Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
Wirawan Adikusuma
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIDIABETIK ORAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN TERGLIKASI (HbA1c) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 Wirawan Adikusuma, Nurul Qiyaam Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Mataram, Mataram Email:
[email protected]
Abstrak Kepatuhan minum obat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan terapi pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji hubungan tingkat kepatuhan minum obat antidiabetik oral terhadap kadar HbA1c pasien DMT2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode crossectional dengan mengambil data secara prospektik selama periode April – Juni 2017. Subyek penelitian ini adalah 40 pasien DMT2 rawat jalan di Poli penyakit dalam RSUP Nusa Tenggara Barat. Pengukuran kepatuhan menggunakan metode hitung pil (pill count) dan kadar HbA1c diambil berdasarkan hasil uji laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan pasien DMT2 yang tergolong patuh 50% dan yang tidak patuh 50% serta adanya korelasi negatif antara kepatuhan pengobatan pasien DMT2 terhadap kadar HbA1c (r=0,081, p=0,619). Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat antidiabetik oral terhadap kadar HbA1c Kata kunci : Kepatuhan, pill count, HbA1c, diabetes. Abstract Treatment adherence is needed to support the success of therapy in patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). The purpose of this study is to examine the relationship of adherence level of oral antidiabetic to HbA1c level of T2DM patient. This research was conducted by using crossectional method by taking prospective data during April - June 2017 period. The subjects of this study were 40 patients of outpatient T2DM in Internal disease polyclinic in West Nusa Tenggara Hospital, Indonesia. Data collecting was conducted by using the pill count method and HbA1c levels were taken based on laboratory test results. The results showed that adherence level of T2DM patients was classified as adherence 50% and non-adherent 50%. There was a negative correlation between T2DM patient treatment adherence to HbA1c levels (r = 0.081, p = 0.619). Based on this it is shown that there is no relationship between the level of adherence to taking oral antidiabetic drug to HbA1c. Keywords: Adherence, pill count, HbA1c Artikel diterima: 3 Agustus 2017 Diterima untuk diterbitkan: 6 September 2017 Diterbitkan: 16 Oktober 2017
279
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
Pendahuluan
menentukan
Diabetes mellitus merupakan penyakit
Wirawan Adikusuma
gangguan
terutama
keberhasilan
untuk
penyakit
terapi, kronis
metabolisme
seperti diabetes melitus (Aronson
dengan karakteristik hiperglikemia
2007). Adapun yang menjadi faktor
yang terjadi karena kelainan sekresi
penghalang
insulin, kerja insulin atau kedua-
kepatuhan
duanya
yang
mempengaruhi
pasien
yaitu
lamanya
(American
Diabetes
terapi,
2010).
Menurut
komunikasi yang kurang baik antara
Association
komplesitas
International Diabetes Federation,
pasien
Indonesia
menduduki
peringkat
kurangnya
kesepuluh
jumlah
terbanyak
manfaat, keamanan, efek samping,
penderita diabetes melitus di dunia
dan
rejimen,
biaya
tenaga
kesehatan,
informasi,
pengobatan
persepsi
dan
faktor
-
(International Diabetes Federation
psikologis (Aronson 2007) (Dunham
2011). Menurut data dari laporan
& Karkula 2012).
Riset Kesehatan Dasar pada tahun
Menurut
laporan
World
2013 prevalensi diabetes di Indonesia
Health Organization (WHO) pada
khususnya di Nusa Tenggara Barat
tahun
berdasarkan
yang
pasien pada terapi jangka panjang
terdiagnosis dokter sebesar 0,9%
terhadap penyakit kronis dinegara
(Badan
maju sebesar 50% dan dinegara
wawancara Penelitian
dan
Pengembangan Kesehatan 2013). hidup
disembuhkan
yang
tidak
secara
kepatuhan
rata-rata
berkembang diperkirakan akan lebih
Diabetes merupakan penyakit seumur
2003,
bisa
rendah.
Sebuah
mengenai
meta
hubungan
analisis antara
permanen
penggunaan obat terhadap kejadian
sehingga banyak pasien yang jenuh
mortalitas yang berasal dari 21
dan tidak patuh dalam pengobatan
penelitian menunjukkan kepatuhan
yang
tidak
terhadap
darah
berhubungan positif dengan hasil
menyebabkan
terkontrolnya
kadar
gula
penggunaan
(Pratita 2012). Tingkat kepatuhan
pengobatan
penderita
obat
Memperhatikan hal tersebut sehingga
merupakan salah satu faktor yang
perlu mengkaji hubungan tingkat
dalam
minum
(WHO
obat 2003).
280
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
Wirawan Adikusuma
kepatuhan minum obat pasien DMT2
jumlah
terhadap kadar HbA1c.
dikonsumsi
Metode penelitian
overuse (hasil perhitungan > 100%),
Penelitian dengan
ini
yang
x100%.
seharusnya Jika
terjadi
dilakukan
maka persentase kepatuhan pasien
metode
dihitung dari perbandingan antara
mengambil
selisih jumlah obat yang dikonsumsi
menggunakan
crossectional
dengan
data
prospektik
secara
obat
selama
dikurangi jumlah kelebihan obat
periode April – Juni 2017. Subyek
yang dikonsumsi dengan jumlah obat
penelitian ini adalah 40 pasien
yang seharusnya dikonsumsi x100%.
DMT2 rawat jalan di Poli penyakit
Dari
dalam RSUP Nusa Tenggara Barat.
didapatkan dua kategori yaitu jika
Kriteria inklusi adalah pasien DMT2
hasil perhitungan <80% termasuk
(ICD
kategori tidak patuh dan jika hasil
10.
E11),
menerima
hasil
perhitungan
antidiabetik oral minimal enam bulan
perhitungan
sebelum
kepatuhan,
kategori patuh (Vik et al. 2005).
melakukan pemeriksaan HbA1c, usia
Penelitian ini telah disetujui oleh
45-65 tahun. Kriteria eksklusi adalah
komite etik RSUP Nusa Tenggara
pasien tuli, hamil, dan pasien yang
Barat
tidak
070.1/17/KEP/2017.
pengukuran
bersedia
penelitian. dilakukan
terlibat
Pengumpulan dengan
dalam data
80-100%
akan
dengan
termasuk
nomor
Hasil dan Pembahasan
wawancara
Dari penelitian yang telah
perhitungan kesesuaian jumlah obat
dilakukan, terdapat 40 pasien DMT2
yang digunakan dengan jumlah obat
yang
yang
count).
selama periode penelitian di RSUP
Persentase kepatuhan pasien bisa
Nusa Tenggara Barat. Gambaran
dihitung dari perbandingan antara
karakteristik subyek penelitian dapat
jumlah obat yang dikonsumsi dengan
dilihat pada tabel I.
diresepkan
(pill
memenuhi
kriteria
inklusi
281
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286 Tabel I. Karakteristik subyek penelitian Karakteristik Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Pendidikan SD – SMA Perguruan tinggi Usia <50 tahun ≥50 tahun Durasi pengobatan <5 tahun ≥5 tahun Pengobatan Monoterapi Kombinasi terapi Berdasarkan
Wirawan Adikusuma (n=20) 20 20 34 6 21 19 10 30 21 19 8 32
% 50 50 85 15 52,5 47,5 25 75 52,5 47,5 20 80
data
menggunakan metode hitung pil (pill
karakteristik pasien, jenis kelamin
count) diketahui 50% pasien yang
antara laki laki dan perempuan sama
patuh dan 50% yang tidak patuh.
banyak yaitu 20 pasien (50%).
Data tingkat kepatuhan dapat dilihat
Pekerjaan didominasi oleh pasien
pada gambar I. Pada penelitian ini
yang bekerja sebanyak 34 pasien
peneliti
(85%).
pengaruh
Berdasarkan
pendidikan,
juga
ingin
mengetahui
karakteristik
terhadap
pasien yang banyak terlibat dalam
tingkat kepatuhan pasien DMT2
penelitian
SMA
menggunakan analisis statistik chi
sebanyak 21 pasien (52,5%). Usia
square, hasil tersebut tersaji pada
didominasi oleh oleh usia ≥50 tahun
tabel II.
adalah
SD
–
sebanyak 30 pasien 75%. Durasi pengobatan didominasi
<5 tahun
yang
penelitian
terlibat
dalam
sebanyak 21 orang (52,5%). Terkait pengobatan lebih didominasi oleh
tidak patuh 50%
patuh 50%
pasien yang mendapat kombinasi terapi sebanyak 32 pasien (80%).
Gambar I. Tingkat kepatuhan pasien DMT2
Dari hasil pengukuran tingkat kepatuhan pasien DMT2 dengan
282
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
Wirawan Adikusuma
Tabel II. Pengaruh karakteristik terhadap kepatuhan pasien DMT2 Kepatuhan Asym RR for Variabel ≥80 <80 pSig. cohort patuh Tidak patuh Pengobatan Monoterapi 4 4 1,000 1,000 Kombinasi 16 16 Jenis Kelamin Laki-laki 9 11 0,527 1,494 Perempuan 11 9 Pekerjaan Bekerja 16 18 0,376 0,444 Tidak Bekerja 4 2 Pendidikan <=SMA 10 11 0,752 0,818 > SMA 10 9 Usia <50 tahun 5 5 1,000 1,000 ≥50 tahun 15 15 Durasi <5 tahun 13 8 0,113 2,786 ≥5 tahun 7 12
95% C. I Lower
Upper
0,212
4,709
0,430
5,192
0,072
2,760
0,236
2,835
,239
4,184
0,773
10,043
Berdasarkan hasil analisis
perbedaan jenis kelamin berpengaruh
pada tabel II menunjukkan bahwa
terhadap tingkat kepatuhan pasien
faktor
tidak
DMT2, dimana laki-laki berpontensi
kepatuhan
mengalami penurunan sebesar 53,7%
pasien DMT2 dari setiap variabelnya
untuk mencapai kepatuhan tinggi
(P>0,05).
ini
(Adikusuma
penelitian
Berdasarkan
karakteristik
mempengaruhi
tingkat
Hasil
berbeda
penelitian
dengan
sebelumnya pengobatan
pada yang
et
al.
tingkat
2015). pendidikan
variabel
penelitian sebelumnya menjelaskan
menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan bukan
bahwa terdapat korelasi yang lemah
prediktor
antara jumlah obat terhadap rata-rata
menentukan tingkat kepatuhan (Jin et
tingkat kepatuhan pasien DMT2
al. 2008). Umumnya pasien yang
(Grant et al. 2003). Pada variabel
tingkat pendidikan tinggi memiliki
jenis
pengetahuan
kelamin
menunjukkan
yang
yang
baik
lebih
untuk
tentang
283
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
penyakit
dan
Wirawan Adikusuma
pengobatannya
menilai kepatuhan pasien DMT2
sehingga dapat lebih patuh. Pada
yaitu dengan melakukan perhitungan
variabel
pengobatan
jumlah obat (pill count). Penilaian
literatur
umumnya
kepatuhan penggunaan obat dengan
kepatuhan
terhadap
metode pill count adalah metode
pengobatan lebih tinggi pada pasien
yang paling umum dan praktis untuk
yang baru terdiagnosis dan akan
digunakan. Metode pill count juga
menurun setelah 6 bulan pertama
paling efisien dalam hal efektifitas
program terapi (Milani & Scholten
biaya
2011)
2004).
durasi
berdasarkan tingkat
(Osterberg
&
Terrence
Blaschke 2005).
(Hadi
Uji
Kepatuhan
memegang
dilakukan
&
Rostami-Gooran
pearson untuk
correlation menganalisis
peranan penting dalam mencapai
hubungan kepatuhan minum obat
target terapi terutama penyakit kronis
dengan kadar HbA1c pasien DMT2.
seperti diabetes melitus. Rendahnya
Hasil uji korelasi tersaji pada tabel
kepatuhan
pasien
III.
pengobatan
diabetes
merupakan
salah
rendahnya
kontrol
terhadap
satu
melitus penyebab
kadar
gula
Table
III.
kesadaran pasien itu sendiri terhadap kepatuhan minum obat (Dulmen et
korelasi
antara
kepatuhan dan HbA1c
darah(Aronson 2007). Hasil terapi tidak akan optimal tanda adanya
Uji
Correlation
P
coefficient
Value
0,081
0,619
Adherence HbA1c
al. 2007). Pengukuran kepatuhan pasien rawat jalan dalam pengobatan diabetes
melitus
untuk
bahwa tidak adanya korelasi positif
mengetahui efektivitas pengobatan
antara kepatuhan minum obat pasien
sehingga
dengan
target
penting
Hasil analisis menunjukkan
terapi
diabetes
kadar
HbA1c
(r=0,081,
melitus dapat tercapai dengan baik
p=0,619). Hasil penelitian ini tidak
(Alfian 2015). Salah satu cara untuk
sejalan
dengan
penelitian
yang
284
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
dilakukan
sebelumnya
yang
mengatakan semakin tinggi tingkat kepatuhan maka semakin terkontrol kadar
HbA1c
pasien
DMT2
Wirawan Adikusuma
67cb926cf3c5&groupId=55871 5. Alfian, R., 2015. Layanan Pesan Singkat
Pengingat
(Kimberley Krapek et al. 2004).
Meningkatkan
Kesimpulan
Minum Obat Pasien Diabetes
Hasil penelitian menunjukkan
Melitus
Kepatuhan
di
RSUD
tingkat kepatuhan pasien DMT2
Banjarmasin.
yang tergolong patuh 50% dan yang
Manuntung, 1(1), pp.57–61.
tidak
patuh
50%
serta
adanya
American
Jurnal
Ulin
Diabetes
Ilmiah
Association,
korelasi negatif antara kepatuhan
2010. Standards of Medical
pengobatan pasien DMT2 terhadap
Care
kadar HbA1c (r=0,081, p=0,619).
Care.
Berdasarkan
hal
menunjukkan
bahwa
tersebut tidak
ada
in
Diabetes.
Diabetes
Aronson, J.K., 2007. Compliance, concordance, adherence. British
hubungan antara tingkat kepatuhan
Journal
minum
Pharmacology, 63(4), pp.383–
obat
antidiabetik
oral
terhadap kadar HbA1c
of
Clinical
384. Badan Penelitian dan Pengembangan
Daftar Pustaka
Kesehatan,
Adikusuma, W., Perwitasari, D.A. &
Kesehatan Dasar. , 306.
Supadmi, W., 2015. Evaluasi Kepatuhan
Pasien
2013.
Riset
Dulmen, S. Van et al., 2007. Patient
Diabetes
adherence to medical treatment :
Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit
a review of reviews. BMC
Umum PKU Muhammadiyah
health services research, 13,
Bantul
pp.1–13.
Yogyakarta.
Media
Farmasi, 11(2), p.1. Available
Dunham, P.J. & Karkula, J.M., 2012.
at:
Effects of a Pharmacy Care
http://www.dof.gov.my/en/c/do
Program on Adherence and
cument_library/get_file?uuid=e
Outcomes.
25cce1e-4767-4acd-afdf-
Journal of Pharmacy Benefits,
The
American
285
Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 279-286
(February), pp.8–14. Available at: www.ajpblive.com. Grant,
R.W.
et
Wirawan Adikusuma
pp.1357–62. Milani, B. & Scholten, W., 2011.
al.,
2003.
The World Medicines Situation
Polypharmacy and Medication
2011
Adherence in Patients With
Medicines.
Type
2.
Diabetes
Care,
26(February), pp.1408–1412. 2004. Determinant factors of compliance
to
Controlled
Osterberg, L. & Terrence Blaschke, 2005. Adherence to Medication.
Hadi, N. & Rostami-Gooran, N., medication
Access
in
The New England Journal of Medicine, pp.487–497. Pratita,
N.D.,
2012.
Hubungan
hypertensive patients of shiraz,
Dukungan Pasangan dan Health
iran. Archives Iranian Medicine,
Locus
7(39), pp.292–296.
Kepatuhan
International Diabetes Federation,
Proses
of
Control dalam
dengan Menjalani
Pengobatan
pada
2011. Idf diabetes atlas fifth
Penderita Diabetes Melitus Tipe
edition fifth edit., Available at:
2. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
www.idf.org/diabetesatlas.
Universitas Surabaya, 1(1).
Jin, J. et al., 2008. Factors affecting
Vik, S.A. et al., 2005. Assessing
therapeutic
compliance :
A
Medication Adherence Among
review from the patient ’ s
Older Persons in Community
perspective. , 4(1), pp.269–286.
Settings. Can J Clin Pharmacol,
Kimberley Krapek et al., 2004. Medication
adherence
12(1), pp.5–9.
and
WHO, 2003. Adherence to Long-
associated hemoglobin A1c in
Term Therapies: Evidence for
type 2 diabetes. Annals of
Action.
Pharmacotherapy,
38(9),
286