DOWNLOAD FULLTEXT - JURNAL ILMIAH MAHASISWA

Download kulit, sariawan dan bahan penjernih pada industri bir. Dalam bidang industri kulit dan tekstil, gambir sering digunakan sebagai bahan penya...

0 downloads 524 Views 418KB Size
1

PENDAHULUANSumatera Barat merupakan salah satu daerah penghasil gambir terbesar di Indonesia, sentral produksi gambir yang potensial terdapat didaerah Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Lima Puluh Kota. 1 Tahun 2002 luas areal tanaman gambir seluruh Sumatera Barat 21.812 Ha dengan produksi 13.189 ton pertahun yang menempatkan Sumatera Barat sebagai pemasok lebih dari 80% produksi gambir terbesar di Indonesia.2 Komunitas yang dibahas dalam hal ini adalah kehidupan masyarakat petani gambir yang mengalami pasang surut. Menariknya permasalahan ini untuk dikaji, pertama; Perkembangan sosial ekonomi petani gambir mulai tampak semenjak bergantinya sistem pengolahan gambir dari cara lama ke semi modern. Sebelumnya pengolahan gambir di Siguntur masih secara tradisional dikenal dengan istilah Kampo Batokok yang peralatannya terbuat dari kayu dan cara pengolahannya lebih sulit sehingga getah yang dihasilkan masih terbatas berkisar antara 15 sampai 20 kg/hari dan belum memberikan pengaruh yang besar bagi peningkatan nilai tambah produksi. Kedua; Pergantian sistem pengolahan gambir memberikan pengaruh terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat petani dan memicu munculnya berbagai lembagalembaga baru baik secara individu maupun kelompok. Segi ekonomi selain tempat tinggal, gaya hidup dan pendidikan masyarakat petani gambir sudah dapat mandiri dengan mempunyai modal untuk biaya perawatan dan biaya panen. Sebelumnya toke (pedagang pengumpul) yang menanggung seluruh biaya termasuk memberikan pinjaman untuk biaya perawatan lahan dan panen. Segi sosial masyarakat petani gambir mulai giat menanam dan merawat perkebunan dengan bekerjasama secara perorangan maupun berkelompok yang disebut dengan

istilah konsi. Adapun sistem kerja konsi adalah secara bergiliran dan setiap anggota mendapat giliran tergantung banyaknya anggota yang ikut bekerja. Selain itu setiap hari jumat petani tidak pergi keladang karena merupakan hari besar umat islam dan juga hari berkumpul bersama keluarga, kerabat dan kawan-kawan.3 Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui lebih dalam tentang “Petani Gambir: Studi Sejarah Sosial Ekonomi Di Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan (1993-2009)“. Secara temporal (waktu), peneliti membahas perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani gambir dari tahun 19932009. Batasan ini diambil karena pergantian pengolahan gambir dimulai semenjak tahun 1993, sedangkan batasan akhir tahun 2009 karena terjadinya gempa bumi yang berdampak buruk terhadap masyarakat petani gambir di Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Agar lebih fokusnya penelitian ini maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. BagaimanaPerkembangan Produksi dan Pendapatan Petani Gambir Di Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 1993-2009 ? 2. Bagaimana Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Petani Gambir Di Kenagarian Siguntur Kecamatan XI Tarusan Kabupaten Pesisir Kabupaten Tahun 1993-2009 ? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1. Memperoleh gambaran menegenai Perkembangan Produksi dan Pendapatan Petani Gambir Di Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan 1993-2009. 2. Memperoleh gambaran mengenai Dampak Perkembangan Terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Petani

1

Firdaus jamsan, ST : Difersifikasi Produk gambir. Balai riset dan standardisasi industri dan perdagangan, Departemen Perindustrian RI. 2 Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka Tahun 2002.

3

Wawancara; Sasriadi S.Pd.I (Wali Nagari Siguntur) 12 februari 2015.

2

Gambir Di Kenagarian Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 19932009. Skripsi Undri yang berjudul “Sejarah Sosial Ekonomi Petani Karet di Desa Kampung Parik Silayang Kecamatan Rao Mapat Tunggul (1974-1998)”. skripsi sastra sejarah Unand padang (1998), Skripsi ini menjelaskan bahwa pembuatan jalur transportasi berpengaruh terhadap pendapatan dan kehidupan sosial ekonomi petani karet. Juga berpengaruh terhadap gaya hidup seperti pemilikan barang mewah, bentuk rumah, pendidikan dan kesehatan.4 Ezilva Meriska dengan judul “Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Jorong Tanjung Beringin Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII kabupaten Sijunjung (2000-2011)”. Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat 2009, skripsi ini menjelaskan tentang perubahan sosial ekonomi masyarakat Jorong Tanjung Beringin dari petani sawah dan karet beralih ke pertambangan emas.5 Sementara itu pembahasan tentang petani gambir dalam bentuk karya ilmiah sudah banyak ditemukan. Penulis juga menggunakan karya ilmiah. Selain karya ilmiah juga digunakan artikel-artikel mengenai Petani gambir yang dimuat di internet, serta buku-buku yang berhubungan dengan Petani. Petani Peasant (Subsistance farmers) adalah petani yang memiliki lahan sempit, bercocok tanam, beternak didaerah pedesaan tidak didalam ruangan yang tertutup di tengahtengah kota dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian yang diperoleh untuk kepentingan mereka sendiri. Sedangkan petani

farmers adalah orang-orang yang hidup dan memanfaatkan sebagian besar hasil pertanian yang diperoleh untuk dijual. 6 Jadi intinya sebagian besar masyarakat Siguntur termasuk kedalam golongan Petani Farmers karena jenis pertanian yang dilakoni oleh masyarakat adalah Gambir, yang mana gambir merupakan salah satu komoditi ekspor. Gambir adalah ekstrak daun yang diperoleh dari tanaman Uncarian Gambir Roxb. Gambir banyak dipergunakan ssebagai bahan baku dalam industri kosmetik, tekstil, obat-obatan dan manfaat lainnya. Kegunaan gambir secara tradisional adalah sebagai pelengkap makan sirih sedangkan secara industri gambir digunakan sebagai bahan obat seperti diare, disentri, obat kumur-kumur, sakit kulit, sariawan dan bahan penjernih pada industri bir. Dalam bidang industri kulit dan tekstil, gambir sering digunakan sebagai bahan penyamak kulit dan untuk pewarna tekstil7. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam sejarah sosial ekonomi masyarakat. Menurut Sartono Kartodirjo studi sejarah sosial merupakan gejala sejarah yang memanifestasikan suatu kelompok, adapun yang dimanifestasikan dalam kehidupan sosial tersebut tentang kehidupan keluarga, pendidikan, gaya hidup, perumahan, makanan maupun pakaian8. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dalam bentuk deskriptif analisis. Melalui beberapa tahap yaitu: Heuristik, Kritik sumber,

4

6

Undri,(1998), Sejarah Sosial Ekonomi Petani Karet di Desa kampung Parik SilayangKecamatan Rao Mapattunggul(Suatu Kajian Historis1974-1998), Skripsi, Sastra Sejarah Unand Padang. 5 Meriska, Ezilva (2009),Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Jorong Tanjung Beringin Nagari Tanjung Kecamatan Koto VII kabupaten Sijunjung (Suatu Kajian Historis 2000-2011). Padang. Jurusan Sejarah STKIP PGRI SUMBAR.

Loekman Soetrisno. Paradigma Baru Pembangunan dalam sebuah tinjauan sosiologi (Jogjakarta: Kanitus, 2000) 7 Departemen Perindustrian Dan Perdagangan: Penjelasan Standar Mutu Gambir (SNI 01-3551-2000).Balai Riset dan Standardisasi Industri Dan PerdaganganPadang. 8 Sartonokartodirdjo.1993.Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah ( Jakarta: PT Gramedia Utama).

3

Interpretasi, dan Historiografi. 9 Pertama, Heuristik (dari bahasa Yunani Heuriskein = menemukan), mengumpulkan data dari kantor Wali Nagari, wawancara, Badan Pusat Statistik, PERTABUN Pesisir Selatan dan Kesbangpol Pesisir Selatan, baik berupa arsip, dokumen yang didalamnya tercakup mengenai data-data tentang Petani gambir maupun datadata yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kedua, dilakukan kritik sumber yaitu melakukan pengujian data yang ditemukan melalui kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal yang peneliti lakukan yaitu melakukan pengujian otentitas atau keaslian arsip yang diperoleh dari Kantor Wali Nagari, Badan Pusat Statistik PERTABUN Pesisir Selatan maupun Kesbangpol Pesisir Selatan yang berhubungan dengan petani gambir di Nagari Siguntur kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yang didapat. Ketiga, tahap interpretasi yaitu data yang telah dikritik kemudian dihubungkan dengan fakta yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya untuk mencari kebenaran sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipercaya keabsahannya. Selanjutnya tahap. Keempat, Historiografi yaitu, dilakukan penulisan dalam bentuk karya ilmiah yaitu berupa skripsi dengan mengikuti langkah-langkah diatas diharapkan dalam penelitian ini didapat hasil penelitian yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat.

tidak bisa menggunakan tenaga manusia sementara katrol berfungsi untuk tarik-menarik tetapi pada intinya sama-sama alat berat. Survei yang dilakukan PT. Igasar dan Mahasiswa Unand sangat memberikan pengaruh yang besar terhadap masyarakat Nagari Siguntur. Pada tahun 1993 masyarakat mulai mengganti cara pengolahan menggunakan alat teknologi. Tahun 1996 seluruh masyarakat petani gambir telah mengganti pengolahan gambir menggunakan teknologi karena untuk membeli alat tersebut tentunya membutuhkan biaya cukup maha, untuk satu unit dongkrak hidrolik harganya jutaan bahkan mencapai puluhan juta, sedangkan untuk satu set katrol (pengait, gear dan rantai) harganya sampai Rp. 5000.000-, semua tergantung merek yang dibeli sehingga butuh proses untuk mengganti cara pengolahan tradisional ke semi modern. Selain itu semua peralatan yang berhubungan dengan kampo batokok diganti dengan peralatan teknologi. 10 Gambir yang bisa untuk dijual adalah gambir yang sudah dicetak dan kering berbentuk pasta dengan cara dijual kepada toke atau pedagang pengumpul. Pada periode ini pedagang membeli gambir langsung kerumah petani karena jika dibawa kerumah toke membutuhkan waktu yang lama dan menguras tenaga karena jauh, oleh sebab itu toke langsung membeli gambir kerumah petani dengan menggunakan kendaraan seperti becak sepeda yang dapat mengangkut 150 - 200 kg gambir dalam satu kali angkut dan itu tergantung kekuatan pekerja. Tahun 1990, harga gambir mengalami peningkatan yaitu Rp. 4.000,- /Kg. Tahun 1995 juga mengalami peningkatan Rp. 7.000,/Kg dan tahun 1998 merupakan puncak naiknya harga gambir yaitu mencapai Rp. 15.000,- /Kg. Meningkatnya gambir pada saat itu disebabkan karena naiknya harga dollar dimana harga gambir diukur berdasarkan dollar, tinggi rendahnya harga dollar berpengaruh terhadap harga gambir.11

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Awal perkembangan petani gambir tahun 1993-1998 Pengolahan teknologi ada dua macam, yaitu; menggunakan dongkrak hidrolik dan menggunakan katrol atau alat derek, untuk katrol merupakan modifikasi dari kampo batokok. Kedua alat ini mempunyai fungsi yang berbeda, dongkrak berfungsi untuk mengangkat benda-benda berat yang

10

Wawancara; Syafrul, S.Ip, 53 tahun (Sekretaris Nagari Siguntur) 23 Juli 2015. 11 Wawancara; Dirismi, S. Pd.I, 44 tahun (petani gambir) tanggal 7 Agustus 2015.

9

Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. terj. Nugroho Notosusanto . (Jakarta:UIP). hlm.34

4

Kegiatan sosial lain juga tampak terlihat dalam urusan perkebunan gambir. Masyarakat membuat kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih dengan cara bekerja dikebun atau ladang gambir secara bergantian dan itu tergantung kesepakatan yang dibuat. Bagi anggota yang tidak bisa datang karena halangan atau alasan tertentu maka anggota tersebut harus membayar denda sebanyak satu hari bekerja atau bisa juga mencari orang lain sebagai penggantinya Kegiatan ini dinamakan konsi yang dapat meningkatkan produksi dengan melakukan penyiangan secara bersama sehingga pekerjaan terasa ringan dan juga dapat memupuk persatuan antara satu sama lain. Pergantian pengolahan gambir selain memberikan dampak sosial juga memberikan dampak ekonomi terhadap kehidupan masyarakat. Berbagai macam lembaga ekonomi muncul yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Pada tahun 1998 Pemerintah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan mendirikan KOPSIM (Koperasi Syirkah Muawanah) yang membuka sistem simpan pinjam dalam bentuk pinjaman dana dan dapat dibayar pasca panen atau sesudah panen, kemudian KOPSIM juga menyediakan berbagai macam peralatan kempa. Pemerintah Nagari Siguntur membuat suatu kelompok bagi para petani dengan cara memberikan pinjaman dan dibayar setiap minggu, terdapat 7 kelompok tani yang tergabung dalam sebuah lembaga yang dinamakan GAPOKTAN (Gabungan kelompok Tani). Kelompok tani ini terdiri dari kumpulan petani gambir dan sawah. Selain lembaga ekonomi yang dibuat oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Nagari terdapat juga lembaga ekonomi yang berasal oleh masyarakat, seperti julo-julo. Lembaga ekonomi julo-julo merupakan lembaga yang berbentuk arisan keliling yang terdiri dari seorang ketua dan beberapa anggota dan juga meminjamkan uang kepada anggota dengan pembayaran perhari, perminggu maupun perpanen berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.12

2. Masa Panceklik Petani Gambir Tahun 2000-2002 Luas lahan gambir dari tahun 2000 sampai tahun 2001 di Kenagarian Siguntur mengalami penurunan dengan luas lahan 489,70 Ha dan produksi 243,25 ton. Tahun 2002 luas lahan semakin berkurang menjadi 492,80 dengan produksi 269,30. Hal ini disebabkan karena harga jual gambir murah sehingga banyak lahan yang tidak terawat karena untuk melakukan perawatan membutuhkan biaya sehingga petani terpaksa harus melalui masa sulit tersebut dengan lapang dada. Hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut; Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Gambir Di Nagari Siguntur Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten pesisir Selatan Tahun 2000-2009 No Tahun Luas lahan Produksi 1. 2000 510,00 257,06 2. 2001 492,80 269,30 3. 2002 489,70 243,25 4. 2003 523,90 302,20 5. 2004 573,00 307,40 6. 2005 573,375 328,18 7. 2006 574,50 359,80 8. 2007 595,00 327,36 9. 2008 632,00 389,28 10. 2009 642,00 377,86 Sumber: Surat Keterangan Luas Lahan Pemerintah Nagari Siguntur. Jika dicermati dari data Kenagarian Siguntur Jumlah produksi di tahun 2000 produksi gambir sebanyak 257,06 ton dengan luas lahan 510,00 Ha. Dilihat berdasarkan data kabupaten pesisir Selatan produksi berkurang menjadi 1.542,40 ton dengan luas lahan sama dengan tahun 1999 yaitu 3.060 Ha, 13 tetapi jumlah produksi berkurang dan pada tahun 2002 harga gambir turun drastis mencapai Rp. 5.000,- /Kg. Turunnya harga gambir berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat petani gambir. Semenjak adanya kebijakan perdagangan bebas di dunia internasional para

12

13

Wawancara; Marlina, 38 tahun (Ketua Julo-julo) tanggal 31 Juli 2015.

Badan Pusat Statistik Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2000.

5

investor asing bebas masuk ke Indonesia dan mendirikan perusahaan sehingga bisnis mereka tetap lancar, mereka bebas menentukan harga dengan tujuan meraut untung yang besar tanpa memikirkan nasib petani gambir yang sangat berperan penting dalam produksi sehingga hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi pedagang terutama investor.14 Tahun 2000 harga gambir berangsur turun, dan pada tahun 2002 harga gambir turun drastis mencapai Rp. 5.000,- /Kg. Turunnya harga gambir berdampak buruk terhadap ekonomi masyarakat petani gambir. Pendapatan yang mereka peroleh tidak sebanding dengan pengeluaran, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak mencukupi sehingga banyak petani mencari pekerjaan lain keluar dari kampung. Selain berakibat buruk terhadap ekonomi masyarakat, lahan masyarakat juga banyak yang tidak terawat karena pendapatan mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan untuk perawatan kebun gambir membutuhkan biaya yang lumayan mahal.15 Rendahnya harga gambir di Nagari Siguntur berakibat terhadap penghasilan masyarakat petani gambir yang hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari seperti sandang dan pangan. Gaya hidup, pendidikan dan kesehatan tidak begitu terlihat disebabkan karena kurangnya biaya. Banyak anak petani gambir yang putus sekolah akibat turunnya harga jual gambir dan lebih memilih bekerja karena sekolah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Turunnya harga gambir membuat sebagian masyarakat Siguntur menjadi putus asa sehingga masyarakat memilih untuk mencari pekerjaan lain. Meskipun produksi bertambah sejak pergantian pengolahan tetapi pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan pinjaman yang mereka peroleh dalam satu minggu sebesar Rp. 150.000. Agar terpenuhinya kebutuhan sehari-hari maka masyarakat mencoba bekerja

lain seperti berladang, menarik kayu, bertukang dan berternak. Susahnya kehidupan petani gambir pada tahun 2002 berpengaruh terhadap lahan masyarakat. 3. Perekonomian Petani Gambir Membaik Tahun 2004-2009 Mulai dari tahun 2004 harga gambir cenderung mengalami kenaikan tetapi tidak selalu tetap karena terkadang pada saat yang tidak terduga bisa saja harga gambir turun.Untuk lebih jelas mengenai harga dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Harga Gambir di Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2004-2008 N Tahun Luas Produksi Harga o Lahan (Ton) (Rp) ( Ha) 1 2004 4.402, 2.946,85 17.575 50 2 2005 4.418, 2.953,40 16.250 00 3 2006 4.609, 3.238,19 15.583 00 4 2007 4.637, 3.238,25 11.167 00 5 2008 4.788, 3.503,52 26.417 00 Sumber:Badan pusat Statistik Dalam Angka Tahun 2008. Mahalnya harga jual gambir tahun 2004 membuat petani lebih tertarik bekerja sebagai petani gambir karena pendapatan yang dihasilkan sebagai petani gambir cukup memuaskan. Tahun 2004 harga gambir berkisar antara Rp. 17.500, untuk harga demikian tentunya membuat penghasilan petani lebih sehat dan hidup petani gambir lebih sejahtera karena disamping terpenuhinya kebutuhan sehari-hari kebutuhan sampingan juga ikut terpenuhi. Berlebihnya penghasilan yang diperoleh masyarakat mulai berfikir positif untuk menata masa depan. Bagi petani yang memiliki modal mereka ada yang berdagang dengan mendirikan kios karena tidak selamanya harga gambir mahal, selain itu juga ada yang membuka usaha seperti perbengkelan, usaha pelaminan dan usaha rumah tangga kecil lainnya.16

14

Wawancara; Alimudin, 66 tahun (Petani Gambir) tanggal 31 Juli 2015. 15 Wawancara ; Desrizon, 37 tahun (petani gambir) tanggal 9 Agustus 2015.

16

Wawancara; Darwas, 56 tahun (petani gambir) tanggal 9 Agustus 2015.

6

Cara pemasaran gambir di Nagari Siguntur tahun 2004 tidak lagi menggunakan becak sepeda tetapi semenjak harga gambir meningkat banyak masyarakat yang mengambil motor kredit dan sebagian dari masyarakat bekerja sebagai pengojek. Gambir yang dibawa oleh petani dari kebun untuk dijual kerumah toke menggunakan jasa ojek dan itu tergantung jauhnya gambir dijual kegudang pedagang pengumpul. Menurut salah seorang petani gambir dan memegang peranan penting dalam nagari Siguntur sebagai tokoh adat, Imam Isaf, mengatakan bahwa saat harga gambir naik petani gambir mampu berpenghasilan Rp. 500.000,- sampai 600.000,- /minggu sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan seharihari bahkan lebih. Tingginya pendapatan yang mereka dapat, berakibat kurang baik pada pola kehidupan masyarakat Nagari Siguntur dan hal ini terlihat pada saat harga gambir melonjak sampai Rp. 26.000,- /Kg.17 Interaksi bersifat positif yang terjalin dalam peringatan hari besar keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Adat istiadat jalang manjalang pada saat idul fitri masih kental dalam masyarakat Nagari Siguntur, Pada saat suasana lebaran berbagai macam acara dibuat agar masyarakat bergembira dan dapat merasakan kebahagian lebaran. Selain acara dikampung ada juga acara rekreasi atau jalan-jalan yang dikenal oleh masyarakat Nagari Siguntur yang rutin diadakan setiap habis lebaran. Anggotanya terdiri dari berbagai kalangan seperti; remaja, pemuda dan orang tua. Acara jalan-jalan ini kebanyakan dari kalangan remaja dan mudamudi dan orang yang berumah tangga. 18 Selain itu juga ada BKMT (Badan Kontak Majelis Ta’lim) yang bertujuan agar terjalinnya rasa kebersamaan. Biasanya warga mengadakan acara tahlilan kerumah tetangga atau kerabat yang mengalami musibah, warga yang mengadakan tahlilan dan pengajian ini

disebut anggota yasinan yang terdiri dari berbagai surau atau mushalla. Kerja sama penduduk juga dapat dilihat pada saat upacara adat. Misalnya pada acara baralek (pernikahan), kerabat dan tetangga berdatangan ketempas pesta orang yang punya hajatan dengan membawa bungkusan atau kain, tradisi ini dinamakan dengan istilah maantaan kain dan para tamu disuguhkan makanan, beragam jenis makanan tersaji untuk tamu. Meningkatnya kesadaran peduli akan kesehatan karena memiliki uang lebih masyarakat Nagari Siguntur dapat berobat ke puskesmas atau rumah sakit apabila mereka sakit. Pada tahun 2009 di Kenagarian Siguntur terdapat 1 PUSKESMAS (Pusat Kesehatan Masyarakat) dan 3 Posyandu dan masyarakat tidak perlu lagi jauh-jauh untuk berobat 19 . Kemudian uang hasil penjualan juga bisa dipergunakan untuk membuat usaha lainnya seperti membuka bengkel, usaha pemotongan kayu, membuka pinjaman modal, berladang, budidaya peternakan dan lain-lain. KESIMPULAN Pada tahun 1993 terjadi perubahan teknologi dalam melakukan pengolahan gambir di Nagari Siguntur. Terdapat dua macam alat teknologi yang dipakai di Nagari Siguntur yaitu menggunakan dongkrak hidrolik dan menggunakan katrol. Pengolahan dengan menggunakan teknologi memberikan hasil yang cukup memuaskan bagi petani gambir dan getah yang dihasilkan mencapai 30-35 kg/hari. Harga gambir bertambah naik tahun 1998 dan berpengaruh terhadap produksi. Dengan meningkatnya produksi gambir di Kenagarian Siguntur tentunya berdampak baik terhadap pendapatan masyarakat. Pendapatn petani gambir yang sebelumnya hanya dapat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, setelah perkembangan pengolahan bisa berlebih dan dapat dipergunakan untuk ditabung guna keperluan yang mendesak kemudian juga dapat digunakan untuk modal usaha. Dalam pemasaran toke atau pedagang

17

Wawancara; safril, 43 tahun (petani gambir) tanggal 7 Agustus 2015. 18 Wawancara; Wendi Permana, 41 tahun (Kapalo Kampung Jirat) tanggal 3 Agustus 2015.

19

Badan Pusat StatistikKecamatan Koto XI Tarusan Dalam Angka Tahun 2009.

7

pengumpul lansung membeli kerumah warga dengan menggunakan kendaraan sehingga menimbulkan rasa saling ketergantungan antara toke dengan petani. Kehidupan petani sangat memprihatinkan pada tahun 2000 dan 2002 yang mana harga gambir turun drastis hingga Rp 5.000/kg sehingga membuat petani menjadi memilih pekerjaan lain tetapi sebagian petanitetap mengolah lahan mereka karena tidak ada pilihan lain dan Pendapatan petani hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian petani gambir ada yang mencari pekerjaan lain seperti menjadi tukang, berladang bahkan nelayan demi terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena hadirnya perdagangan bebas sehingga pedagang atau investor asing bebas menentukan harga tanpa memikirkan nasib petani. Tahun 2004 kondisi ekonomi petani mulai pulih dengan banyaknya perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya pendapatan petani sehingga masyarakat mulai membeli motor dan menambah lapangan usaha baru, selain itu gambir lebih mudah untuk dijual dengan memakai jasa angkutan dan petani bebas menjual gambir ketempat yang mereka inginkan. Harga gambir meningkat pada tahun 2008 dan 2009 sehingga kehidupan petani menjadi semakin membaik lagi. Sedangkan dalan kehidupan ekonomi masyarakat dapat dilihat dengan muncul dan berkenbangnya lembaga ekonomi baru baik individu maupun kelompok. kemudian dari semakin meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari seperti gaya hidup, pendidikan dan kesehatan.

KOPSIM Kabupaten Pesisir Selatan; Laporan Rapat Anggota Tahunan (RAT) per 31 desember 2000. B. Buku Loekman Soetrisno. 2000. ”Paradigma Baru Pembangunan, sebuah tinjauan sosiologi”. Jogja: kanitus. Louis Gottschalk.1986. “ Mengerti Sejarah “ terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UIP). Sarjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sartono kartodirdjo.1993.Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Utama. C. Skripsi Ezilva Meriska :”perubahan sosial ekonomi masyarakat jorong tanjung beringin nagari tanjung kecamatan koto VII kabupaten sijunjung (20002011)”.Prodi Sejarah STKIP PGRI sumatera barat. Undri :”sejarah sosial ekonomi petani karet di desa kampung parik silayang kecamatan rao mapat tunggul (19741998)”. Jurusan sastra sejarah Unand padang (1998). D. Makalah Departemen Perindustrian Dan Perdagangan: Penjelasan Standar Mutus Gambir (SNI 01-3551-2000).Balai Riset dan Standardisasi Industri Dan Perdagangan Padang. Firdaus jamsan, ST: Difersifikasi Produk gambir. Balai riset dan standardisasi industri dan perdagangan, Departemen Perindustrian RI.

DAFTAR PUSTAKA A. Arsip Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Dalam Angka Tahun 2002. Badan Pusat Statistik Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2000. Badan Pusat Statistik Pesisir Selatan Dalam Angka Tahun 2008. Badan Pusat Statistik Kecamatan Koto XI Tarusan Dalam Angka Tahun 2009.

8