Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
PERANAN DAN TANGGUNG JAWAB BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) TERKAIT KASUS ALBOTHYL MENURUT UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Oleh : Wahyu Simon Tampubolon Dosen Tetap STIH Labuhanbatu (
[email protected]) ABSTRAKSI Konsumsi masyarakat terhadap suatu produk obat – obatan dan makanan pada saat sekarang sangat tinggi, banyak faktor faktor yang mempengaruhi masyarakat mengkonsumsi obat-obatan dan makanan salah satunya dengan iklan dan promosi yang dilakukan pihak pelaku usaha dalam menjual dan mengedarkan produk obat dan makanan dengan modal iklan dan promosi tersebut dapat manarik daya tarik konsumen untuk membeli produk tersebut. Badan Pengawasan obat dan Makanan dalam hal ini mempunyai peran dan tanggungjawab terhadap peredaran setiap produk obat dan makanan guna memberi izin terhadap setiap produk produk obat dan makanan yang akan beredar di masyarakat, karena Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas dari Pemerintah di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pemerintah mempunyai peranan pengawasan dan pemberian sanksi yang tegas apabila terdapat kelalaian terhadap peredaran suatu produk obat dan makanan yang dapat membahayakan konsumen, karena dalam undang – undang perlindungan konsumen juga diatur hak hak konsumen untuk mendapat perlindungan hukum dan informasi yang benar terhadap suatu produk atau jasa. Karena dalam hal ini perlu ada aturan yang mengatur apabila konsumen dirugikan oleh pihak pelaku usaha atau pun kelalaian pemerintah terhadap suatu produk, barang atau jasa yang beredar dimasyarakat, Negara wajib menjamin hak-hak hukum warga negaranya. Badan Pengawasa Obat dan Makanan menjadi pihak pertama yang dipercayai pemerintah untuk memberi izin suatu produk dan makanan dapat dikonsumsi oleh masyarakat. Badan Pengawas Obat dan Makanan harus cermat, teliti dan bertindak profesional untuk mengeluarkan izin dan produksi suatu obat dan makanan yang akan diedarkan kepada masyarakat agar tidak ada permasalahan ataupun keluhan terhadap suatu produk obat dan makanan. Kata kunci : Konsumen, Perlindungan Hukum, albothyl mahluk hidup lain dan tidak untuk
I. PENDAHULUAN
diperdagangkan.
1.1 Latar Belakang Perlindungan
Konsumen
Terhadap
pruduk
obat-obatan dan makanan yang dapat
merupakan segala upaya menjamin
membahayakan
adanya
untuk
konsumen. Untuk memberikan rasa
hukum
keamanan atau perlindungan terhadap
sedangkan
masyarakat terkait adanya obat-obatan
konsumen adalah setiap orang pemakai
yang sudah beredar dimasyarakat dan
barang/jasa
dalam
ternyata mengandung bahan bahan
masyarakat, baik kepentingan diri
yang dapat membahayakan konsumen
sendiri, keluarga, orang lain maupun
disini perlu suatu bentuk perlindungan
kepastian
memberikan kepada
hukum
perlindungan
konsumen,
yang
tersedia
manusia
atau
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 69
Wahyu Simon Tampubolon
dari
ISSN Nomor 2337-7261
pemerintah.
Dalam
hal
ini
konsumennya baik di dalam maupun di
perlindungan konsumen juga mengatur
luar negeri. Maka telah di bentuk
tentang bidang kesehatan menyangkut
Badan Pengawas Obat dan Makanan
hal tersebut.
yang
Produk-produk obat dan mkanan terus
meningkat
perubahan
gaya
seiring
dengan
hidup
manusia
memiliki
maupun
jaringan
nasional
internasional
serta
kewenangan penegakan hokum. Peranan Badan Pengawas Obat
termasuk pada pola konsumsinya,
dan
sementara itu pengetahuan masyarakat
pengawasan dan izin suatu obat dan
masih
untuk
makanan sangat penting karena BPOM
memilih dan menggunakan
merupakan instansi yang ditunjuk oleh
produk obat dan makanan secara benar
pemerintah terkait pengawasan serta
dan aman. Pihak produsen dalam hal
izin terhadap suatu produk yang akan
menggunakan iklan dan promosi secara
diedarkan
gencar mendorong konsumen untuk
konsumen. Zaman sekarang banyak
mengkonsumsi secara berlebihan dan
sekali produk produk berupa makanan
sering kali tidak masuk akal. Perubahan
dan
teknologi
dimasyarakat
dapat
belum
memadai
produksi,
sistem
Makanan
obat
(BPOM)
kemasyarakat
obatan dan
terkait
atau
yang
beredar
ini
menjadi
perdagangan internasional dan gaya
fenomena terhadap konsumen yang
hidup
pada
tidak mengetahui bagaimana dampak
resiko
apabila suatu produk – produk tersebut
pada
tidak mendapat izin atau kelayakan
konsumen
realitasnya dengan
tersebut
meningkatkan
aplikasi
yang
luas
kesehatan dan keselamatan konsumen.
oleh BPOM.
Apabila terjadi produk obat dan
1.2 Perumusan Masalah
makanan terkontaminasi oleh bahan
Berdasarkan
uraian
latar
berbahaya maka resiko yang terjadi
belakang di atas, maka permasalahan
akan berskala besar dan luas serta
yang akan di bahas dirumuskan sebagai
berlangsung secara amat cepat. Untuk
berikut:
itu di Indonesia harus memiliki sistem
1. Bagaimana peranan, fungsi dan
pengawasan
obat
dan
makanan
tanggung jawab BPOM ?
(SISPOM) yang efektif dan efesien,
2. Bagaimana bentuk perlindungan
mampu mendeteksi, mencegah dan
hukum konsumen terhadap produk
mengawasi produk-produk termasuk
obat-obatan yang mengandung zat
untuk
berbahaya?
melindungi
keselamatan
dan
keamanan, kesehatan
1.3 Tujuan Penelitian Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 70
Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
dan juga pemerintah terkait izin suatu
maka yang menjadi tujuan penelitian
produk obat-obatan dan makanan yang
ini adalah:
beredar dimasyarakat
1. Untuk mengetahui dan menganalisis peranan, fungsi dan tanggung jawab
II. KERANGKA TEORI
BPOM.
Konsumen merupakan orang yang
2. Untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan
hukum
menggunakan atau memakai suatu barang
konsumen
atau jasa, jadi terhadap hal tersebut perlu
terhadap produk obat-obatan yang
Teori yang digunakan sebagai analisis
mengandung zat berbahaya.
dalam
penelitian
ini
adalah
teori
perlindungan hukum, karena berdasarkan
1.4 Manfaat Penelitian Kegiatan penelitian ini diharapkan
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat
dapat memberikan manfaat baik secara
3 yang berbunyi : Indonesia adalah negara
teoritis maupun praktis, yaitu: Dari
hukum. Ini berarti bahwa Indonesia adalah
segi teoritis, penelitian ini secara
negara yang berdasarkan atas hukum.
umum memberikan manfaat untuk
Karena dalam hal ini perlu ada aturan yang
memperbanyak
dan
mengatur apabila konsumen dirugikan
pengetahuan tentang perkembangan
oleh pihak pelaku usaha atau pun kelalaian
tentang
hukum
perlindungan
pemerintah terhadap suatu produk, barang
konsumen
dan
mengetahui
atau jasa yang beredar dimasyarakat,
wawasan
juga
lembaga
yang
berwenang
yang
Negara wajib menjamin hak-hak hukum
ditunjuk
pemerintah
hal
warga negaranya. Perlindungan hukum
mengeluarkan izin peredaran suatu
merupakan pengakuan terhadap harkat
produk makanan dan obat-obatan yang
dan martabat warga negaranya sebagai
bisa untuk dikonsumsi.
manusia.
dalam
Manfaat dari segi praktis, penelitian
Mempelajari Teori Perlindungan
ini diharapkan dapat menjadi masukan,
Hukum ini menjadi sangat penting.
wawasan dan menambah ilmu bagi
Prinsip perlindungan hukum terhadap
semua pihak yang berkaitan dengan
tindakan
perlindungan Konsumen, dan juga
bersumber dari konsep tentang pengakuan
hasil penelitian ini diharapkan dapat
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
dijadikan
bagi
manusia karena menurut sejarah dari
meningkatkan
barat, lahirnya konsep-konsep tentang
kesadaran terhadap apa saja yang harus
pengakuan dan perlindungan terhadap
diperhatikan konsumen, pelaku usaha
hak-hak asasi manusia diarahkan kepada
masyarakat
bahan dalam
masukan
pemerintah
bertumpu
dan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 71
Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
pembatasan-pembatasan dan peletakan
usaha dan pemerintah dalam menciptakan
kewajiban masyarakat dan pemerintah.
suatu kesadaran dalam untuk memberikan
Aspek dominan dalam konsep barat
perlindungan hukum terlebih terhadap
tertang hak asasi manusia menekankan
konsumen yang berada pada posisi tawar
eksistensi hak dan kebebasan
yang lemah.
melekat
pada
kodrat
manusia
yang dan
statusnya sebagai individu, hak tersebut
III.
berada di atas negara dan di atas semua
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
organisasi politik dan bersifat mutlak
Badan
Pengawasan
Obat
dan
sehingga tidak dapat diganggu gugat.
Makanan (BPOM) merupakan sistem
Karena konsep ini, maka sering kali
pengawasan
yang
dilontarkan kritik bahwa konsep Barat
pemerintah
sebagai
tentang hak-hak asasi manusia adalah
produk-produk dan makanan yang beredar
konsep yang individualistik. Kemudian
atau
dengan masuknya hak-hak sosial dan hak-
Berdasarkan Perpres No. 80 Tentang
hak ekonomi serta hak kultural, terdapat
Badan Pengawasan dan Makanan: 1
kecenderungan mulai melunturnya sifat
1. Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
di
pasarkan
fungsi
ke
oleh
terhadap
masyarakat.
indivudualistik dari konsep Barat. Dalam
yang
merumuskan prinsi-prinsip perlindungan
pemerintah
hukum di Indonesia, landasannya adalah
menyelenggarakan
Pancasila sebagai ideologi dan falsafah
pemerintahan di bidang pengawasan
negara. Konsepsi perlindungan hukum
obat dan makanan.
bagi rakyat di Barat bersumber pada
selanjutnya
dilakukan
2. BPOM
adalah
lembaga
nonkementerian
berada
yang urusan
dibawah
dan
konsep-konsep Rechtstaat dan ”Rule of
bertanggungjawab kepada Presiden
The
melalui
Law”.
Dengan
menggunakan
menteri
yang
konsepsi Barat sebagai kerangka berfikir
menyelenggarakan
dengan landasan pada Pancasila, prinsip
pemerintahan dibidang kesehatan.
perlindungan hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan
urusan
3. BPOM dipimpin oleh Kepala.
dan perlindungan
Sesuai pasal 2 Perpres No. 80
terhadap harkat dan martabat manusia
Tentang Badan Pengawasan dan Makanan
yang bersumber pada Pancasila.
tugas BPOM adalah:2
Terhadap hal tersebut bisa membuat
1. Badan Pengawasan Obat Dan Makanan
keseimbangan antara konsumen, pelaku
mempunyai tugas menyelenggarakan
1
2
Perpres No. 80 Tentang Badan Pengawasan dan
Makanan
Perpres No. 80 Tentang Badan Pengawasan dan
Makanan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 72
Wahyu Simon Tampubolon
tugas
ISSN Nomor 2337-7261
pemerintah
di
bidang
f. pemberian
bimbingan
teknis
dan
pengawasan obat dan makanan sesuai
supervisi dibidang pengawasan obat
dengan
dan makanan.
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
g. pelaksanaan
2. Obat dan Makanan sebagaimana
penindakan
terhadap
ketentuan
peraturan
pelanggaran
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
perundang-undangan
obat,
pengawasan obat dan makanan.
bahan
obat,
narkotika,
psikotropika, prekursor, zat adiktif,
h. koordinasi
dibidang
pelaksanaan
tugas,
obat tradisional, suplemen kesehatan,
pembinaan, dan pemberian dukungan
kosmetik dan pangan olahan.
administrasi kepala seluruh unsur
BPOM juga mempunyai Fungsi
organisasi dilingkungan BPOM.
terhadap pelaksanaan dan pengawasan
i. pengelolaan barang milik/kekayaan
obat dan makanan terdapat pada pasal
negara yang menjadi tanggunjawab
(3):3
BPOM.
Dalam melaksanakan tugas pengawasan obat
dan
makanan.
j. pengawasan atas pelaksanaan tugas
BPOM
dilingkungan BPOM.
menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan dibidang
k. pelaksanaan dukungan yang bersifat
kebijakan pengawasan
nasional obat
substansif kepada seluruh organisasi
dan
dilingkungan BPOM.
makanan.
Sesuai pasal 4 Perpres No. 80
b. pelaksanaan dibidang
kebijakan
pengawasan
nasional obat
Tentang Badan Pengawasan dan Makanan BPOM mempunyai wewenang:4
dan
makanan.
a. menerbitkan izin edar produk dan
c. penyusunan dan penetapan norma,
sertifikat sesuai dengan standar dan
standar, prosedur dan kriteria dibidang
persyaratan
Pengawasan sebelum beredar dan
khasiat/manfaat
Pengawasan setelah berdedar.
pengujian obat dan makanan sesuai
d. pelaksanaan beredar
dan
Pengawasan Pengawasan
sebelum
dengan
setelah
keamanan, dan
mutu,
ketentuan
serta
peraturan
perundang-undangan.
berdedar.
b. melakukan intelijen dan penyidikjan di
e. koordinasi pelaksanaan pengawasaan
bidang pengawasan obat dan makanan
obat dan makanan dengan instansi
sesuai dengan ketentuan peraturan
pemerintah pusat dan daerah.
perundang-undangan, dan
3
4
Perpres No. 80 Tentang Badan Pengawasan dan
Makanan
Perpres No. 80 Tentang Badan Pengawasan dan
Makanan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 73
Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
c. pemberian sanksi administratif sesuai dengan
ketentuan
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan
perundang-
pendidikan konsumen;
undangan.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani
Maka dengan ketentuan fungsi BPOM
tersebut
pihak
secara benar dan jujur serta tidak
BPOM
diskriminatif;
menjalankan fungsi dan wewenang sesuai
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi,
dengan ketentuan yang berlaku, supaya
ganti rugi/penggantian, apabila barang
obat
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai
dan
makanan
yang
beredar
dimasyarakat memiliki standarisasi untuk
dengan
di konsumsim/dipakai oleh masyarakat
sebagaimana mestinya;
dan konsumen mendapat perlindungan
perjanjian
tidak
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan
hukum sesuai dengan Pasal 4 Undang-
peraturan
undang
lainnya.
Perlindungan
atau
Konsumen
perundang-undangan
(UUPK), Hak-hak Konsumen adalah :5 1. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan
dalam
Upaya perlindungan konsumen di
mengkonsumsi
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang
barang dan/atau jasa;
Nomor
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa
serta
mendapatkan
8
Tahun
1999
tentang
Perlindungan konsumen Pasal 2. Ada 5 asas perlindungan konsumen yaitu:6
barang
dan/atau jasa tersebut sesuai dengan
1. Asas Manfaat
nilai tukar dan kondisi serta jaminan
Asas ini mengandung makna bahwa
yang dijanjikan;
penerapan UUPK harus memberikan
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan
jujur
mengenai
kondisi
manfaat yang sebesar-besarnya kepada
dan
kedua pihak, konsumen dan pelaku
jaminan barang dan/atau jasa;
usaha. Sehingga tidak ada satu pihak
4. Hak untuk didengar pendapat dan
yang
kedudukannya
lebih
tinggi
keluhannya atas barang dan/atau jasa
dibanding pihak lainnya. Kedua belah
yang digunakan;
pihak harus memperoleh hak-haknya.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi,
2. Asas Keadilan
perlindungan dan upaya penyelesaian
Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal
sengketa
4-7 UUPK yang mengatur mengenai
perlindungan
konsumen
secara patut;
hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas
5
6
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. Kedua, (Yogyakarta: Liberty, 1999 ), hal. 33
Undang undang Perlindungan Konsumen
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 74
Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
ini konsumen dan pelaku usaha dapat
menghindarkannya dari akses negatif
memperoleh haknya dan menunaikan
pemakaian barang dan/atau jasa;
kewajibannya secara seimbang.
3. Meningkatkan
3. Asas Keseimbangan
pemberdayaan
konsumen dalm memilih, menentukan
Melalui penerapan asas ini, diharapkan
dan
menuntut hak-haknya sebagai
kepentingan konsumen, pelaku usaha
konsumen;
serta pemerintah dapat terwujud secara
4. Menciptakan
sistem
perlindungan
seimbang, tidak ada pihak yang lebih
konsumen yang mengandung unsur
dilindungi.
kepastian Hukum dan keterbukaan
4. Asas Keamanan dan Keselamatan
informasi
Konsumen
serta
akses
untuk
mendapatkan informasi;
Diharapkan penerapan UUPK akan
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
memberikan jaminan atas keamanan
mengenai pentingnya perlindungan
dan keselamatan konsumen dalam
konsumen sehingga tumbuh sikap yang
penggunaan,
jujur dan bertanggung jawab dalam
pemakaian,
dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
berusaha;
dikonsumsi atau digunakan.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau
5. Asas Kepastian Hukum
jasa yang menjamin kelangsungan
Dimaksudkan agar baik konsumen dan
usaha produksi barang dan/atau jasa,
pelaku usaha mentaati hukum dan
kenyamanan,
memperoleh
konsumen.
keadilan
penyelenggaraan
dalam
perlindungan
Badan
dan
keselamtan
Pengawasa
Makanan
kepastian hukum.
albothyl yang sudah beredar dimasyarakat
konsumen
tujuan
menurut
terhadap
dan
konsumen, serta negara menjamin
Adapun
(BPOM)
Obat
kasus
menyampaikan hal-hal sebagai berikut:8
Perlindungan Undang-Undang
1.
Albothyl
merupakan
obat
bebas
Nomor 8 Tahun 1999, bertujuan untuk: :7
terbatas berupa cairan obat luar yang
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan
mengandung policresulen konsentrat
dan kemandirian konsumen untuk
dan digunakan untuk hemostatik dan
melindungi diri;
antiseptik pada saat pembedahan,
2. Mengangkat konsumen
harkat
dan
dengan
martabat
serta penggunaan pada kulit, telinga,
cara
hidung,
7 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, ( Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 44
tenggorokan
(THT),
8
https://health.detik.com/read/2018/02/15/201536/3869860/76 3/penjelasan-resmi-bpom-soal-isu-keamanan-albothyl, diakses tanggal 26 fubruari 2018.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 75
Wahyu Simon Tampubolon
sariawan,
2.
gigi
dan
vaginal
luar konsentrat hingga perbaikan
(ginekologi).
indikasi yang diajukan disetujui.
BPOM RI secara rutin melakukan
Untuk
pengawasan keamanan obat beredar
diberlakukan hal yang sama.
di
3.
ISSN Nomor 2337-7261
Indonesia
melalui
sistem
6.
kepada
PT.
akan
Pharos
Indonesia (produsen Albothyl) dan
bahwa obat beredar tetap memenuhi
industri farmasi lain yang memegang
persyaratan keamanan, kemanfaatan
izin
dan mutu.
policresulen dalam bentuk sediaan
Terkait pemantauan Albothyl, dalam
cairan
2 tahun terakhir BPOM RI menerima
diperintahkan untuk menarik obat
38 laporan dari profesional kesehatan
dari peredaran selambat-lambatnya 1
yang
dengan
(satu) bulan sejak dikeluarkannya
keluhan efek samping obat Albothyl
Surat Keputusan Pembekuan Izin
untuk
Edar.
menerima
pasien
pengobatan
sariawan
yang
berlubang
sariawan,
membesar
hingga
7.
dan
edar
menyebabkan
8.
Bagi
masyarakat
penggunaan
masyarakat
asosiasi
mengatasi
pengkajian
konsentrat
obat
tersebut.
menggunakan
melakukan
luar
dan
dari universitas dan klinisi dari terkait
mengandung
BPOM RI mengimbau profesional
menghentikan
BPOM RI bersama ahli farmakologi
profesi
obat
obat
kesehatan
infeksi (noma like lession).
telah aspek
yang
obat
terbiasa
ini
sariawan,
untuk dapat
menggunakan obat pilihan lain yang
keamanan obat yang mengandung
mengandung
policresulen dalam bentuk sediaan
povidone iodine 1%, atau kombinasi
cairan obat luar konsentrat dan
dequalinium chloride dan vitamin C.
diputuskan tidak boleh digunakan
Bila sakit berlanjut, masyarakat agar
sebagai hemostatik dan antiseptik
berkonsultasi dengan dokter atau
pada
apoteker
saat
pembedahan
serta
penggunaan pada kulit (dermatologi);
di
benzydamine
sarana
HCl,
pelayanan
kesehatan terdekat.
telinga, hidung dan tenggorokan
5.
Selanjutnya
sejenis
farmakovigilans untuk memastikan
diantaranya efek samping serius yaitu
4.
produk
9.
Bagi profesional kesehatan yang
(THT); sariawan (stomatitis aftosa);
menerima keluhan dari masyarakat
dan gigi (odontologi).
terkait efek samping penggunaan obat
BPOM RI membekukan izin edar
dengan kandungan policresulen atau
Albothyl dalam bentuk cairan obat
penggunaan
obat
lainnya,
dapat
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 76
Wahyu Simon Tampubolon
ISSN Nomor 2337-7261
melaporkan
kepada
melalui
website:
BPOM
RI
pelaku usaha dan juga konsumen, dalam
www.e-
hal ini konsumen yang memiliki posisi
meso.pom.go.id.
terlemah
harus
mendapatkan
10. BPOM RI mengajak masyarakat
perlindungan hukum oleh pemerintah
untuk selalu membaca informasi yang
dimana BPOM merupakan instansi yang
terdapat pada kemasan obat sebelum
ditunjuk
digunakan, dan menyimpan obat
pengawasan terhadap obat dan makanan.
oleh
pemerintah
untuk
tersebut dengan benar sesuai yang tertera pada kemasan. Ingat selalu
IV. KESIMPULAN
CEK KLIK (Cek Kemasan, informasi
Berdasarkan Pembahasan yang
pada Label, Izin Edar, Kedaluwarsa).
telah
Masyarakat dihimbau untuk tidak
sebelumnya
mudah terprovokasi isu-isu terkait
kesimpulan sebagai berikut:
obat dan makanan yang beredar
1. Badan Pengawasan Obat dan Makanan
melalui media sosial.
dikemukakan
(BPOM)
maka
secara
pada
bab-bab
dapat
diambil
hukum
sudah
Berdasarkan uraian diatas tentang
mempunyai kedudukan yang kuat
tugas dan fungsi utama dari BPOM adalah
untuk membuat suatu kebijakan di
melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang obat dan makanan dalam rangka
bidang pengawasan Obat dan Makanan,
pelaksanaan pengawasan obat dan
dan
makanan
memiliki
wewenang
untuk
yang
beredar
di
menyusunan rencana nasional secara
masyarakat,Kedudukan Badan POM
makro
sebagai lembaga Pemerintah Non
di
bidangnya,
Perumusan
kebijakan di bidangnya untuk mendukung
Departemen bila ditinjau dari segi
pembangunan secara makro, Penetapan
pembentukan peraturan perundang-
sistem informasi di bidangnya, Penetapan
undangan di Indonesia maka sebagai
persyaratan penggunaan bahan tambahan
Lembaga Pemerintah Non Departemen
(zat aditif) tertentu untuk makanan dan
yang bertanggung jawab langsung
penetapan pedoman peredaran Obat dan
kepada Presiden, diperintahkan oleh
Makanan, Pemberi izin dan pengawasan
Undang-Undang untuk mengajukan
peredaran Obat serta pengawasan industri
prakarsa kepada Presiden dalam hal
farmasi, Penetapan pedoman penggunaan
pengajuan
konservasi,
perundang-undangan
pengembangan
dan
pembentukan
peraturan sepanjang
pengawasan tanaman Obat dan juga
menyangkut di bidang pemerintah, di
perlindungan
memang
bidang obat dan makanan dalam
memiliki keterkaitan antara pemerintah
rangka mengambil suatu kebijakan
konsumen
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 77
Wahyu Simon Tampubolon
terhadap
ISSN Nomor 2337-7261
peraturan
perundangLubis. M. Solly, 1994. Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju,
undangan yang berlaku. 2. Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Nasution. A.Z, 2001. Hukum Perlindungan Konsumen, Suatu Pernyataan, Cetakan Kedua Jakarta: Diadit Media,
(BPOM) dalam hal terkait adanya pelanggaran terhadap izin beredarnya suatu
obat
dan
mengandung
zat
makanan yang
yang
Waluyo. Bambang, 1996. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika,
berbahaya
mempunyai aturan dan sanksi yang tegas
sesuai
dengan
perundang-undangan untuk
memberikan
Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Nomor 8 Tahun
ketentuaan
yang
berlaku
1999
Tentang Perlindungan Konsumen.
perlindungan
Perpres No. 80 Tentang Badan Pengawasan
hukum terhadap konsumen.
dan Makanan
DAFTAR PUSTAKA Buku-buku : Sudikno Mertokusumo, 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Cet. Kedua, Yogyakarta: Liberty,
Internet https://health.detik.com/read/2018/02/15/2015
Janus Sidabalok, 2006. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
fubruari 2018
36/3869860/763/penjelasan-resmi-bpom-soalisu-keamanan-albothyl diakses tanggal 26
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 06. No. 01 Maret 2018 78