BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Download digilib.uns.ac.id commit to user. V-1. BAB V. ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL. Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasi...

0 downloads 461 Views 605KB Size
perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan informasi yang lebih jelas mengenai hasil perancangan sistem dan mampu memberikan solusi dari permasalahan penelitian.

5.1 ANALISIS SISTEM USULAN Analisis sistem manajemen persediaan obat awal dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kekurangan yang ada pada sistem, sehingga dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan sistem. Kebutuhan yang berhasil diidentifikasi selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan sistem usulan. Dengan demikian, sistem yang dirancang dapat memenuhi kebutuhan dari sistem manajemen persediaan obat pada gudang farmasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat Purworejo. Hasil dari analisis sistem usulan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Analisis Sistem Usulan No

Kekurangan Sistem Awal Penentuan titik pemesanan kembali yang tidak akurat.

1

2

Penentuan jumlah pemesanan obat yang tidak akurat.

Tidak ada pencatatan pada proses penerimaan obat di gudang farmasi pusat 3 dan gudang farmasi rawat jalan.

Aliran perpindahan obat tidak jelas karena 4 obat dari supplier dapat diterima oleh semua gudang farmasi. Ketidakakuratan data kartu stok di 5 gudang farmasi rawat inap. 6

Pengambilan obat di gudang farmasi rawat inap dilakukan oleh beberapa orang.

Rancangan Sistem Usulan Hasil perhitungan reorder point dari masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan aplikasi. Fungsi tersebut akan memberitahu user ketika terdapat obat yang jumlah persediaannya telah menyentuh nilai reorder point. Hasil perhitungan EOQ dari masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan aplikasi. Fungsi tersebut akan menampilkan jumlah pembelian yang optimal dari obat yang telah menyentuh nilai reorder point. Penerimaan obat di gudang farmasi pusat diinput pada aplikasi sesuai dengan jumlah pada nota pembelian, sedangkan penerimaan obat pada gudang farmasi rawat inap dan rawat jalan diinput sesuai dengan jumlah pada form pengambilan. Obat dapat langsung diterima gudang farmasi rawat inap maupun rawat jalan karena semua proses perpindahan obat dicatat terlebih dahulu pada form pengambilan. Jumlah persediaan pada masing-masing gudang dapat dilihat dengan lebih cepat dan akurat karena setiap keluar masuknya obat pada masing-masing gudang telah tercatat pada aplikasi. Pengambilan obat dilakukan oleh seorang pegawai gudang saja karena sudah ada resep rawat inap.

Desain sistem dilakukan dengan menggunakan entity relationship diagram (ERD). Hasil desain sistem ini adalah proses-proses yang berkaitan dengan commit to user manajemen persediaan obat dan data store yang dihasilkan. V-1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Hasil desain sistem menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara kebutuhan sistem dan desain sistem usulan. Kesesuaian tersebut diantaranya adalah adanya pencatatan keluar masuknya obat pada semua gudang farmasi dalam bentuk form pengambilan obat, resep rawat inap dan resep rawat jalan yang digunakan sebagai acuan perhitungan metode perencanaan dan pengendalian persediaan. Adanya pencatatan tersebut juga digunakan sebagai acuan laporan nilai persediaan obat pada masing-masing gudang. Sistem informasi yang dirancang memanfaatkan jaringan intranet agar aplikasi dapat dijlankan oleh multiuser yaitu bagian administasi, bagian gudang dan pimpinan. Desain sistem usulan memiliki beberapa perbedaan dengan sistem awal, perbedaan tersebut meliputi entitas yang terlibat, proses-proses yang terjadi, data store, input data, pengolahan data, pelaporan data dan informasi yang disajikan. Perbedaan antara sistem awal dengan sistem usulan dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.2 Perbedaan Sistem Awal dan Sistem Usulan No

Komponen

Gudang Pusat

1

Entitas yang terlibat

Rawat inap

Rawat jalan

Pusat

2

Proses yang terjadi

Rawat inap

Rawat jalan

Perbedaan Sistem Awal Pada gudang pusat terdiri dari tiga entitas yaitu supplier , pegawai gudang dan pimpinan perusahaan. Pada gudang rawat inap terdiri dari tiga entitas yaitu supplier , pegawai gudang dan perawat. Pada gudang rawat jalan terdiri dari tiga entitas yaitu supplier , pembantu umum dan dokter. Proses perencanaan dan pengendalian persediaan masih dilakukan secara manual berdasarkan perkiraan pegawai gudang dan pimpinan perusahaan. Proses pengendalian persediaan belum bisa dilakukan secara maksimal karena pengambilan obat dapat dilakukan oleh pegawai gudang dan perawat. Proses pengendalian persediaan belum bisa dilakukan secara maksimal karena tidak terdapat pencatatan obat masuk Berupa buku pengeluaran

Pusat 3

Data store Rawat inap Rawat jalan

4

Input Data

5

Pelaporan

Berupa kartu stok Berupa buku pengeluaran

Pusat Tidak ada proses input data. Rawat inap Tidak ada proses input data. Rawat jalan Tidak ada proses input data. Pelaporan hanya berupa catatan mengenai Pusat obat apa saja yang persediaannya sudah menipis Tidak ada pelaporan Rawat inap Tidak ada pelaporan Rawat jalan

commit to user

V-2

Sistem Usulan Pada sistem usulan terdiri dari empat entitas yaitu supplier , pegawai gudang, administrasi dan pimpinan perusahaan. Pada sistem usulan terdiri dari dua entitas entitas yaitu pegawai gudang dan perawat. Pada sistem usulan terdiri dari dua entitas entitas yaitu pembantu umum dan dokter. Proses perencanaan dan pengendalian persediaan sudah didukung dengan aplikasi sistem informasi. Proses pengendalian persediaan bisa lebih baik karena keluar masuknya obat hanya dilakukan oleh pegawai gudang saja. Proses pengendalian persediaan sudah didukung dengan aplikasi sistem informasi. Mencakup data nota transaksi dan form pengambilan yang tersimpan dalam database, sehingga data historis tersimpan dengan baik dan dapat diakses kapan saja Berupa form pengambilan dan resep rawat inap yang juga tersimpan dalam database . Berupa form pengambilan dan resep rawat jalan yang juga tersimpan dalam database . Tidak ada proses input data. Input data dilakukan oleh pegawai gudang. Tidak ada proses input data. Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai persediaan. Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai persediaan. Pelaporan dapat dilakukan secara bulanan oleh aplikasi yang berisi jumlah dan nilai persediaan.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 5.2 Perbedaan Sistem Awan dan Sistem usulan (Lanjutan) No

Komponen

6

Informasi yang disajikan

Perbedaan Sistem Awal Sistem Usulan Informasi yang disajikan hanya catatan pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas Pusat buku pengeluaran obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. Informasi yang disajikan adalah data pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas Rawat inap kartu stok obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. Informasi yang disajikan hanya catatan pada Informasi yang disajikan terdiri dari identitas Rawat jalan buku pengeluaran obat, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran dan total nilai persediaannya. Gudang

5.2 ANALISIS FUNGSI UTAMA PROGRAM APLIKASI Program aplikasi dibuat sesuai dengan rancangan sistem dan rancangan interface yang dihasilkan pada tahap perancangan user interface. Program aplikasi ini disusun dalam beberapa menu terpisah yang masing-masing menu memliki fungsi utama. Fungsi-fungsi tersebut, yaitu: 1. Fungsi persediaan obat, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data obat di semua gudang farmasi. 2. Fungsi mutasi, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data-data yang berkaitan dengan proses perpindahan obat dari gudang farmasi pusat ke gudang farmasi rawat inap maupun gudang farmasi rawat jalan. 3. Fungsi resep, merupakan fungsi untuk menambah, mengedit dan menghapus data-data yang berkaitan dengan proses pemberian obat ke pasien yang tercatat pada resep rawat inap maupun resep rawat jalan. 4. Fungsi pemberitahuan, merupakan fungsi untuk memberitahu user mengenai obat apa saja yang jumlah persediaannya sudah menyentuh reorder point yang kemudian dicetak pada surat permintaan. Surat tersebut yang berisi data hasil perhitungan metode EOQ pada masing-masing obat. 5. Fungsi laporan, merupakan fungsi untuk mencetak laporan yang berkaitan dengan rincian nilai persediaan obat di setiap gudang farmasi. 6. Fungsi peramalan, merupakan fungsi untuk meramalkan jumlah pemakaian obat yang kemudian hasilnya digunakan untuk mengupdate nilai reorder point dan economic order quantity dari masing-masing obat.

5.3 ANALISIS PENGUJIAN SISTEM Analisis pengujian sistem bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem commit to user bekerja. Analisis pengujian sistem ini terdiri dari analisis validasi program V-3

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

aplikasi, analisis validasi sistem dan analisis faktor penentu keberhasilan (critical sucess factor).

5.3.1 Validasi Program Aplikasi Kriteria yang diukur dalam tahap validasi program adalah keberhasilan komputer klien untuk terhubung dengan komputer server, keberhasilan rancangan database untuk menyimpan data-data yang dibutuhkan, keberhasilan rancangan interface untuk menyajikan tampilan seperti yang diinginkan dan keberhasilan program menerima informasi dan mengolahnya menjadi output yang diinginkan. 1. Keberhasilan Komputer Klien untuk Terhubung dengan Komputer Server Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa komputer klien dapat terhubung dengan komputer server dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan komputer klien dapat mengambil dan menyimpan data pada komputer server. Gambar 5.1 dan gambar 5.2 menunjukkan interface pada komputer client yang diakses pada alamat web kbspurworejo.co.id.

Gambar 5.1 Interface pada Komputer Klien

commit to user Gambar 5.2 Interface pada Komputer Klien (Alamat Web Akses) V-4

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

2. Keberhasilan Rancangan Database untuk Menyimpan Data-Data yang Dibutuhkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa database dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini ditunjukkan dengan database yang dapat difungsikan untuk menyimpan, mengedit dan menghapus data. 3. Keberhasilan Rancangan Interface untuk Menyajikan Tampilan Seperti yang Diinginkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa interface terlihat sesuai dengan rancangan pada browser-browser yang sering digunakan, seperti Mozilla Firefox dan Google Chrome. Gambar 5.3 merupakan contoh interface aplikasi pada browser Mozilla Firefox dan gambar 5.4 merupakan contoh interface aplikasi pada browser Google Chrome.

Gambar 5.3 Interface pada Browser Mozilla Firefox

commit to user

V-5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5.4 Interface pada Browser Google Chrome

4. Keberhasilan Program Menerima Informasi dan Mengolahnya Menjadi Output yang Diinginkan Hasil pengujian program aplikasi didapat bahwa program dapat menghasilkan output yang diinginkan. Output tersebut berupa laporan nilai persediaan obat dan surat permintaan pembelian. Contoh output laporan dalam bentuk PDF dapat dilihat pada gambar 5.5, gambar 5.6, gambar 5.7 dan gambar 5.8.

commit to user

V-6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5.5 Interface pada Output Surat Permintaan dalam PDF

commit to user

V-7

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5.6 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Pusat dalam PDF

commit to user

V-8

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5.7 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Rawat Inap dalam PDF

commit to user

V-9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Gambar 5.8 Interface pada Output Laporan Persediaan Gudang Rawat Jalan dalam PDF

5.3.2 Validasi Sistem Kriteria yang diukur dalam tahap validasi sistem informasi manajemen persediaan obat adalah proses-proses dalam sistem manajemen persediaan obat ini dapat berjalan sesuai dengan hasil rancangan. 1. Proses Merekap Data Obat Proses merekap data obat adalah proses pertama dalam sistem manajemen commit to user persediaan. Setiap data obat baru, seluruh identitasnya di input terlebih dahulu

V-10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

pada sistem. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 2. Proses Merekap Data Peneriman Obat Proses merekap data penerimaan obat adalah proses yang dilakukan ketika ada obat datang dari supplier. Seluruh data penerimaan yang terdapat pada nota transaksi diinput pada program. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 3. Proses Merekap Data Resep Rawat Inap dan Resep Rawat Jalan Proses merekap data resep rawat inap dan resep rawat jalan adalah proses menginput data yang tertulis pada resep rawat inap maupun resep rawat jalan. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 4. Proses Merekap Data Form Mutasi Rawat Inap dan Form Mutasi Rawat Jalan Proses merekap data form mutasi rawat inap dan form mutasi rawat jalan adalah proses menginput data yang tertulis pada kedua form tersebut. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 5. Proses Merekap Data Obat Retur Proses merekap data obat retur adalah proses yang dilakukan ketika ada obat retur dari pasien rawat inap. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 6. Proses Mencetak Surat Permintaan Proses mencetak surat permintaan adalah proses yang dapat dilakukan ketika terdapat obat yang jumlah persediaannya menyentuh reorder point. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 7. Proses Mencetak Laporan Nilai Persediaan Proses mencetak laporan nilai persediaan adalah proses yang dilakukan setiap bulan untuk melaporkan rincian dan total nilai persediaan pada masing-masing gudang. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik. 8. Proses Meramalkan Pemakaian Obat Proses meramalkan pemakaian obat adalah proses yang dilakukan setiap enam bulan sekali untuk mengupdate nilai reorder point dan economic order quantity commit to user

V-11

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dari masing-masing obat. Hasil pengujian sistem menunjukkan proses ini dapat berjalan dengan baik.

5.3.3 Faktor Penentu Keberhasilan Faktor penentu keberhasilan atau critical succes factor (CSF) adalah serangkaian keadaan yang harus dicapai agar sistem dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuannya. Keberhasilan implementasi sistem manajemen persediaan di gudang farmasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat dapat dilihat dari empat faktor, yaitu: 1. Dukungan Manajemen Dukugan manajemen merupakan hal yang penting dalam implementasi sistem informasi yang dilakukan. Tanpa adanya dukungan, implmentasi sistem informasi tidak akan tercapai dan tidak memberikan manfaat bagi organisasi. Dalam hal implementasi sistem informasi manajemen persediaan obat, manajemen Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat telah memberikan dukungannya.

Sehingga,

diharapkan

implementasi

sistem

informasi

manajemen persediaan obat dapat berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. 2. Data Obat yang Lengkap dan Akurat Data-data identitas obat yang dimiliki Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat sudah tersedia dengan lengkap dan akurat. Hal tersebut dapat membantu keberhasilan proses implementasi sistem informasi manajemen persediaan obat. 3. Keterlibatan Pengguna dalam Proses Evaluasi Program Pengguna sistem terdiri dari administrasi, pegawai gudang dan pemilik perusahaan. Semua pengguna tersebut telah melakukan evaluasi terhadap program aplikasi. Sehingga, aplikasi yang dirancang dapat sesuai dengan keinginan penggunanya. 4. Sosialisasi yang Intensif Sosialisasi diperlukan untuk memberitahukan kepada pengguna sistem agar tercipta sistem yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Sosialisasi juga dilakukan terhadap program aplikasi yang dibuat agar pengguna sistem tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya. commit to user

V-12

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5.4 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM APLIKASI Analisis ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang akan terjadi setelah program aplikasi diimplementasikan. Permasalahan yang berhasil diidentifikasi selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam perbaikan program aplikasi kedepannya. Dengan demikian program ini dapat terus digunakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui permasalah apa saja yang akan mucul, setidaknya diperlukan waktu selama tiga bulan. Hal tersebut dikarenakan kurva belajar sumber daya manusia yang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk dapat memahami program aplikasi secara menyeluruh. Pada bulan pertama, yaitu tahap pembelajaran. Pada tahap ini user masih mempelajari cara mengoperasikan masing-masing fungsi yang terdapat di dalam program. Pada bulan kedua, yaitu tahap pemahaman. Pada tahap ini user mulai paham cara mengoperasikan program tersebut. Pada bulan ketiga, yaitu tahap steady state. Pada tahap ini user telah menguasai seluruh fungsi yang terdapat di dalam program. Selain itu, user juga dapat mengetahui kekurangan dan permasalahan dari program yang telah dirancang.

5.5 ANALISIS PERAMALAN PEMAKAIAN OBAT Kegiatan peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang berdasarkan variabel yang ada. Dewasa ini peramalan penting untuk dilakukan karena sering menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, untuk melakukan peramalan ini perlu direncanakan secara matang agar hasil ramalan dapat lebih mendekati kenyataan yang ada. Sebelum melakukan peramalan, hal yang perlu dilakukan adalah mengetahui bagaimana pola data variabel history-nya. Dalam kasus ini, data variabel tersebut adalah data history agregasi pemakaian obat selama 24 bulan. Pola data dapat diperoleh dengan cara membuat diagram pencar dimana tiap variabel data akan diidentifikasi sebagai titik di sebuah grafik. Dengan demikian kumpulan seluruh titik variabel data ini, nantinya akan membentuk pola data history pemakaian obat. Pada gambar 4.1tomenunjukkan bahwa pola data bersifat commit user

V-13

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

campuran antara trend dan siklis dikarenakan data mengalami kenaikan dan fluktuasi dengan jangka waktu yang panjang. Oleh karena itu, dalam proses peramalan pemakaian obat untuk periode Juni 2013-Mei 2014, akan digunakan metode peramalan yang sesuai dengan pola tersebut. Adapun metode-metode peramalan tersebut yaitu Moving Average 3, Moving Average 4, Single Exponential Smoothing 0,9, Single Exponential Smoothing 0,1, Double Exponential Smoothing 0,9, Double Exponential Smoothing 0,1, Linear Exponential Smoothing, Winter’s Seasonal Exponential Smoothing dan Linear Regresion. Perhitungan pada kesembilan metode peramalan ini dilakukan agar dapat terpilih metode peramalan terbaik yang memiliki selisih hasil antara aktual dengan peramalan yang paling kecil. Jika hanya menggunakan satu metode secara langsung, maka peneliti tidak akan mengetahui apakah metode yang dipakai tersebut yang paling mendekati kenyataan. Setelah dilakukan peramalan pada ksembilan metode tersebut, kemudian dicari nilai Mean Average Deviation (MAD) untuk menghitung nilai keakuratan hasil peramalan. Penggunaan indikator MAD dalam menghitung selisih peramalan, didasarkan karena indikator ini sering akan digunakan sebagai perhitungan nilai standar deviasi pada safety stock. Pemilihan metode terbaik adalah metode yang memiliki MAD terkecil. Nilai MAD yang terkecil mengindikasikan bahwa rata-rata selisih antara data aktual dan hasil peramalan adalah yang paling kecil di antara metode yang lain. Dari tabel 4.12 didapatkan bahwa nilai MAD terkecil pada metode Liniear Regresion yaitu sebesar Rp. 3.615.959,- sehingga terpilih sebagai metode terbaik di antara yang lain. Dengan kata lain, data pada metode Liniear Regresion tersebut merupakan metode yang menghasilkan data peramalan paling akurat (eror terkecil) pada kasus ini. Setelah diperoleh metode Liniear Regresion yang memiliki MAD terkecil, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan jumlah perkiraan pemakaian obat untuk periode Juni 2013-Mei 2014. Untuk mendapatan perkiraan pemakaiannya dilakukan disagregasi dari satuan Rupiah pada hasil peramalan menjadi satuan unit masing-masing obat. commit to user

V-14

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

5.6 ANALISIS PERHITUNGAN SAFETY STOCK Safety stock yaitu material yang harus selalu tersedia dalam gudang yang berfungsi sebagai pengaman untuk mengantisipasi keadaan di mana terjadi kehabisan

stok

selama

lead

time.

Safety

stock

dihitung

dengan

mempertimbangkan besarnya tingkat/faktor pengaman. Besar safety stock dipengaruhi dan standar deviasi service level. Semakin besar standar deviasi dan service level maka semakin besar pula safety stock yang disimpan dalam gudang, demikian pula sebaliknya. Ini berarti biaya untuk penyimpanan barang akan semakin besar namun resiko terjadinya stock out akan semakin kecil. Selama ini besarnya safety stock ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga terdapat beberapa jenis obat yang mengalami stock out. Untuk menghindari hal tersebut, maka pada penelitian ini perhitungan safety stock obat prioritas I digunakan service level sebesar 99%. Dari hasil perhitungan safety stock pada tabel 4.13 terlihat bahwa rata-rata safety stock periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 56 unit. Nilai safety stock terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 264 unit dan terkecil pada obat Faktu 60 mg, Nystin dan Stesolid yaitu sejumlah 3 unit.

5.7 ANALISIS PERHITUNGAN REORDER POINT (ROP) Reorder point (ROP) atau pemesanan kembali merupakan suatu saat dimana harus diadakan pemesanan kembali. Titik ini menandakan bahwa pemesanan harus segera dilakukan untuk menggantikan persediaan yang telah digunakan. Jika titik pemesanan ditetapkan terlalu rendah, maka persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga operasi dapat terganggu. Namun, jika titik pemesanan yang ditetapkan terlalu tinggi maka persediaan baru sudah datang, sedangkan persediaan di gudang masih banyak. Kedaan ini mengakibatkan pemborosan biaya dan investasi yang berlebihan. Besar reorder point berbanding lurus dengan besar rata-rata pemakaian obat per minggu, lead time dan safety stock. Jadi semakin besar rata-rata pemakaian obat, lead time dan safety stock maka semakin besar pula tingkat reorder point. Selama ini besarnya reorder point juga ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga berdampak pada stock out beberapa jenis obat. Untuk menghindarinya, commit to user hasil perhitungan reorder point

V-15

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan sistem informasi manajemen persediaan. Dari hasil perhitungan reorder point pada tabel 4.14 terlihat bahwa rata-rata reorder point periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 129 unit. Nilai reorder point terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 907 tablet dan terkecil pada obat Nystin sejumlah 5 botol.

5.8 ANALISIS PERHITUNGAN EOQ Perhitungan Economic Order Quantity digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah pemesanan yang ekonomis dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan terhadap general material. Keputusan yang menyangkut berapa banyak jumlah yang harus dipesan merupakan hal yang penting dalam persediaan, terlebih lagi bila kebutuhan persediaan terdiri dari general material yang berbeda–beda, serta jumlah pesanan yang berbeda–beda. Model EOQ ditetapkan untuk menentukan berapa jumlah pesanan yang optimal sehingga dihasilkan total biaya persediaan yang minimum. Model ini dipilih karena pemesanan terhadap general material dilakukan secara terpisah dan kebutuhan pemakaian general material relatif tetap tiap bulannya. Selama ini besarnya nilai EOQ juga ditentukan berdasarkan perkiraan saja sehinggga berdampak pada kelebihan persediaan dan kadaluarsa. Untuk menghindarinya, hasil perhitungan EOQ masing-masing obat diintegrasikan dengan fungsi pemberitahuan pada rancangan sistem informasi manajemen persediaan. Penggunaan metode EOQ ternyata masih belum sesuai dengan fakta di lapangan karena beberapa asumsi yang digunakan masih kurang relevan. Salah satu contoh asumsi yang kurang relevan yaitu setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. Hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan karena masih ada beberapa pemesanan obat yang diterima lebih dari sekali pengiriman. Contoh yang lain yaitu lead time bersifat konstan, pada kenyataan di lapangan lead time setiap pengiriman dapat berbedabeda. Dari penjelasan tersebut maka metode manajemen persediaan yang lain perlu dikaji dan dibandingkan dengan metode ini. commit to user

V-16

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Dari hasil perhitungan economic order quantity pada tabel 4.15 terlihat bahwa rata-rata EOQ periode Juni 2013-Mei 2014 sebesar 252 unit. Nilai EOQ terbesar yaitu pada obat Melidox sejumlah 1041 tablet dan terkecil pada obat Faktu sejumlah 12 supp.

5.9 ANALISIS PERBANDINGAN MINIMASI TOTAL INVENTORY COST DENGAN TOTAL BIAYA PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI Total Inventory Cost (TIC) merupakan hasil penjumlahan total dari keseluruhan biaya yang terkandung pada biaya-biaya persediaan. Dimana pada perhitungan untuk mencari besarnya nilai Total Inventory Cost (TIC) didalamnya terdapat tiga elelmen biaya yaitu biaya pembelian, biaya pemesanan, serta biaya penyimpanan. Perhitungan Total Cost Inventory terdiri dari dua, yaitu perhitungan menurut perusahaan dan menurut metode Economic Order Quantity (EOQ). Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai Total Cost Inventory perusahaan sebesar Rp 6.417.022,00 dan perhitungan menurut metode Economic Order Quantity (EOQ) sebesar Rp 3.460.808,00. Total Inventory Cost menurut metode EOQ lebih baik dari metode yang digunakan oleh perusahaan, karena terbukti dapat meminimasi Total Inventory Cost sebesar Rp 2.956.214,00. Jika dibandingkan dengan total biaya pengembangan yang nilainya mencapai Rp 7.050.000,00 maka diperlukan waktu sekitar dua tahun lima bulan untuk mengembalikan nilai investasi pengembangan sistem informasi.

commit to user

V-17