun berikutnya, pertunjukkan mereka juga mempertontonkan Scheherezade (Rimsky-Korsakov) dimana Bakst memproduksi rancangan kostum yang diilhami dari kebudayaan Persia yang menciptakan ‘kegilaan’ terhadap barang apapun yang berbau oriental. Hal ini juga mempengaruhi seni lukis, desain interior, arsitektur dan mode. Suatu studi terhadap perkembangan Art Deco menunjukkan betapa dekatnya Art Deco dihubungkan dengan transformasi di dunia mode dan juga menunjukkan 44
Ibid., hal 116
88
bagaimana seni dan mode saling mengilhami. Pada pameran Art Deco 1910-1939, yang diselenggarakan diberbagai museum diseluruh dunia pada tahun 2003-2005, menempatkan mode sebagai inti pameran tersebut.
Sebenarnya kurator pameran
tersebut dapat memundurkan sedkit waktu dalam tajuk pameran iti menjadi 1907. Ini adalah tahun dimana pameran fenomenal Exposition Internationale des Arts decoratifs et Industriels Modernes pertama kalinya diadakan, dan ini juga tahun dimana Paul Poiret menentang gache sarraute atau korset sehingga akhirnya mengubah pose S-bend Art Noveau menjadi pose lurus vertikal dimana garis pinggang dinaikkan di atas level naturalnya dan menghasilkan outline yang lebih lurus. Peniadaan penggunaan korset merupakan salah satu bentuk revolusi dari Poiret sebagaimana tertulis di buku autobiografinya: Perwakilan terakhir dari alat bagi perut ini diberi nama Gache Sarraute. Alat ini membagi pemakai menjadi dua bagian, dimana disatu bagian adalah bagian dada ke atas dan di bagian lain adalah bagian belakangnya sehingga sang wanita terlihat seperti ia sedang menarik kereta. Oleh karena itu, seperti bentuk revolusi lainnya yang mengatas namakan kebebasan, bisa dibilang gerakan ini adalah untuk membebaskan bagian perut sang wanita. Atas nama kebebasan jugalah saya mengumumkan berakhirnya masa penggunaan korset dan dimulainya penggunaan brassiere yang sejak saat itu 45 lebih disukai untuk digunakan.
Siluet yang dikembangkan Poiret diinspirasikan oleh busana berpinggang-tinggi (high waisted dress) dengan gaya Neo klasik yang dikembangkan di era Directoire, dan dikenal di Perancis sebagai Kebangkitan Directoire (Directoire Revival).
Gambar 2.18 : Poiret’s mannequin (1910) Gaun-gaun rancangan Poiret Sumber: www.lexpress.fr
45
Ibid., hal 124
89
Salah satu bakat Poiret adalah sebagai pelukis. Kedekatannya dengan pelukis lain menjadikan ia sebagai perancang pertama yang sukses menyatukan mode dengan jenis seni lainnya. Seniman-seniman yang pernah bekerja dengannya atau yang karyanya ia koleksi adalah Paul Iribe, Erte, Georges Lepape, Edouardo Benito, Man Ray, Edward Steichen, Raoul dufy, Constantin Brancusi, Kees van Dongen, Boutet de Monvel, Pierre dan Jacques Brissaud, Andre Dunoyer de Segonzac, Henri Matisse, Amedeo Modigliani, Francis Picabia, Jean Metzinger, Jean-Louis Boussingault, Bernard Naudin, Marie Laurencin, Robert Delaunay, Roger de la Fresnaye, LucAlbert Moreau, Andre Derain dan Pablo Picasso.
Gambar 2.19 : Kreasi Pochoir oleh Paul Poiret Sumber: Op. cit, hal 122
Gaun-gaun Poiret kadang diberi warna-warna yang terang dan datar seperti yang dihasilkan seniman Fauvisme atau memiliki desain geometris yang kecil. Gaungaun tersebut juga sangat sederhana, dengan garis pinggang yang tinggi dan rok yang panjang berbentuk tube. Model yang digunakan dalam busana tersebut juga menunjukkan ciri gaya rambut era Directoire dimana rambut para model tersebut berupa keriting lepas yang tampaknya diilhami oleh gaya Yunani.Selain mengevolusikan gaya Directoire-nya Poiret juga mengembangkan hasratnya yang lain, Orientalisme. Selagi bekerja di House of Worth, ia juga merancang suatu jubah yang dinamai ‘Confucius’ (1901-02). Lalu di rumah modenya sendiri, Poiret merancang jubah kimono yang ia namai ‘Reverend’ (1905). Sebagai pelukis, Poiret kembali pada sumber artistiknya untuk mencapai interpretasi pribadi tema oriental dibidang mode. Topi penuh dekorasi dari era Art Nouveau merupakan kebalikan dari
90
gayanya, jadi ia menghidupkan kembali penggunaan turban, aksesori yang sangat popular di era Directoire.
Gambar 2.20 :Turban karya Poiret Sumber: www.lexemplaire.ch
Inspirasi yang diperoleh Poiret dari kesederhanaan era Directoire dan busana-busana oriental memberi kontribusi pada kebebasan fisik yang lebih baik dalam mode busana wanita dan utamanya pada terciptanya fondasi mode modern. Pada bulan Januari 1911, Poiret mengeluarkan koleksi baru dimana ia memperkenalkan penggunaan ‘gaun pantalon’. Nama lain yang diberikan pada jenis mode ini adalah ‘jupe-culotte’, ‘trouser skirt’ atau ‘harem skirt’.
Gambar 2.21 : Gaun Pantalon Poiret Sumber: www.thecityreview.com/orient5.gif
Mode busana terbaru tersebut kemudian dikeluarkan lagi pada bulan Agustus, dan ternyata sangat digemari, ini terbukti dengan banjir order yang ia terima.
91
Gaun pantalon memberikan kebebasan bagi wanita untuk berjalan secara normal, dan menikmati jenis olahraga yang sedang populer seperti tennis, atau dansa terkini seperti Tango. Dalam album Les Choses de Paul Poiret vues par Georges Lepape Lepape menyertakan gambar empat buah gaun pantalon. Rancangan Poiret yang dengan tepat diberi nama “Celles de demain” (Fashion of Tommorow/ mode masa depan) tidak hanya menunjukkan antara warna-warna menyala aliran Fauvisme dengan visi linear aliran kubisme, namun juga merupakan suatu kreasi gaya nyata untuk wanita modern, yang diciptakan Poiret jauh sebelum hal semacam itu memasuki dunia mode wanita. Dua album ilustrasi Poiret tersebut memberi dampak yang sangat besar pada ilustrasi Art Deco. Kesuksesan buku ini menciptakan ketertarikan pada penggunaan proses pochoir dalam semua bidang seni grafik pada masa itu. Peran mode menjadi sangat penting ketika pada pameran yang diberi judul Pavillon de l’Elegance ditampilkan karya-karya perancang ternama seperti Jeanne Lanvin, Jeanne Paquin, Callot bersaudara, Madeleine Vionnet, dan juga hasil rancangan Poiret dalam pertunjukkan yang diadakan di tiga buah perahu yang tertambat di sungai Seine di Quai d’Orsay. Pameran tersebut menyatukan ribuan rancangan dari seluruh Eropa dan tempat lainnya di dunia dan merupakan pameran yang didukung oleh pemerintah yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa Paris adalah kota mode internasional yang terdepan dan juga untuk memulihkan kedudukan seni dan mode Perancis setelah Perang Dunia I. Jutaan orang Amerika dan Eropa, juga ratusan produsen internasional, mengunjungi pameran tersebut, yang kadang disebut sebagai ‘surga pembelanjaan’. Banyak hal terwakili dalam pameran tersebut, seperti museum-museum publik atau pusat perbelanjaan untuk wanita modern di Paris. Kesemuanya diatur secara rapi untuk dipamerkan dengan tujuan untuk menggaris bawahi posisi Paris sebagai pusat perbelanjaan dunia. Salah satu butik yang sangat menarik perhatian di pameran tersebut menampilkan karya seorang perancang busana yang juga pelukis, Sonia Delaunay. Delaunay merupakan pendukung Orphism, suatu istilah yang diciptakan oleh Guillaume Apollinaire untuk menggambarkan bentuk suatu lukisan abstrak yang memiliki afiliasi dengan kubisme dan terinspirasi oleh karya Robert Delaunay, suaminya, yang menyatakan bahwa warna adalah alat utama untuk menyalurkan ekspresi artistik seseorang.
92
Desain geometrisnya yang memiliki warna-warna brilian terinspirasi oleh teori kontras warna simultan yang diformulasikan oleh seorang ahli kima Perancis abad 19, Michel-Eugene Chevreul dan telah dipublikasikan dengan judul De la loi du contraste simultane des couleurs (Hukum kontras warna simultan/ The Law of Simultaneous Contrast of colours) tahun1839. Ia membuat beragam cetakan motif pada bahan yang kemudian diterima dan digemari oleh masyarakat mode kala itu. Sebagai bukti ketenarannya di dunia seni dan mode, pada tahun 1925 Delaunay menjadi subjek dari sebuah album yang berisi 20 gambar yang dibuat dengan menggunakan teknik stensil dengan tangan dan pochoir yang berjudul Sonia Delaunay, ses peintures, ses objects, ses tissues simultanes, ses modes ( Sonia Delaunay, lukisannya, objeknya, bahan simultannya, dan busananya). Album tersebut diedit oleh Andre Lhote, dan ia juga menulis kata pengantar untuk menghargai semangat kreatifnya sebagai seniman dan perancang busana.
Gambar 2.22 : Bahan Silk Organza karya Delaunay (1925-1927) Sumber: Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art,London : BT Batsford, 2005
Popularitas Sonia Delaunay terus menyebar, bahan sutranya dipakai oleh Chanel pada tahun 1925 dan ia juga merancang busana untuk bintang film dan teater seperti Gloria Swanson, Gaby, Paulette Pax, Gabrielle Dorziat, Lucienne Bogaert, dan Nancy Cunard, seorang ikon pada tahun 1920an. Delaunay juga diundang untuk memberikan perkuliahan di Universitas Sorbonne, Perancis. Ia memberi judul perkuliahannya, ‘The Influence of Painting on Fashion Design’. Ia berbicara tentang pembebasan mode dari ‘rancangan akademis’ dan argumannya tentang konsep dalam pola bahan. Ia juga memperkenalkan ide busana siap pakai (prêt-a-porter) yang ia perkenalkan bersama suaminya. Ia juga melihat trend seni dan mode di masa depan.
93
Medeleine Vionnet juga merupakan salah satu perancang pada abad tersebut yang gemar menggabungkan konsep seni terhadap karya-karya rancangannya. Richard Martin, dalam katalog untuk pameran yang bertajuk Cubism and Fashion yang diadakan di Metropolitan Museum of Art di New York dibulan Desember 1998 sampai Maret 1999 menunjukkan bagaimana ciri fundamental kubisme dalam seni diterjemahkan kedalam mode, khususnya bagaimana bentuk dan siluet busana Madeleine Vionnet mencontoh interpretasi kubisme atas tubuh manusia.
46
Prioritas
rancangan Vionnet adalah kebebasan bergerak. Hal ini disesuai dengan semakin meningkatnya emansipasi wanita dan tren umum yang mengarah pada liberalisme yang manandai tahun 1920an. Titik tolak kesemuanya itu adalah gaya yang diperkenalkan Art Deco. Vionnet tertarik pada rancangan busana klasik dan ia pun bereksperiman dengan karakteristiknya yang berupa kesederhanaan dan penutupan. Ia sangat menyukainya sehingga rancangan busananya kadang disamakan dengan pahatan kubisme. Busana rancangannya diilustrasikan oleh seniman aliran futuris Thayaht (Ernesto Michelles) dalam La Gazette du bon ton. Ilustrasi tersebut menonjolkan pergerakan dan geometri rancangannya. Selain merupakan tokoh penting dalam ilustrasi mode, Thayaht juga memberi pengaruh artistik terhadap perancang busana. Ia tiba di Paris setelah PD I dan bekerja untuk Madeleine Vionette dari tahun 1921 sampai 1925. Futurisme adalah gerakan avant-garde dari Italia yang pertama kali dicetuskan tahun 1909 oleh penyair dan penulis F.T. Marinetti. Meskipun berasal dari aliran kesusastraan, figur dominan dalam pergerakan tersebut kebanyakan adalah seniman seni visual seperti Gino Severini, Giacomo Ballad dan Umberto Boccioni. Futurisme juga mencakup dunia pahatan, musik, arsitektur, sinematografi, fotografi dan mode. Tujuan utama mereka adalah perayaan teknologi modern dan pernyataan bahwa gerakan tersebut merupakan kepentingan utama para seniman futuris yang bermaksud untuk memberi kesan cepat dan representasi fase pergerakan yang terus menerus, dan seperti halnya 47
kubisme, pada interpretasi bidang yang berpindah.
46 47
Ibid, hal. 132 Ibid, hal 132
94
Gambar 2.23 : Karya Thayaht untuk Madeleine Vionnette Sumber: www.victorian.fortunecity.com
Teknik pemotongan diagonal pada busana rancangan Vionnet seolah ‘memeluk’ badan si pemakai dan bergerak secara sensual sesuai kontur tubuh pemakai. Busana yang dipotong dengan teknik ini di Perancis memberi pengaruh yang signifikan pada dunia sinematografi di Amerika, dan busana dengan pemotongan diagonal tersebut ditampilkan dalam film-film Holywood di era itu, sebagai contoh, busana satin perak yang dirancang Gilbert Adrian untuk aktris Jean Harlow. Periode Art Deco merupakan periode kejayaan perancang-perancang busana seperti Paul Poiret, Madeleine Vionnet dan juga Gabriel (Coco) Chanel. Hal ini terefleksi dari beberapa nama yang menjadi alternatif periode Art Deco seperti Style 48
Poiret atau Style Chanel.
Posisi Poiret dalam dunia mode tak tergeser oleh siapapun
sampai pada sekitar tahun 1920an Coco Chanel menjadi pemimpin baru tren mode dengan memperkenalkan gaya baru yang mengantisipasi apa yang sekarang dikenal sebagai fase kedua perkembangan Art Deco yaitu penekanan terhadap kehalusan alur bentuk (streamlining) dan pergeseran ke arah produksi masal. Pada tahun 1910 Coco Chanel terdaftar sebagai seorang modiste dan ia pun menempatkan sebuah papan nama di atas butiknya di rue Cambon yang berbunyi Chanel Modes. Untuk mempromosikan dirinya sendiri, ia muncul di edisi Comoedia Illustre tanggal 1 Maret 1911 dengan menggunakan topi rancangannya. Karirnya sebagai seorang modiste bersemi ketika topi buatannya dipakai oleh aktris Gabrielle Dorizat dalam suatu lakon berjudul Bel Ami di Theatre de Vaudeville di Paris tahun 1912. Dorizat kemudian menjadi model untuk topi-topi buatannya dalam Les Modes. Dari tahun 1913 sampai 1915 ia mendirikan butik di Vaudeville, sebuah kota pinggir laut yang modis yang terletak di pesisir pantai Normandy, dimana ia menambah 48
Ibid, hal. 133
95
repertoire-nya yang termasuk busana longgar kasual yang memiliki tema kesenangan dan sport; suatu rancangan yang sangat cocok untuk kota ini. Karirnya sebagai perancang busana melesat dengan butiknya yang lain, Chanel-Biarritz, yang dibuka tahun 1915. Biarritz juga merupakan resor yang trendi dimana ia menghasilkan busana ringannya yang terbuat dari rajutan wol atau katun yang sebelumnya dipakai untuk pakaian dalam pria. Menurutnya, ini akan memberikan wanita kenyamanan dalam berpakaian. Rancangan busana Coco Chanel mengurangi siluet yang terdapat pada busana wanita menjadi sebuah kemurnian geometris suatu garis dengan warna polos yang membedakannya dengan Kubisme, terutama fase Analitik gerakan seni yang mengagungkan bahan sederhana dan warna-warna bisu. Ia menentukan konstituen dasar dari busana wanita modern yaitu busana rajutan, rok yang lebih pendek, celana panjang, baju tiga lapis, busana hitam kecil dan perhiasan untuk melengkapi busana rancangannya. Ketika ilustrasi gaun hitam kecilnya, yang hanya dihiasi kalung mutiara sederhana, muncul dalam Vogue edisi Amerika pada tanggal 1 Oktober 1926 dengan komentar yang berbunyi ‘ini adalah busana khas Chanel yang akan dipakai diseluruh dunia’, majalah tersebut menyadari dimulainya standarisasi dalam mode. Bahkan ketika parfum buatannya yang diberi nama Chanel No. 5 diluncurkan tahun 1921, hal ini merefleksikan persudutan glamor masa itu dengan botolnya yang berbentuk kubus yang dibuat dengan bahan gelas biasa. Dalam bukunya yang berjudul Art Deco Graphics, Patricia Frantz Kery menulis tentang Chanel dan mode yang memasuki era baru. Isi tulisannya berbunyi:
“Coco Chanel adalah pemimpin enigmatis mode internasional yang tak ada tandingannya pada tahun 1920an. Ia mungkin hanya bisa ditandingi oleh Elsa Schiaparelli di tahun 1930an. Pada tahun 1922, Cocteau meminta Chanel untuk membuat kostum untuk Antigone (dengan seting yang dibuat oleh Picasso). Ini karena Cocteau berpendapat bahwa Chanel adalah desainer terhebat dimasanya. Tidak ada yang dapat lebih mengerti selain Chanel bahwa akan terjadi pergeseran besar dibidang konsep rancangan yang mengarah pada kehalusan garis dan produksi masal. Ia juga mengantisipasi emansipasi wanita dan menghindari hanya merancang untuk kaum elit, seperti yang dilakukan Poiret. Seperti halnya Diaghilev, yang menganut gaya avant-garde, Chanel mendapat inspirasinya dari gerakangerakan dalam seni modern. Rancangannya merefleksikan streamlining dan fungsionalisme yang dapat ditemukan pada arsitektur modern, konstruktivisme dan Bauhaus. Dia pun kadang merancang busananya dengan bentuk kotak, mirip bentuk kubisme yang disederhanakan. Gaya khas Chanel adalah ramping, klasik, anggun, elegan dan kadang sporty. Gaya 96
seperti ini dapat diproduksi secara masal oleh para produsen busana pasca 49 Perang Dunia I.”
2.3.4
Pengaruh Surealisme Chanel juga menjadi salah satu perancang pertama yang menghubungkan
aliran surealisme dengan mode. Seperti saingannya, Elsa Schiaparelli, kedua wanita ini menemukan hal baru untuk mengartikulasikan ide mereka yaitu dengan menerapkan gaya surealis ke dalam busana mereka. Surealisme adalah aliran dalam seni dan literatur paling populer dan kontroversial yang berkembang pada masa diantara dua Perang Dunia. Seperti halnya Romantisisme, surealisme bermula dari suatu gerakan literatur yang meliputi seni visual. Beberapa seniman yang sering diasosiasikan dengan surealisme adalah Marcel Duchamp, Max Ernst, Joan Miro, Giorgio de Chirico, Rene Magritte, Salvador Dali, Christian Berard, Edouardo Benito dan Marcel Vertes. Dengan memanfaatkan momentum sebagai suatu gerakan kultural, surealisme merambah ke dunia film, fotografi dan mode. Pada pameran bertajuk Fashion and Surrealism yang diadakan di Fashion Institute of Technology di New York dan Victoria and Albert Museum di London dari tahun 1987 sampai tahun 1988 ditunjukkan partisipasi mode dalam surealisme. Dalam buku yang menyertai pameran tersebut, Richard Martin menuliskan bahwa metafora dan arti mode adalah inti dari bahasa visual aliran surealis. Dalam satu ulasan dibukunya juga tertulis, ‘sementara Coco Chanel merancang busana untuk wanita modern yang telah mengalami emansipasi dengan berpegang teguh pada filosofi desain Bauhaus School of Design yaitu ‘bentuk mengikuti mode’, saingan utamanya, Elsa Schiaparelli menciptakan mode yang terinspirasi dan berkolaborasi dengan seniman avant-garde masa itu, seperti Cocteau, Dali.
49 50
50
Ibid. hal. 134 Ibid, hal. 136
97
Gambar 2.24 : Gaun Rancangan Schiaparelli dan Salvador Dali, menerap lukisan Dali yang berjudul Three Young Surrealist Women Holding in Their Arms the Skins of an Orchestra (1938) Sumber: Op cit, hal 144
Meskipun sering diasumsikan bahwa lingkup mode Schiaparelli adalah aplikasi dari surealisme, adalah Coco Chanel sosok yang memiliki peran sangat penting dalam menghubungkan seni dengan mode di Paris, termasuk didalamnya surealisme. Namun kontribusinya ini jarang sekali didokumentasikan. Chanel merupakan teman dekat seniman Tamara de Lempicka yang menjadi figur utama pameran di Royal Academy of Arts di London tahun 2004 dimana lukisannya menggambarkan mode dan glamor dari para kaum elit Perancis pada tahun 1920 dan 1930an. Coco Chanel juga berteman dengan seniman seperti Pablo Picasso, Diaghilev, Igor Stravinsky, Jean Cocteau, Christian Berard, Eduardo Garcia, Marcel Vertes dan Salvador Dali. Chanel merancang kostum yang digunakan Cocteau dalam pertunjukkannya Antigone (tahun 1922), juga karya lain seperti kolaborasi Diaghilev dan Cocteau dalam Le Train Bleu (The Blue Train) (1924), pertunjukkan balet Stravinsky Apollo Musagetes (1929), satu lagi pertunjukkan Cocteau Oediperoi (King Oedipus) (1937), Le Chevalier du table ronde (The Knights of the Round Table 1937) dan pertunjukkan balet Dali Baccanale untuk The Ballet Russes of Monte Carlo tahun 1939. Pada akhirnya keterlibatan Chanel dalam surealisme tak dapat dihindari lagi dan dengan demikian pada tahun-tahun akhir 1930 menciptakan 51
pengaruh yang luar biasa dalam bidang mode dan seni.
Salah satu contoh signifikan dalam penggabungan antara aliran seni Surrealisme terhadap rancangan Chanel adalah rancangan aksesorisnya yang dinamai ‘Chanel’s Immaculate Shell of White Grosgrain’ muncul dalam Harper’s Bazaar 51
Ibid, hal. 137
98
pada bulan Januari 1938. Dengan gambaran yang dibuat oleh salah seorang seniman grafis aliran surealis, Marcel Vertes, imej kerang tersebut sangat berpengaruh pada Chanel. Dia memilih bahan grosgrain, semacam sutra, yang memiliki untaian dari satu ujung ke ujung lainnya. Warna putih polos dari bahan grosgrain memberikan kesan air sementara untaiannya menggambarkan penggarisan pada kulit kerang. Sebagaimana halnya kerang asli yang bertujuan memberikan perlindungan, ini juga dimaksudkan oleh Chanel dalam rancangan topi kerangnya. Ini terinspirasi dari karya Max Ernst, seniman Jerman yang menetap di Paris tahun 1922 yang kadang diasosiasikan dengan surealisme membuat semacam novel bergambar yang sering mengangkat tema dunia kelautan. Novel bergambarnya ini, yang memuat dua volume, diterbitkan di Paris tahun 1934 yang diberi judul Une Semaine du bonte (A week of kindness). Pada volume kedua ada potongan gambar yang sangat menarik yang diberi judul Eau. Pada gambar itu ia menempatkan cangkang kerang di atas kepala wanita yang kemudian menjadi personifikasi wanita dari air. Coco Chanel kemudian mengubah gambar ini menjadi aksesoris yang sangat modis. Dalam rancangannya ini, seperti Ernst, Chanel merancang bentuk alam dengan sangat inovatif. Pada tahun 1930an Coco Chanel difoto bersama Serge Lifar dari The Ballet Russes di Cote d’Azur. Baju sporty yang dikenakannya dengan aksesoris mutiara jarang terlihat pada masa itu. Ia pun semakin memperkuat kesan avantgardenya dengan menggabungkan surealisme ke dunia mode dengan topi bergaya turban yang menggambarkan kesan hidup kerang. Ikan juga menjadi penggambaran lain yang mempengaruhi surealisme dan tulisan-tulisannya.
Gambar 2.25 : Chanel’s Immaculate Shel of White Grosgrain (1938) Coco Chanel Chanel’s Immaculate Shel of White Grosgrain Ibid, hal 137
99
Chanel menambahkan dalam busana dan aksesorisnya motif surealis dalam bentuknya yang paling imajinatif dan trendi. Pada sekitar tahun 1938-39 ia merancang sebuah busana dan mantel dari bahan satin hitam yang dihiasi renda hitam berkilap dari bahan sequin yang diatur serupa dengan sisik ikan. Efek tambahan pada busana itu diberikan oleh satin sutra merah dan tali pinggang. Kombinasi warna ini berguna untuk memperkuat komponen dekoratif dari aspek surealisme ini. Hal yang sama juga bisa disebutkan pada enamel bros kuda laut rancangannya yang merupakan interpretasi elegan dan cerdik dari gaya surealis. Salah satu maestro surealisme lainnya Eduardo Benito membuat dua perancang yang bersaing, Chanel dan Schiaparelli, bekerja sama dalam pengerjaan lukisan mode yang dibuatnya untuk majalah Vogue Amerika pada tanggal 15 Juli 1938. Kolaborasi mereka tersebut menampilkan manekin surealis yang dilawankan dengan lahan surealis yang gersang. Penggambaran Benito dalam bentuk dua manekin yang sedang membawa kepala mereka sendiri dimana salah satu manekin tersebut menggunakan busana Chanel dan yang lainnya mengenakan busana Schiaparelli merupakan salah satu contoh surealisme dalam seni dan barang mode. Sekitar tahun 1930an dunia ilustrasi mode sangat erat dengan surealisme. Catatan visual utama sebagai sarana komersial saat itu adalah majalah mode, utamanya Harper’s Bazaar dan Vogue. Surealisme sangat sukses dalam ekspresinya di dunia ilustrasi mode dikarenakan kemampuan misteriusnya dalam mencampur adukkan antara hal yang 52
nyata dan khayal.
Sebagaimana yang diungkapkan Richard Martin dalam artikelnya yang berjudul Fashion and Surrealism tahun 1987 ‘ketika karya ini dibuat tahun 1938, ketika banyak seniman surealis berkarya dalam bidang mode, ini mengasumsikan kemungkinan bahwa surealisme telah masuk kedalam dunia mode sebagai suatu bentuk pengalaman seni dan menunjukkan bahwa seni memiliki pengaruh dalam dunia mode’. Surealisme memiliki masa kejayaan yang cukup lama, bertahan dari PD I sampai PD II, dan semangatnya pun terus hidup. Lamanya kejayaan surealisme telah memantapkan posisinya dalam arus kultural sehingga surealisme menjadi sumber inspirasi yang memunculkan aspirasi bawah sadar dan perasaan tertekan yang dihadirkannya. ‘Mesin’ dari surealisme yang ‘memutar balikan pikiran’ memastikan 52
Ibid, hal. 138
100
bahwa tema-nya dalam dunia mode akan terus dipakai. Hampir setiap gerakan seni dan mode berakar dari surealisme. Termasuk didalamnya adalah penggunaan mesin jahit yang dipakai oleh para perancang avant garde untuk menciptakan busana yang menampilkan jahitannya diluar yang memang sengaja dibuat seperti itu untuk menampilkan konstruksi busana tersebut, atau lebih tepat disebut dekonstruksinya. Surealisme juga memberikan hidup baru bagi dunia fotografi mode. Sebagai tambahan dari foto-foto yang diambil oleh Man Ray, seniman lain seperti P. Horst, Cecil Beaton. George Hoyningen-Huene, Erwin Blumenfeld, Maurice Tabard dan seniman lainnya berupaya untuk menghasilkan imej-imej aneh, misalnya dengan menggunakan perspektif metafisik, penggunaan cermin dan simulakra enigmatis atau lainnya. Dengan cara tersebut mereka tidak menuruti konvensi fotografi pada umumnya, sehingga memperkaya khasanah fotografi mode dengan penemuan baru beserta pemanfaatan simbol surealis dan puisi. Erwin Blumenfeld yang sangat mengagumi karya perancang Cristobal Balenciaga dan telah beberapa kali memotret karyanya memiliki kebiasaan dalam fotonya untuk membiarkan beberapa bagian tubuh untuk mecontohkan seluruh badan seperti yang terlihat dalam gambaran bibir dan mata-nya dalam sampul edisi Vogue bulan Januari 1950. Kualitas penggambaran fotografi memperlihatkan keberanian, inisiatif dan imajinasi semacam itulah yang memberi inspirasi pada generasi-generasi baru dari perancang busana lainnya seperti Geoffrey Beene sampai dengan Zandra Rhodes, dari Yves Saint Laurent sampai dengan pengaruh yang terus diberikan oleh perancang kenamaan masa kini yang diantaranya adalah John Galliano dan Jean-Paul Gaultier. Schiaparelli juga dapat dianggap sebagai pendahulu gerakan Punk, suatu gerakan anarkis yang memang sengaja dibuat untuk mengejutkan, yang muncul di London pada pertengahan tahun 1970 seperti terlihat dalam mode busana yang diciptakan Zandra Rhodes dan Vivienne Westwood, dua orang hebat dari aliran surealis yang berkarya di era Punk. Hubungan bisnis penting yang pernah dilakukan Vivienne Westwood adalah dengan Malcolm Mclaren (manajer grup Punk Rock Sex Pistols) yang mendorong dibukanya butik yang diberi nama ‘Let it Rock’ di tahun 1970. Butik tersebut kemudian dinamai ‘Too Fast to Live, Too Young to Die’ pada tahun 1972, kemudian menjadi ‘Sex’ pada tahun 1974, ‘Seditionaries’ di tahun 1976, hingga akhirnya menjadi ‘World’s end ditahun 1981. Tempat tersebut kemudian menjadi pusatnya para generasi muda yang tertarik pada fetishism dan bondage seperti yang terlihat dalam karya Vivienne Westwood berupa busana dan t-shirt yang 101
menggunakan bahan karet atau kulit. Seperti halnya Schiaparelli, ia mengekspresikan idenya dalam mode dengan suatu visi artistik yang sangat tidak biasa, yang melanggar konvensi yang ada dan mencerminkan kecemasan dan kekhawatiran generasi masa itu.
53
Gambar 2.26 : Kolaborasi antara Vivienne Westwood dan Malcolm McLaren (1980) Sumber: www.google.com
Pada era Punk Westwood menyatakan bahwa gaya tersebut mengubah rupa seseorang. Ia menganggap dirinya sebagai seorang pembawa wahyu tentang hal yang berkaitan dengan Punk dimana ia melihat bahwa seseorang dapat ‘berbicara’ dalam suatu sistem dengan suatu cara tertentu. Ia menyadari bahwa takkan ada subversi tanpa adanya ide, keinginan untuk menghancurkan sesuatu tidaklah cukup. Dengan demikian ia memuluskan jalan untuk generasi selanjutnya seperti John Galiano dan Alexander McQueen untuk menginterpretasi ulang sejarah mode. Ia telah 54
menciptakan bahasa baru untuk dunia mode.
Christobal Balenciaga dan Saint Laurent merupakan dua perancang busana yang dianggap sebagai jenius dibidangnya oleh Schiaparelli.
55
Hal ini terbukti karena
pada masa setelah Perang Dunia, kejeniusan Balenciaga menjadi semakin nyata, sementara Saint Laurent dianggap sebagai pemarkah transisi dari mode jaman dahulu dengan sekarang. Schiaparelli membeli koleksi karya kedua perancang tersebut, dan beberapa sketsa desain yang dibuat Saint Laurent untuknya dipamerkan dalam pameran Hommage a Elsa Schiaparelli yang diadakan di Palais Galliera di Paris tahun 1984. Bagi Schiaparelli, keduanya adalah perancang busana yang memiliki imajinasi untuk mengejar impian mereka dan berani untuk melakukan sesuatu yang mereka suka.
53 54 55
Ibid, hal. 146 Ibid, hal. 147 Ibid, hal. 147
102
Pada tahun 1992, kepada koran The Observer edisi 1 November 1992, Saint Laurent menyatakan dirinya sebagai pelukis yang gagal.
56
Namun, seperti halnya
Schiaparelli, kehebatannya dalam memadukan seni dan mode, sehingga dapat menciptakan rancangan yang dikaitkan dengan lukisan yang dibuat dari tahun 1960an sampai dengan tahun 1980an, menjadi hal yang ditonjolkan dalam pameran yang sengaja diadakan untuknya di tahun 1983. Pameran retrospektif yang diperuntukkan pada Yves Saint Laurent yang diselenggarakan oleh Metropolitan Museum of Art bukan hanya sekedar pameran busana. Selama 25 tahun Saint Laurent telah menjadi bukti nyata ungkapan yang pernah diungkapkan oleh Jean Cocteau yang berbunyi; ‘dalam setiap lanskap atau kehidupan yang statis, seorang pelukis selalu 57 melukiskan dirinya sendiri.’ Seni yang melibatkan elemen pergerakan terus memukau para perancang mode karena hubungannya secara langsung dengan gerakan tubuh. Beberapa pelaku jenis seni yang
melibatkan pergerakan diantaranya adalah para seniman
konstruktivisme dan juga Alexander Calder yang mulai membuat karya yang melibatkan pergerakan ditahun 1930an. Calder terinspirasi oleh karya pelukis dari Belanda Piet Mondrian sat ia mengunjungi studio Mondrian pada dekade yang sama, dan kemudian menyatakan bahwa ia akan membuat karya Mondrian ‘bergerak’.
58
Gambar 2.27: Feathers (1931) Alexander Calder Wire, wood, and paint 38 1/2" x 32" x 16 Sumber: www.calder.org
56 57 58
Ibid, hal 147 Ibid, hal 147 Ibid, hal 147
103
Energi kinetis menjadi sangat signifikan dalam dunia mode pada tahun 1955 ketika suatu pameran yang diberi judul Mouvement diadakan di Paris. Diantara para seniman yang memamerkan karyanya adalah Victor Vasarely yang karyanya menampilkan kontras warna hitam dan putih, dan juga mengeksplorasi efek optikal menjadi figure utama dari Op Art, suatu istilah yang diciptakan pada tahun 1964 oleh Time Magazine. Karakter grafis dari ilusi optis, dan keyakinan dari para praktisinya yang mempercayai bahwa busana bergerak bersama dengan tubuh si pemakai menjadikannya sebagai suatu yang ideal bagi dunia rancangan busana. Sebagai contoh lain, Getulio Alviani memproduksi bahan dan busana yang ‘bergerak’ karena mereka secara konstan berganti bentuk gambar sebagai akibat dari kombinasi warna dam variasi garis. Pembuat busana dari Amerika, Larry Aldrich menugaskan perancang tekstil Julian Tomchin untuk menciptakan bahan busana dengan pola berdasarkan pada lukisan dari Bridget Riley, salah satu seniman Op Art yang terkemuka. Pada puncaknya, peleburan seni dan mode terlihat sangat ekspresif dalam busana Yves Saint Laurent yang didasari karya Mondrian. Salah satu majalah mode melaporkan bahwa gaya Mondrian dalam dunia rancangan busanan sebenarnya telah ada tepatnya sejak tanggal 2 Agustus 1965. Pada hari itu, Yves Saint Laurent memamerkan karya musim gugurnya di Paris untuk pertama kalinya. Saint Laurent merancang sekelompok busana tunik yang menggunakan bahan seragam dari wol dengan pola garis-garis hitam yang saling menyilang dan blok warna primer yang didasarkan pada lukisan abstrak karya Mondrian. Aplikasi Saint Laurent dari siluet bentuk geometris yang mencontoh gaya Mondrian ini dalam rancangannya menciptakan suatu elegansi baru yang modern bagi dunia rancangan busana. Busana tersebut juga disebut oleh majalah Harper’s Bazaar pada edisi bulan September 1965 sebagai busana masa depan. Konsep Saint Laurent yang memperlakukan busana rancangannya sebagaimana halnya Mondrian menciptakan kanvasnya adalah sesuatu yang fenomenal. Para produsen busana kemudian membuat salinannya yang murah untuk dipasarkan. Saint Laurent memiliki kemampuan luar biasa untuk memprediksi perubahan yang akan terjadi didunia mode. Di tahun 1966, ia memamerkan koleksi Pop Art-nya dengan membuka butik siap pakai pertamanya di Paris yang diberi nama Rive Gauche. Sebagaimana yang ia inginkan, ia menyebut rancangan siap pakainya sebagai suatu bentuk fabrikasi mesin.
104
Gambar 2.29 : Karya Rancangan Yves Saint Laurent bertemakan Mondrian (1965) Sumber: www.google.com
Seni sebagai sumber inspirasi bagi Saint Laurent kembali menjadi subjek dari suatu peragaan busana dalam pembukaaan Yayasan Pierre Berge-Yves Saint Laurent di paris tahun 2004. Dalam pameran yang dijuluki Yves Saint Laurent Dialogue with Art (tanggal 10 Maret – 18 Juli 2004), ditampilkan sekelompok kreasi dari Saint Laurent beserta sejumlah lukisan yang antaranya diciptakan oleh Piet Mondrian, Henri Matisse, Pablo Picasso dan Andy Warhol. Dalam kesempatan tersebut Saint Laurent menyatakan bahwa ia tidak pernah membandingkan dirinya dengan seniman-seniman tersebut, karena itu akan sangat palsu. Ia meneruskan pernyataannya dengan menyebutkan bahwa ia hanya mencoba untuk menjadi seniman dalam bidangnya sendiri. Bagi Saint Laurent, Andy Warhol memberikan inspirasi dalam setiap hal yang dilakukannya, dan pameran tersebut juga memasukkan dua busana karya perancang busana Pop Art.
2.3.5
Pengaruh Pop Art dan Masuknya Kolaborasi Antara Seni dan Mode ke Museum Sebagaimana yang ditegaskan sejarahwan seni Marco Livingstone dalam
bukunya Pop Art: A Continuing History, disebutkan bahwa Pop Art tidak pernah didefinisikan sebagai suatu gerakan yang memiliki manifesto, namun lebih kepada suatu bentuk seni yang muncul di tahun 1950 dan berkembang ditahun 1960an, yang menggunakan imej budaya sosial dan konsumerisme dalam karyanya seperti penggunaan komik, bilboard dan bahan kemasan. Dengan kata lain, penggambaran
105
seni dan kehidupan sehari-hari dimana mode dengan cepat termasuk didalamnya dan memegang peranan penting dalam penyebarluasannya. Pop Art merupakan suatu bentuk reaksi atas Ekspresionisme Abstrak (yang terpengaruh oleh Surealisme). Pop Art juga menandakan kembalinya seni representasional seperti terlihat dalam komik, iklan atau majalah. Pop Art merupakan suatu gerakan internasional dalam bidang lukisan, pahatan, percetakan dan mode. Sejumlah seniman Pop Art di Amerika diantaranya adalah Roy Lichtenstein, Claes Oldenburg, James Rosenquist dan yang paling terkenal adalah Andy Warhol. Andy Warhol memulai karirnya sebagai illustrator untuk majalah-majalah mode seperti Mademoiselle, Vogue dan Harper’s Bazaar. Seperti halnya Salvador Dali, ia membuat pajangan jendela untuk pusat perbelanjaan di New York seperti Bonwit Teller dan Tiffany. Iklannya di majalah New York Times utuk produen sepatu I Miller & Sons dari tahun 1955 sampai dengan tahun 1959 sangat diakui. Iklannya tersebut menampilkan kesederhanaan yang serupa dengan iklan yang dibuat Dali. Hal tersebut membuatnya meraih penghargaan bergengsi dari Art Director Club. Sebagai seorang yang senang berbelanja yang sadar akan hubungan antara seni dan mode dengan dunia komersial dan iklan, ia juga menyenangi musik dan film yang dibuat di awal tahun 60an. Ia kadang berdandan seperti layaknya penyanyi rock dengan memakai jaket kulit, kaus satin, dan wig yang disemprot cat warna perak. Ia menggunakan para aktris dalam filmnya untuk menjadi model pakaian dari bahan kertas yang bermotifkan lukisan pisangnya, sementara lukisannya yang menggunakan model kemasan sup produksi Campbell, sekitar tahun 1966-67 mempengaruhi beberapa rancangan busana berbahan kertas lainnya yang bergaya mini-dress dengan nama ‘The Souper Dress’. Busana berbahan kertas ini merupakan busana sekali pakai yang dengan jelas mengomentari konsumerisme yang terjadi dimasyarakat, selain itu busana ini juga sangat besar perannya dalam menyebarluaskan Pop Art. Didalam katalog dari pameran The Warhol look: Glamour/Style/Fashion yang diadakan dibeberapa tempat di Amerika, Kanada,Eropa dan Australia dari tahun 1997-99 disebutkan bahwa dalam karya Warhol, mode merupakan penghubung dari elemen yang sebelumnya terpisahkan.
59
Bisa dikatakan, Andy Warhol memiliki peran yang
serupa dengan Jean Cocteau dalam masa keemasan Pop Art. Ia merefleksikan lukisannya 59
kedalam
rancangan
busananya,
sementara
temannya,
Halston,
Ibid, hal. 149
106
menciptakan busana yang menggunakan pola bunga besar yang didasari oleh beberapa lukisan bunga dari Andy Warhol.
Gambar 2.30 : The Souper Dress (1966-1967) Sumber: Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art,.London : BT Batsford, 2005, hal 148
‘Gaya Warhol’ juga terlihat di Paraphernalia, butiknya di New York yang menyerupai galeri seni, yang juga merupakan tempat temannya Betsey Johnson dan beberapa wanita lainnya memperlihatkan rancangan busana yang terinspirasi oleh semangat muda, seperti misalnya busana yang menggunakan bahan plastik, kertas dan metal yang kesemuanya bisa dibeli. Bersama dengan Velvet Underground, suatu grup band rock yang ia manajeri, Warhol melangsungkan pembukaan butiknya Paraphernalia yang ia samarkan sebagai suatu ‘happening’ yang bersifat berkelanjutan. Istilah ‘happening’ itu sendiri diciptakan oleh seorang seniman dari Amerika, Allan Kaprow ditahun 1959 untuk menggambarkan suatu bentuk hiburan dimana seorang seniman mengadakan acara multimedia.
Pameran yang bertajuk
Warhol look itu dalam katalognya dinyatakan bahwa peleburan yang terjadi di dunia 60
seni dengan mode dimasa kini sebagian besar karena jasa Andy Warhol.
Pada tahun 1990an masyarakat menjadi saksi suatu bentuk penghargaan terhadap jasa Andy Warhol dalam suatu acara bertajuk homage a Andy Warhol dimana Stephen Sprouse mendapatkan hak penuh untuk menggunakan imej ciptaan Andy Warhol, Jean-Charles de Castelbajac merancang busana yang dicetak menggunakan motif khas Andy Warhol, dan Gianni Versace menciptakan busana 60
Ibid, hal. 149
107
‘Marilyn Monroe’-nya. Pada bulan Januari 2003 perancang Philip Tracy bekerja sama dengan Andy Warhol Foundation dalam mengerjakan koleksi terbatas rancanga topi dan tas yang menggunakan imej ikonik Andy Warhol. Ketika kesenangan dan keceriaan aliran Pop Art tahun 60an sedang terjadi, seorang perupa murni Cristobal Balenciaga secara kontras memproduksi jenis modenya yang serius. Dalam bukunya Glass of Fashion Cecil Beaton menulis, ‘Jika Dior merupakan Watteau-nya perancang busana dengan ciri khasnya yang penuh nuansa, lembut dan sangat seiring dengan jaman, maka Balenciaga adalah Picasso-nya dunia mode. Ini karena seperti halnya Picasso, Balenciaga tetap menghargai tradisi dan gaya klasik murni, meskipun ia telah banyak bereksperimen dengan sesuatu yang modern. Dalam karya Balenciaga selanjutnya yang diberi judul Self Portrait with Friends, Beaton merasakan kedalaman pemikiran dalam karyanya tersebut, ia juga merasakan adanya konsentrasi yang intensif dalam karya sang maestro yang sangat mengutamakan keakuratan tersebut. Cara Balenciaga menggambarkan figur tubuh wanita dan cara ia menghubungkannya dengan skala dan bahan memberikan hasil racangannya dimensi arsitektural yang 61 sangat kuat’.
Gambar 2.31: Karya Rancangan Christobal Balenciaga tahun 1960an Sumber: www.fashionspinach.com
Seorang seniman yang sempat dibantu oleh Balenciaga, Hubert de Givenchy, menyebutnya sebagai arsitek rancangan busana. Visi modernnya diakui oleh Harper’s Bazaar diawal tahun 1938an ketika majalah tersebut melaporkan bahwa Balenciaga sangat mematuhi peraturan dimana eliminasi merupakan rahasia dari terciptanya
61
Ibid, hal. 151
108
elegansi. Sebagai seorang yang berasal dari Spanyol ia tertarik pada pewarnaan gelap dan muram seperti yang terlihat dalam lukisan karya Velasquez, Zurbaran, dan Goya. Selain pertimbangan keseimbangan yang sempurna antara garis dan proporsi dalam karyanya, Balenciaga juga memiliki keahlian dalam pewarnaan yang bersifat gelap. Busana wol dan sutra berwarna biru laut hasil rancangannya di sekitar tahun 1964 merupakan suatu bentuk kesederhanaan bentuk. Pewarnaannya yang kontras dan garis tunik yang memanjang mengalihkan perhatian mata dari bentuk pinggang, sehingga busana tersebut cocok dipakai oleh wanita yang memiliki figur ramping atau yang padat. Busana tersebut juga merupakan suatu contoh harmonisasi elegan antara pemotongan busana dengan konstruksi pengetahuan tentang arsitektur tubuh wanita. Balenciaga menciptakan rancangannya yang tak akan dilekang masa secara rahasia sesuai pesanan klien ekslusif tertentu seperti the Duchess of Windsor, Pauline de Rothschild dan Diana Vreeland. Tren seni dan mode yang terjadi di tahun 1970an di Paris adalah suatu seni pertunjukkan yang khas. Pertunjukkan tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga sangat jauh berbeda dengan pertunjukkan di tahun 60an. Istilah createur muncul dan kemudian digunakan untuk menyebut perancang busana yang mewakili para pionir perancang busana siap pakai. Createur et Industriels kemudian dibuat untuk mendukung sejumlah penata gaya yang dipersatukan dalam periode 5 tahun. Hal ini merupakan suatu tugas yang diselesaikan dengan komitmen dan rasa inventif yang tiada tanding. Sebagai suatu skema yang menyerupai utopia, inisiatif tersebut memberi hidup baru pada industri busana siap pakai dan membentuk suatu investasi dimasa depan untuk suatu merek mode yang khas Paris. Salah seorang dari createur tersebut adalah Jean-Charles de Castelbajac. Ia juga merupakan seorang kolektor seni kontemporer yang sering membedakan karya rancangannya dengan karya seniman gerakan avant-garde. Di bawah naungan Createur et Industriels, ia mengadakan peragaan busana pertamanya di Palais Galliera di Paris di tahun 1972. Peragaan busana tersebut memakai konsep seni pertunjukkan yang spektakuler dan besar-besaran dengan koreografi pengarahan serta pengaturan lampu dan musik yang luar biasa yang langsung terasa pengaruhnya oleh mereka yang hadir. Pada tahun 1980, publik menyaksikan lahirnya tren baru yang merupakan pengenalan resmi konsep mode yang mewakili ekspresi kultural sepenuhnya. Karya
109
tren terbaru tersebut dipamerkan diverbagai museum yang terkenal, diantaranya adalah Metropolitan Museum of Art di New York dan museum Louvre di Paris. Salah satu pameran yang memamerkan karya tren terbaru ini adalah yang terjadi dalam peringatan 25 tahun berkaryanya Yves Saint Laurent yang diadakan di Metropolitan Museum of Art di New York pada tahun 1983-84. Sebelum pameran ini karya yang ditampilkan di museum terbatas pada karya seni konvensional atau kostum historis, bukan pameran busana terkini. Pada wawancara yang dilakukan ditahun 1996, Richard Martin membahas isu menarik seputar kepantasan seni karya perancang busana. Dalam bahasannya tersebut, secara rinci disebutkan mengapa pameran yang diadakan Saint Laurent merupakan pionir dan ia juga membahas mengapa Saint Laurent adalah seorang perancang busana yang luar biasa. Bagi Martin, desain Saint Laurent senilai dengan suatu karya seni Mondrian Dress yang dirancang Saint Laurent dijadikan contoh sebagai suatu karya yang membuat orang berpikir tentang paradigma kedataran yang dicetuskan Mondrian yang saat itu sedang hangat dibicarakan.
62
Dalam pembukaan Musee des Arts de la Mode di Louvre’s Pavillon de Marsan, Jack Lang yang merupakan Menteri Kebudayaan dimasa itu menggaris bawahi peran museum mode sebagai suatu komponen dari kebudayaan dan domain estetis. Dalam sambutannya yang ditujukan pada para perancang busana siap pakai dihalaman Louvre, ia berkata, ‘Tak akan ada keraguan bahwa akan ada sesuatu yang sedikit bersifat paradoks dalam pembukaan museum mode jika modenya itu sendiri hanya merupakan suatu tren musiman. Ia melanjutkan bahwa suatu museum mode 63 adalah suatu sejarah praktek dan rupa.’ Museum terebut kemudian dinamai ulang Musee de la Mode du Textile dan dibuka kembali pada tahun 1977 di selusur Rohan museum Louvre sebagai bagian dari Proyek ‘Grand Louvre’. (Penggunaan ruangan tersebut merupakan bagian dari perluasan area galeri ke bagian istana yang sebelumnya digunakan untuk kantor urusan sipil). Eksplorasi dalam hubungan antara seni dan mode mencapai puncaknya pada pameran Biennale of Il Tempo e la Moda di tahun 1996 yang diadakan di Florence.
62 63
Ibid, hal. 153 Ibid, hal. 153
110
Dalam balutan Renaissance, gaun Scarlett karya Valentino serasi dengan Michelangelo di Uffizi; Helmut Lang dan Jenny Holzer mengkspresikan gaya dan keindahan mereka melalui media elektronik, sementara Miuccia Prada dan Damien Hirst menawarkan koleksi binatang liar seperti kambing, kelinci dan ayam. Jill Sanders dan Mario Merz membuat terowongan angin yang meniupkan daun-daun musim gugur. Katalog pameran tersebut yang diberi nama Looking at Fashion menyatakan bahwatujuan dari pameran ini adalah mengeksplorasi beberapa isu sentral dari pengalaman kontemporer. Il Tempo et la Moda merupakan pameran yang terdiri atas 7 pameran besar yaitu Art/Fashion; New Persona/New Universe; Visitors; Habito, Abito, Abitaire; Elton John Metamorphosis; Emilio Pucci dan Secret Love. Pameran Art/Fashion diadakan di Guggenheim Museum SoHo di New York pada tahun 1977. Pameran tersebut difokuskan pada ide kostum yang digagas kaum Futuris, busana dan tekstil Sonia Delaunay, kolaborasi seni dan mode dari Salvador Dali dan Elsa Schiaparelli, dan karya Man Ray. Mengulas peristiwa yang terjadi di Biennale, Ingrid Sischy, ko-kurator Guggenheim Museum menyatakan bahwa peristiwa Biennale merupakan kelanjutan dari apa yang ia telah lakukan ketika ia meletakkan Issey Miyake di sampul Artforum di tahun 1982 yang membuat Miyake dikenal luas didunia seni. Sischy mengaku terkejut akan apa yang telah terjadi. Ia mengakui bahwa ia tak bermaksud mensejajarkan seni dengan mode. Ia hanya percaya bahwa kedua dunia tersebut saling mengawasi satu sama lain. Dengan hadirnya orang-orang seperti Miuccia, Helmut atau Rei yang tak berkeinginan menjadi seniman, kedua dunia yang berbeda tersebut harusnya hanya saling mengawasi strategi yang diterapkan masingmasing bidang. Semenjak peristiwa Biennale, banyak museum dan galeri seni mulai melirik dunia mode. Beberapa pameran diselenggarakan oleh para perancang busana, seperti contohnya Versace di Metropolitan Museum of Art di New York pada tahun 19971998 dan di Victoria and Albert Museum di London tahun 2002-2003, Vivienne Westwood, yang pernah mengadakan pameran juga di Victoria and Albert Museum pada tahun 2004 atau Giorgio Armani yang karyanya sempat dipamerkan di Guggenheim Museum di New York dan di Bilbao tahun 2000-2001 dan di Royal Academy of Arts di London tahun 2003-04. Bahkan semenjak awal tahun 2005, Victoria and Albert Museum, London pun telah membuka ruangan khusus yang memamerkan karya-karya rancangan busana para perancang dunia. 111
Meskipun banyak orang menyebutkan bahwa mode terlalu komersial untuk dapat dianggap sebagai suatu karya seni, karena memang merupakan industri besar, tetap saja ada interaksi antara dua dunia tersebut.
64
Sebagai contoh, lihat saja
persilangan yang terjadi antara Schiaparelli dengan Surealisme atau antara Op Art Bridget Riley dengan mode psychedelic tahun 60an. Banyak seniman kontemporer memasukkan mode dalam karya mereka. Fotografer Cindy Sherman dalam seri ‘Fashion’-nya telah memotret dirinya sendiri mengenakan busana yang dirancang oleh Jean-Paul Gaultier, Issey Miyake dan Jean-Charles de Castelbajac. Sejak tahun 1983 ia telah memproduksi lebih dari 300 potret diri tersebut yang menunjukkan transformasi dirinya. Dalam posenya itu Sherman terlihat berantakan dan tegang sehingga pakaian yang dikenakannya seakan menggantung di badannya; ini sangat berlawanan dengan fotografi mode konvensional. Cindy Sherman telah menggunakan mode untuk mengeksplorasi ide dan imej identitas wanita yang telah menjadi saksi adanya pergeseran paradigma dalam hubungan seni dan mode.
Gambar 2.32 : Pakaian rancangan Hussein Chalayan dan rumah mode Chloe yan terpajang di Victoria and Albert Museum, September 2005 Sumber: dok. Pribadi penulis
Contoh lain adalah Conrad Atkinson yang memproduksi beberapa karya yang merespon lukisan dan pahatan yang dapat dilihat di koleksi Courtauld Institute Gallery. Karyanya dipajang berdampingan dengan sumber inspirasinya untuk menciptakan dialog antara masa lalu dan masa kini. Dalam beberapa karyanya ia memasukkan busana dan jahitan. Dalam A Colaboration on Scars between Fra Angelico, Conrad Atkinson dan Vincent Van Gogh di tahun 2002, ditampilkan jaket wol Polo University rancangan Ralph Lauren yang dibuat secara digital. Merespon imej kekerasan yang terus timbul dari Imago karya Fra Angelico dan lukisan Van Gogh Self-Portrait with Bandaged Ear jaket Polo University yang disandingkan 64
Ibid, hal. 157
112
dengan kedua karya tersebut seolah menjinakkan kesan luka perang yang ditimbulkannya. Dalam ulasan dari pameran tersebut, Richard Cole menulis, ‘…terkesima oleh imej mutilasi, penyiksaan dan penyaliban yang terutama terjadi pada abad pertengahan dan dari luksian Renaissance peninggalan Lord Lee dan Count Seilern, Atkinson memutuskan untuk memproduksi beberapa karya yang mengeksplorasi nosi paradoks dari ‘mutilasi yang 65 indah…’ Seniman kontemporer menggunakan mode untuk mengeksplorasi ide-ide baru. Ketika batasan antara seni dan mode semakin tipis, maka akan makin banyak cara pula yang dapat digunakan untuk menarik perhatian publik dalam mengeksplorasi interaksi antara seni dengan mode.
Gambar 2.33 : Jaket Wol Polo Universi ty Club karya Conrad Atkinson (2002) Sumber: Alice Mackrell. Art and Fashion: The Impact of Art on Fashion and Fashion on Art,.London : BT Batsford, 2005, hal 158
65
Ibid, hal. 158 113