1
BAB II TINJAUAN TEORI A. Gangguan Psikososial 1. Pengertian Gangguan psikososial Gangguan psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa atau gangguan kesehatan secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada lingkungan sosial (Keliat, et all., 2011 : 2)
2. Cirri-ciri gangguan psikososial Menurut keliat, et all., (2011 : 2), cirri-ciri gangguan psikososial adalah sebagai berikut : a. Cemas, khawatir berlebihan, takut b. Mudah tersinggung c. Sulit konsentrasi d. Bersifat ragu-ragu e. Merasa kecewa f. Pemarah dan agresif g. Reaksi fisikl seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala
B. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Definisi pengetahuan (knowledge) menurut Webster’s New Word Dictionary of the American Language adalah persepsi tentang sesuatu yang jelas dan
2
tentu, semua yang telah dirasakan dan diterima oleh otak, serta merupakan informasi terorganisasi yang dapat diterapkan untuk penyelesaian masalah. Menurut (Notoadmodjo, 2003) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melalukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses dari dalam dipengaruhi berbagai factor dari dalam, seperti motivasi dan factor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Dalam Wikipedia, pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Menurut Peter F. Drucker dalam The New realities dalam penelitian yang dilakukan oleh (Agung ,2009). Pengetahuan adalah informasi yang dapat merubah seseorang atau sesuatu, dimana pengetahuan itu menjadikan seorang individu atau suatu institusi memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan yang benar. Lebih jauh achterbergh & Vriens (2002) menulis bahwa pengetahuan memiliki dua fungsi utama, pertama sebagai latar belakang dalam mengambil tindakan yang perlu adalah menjadi latar belakang dalam mengartikulasikan beberapa pilihan tindakan yang mungkin dapat dilakukan, memilih salah satu dari beberapa kemungkinan tersebut dan mengimplementasikan pilihan tersebut. Menurut undang-undang nomor 38 tahun 2014 pasal 1 ayat 2, Perawat adalah sesorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3
Jadi secara garis besar dapat dijelaskan bahwa pengetahuan perawat adalah hasil tahu setelah menerima teori serta informasi selama dalam pendidikan tinggi ilmu Keperawatan kemudian dipraktikkan sesuai dengan apa yang diterima. Dalam penelitian (Abbas, 2012) Tingkat pengetahuan individu berbeda-beda satu sama lain hal ini dipengaruhi banyak faktor, diantaranya usia, tingkat pendidikan, informasi, pengalaman, ekonomi, lingkungan, sosial dan budaya (Notoadmodjo, 2007). Dalam bidang keperawatan, pengetahuan perawat dapat terus berkembang dengan variasi yang berbeda-beda tergantung pengalaman, pendidikan dan inisiatif
perawat dalam membaca literature atau sumber-sumber
informasi lainnya. Kedalaman dan keluasan pengetahuan juga mempengaruhi perawat dalam berfikir kritis dan kemampuan dalam menangani masalah Keperawatan yang sedang dihadapi (Potter & Perry, 2010) Pengetahuan perawat menentukan tindakan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan tindakannya tanpa didasari oleh pengetahuan. 2. Jenis Pengetahuan a. Pengetahuan Implist Pengetahuan implist adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman sesorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif dan prinsip. Pengetahuan seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan. Pengetahuan implist ssering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak
4
disadari. Contoh sederhana : seseorang mengetahui bahaya merokok bagi kesehatan, namun dia merokok. b. Pengetahuan eksplist Pengetahuan
eksplits
adalah
pengetahuan
yang
telah
didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Contoh sederhana : seseorang yang telah mengetahui tentang bahaya merokok bagi kesehatan dan ternyata dia tidak merokok (Budiman & Riyanto, 2014). 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang. b. Tingkat pendidikan Pendidikan
dapat
membawa
wawasan
atau
pengetahuan
seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah untuk menerima hal-hal baru. c. Keyakinan Biasanya keyakinan diperoleh secara turun menurun dan tanpa adanya
pembuktian
terlebih
dahulu.Keyakinan
ini
bisa
mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.
5
d. Fasilitas Fasilitas-fasilitas
sebagai
sumber
informasi
yang
dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang, misalnya radio, televise, majalah, Koran, dan buku. e. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan sesorang.Namun
bila
sesorang.
Namun
bila
seseorang
berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi. f. Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 4. Tahapan Pengetahuan Tahapan menurut Benjamin S. Bloom ( 1956 ) ada enam tahapan. Dalam tahapan pengetahuan ini bisa dipakai dalam menerapkan tahapan untuk kecemasan, tahapan tersebut antara lain : a. Tahu (know) Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan tentang kecemasan. b. Memahami ( comprehention ) Memahami dartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi ( application ) Aplikasikan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut secara benar. d. Analisis ( analysis )
6
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesa ( synthesis ) Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi ( evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Budiman & Riyanto, 2014) C. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Prof. dr. H. Hawari, kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh( tidak mengalami keretakan kepribadian), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam taraf normal. 2. Tanda Dan Gejala Kecemasan Menurut Brikmayer dan Winker (1951), Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b.
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c.
Takut sendirian,pada keramaiandan banyak orang.
7
d.
Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e.
Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
f.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran bordering (tinnitus), gangguan perkemihan dan sakit kepala.
3. Rentang Respon Kecemasan Tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain : Respon adaptif respon maladaptive
Antisipasi
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Tingkat Kecemasan (Peplau, 1952 dalam Hawari, 2001) (gambar, 2.1) a.
Kecemasan ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan mempunyai karakteristik : 1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari. 2) Kewaspadaan meningkat. 3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
8
4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas. 5) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar. 6) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara afektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan. 7) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi. b.
Kecemasan sedang Kecemasan
sedang
memungkinkan
seseorang
untuk
memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut nadi jantung dan pernafasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit,
mampu
untuk
belajar
namun
tidak
optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, prhatian selektif dan terfokus pada
rangsangan
yang tidak
menambah
ansietas,
mudah
tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai karakteristik : 1) Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan
darah
meningkat,
mulut
kering,
anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.
9
2) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. 3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman. c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan persepsi berat cenderung untuk memutuskan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikirtentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk memutuskan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. Kecemasan berat mempunyai karakteristik : 1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. 2) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, serta tampak tegang. 3) Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. 4) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat). d. Panik (sangat berat)
10
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror karena mengalami kehilangan kendali.Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik (kecemasan sangat berat) mempunyai karakteristik : 1) Respon fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnyakoordinasi motorik. 2) Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi
terhadap
lingkungan
mengalami
distorsi,
dan
ketidakmampuan memahami situasi. 3) Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri ( aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
4. Proses Terjadinya Kecemasan Dalam deori yang telah dikembangkan untuk menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi kecemasan menurut Stuart & Laraia (2005) a. Faktor predisposisi kecemasan Penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu : 1) Teori psikoanalitik
11
Menurut freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh normanorma budaya seseorang.Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. 2) Teori Tingkah Laku (pribadi) Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan kecemasan.Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktorfaktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan.Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. 3) Teori Keluarga Menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga.
4) Teori Biologis
12
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine.Reseptor ini mungkin membantu mengatur
kecemasan.Penghambat
aminobutirikgamma
neroregulator
asam
(GABA)
juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorphin.Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai
kecemasan.Kecemasan
predisposisi mungkin
terhadap
disertai
dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. b. Faktor presipitasi kecemasan Faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap system diri : 1) Ancaman terhadap integritas fisik Ancaman pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistim imun, regulasi temperature, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan.Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka truma.Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.
2) Ancaman terhadap system tubuh
13
Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi social seseorang.Sumber internal dapat berupa kesulitan melakukan hubungan interpersonal dirumah, di tempat dan di masyarakat.Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilemma etik yang timbul dari aspek religious seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap system diri terjadi saat tindakan operasi akan
dilakukan
sehingga
akan
menghasilkan
suatu
kecemasan.
5. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).Skala HARS merupakan skala pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan.Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4.Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun 1959yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. Scala HARS dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi : a. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan fikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. c. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar. d. Gannguan tidur, sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk. e. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
14
f. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari. g. Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan gertakan otot. h. Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, serta merasa lemah. i. Gejala kardiovaskular : takikardi, nyeri dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pernafasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek. k. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas perut. l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi. m. Gejala vegetative : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala. n. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening,muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.
6. Penatalaksanaan Kecemasan Penatalaksanaan ansietas menurut Hawari (2008), pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut : a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
15
1) Makan, makan yang bergizi dan seimbang. 2) Tidur yang cukup. 3) Cukup olahraga. 4) Tidak merokok. 5) Tidak meminum, minuman keras b. Terapi psikofarmaka Tetapi psikofarma merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam,
clobazam,
bromazepam,
lorazepam,
buspirone HCL, meprobamate dan alprazolam. c. Terapi Somatik Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditunjukkan pada organ tubuh yang bersangkutan. d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain: 1) Psikoterapi
suportif,
untuk
memberikan
motivasi,
semangat dan dorongan agar pasien ysng bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri. 2) Psikoterapi re-eduktif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
16
3) Psikoterapi
re-kontruktif,
untuk
dimaksudkan
memperbaiki kembali (re-kontruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor. 4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berfikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat. 5) Psikoterapi
psiko-dinamik,
untuk
menganalisa dan
menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan
mengapa
seseorang
tidak
mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan. 6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar factor keluarga tidak lagi menjadi penyebab dan factor keluarga dapat dijadikan factor pendukung. e. Terapi psikoreligius Untuk
meningkatkan
keimanan
seseorang
yang
erat
hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. 7. Tindakan Keperawatan Menurut Nanda (2012), Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. a. Batasan karakteristik : 1) Perilaku hiperbola 2) Ketidakakuratan mengikuti perintah 3) Ketidakakuratan melakukan tes 4) Perilaku tidak tepat (mis : hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis) 5) Pengungkapan masalah
17
b.
Faktor yang berhubungan : 1) Keterbatasan kognitif 2) Salah intepretasi informasi 3) Kurang minat dalam belajar 4) Kurang dapat mengingat 5) Tidak familier dengan sumber informasi
Noc : 1) Knowledge : disease process 2) Knowledge : health behavior Kriteria Hasil : 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan 2) Pasien dan keluarga mampu menyatakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya. Nic : Teaching : disease Process 1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
18
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5) Identifikasi kemungkinan penyebab,dengan cara yang tepat 6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7) Hindari jaminan yang kosong 8) Sediakan bagi keluarga atau SO informasi atau kemajuan pasien dengan cara yang tepat 9) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit 10) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 11) Dukung untuk mengekploitasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 12) Rujuk pada pasien pada grup atau agensi dikomunitas lokal, dengan cara yang tepat 13) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat. 8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah sebagai berikut :
a. Umur Bahwa umur yang lebih lebih mudah menderita stress dari pada umur tua. b. Keadaan fisik Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita penyakit akan lebih
19
mudah
mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang
yang tidak sedang menderita penyakit. c. Sosial budaya Cara hidup di masyarakat juga sangat memungkinkan timbulnya stress. Individu yang mempunyai cara hidup yang teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas sehingga umumnya lebih sukar mengalami stress. Demikian juga dengan seseorang yang keyakinannya rendah. d. Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dalam hidup maupun dari luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional disbanding mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan.
Kecemasan
adalah
respon
yang
dapat
dipelajari.Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan. e. Tingkat pengetahuan Pengetahuan
yang
rendah
mengakibatkan
seseorang
mengalami stress.Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stress dan kecemasan dapat terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh. (Titik lestari, 2014) D. Kerangka Teori Faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan : 1. Pengalaman 2. Tingkat pendidikan 3. Keyakinan
20
Pengetahuan Aspek Psikososial : kecemasan
(Gambar 2.2)
(Gambar 2.2) E. Kerangka Konsep Kerangka konsep untuk mengetahui gambaran pengetahuan perawat dalam aspek psikososial di ruang rawat inap bedah.
Pengetahuan perawat dalam aspek psikososial : kecemasan (Gambar 2.3) F. VARIABEL PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 variabel.