FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

Download penelitian ini, peneliti menganalisis tentang beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan PKL. Faktor-faktor yang diteliti adalah ...

2 downloads 603 Views 480KB Size
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI LIMA (Studi Empiris PKL di Sepanjang Jln. Jenderal Sudirman Salatiga) Forlin Natalia Patty Maria Rio Rita [email protected], [email protected] ABSTRACT Street vendors is part of small and medium enterprises (SMEs) which plays a very important role in economic development of a society. Therefore, street vendors need special attention in terms of development and empowerment. The success of street vendors to get income is greatly influenced by some deciding factors. The researcher analyzed some factors that influence the amount of income that the street vendors earn. The factors studied were capital, working hours and the duration of the business. The aim of this study was to determine the influence of capital, working hours and the duration of business toward the amount of income earned by the street vendors who display their goods along the Jenderal Sudirman street of Salatiga. The method used to analyze the influence of capital, working hours and the duration of business toward the income that the street vendors earned in this research is multiple linear regression method. The researcher used multiple linear regression method to analyze the effect of these three factors toward the income of the street vendors. Based on the results, it can be concluded that the capital is the only factor that strongly affects the income of the street vendors. Therefore the resource of this study can also be a source of reference that it is a very significant influence on the income of the street vendors, which lead the economic to be better. Keywords : street vendors , income, capital, working hours, duration of the business

SARIPATI Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan bagian dari UMKM yang sangat berperan penting dalam membangun perekonomian suatu masyarakat. Oleh karena itu, PKL perlu mendapat perhatian khusus dalam hal pengembangan dan pemberdayaan. Keberhasilan PKL sangat dipengaruhi oleh beberapa hal yang menjadi faktor penentu pendapatan. Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis tentang beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan PKL. Faktor-faktor yang diteliti adalah modal, jam kerja dan lama usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal, jam kerja dan lama usaha terhadap pendapatan PKL yang berjualan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengaruh modal, jam kerja dan lama usaha terhadap pendapatan PKL dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda.

Peneliti menggunakan metode regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap pendapatan PKL. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa modal merupakan satu-satunya faktor yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan PKL. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya PKL mendapat perhatian khusus dalam hal permodalan, karena modal berpengaruh sangat signifikan terhadap pendapatan PKLyang juga mendorong perekonomian ke arah yang lebih baik. Kata Kunci: pedagang kaki lima, pendapatan, modal, jam kerja, lama usaha Pendahuluan Era globalisasi dan krisis multidimensi yang terjadi di Indonesia telah banyak menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat, khususnya perekonomian. Pemecahan masalah paling sederhana yang dilakukan guna mencari penghasilan adalah dengan membuka usaha skala kecil dengan menjajakan barang dagangan, makanan dan minuman di tepian jalan atau di pusat-pusat aktifitas ekonomi dengan fasilitas sederhana dan bersifat sementara yang biasa disebut pedagang kaki lima. Keberadaan pedagang kaki lima yang juga termasuk kegiatan usaha sektor informal cukup memberi dampak yang baik untuk pembangunan nasional. Soedjana (1981) dalam Widjajanti (2009) mengatakan bahwa pedagang kaki lima (PKL) adalah sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual diatas trotoar atau tepi atau di pinggir jalan, di sekitar pusat perbelanjaan atau pertokoan, pasar, pusat rekreasi atau hiburan, pusat perkantoran dan pusat pendidikan, baik secara menetap atau setengah menetap, berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore maupun malam hari. Pedagang kaki lima merupakan unit usaha berskala kecil yang melakukan usaha dengan modal yang relatif minim dan dengan jam kerja yang tidak terbatas (Nazir, 2010). Setiap kota tak terpisahkan dari keberadaan PKL, tidak terkecuali dengan kota Salatiga. Salatiga adalah salah satu kota kecil di provinsi Jawa Tengah yang berada di antara tiga kota besar di Jawa Tengah yakni Jogjakarta, Solo dan Semarang (JogLoSemar) dan juga merupakan kota kecil dengan keberadaan salah satu perguruan tinggi swasta dimana merupakan tempat aktifitas pendidikan yang didominasi oleh pelajar dalam hal ini mahasiswa/i yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia. Hal ini sangat ideal untuk menjadi tempat usaha para PKL. Salah satu pusat aktifitas ekonomi di Kota Salatiga adalah di sepanjang ruas Jalan Jendral Sudirman. Kawasan Jalan Jenderal Sudirman juga menjadi kawasan yang dipadati oleh pedagang kaki lima yang menjajaki berbagai dagangan.

Peningkatan kebutuhan lahan bagi aktivitas perdagangan seiring dengan berkurangnya open space menyebabkan banyaknya PKL yang memanfaatkan ruang-ruang publik terbatas yang ada di kawasan Jalan Jenderal Sudirman Salatiga sebagai tempat usaha. Suwandi ( 2013) mengatakan bahwa sebagian besar PKL memiliki cashflow rendah dan keuntungan usaha kecil yang habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari; selain itu PKL juga memiliki manajemen usaha yang sederhana tanpa pembukuan dan administrasi sehingga hanya berorientasi pada pendapatan. Kondisi ini berbeda dengan usaha skala besar yang harus melakukan investasi serta pengembangan usaha dan memiliki sistem manajemen yang kompleks dan formal sehingga lebih berorientasi pada profit. Santoso (2001) mengungkap bahwa modal usaha dan lokasi usaha mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima. Sumerta, dkk (2011) menemukan bahwa modal, umur dan harga berpengaruh signifikan terhadap pendapatan PKL. Poniwatie (2008) dalam Damayanti (2011) menemukan bahwa faktor yang menyebabkan perbedaan pendapatan pedagang kaki lima adalah modal usaha, jumlah tenaga kerja, serta lamanya usaha yang dijalankan. Damayanti (2011) menemukan bahwa modal, jam kerja serta jenis dagangan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang. Firdausa & Arianti (2013) menemukan bahwa modal, lama usaha dan jam kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Fitria (2014) menemukan bahwa modal, tingkat pendidikan, jam kerja serta lama usaha berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang. Jaya (2011) menemukan bahwa modal, lama usaha, jam kerja (alokasi waktu usaha) dan akses kredit berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Berdasarkan penelitian Jaya (2011), Firdausa & Arianti (2013) dan Fitria (2014) menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yakni modal, jam kerja, serta lama usaha yang berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menguji ketiga variabel tersebut apakah terbukti mempengaruhi pendapatan PKL di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah kota Salatiga dan dinas-dinas terkait dalam mengembangkan dan membina pelaku ekonomi kecil khususnya PKL; selain itu bagi pelaku ekonomi kecil khususnya PKL untuk meningkatkan pendapatan.

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Pedagang Kaki Lima Pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penghasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, kemampuan terbatas, berlokasi di tempat atau pusat-pusat konsumen dan tidak memiliki izin usaha Alma (2006 :140). Menurut Veronicakumuru (2006) dalam Nazir (2010), pedagang kaki lima merupakan pedagang yang kebanyakan bermodal kecil yang menjalankan profesi ini hanya untuk memenuhi tuntutan biaya hidup yang makin tinggi. Menurut Muin (2012) , pedagang kaki lima adalah pedagang atau para pedagang yang melakukan kegiatan usaha menjual dan menjajakan dan atau mendistribusikan barang dan jasa di sektor informal, yang menggunakan bagian dari fasilitas umum sebagai tempat kegiatan usahanya. Menurut Sumerta et al. (2011), pedagang kaki lima adalah orang yang dalam kegiatan usahanya menggunakan perlengkapan sederhana yang sifatnya sementara atau menetap yang memanfaatkan pinggir jalan, trotoar dan fasilitas umum untuk tempat berjualan. Sehingga yang dimaksud pedagang kaki lima dalam penelitian ini adalah setiap orang yang melakukan usaha dengan modal terbatas serta melakukan kegiatan usaha secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, dan menempati lokasi-lokasi minim di tempat pusat-pusat aktifitas perekonomian dan di tempat yang ramai dengan konsumen tanpa memiliki izin usaha. Pendapatan Ningsih (2001 : 13) dalam Nazir (2010) menyatakan bahwa pendapatan merupakan hasil kerja dari suatu usaha yang telah dilakukan. Menurut Nurdirman (2001 : 11) pendapatan adalah nilai yang didapat dari suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Damayanti (2011) pendapatan adalah penerimaan seseorang dalam bentuk uang tunai atau bukan tunai yang diperoleh ketika terjadi transaksi antara pedagang dan pembeli dalam suatu kesepakatan bersama. Berdasarkan pendapat dari kedua peneliti diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah hasil kerja yang diterima oleh pedagang dari berbagai aktivitas operasional usaha baik usaha yang bergerak di bidang barang maupun jasa dalam jangka waktu tertentu. Modal Santoso (2001) mengatakan bahwa modal adalah jumlah total uang yang dikeluarkan pengusaha untuk mendirikan suatu usaha dan mengoperasikan usaha. Martono dan Harjito (2005 : 72) mengatakan bahwa modal merupakan dana yang dipergunakan untuk membiayai

pendirian usaha dan kegiatan operasi perusahan sehari-hari. Sehingga definisi modal dalam penelitian ini adalah sejumlah dana yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk membiayai proses pendirian usaha dan pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari. Jam Kerja Damayanti (2011) mengatakan bahwa jam kerja adalah waktu yang digunakan oleh para pedagang dalam menjajakan barang dagangannya dalam sehari. Menurut Hudiyanto (2000) dalam Nazir (2010), jam kerja adalah jumlah jam kerja yang digunakan oleh seseorang dalam suatu waktu, yang juga menunjukan prosentase banyaknya jam kerja yang tersedia. Menurut Priyandika (2015) jam kerja adalah jumlah atau lamanya waktu yang dipergunakan oleh pedagang kaki lima untuk berdagang atau membuka usaha mereka untuk melayani konsumen setiap harinya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan jam kerja dalam penelitian ini adalah waktu yang digunakan oleh pedagang kaki lima untuk melakukan aktivitas operasional usahanya dalam satu hari kerja. Lama Usaha Wijayanti (2005 : 18) dalam Damayanti (2011) mengatakan bahwa lama usaha adalah jangka waktu pengusaha dalam menjalankan usahanya atau masa kerja seseorang dalam menekuni suatu bidang pekerjaan.Menurut Priyandika (2015), lama usaha adalah lamanya seorang pelaku usaha atau bisnis menekuni bidang usahanya. Menurut Damayanti (2011), lama usaha sebagai lamanya seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya. Sehingga definisi lama usaha dalam penelitian ini adalah jangka waktu atau lamanya waktu seorang PKL dalam menjalankan usahanya sejak mulai dijalankan usahanya .

Pengembangan Hipotesis Modal dan Pendapatan Boediono (1992) mengemukakan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi pendapatan adalah faktor produksi yang variabel di dalamnya adalah modal. Santoso (2001) menemukan bahwa modal berpengaruh terhadap pendapatan PKL. Hal ini karena PKL yang menggunakan modal besar maka pendapatannya akan tinggi, sebaliknya yang menggunakan modal kecil akan memperoleh pendapatan yang rendah. Nazir (2010) mengatakan bahwa modal merupakan variabel paling berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima, hal ini karena ketika modal usaha ditambahkan, maka pedagang bisa membeli barang dalam jumlah yang besar dan lebih bervariatif sesuai dengan kebutuhan pembeli sehingga penjualan

meningkat yang juga berdampak pada meningkatnya pendapatan. Damayanti (2011) menemukan bahwa semakin besar modal yang dimiliki maka semakin besar pula peluang yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga penjualan meningkat sehingga meningkat pula pendapatan. H1: Modal berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Jam Kerja dan Pendapatan Temuan Hudiyanto (2000), semakin banyak jumlah jam kerja yang digunakan dalam waktu tertentu, semakin besar peluang untuk menghasilkan output yang lebih banyak sehingga pendapatan akan meningkat dibanding jam kerja yang sedikit. Nazir (2010) mengatakan bahwa dengan bertambahnya jam usaha maka kesempatan waktu bagi pembeli semakin panjang, hal ini menyebabkan volume penjualan bertambah dan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. Damayanti (2011) menemukan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan oleh pedagang untuk berjualan maka semakin besar peluang untuk mendapatkan pendapatan yang besar pula. Berdasarkan penjelasan di atas maka rumusan hipotesis kedua adalah : H2 : Jam kerja berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Lama Usaha dan Pendapatan Firdausa & Arianti (2013) menemukan bahwa lama usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima, karena pedagang yang telah melakukan usaha paling lama lebih memahami permintaan konsumen sehingga pedagang tersebut mampu memenuhi permintaan konsumen dan lebih memahami selera keinginan konsumen sehingga penjualannya lebih meningkat dan pendapatannya akan semakin besar. Fitria (2014) menemukan bahwa lama usaha berpengaruh negatif secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima, hal ini dikarenakan pedagang yang baru memiliki daya saing yang tinggi dengan inovasi sehingga konsumen cenderung pindah ke pedagang baru dengan demikian pendapatan pedagang lama mengalami penurunan.

Berdasarkan penjelasan diatas maka

rumusan hipotesis ketiga adalah : H3 : Lama usaha berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga.

Model Penelitian Berikut adalah model penelitian ini : MODAL JAM USAHA LAMA USAHA

Variabel Bebas

H1 H2

PENDAPATAN PKL

H3

Variabel Gayut

Gambar 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan PKL METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh PKL yang berjualan di sepanjang Jl. Jenderal Sudirman Salatiga sebanyak 144 Pedagang Kaki Lima (PKL) yang terdiri dari tiga lokasi Tanda Daftar Usaha (TDU), yaitu di lokasi Jendral Sudirman ( 58 PKL), komplek toko shopping (49 PKL) dan lahan parkir Pasar Raya I (37 PKL) berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Salatiga. Sampel yang menjadi objek penelitian adalah 86 PKL di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga yang bersedia untuk mengisi kuesioner dan wawancara. Metode pemilihan responden yang digunakan yaitu Accidental Sampling, dengan meminta responden yang bersedia mengisi kuesioner. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang peneliti dapatkan melalui kuesioner dimana kuesioner yang digunakan merupakan replikasi dari Santoso (2001) untuk aspek modal, jam kerja, lama usaha dan pendapatan dan dikembangkan oleh penulis untuk aspek demografi yang kemudian kuesioner disebarkan kepada pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman Salatiga dengan pendampingan peneliti serta wawancara pendukung yang peneliti lakukan

untuk mengetahui perkembangan usaha dan untuk mengetahui hal-hal yang

berkaitan dengan pendapatan pedagang serta faktor- faktor demografi dan sosial ekonomi lain dari responden. Selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder meliputi kajian dokumen berupa data tentang jumlah pedagang kaki lima yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (DISPERINDAGKOP) Kota Salatiga.

Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu teknik pengumpulan data primer melalui kuesioner dan wawancara pendukung, serta teknik pengumpulan sekunder melalui kajian dokumen. Cara pengumpulan data dilakukan secara beragam karena masing-masing cara tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat saling melengkapi untuk memberikan gambaran mengenai objek penelitian. 1. Teknik pengumpulan data primer a) Penyebaran Kuesioner Kuesioner yang disebarkan merupakan kombinasi kuesioner terbuka dan tertutup, yang berarti bahwa disamping pertanyaan tertutup yang mempunyai sejumlah jawaban, ditambah alternatif terbuka yang memberi kesempatan kepada responden untuk memberi jawaban di luar jawaban yang tersedia (Nasution, 2008). Pertanyaan

tertutup

dipilih

untuk

menjadi

pedoman

responden

dalam

mengklasifikasikan jawaban, khususnya untuk jawaban-jawaban yang mudah dikategorisasikan yakni sumber modal PKL. Sedangkan pertanyaan terbuka digunakan apabila jawaban tidak dapat diantisipasi karena sulit memasukkan sejumlah kategori atau apabila populasi belum sepenuhnya dikenal oleh peneliti. Kuesioner diberikan kepada peneliti dengan teknik Accidental Sampling karena peneliti tidak bisa memprediksi waktu di mana para PKL memiliki waktu luang untuk mengisi kuesioner sehingga kuesioner disebarkan pada jam kerja responden. b) Wawancara Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daerah asal responden dan keadaan sosial ekonomi responden, juga perkembangan usaha responden. 2. Teknik pengumpulan data sekunder Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui kajian dokumen, khususnya data tentang jumlah PKL yang membuka usaha di jalan Jenderal Sudirman Salatiga yang peneliti peroleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Salatiga. Indikator Variabel Penelitian Indikator dari variabel-variabel dalam penelitian adalah sebagai berikut :

VARIABEL Modal Jam Kerja Lama Usaha Pendapatan

Tabel 1 Indikator penelitian INDIKATOR Modal awal (Rp) Jumlah jam kerja per hari (Jam) Jangka waktu mulai usaha (Tahun) Rata-rata penerimaan dari penjualan/hari (Rp)

Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode regresi linier berganda untuk menganalisis pengaruh modal, jam kerja dan lama usaha sebagai variabel independent terhadap pendapatan PKL di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga sebagai variabel dependent. Dengan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + e .................................( 1 ) Dimana : Y = Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Jl.Jenderal Sudirman Salatiga X1

= Modal

X2

= Jam kerja

X3

= Lama usaha

βi

= Koefisien regresi

e

= Error/ residual

Uji Normalitas Untuk melihat kenormalan distribusi error penelitian, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov. Dasar pengambilan keputusan menurut Levine & Berenson (2006) adalah sebagai berikut: 

jika nilai signifikansi lebih besar dari nilai alfa (α) maka eror tersebut terdistribusi secara normal



jika nilai signifikansi lebih lebih kecil dari nilai alfa (α) maka eror tersebut tidak terdistribusi normal.

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya variasi residual yang tidak sama dalam pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan uji Glejser untuk mengetahui gejala heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan menurut Levine & Berenson (2006) adalah sebagai berikut :



jika nilai signifikasi lebih besar dari nilai alfa (α) , maka tidak ada gejala heteroskedasitas



jika nilai signifikasi lebih kecil

dari nilai alfa (α) maka terdapat gejala

heteroskedastisitas Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, khususnya variabel bebas untuk menghindari adanya bias dalam penelitian ini, karena suatu penelitian akan bias jika adanya masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penetian ini menggunakan uji Variance Inflation Factor (VIF). Dasar pengambilan keputusan menurut Levine & Berenson (2006) adalah : 

jika nilai VIF < 10,00,maka tidak terdapat multikolinearitas



jika nilai VIF ≥10,00, maka terdapat multikolinearitas

Uji T-test Kriteria pengambilan keputusan dalam uji T-test menurut Anderson et al. (2008, p. 580) adalah sebagai berikut: 

Ho ditolak

: P-Value ≤ α (0,5)



Ho diterima

: P-Value > α (0,5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden dalam penelitian ini dilihat dari aspek demografi maupun sosial ekonomi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka responden yang berjumlah 86 Pedagang Kaki Lima dapat dilihat menurut beberapa aspek demografi dan sosial ekonomi, yakni berdasarkan jenis kelamin, jenis usaha, sumber perolehan modal, besar modal awal, jam kerja per hari, lama usaha dan rata-rata pendapatan per hari . Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Peneliti mengklasifikasikan responden berdasarkan jenis kelamin seperti yang tercantum dalam tabel berikut :

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No 1 2

Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan

Jumlah Responden 44 42

Jumlah 86 Sumber : Data primer diolah (2015)

Persentase 51% 49% 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa pedagang kaki lima yang membuka usaha di Jln. Jenderal Sudirman hampir memiliki perbandingan yang sama antara perempuan dan laki-laki sehingga tidak ada yang paling dominan antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil temuan lapangan peneliti, semua PKL yang berjenis kelamin perempuan adalah ibu rumah tangga jika dibandingkan dengan PKL laki-laki dimana banyak yang belum menikah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan perempuan yang jadi PKL hanya sebagai tambahan pendapatan rumah tangga dan karena tidak memiliki keahlian khusus sesuai permintaan pasar tenaga kerja serta mudah untuk dijalankan. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha PKL yang membuka usaha di Jln. Jenderal Sudirman memiliki jenis usaha yang berbeda-beda baik yang bergerak di bidang jasa maupun barang. Untuk masing-masing bidang juga terdapat beberapa karakteristik pedagang yang disajikan dalam tabel berikut : Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha No 1

Jenis Usaha Makanan dan Minuman

Jumlah responden 60

Persentase 70%

2

Peralatan rumah tangga

2

2%

3

Pakaian dan aksesoris

8

9%

4 5

Jasa

4

5%

Lain-lain

12

14%

86

100%

Jumlah Sumber : Data primer diolah (2015)

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang kaki lima yang berjualan di Jln. Jenderal Sudirman sebagian besar menjual makanan dan minuman dengan persentase 70%(60 PKL). Kemudian di kategori lain-lain dengan persentase 14% (12 PKL) meliputi pedagang yang jual mainan anak, jual tanaman hias, jual kaos kaki,topi dan dompet, jual pakaian, bunga tabur dan yang menjual kaset VCD/DVD. Berikutnya pedagang yang menjual pakaian dan aksesoris dengan persentase

9% (8 PKL), berikutnya ada PKL yang

menawarkan jasa seperti sol sepatu, letter art dan lain-lain dengan persentase 5% (4 PKL) , dan yang paling sedikit di jual oleh PKL di Jl. Jenderal Sudirman adalah peralatan rumah

tangga yang hanya dijual oleh 2 PKL (2%). Dengan melihat banyaknya PKL yang menjual makanan dan minuman menunjukan sebagian besar PKL melakukan usaha yang mudah untuk dilakukan tanpa harus memiliki keahlian profesional dan dengan modal yang minim serta cepat mendapatkan penerimaan. Selain itu, menunjukan PKL didominasi oleh kalangan yang kurang mampu secara ekonomi karena hanya menjajakan barang yang mudah untuk dilakukan dengan modal minim. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Modal Awal Dalam penelitian ini, sebagian responden mampu memiliki modal dari tabungan sendiri dan ada pula yang memperoleh modal dari orang tua, saudara, teman dan ada beberapa responden yang memperoleh modal dari pinjaman yang sumber pinjamannya juga bermacam-macam, baik dari lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank seperti “Bank Titil” atau “Bank Plecit” . Berikut karakteristik responden berdaraskan sumber perolehan modal awal: Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Perolehan Modal Awal No 1

Modal awal Modal sendiri

Jumlah responden 52

Persentase 60%

2

Saudara

8

9%

3

Orang tua

6

7%

4

Teman

1

1%

5

Lembaga keuangan bank

4

5%

6

Lembaga keuangan bukan bank

15

17%

Jumlah Sumber: Data primer diolah (2015)

86

100%

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan Jenderal Sudirman membuka usaha dengan modal dari dana pribadi yakni sebanyak 52 PKL (60%) dan sumber permodalan berikutnya adalah lembaga keuangan bukan bank yaitu sebesar 15 PKL (17%). Lembaga keuangan bukan bank yang di maksud adalah pemberi pinjaman yang biasa di sebut “Bank Titil” dan pinjaman dari kelurahan atau bantuan-bantuan khusus. Kemudian sebagian lagi memperolah data dari saudara yaitu sebanyak 8 PKL (9%). Kemudian sebagian peroleh modal dari orang tua yaitu seanyak 6 orang (7%), dan sebagian dari lembaga keuangan bank yaitu sebanyak 4 PKL (5%) dan hanya 1 orang PKL yang memperolah modal dari teman . Dengan demikian menunjukan bahwa sebagian besar PKL melakukan usaha hanya memanfaatkan modal seadanya dan

berdasarkan wawancara pendukung yang dilakukan menunjukan sebagian besar PKL tidak punya akses untuk mendapatkan pinjaman modal usaha. Karakteristik Responden Berdasarkan Besar Modal Awal Yang Digunakan Dalam menjalankan usahanya, besar modal awal yang digunakan oleh responden bervariatif. Berikut karakteristik responden berdasarkan besar modal awal: Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Besar Modal Awal No

Rentang Modal awal

Jumlah responden

Persentase

1

≤ Rp 500.000

18

21%

2

Rp 500.000 ≤ Rp 5.000.000

57

66%

3

Rp 5.000.000 ≤ Rp 10.000.000

8

9%

4

> Rp 10.000.000

3

3%

Jumlah Sumber : Data primer diolah (2015)

86

100%

Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa kisaran besar modal awal yang digunakan oleh sebagian besar PKL yang berjualan di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga berkisar antara Rp 500.000 sampai Rp 5.000.000 yang digunakan untuk membuka usaha oleh 57 PKL (66%). Berikutnya sebanyak 18 PKL (21%) pedagang yang membangun usahanya dengan modal untuk membuka usaha adalah kurang dari Rp 500.000 dimana pedagang yang menggunakan modal kurang dari Rp 500.000 ini rata-rata merupakan pedagang kecil seperti PKL wedang ronde dan jagung manis serta kacang rebus serta pedagang kecil yang sudah memulai usaha lebih dari 15 tahun yang lalu di mana harga-harga barang produksi aset dalam hal ini gerobak jualan masih tergolong mudah di dapat dengan harga yang relatif murah yakni dengan harga Rp 100.000 berdasarkan hasil temuan peneliti. Kemudian sebanyak 8 PKL (9%) membangun usaha dengan modal lebih dari Rp 5.000.000 sampai Rp 10.000.000 dan hanya sebanyak 3 PKL (3%) yang membangun usaha dengan modal di atas Rp 10.000.000. Dengan demikian, menunjukan bahwa modal yang ideal untuk seseorang memulai usaha dengan menjadi PKL adalah Rp. 5.000.000. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam kerja Jam kerja dari responden dalam penelitian ini bervariatif. Berikut karakteristik responden berdasarkan jam kerja :

Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja No 1

Jam kerja per hari ≤ 6 jam

2

6≤9

53

62%

3 4

9≤12

17

20%

> 12

-

Jumlah Sumber : Data primer diolah (2015)

Jumlah responden 16

Persentase 19%

-

86

100%

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa sebagian besar PKL yang berjualan di Jl.Jenderal Sudirman Salatiga membuka usaha selama 6 - 9 jam per hari yaitu sebanyak 53 PKL (62%). Berikutnya sebanyak 17 PKL (20%) membuka usaha selama 9 sampai 12 jam kerja per hari dan hanya 16 PKL (19%) yang buka usaha dengan jam kerja kurang dari 6 jam per hari. Hal ini menunjukan bahwa jam kerja efektif yang dipakai PKL rata-rata selama 6-9 jam per hari. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha Dalam penelitian ini, sebagian responden sudah menjalankan usaha lebih dari 20 tahun dan ada beberapa responden yang baru saja membuka usaha. Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan lama usaha : Tabel 7.Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha No 1

Lama Usaha ≤ 1 tahun

Jumlah responden 6

Persentase 7%

2

1 tahun ≤ 10 tahun

30

35%

3 4

10 tahun ≤ 20 tahun

30

35%

> 20 tahun

20

23%

86

100%

Jumlah Sumber : Data primer diolah (2015)

Berdasarkan tabel di atas maka dapat kita ketahui bahwa PKL yang berjualan di Jl. Jenderal Sudirman Salatiga sebagian besar merupakan pedagang yang sudah membuka usahanya lebih dari 1- 20 tahun, dengan persentase untuk PKL yang berjualan antara 1 sampai 10 tahun adalah 35% (30 PKL) dan 30 PKL (35%) sudah membuka usaha selama lebih dari 10 tahun sampai 20 tahun . Kemudian PKL yang sudah membuka usaha lebih dari 20 tahun adalah sebanyak 20 PKL (23%) dan hanya 6 PKL ( 7%) adalah pedagang yang baru membuka usaha dengan lama usaha kurang dari 1 tahun. Hal ini mengindikasikan sebagian besar PKL tidak mampu atau tidak tahu mengembangkan usaha karena sebagian besar

melakukan usaha hanya sebagai PKL dengan kisaran lama usaha lebih dari 1 tahun sampai 20 tahun. Karakteristik Responden Berdasarkan Pedapatan Per Hari Dalam menjalankan usaha, pendapatan yang diterima antar pedagang bervariatif. Responden dalam penelitian ini juga memiliki pendapatan yang berbeda antara responden yang satu dengan responden yang lain walaupun jenis usaha yang dijalankan sama. Berikut adalah karakteristik responden berdasarkan pendapatan rata-rata per hari : Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Besar Pendapatan Rata-Rata Per Hari No 1

Rentang rata-rata pendapatan per hari ≤ Rp. 100.000

Jumlah responden 26

Persentase 30%

2

Rp 100.000 ≤ Rp 500.000

53

62%

3

Rp 500.000 ≤ Rp 1.000.000

7

4

> Rp 1.000.000

-

8% -

86

100%

Jumlah Sumber : Data primer diolah (2015)

Berdasarkan tabel 8 maka dapat kita ketahui bahwa sebagian besar PKL yang ada di Jl. Jenderal Sudirman Salatiga memiliki rata-rata penjualan per hari berkisar antara Rp 100.000 - Rp 500.000 dengan persentase 62% atau sebanyak 53 PKL dari 86 responden. Berikutnya sebanyak 30% atau 26 PKL dari 86 responden memiliki rata-rata penjualan per hari di bawah Rp 100.000. Hanya 7 PKL dari 86 responden atau 8% yang memiliki pendapatan di atas Rp 500.000. Dengan melihat pendapatan PKL yang dominan antara Rp. 100.000 – Rp. 500.000 menunjukan PKL memiliki pendapatan yang cukup besar. Analisis Data Berdasarkan hasil pengolahan data , diperoleh hasil sebagai berikut : Uji Normalitas Dengan uji K-S (koreksi Liliefors) diketahui nilai Signifikansi (Sig) adalah 4,45.10-8, pada α 0,5% maka Sig < α maka hal ini menunjukan bahwa data penelitian ini memiliki eror yang tidak terdistribusi normal. Dengan data yang outlier yaitu data ke 11,19,39,43 dan 55 . Data yang outlier ini dikeluarkan dari sampel, sehingga data yang digunakan dalam pengujian selanjutnya dalam penelitian ini adalah sebanyak 81. Uji Multikolinearitas Berikut adalah hasil uji multikolinearitasnya:

Tabel 9. Hasil uji Multikolinearitas Model VIF Modal 1,067 Jam Kerja 1,091 Lama Usaha 1,126 Sumber : Data primer diolah (2015)

Hasil olah data menunjukkan bahwa semua nilai VIF < 10 maka terbukti tidak terjadi multikolinearitas. Uji Heterokedastisitas Dengan uji Glejser diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 10. Hasil uji Glejser Model Signifikansi Modal 0,283 Jam Kerja 0,686 Lama Usaha 0,562 Sumber : Data primer diolah (2015)

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diketahui bahwa nilai signifikansi(sig) ketiga variabel independen (modal, jam kerja dan lama usaha) lebih besar dari α, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas. Hasil Uji Regresi Tabel 11. Hasil Uji T Model Modal Jam Kerja

P-value 0,004* 0,846

Lama Usaha

0,630

Sumber : Data primer (diolah 2015)

Hasil olahan data pada tabel 11, dapat kita ketahui bahwa dari semua variabel independen yang terdiri dari modal, jam kerja dan lama usaha hanya variabel modal yang terbukti berpengaruh positif terhadap pendapatan PKL di jalan Jenderal Sudirman Salatiga. Hal ini karena pada α = 0,05 diperoleh nilai p-value sebesar 0,004 dimana nilai P-value lebih kecil dari α maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya modal usaha berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan PKL di Jalan Jenderal Sudirman Salatiga atau berarti semakin besar modal yang digunakan PKL untuk menjalankan usaha, semakin besar pula pendapatan rata- rata per harinya. Karena dengan modal besar, pedagang mampu membeli barang dagangan dalam jumlah banyak dan beraneka macam barang dagangan sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen karena banyaknya

pilihan. Selain dapat menyediakan barang dagangan dalam jumlah yang banyak dan bervariasi, pedagang juga dapat mempergunakan modal yang besar tersebut untuk memiliki fasilitas usaha yang tentu lebih bagus dan menunjang operasional usahanya dengan baik sehingga konsumen tertarik untuk membeli dagangan sehingga permintaan akan barang atau jasa lebih banyak. Dengan demikian, pedagang dengan modal besar bisa memiliki pendapatan yang lebih besar daripada yang memiliki modal kecil. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nazir (2010) yang menemukan bahwa modal berpengaruh terhadap PKL di Aceh Utara. Kemudian juga sesuai dengan penelitian Muin (2012) yang menemukan bahwa modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan PKL. Nilai p-value jam kerja adalah 0,846 > 0,5 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H2 ditolak hal ini berarti Jam kerja tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendapatan PKL di Jln. Jenderal Sudirman Salatiga. Berdasarkan temuan peneliti dilapangan, pedagang yang berjualan lebih dari 8 jam namun memiliki pendapatan rata-rata per hari lebih sedikit dari pedagang yang jam kerjanya kurang dari 8 jam karena jumlah dagangan. Misalnya pedagang minuman dan roti yang memiliki banyak produk roti dan minuman dengan merk yang berbeda namun memiliki jam kerja kurang dari 8 jam per hari mampu memperoleh pendapatan per hari lebih besar daripada pedegang minuman dan roti yang memiliki sedikit barang tapi memiliki jam kerja lebih dari 8 jam per hari hanya mampu memperoleh pendapatan rata-rata pr hari yang lebih sedikit dibanding pedagang yang memiliki banyak barang dagangan. Nilai p-value variabel lama usaha adalah 0,63 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H3 ditolak. Hal ini berarti lama usaha tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan PKL di Jln. Jenderal Sudirman Salatiga. Faktor utama yang peneliti temukan di lapangan selama penelitian adalah karena pedagang yang sudah lama berjualan tidak kreatif dan inovatif sehingga munculnya pedagang baru yang memiliki kreatifitas dan dengan inovasi dan gaya usaha yang baru, maka konsumen cenderung berpindah dari pedagang lama ke pedagang baru. Tabel 12. Koefisien Korelasi Model

R R Square 1 0,347 0.120 Sumber: Data Primer Diolah (2015)

Hasil pengujian menunjukkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,21. Dengan demikian berarti kemampuan variabel independen yaitu modal, jam kerja dan lama usaha dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu pendapatan PKL di Jalan Jenderal Sudirman sebesar 12 %. Sedangkan sisanya 88% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang bisa ditarik dari studi ini bahwa faktor yang berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima adalah modal, sedangkan variabel jam kerja dan lama usaha terbukti tidak berpengaruh terhadap pendapatan PKL. Keterbatasan dan Saran Penelitian Mendatang Keterbatasan dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner dibagikan pada jam kerja responden di mana tidak semua responden bersedia untuk mengisi kuesioner karena sedang sibuk melayani konsumen dan responden menolak untuk membawa pulang kuesioner karena memiliki kesibukan lain dan hal-hal tertentu yang terkait dengan pengisian kuesioner sehingga metode pengisian kuesioner juga dilakukan dengan pendampingan dari peneliti dimana responden hanya bersedia menjawab sambil melakukan pekerjaannya dan peneliti mengisi sesuai jawaban responden sehingga data yang diperoleh diduga kurang akurat. Saran Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus yang dapat peneliti sarankan agar PKL semakin berdaya guna , yaitu : 1. Pemerintah diharapkan dapat membantu PKL dalam hal permodalan dengan menambahkan program penyaluran modal dengan syarat dan proses yang mudah atau memfasilitasi PKL dengan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan usaha PKL. Seperti menambah gerobak usaha serbaguna untuk PKL yang kurang mampu dan lanjut usia, mengingat PKL adalah bagian dari UMKM yang sangat berperan penting dalam menggerakkan perekonomian. 2. PKL harus memiliki kemampuan manajemen usaha sehingga mampu mengatur pendapatan agar bisa mengembangkan usaha. Hal ini karena berdasarkan temuan

lapangan, banyak PKL yang sudah berusaha lebih dari 15 tahun dan seharusnya mampu mengembangkan usaha namun kenyataannya tidak mampu mengembangkan usaha karena tidak bisa menabung dan kurang pandai mengatur keuangan.

DAFTAR PUSTAKA Alma, B. 2006. Kewirausahaan, Edisi Revisi, Alfabeta, Bandung Anderson, D.R., Sweeney, D.J ., & Williams, T.A. 2008. Statistics Of Business And Economics 10e. Edisi ke Sepuluh. Thompson. Berenson, M.L., Levine, D.M., and Rindskopf, D. 2006, Applied Statistics A First Course, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Boediono. 1999. Pengantar Ekonomi Mikro, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Damayanti, I. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Pasar Gede Kota Surakarta. http://core.ac.uk/download/pdf/12348858.pdf. Diunduh 09 Maret 2015 Firdausa, R. A., dan Fitrie. A. 2013. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha Dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintoro Demak. Diponegoro Journal of Economics, Vol. 2, No. 1. Fitria, N.A. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Tape Singkong Di Kota Probolinggo. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/1192. Diunduh 12 Maret 2015. Indartini, M. 2009. Analisis Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Pendapatan Pedagang Makanan Dan Minuman Kaki Lima Di AlonAlon Kota Madiun. Jurnal Sosial, Vol. 10, No. 1. Jaya, A.H.M.M. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Pantai Losari Kota Makassar. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/459. Diunduh 12 Maret 2015. Martono, dan Agus. H. 2003. Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta. Muin, F. 2012. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima Di Bojonegoro. Jurnal Manajemen Dan Penelitian Akuntansi, Vol. 6, No. 1. Nasution. 2008. Metode Research: Penelitian Ilmiah, Bumi Aksara, Jakarta. Nurdirman. 2001. Manajemen Tugas, Tanggung Jawab, Praktek ,Gramedia,

Jakarta

Priyandika, A.N. 2015. Analisis Pengaruh Jarak, Lama Usaha Dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima Konveksi(Studi Kasus Di Kelurahan Purwodinatan Kota Semarang). http://eprints.undip.ac.id/45436/1/06_PRIYANDIKA.pdf. Diunduh 10 Agustus 2015. Santoso, Y.N.B. 2001. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima:Studi Kasus Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gejayan Dan Jalan Malioboro Yogyakarta.http://www.library.usd.ac.id/Data%20PDF/F.%20Keguruan%20dan%20Il mu%20Pendidikan/Pendidikan%20Akuntansi/951334055_full.pdf. Diunduh 12 Maret 2015. Sumerta, D., Kasman,K., & Firdaus, S. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Kota Padang (Studi Kasus Di Pasar Raya). http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFEK&page=article&op=view&path %5B%5D=2519&path%5B%5D=2201. Diunduh 09 Maret 2015 Widjajanti, R. 2009. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Pada Kawasan Komersial di Pusat Kota . Studi Kasus : Simpang Lima, Semarang. Teknik, Vol. 30, No. 3.