HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN

Download Tumpak Kepuh ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani di ladang ... Desa Tumpak Kepuh memiliki tingkat interaksi sosial yang ting...

0 downloads 291 Views 58KB Size
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT DESA TUMPAK KEPUH, KECAMATAN BAKUNG, KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

OLEH RINATA NIM 106811400218

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN AGUSTUS 2010

JUDUL “Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Lingkungan Sosial dengan Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kec. Bakung, Kab. Blitar” ABSTRAK Kata kunci : Tingkat pendidikan, lingkungan sosial, perilaku konsumtif. Masyarakat Desa Tumpak Kepuh pada saat ini sebagian besar adalah bekerja sebagai TKI. Sebagian besar masyarakatnya dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, banyak para pemudanya yang setelah lulus dari SMP atau bahkan SD lebih memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri dari pada melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dahulunya masyarakat Desa Tumpak Kepuh ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani di ladang, namun saat ini dengan banyaknya warga masyarakat yang menjadi TKI maka telah terjadi peningkatan pendapatan dan perbaikan di bidang ekonomi. Namun demikian hal tersebut justru seakan mengubah gaya hidup masyarakat yang cenderung mengarah pada perilaku konsumtif. Fenomena perilaku konsumtif ini semakin terlihat di Desa Tumpak Kepuh, pakaian model terbaru, memakai perhiasan yang berlebihan, kendaraan yang bagus dan perabotan rumah tangga yang beraneka ragam seakan-akan menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh masyarakat di desa ini, bahkan pemenuhan kebutuhan terhadap barangbarang tersebut dapat dikatakan berlebihan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar; (2) mendeskripsikan kondisi lingkungan sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar; (3) mendeskripsikan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar; (4) menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar; (5) menjelaskan hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. Sumber data dalam penelitian ini adalah manusia, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket, wawancara, observasi(pengamatan)dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di Desa Tumpak Kepuh yang berjumlah 1.070 KK, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling dengan kriteria sampel sebesar 7% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 75 KK. Prosedur analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial (Analisis regresi berganda).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak Kepuh 52% merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), 32% merupakan lulusan SMP, 10,7% lulusan SMA dan hanya sebesar 5,3% yang telah menempuh pendidikan tinggi; (2) sebesar 53,3% masyarakat Desa Tumpak Kepuh bekerja sebagai wiraswasta(termasuk TKI), sebesar 38,7% bekerja sebagai petani di ladang, serta hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai guru atau nelayan yaitu masing-masing sebesar 5,3% dan 2,7%. Tingkat interaksi sosial masyarakat Desa tumpak Kepuh tergolong tinggi, yaitu sebesar 52% masyarakat Desa Tumpak Kepuh memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi, 48% memiliki tingkat interaksi sosial yang sedang dan 0% yang memiliki tingkat interaksi sosial rendah, masyarakat Desa Tumpak Kepuh telah memperoleh kemudahan akses informasi, komunikasi dan transportasi; (3) sebesar 57,3% masyarakat Desa Tumpak Kepuh tergolong konsumtif , 33,4% tergolong sangat konsumtif, terhadap pakaian, perhiasan, kendaraan dan perabotan. Serta hanya sebesar 9,3% masyarakat yang tergolong tidak konsumtif; (4) ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, berdasarkan uji hipotesis secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05) artinya semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka akan cenderung berperilaku konsumtif, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan cenderung tidak berperilaku konsumtif ; (5) ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t yang menunjukkan bahwa thitung pada variabel lingkungan sosial (interaksi sosial) sebesar 5,391 dengan signifikansi 0,000 maka thitung > ttabel (5,391>1,665) dan besarnya probabilitas 0,000<0,05. Demikian juga berdasarkan uji F yang menunjukkan bahwa, F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05), artinya semakin tinggi tingkat interaksi sosial masyarakat maka akan cenderung berperilaku konsumtif, dan sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial masyarakat maka akan cenderung tidak berperilaku konsumtif. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di zaman yang modern ini senatiasa dimanjakan dengan berbagai kemudahan hidup, akibat dari kemajuan teknologi, serta kemudahan dalam mendapatkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin kompleks. Namun demikian, selain dampak positif, kemajuan teknologi secara implisit juga diikuti dengan dampak negatif yang salah satunya yaitu dapat menyebabkan munculnya perilaku konsumtif di masyarakat.

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas. James F. Engel dalam Mangkunegara (2002:3) mengemukakan bahwa perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barangbarang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Sementara itu perilaku konsumtif dapat pula diartikan sebagai suatu kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, dimana manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, ( Aryani, http://lib.atmajaya.ac.id/defaul, diakses 17 Pebruari 2010). Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang saat ini banyak melanda kehidupan masyarakat. Tambunan berpendapat ada dua aspek mendasar yang dalam perilaku konsumtif, yaitu: (1) adanya suatu keinginan mengkonsumsi secara berlebihan. Hal ini akan menimbulkan pemborosan dan bahkan inefisiensi biaya dan (2) perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk mencapai kepuasan semata. (http://digilib.unnes.ac.id, diakses 17 Pebruari 2010). Gaya hidup konsumtif masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal meliputi, faktor psikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif diantaranya motivasi, karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang atau jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya. Faktor Eksternal atau lingkungan adalah faktor yang berasal dari luar individu, perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam

faktor eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga. Jadi perilaku konsumtif adalah kecenderungan manusia untuk menggunakan konsumsi tanpa batas, yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal atau yang berasal dari dalam diri individu seperti faktor psikologis, dan juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar diri individu misalnya faktor lingkungan disekitarnya. Calhoun dan Joan Ross (1995) berpendapat bahwa ada empat macam cara lingkungan dalam mempengaruhi perilaku, pertama : lingkungan menghalangi perilaku, akibatnya juga membatasi apa yang dilakukan, contohnya sebuah dinding kamar yang mempengaruhi gerak-gerik manusia dalam suatu ruangan. Kedua : lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku, menentukan bagaimana harus bertindak, contohnya yang terjadi di taman, biasanyaorang akan tertawa dan bergembira. Ketiga : lingkungan membentuk diri, contohnya, dalam proses belajar yang dilakukan di ruang terbuka, akan membuat pembelajar berpikir lebih kreatif dan kritis. Keempat : lingkungan mempengaruhi citra diri. Contohnya : mengenai lingkungan rumah yang asri dan hijau, dipastikan bahwa penghuni rumah tersebut adalah orang yang cinta lingkungan dan kebersihan. (Henry, http://henryaja.wordpress.com/2009/06/26 diakses 17 Pebruari 2010). Dalam buku yang berjudul Perilaku Konsumen bahwa dalam perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective) disebutkan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional, namun

juga bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut. Sebagai gantinya tindakan pembelian konsumen secara langsung merupakan hasil dari kekuatan lingkungan seperti sarana promosi penjualan, lingkungan fisik, dan tekanan ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa lingkungan akan sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Masyarakat Desa Tumpak Kepuh pada saat ini sebagian besar adalah bekerja sebagai TKI. Sebagian besar masyarakatnya dapat dikatakan memiliki tingkat pendidikan yang rendah, banyak para pemudanya yang setelah lulus dari SMP atau bahkan SD lebih memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri dari pada melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Dahulunya masyarakat Desa Tumpak Kepuh ini memiliki mata pencaharian utama sebagai petani di ladang, namun saat ini dengan banyaknya warga masyarakat yang menjadi TKI maka telah terjadi peningkatan pendapatan dan perbaikan di bidang ekonomi. Namun demikian hal tersebut justru seakan mengubah gaya hidup masyarakat yang cenderung berperilaku konsumtif. Fenomena perilaku konsumtif ini semakin terlihat di Desa Tumpak Kepuh, pakaian model terbaru, memakai perhiasan yang berlebihan, kendaraan yang bagus dan perabotan rumah tangga yang beraneka ragam seakan-akan menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh masyarakat di desa ini, bahkan pemenuhan kebutuhan terhadap barang- barang tersebut dapat dikatakan berlebihan. Desa Tumpak Kepuh yang berada di daerah Blitar selatan ini, secara geografis adalah Desa yang terletak di daerah terpencil dan daerah pinggiran. Sementara itu secara sosiologis masyarakat Desa tumpak Kepuh ini masih merupakan masyarakat desa yang masih kental dengan kegotongroyongannya dan

interaksi sosial yang sangat erat antar anggota masyarakatnya . Namun demikian yang menarik adalah dengan kondisi geografis dan sosiologis yang masih sangat mencerminkan kehidupan masyarakat Desa yang gemeinscaft dengan kekerabatan yang tinggi, tetapi masyarakatnya telah memunculkan kecenderungan perilaku konsumtif. Berdasarkan uraian di atas, maka menarik untuk diadakan penelitian untuk membuktikan adakah hubungan serta pengaruh antara tingkat pendidikan dan lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat. Oleh karena itulah, perlu dilakukan penelitian yang mengangkat judul yaitu “Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Lingkungan sosial dengan Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kec. Bakung, Kab. Blitar”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar? 2. Bagaimana kondisi lingkungan sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar? 3. Bagaimana deskripsi perilaku konsumtif yang ditunjukkan oleh masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar? 4. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar? 5. Bagaimana hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. 2. Mendeskripsikan kondisi lingkungan sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. 3. Mendeskripsikan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. 4. Menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. 5. Menjelaskan hubungan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitian di Desa Tumpak Kepuh, Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. Sumber data dalam penelitian ini adalah manusia, peristiwa, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan metode angket, wawancara, observasi(pengamatan)dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di Desa Tumpak Kepuh yang berjumlah 1.070 KK, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling dengan kriteria sampel sebesar 7% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 75 KK. Prosedur analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial (Analisis regresi berganda).

HASIL Hasil penelitian dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1.

Tingkat pendidikan masyarakat desa Tumpak Kepuh sebesar 52% masyarakat Desa Tumpak Kepuh merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD), 32% merupakan lulusan SMP, 10,7% lulusan SMA dan hanya sebesar 5,3% yang telah menempuh pendidikan tinggi.

2.

Lingkungan sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh dibedakan menjadi 3 (tiga) aspek meliputi: a. Pekerjaan Mata pencarian utama masyarakat Desa Tumpak Kepuh dahulunya adalah sebagai petani di ladang serta sebagai nelayan. Namun saat ini mata pencaharian masyarakat desa ini menjadi lebih berkembang, tidak hanya sebagai petani dan nelayan tapi sudah banyak pula warga masyarakat yang mulai berwiraswasta dengan berdagang maupun berternak bahkan sebagian besar masyarakat Desa Tumpak Kepuh saat ini bekerja sebagai TKI di Luar Negeri. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar 53,3% atau sebanyak 40 orang bekerja sebagai wiraswasta, dan sebesar 38,7% atau sebesar 29 orang bekerja sebagai petani di ladang, serta hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai guru atau nelayan yaitu masingmasing sebesar 5,3% dan 2,7% atau sebanyak 4 dan 2 orang saja. b. Interaksi Sosial Sebesar 52% masyarakat Desa Tumpak Kepuh memiliki tingkat interaksi sosial yang tinggi, 48% memiliki tingkat interaksi sosial yang sedang dan 0% yang memiliki tingkat interaksi sosial rendah. Masyarakat Desa Tumpak Kepuh memiliki hubungan yang erat antar anggota masyarakat

dimana masyarakat dapat berinteraksi dengan teman, tetangga dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya dengan baik. Interaksi sosial yang bersifat kerjasama dengan sesama dan lingkungan di sekitarnya sangat menonjol di Desa Tumpak Kepuh ini. c. Akses Akses dibedakan menjadi 3 (aspek) meliputi: 1) Informasi, kemudahan dalam mengakses informasi sudah dirasakan oleh masyarakat di Desa Tumpak Kepuh, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa hampir semua orang di desa ini telah memiliki pesawat TV dan Parabola yang dapat digunakan untuk mengakses berbagai macam informasi. 2) Komunikasi, masyarakat Desa Tumpak Kepuh telah mendapatkan kemudahan untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang di luar daerah tersebut, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Tumpak Kepuh telah memiliki HP yang dapat digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang di luar daerahnya. 3) Transportasi, masyarakat Desa Tumpak Kepuh ini telah memperoleh kemudahan dalam mengakses transportasi, hal ini terlihat dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa masyarakat dapat mengakses kendaraan umum, serta telah banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi sebagai sarana transportasi dan juga telah di dukung oleh keadaan jalan raya yang sudah beraspal sehingga mendukung kemudahan dalam untuk dapat mengakses kota dan daerah lain di luar Desa Tumpak Kepuh.

3.

Sebesar 57,3% masyarakat Desa Tumpak Kepuh ini tergolong konsumtif , 33,4% tergolong sangat konsumtif, terhadap pakaian, perhiasan, kendaraan dan perabotan, hal ini di tandai dengan kecenderungan membeli barang tersebut secara berlebihan serta hanya berorientasi demi kesenangan, dan dorongan emosional tanpa ada perencanaan yang matang dan pertimbangan apakah barang- barang tersebut benar- benar dibutuhkan atau tidak. Serta hanya sebesar 9,3% masyarakat yang tergolong tidak konsumtif.

4.

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, berdasarkan hasil regresi dan uji hipotesis secara simultan dengan uji F, namun demikian berdasarkan uji hipotesis secara parsial dengan uji t menyatakan tidak terdapat hubungan namun demikian hal ini secara statistik dapat ditoleransi. Berdasarkan uji hipotesis dengan uji t menunjukkan bahwa thitung pada variabel tingkat pendidikan sebesar -6,524 dengan signifikansi 0.000 maka thitung < ttabel (-6,524<1,665) dan besarnya probabilitas (Sig) 0.000< 0.05, sehingga berdasarkan kriteria di atas maka dapat disimpulkan Ho diterima serta Ha diterima. Namun demikian berdasarkan uji hipotesis secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05), artinya semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka akan cenderung berperilaku konsumtif, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan cenderung tidak berperilaku konsumtif.

5.

Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh berdasarkan hasil regresi dan uji

hipotesis secara parsial dengan uji t maupun secara simultan dengan uji F. Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji t yang menunjukkan bahwa thitung pada variabel lingkungan sosial (interaksi sosial) sebesar 5,391 dengan signifikansi 0,000 maka thitung > ttabel (5,391>1,665) dan besarnya probabilitas 0,000<0,05. Demikian juga berdasarkan uji F yang menunjukkan bahwa, F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05), artinya semakin tinggi tingkat interaksi sosial masyarakat maka akan cenderung berperilaku konsumtif, dan sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial masyarakat maka akan cenderung tidak berperilaku konsumtif. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian. menunjukkan hasil sebagai berikut, bahwa bahwa dari 75 responden sebanyak 39 orang (52%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang Sekolah Dasar (SD), sebanyak 24 orang (32%) masyarakat desa Tumpak kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang SMP, sebanyak 8 orang (10,7%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang SMA/SMK, serta sebanyak 4 orang (5,3%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi. Dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Tumpak Kepuh ini masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah hal ini terbukti dari 52% atau sebagian besar masyarakat di Desa ini hanya menempuh pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan hasil penelitian maka berdasarkan analisis persentase menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, hal ini ditunjukkan dari semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka masyarakat akan cenderung berperilaku konsumtif dan bahkan sangat konsumtif. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, maka persentase perilaku konsumtif masyarakat menjadi menurun bahkan menjadi cenderung tidak konsumtif. Sementara itu berdasarkan hasil analisis statistik regresi berganda (analisis regresi SPSS 15 for windows) diperoleh hasil sebagai berikut, setiap penambahan variabel X1 sebesar 1, maka akan mengurangi besarnya Y sebanyak 7,296. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan (X1) maka akan semakin rendah tingkat perilaku konsumtif masyarakat(Y). Berdasarkan uji hipotesis secara parsial dengan menggunakan uji t maka diperoleh hasil sebagai berikut, bahwa thitung pada variabel tingkat pendidikan sebesar -6,524 dengan signifikansi 0.000 maka thitung < ttabel (-6,524<1,665) dan besarnya probabilitas (Sig) 0.000< 0.05, sehingga berdasarkan kriteria di atas maka dapat disimpulkan Ho diterima serta Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh. Sementara itu berdasarkan uji hipotesis secara simultan dengan menggunakan uji F diperoleh hasil sebagai berikut, bahwa F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05) maka Ha diterima serta Ho ditolak dan koefisien regresi signifikan, artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh. Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif seseorang seperti yang diuraikan dalam buku yang berjudul Perilaku Konsumen bahwa dalam perspektif pengaruh perilaku (behavioral influence perspective) disebutkan bahwa kekuatan lingkungan memaksa konsumen untuk melakukan pembelian tanpa harus terlebih dulu membangun perasaan atau kepercayaan terhadap produk. Menurut perspektif ini, konsumen tidak saja melalui proses pengambilan keputusan rasional, namun juga bergantung pada perasaan untuk membeli produk atau jasa tersebut. Sebagai gantinya tindakan pembelian konsumen secara langsung merupakan hasil dari kekuatan lingkungan . Berdasarkan hasil penelitian, berdasar analisis persentase menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, hal ini ditunjukkan dari semakin tinggi tingkat interaksi sosial masyarakat maka cenderung akan berperilaku konsumtif bahkan akan sangat konsumtif, dan semakin menurun tingkat interaksi sosial masyarakat maka perilaku masyarakat yang sangat konsumtif menjadi semakin menurun. Sementara itu berdasarkan analisis statistik regresi berganda (analisis regresi SPSS 15 for windows) diperoleh hasil sebagai berikut, setiap penambahan variabel X2 sebesar 1 maka akan menambah besarnya Y sebanyak 1,336. Artinya

semakin tinggi tingkat interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat(X2) maka akan semakin tinggi pula tingkat perilaku konsumtif masyarakat(Y). Pernyataan di atas sesuai dengan hasil uji hipotesis secara parsial dengan uji t yang diperoleh hasil sebagai berikut, bahwa t hitung pada variabel Lingkungan social (interaksi sosial) sebesar 5,391 dengan signifikansi 0,000 maka thitung > ttabel (5,391>1,667) dan besarnya probabilitas 0,000<0,05 sehingga berdasarkan kriteria di atas maka dapat disimpulkan Ho ditolak serta Ha diterima, artinya ada hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh. Demikian juga saat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji F yang diperoleh hasil sebagai berikut, bahwa F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05) maka Ha diterima serta Ho ditolak dan koefisien regresi signifikan, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka secara umum menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh. Artinya, semakin tinggi tingkat interaksi sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh dengan lingkungan sekitar maka akan semakin konsumtif , demikian sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial masyarakat Desa Tumpak Kepuh dengan lingkungan sekitar maka akan semakin tidak konsumtif. Hal ini juga menunjukkan bahwa Ha dalam penelitian ini diterima dan Ho ditolak.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian dalam bab sebelumnya, kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tumpak Kepuh sebanyak 39 orang (52%) dari total responden masyarakat di Desa ini hanya menempuh pendidikan sampai dengan jenjang Sekolah Dasar (SD). Sebanyak 24 orang (32%) masyarakat desa Tumpak kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang SMP, sebanyak 8 orang (10,7%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang SMA/SMK, serta sebanyak 4 orang (5,3%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh menempuh pendidikan sampai jenjang Perguruan Tinggi.

2.

Sebagian besar masyarakat Desa Tumpak Kepuh bekerja sebagai TKI dan kemudian berwiraswasta. Dari 75 responden sebanyak 29 orang (38,7%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh bekerja sebagai petani di ladang, sebanyak 40 orang (53,3%) bekerja sebagai wiraswasta seperti beternak ayam ataupun membuka took (dahulunya bekerja sebagai TKI), sebanyak 4 orang(5,3%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh bekerja sebagai guru (PNS), serta sebanyak 2 orang(2,7%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh bekerja sebagai nelayan. Sementara terkait interaksi sosial, berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 75 responden, diperoleh hasil sebanyak 39 orang (52%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh dapat digolongkan memiliki tingkat interaksi sosial tinggi, sebanyak 36 orang (48%) masyarakat DesaTumpak Kepuh digolongkan memiliki tingkat interaksi sosial sedang dan 0%

masyarakat Desa Tumpak Kepuh yang memiliki tingkat intetaksi sosial rendah terakhir terkait akses dapat disimpulkan bahwa warga Desa Tumpak Kepuh ini telah memperoleh kemudahan dalam mengakses informasi, komunikasi dan transportasi. 3.

Masyarakat Desa Tumpak Kepuh cenderung berperilaku konsumtif terhadap pakaian, perhiasan, kendaraan dan perabot rumah tangga, hal ini ditunjukkan dengan munculnya perilaku pembelian yang berlebih- lebihan, hanya demi mencapai kesenangan, membeli atas dasar dorongan emosional dan tidak ada perencanaan, serta tidak ada prioritas dalam membeli terhadap barang tersebut. Dari 75 responden sebanyak 25orang (33,4%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh berperilaku sangat konsumtif, sebanyak 43orang (57,3%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh berperilaku konsumtif, dan sebesar 7 orang (9,3%) masyarakat Desa Tumpak Kepuh yang tidak berperilaku konsumtif.

4.

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, artinya semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka akan cenderung berperilaku konsumtif dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka masyarakat akan cenderung tidak konsumtif. Berdasarkan uji hipotesis secara simultan dengan uji F menunjukkan bahwa F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05), demikian Ha dalam penelitian ini diterima dan Ho ditolak.

5.

Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku konsumtif masyarakat Desa Tumpak Kepuh, artinya semakin tinggi tingkat interaksi sosial masyarakat, semakin mudahnya masyarakat dalam mengakses

informasi, komunikasi, serta transportasi maka masyarakat akan menjadi cenderung berperilaku konsumtif, dan sebaliknya semakin rendah tingkat interaksi sosial masyarakat, semakin sulitnya masyarakat dalam mengakses informasi, komunikasi serta transportasi maka masyarakat akan cenderung tidak berperilaku konsumtif. Hal ini ditunjukkan pada uji hipotesis dengan menggunakan uji t yang menunjukkan bahwa t hitung pada variabel Lingkungan sosial (interaksi sosial) sebesar 5,391 dengan signifikansi 0,000 maka thitung > ttabel (5,391>1,667) dan besarnya probabilitas 0,000<0,05. Demikian juga berdasarkan uji F yang menunjukkan bahwa, F sebesar 63,664 dengan signifikansi sebesar 0,000 sehingga sig F < 0,05 (0,000< 0,05), dengan demikian Ha dalam penelitian ini diterima dan Ho ditolak.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

Bagi Masyarakat Masyarakat Desa Tumpak Kepuh pada khususnya dan seluruh warga masyarakat pada umumnya diharapkan untuk lebih memahami akan pentingnya pendidikansebagai sarana membentuk kepribadian seseorang nantinya yang akan mempengaruhi perilaku seseorang, selain itu masyarakat diharapkan lebih pintar dalam berinteraksi dengan lingkungan dan semakin bijak dalam menyikapi kemajuan teknologi yang ada agar dapat benar-benar memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada untuk bertindak dan berperilaku yang positif.

2.

Bagi Peneliti Bagi peneliti saat ini maupun peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih kritis dalam menggali fenomena-fenomena sosial yang ada dalam masyarakat khususnya fenomena perilaku konsumtif dalam masyarakat sehingga bisa dijadikan bahan koreksi diri maupun sebagai bahan memperkaya pengetahuan untuk mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu.2002.Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. Ainiyuwanisa. 2009. Perilaku Konsumtif. (Online)(http://ainiyuwanisa.wordpress.com/2009/11/15, diakses 17 Pebruari 2010). Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang:UMM Press. Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Aswar, S. 2002.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Boeree,G.2008. Psikologi sosial. Jakarta: Primasophie. Boudrillard, Jean P. 2004.Masyarakat Konsumsi.Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta. Essael, Henry. 1997. Consumer Behavior and Marketing Action, Fourth Edition PWS. Boston: Kent Publishing company. F. Engel, James dkk.1994.Perilaku Konsumen Jilid 1.Tangerang: Bina Rupa Aksara. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial edisi 3. Bandung: Refika aditama. Hartoto, (http://fatamorghana.wordpress.com, diakses 17 Pebruari 2010). Henry, (http://henryjayawordpress.com/2009/06/26 diakses 17 Pebruari 2010). Kotler, P.2000. Manajemen Pemasaran Indonesia Jilid 1.Jakarta: Salemba Empat. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2002. Perilaku Konsumen.Bandung: PT. Refika Aditama.

Myers, D. G.1983.Social Psychology.New York: Mc. Grow Hill inc. Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Purba, Johny. 2002.Pengelolaan Lingkungan Sosial.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ritzer, George & Douglas.J. Goodman. 2007.Teori Sosial Modern. Jakarta: Kencana. Santoso, Singgih. 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elexmedia Media Computindo. Sarwono, S.W.1989. Psikologi Remaja. Jakarta: Erlangga. Schiffman, Leon & Leslie L. Kanuk.2008.Perilau KonsumenEdisi ke Tujuh.Jakarta: PT. Indeks. Soedjatmiko, Haryanto. 2008. Saya Berbelanja, Maka Saya Ada, Ketika Konsumsi dan DesainMenjadi Gaya Hidup.Yogyakarta: Jala Sutra. Sugiyanto. 2004.Analisis statistika Sosial. Malang: Bayumedia Publishing. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alva Beta Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: CV. Ngeksigondo Multisarana Utama. Supardi. 2008. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Sutisna, (http. Sutisna. Com/psikologi/perilaku). Swastha, B.H.D.1998. Manajemen Pemasaran analisa Perilaku Konsumen.Yogyakarta: Liberty. Tambunan, R.2001. Remaja dan Perilaku Konsumtif. Jurnal Psikologi dan Masyarakat. (Online), (http//.www.e-psikologi.com/remaja/191101 htm.diakses 17 Pebruari 2010.) Tirtarahardja, Umar dkk. 2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Undang- Undang Republic Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003. Jakarta: PT. Armas Duta Jaya. Universitas negeri Malang.2003. Pedoman penulisan Karya Ilmiah.Malang: Universitas Negeri Malang.

Zamroni. 1988. Pengantar Pengembangan Teori Sosial.Yogyakarta: Depdikbud Dirjen Dikti. ,( http://digilib.unnes.ac.id, diakses 17 Pebruari 2010). , (http://www.wordpress.com/2009/11/15 diakses 17 Pebruari 2010). , (http// apadefinisinya.blogspot.com diakses 27 Pebruari 2010).