HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI

Download ARTIKEL E JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1). IDA TRIRATNASARI. NPM:10060014...

0 downloads 539 Views 67KB Size
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK

ARTIKEL E JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)

IDA TRIRATNASARI NPM:10060014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT 2014

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF PESERTA DIDIK Oleh: Ida Triratnasari Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The ability of emotional control has important role in individual development process. Here, individual means the students. The reaction and expression of students emotional labile and uncontrolled that have impact in individual and social life woos still. Dealing with that fact, so the researched want to study about the correlation between the ability of students in controlling emotion and aggressive behavior. The purposes of this relearned are: 1) To described of students controlling in handling emotion. 2) To describe about students aggressive behavior. 3) Controlling to describe, about correlation both students aggressive behavior at SMP Negeri 23 Padang. Conduct this research in to actually, in this research the researcher tries to descriptive qualitative by analysis statistic correlation. Population of this research is students at VII and VIII at SMP Negeri 23 Padang, and the amount of samples are around 83 students that is chosen from 484 students at SMP Negeri 23 Padang. In this researcher the research proportional using a random sampling, meanwhile to collect the data, the researcher instrument questionnaire in this research, the researcher analyze the data by using percentage analysis, meanwhile for testing hypothesis to find out the result, the researcher use formula Pearson product moment correlation, in analysis the data, the researcher use program Microsoft excel and SPSS program version 16.00. findings of this research are: 1) The ability of students control emotion is categorized in good category. 2) Aggressive behavior is categorized as low category. 3) The correlation of students ability in control emotion and rhitung 0,366 > rtabel 0,213 in df 81 and the significant 0,01 (sig < 0,05). Based on the finding above that there are correlational both students ability in handling emotion and students aggresive behavior at SMP Negeri 23 Padang. Keywords: Emotion management, aggressive behavior. Pendahuluan Menurut Surya (2013: 71) emosi adalah “Untuk menggerakkan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya, serta menghindari sesuatu yang merugikan dan pencabutan kebutuhan”. Menurut Fatimah (2006: 116) mengelola emosi berarti “manangani perasaan agar terungkap dengan tepat. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat”. Berdasarkan pendapat di atas emosi merupakan keseluruhan dari pikiran, perasaan, nafsu dan keadaan mental seseorang yang timbul karena situasi tertentu yang diperkuat oleh ekspresi kejasmanian yang dapat menggerakkan individu untuk memperoleh

perlindungan dan keseimbangan diri terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan dengan pola-pola perilaku yang dapat diterima lingkungan sosial. Emosi juga dapat bergerak dari emosi positif sampai dengan yang bersifat negatif, hal itu tergantung kepada kemampuan seseorang dalam mengelola emosi sehingga memiliki emosi yang tepat dengan mempertimbangkan keadaan, waktu, dan tempat. Menurut Myers (Hanurawan, 2010: 8081) menjelaskan bahwa agresif adalah “perilaku fisik maupun perilaku verbal yang diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresif”. Selanjutnya Murray (Fatimah, 2006: 255) mendefinisikan agresif sebagai “suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang atau menghukum orang lain”. Berkowits (Sobur, 2009: 432) mendefenisikan agresif

sebagai “Segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental”. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif merupakan sebuah tindakan, tanggapan atau reaksi terhadap peristiwa tidak menyenangkan yang mampu memberikan dampak merugikan atau merusak diri sendiri maupun orang lain. Perilaku agresif biasanya digambarkan dengan hal-hal yang bersifat fisik tetapi seringkali agresif ditunjukan dalam bentuk kerugian secara psikologis seperti merasa diabaikan, merasa kecewa, dan sedih. Selanjutnya Saefullah (2012: 269) mangatakan “kematangan emosi yang baik dan mampu mengendalikan emosi maka tidak akan berperilaku agresif”. Sobur (2006: 443) mengatakan bahwa supaya pergaulan kita sehari-hari dapat berjalan lancar dan dapat menikmati kehidupan yang tentram “Kita tidak hanya harus mampu mengendalikan emosi kita, namun juga harus memiliki emosi yang tepat dengan mempertimbangkan keadaan”. Selanjutnya Saefullah (2012: 269) mengatakan bahwa: Kematangan emosional dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan teman sebaya. Lingkungan yang kondusif cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperi adolensi emosi, mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif). Jika seseorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang dari orangtua atau pengakuan dari teman sebaya, ia cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga bisa berealisasi agresif (melawan, keras kepala, berkelahi, dan senang mengganggu). Berdasarkan pendapat di atas, dapatlah dikatakan bahwa ada hubungan antara pengelolaan emosi dengan perilaku agresif, dimana reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi ataupun sosialnya. Mereka menjadi sering merasa tertekan dan muram atau justru menjadi orang yang berperilaku agresif. Dengan kempuan pengelolaan emosi akan memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan dalam merealisasikan tingkahlakunya sesuai dengan situsi dan kondisi sehingga, perilaku yang ditampilkan dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan dan Konseling (PPLBK) dari tanggal 4 Juli 2013 hingga 14 Desember 2013 di SMP Negeri 23 Padang. Terlihat fenomena diantaranya: Adanya peserta didik yang belum mampu mengontrol emosinya, adanya peserta didik suka murung, terlalu bahagia, dan kemarahan yang meledak-ledak, adanya peserta didik yang berusaha untuk menyembunyikan kekurangan dirinya dengan melucu dan berdiam diri, adanya peserta didik yang melawan terhadap personil sekolah, adanya peserta didik yang bertengkar dan berkelahi, adanya peserta didik yang senang mengganggu, adanya peserta didik yang mudah tersinggung, adanya peserta didik yang senang menyendiri. Berdasarkan fenomena yang terjadi di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan: a) Kemampuan Pengelolaan Emosi peserta didik di SMP Negeri 23 Padang, b) Perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang, 3) Hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: a) Kemampuan pengelolaa emosi peserta didik di SMP Negeri 23 Padang, b) Perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang, 3) Hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan analisis statistik korelasional yang tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif dan menggambarkan suatu keadaan, peristiwa atau suatu situasi tertentu sebagaimana adanya. menurut Yusuf (2007: 62) “Penelitian kuantitatif dapat dilaksanakan dalam bentuk penelitian deskriptif, penelitian eksplorasi, penelitian korelasional, penelitian kausalkomparatif, penelitian eksperimen”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan deskriptif dengan analisis statistik korelasional. Menurut Lehmann (Yusuf, 2007: 83) penelitian deskriptif adalah “Salah satu jenis penelitian

yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta dan sifat populasi tertentu, atau menggambarkan fenomena secara detail”. Selanjutnya Anggoro (2008: 3.18) mengatakan “Pendekatan korelasional memusatkan hipotesisnya pada ada-tidaknya hubungan”. Senada dengan itu, Yusuf (2007: 84) menyatakan “Penelitian korelasional merupakan suatu tipe penelitian yang melihat hubungan antara satu atau beberapa ubahan dengan satu atau beberapa ubahan yang lain”. Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan di atas maka, jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dalam bentuk deskriptif dengan analisis statistik korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variabel faktor lain yang berdasarkan pada koefisien korelasi. Waktu penelitian ini adalah waktu dilaksanakannya penelitian dimulai dari tahap persiapan sampai tahap akhir penelitian dilaksanakan pada semester II kelas VII tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian akan dilakukan di SMP Negeri 23 Padang dengan populasi peserta didik kelas VII dan kelas VIII yang berjumlah 484 orang dan pengambilan sampel menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling sehingga didapat sampel 83 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa angket. Menurut Yusuf (2007: 249) kuesioner adalah “Suatu serangkaian pernyataan yang berhubungan dengan topik tertentu yang diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data”. Jadi, kuesioner adalah seperangkat pernyataan yang harus dijawab oleh responden secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh berbagai keterangan langsung dari responden. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis persentase yang dikemukakan oleh Sudijono (2010: 43) sebagai berikut: P = x100 Keterangan: P : Persentase f : Frekuensi n : Jumlah sampel 100: Jumlah angka mutlak Selanjutnya pengujian hipotesis untuk melihat hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment Correlation,

perhitungannya menggunkan jasa komputer dengan bantuan program Microsoft Excel dan program SPSS versi 16.00. Hasil dan Pembahasan Penelitian Hasil penelitian ini disajikan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu 1) untuk mengetahui bagaimana kemampuan pengelolaan emosi peserta didik di SMP Negeri 23 Padang 2) untuk mengetahui bagaimana perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang (3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. 1. Kemampuan Pengelolaan Emosi Peserta Didik Secara umum gambaran kemampuan pengelolaan emosi peserta didik di SMP Negeri 23 Padang berada pada kategori baik dengan ditemukannya jumlah persentase tertinggi yakni 68,67% sebanyak 57 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar peserta didik di SMP Negeri 23 Padang sangat baik dalam pengelolaan emosi tersebut. Meskipun hasil persentase tertinggi pada kategori baik Guru BK dan pihak-pihak yang terkait pada peserta didik juga harus memperhatikan peserta didik yang dikategorikan cukup dalam hal mengelola emosi karena terlihat masih ada 10 orang dengan persentase sebesar 12,04%. Agar dampak dari ketidak mampuan dalam kemampuan pengelolaan emosi tersebut tidak merugikan dirinya sendiri dan merugikan orang lain. Pada umumnya peserta didik memiliki kesulitan dalam mengontrol dirinya sendiri mereka cenderung cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk meyakinkan orang-orang disekitarnya. Perilaku seperti ini sering terjadi karena adanya kecemasan terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dalam reaksi yang tidak wajar. Dalam keadaan emosi, perilaku peserta didik telah dipengaruhi sedemikian rupa sehingga pada umumnya peserta didik kurang dapat menguasai dirinya lagi. Perilaku peserta didik pada ummnya tidak lagi memperhatikan suatu norma atau nilai-nilai. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua pada saat anak lebih banyak

menghabiskan waktu di rumah adalah dengan memperkenalkan kebudayaan dilingkungan keluarga karena dengan adanya faktor kebudayaan tidak semua rangsangan emosional dapat dinyatakan sebagaimana keinginan individu. Ekspresi emosi yang dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan individu, tetapi yang negatif atau ditolak masyarakat perlu ditahan dan ditekan. Anak-anak sering dilarang marah, menangis, tertawa terbahak-bahak, takut dan sebagainya. Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata (2007: 83) yang mengatakan bahwa “Pengaruh kebudayaan, dalam perkembangan emosi terdapat pola-pola ekspresi dan pengendalian emosi”. Orang tua juga dapat mengajarkan atau melatih untuk mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, membina kemampuan berhubungan dengan orang lain, sedangkan untuk pihak sekolah dapat menyelenggarakan penyaluran kegiatankegiatan dalam penyaluran emosi secara sehat untuk mampu menjaga keseimbangan emosi, peserta didik harus dibiasakan untuk mengembangkan toleransi-emosional yaitu kecakapan dalam menerima dan menyesuaikan diri terhadap pengalaman emosional yang kurang menyenangkan. Pengendalian emosional merupakan proses belajar untuk menilai rangsangan emosi sebelum memberikan respon, dan belajar untuk mengekspresikan emosi dengan polapola perilaku yang dapat diterima secara sosial, dalam proses belajar mengajar yang dapat melatih peserta didik dalam keterampilan-keterampilan emosional, berempati dan kemampuan berhubungan dengan orang lain, memiliki kedisiplinan diri, memotivasi diri dan keterampilan berprilaku. Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Neviyarni (2009: 122) ada sejumlah kondisi yang harus dikembangkan pada diri manusia jika ingin disebut cerdas secara emosional yaitu “a) Mengenali emosi sendiri, b) Mengelola emosi, c) Memotivasi diri sendiri, d) Mengenali emosi orang lain, e) Kemampuan membina hubungan dengan orang lain.

2. Perilaku Agresif Peserta Didik Hasil temuan peneliti menunjukkan bahwa perilaku agresif yang dilakukan oleh peserta didik SMP Negeri 23 Padang menunjukkan bahwa peserta didik termasuk dalam kategori sangat rendah dengan persentase 51,81% sebanyak 43 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku agresif yang dilakukan oleh peserta didik rendah. Dari hasil penelitian yang telah didapatkan maka Guru BK tidak boleh mengabaikan peserta didik yang masih selalu melakukan perilaku agresif sesuai dengan hasil penelitian masih ada 3 orang dengan persentase 3,61%. Untuk mengurangi ataupun mencegah peserta didik yang belum terpengaruhi oleh peserta didik yang selalu melakukan perilaku agresif maka halhal yang perlu dilakukan adalah melalui implementasi pelayanan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling diarahkan kepada hal-hal yang menunjang pengembangan diri peserta didik secara optimal dan memandirikan peserta didik untuk dapat menjalankan kehidupan seharihari secara efektif. Menurut Natawidjaya (Yusuf dan Nurihsan, 2006: 6) “Bimbingan dan konseling sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami, mengarahkan dirinya, bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat”. Guru BK sebagai pelaksana kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan mampu membantu peserta didik berkembang secara optimal sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam hal ini yang dituntut adalah pembentukkan sikap dan perilaku peserta didik sesuai dengan nilai dan norma. Kemampuan peserta didik dalam pengelolaan emosi dapat mempengaruhi bentuk sikap dan perilaku. Guru BK dapat berperan dalam menumbuhkembangkan sikap dan perilaku peserta didik, pengembangan tersebut dapat dibantu dengan pelayanan bimbingan dan konseling sebagai berikut: a. Layanan Informasi Layanan informasi merupakan layanan yang berisikan informasi-informasi yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik, pemecahan masalah, mencegah timbulnya masalah, dan untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan yang dimiliki. Guru BK dapat membantu pembentukan sikap dan perilaku melalui pemberian layanan informasi seperti, problematika remaja, ciri-ciri remaja, pengertian perilaku agresif, bentuk-bentuk perilaku agresif, problematika remaja, dan penyebab perilaku agresif. Layanan ini dapat diberikan secara individual dan kelompok. b. Layanan Konseling Perorangan Konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan secara perorangan dengan guru BK dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah pribadi peserta didik. Dalam layanan ini memungkinkan pemberian bantuan peserta didik yang menyangkut permasalahan perilaku agresif, seperti berkata-kata kotor, berkelahi. c. Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok ini memungkinkan peserta didik secara bersama-sama membahas pokok bahasan tertentu untuk menunjang berbagai pengetahuan, wawasan, pemahaman dan melatih komunikasi mereka dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui layanan ini peserta didik secara bersamasama akan membahas satu topik yang berhubungan dengan perilaku agresif dengan topik tugas seperti, memahami perilaku agresif secara luas dan bentukbentuk perilaku agresif. d. Layanan Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan untuk membahas secara bersama-sama mengenai permasalahan yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Permasalahan yang dibahas menyangkut perilaku agresif, seperti dampak negatif perilaku agresif dan cara untuk mengurangi perilaku agresif. 3. Hubungan antara Kemampuan Pengelolaan Emosi dengan Perilaku Agresif Peserta Didik Hasil yang diperoleh dari uji hipotesis mengungkapkan bahwa “terdapat hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik

di SMP Negeri 23 Padang” diterima. Hasil tersebut dibuktikan dengan angka koefisien korelasi =0,366 dengan signifikansi 0,01 (sig <0,05). Angka tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. Nilai menunjukkan arah hubungan yang signifikan, yaitu semakin tinggi kemampuan pengelolaan emosi peserta didik maka semakin baik mengontrol perilaku agresif peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan kesesuaian dengan permasalahan peneliti temukan di sekolah, dimana terdapat kemampuan pengelolaan emosi yang belum maksimal yang dibuktikan melalui hasil uji hipotesis dengan koefisien korelasi =0,366 dengan signifikansi 0,01 (<0,05) dimana semakin kurang kemampuan pengelolaan emosi peserta didik akan semakin tinggi perilaku agresif peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif. Temuan ini mendukung pendapat Sobur (2009: 417) “Saat terbentuknya emosi, ketakutan, agresif, amarah cenderung bercampur, berhubungan dan bukannya terpisah. Orang cenderung menjadi marah dan terdorong menjadi agresif jika harus menghadapi keadaan yang mengganggu”. Selanjutnya menurut Yusuf (2009: 114) seseorang yang dapat dikatakan mampu mengelola emosi yaitu: (1) Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah secara lebih baik. (2) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi. (3) Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain. (4) Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga. (5) Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stress). (6) Dapat mengurangi rasa kesepian dan cemas dalam pergaulan. Mengenai tindakan agresif pada anak sangat banyak faktor penyebab yang bersumber dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor pada orang tua yang menambah seringnya anak menjadi agresif antara lain, sikap orang tua yang terlalu

banyak mengkritik tingkah laku anak, sehingga banyak keinginan-keinginan yang terhambat, sering menimbulkan perasaan putus asa sehingga menimbulkan perasaan kesal dan mengandung sifat-sifat dendam yang tersalurkan melalui kemarahan dan perilaku agresif. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Yale dan Dollar (Willis, 2010: 125) mangatakan “Bahwa penyebab perilaku agresif adalah yang paling banyak mengalami kegagalan dalam memenuhi kebutuhannya”. Tindakan perilaku agresif atau menyerang merupakan perbuatan yang dapat mendatangkan kesakitan, kesusahan baik fisik maupun psikologis. Tindakan agresif seringkali hanya disebabkan oleh persoalan-persoalan yang ringan seperti salah paham, tersinggung, pertengkaran. Meskipun agresif sering dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat fisik, namun sebenarnya perilaku agresif yang ditujukan untuk memberikan kerugian secara psikologis dapat pula disebut sebagai perilaku agresif seperti, rasa kecewa, cemas, atau merasa diabaikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Firman (2013: 2) “ Perilaku agresif kadangkala disebabkan oleh persoalan kecil, seperti kesalah pahaman, ketidakpuasan dan pertengkaran yang berakhir dengan pembunuhan, pembakaran serta pengerusakan fasilitas milik pribadi maupun umum”. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat diungkapkan bahwa hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang dapat diambil kesimpulan bahwa: terdapat hubungan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang. Adapun hubungan tersebut secara rinci dijelaskan sebagai berikut: 1.

2.

Berdasarkan hasil penelitian kemampuan pengelolaan emosi peserta didik di SMP Negeri 23 Padang berada pada kategori baik dalam kemampuan pengelolaan emosi. Berdasarkan hasil penelitian mengenai perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang berada pada kategori sangat rendah.

3.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan pengelolaan emosi dengan perilaku agresif peserta didik di SMP Negeri 23 Padang.

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti ingin mengajukan berupa saran kepada: 1.

2.

3.

Peserta didik Pada saat menghadapi masa remaja banyak hal-hal yang mengalami perubahan pada diri remaja salah satunya adalah pola pikir dan perilaku. Dengan adanya perubahan dan keadaan lingkungan yang mendukung peserta didik diharapkan mampu mengekspresikan emosi yang dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan individu, tetapi yang negatif atau ditolak masyarakat perlu ditahan dan ditekan serta mengontrol emosi dengan baik. Guru BK Berdasarkan hasil analisis data guru BK diharapkan dapat memelihara, mengembangkan dan memberikan arahan kepada peserta didik agar dapat bersikap dan bertingkahlaku sesuai dengan norma yang berlaku di sekolah dan juga masyarakat. Hasil temuan penelitian di SMP Negeri 23 Padang, masih terdapat peserta didik yang memiliki perilaku agresif yang tinggi karena kurangnya kemampuan pengelolaan emosi yang mengakibatkan perilaku agresif tersebut muncul dan dilakukan oleh peserta didik. Oleh karena itu guru BK diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada peserta didik melalui pelaksanaan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Kepala Sekolah Kepala sekolah dan bersama personil lainnya diharapkan dapat lebih meningkatkan perhatian kepada peserta didik terutama pada peserta didik yang sering melakukan pelanggaran seperti tindakan kekerasan di sekolah, berkelahi, merusak fasilitas umum di sekolah. Sekolah diharapkan bersikap tegas atas permasalahan yang terjadi selain itu. pihak sekolah juga diharapkan mampu manjalin hubungan berkomunikasi yang baik dengan keluarga peserta didik

4.

5.

sehingga permasalahan yang dialami oleh peserta didik dapat terselesaikan dengan baik. Orang Tua Berdasarkan hasil penelitian ini orang tua diharapkan dapat berkomunikasi kepada anak-anaknya agar mengetahui perkembangan anak-anaknya baik di sekolah maupun di rumah sekaligus lebih peka terhadap perubahan sikap dan perilaku anak akibat ketidakmampuan pengelolaan emosi yang dapat berdampak pada perilaku agresif. Peneliti Selanjutnya Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti jenis emosi lain yang belum diteliti terhadap perilaku agresif.

Daftar Kepustakaan Anggoro, Toha. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Fatimah, Enung. 2006. Pisikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia. Firman. 2013. “Penanggulangan Tindakan Kekerasan dan Agresifitas Remaja di Kota Padang”. Makalah tidak diterbitkan. Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Neviyarni. 2009. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalifah Fil Ardh. Bandung: Alfabet. Nurihsan, Juntika & Samsu Yusuf. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja wali pers. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikolagi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja RosdaKarya.

Surya, Mohamad. 2013. Psikologi Guru. Bandung: Alfabet. Tim Penyusun. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa. Padang: STKIP PGRI Sumatera Barat. Willis,

Sofyan S. 2010. Remaja Masalahnya. Bandung: Alfabet.

dan

Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press. Yusuf,

Syamsu. Perkembangan Bandung:

2009. Psikologi Anak dan Remaja. Rosda Karya.