DOWNLOAD FULLTEXT - JURNAL ILMIAH MAHASISWA

Download Petani hanya perlu membersihkan gulma di sawah mereka lalu diberikan pupuk sesuai takaran yang diberikan karena sebelum menanam padi. Kelom...

0 downloads 502 Views 730KB Size
1

2

PERCEPTION OF FARMERS PADDY ABOUT THE GOVERNMENT PROGRAM ON CULTIVATIONOF PADDYSALIBU IN KUBU ANAU VILLAGE DISTRICT OF LUBUK BASUNG AGAM REGENCY

By : RavitaDewiSusanti1SlametRianto2 Loli Setriani3 1 2,3

.geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat. lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The research aims to obtain data or information and in-depth analyzes of paddy rice farmers' perceptions about government programs on cultivation of rice salibuin KubuAnauvillage District of LubukBasungAgamregency, in terms of: 1) the results, 2) management and 3) the benefits of the program.This type of research is qualitative. The study was conducted in KubuAnauvillage District of LubukBasungAgamregency. Informants were taken by purposive sampling, the researchers who determine their own informant researchers based on objective research. Criteria for the determination of key informants in this study is the Department of Agriculture and PPL. Data analysis was carried out by reduction, presentation and conclusion.The results showed: 1) The public perception of the paddy salibu can be said to be good because although the result is less than the first harvest, we are more in profitable in yields in the first year can be three times while ordinary rice 2 times 1 year, and other advantages gained farmers, among others, is low cost and easy manageability, 2) the public perception about the management of paddy salibu field included either, because the management of paddysalibu in KubuAnau taught by agricultural extension of the way the first planting to cutting techniques paddysalibu and until harvest by a team of PPL and farmers have practiced this way until the harvest, and 3)The public perception of the benefits of the rice program salibu good, because people are seeing the benefits in terms of low cost and easy management for only 1 time planting can be 6 times the harvest even though the production is less than the first crop farmers remain disadvantaged in terms of processing and planting

Key Words:perception, cultivation, rice Salibu

1

2

PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan pertanian (Hernanto, 1995). Pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat dan tidak diimbangi dengan bertambahnya lahan pertanian untuk meningkatkan kebutuhanakan pangan, maka dapat dipastikan kebutuhan akan pangan untuk masyarakat khususnya beras yang berasal dari tanaman padi ini akan berbanding terbalik dengan luasnya lahan yang semakin berkurang sehingga dibutuhkan suatu inovasi teknologi untuk dapat menunjang akan kebutuhan pangan yang semakin meningkat (Muta’ali, 2013:73). Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup petani, maka pembangunan disektor pertanian perlu dilaksanakan. Dengan kondisi demikian, maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman yang sangat penting keberadaannya di Indonesia karena beras yang dihasilkan merupakan sumber makanan pokok dan bahkan bagi separoh penduduk Asia. Sekitar 1.750 juta jiwa dari 3 milyar penduduk Asia termasuk 200 juta penduduk Indonesia, menggantungkan kebutuhan kalorinya dari beras. Sementara di Afrika dan Amerika Latin yang berpenduduk sekitar 1,2 milyar, 100 juta diantaranya pun hidup dari beras. Oleh karena itu, di Negaranegara Asia beras memiliki nilai ekonomis sangat berarti. Oleh karena itu padi dapat mempengaruhi kestabilan politik, ekonomi dan pertanian negara, serta mempengaruhi biaya kerja dan harga bahan lainnya (Andoko, 2010). Penerapan padi salibu/ratun adalah cepat karena petani tidak perlu lagi benih untuk ditanam,tidak perlu membajak ulang sawah dan mengurangi tenaga kerja. Salibu ini mudah dan murah serta dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu karena petani hanya perlu memotong batang padi yang siap panen sampai 7 cm dari tanah,batang padi lalu digenangi air sampai anak anak padi tumbuh. Petani hanya perlu membersihkan gulma di sawah mereka lalu diberikan pupuk sesuai takaran yang diberikan karena sebelum menanam padi. Kelompok tani sudah diberi pengarahan bagaimana cara menyalibukan padi sampai siap panen,dan penerapan budidaya padi

dengan sistem salibu/ratun melalui pemanfaatan varietas berdaya hasil tinggi, diduga dapat memberi andil dalam meningkatkan produktivitas padi nasional. Beberapa keuntungan yang didapat dari petani dalam pengembangan program ini antara lain meningkatkan pendapatan petani yang disebabkan menurunnya biaya. Program Pemerintah ini sebenarnya bagus untuk petani asalkan petani mau bersabar dan terus mencoba karena walaupun menanam padi biasa ,biaya produksinya tinggi dari penanaman benih sampai siap panen memerlukan biaya yang tinggi, sedangkan salibu hanya memotong batang padi yang telah siap panen dan digenangi air dan petani juga harus bisa memilih bibit padi yang cocok di tanah yang akan mereka tanam/padi yang akan disalibukan. Kabupaten Agam dimana Agam memiliki lahan pertanian sawah yaitu seluas 28,537 Ha dari luas wilayah keseluruhan. Pembangunan pertanian padi sawah yang ada di Kabupaten Agam, khususnya kecamatan Lubuk Basung sudah banyak kemajuan karena ada dukungan dari pemerintahan melalui program-programnya melalui kelompok tani di jorong masingmasing. Salah satu program Pemerintah Kabupaten Agam menjadikan program budidaya padi salibu sebagai program unggulan di bidang pertanian karena disamping biayanya yang murah karena hanya sekali melakukan pembibitan dan pembajakan lahan juga hasil panen lebih banyak 10-15% dari padi biasa.Salah satujorong yang menjalankan program padi salibu di Kecamatan Lubuk Basung adalah jorong Kubu Anau (Kantor CamatLubukBasung, 206). Berdasarkan observasi awal penulis tanggal 12 Februari 2016 di jorong Kubu Anau kepada para petani padi sawah menyatakan program padi salibu saat ini sudah tidakberjalan. Permasalahan kenapa para petani tidak lagi menanam padi salibu ini. Menurut asumsi penulis, pengelolaan padi salibu tidak cocok di daerah ini, air yang tidak mencukupi dan dari segi hasil setelah disalibukan hasil buahnya lebih kecil dan hasil panen berkurang dibanding panen pertama. Hal inimenyebabkan petani tidak lagi menanam salibu di jorong Kubu Anau, padahal dari segi keuntungan ekonomis, teknologi padi salibu menghemat 30% biaya produksi atau sekitar Rp 2 s/d 2,5 juta/Ha dalam sekali panen pada daerah yang telah suskes melakukan program salibu. Program padi salibu yang dilaksanakan di Jorong Kubu Anau ini sebelumnya telah disosialisasikan kepada petani.Sosialisasi ini perlu mengingat program padi salibu ini

3

berhubungan langsung dengan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani padi sawah. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani, Berdasarkan gambaran diatas maka penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang ”Persepsi Petani Padi Sawah tentang Program Pemerintah mengenai budidaya padi salibu di Jorong Kubu Anau Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam”. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan data dan menganalisis data tentang persepsi petani padi sawah tentang program pemerintah mengenai budidaya padi salibu di Jorong Kubu Anau Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Yaitu data-datanya berupa kata-kata bukan rangkaian angka-angka, data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumen dan rekaman. Penelitian kualitatif merupakan sejumlah prosedur kegiatan ilmiah yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah sesuai sudut pandang dan pendekatan yang digunakan peneliti. Penelitian dilakukan di Jorong Kubu Anau Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam sebagai salah Informan kunci dalam penelitian ini adalah Dinas Pertanian dan PPL. Informan penelitian berdasarkan pada karakteristik tertentu, yang menjadi informan adalah masyarakat peserta program padi salibu dan pihak dinas pertanian sebagai pemilik program. Jumlah informan dalam penelitian tidak dibatasi berapa jumlahnya sampai peneliti menemukan data baru atau jawaban baru. Teknik pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil padi salibu di Jorong Kubu Anau bisa dikatakan baik karena walaupun hasilnya kurang dari panen pertama, kita lebih diuntungkan di jumlah panen yang dalam 1 tahun bisa 3 kali sedangkan padi biasa 2 kali 1 tahun,dan keuntungan yang didapatkan petani antara lain biaya murah dan pengelolaan mudah,namun masyarakat belum mau melanjutkan program padi salibu karena program ini berhenti sampai 2 kali panen dan masyarakat ingin dibantu sampai program selesai yaitu 6 kali panen. Masyarakat ingin kehidupan mereka terjamin dengan mengikuti program padi salibu, karena

kelangsungan hidup petani selama ini bergantung pada hasil padi. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 102) bahwa persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan penciuman. Seseorang dalam menampilkan perilakunya sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman orang itu terhadap suatu objek. Sedangkan persepsi seseorang berperan penting dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan setiap tindakan seseorang dipengaruhi oleh persepsinya terhadap ransangan dari luar dirinya dan kemampuannya dalam mengambil keputusan terhadap timbulnya rangsangan itu. Dengan kata lain masyarakat belum sepenuhnya percaya dengan program padi salibu ini karena mereka dibantu hanya sampai 2 kali panen walaupun pemerintah terus mengatakan program salibu ini menguntungkan dalam setiap penyuluhanya kelapangan, masyarakat ingin bukti nyata yaitu sampai 6 kali panen. Krishnamurthy (dalam Susilawati, 2011) mengatakan bahwa salibu/ratun tanaman padi merupakan tunas yang tumbuh dari tunggul batang yang telah dipanen dan menghasilkan anakan baru hingga dapat dipanen. Praktek budidaya tanaman padi-ratun telah lama dilakukan petani di daerah tropis dan di daerah beriklim sedang. Pengelolaan padi salibu di Jorong Kubu Anau diajarkan oleh penyuluh dan petani telah mempraktekkan cara tersebut sampai panen. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan padi salibu ini memang mudah tetapi masyarakat tidak yakin dengan keberhasilan pengelolaan padi salibu ini karena baru pertama kali melakukan program padi salibu. Pengelolaan adalah pemanfaatan sumber daya manusia atau sumber daya lainya yang dapat diwujudkan dalam kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Erdiman, dkk, (2012) dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat, beberapa faktor yang cukup berpengaruh keberhasilan dalam penerapan teknologi ini antara lain: pertama, varietas tinggi pemotongan batang sisa panen, kondisi air tanah setelah panen, penjarangan, penyisipan dan pemupukan. Untuk jenis varietas tanaman padi, di samping varitas lokal adalah

4

varitas Cisokan dan batang piaman, dengan tinggi pemotongan 3-5 cm dari permukaan tanah, dengan kondisi tanah lembab. Persepsi masyarakat tentang Manfaat program termasuk baik, dimana manfaat program padi salibu sudah dirasakan oleh masyarakat yaitu pengurangan biaya dan meningkatkan produksi. Namun hal ini masih membuat masyarakat ragu untuk melanjutkan program karena ragu dengan keberhasilan program ini pada masa yang akan dating,dengan kata lain kalau saja pemerintah mau membantu melanjutkan progra ini sampai 6 kali panen maka keraguan masyarakat akan program ini akan hilang dan program ini bisa terus berlanjut karena segi manfaat program yaitu 1 kali tanam bisa 6 kali panen. Hal ini sesuia dengan pedapat Yohanes (2012) keuntungan penerapan padi salibu/ratun adalah cepat, mudah dan murah serta dapat meningkatkan produktivitas padi per unit area dan per unit waktu. Penerapan budidaya padi dengan sistem salibu/ratun melalui pemanfaatan varietas berdaya hasil tinggi, diduga dapat memberi andil dalam meningkatkan produktivitas padi nasional

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Persepsi masyarakat tentang hasil padi salibu bisa dikatakan baik karena walaupun hasilnya kurang dari panen pertama,kita lebih diuntungkan di jumlah panen yang dalam 1 tahun bisa 3 kali sedangkan padi biasa 2 kali 1 tahun, dan keuntungan lain yang didapatkan petani antara lain adalah biaya murah dan pengelolaan mudah. 2. Persepsi masyarakat tentang pengelolan padi salibu dilapangan termasuk baik, karena pengelolaan padi salibu di Jorong Kubu Anau diajarkan oleh penyuluh pertanian dari cara penanaman pertama hingga teknik pemotongan salibu dan sampai panen dibimbing oleh tim PPL dan petani telah mempraktekkan cara tersebut sampai panen. 3. Persepsi masyarakat tentang manfaat program padi salibubaik, karena masyarakat merasakan manfaat dari segi biaya yang murah dan pengelolaan yang mudah karena hanya 1 kali tanam bisa 6 kali panen walaupun hasil produksi kurang dari panen pertama petani tetap diuntungkan disegi pengolahan dan penanaman benih. Sedangkan kemukakan:

saran

yang

dapat

penulis

1. Masyarakat untuk memahami program dari pemerintah karena program ini bermanfaat bagi masyarakat. 2. Kepada pemerintah melalui instansi terkait agar dapat menjelaskan kepada masyarakat tentang masfaat program padi salibu. 3. Diharapkan adanya kerjasama yang baik antar sesama unsur agar dapat membantu menjalankan program padi salibu demi kesejahteraan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Andoko, Agus. 2002 Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta DepartemenPertanian, 2006. Sistem Legowo di Lahan Sawah. Deptan.go.id/ind. Bungin, Burhan.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Erdiman, dkk, 2012. Teknologi Salibu Meningkatkan Produktivitas Lahan (3-6 ton/Ha/tahun) dan Pendapatan Petani (Rp 15-25 juta/tahun). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Hernanto, Fadholi. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Juliadi, Nanda. 2013. “Aplikasi budidaya padi salibu I (satu) dan pengaruhnya terhadap produksi padi sawah (oryzasatival.) di Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar”. Laporan Tugas AkhirP oliteknik Pertanian Universitas Andalas Moleong, L. J. 2010. Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya. Muta’ali, Lutfi. 2013. Daya Dukung Lingkungan untuk Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya Rivaldi, 2014. Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L) Salibu Varietas Hibrida pada Tinggi dan Waktu Penggenangan.

5

Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Taman Siswa Padang Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung : Alfabeta Susilawati, 2011. Agronomi Ratun Genotipe – Genotipe Padi Potensial Untuk Lahan Pasang Surut. Disertasi Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Thoha, Miftah. 2011. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Yohanes. 2012. Tanam Sekali Panen BerkaliKali Dengan Teknologi Padi salibu. UPT Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kab.Tanah Datar Kecamatan Lima Kaum. Usayana, Lara. 2012. Analisis Usahatani Padi Sawah Sistem Satu Kali Tanam Dua Kali Panen Di Desa Talang Leak Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong.