1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia Lisna Anisa Fitriana Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya Afianti Sulastri Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Tahun 2014 Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung Septian Andriani Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Budi Somantri Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Sri Sumartini Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah Kabupaten Bandung Hendra Gunawan, Yayat Hidayat Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Santy Sanusi Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
DEWAN REDAKSI
JURNAL KEPERAWATAN ‘AISYIYAH (JKA) Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015 Pelindung: Ketua STIKes ‘Aisyiyah Bandung
Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO.
Sekretaris/Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor : Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. Triana Dewi S, S.Kp., M.Kep
Pemasaran dan Sirkulasi : Nandang JN., S.Kp., M.Kep.,Ns., Sp.Kep., Kom.
Mitra Bestari : Dewi Irawati, MA., Ph.D. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. DR. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Iyus Yusep, S.Kp., M.Si., MN. Irna Nursanti, M.Kep., Sp. Mat. Erna Rochmawati, SKp., MNSc., M.Med.Ed. PhD. Mohammad Afandi, S.Kep., Ns., MAN.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI
1. Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia Lisna Anisa Fitriana ……….......................……………………………………………....…………..………. 1-7 2. Hubungan Pengetahuan Sains Remaja di Bandung Terhadap Perilaku Sehatnya Afianti Sulastri ...……………………………………………………....…………………............................…. 9 - 15 3. Hubungan Masa Kerja, Motivasi, dan Kepemimpinan dengan Kinerja Pegawai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Yankes Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung Tahun 2014 Diah Nur Indah Sari, Ruhyandi, Susilowati …………………………………………………….… 17 - 26 4. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Depresi pada Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung Septian Andriani ……………….......……………………………………....………………………............…. 27 - 36 5. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Budi Somantri ……….....…...…………………………………………....................…………....…….....…… 37 - 43 6. Perbedaan Faktor Perilaku pada Keluarga Balita Pneumonia dan Tidak Pneumonia di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Munjul Kabupaten Majalengka Tahun 2015 Sri Sumartini ………….............................……………………………………………………....……………… 45 - 51 7. Motivasi Kader Komunitas dalam Program Penanggulangan Tuberkulosis ‘Aisyiyah Kabupaten Bandung Hendra Gunawan, Yayat Hidayat ………….....………………………………………....……………… 53 - 61 8. Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Atun Raudotul Ma’rifah, Rahmaya Nova Handayani, Pramesti Dewi ...……………… 63 - 67 9. Perbandingan Efek Kompres Hangat dengan Kompres Dingin Terhadap Intensitas Nyeri Saat Insersi Jarum Pada Pasien Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisis Rutin di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung Santy Sanusi …………...……............................………………………………………………....……………… 69 - 79 10. Faktor-Faktor yang Mendukung Perilaku Merokok Mahasiswi Fanny Adistie, Tuti Pahria, Ayu Prawesti, Triana Dewi Safariah ………....….............… 81 - 93
JKA.2015;2(1): 37-43
ARTIKEL PENELITIAN
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS MELONG ASIH KOTA CIMAHI
ABSTRAK
Budi Somantri
Usia balita merupakan usia yang sangat rentan terhadap semua penyakit, salah satunya penyebab kesakitan dan kematian balita dikarenakan oleh penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Status gizi merupakan faktor resiko yang berpengaruh dalam kejadian ISPA pada balita. Status gizi yang buruk akan lebih mudah terserang ISPA, balita yang menderita ISPA dapat menyebabkan gangguan status gizi akibat gangguan metabolisme tubuh. Tingkat keparahan ISPA sangat mempengaruhi terjadinya gangguan status gizi pada balita, penyakit ISPA pada balita yang menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga, dan demam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Status gizi dengan kejadian ISPA di Puskesmas Melong Asih. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analitik dengan desain Cross Sectional. jumlah sampel 94 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling. Data status gizi diperoleh dari menimbang berat badan sedangkan data ISPA diperoleh dari rekam medik dan lembar observasi. Sebagian besar balita ISPA memiliki status gizi baik sebanyak 80,9% Sebagian besar balita ISPA yang memiliki ISPA ringan sebanyak 66,0% hal ini bisa dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang sedang menurun, sehingga akan lebih mudah terserang infeksi. Terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi dengan nilai p-value = 0,000. Dari penelitian ini diharapkan agar status gizi yang baik tidak akan terkena infeksi ISPA. Kata kunci: Status Gizi, ISPA, Balita Abstract
Toddlers is extremely vulnerable to all disease, one of which causes morbidity and mortality due to respiratory disease toddlers. Nutritional status is a risk factor that affects the incidence of respiratory infection in toddlers. Poor nutritional status will be more susceptible to respiratory infection. Toddlers with incidence of respiratory infection can cause nutritional status due to metabolic disorders. incidence of respiratory infection severity affect the nutritional status of infants disorder that cause a variety of signs and symptoms such as coughing, difficulty breathing, sore throat, runny nose, ear pain and fever. The purpose of this research was to determine the relationship of nutritional status with the incidence of Acute respiratory infection at Puskesmas Melong Asih. The methods in this study used research method with cross sectional design. There were 94 respondents. The sampling technique used purposive sampling. Nutritional status data obtained from the weigh while the acute respiratory infetion obtained from medical records and observation sheets. Most toddlers incidence of respiratory infection has a good nutritional status as much as 80,9%. Most of the toddlers who had mild respiratory infection as much as 66,0% this can be influenced by the immune system that is being dropped so it will be more suspectible to infection. There is a significant relationship of nutritional status with the incidence of respiratory infection in toddlers in Puskesmas Melong Asih Cimahi with p-value=0,000. From this study are expected to be good nutritional status will not be affected by respiratory infection. Key word: Nutritional Status, Acute Respiratory Infection, Toddler Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung
37
38
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
PENDAHULUAN ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular didunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%nya disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak- anak, dan orang usia lanjut, terutama di negara- negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap difasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO ,2007). Penyakit saluran pernapasan merupakan sumber yang paling penting pada status kesehatan yang buruk dan mortalitas dikalangan anakanak kecil. Penyebab utama penyakit ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) atau Acute Respiratory Infection (ARI), baik yang disebabkan oleh bakteri maupun oleh virus (WHO, 2003).
Usia anak balita (bawah lima tahun) merupakan usia yang sangat menentukan perkembangan anak di masa depan. Pada masa balita ini menetapkan dasar perkembangan emosional, sosial pertumbuhan fisik serta keingin tahuan yang tinggi dan kesehatannya. Namun usia balita ini merupakan usia yang sangat rentan terhadap penyakit yang tidak jarang mengakibatkan kematian. Salah satunya penyebab kesakitan dan kematian balita ini dikarenakan penyakit ISPA
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada balita yakni faktor lingkungan (pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah,) faktor individu anak (umur anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A), dan faktor prilaku. Status gizi merupakan faktor resiko yang paling berpengaruh dalam kejadian ISPA pada balita. Status gizi yang buruk akan lebih mudah terserang ISPA dan balita yang menderita ISPA dapat menyebabkan balita mengalami gangguan status gizi akibat gangguan metabolisme tubuh. Tingkat keparahan ISPA sangat mempengaruhi terjadinya gangguan status gizi pada balita, semakin parah ISPA yang diderita balita maka akan dapat mengakibatkan status gizi yang buruk pada balita dan sebaliknya balita yang mengalami gizi buruk maka ISPA yang diderita akan semakin parah (Sihotang, 2009). JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Menurut Efendi dkk, 2009 Peran perawat keperawatan komunitas sebagai perawat kesehatan, dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui asuhan keperawatan. Dalam peran perawat kesehatan komunitas, yaitu pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan bagian dari lingkup promosi kesehatan. Sehingga kita sebagai perawat komunitas cara untuk penanganan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita dapat memberikan penyuluhan atau promosi kesehatan agar tidak banyak terjadi angka kesakitan dan kejadian yang tinggi sehingga kita dapat merubah perilaku untuk hidup bersih dan sehat dan memberikan penyuluhan gizi yang baik dan seimbang. ISPA merupakan penyakit yang sering dilaporkan sebagai 10 penyakit utama di negara berkembang. Gejala yang sering dijumpai adalah batuk, pilek dan kesukaran bernapas. Episode atau serangan batuk pada anak khususnya balita adalah 6 sampai 8 kali per tahun. Kematian akibat ISPA pada anak khususnya balita, terutama disebabkan oleh ISPA. Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 1995, proporsi kematian ISPA pada bayi adalah 29,5%. Artinya dari setiap 100 orang bayi yang meninggal sekitar 30 orang meninggal karena ISPA. Survey ini juga menggungkapkan bahwa penyebab kematian terbesar pada bayi dan balita adalah ISPA (Maryunani, 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang. (Depkes, 2000 dalam Asrun, 2006). Dilaporkan pula, tiga per empat kasus ISPA pada balita di dunia berada di 15 negara, dan Indonesia salah satu diantara ke 15 negara tersebut menduduki peringkat ke 6. Kejadian ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 10-20%. Berdasarkan hasil SKRT (Survey Kesehatan Rumah Tangga), penyakit ISPA pada tahun 1986 berada di urutan ke-4 (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi. Sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang utama yaitu 37,7% dan 33,5%. Hasil SKRT pada tahun 1998 juga menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
penyebab kematian utama pada bayi (36%). Dan hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita (Anonymous,2008).
Angka kejadian ISPA di Indonesia. ISPA merupakan salah satu penyebab dari 4 juta kematian pada balita di negara berkembang, khususnya pada bayi. Kejadian ISPA pada bayi dan balita di Indonesia diperkirakan antara 1020% per tahun. Secara teoritis diperkirakan bahwa 10% dari ISPA akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Perkiraan angka kematian ISPA secara nasional adalah 6 per 1000 balita atau 150.000 balita per tahun.
Berdasarkan data indeks penyakit pasien yang berobat di Wilayah kerja Puskesmas Melong pada tahun 2012 dengan penyakit ISPA usia 1-5 laki- laki dan perempuan tahun 2012 sebanyak 3211 jiwa . pada tiga bulan terakhir dari bulan desember 2012- febuari 2013 berjumlah 927 jiwa yang dialami balita laki- laki dan perempuan. Penyakit ISPA berada dalam urutan pertama penyakit yang ada di wilyah kerja Puskesmas Melong Asih Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Maret 2013, di Puskesmas Melong Asih dengan hasil pengukuran terhadap anak balita usia 12 – 60 bulan data 5 anak balita penderita ISPA didapatkan penurunan berat badan. Sedangkan 2 orang anak balita yang tidak terdiagnosa ISPA tidak didapatkan penurunan berat badan . Didapatkan kesimpulan, bahwa berat badan anak balita yang mempunyai penyakit ISPA mengalami penurunan berat badan. Puskesmas Melong Asih merupakan salah satu daerah yang banyak angka kejadian ISPA pada balita. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat apakah ada Hubungan antara Status Gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Puskesmas Melong Asih terletak di RW 31 Kelurahan Melong yang berada dalam wilayah Kecamatan Cimahi Selatan. Kelurahan Melong mempunyai luas 313.060 Ha, terletak pada ketinggian 500 s/d 700 m diatas permukaan laut. Kelurahan Melong terdiri atas 36 RW (Rukun Warga) dan 191 RT (Rukun Tetangga), berbatasan dengan Kel. Cibeureum di Utara, Desa Marga Asih di Selatan, Kel. Utama di Barat dan Kota Bandung di Timur, serta memiliki jumlah penduduk di akhir tahun 2010 sekitar 67.109 jiwa, namun
39
per Oktober 2011 jumlah penduduknya telah mencapai sekitar 67.491 jiwa (Sumber data : Puskesmas Melong Kelurahan Melong 2011 ).
Penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto tahun 2012, tentang hubungan status gizi terhadap terjadinya penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita. Hasil penelitian menyebutkan mempunyai hubungan bermakna dengan penyakit ISPA pada balita. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sukmawati, Sri Dara Ayu tahun 2010, tentang hubungan status gizi, berat badan lahir, imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja puskesmas tunikamaseang kecamatan bontoa kabupaten maros. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sri Hananto Ponco Nugroho tahun 2009, tentang hubungan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA di desa wonoboyo wilayah kerja Puskesmas Wonoboyo kabupaten temanggung. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kejadian ISPA sebagian besar positif terdapat hubungan antara status gizi balita dengan kejadian ISPA, tetapi mempunyai derajat hubungan yang kecil. Penelitian selanjutnya dilakukan Dewi Rahmawati tahun 2008 tentang hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di URG anak RSU Dr. Sutomo Surabaya penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita dengan tingkat signifikan dan mempunyai arah positif yang artinya semakin baik status gizi balita maka semakin besar peluang tidak menderita ISPA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih. METODOLOGI Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan desain Cross Sectional. Studi Cross Sectional adalah desain penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma, 2011). Formulasi pertanyaan adalah “ada hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita”. Populasi yang digunakan dalam penelitian
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
40
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
ini semua balita 12- 60 bulan yang datang ke puskesmas melong asih dan semua balita yang terdiagnosa ISPA. pada tiga bulan terakhir dari bulan desember 2012- febuari 2013 berjumlah 927 jiwa yang dialami balita laki- laki dan perempuan. Penyakit ISPA berada dalam urutan pertama penyakit yang ada di wilyah kerja Puskesmas Melong Asih. Lalu diambil sampel melalui rumus yaitu sejumlah 94 responden dengan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud dan tujuan yang ditentukan oleh peneliti. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri- ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Balita 12- 60 bulan yang terdiagnosa ISPA, balita yang pertama kali datang ke Puskesmas Melong Asih.
ukur yang digunakan ISPA dengan data sekunder dengan melihat data rekam medik atau diagnosa dokter, menimbang berat badan dan mengisi lembar observasi dengan kriteria (1) ISPA Ringan (2) ISPA Sedang. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Status Gizi di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi bulan Agustus Tahun 2013 Status Gizi
Frekuensi
%
1
Baik
76
80,9
Total
94
100
2
Kurang
18
19,1
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 94 balita sebagian besar terdapat 76 balita memiliki status gizi baik (80,9%), tetapi masih ada balita yang memiliki status gizi kurang sebanyak 18 balita (19,1%).
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik pengisian instrument berupa lembar observasi dan menimbang berat badan dan umur dengan melihat tabel NCHS. Dalam pengumpulan diperlukan juga instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alatalat yang akan digunakan untuk mengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini instrumen penelitian menggunakan instrument fisiologis. Instrumen fisiologis adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur atribut fisik dengan suatu alat ukur terstandarisasi. Melakukan pengumpulan, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar memperkuat hasil penelitian. Alat ukur status gizi yang digunakan berupa timbangan dengan ketelitian 0,1 kg dan melihat tabel NCHS dengan kriteria 1.Gizi Baik 2.Gizi Sedang. Alat Tabel 3.
No.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Bulan Agustus Tahun 2013 No.
ISPA
Frekuensi
%
1
ISPA Ringan
62
66,0
2
ISPA Sedang
32
Total
94
34,0 100
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa dari 94 balita sebagian besar terdapat 62 balita memiliki ISPA Ringan (66,0%), tetapi masih ada balita yang memiliki ISPA Sedang sebanyak 32 balita (34,0%).
Distribusi Frekuensi Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi Bulan Agustus Tahun 2013 ISPA ISPA Ringan
ISPA Sedang
Total
N
%
n
%
N
%
Gizi Baik
60
78,9%
16
11,1%
76
80,9%
Total
62
65,2%
32
34,0%
94
100,0%
Gizi Kurang JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
2
11,1%
16
88,9%
18
19,1%
P-value 0,000
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita sebanyak 94 balita. Yang menderita gizi baik sebanyak 76 balita (80,9%) dan yang mengalami ISPA ringan sebanyak 60 balita (78,9%) dan yang mengalami ISPA sedang sebanyak 16 balita (11,1%). Sedangkan yang mengalami gizi kurang sebanyak 18 balita (19,1%) dan yang mengalami ISPA ringan sebanyak 2 balita (11,1%) dan yang mengalami ISPA sedang sebanyak 16 balita (88,9%). Dari hasil uji chi-square, nilai significancy-nya adalah 0,000. Artinya hasil uji statistik dengan metode chi-square diperoleh p value 0,000 lebih kecil dari nilai alpha (0,05), ini berarti ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi. PEMBAHASAN Menyebutkan bahwa sebagian besar balita mengalami ISPA ringan 66,0% dengan gizi baik dengan persentase 80,9%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 (p < 0,05), maka H0 di tolak yang artinya ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA pada balita.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati, Dara Ayu di Di Wilayah Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kabupaten Maros bahwa tahun 2010 Ada hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada anak balita (p = 0,031). Pada penelitian ini didapatkan hubungan antara status gizi dengan ISPA, hasil didapatkan ISPA ringan 66,0% dan gizi baik 80,9%. Salah satu yang mempengaruhi ISPA tidak hanya status gizi. Faktor yang mempengaruhi ISPA salah satunya status gizi, masukan zat-zat gizi yang diperoleh pada tahan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan fisik, dan serta kondisi kesehatannya, fisiologi pencernaannya, tersedianya makanan (Maryunani,2010).
Pada penelitian ini gizi baik berhubungan dengan ISPA ringan, hal ini bisa dipengaruhi oleh daya tahan tubuh yang sedang menurun, sehingga, dapat lebih gampang untuk terserang infeksi. Hal ini berbeda dengan teori yang menyebutkan bahwa tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena penyakit- penyakit infeksi.
41
Gizi sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan aktifitas tubuh. Tanpa asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan mudah terkena penyakit-penyakit infeksi. Menurut Almatsier (2003), timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah sehingga mudah terserang penyakit salah satunya ISPA.
Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi anak adalah makanan dan penyakit infeksi yang mungkin diderita oleh anak. Anak yang mendapat makanan baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya. Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya (Soekirman, 2000 dalam Sihotang 2012). Usia rentan dalam kehidupan manusia adalah usia balita. Sistem imun (kekebalan) pada rentang usia tersebut masih relatif rendah dibandingkan dengan usia-usia selanjutnya, sistem imun anak balita sedang proses menuju kesempurnaan. Oleh sebab itu, anak balita menjadi rentan terhadap gangguan kesehatan. Jika anak sering sakit nafsu makan juga akan turun sehingga berdampak pada pertumbuhan secara keseluruhan. SIMPULAN Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Melong Asih kota Cimahi pada bulan Agustus 2013 dengan jumlah sampel 94 balita, maka dapat disimpulkan, Sebagian besar balita ISPA di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi.
Hasil penelitian ini diharapkan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan dan melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu balita dengan bahasa yang dimengerti sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi menular, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian pada balita. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan dapat mengembangkan variabel status imunisasi JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
42
Jurnal Keperawatan ‘Aisyiyah
dengan kejadian ISPA pada balita sehingga penelitian selanjutnya dapat lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta; 2006. Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
Efendy Ferry, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktek dalam keperawatan Jakarta: Salemba Medika; 2009. Hidayat, Aziz Alimun. Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Edisi 1. Jakarta. Salemba medika; 2011.
Hariyani Sulistyoningsih, Redi Rustandi Staff Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya http://journal.unsil.ac.id/jurnal/ prosiding/9/9Hariyani_Stikes%20 Respati%20TSM(18).pdf.pdf FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Dtp Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2010. Hariyani Sulistyoningsih, Redi Rustandi Staff Pengajar StiKes Respati Tasikmalaya (diakes pada tanggal 25 Februari 2013). Maryunani, A. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: TIM; 2010
Meadow, Roy , Newell, Simon. Editor Amalia Safitri, S.TP, M.Si. Lecture Notes: Pediatrika. Edisi ke tujuh. Jakarta: Erlangga; 2003.
Muaris, H. Sarapan Sehat untuk Anak balita. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Anggota IKAPI. Jakarta, 2006.
Muttaqin, A. Buku ajar: asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Penerbit salemba medika; 2008. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Ed.2. Jakarta: EGC; 2005. Notoatmodjo, S. Metode Penelitian Kesehatan. JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015
Jakarta: Rineka Cipta; 2008.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan: pedomen skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarata: Salemba Medika; 2008.
Primasasiki, R.J. Balitaku Sehat. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka; 2007. Pohan, Imbalo S. MPH, MHA, Dr. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC; 2006.
Prabowo, G. Setyo. 2012. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Desa Cepokomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Gemuh I Kabupaten Kendal. [Skripsi]. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dari: http://digilib.unimus. ac.id [27 Februari 2013]. Sastroasmoro. S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Agung Seto; 2008.
Saydam, G. Memahami Berbagai Penyakit: Peyakit Pernapasan dan Gangguan Pencernaan. Bandung: IKAPI; 2011. Supariasa et al. Penelitian Status Gizi . Jakarta: EGC; 2012.
Somantri, I. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. Sri Hananto Ponco Nugroho. 2006. Hubungan Antara Status Gizi Balita dengan Kejadian ISPA di Desa Wonoboyo Wilayah Kerja Puskesmas: Wonoboyo Kabupaten Temanggung. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang. Dari: http:// digilib.unimus.ac.id [27 Februari 2013]. Uripi, V. Menu Sehat untuk Balita: Mencetak Balita Berkualitas dengan Gizi dan Menu Seimbang. Jakarta: Puspa Swara; 2004.
WHO. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang: Pedoman
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi
Untuk Dokter dan Petugas Kesehatan Senior. Jakarta: EGC; 2002.
WHO. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan:
43
Pedoman Intermitin WHO; 2007.
Wong, Donna L . Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Ed.4. Jakarta: EGC; 2003.
Puskesmas Melong Asih.2012. Puskesmas Melong Asih Kota Cimahi.
JKA | Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2015