ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTILISASI PELAYANAN PERSALINAN OLEH PASIEN ANTENATAL CARE DI RUMAH SAKIT PURI CINERE TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH : INDRYANI NIM : 109101000006
PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
i
ii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Skripsi, Juli 2013 Indryani, NIM. 109101000006 Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 xxii + (189) halaman, (39) tabel, (4) bagan, (1) gambar, (8) lampiran
ABSTRAK Latar Belakang: Utilisasi pelayanan persalinan merupakan perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan persalinan yang tersedia di suatu pelayanan kesehatan (Rumah Sakit Puri Cinere). Tingginya angka jumlah kunjungan pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere nyatanya tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere cenderung rendah dan menurun dari tahun ke tahun. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif dan desain penelitian cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan alat bantu kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien antenatal care trimester III Rumah Sakit Puri Cinere bulan April 2013. Sampel penelitian ini berjumlah 105 responden. Sebelum pengumpulan data, dilakukan uji kuesioner terhadap 20 responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 64,8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere, meliputi pekerjaan, penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, pelayanan dokter, kemudahan informasi, biaya pelayanan, penanggung biaya, dan aksesibilitas. Sedangkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere adalah fasilitas kesehatan.
iii
Saran: Rumah Sakit Puri Cinere perlu melakukan peningkatan terhadap fasilitas kesehatan, memelihara hubungan baik dengan rekanan pihak perusahaan dan asuransi dan menperluas jaringan kerjasama dengan perusahaan dan asuransi lain. Rumah Sakit Puri Cinere juga perlu mempertimbangkan kembali tarif pelayanan dan membuat paket-paket promosi khusus untuk pasien antenatal care yang melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Pihak rumah sakit juga dapat bekerjasama dengan dokter dalam memberikan edukasi dan informasi mengenai pentingnya pemanfaatan pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan. Kata Kunci
: utilisasi pelayanan kesehatan, pelayanan antenatal care, pelayanan persalinan, rumah sakit.
Daftar Bacaan : 45 (1973 – 2013)
iv
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH CONCENTRATION HEALTH SERVICES MANAGEMENT Undergraduated Thesis, July 2013 Indryani, NIM. 109101000006 Analysis Factors Related with Giving Birth Service of Utilization by Antenatal Care Patients at Puri Cinere Hospital in 2013. xxii + (189) pages, (39) tables, (3) charts, (1) pictures, (8) attachment
ABSTRACT Background: The utilization of giving birth service was the behavior of using giving birth service providing in a health service (Puri Cinere Hospital). On fact, the high of visiting numbers by the antenatal care patients were not followed by the utilization of giving birth service in Puri Cinere Hospital. The utilization of giving birth service in puri cinere hospital were low and decrease from year to year (each year). Method: This study was analytic research using quantitative approach and cross sectional study design. The data was collected by interview method using questionnaire tool. The population were all the patients of antenatal care third semester in April 2013. The sample were 150 respondent. The data analysis used univariate, bivariate, and multivariate. Result: Based on the finding of this research, the antenatal care patient who utilized the giving birth service in Puri Cinere Hospital was 64,8%. The finding showed that there were 9 variables which had meaningful relation with the utilization of giving birth service by the antennal care patient in Puri Cinere Hospital, including the job, family income, the mothers perception of pregnancy condition, the health facility, the doctor service, the information facility, the service cost, the financial backer, and the accessible. While the variable which was the most dominant related to the utilization of giving birth service by the antenatal care patient in Puri Cinere Hospital was health facility. Suggestion: The Puri Cinere Hospital has to increase the health facility, maintain good relation and pevelap the network with companion and insurance enderprise. The Puri Cinere Hospital also has to reconsider the service fare and provide special v
promotion packages for the patients of antenatal care who had giving birth in Puri Cinere Hospital. The hospital side also has to work with the doctor to give an education and information about the importance of using antenatal care and giving birth service in health facility.
Keywords
: Utilization of health service, antenatal care service, giving birth service, hospital.
List of References
: 45 (1973 – 2013)
vi
vii
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“ ... Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap”. (QS. Al-Insyirah: 5-8).
“ ... Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar-radu: 11).
Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Kedua orangtua,, keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tulus. Seluruh dosenProgram Stdi Kesehatan Masyarakat atas segala keilmuan, arahan dan bimbingan selama perkuliahan.
ix
RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi Nama
: Indryani
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 3 November 1991 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jalan Cendana II blok E7 No.16 RT 02/ RW 017 Perumahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 14516.
No. Telp
: 089636306210
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. 1997 - 2003
: SD Negeri Serua X Bukit indah
2. 2003 - 2006
: SMP Negeri 2 Pamulang
3. 2006 - 2009
: SMA Negeri 1 Ciputat
4. 2009 – Juli 2013
: S1-Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi 1. 2009 - 2010
: Anggota Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. 2010 - 2012
: Staf Publikasi, Humas, dan Informasi (Pubhuminfo) Korp Suka Rela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) unit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. 2012 – April 2013
: Sekretaris Departemen Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013” dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa semester VIII (delapan) Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Orangtua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun nonmateril dalam penyusunan penelitian skripsi ini. 2. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ir. Febrianti, M.Si selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Yuli Amran, MKM dan dr.Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 5. Raihana N. Alkaff, M.MA, Fajar Ariyanti, Ph.D dan Lilis Muchlisoh, MKM selaku penguji sidang skripsi yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini. 6. Riastuti Kusuma Wardani, MKM selaku penanggung jawab Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan yang telah memberikan masukan dalam pelaksanaan penelitian skripsi ini. 7. Seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta termasuk para dosen tamu, terima kasih atas keilmuan yang telah diberikan selama perkuliahan.
xi
8. Direktur Rumah Sakit Puri Cinere yang telah memberikan perizinan penelitian skripsi ini. 9. Bapak Nurhaedi yang telah membantu perizinan penelitian skripsi ini. 10. Seluruh staf Rumah Sakit Puri Cinere khususnya Ibu Santhi, Bapak Baim, Bapak Broto, dr.diana, Ibu Ella, dan perawat poliklinik kebidanan yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini. 11. Bapak Ahmad Gozali yang telah membantu administrasi mahasiswa dari awal hingga akhir perkuliahan. 12. Rahmi Fadhila, Mentary Putry, Amelia Marif, Alfiyah, Desi Nutrika, Taslimah, Abdul Rahman, Ahmad Rifqy, Nanik S. dan Kak Ami 2007 yang telah membantu pelaksanaan penelitian skripsi ini. 13. Teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2009, khususnya teman-teman Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK). 14. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PERNYATAAN
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN
vii
LEMBAR PENGESAHAN
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ix
RIWAYAT HIDUP
x
KATA PENGANTAR
xi
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR TABEL
xix
DAFTAR LAMPIRAN
xxii
DAFTAR SINGKATAN
xxiii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
7
C. Pertanyaan Penelitian
8
D. Tujuan Penelitian
10
1. Tujuan Umum
10
2. Tujuan Khusus
10
E. Manfaat Penelitian
12
1. Secara Teoritis
13
2. Secara Praktis
13
F. Ruang Lingkup Penelitian
14 xiii
BAB II TINJAUAN PUSAKA
15
A. Pelayanan Kesehatan
15
1. Definisi Pelayanan Kesehatan
15
2. Prinsip Pokok Pelayanan Kesehatan
17
3. Jenis Pelayanan Kesehatan
20
4. Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan
22
B. Utilisasi Pelayanan Kesehatan
26
1. Pengertian Utilisasi Pelayanan Kesehatan
26
2. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan
28
C. Pelayanan Antenatal Care
45
D. Pelayanan Persalinan
51
1. Pengertian Persalinan
51
2. Jenis Persalinan
51
3. Pelayanan Persalinan
52
E. Pelayanan Terdahulu
53
F. Kerangka Teori
59
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
57
A. Kerangka Konsep
57
B. Definisi Operasional
65
C. Hipotesis Penelitian
69
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
71
A. Desain Penelitian
71
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
72
C. Populasi dan Sampel
72
1. Populasi
72
2. Sampel
73
D. Jenis dan Sumber Data
77
xiv
1. Data Primer
77
2. Data Sekunder
78
E. Metode Pengumpulan Data
78
F. Instrumen Penelitian
79
1. Uji Validitas
80
2. Uji Reliabilitas
82
G. Manajemen Data
83
1. Data Coding
83
2. Data Editing
84
3. Data Structure
84
4. Data Entry
84
5. Data Cleaning
84
H. Analisis Data
85
1. Analisis Univariat
85
2. Analisis Bivariat
86
3. Analisis Multivariat
87
BAB V HASIL PENELITIAN
90
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Puri Cinere
90
1. Sejarah Rumah Sakit Puri Cinere
90
2. Logo, Lokasi, dan Bangunan Rumah Sakit Puri Cinere
92
3. Visi, Misi, dan Motto Rumah Sakit Puri Cinere
93
4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Puri Cinere
94
5. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Puri Cinere
95
6. Fasilitas Rumah Sakit Puri Cinere
95
B. Hasil Analisis Univariat
98
1. Variabel Dependen
99
2. Variabel Independen
100
C. Hasil Analisis Bivariat
114
D. Hasil Analisis Multivariat
132
xv
1.
Pemilihan Kandidat Model
2.
Pembuatan Model Faktor Penentu Variabel yang Paling
3.
132
Berhubungan
134
Uji Interaksi
136
BAB VI PEMBAHASAN
142
A. Keterbatasan Penelitian
142
B. Gambaran Utilisasi Pelayanan Persalinan
143
C. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan
145
1.
Usia
145
2.
Pendidikan
148
3.
Pekerjaan
151
4.
Penghasilan Keluarga
154
5.
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan
157
6.
Fasilitas Kesehatan
161
7.
Pelayanan Dokter
164
8.
Pelayanan Paramedis
167
9.
Kemudahan Informasi
170
10. Biaya Pelayanan
172
11. Penanggung Biaya
176
12. Aksesibilitas
179
BAB VII PENUTUP
183
A. Simpulan
183
B. Saran
185
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Nomor Halaman
2.1
Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Andersen
33
2.2
Tata Laksana Antenatal Care
50
2.3
Kerangka Teori Penelitian
56
3.1
Kerangka Konsep Penelitian
65
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 5.1
Nomor Halaman Logo Rumah Sakit Puri Cinere
xviii
92
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Nomor Halaman
2.1
Jumlah dan Waktu Pemeriksaan Kehamilan
49
2.2
Penelitian Terdahulu
54
3.1
Definisi Operasional Penelitian
65
4.1
Hasil Perhitungan Sampel Penelitian
77
4.2
Hasil Uji Validitas
81
5.1
Poliklinik Rumah Sakit Puri Cinere
96
5.2
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Utilisasi Pelayanan Peraalinan
99
5.3
Usia Pasien Antenatal Care
100
5.4
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia
101
5.5
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Jenjang Pendidikan
5.6
102
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pendidikan
5.7
102
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Jenis Pekerjaan
5.8
103
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pekerjaan
104
5.9
Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga
105
5.10
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan
5.11
106
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Pasien Antenal Care terhadap Fasilitas Kesehatan
5.12
107
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan
xix
Persepsi terhadap Pelayanan Dokter 5.13
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Pelayanan Paramedis
5.14
5.18
112
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penanggung Biaya
5.17
111
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Biaya Pelayanan Persalinan
5.16
110
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Kemudahan Informasi
5.15
108
113
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Aksesibilitas
114
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
115
5.19
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pendidikan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 116
5.20
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pekerjaan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
118
5.21
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penghasilan Keluarga dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 119
5.22
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 120
5.23
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Fasilitas Kesehatan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
122
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Dokter dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
123
5.24
xx
5.25
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Paramedis dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
125
5.26
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Kemudahan Informasi dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 126
5.27
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Biaya Pelayanan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
128
5.28
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penanggung Biaya dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 129
5.29
Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Aksesibilitas dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 131
5.30
Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 133
5.31
Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
135
5.32
Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Penghasilan Keluarga, Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, FasilitasKesehatan, dan Penanggung Biaya dengan Utilitas Pelayanan Persalinan oleh Pasien Anatenal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 136
5.33
Hasil Uji Interaksi antara Fasilitas Kesehatan, Penghasilan Keluarga, dan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 137
5.34
Hasil Analisis Multivariat antara Penghasilan Keluarga, Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, Fasilitas Kesehatan, dan Penanggung Biaya dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013
xxi
138
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lembar Kuesioner
Lampiran 2.
Pedoman Telaah Dokumen
Lampiran 3
Pedoman Observasi
Lampiran 4.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 5.
Surat Permohonan Skripsi di Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 6.
Surat Izin Penelitian Skripsi di Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 7.
Surat Keterangan Telah Pengumpulan Data di Rumah Sakit Puri Cinere
Lampiran 8.
Output Analisis Data
xxii
DAFTAR SINGKATAN
AKI
Angka Kematian Ibu
ALOS
Average Length of Stay
ANC
Antenatal Care
ASEAN
Association of Southeast Asian Nations
BOR
Bed Occupancy Rate
BTO
Bed Turn Over
Depkes
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
KB
Keluarga Berencana
KEK
Kekurangan Energi Kronis
LBK
Letak Belakang Kepala
MDG’S
Millenium Development Goal’s
NICU
Neonate Intensive Care Unit
OK SIP
Orientasi, Kepercayaan, Safety, Integritas dan Professional
OR
Odds Ratio
PemProv
Pemerintah Provinsi
Permenkes
Peraturan Menteri Kesehatan
PID
Pelvic Inflammatory Disease
PNS
Pegawai Negeri Sipil
PPK
Pemberi Pelayanan Kesehatan
PT
Perseroan Terbatas
RSPC
Rumah Sakit Puri Cinere
RSHC
Rumah Sakit Hospital Cinere
SDKI
Survei Demografi Kesehatan Indonesia
SDM
Sumber Daya Manusia
SKN
Sistem Kesehatan Nasional
UGD
Unit Gawat Darurat
UU
Undang – Undang
WHO
World Health Organization xxiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menggambarkan derajat kesehatan suatu bangsa. AKI adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan kehamilan atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain per 100.000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007). AKI merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang masih belum dapat tertangani di Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2010, diketahui bahwa AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia. Data WHO (2010) menyebutkan bahwa AKI di Indonesia pada tahun 1995 adalah 420 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2010 adalah 220 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan data WHO tersebut, diketahui bahwa AKI di Indonesia telah mengalami penurunan, namun penurunan tersebut masih belum cukup berarti jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN lainnya, AKI di Indonesia masih sangatlah tinggi. Sebagai perbandingan, Vietnam berhasil menurunkan AKI dari 160 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1995 menjadi 59 per 100.000 kelahiran
1
hidup pada tahun 2010. Sedangkan Malaysia berhasil menurunkan AKI dari 242 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1957 menjadi 29 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Penurunan AKI di Indonesia juga masih belum dapat mencapai target yang ditetapkan oleh Millenium Development Goal’s (MDG’S), yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, diketahui bahwa penyebab utama AKI di Indonesia adalah karena perdarahan, eklampsi, dan infeksi. Perdarahan menempati urutan pertama penyebab kematian ibu dengan 28%, dimana anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan. Presentase kedua adalah eklampsi (24%), dimana kejang dapat terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan. Sedangkan presentase ketiga penyebab kematian ibu adalah infeksi, yaitu 11%. Menurut Depkes (2007), pemberian pelayanan yang berkualitas diperkirakan dapat menurunkan AKI hingga 20% dan dengan sistem rujukan yang efektif dapat ditekan hingga 80%. Kebijakan Departemen Kesehatan pun telah berupaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi strategi “Empat Pilar Safe motherhood” yang terdiri dari keluarga berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan obstetri esensial. Namun, tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh masih rendahnya pemanfaatan (utilisasi) pelayanan kesehatan bagi ibu hamil 2
(antenatal care) dan utilisasi pelayanan persalinan. Thabrany (2005) menyatakan bahwa meskipun fasilitas kesehatan tersebar luas, utilisasi dari pelayanan kesehatan di Indonesia masih tidak optimal. Hal tersebut yang menyebabkan masih rendahnya utilisasi pelayanan kesehatan di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Andersen (1968) dalam Ilyas (2006), bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan, yaitu karakteristik
predisposisi
(predisposing
characteristics),
karakteristik
kemampuan (enabling characteristics), dan karakteristik kebutuhan (need characteristics). Karakteristik predisposing digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa individu memiliki kecenderungan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, karena adanya ciri individu yaitu demografi, struktur sosial, dan keyakinan terhadap kesehatan. Karakteristik enabling mencerminkan bahwa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, individu memerlukan dukungan atau faktor yang memungkinkannya yang berasal dari sumber daya keluarga dan sumber daya masyarakat. Sedangkan karakteristik need mencerminkan bahwa individu memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Green (1980) menjelaskan bahwa perilaku utilisasi pelayanan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors). Faktor predisposing adalah faktor yang terdapat dalam diri individu. 3
Faktor enabling menggambarkan bahwa agar seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan, perlu adanya faktor yang memungkinkan individu tersebut untuk melakukannya. Sedangkan faktor reinforcing adalah faktor yang mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Selain pendapat Andersen dan Green, masih terdapat beberapa model utilisasi pelayanan kesehatan menurut para ahli, antara lain: model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Feldstein (1993), dimana dibutuhkan demand terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Model utilisasi pelayanan menurut Andersen dan Anderson (1979) dalam Ilyas (2006) yang menggolongkan model utilisasi pelayanan kesehatan ke dalam tujuh kategori, yaitu demografi, struktur sosial, sosial psikologis, sumber daya keluarga, sumber daya masyarakat, organisasi, dan sistem kesehatan. Model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Dever (1984) yang menjelaskan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor sosiobudaya, faktor organisasi, faktor konsumen, dan faktor yang berhubungan dengan provider (pemberi pelayanan kesehatan). Rumah Sakit Puri Cinere merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki kendala dalam upaya optimalisasi pelayanan kesehatan ibu, dimana adanya kesenjangan antara pemanfaatan (utilisasi) masyarakat terhadap pelayanan antenatal care dengan pelayanan persalinan. Data rekam medis Poliklinik
Kebidanan
Rumah
Sakit
Puri
Cinere
tahun
2010-2012
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pelayanan antenatal care dari 13.696 4
kunjungan pasien pada tahun 2010 menjadi 17.733 pasien pada tahun 2012. Namun, peningkatan utilisasi pelayanan antenatal care tersebut nyatanya tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan. Utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sangat rendah dan cenderung menurun dari tahun ke tahun, dimana utilisasi pelayanan persalinan pada tahun 2010 sebesar 916 pasien menurun menjadi 783 pasien pada tahun 2012. Jika dibandingkan dengan jumlah pasien yang memanfaatkan pelayanan antenatal care, hanya sekitar 5,1% dari total kunjungan pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dan angka tersebut sudah termasuk pasien baru yang bukan merupakan pasien antenatal care. Menurut Depkes (2007), optimalisasi terhadap utilisasi pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama memiliki peranan penting dalam upaya menekan AKI di Indonesia. Hal ini dikarenakan, pelayanan antenatal care dapat bertindak sebagai alat bantu deteksi dini terhadap faktor-faktor risiko tinggi, penyulit, dan komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan janinnya. Sehingga dengan dilakukannya utilisasi pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama, dapat diketahui riwayat medis (medical record) ibu sejak kehamilan hingga menjelang persalinan, sehingga sangat membantu tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan tindakan pada saat persalinan.
5
Dari segi rumah sakit, rendahnya utilisasi pelayanan kesehatan juga dapat berdampak pada efisiensi dan akuntabilitas dari rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen Rumah Sakit Puri Cinere, didapatkan informasi bahwa rendahnya utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere berdampak pada inefisiensi pelayanan persalinan yang disediakan oleh rumah sakit. Beberapa penelitian terdahulu, menunjukkan bahwa adanya pengaruh faktor-faktor tertentu terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenal care. Penelitian Syahrial (2001) menunjukkan bahwa biaya pelayanan dan kemudahan informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pasien rawat jalan kebidanan dalam memilih tempat persalinan. Pada penelitian Muljadi (2003)
menunjukkan
bahwa
pendidikan
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi ibu dalam memanfaatkan kamar bersalin. Sedangkan Purnamawati (2002) dalam penelitiannya, menemukan hasil bahwa kondisi kehamilan ibu, kualitas pelayanan medik, fasilitas medis yang lengkap, dan biaya (tarif) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan rawat inap kebidanan. Penelitian lainnya, Khudhori (2012) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna antara penghasilan keluarga, penanggung biaya, dan fasilitas kesehatan terhadap keputusan memilih tempat persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit IMC Bintaro. Supatra (2012) menemukan hasil bahwa jarak dan waktu tempuh (aksesibilitas)
6
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan utilisasi pelayanan persalinan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien antenatal care dalam menentukan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait peningkatan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care sebagai bentuk upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Rumusan Masalah Adanya kesenjangan antara utilisasi pelayanan antenatal care dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, dimana terjadi peningkatan utilisasi pelayanan antenatal care pada tahun 2010-2012, dari 13.696 menjadi 17.333 kunjungan pasien. Namun, hal tersebut tidak diikuti dengan utilisasi pelayanan persalinan yang sangat rendah dan menurun dari tahun ke tahun. Rendahnya utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2010-2012, yaitu dari 916 pasien menurun menjadi 783 pasien. Rendahnya utilisasi pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan utilisasi pelayanan antenatal care dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan ibu pada saat persalinan, yang dapat berdampak pada meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia. 7
Belum dilakukannya penelitian untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien antenatal care dalam menentukan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
penelitian
guna
mengetahui
faktor-faktor
apa
yang
mempengaruhinya agar dapat dilakukan intervensi atau perbaikan untuk meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan di rumah sakit sebagai salah satu bentuk upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi pertanyaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 2. Apakah terdapat hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 3. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
8
4. Apakah terdapat hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 5. Apakah terdapat hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 6. Apakah terdapat hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 7. Apakah terdapat hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 8. Apakah terdapat hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 9. Apakah terdapat hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 10. Apakah terdapat hubungan antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
9
11. Apakah terdapat hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 12. Apakah terdapat hubungan antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 13. Apakah terdapat hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013? 14. Variabel apa yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013?
D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Umum Mengetahui
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
utilisasi
pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 10
b. Diketahuinya hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. c. Diketahuinya hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. d. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. e. Diketahuinya hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. f. Diketahuinya hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. g. Diketahuinya hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. h. Diketahuinya hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
11
i. Diketahuinya hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. j. Diketahuinya hubungan antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. k. Diketahuinya hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. l. Diketahuinya hubungan antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. m. Diketahuinya hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. n. Diketahuinya variabel yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, antara lain: 12
1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan memberikan kontribusi atau sumbangan pemikiran terhadap keilmuan Manajemen Pelayanan Kesehatan khususnya terkait utilisasi pelayanan kesehatan. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Mahasiswa Penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana pembelajaran mahasiswa untuk dapat menambah dan memperluas khasanah keilmuan serta sebagai sarana dalam mengaplikasikan keilmuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan kesehatan. b. Rumah Sakit 1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam menentukan kebijakan terkait utilisasi pelayanan persalinan. 2) Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk pengambilan keputusan rumah sakit dalam menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai guna meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. 13
c. Bagi Institusi Pendidikan Selain dapat menambah khasanah keilmuan Program Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya dalam Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan penelitian sejenis dan berkelanjutan mengenai demand terhadap utilisasi pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit.
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2013. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study, dimana variabel independen dan dependen diambil dalam waktu yang bersamaan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien antenatal care trimester III yang tercantum dalam buku registrasi bulan April 2013 di Rumah Sakit Puri Cinere, baik yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere maupun yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sampel penelitian ini berjumlah 105 responden. Sedangkan analisis data penelitian dilakukan secara analisis univariat, bivariat, dan multivariat. 14
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Pelayanan Kesehatan 1. Definisi Pelayanan Kesehatan Menurut Lavey dan Loomba (1973) dalam Azwar (1996), pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Sedangkan Thabrany (2000) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan merupakan suatu produk jasa yang unik dibandingkan dengan produk jasa lainnya. Hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan memiliki tiga ciri utama, yaitu: a. Uncertainty Pelayanan kesehatan bersifat tidak bisa dipastikan, baik dari segi waktu, tempat, besar biaya yang dibutuhkan, maupun tingkat urgensi dari pelayanan tersebut. b. Asymetry of information Asymetry of information adalah suatu keadaan tidak seimbang antara pengetahuan pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dengan pengguna atau
16
pembeli jasa pelayanan kesehatan. Ketidakseimbangan informasi ini meliputi informasi tentang kebutuhan seseorang akan suatu pelayanan, kualitas pelayanan, harga, dan manfaat dari suatu pelayanan. Hal ini karena pembeli jasa pelayanan (pasien) bersifat kurang informasi (customer ingnorance), sehingga pasien menyerahkan sepenuhnya kepada dokter yang bertindak terhadap dirinya. Hal ini dapat menimbulkan tindakan supply induce demand (memberikan pelayanan yang sebenarnya tidak diperlukan) atau moral hazard dan dapat juga memberikan pelayanan dengan kualitas yang rendah. c. Externality Externality menunjukkan bahwa pengguna jasa dan bukan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat bersama-sama menikmati hasilnya. Demikian juga risiko pelayanan kesehatan tidak saja menimpa diri pembeli, tetapi juga pihak lain mungkin terpapar oleh risiko yang menimbulkan penyakit. Contohnya adalah konsumsi rokok yang mempunyai resiko lebih besar justru bukanlah perokok. Masyarakat yang tidak membeli rokok dan tidak menghisap rokok dapat terkena risiko sakit akibat asap rokok. Karena ciri khas inilah, pelayanan kesehatan membutuhkan subsidi dari publik atau pemerintah dalam berbagai bentuk.
17
2. Prinsip Pokok Pelayanan Kesehatan Azwar (1996) menjelaskan bahwa persyaratan pokok yang harus dipenuhi oleh suatu pelayanan kesehatan adalah: a. Tersedia dan Berkesinambungan Suatu pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat (available) dan berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan. b. Dapat diterima dan Wajar Suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. c. Mudah dicapai Suatu pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat dilihat dari segi lokasi. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan sementara di daerah pedesaan tidak ditemukan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
18
d. Mudah dijangkau Pengertian keterjangkauan yang dimaksud adalah dari segi biaya. Biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. e. Bermutu Pengertian bermutu yang dimaksud adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dimana di satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Sistem Kesehatan Nasional (2009) menjelaskan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus dimiliki oleh institusi sebagai syarat pelayanan kesehatan adalah: a. Berkesinambungan dan Paripurna Upaya
kesehatan
berkesinambungan
dan
bagi
masyarakat
paripurna,
diselenggarakan
meliputi
upaya
secara
peningkatan,
pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan antar tingkatan upaya kesehatan. b. Bermutu, Aman, dan Sesuai Kebutuhan Pelayanan kesehatan bagi masyarakat harus berkualitas, terjamin keamanannya bagi penerima dan pemberi upaya, dapat diterima
19
masyarakat, efektif dan sesuai, serta mampu menghadapi tantangan global dan regional. c. Adil dan Merata Pelayanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang kesehatan di seluruh wilayah. d. Non Diskriminatif Setiap penduduk harus mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, bukan status sosial ekonomi dan tidak membedabedakan suku atau ras, budaya, dan agama, dengan tetap memperhatikan gender. e. Terjangkau Pelayanan kesehatan yang bermutu harus terjangkau oleh seluruh masyarakat, baik dari aspek akses maupun biaya. f. Teknologi Tepat Guna Pelayanan kesehatan menggunakan teknologi tepat guna yang berbasis bukti. Teknologi tepat guna berasas pada kesesuaian kebutuhan dan tidak bertentangan dengan etika, moral, dan nilai agama. g. Bekerja dengan tim secara tepat dan cepat Upaya kesehatan dilakukan secara bekerjasama dengan tim, melibatkan semua pihak yang kompeten, dan secara cepat dengan ketepatan atau presisi yang tinggi.
20
3. Jenis Pelayanan Kesehatan Berbagai
konsep
tentang
jenis
pelayanan
kesehatan
banyak
dikemukakan oleh para ahli. Notoatmodjo (2007) membedakan jenis pelayanan kesehatan menjadi tiga bentuk pelayanan, yaitu: a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Primary Health Care) Pelayanan kesehatan primer merupakan pelayanan kesehatan yang diperlukan masyarakat yang mengalami sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatannya. Pelayanan ini merupakan bentuk pelayanan dasar (basic health service) meliputi balai kesehatan masyarakat (balkesmas), pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling. b. Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua (Secondary Health Care) Pelayanan kesehatan sekunder diperlukan untuk masyarakat yang memerlukan perawatan inap, dimana tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer dan memerlukan tenaga spesialis. Bentuk pelayanan ini adalah Rumah Sakit tipe C dan D. c. Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga (Tertiary Health Service) Pelayanan kesehatan tersier diperlukan oleh masyarakat yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Bentuk pelayanan ini merupakan pelayanan yang kompleks dan memerlukan tenaga sub spesialis, yaitu Rumah Sakit tipe A dan B.
21
Berdasarkan sasaran dan orientasinya, Notoatmodjo (2010) membagi pelayanan kesehatan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu: a. Kategori Berorientasi Publik (Masyarakat) Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori publik terdiri dari sanitasi lingkungan (air bersih, sarana pembuangan limbah (padat dan cair), imunisasi, perlindungan kualitas udara, dan sebagainya). Pelayanan kesehatan masyarakat lebih diarahkan langsung ke arah publik dibandingkan ke arah individu secara khusus. Orientasi pelayanan kesehatan publik adalah preventif dan promotif. b. Kategori Berorientasi Pribadi (Individu) Pelayanan kesehatan pribadi adalah langsung ke arah individu, dimana umumnya mengalami masalah kesehatan atau penyakit. Orientasi pelayanan individu adalah penyembuhan dan pengobatan (kuratif), serta pemulihan (rehabilitatif) yang ditujukan langsug kepada pemakai pribadi (individual costumer). Hodgetts dan Cascio (1983) dalam Azwar (1996), mengemukakan jenis pelayanan kesehatan, yaitu: a. Pelayanan Kedokteran Pelayanan kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara
22
bersama-sama dalam satu organisasi dengan tujuan utama, yaitu untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan, dengan sasaran adalah perseorangan dan keluarga. b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi dengan tujuan utama adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, dengan sasaran adalah kelompok dan masyarakat.
4. Rumah Sakit Sebagai Pelayanan Kesehatan Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Sebagai sebuah organisasi, rumah sakit memiliki misi memberikan pelayanan yang menyeluruh, bermutu, dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Bermutu berarti rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, sehingga dapat berfungsi sebagai pusat rujukan. Sedangkan terjangkau berarti dapat melayani segala lapisan masyarakat (Azwar, 1996). Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dijelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
23
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Adapun yang dimaksud dengan pelayanan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. WHO (1994) dalam Hartono (2010), menyatakan bahwa rumah sakit merupakan bagian dari sistem kesehatan yang berfungsi sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit memiliki fungsi, yaitu: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan meliputi pelayanan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Menurut Undang-Undang No.44 tahun 2009, rumah sakit dikategorikan berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, yaitu: a. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
24
b. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit atau kekhususan lainnya, misalnya rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit kanker, dan rumah sakit kusta. Berdasarkan kepemilikannya, Undang-Undang No.44 tahun 2009 membedakan rumah sakit di Indonesia ke dalam dua jenis, yaitu: a. Rumah Sakit Publik Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 1) Rumah Sakit Pemerintah Pusat Menurut Azwar (1996), terdapat dua macam rumah sakit milik pemerintah pusat, yaitu: a) Rumah Sakit Departemen Kesehatan Beberapa rumah sakit yang dikelola langsung oleh Departemen Kesehatan, antara lain Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya.
25
b) Rumah Sakit Departemen Lain Beberapa Departemen lain, seperti Departemen Perhubungan, Departemen
Pertahanan
dan
Keamanan,
dan
Departemen
Pertambangan juga mengelola rumah sakit sendiri. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok bidang kesehatan yang harus dipakai sebagai landasan dalam melaksanakan setiap upaya kesehatan. 2) Rumah Sakit Pemerintah Daerah Sesuai dengan Undang-Undang Pokok Pemerintah Daerah No. 5 tahun 1974, rumah sakit yang berada di daerah-daerah dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pengelolaan yang dimaksud tidak hanya dalam bidang pembiayaan, tetapi juga dalam bidang kebijakan, seperti terkait pembangunan sarana, pengadaan peralatan, dan penetapan tarif pelayanan. Peranan Departemen Kesehatan disini adalah merumuskan kebijakan pokok pelayanan kesehatan saja, disamping dalam batasbatas tertentu juga turut membantu dalam bidang pembiayaan, tenaga, dan obat-obatan, yakni dalam rangka menjalankan asas perbantuan (medebewind) dari sistem pemerintahan di Indonesia (Azwar, 1996). b. Rumah Sakit Privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero. Rumah sakit privat meliputi rumah sakit milik yayasan, rumah
26
sakit perusahaan, rumah sakit penanam modal (dalam negeri dan luar negeri), dan rumah sakit badan hukum lain.
B. Utilisasi Pelayanan Kesehatan 1. Definisi Utilisasi Pelayanan Kesehatan Menurut Dever (1984), utilisasi pelayanan kesehatan adalah interaksi yang
kompleks
antara
pengguna
jasa
pelayanan
(konsumen)
dan
penyelenggara jasa pelayanan (provider). Sedangkan Purnamawati (2002) menyatakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan merupakan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan. Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan suatu hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh individu maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor pendorong individu membeli pelayanan kesehatan merupakan faktor kunci mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi utilisasi (Ilyas, 2006). Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan unsur penting dalam menentukan status kesehatan masyarakat. Moore (1969) dalam Andersen dan Newman (1973) mengemukakan bahwa utilisasi pelayanan kesehatan dapat dilihat dari perilaku individu dalam menentukan kesehatannya, dimana
27
perilaku tersebut sebagai suatu fungsi dari karateristik individu, karakteristik lingkungan, dan karakteristik kekuatan sosial. Informasi tentang utilisasi pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh manajemen pelayanan kesehatan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Feldstein (1988) dalam Ilyas (2006), bahwa dengan mengerti tentang utilisasi pelayanan kesehatan, maka akan memungkinkan semakin akuratnya upaya peningkatan pelayanan kesehatan di masa depan. Artinya data dan informasi penggunaan pelayanan kesehatan merupakan dokumen substansial untuk merancang program pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan mampu dibeli oleh masyarakat. Informasi utilisasi pelayanan kesehatan juga dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi keefektifan dan efisiensi dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006). Notoatmodjo (1993) dalam Ilyas (2006) mengemukakan bahwa perilaku pencarian pengobatan merupakan perilaku individu maupun kelompok untuk melakukan atau mencari pengobatan. Perilaku pencarian pengobatan di masyarakat terutama di negara berkembang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilihat sebagai usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan modern (puskesmas, perawat, dokter praktek, rumah sakit, dan lain-lain) maupun pengobatan tradisional.
28
2. Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor penentu pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut dilukiskan oleh para ahli dalam bentuk model utilisasi pelayanan kesehatan. Menurut Andersen dan Newman (1979) dalam Notoatmodjo (2010) bahwa adanya model utilisasi pelayanan kesehatan bertujuan untuk melukiskan hubungan antara faktor-faktor penentu dari penggunaan pelayanan kesehatan, meringankan peramalan kebutuhan-kebutuhan masa depan pelayanan kesehatan, menentukan apakah ada atau tidak adanya pelayanan dari pemakaian pelayanan kesehatan yang berat sebelah, menyarankan caracara memanipulasi kebijaksanaan yang berhubungan dengan variabel-variabel agar memberikan perubahan-perubahan yang diinginkan, dan menilai pengaruh pembentukan program atau proyek-proyek pemeliharaan atau perawatan kesehatan yang baru. Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat, terdapat berbagai jenis model utilisasi pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain: a. Andersen (1968) Model utilisasi pelayanan kesehatan pertama kali dikembangkan oleh Andersen pada tahun 1968 yang disebut sebagai model penentu siklus kehidupan
(life
cycle
determinant
model)
atau
model
perilaku
pemanfaatan pelayanan kesehatan (behavioral model of health service utilization).
29
Model utilisasi pelayanan Andersen menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan ditentukan pada 3 (tiga) kategori utama, yaitu: predisposisi seseorang untuk menggunakan pelayanan (predisposing characteristics), kemampuan seseorang untuk mencari pelayanan (enabling characteristics), dan kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan (need characteristics). Adapun penjelasan masing-masing
karakteristik
utilisasi
pelayanan
kesehatan
model
Andersen adalah sebagai berikut: 1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics) Karakteristik predisposisi merupakan karakteristik sosial budaya dari individu yang telah ada sebelum seseorang mengalami kesakitan (Andersen dan Newman, 1973). Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan setiap individu memiliki kecenderungan menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda (Ilyas, 2006). Andersen membagi karakteristik predisposisi dalam tiga faktor, yaitu: a) Faktor Demografi Faktor demografi meliputi variabel usia, jenis kelamin, dan status perkawinan. b) Faktor Struktur Sosial Faktor struktur sosial mencerminkan pola hidup seseorang dalam hubungannya dengan utilisasi pelayanan kesehatan meliputi variabel etnis, pendidikan, pekerjaan, dan kebudayaan.
30
c) Faktor Kepercayaan Kesehatan Faktor kepercayaan terhadap kesehatan (health belief) adalah sikap atau pandangan terhadap suatu objek. Sikap ini dianggap dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Misalnya, sikap positif seseorang terhadap pelayanan dokter, maka seseorang tersebut akan lebih sering berobat atau berkonsultasi kesehatan ke dokter. Adapun variabel yang mempengaruhi sikap atau kepercayaan seseorang terhadap kesehatan adalah: (1) Keyakinan terhadap penyembuhan penyakit. (2) Sikap dan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan dan sebagainya). (3) Pengetahuan
terhadap
pelayanan
kesehatan,
masalah
kesehatan, dan penyakit yang diderita. 2) Karakteristik Kemampuan (Enabling Characteristics) Karakteristik kemampuan merupakan suatu keadaan dan kondisi yang membuat seseorang mampu untuk melakukan sebuah tindakan untuk memenuhi kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006). Berdasarkan sumbernya, teori Andersen membagi karakteristik kemampuan dalam utilisasi pelayanan kesehatan menjadi dua komponen utama, yaitu:
31
a) Sumber Daya Keluarga Sumber daya keluarga meliputi variabel penghasilan keluarga, keikutsertaan dalam asuransi kesehatan, kemampuan membeli jasa kesehatan dan pengetahuan tentang informasi kesehatan yang dibutuhkan. b) Sumber Daya Masyarakat Sumber daya masyarakat meliputi variabel ketersediaan fasilitas pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia, biaya yang dikeluarkan untuk utilisasi setiap pelayanan kesehatan, dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan. 3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics) Karakteristik kebutuhan merupakan komponen yang paling memiliki hubungan langsung dengan utilisasi pelayanan kesehatan (Ilyas, 2006). Menurut Andersen dan Newman (1973), bahwa karakteristik kebutuhan merupakan asumsi yang muncul dari kondisi predisposing dan enabling yang dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a) Penilaian Individu (Perceived) Penilaian individu mengenai kesehatan adalah bagaimana individu mengamati gejala penyakit, tingkat kesakitan, dan kekhawatiran
mengenai
kesehatan
dan
kesembuhan
atau
pernyataan individu mengenai permasalahan yang membuat sangat penting dan mengharuskan untuk mencari pertolongan professional
32
(Andersen dan Newman, 1973). Sedangkan menurut Ilyas (2006), penilaian individu merupakan penilaian kesehatan yang dirasakan oleh individu, besarnya ketakutan terhadap penyakit, dan hebatnya rasa sakit yang diderita. b) Penilaian Klinik (Evaluated) Penilaian klinik merupakan penilaian medis mengenai status kesehatan individu dan kebutuhan individu tersebut terhadap pelayanan kesehatan (Andersen dan Newman, 1973). Sedangkan menurut Ilyas (2006), penilaian klinik merupakan penilaian beratnya penyakit dari dokter yang memeriksa kesehatan individu. Hal ini tercermin antara lain dari hasil pemeriksaan dan penentuan diagnosis penyakit oleh dokter. Adapun model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Andersen (1968) dapat dilihat pada bagan 2.1 sebagai berikut:
33
Bagan 2.1 Utilisasi Pelayanan Kesehatan Model Andersen
PREDISPOSING
DEMOGRAPHIC Age Sex Marital Status Past Illness
SOSIAL STRUCTURE Education Race Occupation Family Size Ethnicity Religion Residential mobility
ENABLING
FAMILY Income Health Insurance Type of Regular Source Access of Regular Source COMMUNITY Ratio of health personal and facility to population Price of health service Region of country Urban-rural character
NEED
USE OF HEALTH SERVICES
PERCEIVED Disability Symptoms Diagnoses General state
EVALUATED Symptoms Diagnoses
BELIEFS Value concerning Attitude toward health services Knowledge about disease.
Sumber : Andersen dan Newman (1973)
b. Zschock (1979) Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu:
34
1) Status Kesehatan, Pendapatan, dan Pendidikan Status kesehatan seseorang memiliki hubungan yang erat dengan utilisasi pelayanan kesehatan, dimana semakin tinggi status kesehatan seseorang, maka ada kecenderungan individu banyak menggunakan pelayanan kesehatan. Utilisasi pelayanan kesehatan seseorang juga dipengaruhi oleh pendapatan, dimana kemampuan seseorang dalam membiayai pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi utilisasi dari pelayanan kesehatan tersebut. Seseorang yang tidak memiliki pendapatan dan biaya yang cukup akan sangat sulit mendapatkan pelayanan
kesehatan,
meskipun
individu
tersebut
sangat
membutuhkan pelayanan kesehatan tersebut. Di samping itu, tingkat pendidikan seseorang juga dapat mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan formal lebih tinggi akan memiliki pengetahuan kesehatan dan informasi pelayanan kesehatan yang lebih baik, yang pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. 2) Faktor Konsumen dan Pemberi pelayanan kesehatan Dalam pelayanan kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan (PPK) memiliki peranan yang besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen sebagai pembeli jasa pelayanan
dibandingkan
konsumen
sendiri.
Hal
ini
sangat
35
memungkinkan
pemberi
pelayanan
kesehatan
melakukan
pemeriksaan dan tindakan yang sebenarnya tidak diperlukan oleh pasien. Pada daerah yang sudah maju dan sarana pelayanan kesehatannya banyak, masyarakat dapat menentukan pilihan terhadap pemberi pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sedangkan bagi masyarakat dengan sarana dan fasilitas kesehatan terbatas, tidak ada pilihan lain kecuali menyerahkan semua keputusan tersebut kepada pemberi pelayanan kesehatan yang tersedia. 3) Kemampuan dan Penerimaan Pelayanan Kesehatan Kemampuan membayar pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan tingkat penerimaan dan penggunaan pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (asuransi) pada umumnya cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung lebih besar dibanding dengan perorangan. 4) Risiko Sakit dan Lingkungan Faktor risiko dan lingkungan juga mempengaruhi tingkat utilisasi pelayanan kesehatan seseorang. Risiko sakit tidak sama pada setiap individu dan datangnya penyakit tidak terduga pada masingmasing individu. Di samping itu, faktor lingkungan sangat mempengaruhi status kesehatan individu maupun masyarakat.
36
Lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan memiliki risiko sakit yang lebih rendah kepada individu dan masyarakat.
c. Andersen dan Anderson (1979) Andersen dan Anderson (1979) dalam Ilyas (2006), menggolongkan model utilisasi pelayanan kesehatan ke dalam tujuh kategori berdasarkan tipe dari variabel yang digunakan sebagai faktor yang menentukan dalam utilisasi pelayanan kesehatan, yaitu: 1) Model Demografi (Demographic Model) Pada model ini, variabel yang digunakan adalah umur, jenis kelamin, dan status perkawinan. Variabel ini digunakan sebagai ukuran atau indikator fisiologis yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan, dengan asumsi perbedaan derajat kesehatan, derajat kesakitan, dan penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan variabel demografi (Notoatmodjo, 2010). 2) Model Struktur Sosial (Social Structural Model) Pada model ini, variabel yang digunakan meliputi pendidikan, pekerjaan, dan etnis. Variabel tersebut mencerminkan keadaan status sosial dari individu atau keluarga di dalam masyarakat dan gaya hidup individu tersebut. Struktur sosial ini akan menggambarkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat itu sendiri, dengan asumsi individu yang memiliki latar belakang struktur sosial
37
bertentangan akan menggunakan pelayanan kesehatan dengan cara yang tertentu pula (Notoatmodjo, 2010). 3) Model Sosial Psikologis (Social Psychological Model) Dalam model ini, variabel yang digunakan meliputi sikap, persepsi dan keyakinan individu terhadap kesehatan. Variabel ini mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan dan bertindak untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia. 4) Model Sumber Daya Keluarga (Family Resource Model) Pada model ini, variabel yang digunakan adalah pendapatan keluarga, cakupan pembiayaan mengenai pelayanan kesehatan, dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan. Variabel ini digunakan untuk mengukur kesanggupan dari individu dan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan demikian, model sumber daya keluarga adalah model penentu utilisasi pelayanan kesehatan berdasarkan aspek ekonomis. 5) Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model) Dalam model ini, sumber daya masyarakat yang dimaksud adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Variabel yang digunakan untuk menggambarkan sumber daya masyarakat meliputi variabel ketersediaan fasilitas pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia, biaya yang dikeluarkan untuk utilisasi
38
setiap pelayanan kesehatan, dan kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan. 6) Model Organisasi (Organization Model) Model ini merupakan pencerminan perbedaan bentuk-bentuk sistem pelayanan kesehatan. Pada umumnya, variabel yang digunakan adalah: a) Gaya praktek pengobatan (sendiri, rekanan, atau kelompok). b) Sifat alamiah dari pelayanan tersebut (pembayaran secara langsung atau tidak. c) Lokasi dari pelayanan kesehatan (pribadi, rumah sakit, atau klinik). d) Petugas kesehatan yang pertama kali dihubungi oleh pasien (dokter, perawat, bidan atau lainnya). 7) Model Sistem Kesehatan Keenam kategori model utilisasi pelayanan kesehatan di atas tidak terpisah, meskipun terdapat perbedaan dalam sifat (nature). Model sistem kesehatan ini mengintegrasikan keenam model diatas ke dalam suatu model yang lebih sempurna, sehingga apabila dilakukan analisa terhadap penyediaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan harus dipertimbangkan semua faktor yang berpengaruh didalamnya.
39
b. Green (1980) Menurut
Green
(1980),
bahwa
perilaku
seseorang
dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing faktor) yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, reinforcing, and enabling cause in educational diagnosis and evaluation). Adapun uraian ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Faktor predisposisi merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi seseorang dalam berperilaku. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, dan persepsi individu terhadap kesehatan yang mendorong motivasi seseorang dalam bertindak. Dalam faktor ini juga termasuk faktor demografi meliputi usia, jenis kelamin, sosioekonomi, dan jumlah keluarga. 2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan motivasi terlaksana. Faktor ini terwujud dalam keterampilan atau pelayanan tenaga kesehatan dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung seseorang melakukan perilaku kesehatan, mencakup ketersediaan fasilitas kesehatan, keterjangkauan biaya, dan kemudahan
40
mencapai pelayanan kesehatan (aksesibilitas) meliputi jarak, waktu tempuh, dan ketersediaan transportasi. 3) Faktor Penguat (Reinforcing Factors) Faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah tindakan seseorang mendapatkan dukungan atau tidak yang terwujud dalam sikap dan perilaku kelompok referensi dari perilaku masyarakat, seperti dukungan dari keluarga, teman, atau tenaga kesehatan.
c. Dever (1984) Menurut Dever (1984), utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1) Sosiobudaya Faktor sosiobudaya mencakup kemajuan teknologi dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat. a) Teknologi Kemajuan teknologi di bidang kesehatan dapat mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kemajuan teknologi dapat menurunkan angka kesakitan atau kebutuhan untuk perawatan, seperti penemuan vaksin untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan lain-lain. Di sisi lain, kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan, seperti transplantasi jantung, ginjal, dan kemajuan di bidang
41
radiologi dapat meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan di masyarakat. b) Norma Norma dan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak termasuk dalam perilaku utilisasi pelayanan kesehatan. 2) Faktor yang berhubungan dengan organisasi Faktor yang berhubungan dengan organisasi adalah struktur dan proses yang memberi kebijakan kepada organisasi pelayanan kesehatan dan lingkungan sekitar yang mempengaruhi proses pelayanan kesehatan. Faktor ini meliputi ketersediaan pelayanan kesehatan, keterjangkauan geografis, keterjangkauan sosial, dan karakteristik struktur pelayanan kesehatan. a) Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, karena suatu pelayanan digunakan jika tersedia. Suatu sumber daya dikatakan tersedia jika terdapat dan diperoleh tanpa mempertimbangkan mudah atau sulitnya digunakan. b) Keterjangkauan Geografi Keterjangkauan geografi (aksesibilitas) adalah faktor-faktor geografi yang memudahkan atau menghambat individu dalam
42
memanfaatkan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan kemudahan dalam memperoleh alat transportasi. Hubungan antara akses geografi dan penggunaan pelayanan tergantung dari jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, dan kemudahan transportasi dapat mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan atau pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif. c) Keterjangkauan Sosial Keterjangkauan sosial terdiri atas dua dimensi, yaitu dapat diterima dan dapat dijangkau oleh masyarakat. Dalam aspek keterjangkauan sosial, konsumen dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan memperhitungkan dari segi ekonomi, yaitu biaya pelayanan dan ada atau tidaknya penanggung biaya pelayanan. d) Karakteristik Struktur Pelayanan Cara
pelayanan
mempengaruhi
terhadap
penggunaan
petugas
pelayanan
kesehatan kesehatan.
dapat Sistem
pemberian upah merupakan salah satu faktor yang membentuk insentif tenaga kesehatan. Contoh dalam sistem asuransi, dimana biaya pelayanan dokter dibayarkan kembali, struktur pembayaran tersebut mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. Para
43
dokter cenderung membentuk pelayanan yang bisa memberikan keuntungan untuk memaksimalkan pendapatan mereka. Selain itu, struktur organisasi suatu pelayanan kesehatan juga mempengaruhi utilisasi
seseorang
terhadap
pelayanan
kesehatan.
Bentuk
pelayanan, seperti praktek dokter tunggal, praktek dokter bersama, klinik, rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya membuat pola utilisasi pelayanan kesehatan yang berbeda. 3) Faktor yang berhubungan dengan konsumen Faktor
yang
berkaitan
dengan
konsumen
meliputi
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan etnis), sosioekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga), dan sosiopsikologi (persepsi terhadap penyakit). 4) Faktor yang berhubungan dengan provider Faktor yang berkaitan dengan provider (pemberi pelayanan kesehatan), yaitu kemampuan pemberi pelayanan kesehatan dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan melalui karakteristik pemberi pelayanan kesehatan tersebut meliputi
pelayanan
dokter,
pelayanan
paramedis,
kemudahan
memperoleh informasi pelayanan, dan ketersediaan fasilitas kesehatan.
44
d. Feldstein (1993) Feldstein (1993) menyatakan bahwa permintaan (demand) seseorang terhadap pelayanan kesehatan berbeda satu sama lainnya yang dipengaruhi oleh faktor pasien dan penyedia layanan kesehatan, yaitu: 1) Insiden penyakit Faktor ini berhubungan dengan penyakit yang dirasakan dan keinginan untuk melakukan pengobatan preventif. Bagi sebagian besar orang, kejadian sakit dan utilisasi pelayanan kesehatan merupakan kejadian tak terduga. Sehingga, untuk individu tertentu, penyakit dianggap sebagai peristiwa acak yang tidak dapat dipastikan. Tetapi secara umum, kejadian penyakit dapat diprediksi sehubungan dengan pertambahan usia dan berkaitan juga dengan jenis kelamin. Seiring dengan pertambahan usia, terjadi peningkatan kejadian kronis dan perubahan pola kesakitan, maka penyakit kronis menjadi determinan utama terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan. 2) Karakteristik Demografi-Budaya Karakteristik demografi budaya meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, dan sistem nilai budaya yang terdapat pada keluarga dan masyarakat. 3) Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang berperan terhadap permintaan akan pelayanan kesehatan meliputi pendapatan, biaya pelayanan kesehatan,
45
nilai waktu yang dipergunakan untuk pengobatan, dan asuransi kesehatan. Pada keluarga, faktor ekonomi sangat mempengaruhi pemilihan tempat pelayanan kesehatan.
C. Pelayanan Antenatal Care Antenatal care (antepartum care) adalah pelayanan pengawasan kehamilan untuk mengetahui kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan risiko kehamilan (risiko tinggi, sedang atau rendah), dengan tujuan untuk mempersiapkan persalinan menuju well born baby dan well health mother, mempersiapkan perawatan bayi dan laktasi, serta memulihkan kesehatan ibu yang optimal saat akhir kala nifas (Manuaba, 2006). Dalam arti lebih luas, Manuaba (2006) menjelaskan bahwa pelayanan antenatal care dapat diartikan sebagai berikut: 1. Mempersiapkan pasangan menikah untuk menjadi orang tua efektif. 2. Meningkatkan pengertian bahwa keluarga bagian dari masyarakat. 3. Mencari faktor sosial-budaya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang dan kesehatan umum ibu hamil. 4. Meningkatkan pengertian merencanakan keluarga dan keluarga berencana untuk meningkatkan kesejahteraan umum keluarga. 5. Menanamkan pengertian hubungan seksual yang sehat untuk meningkatkan keharmonisan keluarga.
46
6. Menghindari peradangan panggul atau Pelvic inflammatory disease (PID) dari infertilitas. Wibowo (1992) menyatakan bahwa pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan selama masa kehamilan seorang ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah ditentukan, dengan tujuan pelayanan antenatal adalah dicapainya keadaan-keadaan sebagai berikut: 1. Kehamilan dengan gejala dan keluhan fisik dan psikis minimal. 2. Persalinan dengan status kesehatan ibu dan bayi dalam keadaan prima. 3. Bayi lahir sehat tanpa kelainan. 4. Tertanamnya kebiasaan hidup sehat yang memberi manfaat bagi anggota keluarga yang lain. 5. Penyesuaian yang baik terhadap keadaan pasca melahirkan. Pelayanan antenatal care merupakan komponen yang diperlukan dalam upaya mempertahankan kesehatan ibu, mengingat komplikasi kehamilan, seperti perdarahan berat, demam, kejang-kejang sering dapat teridentifikasi selama kunjungan pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal penting dilakukan untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan janinnya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi sedini mungkin faktor-faktor penyulit dan komplikasi yang dapat mengancam jiwa, dan mempersiapkan persalinan yang aman, serta memberikan pendidikan pada ibu hamil (Depkes, 2007).
47
Lebih lanjut, Departemen Kesehatan (2007) menyatakan bahwa pelayanan antenatal penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kehamilan berjalan normal dan tetap demikian seterusnya, agar ibu hamil dapat melalui kehamilannya dengan sehat dan selamat. Diperkirakan 15 - 20 % dari seluruh ibu hamil akan mengalami keadaan risiko tinggi dan kompilikasi obstetric, yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. Oleh karena itu, pada pelayanan antenatal perlu dilakukan analisis risiko bersama ibu hamil dan keluarga dalam menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang aman. Dari analisis risiko tersebut, dibahas rencana tempat dan penolong persalinannya kelak. Adapun kebijakan teknis yang disusun oleh Depkes (2007) dalam menegakkan pelayanan antenatal adalah: 1. Mengupayakan kehamilan yang sehat. 2. Melakukan deteksi dini penyulit atau komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal, serta rujukan bila diperlukan. 3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman. 4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi penyulit atau komplikasi. Berdasarkan Pedoman Pelayanan Antenatal dalam Depkes (2007) dipaparkan pula tujuan diselenggarakannya pelayanan antenatal adalah untuk:
48
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin. 2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu. 3. Mengenali dan mengurangi secara dini adanya penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4. Mempersiapkan kehamilan yang cukup bulan dan persalinan yang aman dengan trauma seminimal mungkin. 5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan mempersiapkan ibu agar dapat memberikan ASI secara eksklusif. 6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar tumbuh kembang secara normal. 7. Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, dan kematian noenatal. 8. Mempersiapkan kesehatan yang optimal bagi janin. Jumlah dan waktu untuk melakukan pemeriksaan yang ideal menurut Depkes (2007) adalah sebagai berikut:
49
Tabel 2.1 Jumlah dan Waktu Pemeriksaan Kehamilan Umur Kehamilan
Pemeriksaan yang dilakukan Kunjungan ideal
Kunjungan minimal
1 minggu – 7 bulan
4 minggu sekali
1 kali
7 bulan – 9 bulan
2 minggu sekali
1 kali
9 bulan – 10 bulan
1 minggu sekali
4 kali
Sumber : Depkes (2007)
Adapun tata laksana pelayanan antenatal care dapat dilihat pada bagan 2.2 sebagai berikut:
50
Bagan 2.2 Tata Laksana Antenatal Care Antenatal Care Faktor Fisik : Kesehatan Penyakit yang menyertai kehamilan Komplikasi kehamilan
Faktor Psikologis : Hubungan suami/istri Kehamilan yang diinginkan Kehamilan yang tidak diinginkan Rasa takut.
Tujuan Antenatal Care well born baby dan well health mother, melalui: Tata laksana khusus Tata laksana umum antenatal care Menghindari PID – Infertilitas infeksi pascapartus
Pemeriksaan Fisik Antenatal care teratur Ulangan laboratorium Pengobatan dini Pencegahan dini komplikasi kehamilan
Pengawasan Psikologis Pengertian hamil Bayi mengikat kehamilan Hilangkan rasa takut dengan adaptasi tempat
Hamil Risiko Rendah Primi tanpa komplikasi Kepala masuk PAP minggu ke-36 Persalinan spontan bayi, aterm hidup Persalinan di Puskesmas
Hamil Risiko Meragukan Primi dengan kepala tinggi Kehamilan serotinus Primi tinggi kurang dari 150 cm Evaluasi partograf WHO
Nasihat Ibu Hamil Diet, pakaian, senam, kerja, dan istirahat teratur Hubungan seks sehat Mengenal keadaan abnormal kehamilan.
Hamil Risiko Tinggi Riwayat obstetrik buruk Prom-ERM Perdarahan anterpartum Preeklampsia – eklampsia dan lainnya.
Persalinan Well Born Baby dan Well Health Mother Rumah sakit dengan fasilitas adekuat Perawatan pascapartus dan neonatus memadai.
Sumber : Manuaba (2006)
51
D. Pelayanan Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan merupakan serangkaian kejadian pada ibu hamil yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau 36-40 minggu, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Depkes, 1996 dalam Rosmini 2002). Sedangkan Manuaba (1998) mengemukakan bahwa persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan, jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
2. Jenis Persalinan Berdasarkan cara persalinan, Rustam (1998) membagi kategori persalinan menjadi 2 (dua), yaitu : a. Persalinan biasa (normal), yaitu proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan ini dikenal dengan persalinan spontan. b. Persalinan luar biasa (abnormal), yaitu persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan cara operasi caesarea. Menurut Manuaba (1998), jenis persalinan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
52
a. Persalinan spontan, yaitu persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan, yaitu proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran, yaitu proses persalinan yang terjadi apabila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
3. Pelayanan Persalinan Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan oleh setiap ibu hamil. Menurut Permenkes No.29 tahun 2012, pelayanan persalinan merupakan pelayanan terhadap proses lahirnya bayi kurang bulan maupun cukup bulan secara spontan maupun disertai penyulit yang memerlukan tindakan medis termasuk pasca persalinan. Dalam upaya menurunkan AKI, pemerintah menjalankan berbagai program yang dicanangkan antara lain: Safe Motherhood dan Making Pregnancy Safer (MPS). Safe Motherhood memiliki empat pilar yaitu: a. Keluarga berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan.
53
b. Pelayanan antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar. c. Persalinan yang aman dengan menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai
pengetahuan,
keterampilan,
dan
peralatan
untuk
melaksanakan persalinan yang bersih, aman, dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi baru lahir. d. Pelayanan obstetrik neonatal esensial (emergensi) untuk menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat obstetrik (GO), pelayanan emergensi untuk gawat darurat obstetrik (GDO) dan komplikasi persalinan pada setiap ibu yang membutuhkannya. Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3 (tiga) pesan kunci yaitu: a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. b. Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal ditangani secara adekuat. c. Setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
E. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian mengenai utilisasi pelayanan persalinan yang pernah dilakukan antara lain:
54
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul
Desain Penelitian Cross sectional
Variabel Penelitian
1.
Purnamawati (2002)
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan oleh pasien antenatal di RSAB Harapan Kita tahun 20012002.
2.
Novi Syahrial (2001)
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pasien rawat jalan kebidanan RS Omni Medical Centre terhadap pemilihan tempat bersalin Tahun 2001.
Case Control
Dependen: Keputusan memilih persalinan. Independen: umur, pendidikan, pekerjaan, pengaruh keluarga, penghasilan, penanggung biaya, jarak, biaya perawatan, sarana RS, rekomendasi dokter, kemudahan informasi.
Metode kuantitatif. Analisis univariat dan analisis bivariat.
Menunjukkan ada hubungan bermakna antara variabel biaya dan kemudahan mendapatkan informasi dengan keputusan pemilihan tempat bersalin di RS Omni Medical Center Jakarta Tahun 2001.
3.
IGL Roni Supatra (2012)
Pemanfaatan Pelayanan Bersalin oleh Pasien Ibu Hamil di Unit Obstetri Rawat Jalan Rumah Sakit Risa Sentra Medika Tahun 2012.
Cross sectional
Dependen : pemanfaatan layanan bersalin oleh pasien ibu hamil. Independen: Jarak dan waktu tempuh, tarif, fasilitas, pelayanan dokter, pengeluaran keluarga, dan sumber pembiayaan keluarga.
Metode kuantitatif. Analisis univariat dan bivariat.
Menunjukkan ada hubungan antara variabel jarak dan waktu tempuh dengan bersalin oleh pasien ibu hamil di Unit Obstetri Rawat Jalan Rumah Sakit Risa Sentra Medika Tahun 2012.
Dependen : pemanfaatan pelayanan persalinan. Independen: umur, pendidikan, pekerjaan suami, jarak, asuransi kesehatan, diagnosa kehamilan ibu, jumlah anak, dan jenis pasien.
Metode & analisis Metode kuantitatif. Analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil Penelitian Menunjukkan ada hubungan antara variabel diagnosa kehamilan ibu, fasilitas medik, tarif, dan kualitas pelayanan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan oleh pasien antenatal di RSAB Harapan Kita Tahun 20012002.
55
Berdasarkan tabel 2.2 di atas, dapat diketahui bahwa beberapa penelitian terdahulu menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan uji analisis univariat dan bivariat. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan penelitian dari penelitian sebelumnya, yaitu menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan uji analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Penggunaan uji analisis multivariat ini bertujuan untuk mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dengan demikian, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam menentukan strategi atau kebijakan untuk pengembangan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere.
F. Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan kerangka teori yang mengacu pada Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan menurut Dever (1984), dimana faktor yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan terdiri dari faktor sosiobudaya, organisasi, konsumen dan faktor yang berhubungan provider (pemberi pelayanan kesehatan). Penggunaan kerangka teori dengan mengacu teori Dever (1984) berdasarkan pertimbangan bahwa teori Dever merupakan teori yang menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan langsung dengan utilisasi pelayanan kesehatan dan faktor-faktor tersebut juga terdapat pada teori utilisasi pelayanan kesehatan menurut para ahli lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori
56
utilisasi pelayanan menurut Dever (1984) merupakan salah satu teori utilisasi yang lengkap dalam menjelaskan utilisasi pelayanan kesehatan. Secara skematis model utilisasi pelayanan kesehatan menurut teori Dever (1984) adalah sebagai berikut: Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian Faktor Sosiobudaya Teknologi dan norma masyarakat
Faktor Organisasi a. b. c. d.
Ketersediaan pelayanan kesehatan Keterjangkauan geografis (aksesibilitas) Keterjangkauan sosial : biaya pelayanan dan penanggung biaya Struktur organisasi pelayanan
Utilisasi Pelayanan Kesehatan
Faktor Konsumen a. b. c.
a. b. c. d.
Sosiodemografi : usia, jenis kelamin, dan status perkawinan Sosioekonomi : pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga. Sosiopsikologi : persepsi tentang penyakit.
Faktor Provider (Pemberi pelayanan kesehatan) Pelayanan dokter Pelayanan paramedis Fasilitas kesehatan Kemudahan informasi
Model Utilisasi Pelayanan Kesehatan, Dever (1984)
57
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori yang mengacu pada model utilisasi pelayanan kesehatan menurut Dever (1984), dimana utilisasi pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor sosiobudaya, organisasi, konsumen, dan provider (pemberi pelayanan kesehatan), dalam penelitian ini disusun kerangka konsep yang disesuaikan dengan karakteristk penelitian, yaitu: 1. Faktor Sosiobudaya Pada penelitian ini, faktor sosiobudaya tidak diteliti dikarenakan pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere memiliki karakteristik, yaitu masyarakat perkotaan dan termasuk pasien dengan kelas sosial menengah ke atas, sehingga diasumsikan memiliki persepsi terhadap kemajuan teknologi dan norma di masyarakat yang homogen. 2. Faktor Organisasi Pada
penelitian
ini,
variabel
yang
digunakan
untuk
menggambarkan faktor yang berhubungan dengan organisasi pelayanan kesehatan ketersediaan
adalah
variabel
pelayanan
fasilitas
kesehatan),
kesehatan
(menggambarkan
aksesibilitas
(menggambarkan
keterjangkauan geografis), biaya pelayanan dan penanggung biaya (menggambarkan keterjangkauan sosial). Sedangkan karakteristik struktur
58
organisasi pelayanan tidak diteliti, karena untuk menggambarkan karakteristik struktur organisasi ini menggunakan variabel sistem pembayaran tenaga kesehatan dan struktur organisasi pelayanan kesehatan, dimana variabel tersebut merupakan struktural internal manajemen rumah sakit yang umumnya tidak diketahui oleh konsumen. 3. Faktor Konsumen Pada
penelitian
ini,
variabel
yang
digunakan
untuk
menggambarkan faktor yang berhubungan dengan konsumen adalah variabel usia (menggambarkan sosiodemografi), pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga (menggambarkan sosioekonomi), serta persepsi ibu tentang kondisi kehamilan (menggambarkan sosiopsikologi). Dalam penelitian ini, variabel jenis kelamin dan status perkawinan yang umumnya digunakan untuk menggambarkan sosidemografi tidak diteliti karena variabel tersebut bersifat homogen. 4. Faktor Provider (Pemberi Pelayanan Kesehatan) Pada
penelitian
ini,
variabel
yang
digunakan
untuk
menggambarkan faktor yang berhubungan dengan pemberi pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan, pelayanan dokter, pelayanan paramedis, dan kemudahan informasi pelayanan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang menjadi variabel dependen pada penelitian ini adalah utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
59
1. Usia Usia merupakan salah satu faktor sosiodemografi konsumen yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Usia berperan terhadap utilisasi pelayanan dari sudut risiko sakit atau penyakit yang dibawa oleh perkembangan usia, yaitu balita, remaja, usia produktif, dan lansia (Wibisana, 2007). Semakin tua usia seseorang, maka semakin tinggi pula risiko timbulnya penyakit dan semakin tinggi pula utilisasi pelayanan kesehatan (Azwar, 1996). Penelitian Muljadi (2003) menunjukkan bahwa usia mempengaruhi ibu dalam memilih pemanfaatan kamar bersalin di Rumah Sakit Sumber Waras. 2. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor sosiekonomi konsumen yang turut berperan mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Menurut Anwar (1996), apabila tingkat pendidikan seseorang baik, maka secara relatif tingkat utilisasi pelayanan kesehatan akan tinggi. Penelitian Khudhori (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan keputusan pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. 3. Pekerjaan Pekerjaan merupakan salah satu faktor sosioekonomi konsumen yang berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984).
60
Hasil penelitian Rusydi (1999) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan utilisasi pelayanan antenatal di Puskesmas Kabupaten Musi Banyuasin. Penelitian lain, Ginting (2001) menunjukkan bahwa adanya pengaruh pekerjaan ibu terhadap utilisasi pelayanan antenatal oleh ibu hamil yang memiliki risiko di Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. 4. Penghasilan keluarga Penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor sosioekonomi konsumen yang memungkinkan individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Menurut Feldstein (1993), faktor penghasilan keluarga berhubungan dengan demand individu terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Wibisana (2007) menyatakan bahwa kemampuan membayar (ability to pay) berperan positif dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan seseorang. Hasil penelitian Sarminah (2012) menunjukkan bahwa penghasilan keluarga mempunyai pengaruh terhadap utilisasi pelayanan antenatal care di Provinsi Papua. 5. Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan Kondisi kehamilan merupakan suatu keadaan yang dialami ibu hamil baik dalam keadaan normal ataupun terdapat faktor penyulit atau komplikasi yang dapat menjadi risiko pada saat persalinan. Persepsi ibu terhadap kondisi kehamilan merupakan faktor sosiopsikologi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan persalinan. Wibowo (1992) dalam disertasinya, membuktikan bahwa persepsi ibu
61
terhadap kondisi kesehatan ibu hamil mempengaruhi utilisasi pelayanan antenatal. 6. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan ketersediaan pelayanan kesehatan yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Penelitian Khudhori (2012) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan keputusan pasien antenatal care memilih tempat persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. 7. Pelayanan Dokter Pelayanan dokter merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan provider yang dapat mempengaruhi individu dalam memutuskan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Hasil penelitian Pelangi (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter dengan keputusan pasien poliklinik kebidanan dalam memanfaatkan pelayanan bersalin di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok. 8. Pelayanan Paramedis Pelayanan paramedis (bidan dan perawat) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Penelitian Purnamawati (2002) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan perawat dengan utilisasi tempat persalinan di RSAB Harapan Kita.
62
9. Kemudahan Informasi Kemudahan informasi merupakan faktor yang berhubungan dengan provider yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Penelitian Syahrial (2001) menunjukkan bahwa kemudahan informasi memiliki hubungan yang bermakna terhadap keputusan pasien rawat jalan kebidanan dalam memanfaatkan layanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta. 10. Biaya Pelayanan Menurut Dever (1984), salah satu faktor yang mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan adalah biaya pelayanan kesehatan, dimana utilisasi pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan konsumen untuk membayar biaya pelayanan. Hasil penelitian Syahrial (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan terhadap keputusan pasien rawat jalan kebidanan dalam memanfaatkan layanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta. 11. Penanggung Biaya Penanggung biaya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Hasil penelitian Syahrial (2001) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien rawat jalan kebidanan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta.
63
12. Aksesibilitas Menurut Dever (1984), aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan yang dinilai dari jarak, waktu tempuh, dan ketersediaan transportasi untuk mencapai lokasi pelayanan kesehatan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, bahwa jarak tempuh ke pelayanan kesehatan diklasifikasikan menjadi: kurang dari 1 kilometer (< 1 km), 1 sampai dengan 5 kilometer (1-5 km), dan lebih dari 5 kilometer (> 5 km). Sedangkan waktu tempuh diklasifikasikan menjadi kurang dari 15 menit (<15’), antara 16 sampai dengan 30 menit (16’-30’), antara 31 sampai dengan 60 menit (31’-60’), dan lebih dari 60 menit (>60’). Penelitian Supatra (2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jarak dan waktu tempuh dengan utilisasi pelayanan bersalin pada pasien ibu hamil di Unit Rawat Jalan Obstetri Rumah Sakit Risa Sentra Medika.
Secara skematis, kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut:
64
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan Keluarga Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan Fasilitas Kesehatan
Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013
Pelayanan Dokter
Pelayanan Paramedis Kemudahan Informasi Biaya Pelayanan
Penanggung Biaya Aksesibilitas
Variabel Independen (Bebas)
Variabel Dependen (Terikat)
65
A. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian No.
Variabel
Definisi
1.
Utilisasi Pelayanan
Pemanfataan pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care trimester III di Rumah Sakit Puri Cinere.
2.
Usia
Pernyataan responden tentang lama hidup terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir.
3.
Pendidikan
Pernyataan responden tentang pendidikan formal terakhir yang ditamatkan oleh responden.
Cara Ukur
Alat Ukur
Variabel Dependen Wawancara Kuesioner
Variabel Independen Wawancara Kuesioner
Wawancara
Kuesioner
Hasil Ukur
Pengukuran
0. Tidak Memanfaatkan 1. Memanfaatkan
Ordinal
0. ≤ 30 tahun 1. > 30 tahun (UU No. 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan)
Ordinal
1. SD/sederajat 2. SMP/sederajat 3. SMA/sederajat 4. D1/D2/D3/ S1 5. S2, S3 Kelima kategori tersebut dikelompokkan menjadi: 0. Pendidikan rendah nomor 1, 2, 3 1. Pendidikan tinggi nomor 4 dan 5 (Khudhori,2012)
Ordinal
66
Tabel 3.1 (Lanjutan) No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pengukuran
4.
Pekerjaan
Pernyataan responden tentang aktivitas responden dalam memperoleh pendapatan untuk memenuhi atau membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
Wawancara
Kuesioner
1. PNS 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu rumah tangga Keempat kategori tersebut diklasifikasikan menjadi: 0. Tidak bekerja untuk nomor 4 1. Bekerja untuk nomor 1, 2, dan 3
Ordinal
5.
Penghasilan keluarga
Pernyataan responden tentang jumlah pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan suami dan istri dalam 1 (satu) bulan.
Wawancara
Kuesioner
Klasifikasi diperoleh berdasarkan nilai cut of point, dimana: 0. < Nilai mean/median 1. ≥ Nilai mean/median
Ordinal
6.
Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan Fasilitas Kesehatan
Cara pandang responden terhadap keadaan kehamilan ibu yang terakhir.
Wawancara
Kuesioner
0. Normal 1. Ada gangguan, penyulit atau komplikasi
Ordinal
Persepsi responden terhadap ketersediaan fasilitas persalinan meliputi ruangan persalinan (VK), peralatan medis, ruang rawat inap kebidanan, baby room, ruang tunggu yang memadai, ICU, NICU/PICU di Rumah Sakit Puri Cinere
Wawancara
Kuesioner
0. Tidak lengkap 1. Lengkap (dikatakan lengkap apabila tersedia semua fasilitas persalinan yang disebutkan)
Ordinal
7.
67
Tabel 3.1 (Lanjutan) No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
8.
Pelayanan dokter
Persepsi responden terhadap pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien antenatal care meliputi ketepatan dalam memeriksa pasien, ketanggapan dalam menangani keluhan dan pertanyaan pasien, informatif/komunikatif, memiliki perhatian dan kepedulian kepada pasien, serta kebersihan dan kerapihan dokter.
Wawancara
Kuesioner
0. Buruk, jika total skor < nilai median. 1. Baik, jika total skor ≥ nilai median.
Ordinal
9.
Pelayanan Paramedis
Persepsi responden terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat dan bidan kepada pasien antenatal care meliputi ketanggapan dalam menangani keluhan pasien, informatif/komunikatif, perhatian dan kepedulian, serta kebersihan dan kerapihan perawat dan bidan.
Wawancara
Kuesioner
0. Buruk, jika total skor < nilai median. 1. Baik, jika total skor ≥ nilai median.
Ordinal
68
Tabel 3.1 (Lanjutan) No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Cara Ukur
Alat Ukur
10.
Kemudahan informasi
Persepsi responden tentang kemudahan mendapatkan informasi pelayanan persalinan meliputi jenis pelayanan, tenaga kesehatan, fasilitas, dan biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere.
Wawancara
Kuesioner
0. Sulit, jika total skor < nilai median. 1. Mudah, jika total skor ≥ nilai median.
Ordinal
11.
Biaya pelayanan
Persepsi responden tentang biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere.
Wawancara
Kuesioner
0. Mahal 1. Murah
Ordinal
12.
Penanggung Biaya
Peryataan responden tentang individu atau badan/instansi yang menanggung biaya persalinan responden.
Wawancara
Kuesioner
0. Pribadi 1. Kantor/Perusahaan atau Asuransi
Ordinal
13.
Aksesibilitas Persepsi responden tentang tingkat kemudahan dalam mencapai rumah sakit, dinilai dari kemudahan transportasi, jarak, dan waktu tempuh antara tempat tinggal responden dengan rumah sakit.
Wawancara
Kuesioner
0. Sulit, jika total skor < nilai median. 1. Mudah, jika total skor ≥ nilai median.
Ordinal
69
B. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu pernyataan yang merupakan jawaban sementara peneliti terhadap pertanyaan penelitian (Dahlan, 2009). Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 3. Terdapat hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 4. Terdapat hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 5. Terdapat hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 6. Terdapat hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 7. Terdapat hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
70
8. Terdapat hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 9. Terdapat hubungan antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 10. Terdapat hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 11. Terdapat hubungan antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 12. Terdapat hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
56
71
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dimana pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan mengetahui hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009). Desain penelitian yang digunakan adalah desain potong lintang (cross sectional study), yaitu studi penelitian yang mempelajari hubungan antara variabel
dependen
(terikat)
dan
variabel
independen
(bebas),
dimana
pengumpulan kedua variabel tersebut dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan mengetahui variabel yang paling dominan berhubungan terhadap variabel dependen (utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care).
72
B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juni 2013. Sedangkan lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pengumpulan data yang dibutuhkan, dimana sampel pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pasien antenatal care trimester III yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dan pasien antenatal care trimester III yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sampel yang merupakan pasien antenatal care trimester III dan memanfaatkan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, pengumpulan data dilakukan di Poliklinik dan Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Puri Cinere. Sedangkan untuk sampel yang merupakan pasien antenatal care trimester III tetapi tidak memanfaatkan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, pengumpulan data dilakukan dengan cara menghubungi pasien melalui telepon atau mendatangi rumah pasien.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Sabri (2008), populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan dilakukan. Sedangkan Sugiyono (2009) berpendapat bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
73
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien antenatal care trimester III yang terdaftar dalam buku registrasi Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Puri Cinere pada bulan April 2013. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2009), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi dan bersifat representatif. Sedangkan Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa sampel merupakan objek yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah pasien antenatal care trimester III, baik yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere maupun yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, dengan jumlah sampel ditentukan berdasarkan perhitungan sampel yang dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Perhitungan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi dikarenakan data penelitian bersifat kategorik. Adapun rumus uji hipotesis beda dua proporsi adalah sebagai berikut:
nsample =
[
⁄
√
(
)
(
√ (
)
)
(
)]
74
keterangan : n
= besar sampel minimal yang diperlukan
P
= rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}
P1
= proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu
P2
= proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu = derajat kemaknaan pada dua sisi (two tail), yaitu 5% = 1,96
Z1-β
= kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 95% = 1,64
Pada penelitian ini, digunakan tingkat kepercayaan 95% dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 95%. Pengambilan sampel menggunakan metode perhitungan sampel berdasarkan perhitungan sampel per-variabel yang diteliti dengan mengacu kepada hasil proporsi penelitian sebelumnya. Adapun hasil proporsi variabel penelitian dari penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Penelitian Khudhori (2012) menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki latar belakang pendidikan rendah (SMA ke bawah) yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan adalah sebesar 55% (P1). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki latar belakang pendidikan
75
tinggi (akademi/perguruan tinggi) yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan adalah sebesar 20% (P2). b. Penghasilan Keluarga Penelitian Khudhori (2012) menunjukkan bahwa pasien antenatal care dengan penghasilan dibawah upah minimum regional (≤ UMR) yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan adalah sebesar 81,8% (P1). Sedangkan pasien antenatal care dengan penghasilan diatas upah minimum regional (>UMR) yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan adalah sebesar 28,1% (P2). c. Fasilitas Kesehatan Penelitian Khudhori (2012) menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi bahwa fasilitas kesehatan di pelayanan kesehatan tempat pasien melakukan pemeriksaan antenatal care tidak lengkap dan tidak memanfaatkan persalinan di pelayanan kesehatan yang sama dengan tempat pemeriksaan antenatal care adalah sebesar 77,8% (P1). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi bahwa fasilitas kesehatan di pelayanan kesehatan tempat pasien melakukan pemeriksaan antenatal care lengkap namun tidak memanfaatkan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan tempat pemeriksaan antenatal care adalah sebesar 24,4% (P2).
76
d. Aksesibilitas Penelitian Supatra (2012) menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi bahwa jarak tempuh jauh dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan tempat pemeriksaan antenatal care adalah sebesar 66,7% (P1). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi bahwa jarak tempuh dekat dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan antenatal care adalah sebesar 27,4% (P2). Adapun hasil perhitungan sampel penelitian berdasarkan nilai proporsi variabel pada penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Sampel Penelitian No.
Variabel
Nilai P1, P2, dan P
Nilai Odds Ratio
Total Sampel
1.
Pendidikan
P1 = 55% = 0,55 P2 = 20% = 0,20 P = 0,375
4,889
47 x 2 = 93
2.
Penghasilan Keluarga
P1 = 81,8% = 0,818 P2 = 28,1% = 0,281 P = 0,5495
11,520
19 x 2 = 38
3.
Fasilitas Kesehatan
16,852
20 x 2 = 40
4.
Aksesibilitas
P1 = 77,8% = 0,778 P2 = 24,4% = 0,244 P = 0,511 P1 = 66,7% = 0,667 P2 = 27,4% = 0,227 P = 0,470
-
39 x 2 = 78
77
Berdasarkan hasil perhitungan sampel di atas, dapat diketahui bahwa variabel dengan perhitungan total sampel tertinggi adalah pendidikan dengan 93 sampel. Penentuan jumlah sampel dengan perhitungan uji beda dua proporsi diambil dari hasil perhitungan total sampel tertinggi, sehingga total sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebesar 93 responden. Oleh karena total populasi penelitian ini adalah berjumlah 121 orang, maka pada penelitian ini digunakan total sampling untuk teknik pengambilan sampel. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, terdapat pasien antenatal care yang tidak bersedia (menolak) untuk dijadikan responden, sehingga sampel yang dapat dikumpulkan adalah sebesar 105 responden.
D. Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenis data dan cara memperolehnya, data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti melalui pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner meliputi variabel usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan,
78
pelayanan dokter, pelayanan paramedis, kemudahan informasi, biaya pelayanan, penanggung biaya, dan aksesibilitas yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang secara tidak langsung diperoleh dari sumbernya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari telaah dokumen Rumah Sakit Puri Cinere berupa profil Rumah Sakit Puri Cinere, data rekam medis tentang jumlah kunjungan pasien antenatal care dan pasien persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2010-2012, data registrasi pasien antenatal care trimester III Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Puri Cinere bulan April 2013 dan studi kepustakaan.
E. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, yaitu suatu metode yang dipergunakan peneliti untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi oleh sasaran penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat bantu kuesioner penelitian yang memuat pertanyaanpertanyaan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
79
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner di Poliklinik dan Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Puri Cinere untuk pasien antenatal care trimester III yang melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. 2. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner melalui telepon atau mendatangi rumah pasien untuk pasien antenatal care trimester III yang tidak melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Pengumpulan data yang dilakukan telah melalui tahap persetujuan atau kesediaan dari pihak responden.
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, dan formulirformulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden dalam arti tentang pribadinya atau hal-hal yang responden ketahui dalam penelitian (Arikunto, 2006). Lembar kuesioner disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan variabel yang akan diteliti guna memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
80
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, lembar kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah melalui tahap uji kuesioner terhadap 20 pasien antenatal care trimester III di rumah sakit yang berbeda dengan rumah sakit penelitian. Uji kuesioner dilakukan untuk melihat sejauh mana kuesioner tersebut dapat dimengerti oleh responden terkait dengan substansi yang terdapat di dalamnya dan melihat apakah pertanyaan yang digunakan bersifat valid dan reliabel jika digunakan di tempat dan waktu yang berbeda. Uji kuesioner dilakukan di salah satu rumah sakit di Kota Tangerang Selatan yang memiliki karakteristik tipe/kelas rumah sakit dan pasien yang sama dengan Rumah Sakit Puri Cinere, yaitu tipe rumah sakit kelas C dengan karakteristik pasien menengah ke atas. Uji kuesioner yang dilakukan meliputi uji validitas dan reliabilitas data penelitian. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: 1. Uji Validitas Uji validitas merupakan suatu uji statistik yang dilakukan untuk mengukur ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur (kuesioner) dalam mengukur suatu data penelitian. Uji validitas digunakan pada variabelvariabel yang memiliki pertanyaan yang memungkinkan data bersifat homogen dan menggunakan skala likert. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan pada variabel pelayanan dokter, pelayanan paramedis, dan kemudahan informasi. Uji validitas suatu kuesioner penelitian dilakukan dengan cara mengetahui korelasi antar skor masing-masing variabel dengan
81
skor totalnya. Suatu pertanyaan dalam variabel dikatakan valid apabila skor tiap pertanyaan tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Perhitungan uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung yang diperoleh dengan nilai r tabel. Nilai r hitung diperoleh dari hasil uji validitas dengan menggunakan uji statistik, dimana hasilnya dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation. Sedangkan nilai r tabel diperoleh dengan menggunakan rumus df = n-2. Pada penelitian ini, uji kuesioner dilakukan kepada 20 responden, sehingga nilai df = 20-2 = 18. Pada tingkat kemaknaan 5%, maka didapatkan nilai r tabel adalah sebesar 0,444 (two tail). Masing-masing pertanyaan dibandingkan antara nilai r hitung yang diperoleh dengan nilai r tabel, dimana pertanyaan dikatakan valid apabila nilai r hitung > r tabel. Hasil perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas pada Variabel Pelayanan Dokter, Pelayanan Paramedis, dan Kemudahan Informasi No.
Variabel
1.
Pelayanan dokter
2.
Pelayanan paramedis
3.
Kemudahan informasi
Item Pertanyaan H1 H2 H3 H4 H5 I1 I2 I3 I4 J1 J2 J3
r hitung
r tabel
Keterangan
0,978 0,837 0,837 0,978 0,871 0,981 0,981 0,861 0,764 0,943 0,808 0,808
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
Valid
Valid
Valid
82
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa masing-masing pertanyaan yang digunakan untuk menilai variabel pelayanan dokter, pelayanan paramedis, dan kemudahan informasi menunjukkan nilai r hitung (corrected item-total correlation) > r tabel (0,444). Artinya, semua pertanyaan yang digunakan untuk masing-masing variabel adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah suatu pengukuran yang dilakukan untuk menilai apakah kuesioner yang digunakan bersifat reliabel (handal) untuk digunakan dalam suatu penelitian. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha yaitu sebagai berikut : r
= (k / k-1) { (1- ∑α2 b)} α2 t
keterangan : r
= reliabilitas instrumen
k
= banyak butir pertanyaan
∑α2 b = jumlah varians butir α2 t
= varians total
83
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai Cronbach’s Alpha pada uji statistik, dimana jika nilai Cronbach’s Alpha > r tabel maka bersifat reliabel. Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diperoleh nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing variabel adalah pelayanan dokter (0,964), pelayanan paramedis (0,954), dan kemudahan informasi (0,927). Ketiga variabel terebut memiliki nilai Cronbach’s Alpha > r tabel (0,444), artinya pertanyaan yang digunakan untuk menggambarkan variabel pelayanan dokter, pelayanan paramedis, dan kemudahan informasi bersifat reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian.
G. Manajemen Data Menurut Amran (2012), manajemen data merupakan serangkaian tahapan yang harus dilakukan agar data siap untuk diuji statistik dan dilakukan analisis atau interpretasi yang terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Data Coding Data coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberi kode jawaban untuk masing-masing kelas sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Data coding berguna untuk memudahkan dalam membedakan antara data yang satu dengan lainnya dalam pengolahan data dan mempercepat saat memasukkan (entry) data.
84
2. Data Editing Data editing merupakan kegiatan penyuntingan data yang dilakukan sebelum proses pemasukan data, dengan tujuan untuk melihat kelengkapan pengisian kuesioner, kesalahan pengisian, logis tidaknya jawaban, dan konsistensi pengisian di setiap pertanyaan kuesioner. Data editing dilakukan pada saat pengumpulan data di lapangan, dengan tujuan data yang salah atau tidak lengkap dapat ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan. 3. Data Structure Data structure dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan dilakukan
dan
jenis
perangkat
lunak
yang
digunakan.
Pada
saat
mengembangkan data structure, masing-masing variabel ditetapkan nama, skala ukur variabel, dan jumlah digit. 4. Data Entry Data entry adalah proses memasukan data dari hasil yang didapatkan dalam instrumen penelitian ke dalam program atau fasilitas analisis data. Program analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah software SPSS (Statistical Product and Services Solution) versi 16.0. 5. Data Cleaning Data cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan tidak terdapat data yang salah. Kesalahan
85
tersebut dimungkinkan dapat terjadi pada saat melakukan entry data, sehingga dengan dilakukan proses cleaning data, data siap diolah dan dianalisis.
H. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik berupa variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) (Amran, 2012). Variabel bebas meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, pelayanan dokter, pelayanan paramedis, kemudahan informasi, biaya pelayanan, penanggung biaya, dan aksesibilitas. Sedangkan variabel terikat adalah utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere. Analisis univariat juga dapat berfungsi untuk mengekplorasi variabel yang dapat berguna dalam mendiagnosis asumsi tindak lanjut (data numerik) seperti variasi data dan distribusi data (Amran, 2012). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi kenormalan data yang dapat diketahui dengan menggunakan test kolmogorov-smirnov dengan ketentuan jika probabilitas (p-value) atau nilai signifikansi > 0,05, maka data terdistribusi normal.
86
2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, yaitu melihat hubungan antara variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat) dengan menggunakan uji statistik sesuai skala data yang sesuai. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square (X2). Uji Chi Square digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, dimana variabel yang dihubungkan baik variabel independen maupun dependen berjenis kategorik. Adapun persamaan Chi Square adalah sebagai berikut: X2 = ∑ (0 – E)2 Df = (k-1) (b-1) keterangan : X3 = Chi Square 0 = nilai yang diamati E = nilai yang diharapkan Df = derajat kebebasan k = kolom b = baris
Hasil uji Chi Square dapat menunjukkan probabilitas kejadian, dimana jika nilai p-value (sig.) > 0,05 maka H0 diterima, artinya secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel
87
dependen. Sebaliknya, jika p-value (sig.) < 0,05 maka H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang bermakna antara variabel independen dan variabel dependen. Tahap selanjutnya adalah melihat kekuatan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang dapat dilihat dari nilai Odds Ratio (OR), dengan rumus: OR = Jika nilai OR = 1, berarti tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Jika OR < 1, berarti variabel independen memperkecil risiko kejadian variabel dependen. Sedangkan jika OR > 1, artinya variabel independen meningkatkan risiko kejadian variabel independen. Adapun penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
3. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel independen mana yang menunjukkan paling dominan berhubungan terhadap variabel dependen.
Dalam
penelitian
ini,
uji
multivariat
dilakukan
dengan
menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel dependen berupa data kategorik. Uji regresi logistik berganda yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda dengan pemodelan prediksi. Pemodelan prediksi bertujuan
88
untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian dependen (Amran, 2012). Analisis multivariat diawali dengan melakukan analisis bivariat terhadap masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Apabila hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value (sig.)
0,25, maka
variabel penelitian dapat masuk ke dalam pemodelan analisis multivariat. Sebaliknya, apabila hasil analisis bivariat menunjukkan nilai p-value (sig.) 0,25, maka variabel terebut tidak dapat masuk ke dalam pemodelan multivariat. Setelah didapatkan variabel yang menjadi kandidat pemodelan pada analisis multivariat, tahap selanjutnya adalah melakukan pembuatan model untuk menentukan variabel independen yang paling berhubungan dengan variabel dependen. Pembuatan model faktor penentu ini dilakukan dengan menggunakan
analisis
regresi
logistik
berganda.
Apabila
hasil
uji
menunjukkan terdapat variabel yang memiliki nilai p-value (sig.) > 0,05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Uji regresi logistik berganda dilakukan kembali secara bertahap hingga tidak terdapat variabel yang memiliki nilai p-value (sig.) > 0,05. Setelah diperoleh pemodelan akhir, tahap selanjutnya adalah memeriksa apakah terdapat interaksi antar variabel independen melalui uji interaksi. Uji interaksi dilakukan pada variabel independen yang diduga
89
secara substansi terdapat interaksi. Apabila nilai p-value < 0,05 berarti terdapat interaksi antar variabel independen tersebut dan sebaliknya. Apabila terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi. Apabila tidak terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah model multivariat tanpa interaksi. Adapun penyajian data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
90
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Puri Cinere 1. Sejarah Rumah Sakit Puri Cinere Rumah Sakit Puri Cinere dibangun pada tahun 1990, berawal dari kesadaran adanya peningkatan kebutuhan hidup sehat pada masyarakat, sehingga memunculkan gagasan untuk mendirikan rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat sekitar dan menjadi tempat pengembangan profesi bidang kedokteran. Untuk mewujudkan sebuah rumah sakit komunitas bagi masyarakat sekitar, para pendiri memilih kawasan Cinere sebagai lokasi rumah sakit dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan wilayah pemukiman yang berkembang, terletak di perbatasan Jakarta dan Jawa Barat, dan kawasan yang membutuhkan layanan kesehatan dengan kualitas yang lebih tinggi. Rumah Sakit Puri Cinere berdiri pada tanggal 15 Desember 1991 sebagai rumah sakit umum tipe madya di dalam naungan PT. Anadi Sarana Tatahusada
dengan
pemegang
saham
mayoritas
adalah
Yayasan
Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia, PT. Timber Dana, Yayasan Sarana Wanajaya, Bpk. Budi Darmono, SH, MA, MCL, YKP Bapindo dan Dana Pensiun Mandiri 1 dan Dana Pensiun Mandiri 2.
91
Sejak mulai beroperasi pada tahun 1992, Rumah Sakit Puri Cinere menunjukkan perkembangan yang cukup bermakna. Pada awalnya, Rumah Sakit Puri Cinere baru membuka sebagian fasilitas untuk menerima pasien rawat inap. Pada perkembangan kurang dari tiga tahun, semua fasilitas rawat inap dibuka dengan kapasitas 120 tempat tidur. Pada tahun 1997, Rumah Sakit Puri Cinere memperoleh akreditasi 5 (lima) modul pelayanan, yaitu pelayanan keperawatan, Instalasi Gawat Darurat (IGD), pelayanan rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen. Pada tahun 1999, segenap staf Rumah Sakit Puri Cinere meraih prestasi sebagai Juara II Rumah Sakit Swasta dengan penampilan kerja terbaik dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-35. Pada tahun 2001, Rumah Sakit Puri Cinere berhasil memperoleh akreditasi 12 modul pelayanan dan 16 modul pelayanan lengkap pada tahun 2007. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.YM02.04.3.5.3486 tanggal 1 Agustus 2006, Rumah Sakit Puri Cinere berubah nama menjadi Rumah Sakit Hospital Cinere. Pada tahun 2011, Rumah Sakit Hospital Cinere berubah nama kembali menjadi Rumah Sakit Puri Cinere. Pada tahun 2012, Rumah Sakit Puri Cinere berhasil meraih Juara III sebagai Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi tingkat Provinsi Jawa Barat.
92
2. Logo, Lokasi dan Bangunan Rumah Sakit Puri Cinere a. Logo Logo Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebagai berikut: Gambar 5.1 Logo Rumah Sakit Puri Cinere
b. Lokasi Rumah Sakit Puri Cinere berlokasi di Jl. Maribaya No.1, Cinere, Kedoya Depok 16514 Jawa Barat, Indonesia. c. Bangunan Rumah Sakit Puri Cinere memiliki gedung dengan 6 (enam) lantai, dengan perincian sebagai berikut : Luas Tanah
= 10.741 m2
Luas Bangunan
= 15.000 m2
Luas Halaman
=
Luas Parkir
= 3.912 m2
Kapasitas Listrik
=
Sumber Air
= Air tanah
500 m2
650 KVA
93
3. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Puri Cinere Visi Rumah Sakit Puri Cinere adalah menjadi rumah sakit komunitas (community hospital) terbaik di bidang layanan kesehatan terpadu anak, ibu, dan penyakit dalam Jakarta 2014. Sedangkan misi Rumah Sakit Puri Cinere adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, mampu memuaskan pelanggan, dan tetap mempunyai fungsi sosial. Rumah Sakit Puri Cinere memiliki motto, yaitu “Kesehatan Keluarga Anda Kami Utamakan”. Rumah Sakit Puri Cinere juga mengedepankan nilainilai yang dijadikan sebagai dasar acuan SDM dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan melalui budaya organisasi OKSIP, yaitu: a. O = Orientasi pelanggan (Customer oriented) Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan. b. K = Kepercayaan (Trust) Membangun keyakinan dan kepercayaan diantara pemegang saham, pemilik, dan pengelola dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan. c. S = Safety Bertindak dan berlaku sesuai prinsip safety atau keselamatan dalam setiap pelayanan yang diberikan oleh petugas.
94
d. I = Integritas (Integrity) Setiap saat berfikir, berkata, dan berperilaku terpuji, menjaga martabat serta menjunjung tinggi kode etik profesi. e. P = Professionalisme (Profesionalism) Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompetensi terbaik dan penuh tanggung jawab.
4. Struktur Organisasi Rumah Sakit Puri Cinere Rumah Sakit Puri Cinere berada di dalam naungan PT. Anadi Sarana Tatahusada dan diawasi oleh Dewan Komisaris yang mewakili para pemegang saham sebagai pengawas direksi dalam menjalankan perseroan dan rumah sakit serta memberikan arahan kepada direksi. Rumah Sakit Puri Cinere dipimpin oleh seorang Direktur yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Wakil Direktur Medis dan Keperawatan, Wakil Direktur Pengembangan Bisnis, dan Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan. Wakil Direktur Medis dan Keperawatan memimpin Direktorat Medik dan Keperawatan membawahi bagian instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, instalasi pelayanan kritis, instalasi penunjang medis, dan instalasi farmasi. Dalam menjalankan tugasnya, Wakil Direktur Medis dan Keperawatan dibantu oleh Kepala Bagian Keperawatan.
95
Wakil
Direktur
Pengembangan
Bisnis
memimpin
Direktorat
Pengembangan Bisnis membawahi bagian pengadaan logistik, bagian rekam medis, bagian teknologi dan informasi, dan bagian humas dan pemasaran. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan memimpin Direktorat Administrasi dan Keuangan yang membawahi bagian sumber daya manusia, bagian rumah tangga dan umum, bagian teknik dan pemeliharaan sarana, bagian keuangan dan bagian akuntansi. Adapun bentuk struktur organisasi Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada lampiran 4.
5. Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Puri Cinere Sebagai modal yang paling berharga, pengembangan sumber daya menjadi prioritas dalam menunjang pertumbuhan Rumah Sakit Puri Cinere. Pelatihan khusus, seminar, maupun pelatihan dalam dan luar negeri diikuti dengan mengirim para dokter, perawat, staf, dan lainnya. Pelatihan yang berkesinambungan diberikan tidak hanya dalam bidang medis, tetapi juga dalam bidang manajemen dan peningkatan diri. Hingga tahun 2011, Rumah Sakit Puri Cinere memiliki 139 dokter purna waktu dan paruh waktu, 254 perawat dan bidan serta 327 karyawan non medis.
6. Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Puri Cinere Rumah Sakit Puri Cinere memiliki berbagai fasilitas pelayanan, yaitu sebagai berikut:
96
a. Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Puri Cinere memiliki 18 poliklinik dengan rincian sebagai berikut: Tabel 5.1 Poliklinik Rumah Sakit Puri Cinere No.
Poliklinik
Pelayanan Kesehatan
1.
Bedah
Bedah umum, bedah ortopedi, bedah anak, bedah digestive, bedah urologi, bedah syaraf, bedah tumor, dan bedah pembuluh darah.
2.
Kebidanan dan Kandungan
Umum dan keluarga berencana, andrologi, perinatal konseling, infertilitas, imunoendokrinologi, kanker ginekologi.
3.
Kesehatan anak
Nefrologi anak, hematologi anak, endokrinologi anak, intensivitas anak, jantung anak dan laktasi.
4.
Penyakit dalam
Nefrologi, konsultan gastro-enter-hepatologi, endoscopy dan terapi penyakit saluran cerna.
5.
Penyakit saraf
Neorologi, Elektro Enchephalografi (EEG).
6.
Kesehatan jiwa
Psikiatri dewasa, ketergantungan obat.
7.
THT
Endoskopy THT, pemeriksaan THT standar, tes kulit, sleep test, timpanometer, ASSR, BerOAE.
8.
Mata
Kelainan refraksi, katarak dan bedah katarak, bedah minor mata, general check up mata.
9.
Umum
Klinik dokter keluarga
10.
Kulit dan perawatan wajah
Klinik perawatan muka: treatment, rejuvenation, ,aromatherapy,bedah laser cc elektro-kauter.
97
No.
Poliklinik
Pelayanan Kesehatan
11.
Jantung
Jantung rematik, jantung koroner, pemeriksaan resiko jantung.
12.
Paru
Asma, penyakit paru kerja, spriometri untuk tes fungsi paru.
13.
Gigi dan Mulut
Konservasi gigi, ortodontik, pedodontik, periodontik, prostodontik, bedah mulut dan maksilofacial.
14.
Akupuntur
Medis, estetika, dan aquapuncture
15.
Medical check up
Standar dasar, eksekutif, komprehensif, paket khusus jantung
16.
Speech terapi, occupational terapi
17.
Rehabilitasi medik Psikologi
18.
Gizi klinik
Sumber : Profil RS Puri Cinere
Pada tahun 2011, Rumah Sakit Puri Cinere membuka Multi Center, yang terdiri dari: klinik laktasi, hearing center, klinik edukasi diabetes, dan klinik stroke. b. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Puri Cinere memiliki instalasi rawat inap dengan jumlah tempat tidur sebanyak 141 tempat tidur meliputi beberapa pilihan ruang perawatan, yaitu Suite room, Super VIP, VIP, Kelas I, II dan III serta
98
ruang isolasi. Selain itu, tersedia juga Ruang Bersalin dan Ruang Bayi, Kamar Operasi, HCU, ICU, dan NICU.
c. Instalasi Pelayanan Kritis Instalasi pelayanan kritis Rumah Sakit Puri Cinere terdiri dari pelayanan 24 jam Unit Gawat Darurat, Kamar Operasi, dan unit intensif yang terdiri dari ICU dan HCU. Seluruh fasilitas tersebut terdapat di lantai 3 (tiga) gedung Rumah Sakit Puri Cinere.
d. Instalasi Penunjang Medik Instalasi penunjang medik Rumah Sakit Puri Cinere dibedakan menjadi dua golongan, yaitu penunjang medis diagnostik (laboratorium, farmasi, UGD 24 jam, radiologi, ambulans, dan rehabilitasi medik) dan penunjang non diagnostik (gizi dan rekam medik). Selain itu, Rumah Sakit Puri Cinere memiliki pelayanan penunjang lainnya, seperti home care and home visit, senam hamil, senam diabetes, dan pijat bayi.
B. Hasil Analiais Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian, baik variabel dependen maupun variabel independen. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
99
1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere, dimana responden dikategorikan menjadi dua, yaitu pasien antenatal care trimester III yang memanfaatkan pelayanan persalinan dan pasien antenatal care trimester III yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Adapun gambaran pasien antenatal care berdasarkan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini: Tabel 5.2 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Utilisasi Pelayanan Persalinan Utilisasi Pelayanan Persalinan
Jumlah
Presentase
Tidak Memanfaatkan
37
35,2%
Memanfaatkan
68
64,8%
Total
105
100%
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 64,8%. Sedangkan pasien antenatal care yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 35,2%.
100
2. Variabel Independen a. Gambaran Usia Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan bahwa rata-rata usia pasien antenatal care dalam penelitian ini adalah 30 tahun, dengan usia termuda adalah 20 tahun dan usia tertua adalah 44 tahun. Adapun gambaran usia pasien antenatal care dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini: Tabel 5.3 Usia Pasien Antenatal Care Variabel Usia
Mean
SD
Minimum
Maximum
30 tahun
4,222
20 tahun
44 tahun
Oleh karena data usia pasien antenatal care tidak terdistribusi normal, maka dilakukan pengelompokkan data berdasarkan Undang-Undang No.40 tahun 2009 menjadi dua kategori, yaitu pasien antenatal care yang berusia ≤ 30 tahun dan pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun. Gambaran distribusi pasien antenatal care berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 5.4 sebagai berikut:
101
Tabel 5.4 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia Usia
Jumlah
Presentase
≤ 30 tahun
63
60%
> 30 tahun
42
40%
Total
105
100%
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere yang memiliki usia ≤ 30 tahun sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun sebesar 40%.
b. Gambaran Pendidikan Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri atas pendidikan SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi (Diploma dan Sarjana). Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui bahwa tidak terdapat pasien antenatal care yang berpendidikan tamatan SD dan SMP. Pasien antenatal care yang memiliki pendidikan terendah adalah SMA (10,5%) dan tertinggi adalah S2 (1,9%). Adapun gambaran pendidikan pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai berikut:
102
Tabel 5.5 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Jenjang Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Presentase
SMA
11
10,5%
D1/D2/D3/S1
92
87,6%
S2
2
1,9%
105
100,0%
Total
Data distribusi pendidikan tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi
pasien
antenatal
care
yang
berpendidikan
rendah
(SMA/sederajat) dan pasien antenatal care berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana). Adapun distribusi pasien antenatal care berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini: Tabel 5.6 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pendidikan Pendidikan
Jumlah
Presentase
Rendah
11
10,5%
Tinggi
94
89,5%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.6 di atas, dapat ketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) yaitu sebesar 89,5%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendidikan rendah (SMA/sederajat) yaitu 10,5%. Hasil ini menunjukkan bahwa
103
sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien dengan latar belakang berpendidikan tinggi.
c. Gambaran Pekerjaan Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh bahwa pasien antenatal care yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil (PNS) berjumlah 9 orang, pegawai swasta 59 orang, wiraswasta 2 orang, dan ibu rumah tangga 35 orang. Adapun gambaran jenis pekerjaan pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini: Tabel 5.7 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Jenis Pekerjaan Pendidikan
Jumlah
Presentase
PNS
9
8,6%
Pegawai Swasta
59
56,2%
Wiraswasta
2
1,9%
Ibu Rumah Tangga
35
33,3%
Total
105
100,0%
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere bekerja sebagai pegawai swasta dengan persentase 56,2%. Data pekerjaan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pasien antenatal care yang bekerja (PNS, pegawai swasta,
104
dan wiraswasta) dan pasien antenatal care yang tidak bekerja (ibu rumah tangga). Distribusi pasien antenatal care berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini: Tabel 5.8 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pekerjaan Pendidikan
Jumlah
Presentase
Tidak Bekerja
35
33,3%
Bekerja
70
66,7%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.8 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang tidak bekerja adalah sebesar 33,3%. Sedangkan pasien antenatal care yang bekerja adalah sebesar 66,7%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien yang bekerja.
d. Gambaran Penghasilan Keluarga Berdasarkan hasil pengumpulan data, diperoleh bahwa rata-rata penghasilan keluarga pasien antenatal care (suami dan istri) adalah sebesar Rp 10.800.000 dengan pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga terendah yaitu sebesar Rp 2.000.000 dan tertinggi sebesar Rp 60.000.000.
105
Oleh karena data penghasilan keluarga tidak terdistribusi normal, maka dilakukan pengelompokkan data berdasarkan nilai median yang diperoleh (Rp 10.000.000) menjadi dua kategori yaitu pasien antenatal care yang berpenghasilan keluarga < Rp 10.000.000 dan pasien antenatal care yang berpenghasilan keluarga ≥ Rp 10.000.000. Adapun gambaran distribusi pasien antenatal care berdasarkan penghasilan keluarga adalah sebagai berikut: Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga Penghasilan Keluarga
Jumlah
Presentase
< Rp 10.000.000
40
38,1%
≥ Rp 10.000.000
65
61,9%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.9 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga < Rp 10.000.000 adalah sebesar 38,1%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpenghasilan keluarga ≥ Rp 10.000.000 adalah sebesar 61,9%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki penghasilan ≥ Rp 10.000.000.
106
e. Gambaran Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan Kondisi kehamilan merupakan suatu keadaan yang dialami ibu hamil baik dalam keadaan normal ataupun terdapat faktor penyulit, gangguan, atau komplikasi yang dapat menjadi risiko pada saat persalinan. Distribusi pasien antenatal care berdasarkan persepsi ibu terhadap kondisi kehamilannya dapat dilihat pada tabel 5.10 di bawah ini: Tabel 5.10 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan Persepsi ibu tentang
Jumlah
Presentase
Normal
85
81,0%
Ada gangguan, penyullit,
20
19,0%
105
100,0%
kondisi kehamilan
atau komplikasi Total
Dari tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal adalah sebesar 81%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya mengalami gangguan, penyulit, atau komplikasi adalah sebesar 19%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi kondisi kehamilan terakhir adalah dalam kondisi normal.
107
f. Gambaran Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan fasilitas persalinan di suatu pelayanan kesehatan meliputi ruangan persalinan (VK), peralatan medis, ruang rawat inap kebidanan, ruang bayi (baby room), ruang tunggu yang memadai, ICU, dan NICU/PICU.
Fasilitas kesehatan dikatakan lengkap apabila terdapat semua fasilitas tersebut di Rumah Sakit Puri Cinere. Adapun persepsi pasien antenatal care mengenai ketersediaan fasilitas pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebagai berikut: Tabel 5.11 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Pasien Antenatal Care terhadap Fasilitas Kesehatan Fasilitas Kesehatan
Jumlah
Presentase
Tidak Lengkap
17
16,2%
Lengkap
88
83,8%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.11 di atas, dapat dilihat bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere lengkap adalah sebesar 83,8%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere tidak lengkap adalah sebesar 16,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar
108
pasien antenatal care memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah lengkap.
g. Gambaran Pelayanan dokter Pelayanan dokter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien antenatal care meliputi
kehandalan
atau
ketepatan
dalam
memeriksa
pasien,
ketanggapan/kecepatan dalam merespon keluhan dan pertanyaan pasien, komunikatif dalam memberikan anjuran, saran atau informasi kepada pasien, memiliki perhatian yang tulus dan kepedulian kepada pasien, serta memiliki penampilan yang bersih dan rapih dalam melayani pasien. Adapun persepsi pasien antenatal care terhadap pelayanan dokter yang menangani pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebagai berikut: Tabel 5.12 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Pelayanan Dokter Pelayanan Dokter
Jumlah
Presentase
Buruk
12
11,4%
Baik
93
88,6%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.12 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat bahwa pelayanan dokter dalam menangani pasien
109
antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere baik adalah sebesar 88,6%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa pelayanan dokter dalam menangani pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere buruk adalah sebesar 11,4%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi pelayanan dokter dalam menangani pasien antenatal care adalah baik.
h. Gambaran Pelayanan Paramedis Pelayanan paramedis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan dan perawat dalam melayani pasien antenatal care meliputi ketanggapan dalam merespon keluhan dan pertanyaan pasien, komunikatif dalam memberikan informasi atau penjelasan kepada pasien, memiliki perhatian yang tulus dan kepedulian kepada pasien, serta berpenampilan bersih dan rapih. Adapun persepsi pasien antenatal care terhadap pelayanan paramedis di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebagai berikut:
110
Tabel 5.13 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Pelayanan Paramedis Pelayanan Paramedis
Jumlah
Presentase
Buruk
23
21,9%
Baik
82
78,1%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.13 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat bahwa pelayanan paramedis dalam melayani pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere baik adalah sebesar 78,1%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa pelayanan paramedis dalam melayani pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere buruk adalah sebesar 21,9%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi pelayanan paramedis baik.
i. Gambaran Kemudahan informasi Kemudahan informasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemudahan pasien antenatal care dalam memperoleh informasi mengenai pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere meliputi jenis pelayanan, tenaga kesehatan, fasilitas, dan biaya persalinan. Adapun persepsi pasien antenatal care terhadap kemudahan mendapatkan
111
informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada tabel 5.14 di bawah ini: Tabel 5.14 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Kemudahan Informasi Kemudahan Informasi
Jumlah
Presentase
Sulit
24
22,9%
Mudah
81
77,1%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.14 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat bahwa sulit untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 22,9%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa mudah untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 77,1%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien antenatal care berpendapat informasi mengenai pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dapat diperoleh secara mudah.
j. Gambaran Biaya Pelayanan Persepsi pasien antenatal care mengenai biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada tabel 5.15 di bawah ini:
112
Tabel 5.15 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi terhadap Biaya Pelayanan Persalinan Biaya Pelayanan
Jumlah
Presentase
Mahal
87
82,9%
Murah
18
17,1%
Total
105
100,0%
Dari tabel 5.15 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat bahwa biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal adalah sebesar 82,9%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere murah adalah sebesar 17,1%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah mahal.
k. Gambaran Penanggung Biaya Penanggung
biaya
persalinan
pada
pasien
antenatal
care
dikategorikan menjadi biaya yang ditanggung oleh pribadi dan biaya yang ditanggung oleh badan/instansi lain (kantor, perusahaan atau asuransi). Gambaran distribusi pasien antenatal care berdasarkan penanggung biaya persalinan pasien antenatal care adalah sebagai berikut:
113
Tabel 5.16 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penanggung Biaya Penanggung Biaya
Jumlah
Presentase
Pribadi
47
44,8%
Kantor,
58
55,2%
105
100%
Perusahaan/Asuransi Total
Berdasarkan tabel 5.16 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya pribadi adalah sebesar 44,8%. Sedangkan pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya yang ditanggung oleh badan/instansi lain (kantor, perusahaan atau asuransi) adalah sebesar 55,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya ditanggung oleh oleh badan/instansi lain (kantor, perusahaan atau asuransi) lebih tinggi dibandingkan pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya pribadi.
l. Gambaran Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan dalam mencapai rumah sakit dinilai dari kemudahan dalam memperoleh transportasi, jarak, dan waktu yang ditempuh responden dari tempat tinggal ke Rumah Sakit Puri Cinere. Adapun gambaran distribusi responden berdasarkan tingkat
114
aksesibilitas pasien antenatal care dalam mencapai Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebagai berikut: Tabel 5.17 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Aksesibilitas Aksesibilitas
Jumlah
Presentase
Sulit
44
41,9%
Mudah
61
58,1%
105
100,0%
Total
Dari tabel 5.17 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas ke Rumah Sakit Puri Cinere sulit adalah sebesar 41,9%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas ke Rumah Sakit Puri Cinere mudah adalah sebesar 58,1%.
C. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu melihat hubungan antara masing-masing variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat kepercayaan (confidence interval) sebesar 95%. Adapun hasil analisis bivariat antara masingmasing variabel independen dengan variabel dependen adalah sebagai berikut:
115
1. Hubungan antara Usia dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini: Tabel 5.18 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Usia dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Usia
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
≤ 30 tahun
26
41,3%
37
58,7%
63
100%
1,980
> 30 tahun
11
26,2%
31
73,8%
42
100%
(0,845 -
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
4,639)
0,145
Berdasarkan tabel 5.18 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki usia ≤ 30 tahun dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 26 dari 63 orang (41,3%). Sedangkan pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 11 dari 42 orang (26,2%). Dari uji statistik, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 1,980 yang artinya pasien antenatal care yang berusia ≤ 30 tahun memiliki peluang 1,980 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berusia > 30
116
tahun. Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,145, artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
2. Hubungan antara Pendidikan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.19 di bawah ini: Tabel 5.19 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pendidikan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Pendidikan
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Rendah
6
54,5%
5
45,5%
11
100%
2,439
Tinggi
31
33%
63
67%
94
100%
(0,690 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
8,617)
0,189
Berdasarkan tabel 5.19 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki pendidikan rendah (tamatan SMA) dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 6 dari 11 orang (54,5%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendidikan tinggi (Diploma dan Sarjana) dan tidak memanfaatkan
117
pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 31 dari 94 orang (33%). Dari uji statistik, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 2,349 yang artinya pasien antenatal care yang berpendidikan rendah memiliki peluang 2,349 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendidikan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,189, artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.20 sebagai berikut:
118
Tabel 5.20 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pekerjaan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Pekerjaan
Tidak
Total
Memanfaatkan
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan
Tidak
OR
N
%
N
%
N
%
20
57,1%
15
42,9%
35
100%
4,157
0,001
(1,752 –
Bekerja Bekerja
17
24,3%
53
75,7%
70
100%
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
9,863)
Berdasarkan tabel 5.20 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang tidak bekerja dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 20 dari 35 orang (57,1%). Sedangkan pasien antenatal care yang bekerja dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 17 dari 70 orang (24,3%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,001, artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,157 yang artinya pasien antenatal care yang tidak bekerja memiliki peluang 4,157 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang bekerja.
119
4. Hubungan antara Penghasilan Keluarga dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah ini: Tabel 5.21 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penghasilan Keluarga dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Penghasilan
Tidak
Keluarga
Memanfaatkan
< Rp
Total
Memanfaatkan
P-value
(95% CI)
N
%
N
%
N
%
21
52,5%
19
47,5%
40
100%
3,385
0,006
(1,463 –
10.000.000 ≥ Rp
OR
16
24,6%
49
75,4%
65
100%
37
34,2%
68
64,8%
105
100%
7,831)
10.000.000 Total
Berdasarkan tabel 5.21 di atas, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga < Rp 10.000.000 dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 21 dari 40 orang (52,5%). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga ≥ Rp 10.000.000 dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 16 dari 65 orang (24,6%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,006, artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara
120
penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,385, artinya pasien antenatal care yang berpenghasilan keluarga < Rp 10.000.000 memiliki peluang 3,385 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpenghasilan keluarga ≥ Rp 10.000.000.
5. Hubungan antara Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.22 sebagai berikut: Tabel 5.22 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan
Utilisasi Pelayanan Persalinan Tidak
OR Total
Memanfaatkan
(95% CI)
P-value
0,001
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Normal
36
42,4%
49
57,6%
85
100%
13,959
Gangguan,
1
5%
19
95%
20
100%
(1,786 – 109,129)
penyulit, komplikasi Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
121
Berdasarkan tabel 5.22 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 36 dari 85 orang (42,4%). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya mengalami gangguan, penyulit, atau komplikasi dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 1 dari 19 orang (5%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,001, artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 13,959, artinya pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal memiliki peluang 13,959 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya mengalami gangguan, penyulit atau komplikasi.
122
6. Hubungan antara Fasilitas Kesehatan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.23 di bawah ini: Tabel 5.23 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Fasilitas Kesehatan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Fasilitas Kesehatan
Tidak
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
12
70,6%
5
29,4%
17
100%
6,048
0,002
(1,931 –
Lengkap Lengkap
25
28,4%
63
71,6%
88
100%
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
18,939)
Berdasarkan tabel 5.23 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere tidak lengkap dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 12 dari 17 orang (70,6%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere lengkap dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 25 dari 88 orang (28,4%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,002, yang artinya pada alpha 5% terdapat
123
hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 6,048, artinya pasien antenatal care yang berpendapat fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere tidak lengkap memiliki peluang 6,048 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di
Rumah Sakit
Puri
Cinere
dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere lengkap.
7.
Hubungan Pelayanan Dokter dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.24 di bawah ini: Tabel 5.24 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Dokter dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Pelayanan Dokter
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Buruk
8
66,7%
4
33,3%
12
100%
4,414
Baik
29
31,2%
64
68,8%
93
100%
(1,230 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
15,842)
0,023
Berdasarkan tabel 5.24 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan dokter buruk dan tidak memanfaatkan
124
pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 8 dari 12 orang (66,7%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan dokter baik dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 29 dari 93 orang (31,2%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,023, yang artinya pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 4,414, artinya pasien antenatal care yang berpendapat bahwa pelayanan dokter di Rumah Sakit Puri Cinere buruk memiliki peluang 4,414 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di
Rumah Sakit
Puri
Cinere
dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan dokter di Rumah Sakit Puri Cinere baik.
8. Hubungan Pelayanan Paramedis dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.25 sebagai berikut:
125
Tabel 5.25 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Pelayanan Paramedis dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Pelayanan Paramedis
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Buruk
12
52,2%
11
47,8%
23
100%
2,487
Baik
25
30,5%
57
69,5%
82
100%
(0,968 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
6,390)
0,082
Berdasarkan tabel 5.25 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan paramedis buruk dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 12 dari 23 orang (52,2%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan paramedis baik dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 25 dari 82 orang (30,5%). Dari uji statistik, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 2,487 yang artinya pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan paramedis buruk memiliki peluang 2,487 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat pelayanan paramedis baik. Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,082, berarti pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan paramedis dengan
126
utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
9. Hubungan Kemudahan Informasi dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara kemudahan mendapatkan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.26 di bawah ini: Tabel 5.26 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Kemudahan Informasi dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Kemudahan Informasi
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Sulit
14
58,3%
10
41,7%
24
100%
3,530
Mudah
23
28,4%
58
71,6%
81
100%
(1,373 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
9,077)
0,014
Berdasarkan tabel 5.26 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat bahwa untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sulit dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 14 dari 24 orang (58,3%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mudah dan tidak pelayanan memanfaatkan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 23 dari 81 orang (28,4%). Dari uji statistik,
127
diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,014, berarti pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 3,530, artinya pasien antenatal care yang berpendapat bahwa sulit untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere memiliki peluang 3,530 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa mudah untuk mendapatkan informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere.
10. Hubungan Biaya Pelayanan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.27 sebagai berikut:
128
Tabel 5.27 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Biaya Pelayanan dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Biaya Pelayanan
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Mahal
35
40,2%
52
59,8%
87
100%
5,385
Murah
2
11,1%
16
88,9%
18
100%
(1,165 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
24,896)
0,028
Berdasarkan tabel 5.27 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 35 dari 87 orang (40,2%). Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere murah dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 2 dari 18 orang (11,1%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,028, berarti pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 5,385, artinya pasien antenatal care yang berpendapat bahwa biaya pelayanan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal memiliki peluang 5,385 kali untuk tidak
129
memanfaatkan pelayanan persalinan di
Rumah Sakit
Puri
Cinere
dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat bahwa biaya pelayanan di Rumah Sakit Puri Cinere murah.
11. Hubungan Penanggug Biaya dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.28 di bawah ini: Tabel 5.28 Distribusi Pasien Antenatal Care Berdasarkan Penanggung Biaya dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Penanggung Biaya
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Pribadi
28
59,6%
19
40,4%
47
100%
8,023
Kantor,
9
15,5%
49
84,5%
58
100%
(3,201 –
0,000
20,113)
Perusahaan/ Asuransi Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
Berdasarkan tabel 5.28 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang menanggung biaya persalinan pribadi dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 28 dari 47 orang (59,6%). Sedangkan pasien antenatal care yang biaya persalinannya ditanggung oleh badan/instansi lain (kantor, perusahaan atau asuransi) dan
130
tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 9 dari 58 orang (15,5%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000, berarti pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh nilai OR (Odd Ratio) sebesar 8,023, artinya pasien antenatal care yang biaya persalinannya ditanggung oleh pribadi memiliki peluang 8,023 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang biaya persalinannya ditanggung oleh badan/instansi lain (kantor, perusahaan atau asuransi).
12. Hubungan Aksesibilitas dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Hubungan antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat dilihat pada tabel 5.29 sebagai berikut:
131
Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Aksesibilitas dan Utilisasi Pelayanan Persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 Utilisasi Pelayanan Persalinan Aksesibilitas
Tidak
Total
Memanfaatkan
OR
P-value
(95% CI)
Memanfaatkan N
%
N
%
N
%
Sulit
21
47,7%
23
52,3%
44
100%
2,568
Mudah
16
26,2%
45
73,8%
61
100%
(1,129 –
Total
37
35,2%
68
64,8%
105
100%
5,841)
0,038
Berdasarkan tabel 5.29 di atas, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas ke Rumah Sakit Puri Cinere sulit dan tidak memanfaatkan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 21 dari 44 orang (47,7%). Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas ke Rumah Sakit Puri Cinere mudah dan tidak memanfaatkan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere ada 16 dari 61 orang (26,2%). Dari uji statistik, diperoleh nilai probabilitas (p-value) 0,038, berarti pada alpha 5% terdapat hubungan yang bermakna antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil analisis, diperoleh juga nilai OR (Odd Ratio) sebesar 2,568, artinya responden yang memiliki aksesibilitas sulit memiliki peluang 2,568 kali untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri
132
Cinere dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki kemudahan dalam aksesibilitas ke Rumah Sakit Puri Cinere. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa terdapat 9 variabel penelitian yang memiliki nilai p-value < 0,05 meliputi variabel pekerjaan, penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, pelayanan dokter, kemudahan informasi, penanggung biaya, dan aksesibilitas. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan yang bermakna dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
D. Analisis Multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik regresi logistik berganda (multiple logistic regretion) model prediksi meliputi pemilihan kandidat pemodelan dan pembuatan model analisis multivariat. 1. Pemilihan kandidat model Sebelum dilakukan analisis multivariat, terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat terhadap masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang dapat dijadikan
133
kandidat model yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Apabila hasil uji bivariat memiliki nilai probabilitas (p-value) < 0,25, maka variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam pemodelan multivariat, dan sebaliknya. Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan variabel dependen dapat dilihat pada tabel 5.30 di bawah ini: Tabel 5.30 Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen No.
Variabel
P-value
1.
Usia
0,145
2.
Pendidikan
0,189
3.
Pekerjaan
0,001
4.
Penghasilan Keluarga
0,006
5.
Persepsi Ibu tentang Kondisi
0,001
Kehamilan 6.
Fasilitas Kesehatan
0,002
7.
Pelayanan Dokter
0,023
8.
Pelayanan Paramedis
0,082
9.
Kemudahan Informasi
0,014
10.
Biaya Pelayanan
0,028
11.
Penanggung Biaya
0,000
12.
Aksesibilitas
0,038
Berdasarkan tabel 5.30 di atas, dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai p-value < 0,25. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut dapat menjadi kandidat model dalam analisis multivariat.
134
2. Pembuatan
model
faktor
penentu
variabel
mana
yang
paling
berhubungan dengan utilisasi pelayanan kesehatan Pada tahap ini, dilakukan analisis multivariat dengan tujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan determinan (faktor penentu) utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda model prediksi. Apabila hasil uji menunjukkan bahwa terdapat variabel yang memiliki nilai probabilitas (p-value) > 0,05, maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari pemodelan. Variabel yang dikeluarkan dari pemodelan dilakukan secara bertahap sesuai dengan nilai probabilitas variabel tertinggi. Setelah dikeluarkan, dilakukan uji regresi logistik kembali hingga tidak terdapat variabel yang memiliki nilai probabilitas (p-value) > 0,05. Hasil pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.31 sebagai berikut:
135
Tabel 5.31 Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logisttik Berganda antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen No.
Variabel
Model
Model
Model
Model
Model
Model
Model
Model
Model
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1.
Usia
0,415
0,410
0,395
0,351
0,296
0,250
-
-
-
2.
Pendidikan
0,863
0,857
-
-
-
-
-
-
-
3.
Pekerjaan
0,837
0,828
0,828
-
-
-
-
-
-
4.
Penghasilan
0,003
0,002
0,002
0,001
0,001
0,001
0,001
0,000
0,000
0,027
0,023
0,022
0,019
0,015
0,012
0,010
0,011
0,020
0,004
0,003
0,003
0,003
0,002
0,002
0,001
0,001
0,000
0,935
-
-
-
-
-
-
-
-
0,344
0,164
0,167
0,172
0,135
0,122
0,081
0,103
-
0,745
0,728
0,737
0,768
-
-
-
-
-
0,197
0,194
0,184
0,166
0,170
0,152
0,174
-
-
0,046
0,037
0,033
0,016
0,011
0,010
0,015
0,012
0,003
0,558
0,531
0,542
0,556
0,586
-
-
-
-
Keluarga 5.
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan
6.
Fasilitas Kesehatan
7.
Pelayanan Dokter
8.
Pelayanan Paramedis
9.
Kemudahan Informasi
10.
Biaya Pelayanan
11.
Penanggung Biaya
12.
Aksesibilitas
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 4 variabel yang memiliki nilai probabilitas (p-value) < 0,05 meliputi penghasilan keluarga (0,000), persepsi ibu tentang kondisi kehamilan (0,020), fasilitas
136
kesehatan (0,000), dan penanggung biaya (0,003). Hasil ini menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki hubungan yang signifikan terhadap utilisasi pelayanan persalinan pada pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil pembuatan model faktor penentu dapat dilihat pada tabel 5.32 sebagai berikut: Tabel 5.32 Hasil Analisis Multivariat Pembuatan Model antara Penghasilan Keluarga, Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, Fasilitas Kesehatan, dan Penanggung Biaya dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013 No
Variabel
B
Wald
Pwald
1.
Penghasilan Keluarga
2,341
12,509
0,000
2.
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan
2,701
5,429
0,020
3.
Fasilitas Kesehatan
3,189
13,179
0,000
4.
Penanggung Biaya
1,667
8,794
0,003
-11.926
23.408
0,000
Constant -2 Log likelihood = 81,234 P-value = 0,000 Nagelkerke R Square = 0,561
OR 95% CI 10,392 (2,840 – 39,031) 14,902 (1,536 – 144,579) 24,259 (4,337 – 135,689) 5,298 (1,760 – 15,948)
G = 55,037
3. Uji Interaksi Setelah diperoleh model faktor penentu untuk menjelaskan determinan terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care, tahap selanjutnya adalah memeriksa apakah terdapat interaksi antar variabel independen dalam model melalui uji interaksi. Uji interaksi dilakukan pada
137
variabel independen yang diduga secara substansi terdapat interaksi di dalam model multivariat tersebut. Apabila nilai probabilitas (p-value) < 0,05, berarti terdapat interaksi antara kedua variabel independen tersebut. Apabila terdapat interaksi, maka pemodelan akhir yang digunakan adalah pemodelan multivariat dengan interaksi dan begitu pula sebaliknya. Berdasarkan variabel yang masuk ke dalam model multivariat, maka variabel yang memungkinkan dilakukan uji interaksi adalah fasilitas kesehatan dengan penghasilan keluarga (fasilitas kesehatan*penghasilan keluarga) dan fasilitas kesehatan dengan persepsi ibu tentang kondisi kehamilan (fasilitas kesehatan* persepsi ibu tentang kondisi kehamilan). Hasil uji interaksi dapat dilihat pada tabel 5.33 sebagai berikut: Tabel 5.33 Hasil Uji Interaksi antara Fasilitas Kesehatan, Penghasilan Keluarga, dan Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013 No.
Interaksi
P-value
1.
Tanpa Interaksi
0,000
2. 3.
Fasilitas kesehatan*penghasilan keluarga Fasilitas kesehatan*persepsi ibu tentang kondisi kehamilan
0,931 0,193
Dari hasil uji interaksi di atas, terlihat bahwa dari dua kemungkinan interaksi yang ada, tidak terlihat adanya interaksi (nilai probabilitas setelah dimasukkan variabel interaksi didapatkan adalah p-value > 0,05). Dengan
138
demikian, model akhir faktor penentu utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care tidak disertai dengan adanya interaksi (tanpa interaksi), maka model yang digunakan adalah model akhir sebelum dilakukan uji interaksi, yaitu sebagai berikut: Tabel 5.34 Hasil Analisis Multivariat antara Penghasilan Keluarga, Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan, Fasilitas Kesehatan, dan Penanggung Biaya dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan oleh Pasien Antenatal Care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013 No
Variabel
B
Wald
Pwald
1.
Penghasilan Keluarga
2,341
12,509
0,000
2.
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan
2,701
5,429
0,020
3.
Fasilitas Kesehatan
3,189
13,179
0,000
4.
Penanggung Biaya
1,667
8,794
0,003
-11.926
23.408
0,000
Constant -2 Log likelihood = 81,234 P-value = 0,000 Nagelkerke R Square = 0,561
OR 95% CI 10,392 (2,840 – 39,031) 14,902 (1,536 – 144,579) 24,259 (4,337 – 135,689) 5,298 (1,760 – 15,948)
G = 55,037
Berdasarkan tabel 5.34 di atas, dapat diketahui bahwa penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya memiliki hubungan yang signifikan terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil ini sesuai dengan hasil uji bivariat yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang
139
kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai koefisien B dan OR (Odds Ratio), dimana fasilitas kesehatan merupakan variabel yang memiliki nilai koefisien B (3,189) dan OR (24,259) paling tinggi jika dibandingkan dengan variabel lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Nilai OR (Odds Ratio) pada fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere lengkap mempunyai peluang 24,259 kali untuk memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere tidak lengkap setelah dikontrol variabel penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, dan penanggung biaya. Dari hasil analisis, diperoleh nilai chi-quare yang relatif tinggi, yaitu sebesar 55,037 dan angka signifikansi model 0,000. Hasil ini berarti bahwa variabel penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya secara bersama-sama dapat menerangkan variabel dependen pada tingkat alpha 5%.
140
Dari hasil koefisien determinasi, dapat diketahui bahwa seberapa besar model mampu menerangkan variabel dependen. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai Negelkerke R Square (R2) sebesar 0,561 (56,1%), artinya variabel penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya mampu menjelaskan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care sebesar 56,1% dan sisanya sebesar 43,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian ini. Dari
hasil
analisis,
dapat
diketahui
bahwa
model
dapat
mengklasifikasikan pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan secara tepat sebesar 73% dan pasien antenatal care yang tidak memanfaatkan pelayanan persalinan sebesar 89,7%. Sebagai alat untuk melakukan perencanaan kebijakan, model ini dapat dikatakan baik karena memiliki ketepatan klasifikasi utilisasi pelayanan kesehatan sebesar 83,8%. Dari hasil analisis multivariat, maka diperoleh persamaan regresi adalah sebagai berikut: Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 Logit utilisasi pelayanan persalinan = -11,926 + (2,341* penghasilan keluarga) + (2,701*persepsi ibu tentang kondisi
kehamilan)
+
(3,189*fasilitas
kesehatan) + (1,667*penanggung biaya).
141
Dari persamaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai koefisien regresi pada masing-masing variabel bernilai positif, yaitu 2,341 untuk penghasilan keluarga, 2,701 untuk persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, 3,189 untuk fasilitas kesehatan, dan 1,667 untuk penanggung biaya. Nilai positif ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang searah antara penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hubungan yang searah antara masing-masing variabel tersebut menggambarkan bahwa setiap kenaikan satu satuan pada variabel penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya akan menyebabkan kenaikan tingkat utilisasi pelayanan persalinan sebesar 2,341 kali yang disebabkan oleh penghasilan keluarga, 2,701 kali yang disebabkan oleh persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, 3,189 kali yang disebabkan oleh fasilitas kesehatan, dan 1,667 kali yang disebabkan oleh penanggung biaya. Sedangkan nilai negatif pada konstanta sebesar -11,926 menggambarkan bahwa tanpa adanya intervensi terhadap penghasilan keluarga, persepsi ibu tentang kondisi kehamilan, fasilitas kesehatan, dan penanggung biaya, utilisasi pelayanan persalinan akan menurun sebesar 11,926 kali.
142
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yang memerlukan perbaikan atau pengembangan pada penelitian selanjutnya. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Instrumen Penelitian a. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori dan pengembangan dari instrumen penelitian terdahulu, sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian yang digunakan bukan merupakan instrumen baku. b. Pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini merupakan pertanyaan tertutup, sehingga memiliki keterbatasan yaitu informasi yang diperoleh hanya sebatas pernyataan yang disediakan dalam kuesioner, sehingga tidak dapat menggali lebih mendalam pendapat atau tanggapan responden yang bervariasi. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan melalui metode wawancara kepada responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner. Sehingga kualitas data mengenai kebenaran, keakuratan, dan kelengkapan data yang diperoleh sangat
143
tergantung pada keterbukaan, kejujuran, dan pemahaman responden dalam memberikan pernyataan sesuai dengan opsi jawaban yang disediakan. 3. Faktor lain yang tidak diteliti Pada penelitian ini, kerangka teori yang digunakan mengacu pada teori Dever (1984). Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dikemukakan oleh para ahli lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. Gambaran Utilisasi Pelayanan Persalinan Utilisasi pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk perilaku kesehatan individu yang tercermin dalam pemanfaatan atau penggunaan dari suatu pelayanan kesehatan yang tersedia. Utilisasi pelayanan antenatal care dan pelayanan persalinan merupakan salah satu bentuk utilisasi yang menjadi indikator penting dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi. Optimalisasi utilisasi pelayanan antenatal care dan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan merupakan salah satu program safe motherhood yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu di Indonesia. Rumah Sakit Puri Cinere merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki kendala dalam upaya optimalisasi utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa sebesar 68 dari 105 (64,8%) pasien antenatal care memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, sedangkan 37 (35,2%) memanfaatkan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan lain. Dari 37 pasien antenatal care yang tidak memanfaatkan
144
pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere, sebesar 13,1% memilih melakukan persalinan di klinik/praktik bidan, 23,7% di Rumah Bersalin, dan 63,2% di RSIA atau rumah sakit lain, antara lain Rumah Sakit Pondok Indah, Rumah Sakit Eka Hospital, dan Brawijaya Women and Children Hospital. Salah satu faktor yang mempengaruhi pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah karena adanya pengaruh atau preferensi orang lain dalam menentukan pelayanan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 105 responden, diketahui sebesar 37,1% pasien antenatal care menentukan tempat persalinan secara pribadi, sedangkan 62,9% pasien antenatal care mengatakan keputusannya memilih tempat persalinan dipengaruhi oleh saran atau masukan dari orang lain. Dari jumlah pasien yang mengatakan keputusannya dalam memilih tempat persalinan dipengaruhi oleh orang lain, diketahui sebesar 89,4% pasien antenatal care dipengaruhi oleh saran atau anjuran suami dan keluarga, 7,6% dipengaruhi oleh saran teman/rekan kerja, dan 3% dipengaruhi oleh anjuran dokter. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care dalam memilih atau menentukan utilisasi pelayanan persalinan dipengaruhi oleh saran atau masukan keluarga. Engel, Blackwell, Miniard (1994) dalam Pelangi (2010) mengemukakan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keputusan pemilihan seseorang. Keputusan pemilihan dalam suatu keluarga setidaknya
145
melibatkan peranan yang mungkin dipegang oleh suami, istri, anak, atau anggota lain dalam rumah tangga yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang dalam menentukan pelayanan kesehatan.
C. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan 1. Usia Usia merupakan salah satu faktor sosiodemografi konsumen yang turut berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Usia berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan dari sudut risiko sakit atau penyakit yang dibawa oleh perkembangan usia, yaitu balita, remaja, usia produktif, dan lansia. Usia menentukan utilisasi pelayanan kesehatan terkait dengan gangguan spesifik berbasis usia serta kemampuan (kapasitas) individu dalam mengatasi masalah kesehatan (Wibisana, 2007). Azwar (1996) menyatakan bahwa semakin tinggi usia seseorang, maka semakin tinggi pula risiko timbulnya penyakit, dan semakin tinggi pula tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.40 tahun 2009 tentang Kepemudaan membagi kelompok usia menjadi dua kategori, yaitu usia muda (≤ 30 tahun) dan usia dewasa (> 30 tahun). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang berusia ≤ 30 tahun sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun, yaitu sebesar 40%. Dari jumlah pasien antenatal care yang berusia ≤ 30 tahun,
146
sebesar 58,7% memilih untuk memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sedangkan pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 73,8%. Hasil ini menunjukkan bahwa utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere lebih tinggi terjadi pada pasien antenatal care yang berusia > 30 tahun. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Hanif (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan permintaan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.M Djamil Padang. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Andersen (1975) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa usia merupakan salah satu faktor predisposisi yang menjadi determinan individu terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Temuan dalam penelitian ini menemukan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Hal ini juga terjadi pada penelitian Syahrial (2001) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center
147
Jakarta. Khudhori (2012) dalam penelitiannya tentang keputusan pemilihan pelayanan persalinan, menemukan hasil bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara usia dengan keputusan pemilihan tempat bersalin di Rumah Sakit IMC Bintaro. Tidak adanya hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan ini mungkin dapat disebabkan karena usia lebih berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan dari sudut risiko sakit atau penyakit yang dialami oleh individu seiring perkembangan usia dan kapasitas dalam mengatasi masalah kesehatan. Sedangkan utilisasi pelayanan persalinan merupakan pemanfaatan pelayanan yang vital karena terkait dengan kehidupan seseorang. Sehingga dalam proses pengambilan keputusan, pasien antenatal care memiliki banyak pertimbangan yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar usia, yang pada akhirnya mempengaruhi pasien antenatal care dalam mengambil keputusan terhadap pemilihan pelayanan persalinan. Oleh karena itu, variabel usia kurang berpengaruh terhadap keputusan pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan. Asumsi ini didukung oleh pendapat Fuchs (1998), Dunlop, dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2009) yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi permintaan terhadap pelayanan kesehatan dari aspek kuratif. Feldstein (1993) menjelaskan bahwa usia berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan karena seiring dengan pertambahan usia, terjadi
148
peningkatan kejadian kronis dan perubahan pola kesakitan, maka penyakit kronis menjadi determinan utama terhadap kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
2. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar individu yang dibutuhkan untuk pengembangan diri dan peningkatan kematangan intelektual seseorang. Pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pola dan cara berpikir seseorang, yang pada akhirnya mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan pengambilan keputusan. Menurut Dever (1984), pendidikan merupakan salah satu faktor sosioekonomi konsumen yang mempengaruhi individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pendidikan akan mempengaruhi kesadaran individu akan pentingnya arti sehat bagi diri dan lingkungan, sehingga dapat mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan pemilihan terhadap pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Azwar (1996) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka secara relatif utilisasi terhadap pelayanan kesehatan semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere memiliki latar belakang pendidikan tinggi, yaitu 89,5%. Dari jumlah pasien antenatal care yang berpendidikan tinggi tersebut, sebesar 67% memutuskan untuk memanfaatkan pelayanan
149
persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendidikan rendah dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 45,5%. Dari hasil analisis, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Temuan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Green (1980) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor predisposisi yang memotivasi seseorang untuk berperilaku, sehingga latar belakang pendidikan merupakan faktor yang mendasar untuk memotivasi seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Wibowo (1992) yang membuktikan
bahwa
pendidikan
mempengaruhi
ibu
hamil
dalam
memanfaatkan pelayanan antenatal. Khudhori (2012) dalam penelitiannya, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendidikan dengan keputusan pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. Hasil temuan dalam penelitian ini, ditemukan pula pada penelitian Pelangi (2010) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemilihan tempat bersalin di Rumah Sakit Bhakti Yudha. Penelitian Chandrarini (2010) yang menunjukkan hasil
150
bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan keputusan pasien antenatal care dalam memilih tempat bersalin di RSIA Budi Kemuliaan. Perbedaan hasil temuan penelitian mengenai utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care ini sangat mungkin disebabkan oleh perbedaan karakteristik responden pada masing-masing tempat penelitian. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar pasien antenatal care merupakan pasien yang memiliki pendidikan tinggi, yaitu sebesar 89,5%. Data yang kurang bervariasi (homogen) inilah yang mungkin menyebabkan tidak terlihat adanya hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Selain itu, tidak adanya hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere dapat mungkin disebabkan karena pasien antenatal care yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mendapatkan pengetahuan dan informasi yang lebih luas akan fasilitas pelayanan kesehatan, dimana tidak hanya informasi pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Puri Cinere, namun juga di rumah sakit atau pelayanan kesehatan lain. Sehingga pasien antenatal care yang berpendidikan tinggi, cenderung memiliki referensi pilihan pelayanan kesehatan yang luas dan memiliki banyak pertimbangan dari segi kuantitas dan kualitas pelayanan, disamping keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan itu sendiri.
151
Dari hasil uji statistik antara pendidikan dengan fasilitas kesehatan, dapat diketahui bahwa 16 dari 17 pasien antenatal care yang berpendapat fasilitas pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tidak lengkap merupakan pasien dengan latar belakang pendidikan tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang berpendidikan tinggi memiliki referensi terkait ketersediaan fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk menentukan utilisasi pelayanan persalinan. Asumsi ini diperkuat oleh teori Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan formal lebih tinggi akan memiliki pengetahuan kesehatan dan informasi pelayanan kesehatan yang lebih baik dan pada akhirnya akan mempengaruhi seseorang terhadap pemilihan pelayanan kesehatan yang lebih baik sesuai dengan keinginannya.
3. Pekerjaan Pekerjaan merupakan salah satu faktor sosioekonomi konsumen yang turut berperan mempengaruhi individu dalam utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Green (1980) menyatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu faktor pendukung (enabling factor) yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sesesorang yang bekerja memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan seseorang yang tidak bekerja.
152
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang bekerja sebanyak 66,7% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang tidak bekerja, yaitu 33,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien yang bekerja. Dari jumlah pasien antenatal care yang bekerja, sebesar 75,7% memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Sedangkan dari jumlah pasien antenatal care yang tidak bekerja, sebesar 42,9% memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care lebih tinggi pada pasien yang bekerja. Dari hasil analisis, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Andersen (1975) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa pekerjaan merupakan faktor predisposisi yang turut berperan dalam utilisasi pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Ginting (2001) yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh pekerjaan terhadap utilisasi pelayanan antenatal oleh ibu hamil di Kecamatan Pesanggarahan Jakarta. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa pasien antenatal care yang bekerja memiliki peluang lebih tinggi untuk
153
memanfaatkan
pelayanan
persalinan
di
Rumah
Sakit
Puri
Cinere
dibandingkan dengan pasien antenatal care yang tidak bekerja. Tingginya tingkat utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care yang bekerja bisa terjadi disebabkan oleh kemampuan ekonomi dalam pembiayaan pelayanan kesehatan, karena pasien antenatal care yang bekerja memiliki peluang lebih tinggi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dari sisi ekonomi (financial) pasien. Selain itu, adanya hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan dapat terjadi karena adanya perolehan jaminan kesehatan yang dihasilkan dari pekerjaan. Pasien antenatal care yang bekerja memiliki kesempatan lebih tinggi untuk memanfaatkan pelayanan persalinan yang lebih baik, karena memperoleh tanggungan biaya persalinan dari pihak ketiga (perusahaan atau asuransi) dibandingkan dengan pasien antenatal care yang tidak bekerja. Sehingga pasien antenatal care yang bekerja lebih tinggi memanfaatkan
pelayanan
persalinan
di
Rumah
Sakit
Puri
Cinere
dibandingkan pasien yang tidak bekerja. Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Wibisana (2007) yang menyatakan bahwa pekerjaan turut berperan dalam utilisasi pelayanan kesehatan dari segi kapasitas ekonomi yang dihasilkan oleh pekerjaan untuk pembiayaan pelayanan kesehatan dan perolehan jaminan kesehatan.
154
Selain itu, kemungkinan lain adanya hubungan antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere adalah karena pasien antenatal care yang bekerja memiliki kesempatan untuk memperoleh informasi tentang pelayanan persalinan yang lebih baik dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan pasien antenatal care yang bekerja memiliki peluang
untuk
berinteraksi
dengan
teman/rekan
kerjanya,
termasuk
membicarakan tentang pelayanan persalinan. Sehingga pasien antenatal care yang bekerja memiliki referensi tempat pelayanan persalinan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, termasuk referensi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) dalam Pelangi (2010) bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang juga sangat mempengaruhi gaya hidup untuk menyampaikan prestise, kehormatan, dan respek pasien yang pada akhirnya mempengaruhi pemilihan seseorang terhadap utilisasi pelayanan kesehatan.
4. Penghasilan Keluarga Penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor sosioekonomi konsumen yang turut berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Penghasilan keluarga berperan positif dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan terkait dengan kemampuan seseorang dalam membiayai (ability to pay) pelayanan kesehatan yang tersedia (Wibisana, 2007).
155
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai rata-rata penghasilan keluarga pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere sebesar Rp 10.800.000 dengan nilai penghasilan keluarga terendah sebesar Rp 2.000.000 dan penghasilan keluarga tertinggi, yaitu Rp 60.000.000. Dikarenakan data penelitian ini tidak terdistribusi normal, maka dilakukan pengelompokkan data berdasarkan nilai median yang diperoleh, yaitu Rp 10.000.000. Sehingga data penelitian dikelompokkan menjadi pasien antenatal care yang berpenghasilan dibawah Rp 10.000.000 dan pasien antenatal care yang berpenghasilan ≥ Rp 10.000.000. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga ≥ Rp 10.000.000 sebesar 61,9% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga dibawah Rp 10.000.000 sebesar 38,1%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien yang berpenghasilan tinggi (di atas Rp 10.000.000). Hal ini juga sesuai dengan informasi yang diperoleh dari pihak manajemen pemasaran Rumah Sakit Puri Cinere yang menyatakan bahwa pasien Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien yang termasuk ke dalam kelas sosial menengah dan menengah ke atas. Dari hasil uji chi-quare, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan
156
oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil uji regresi logistik berganda juga terbukti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penghasilan keluarga terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Temuan dalam hasil penelitian ini sejalan dengan teori Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa faktor penghasilan keluarga berhubungan kuat dengan permintaan pelayanan kesehatan, dimana semakin tinggi penghasilan seseorang maka semakin tinggi pula permintaan akan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Sarminah (2010) yang menunjukkan bahwa penghasilan keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap utilisasi pelayanan antenatal care. Hasil temuan dalam penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pasien antenatal care dengan tingkat penghasilan keluarga tinggi berpeluang lebih tinggi untuk memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dibandingkan pasien antenatal care dengan tingkat penghasilan keluarga rendah. Hal ini dapat terjadi karena terkait dengan tingkat kemampuan (kapabilitas) ekonomi pasien dalam membiayai pelayanan persalinan. Pasien antenatal care yang memiliki penghasilan keluarga tinggi, memiliki kemudahan ekonomi untuk membiayai pelayanan persalinan yang diperlukan, sehingga berpeluang lebih tinggi untuk memanfaatkan pelayanan persalinan yang lebih baik.
157
Asumsi ini didukung oleh teori Green (1980) yang menyatakan bahwa penghasilan keluarga merupakan salah satu faktor pendukung yang membuat seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan dari aspek ekonomi. Feldstein (1993) menyatakan bahwa faktor sosioekonomi yang bersumber dari penghasilan keluarga akan mempengaruhi demand terhadap pelayanan kesehatan dan mempengaruhi seseorang dalam penggunaan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
5.
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan Kondisi kehamilan merupakan suatu keadaan yang dialami ibu hamil baik dalam keadaan normal ataupun terdapat gangguan, faktor penyulit, atau komplikasi yang dapat menjadi risiko pada saat persalinan (Depkes, 2007). Persepsi ibu terhadap kondisi kehamilan merupakan faktor sosiopsikologi yang dapat mempengaruhi pasien antenatal care dalam menentukan pelayanan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal sebesar 81% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya terdapat gangguan, penyulit, atau komplikasi, yaitu sebesar 19%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi bahwa kondisi kehamilannya adalah normal.
158
Menurut Andersen (1975) dalam Ilyas (2006), bahwa penilaian individu terhadap kondisi kesehatan yang dirasakan, besarnya ketakutan terhadap penyakit, dan hebatnya rasa sakit yang diderita mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Andersen dan Newman (1973) menyatakan bahwa penilaian individu terhadap kesehatan merupakan cara pandang individu dalam mengamati gejala penyakit, tingkat kesakitan, dan kekhawatiran mengenai kesehatan, yang menjadikannya sangat penting dan mengharuskan individu untuk mencari pelayanan yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 57,6%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya memiliki gangguan, penyulit, atau komplikasi dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 95%. Berdasarkan hasil uji chi-square, diketahui bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil uji regresi logistik berganda membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
159
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Purnamawati (2002) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi kehamilan ibu dengan utilisasi pelayanan rawat inap kebidanan di RSAB. Harapan Kita. Wibowo (1992) dalam disertasinya, membuktikan bahwa persepsi ibu terhadap kondisi kesehatan ibu hamil mempengaruhi utilisasi pelayanan antenatal. Penelitian ini juga sesuai dengan teori Green (1980) yang menyatakan bahwa persepsi dan keyakinan seseorang terhadap kesehatan merupakan faktor predisposisi yang memotivasi individu dalam berperilaku, salah satunya adalah perilaku utilisasi pelayanan kesehatan. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere memiliki persepsi terhadap kondisi kehamilannya adalah normal, yaitu sebesar 81%. Dari jumlah pasien pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere memiliki persepsi terhadap kondisi kehamilannya adalah normal, sebesar 42,4% tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil ini menunjukkan bahwa persepsi ibu terhadap kondisi kehamilan berpengaruh terhadap pemilihan pelayanan persalinan. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya normal berpeluang lebih tinggi untuk tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan antenatal care dibandingkan dengan
160
pasien antenatal care yang memiliki persepsi kondisi kehamilannya mengalami gangguan, penyulit, atau komplikasi. Hal ini mungkin bisa terjadi karena
persepsi
pasien
antenatal
care
yang menggangap
keadaan
kehamilannya dalam kondisi baik atau normal, sehingga kemungkinan dapat berpandangan bahwa dengan kondisi kehamilannya yang normal, maka mereka tidak memiliki risiko apabila memanfaatkan pelayanan persalinan di tempat fasilitas kesehatan yang berbeda dengan pemeriksaan antenatal care. Persepsi ini tentunya salah, karena meskipun kondisi kehamilan pasien dalam keadaan normal, sebaiknya pelayanan persalinan tetap dilakukan di fasilitas kesehatan yang sama dengan tempat pemeriksaan antenatal care. Hal ini dikarenakan pelayanan antenatal care dapat sebagai alat bantu deteksi dini terhadap faktor-faktor risiko tinggi, penyulit, dan komplikasi yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan janinnya. Sehingga riwayat medis (medical record) ibu sejak kehamilan hingga menjelang persalinan sangat membantu tenaga kesehatan dalam mengambil keputusan tindakan pada saat persalinan. Oleh karena itu, diperlukan upaya edukasi atau pemberian informasi terhadap pasien antenatal care, dimana pelaksanaan pemeriksaan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama sangat penting untuk meminimalisir terjadinya kejadian yang tidak diinginkan terkait risiko saat persalinan, karena dengan adanya medical record ibu sejak kehamilan hingga
161
menjelang persalinan sangat membantu tenaga medis dalam mengambil keputusan pada saat tindakan persalinan. Di sini, peranan dokter rumah sakit sangat penting dalam memberikan informasi dan anjuran kepada pasien antenatal care mengenai pentingnya melakukan pemanfaatan pelayanan antenatal care dan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama.
6. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan provider (pemberi pelayanan kesehatan) yang mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung (enabling factor) yang memungkinkan motivasi individu atau kelompok terlaksana yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas kesehatan (Green, 1980). Fasilitas kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketersediaan fasilitas persalinan di suatu pelayanan kesehatan meliputi ruangan persalinan (VK), peralatan medis, ruang rawat inap kebidanan, ruang bayi (baby room), ICU, dan NICU/PICU serta ruang tunggu yang memadai. Fasilitas kesehatan dikatakan lengkap apabila terdapat semua fasilitas kesehatan tersebut di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang mengatakan bahwa fasilitas kesehatan lengkap sebesar 66,7% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang berpendapat tidak lengkap,
162
yaitu sebesar 33,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere berpendapat fasilitas kesehatan lengkap. Hasil ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, bahwa fasilitas kesehatan meliputi ruangan persalinan (VK), peralatan medis, ruang rawat inap kebidanan, ruang bayi (baby room), ICU, dan NICU/PICU serta ruang tunggu yang memadai semua tersedia di Rumah Sakit Puri Cinere dan dalam kondisi baik. Hasil pengamatan mengenai ketersediaan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dapat dilihat pada lampiran 3. Ketersediaan fasilitas kesehatan sangat berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) bahwa pemberi pelayanan kesehatan mempunyai peranan besar dalam menentukan tingkat dan jenis pelayanan yang akan dikonsumsi oleh konsumen dan ketersediaan fasilitas kesehatan di suatu pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pilihan seseorang dalam menentukan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan keinginannya. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang mengatakan fasilitas kesehatan tidak lengkap dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 29,4%. Sedangkan pasien yang mengatakan fasilitas kesehatan lengkap dan memanfaatkan pelayanan
163
persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 71,6%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere lebih tinggi terjadi pada pasien antenatal care yang memiliki persepsi fasilitas kesehatan di Rumah Sakit Puri Cinere lengkap. Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil uji regresi logistik berganda, menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil temuan penelitian ini mengasumsikan bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap berpengaruh terhadap pemilihan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Semakin lengkap ketersediaan fasilitas kesehatan di suatu pelayanan kesehatan, akan meningkatkan penilaian dan keyakinan pasien antenatal care terhadap pelayanan kesehatan tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan. Hasil temuan penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuzwar (2002) yang menunjukkan adanya hubungan antara persepsi pasien tentang fasilitas kesehatan dengan pemilihan lokasi bersalin. Penelitian lain, Khudhori (2012) yang menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara fasilitas kesehatan
164
terhadap utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa fasilitas kesehatan mempengaruhi demand seseorang terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Kurangnya fasilitas kesehatan akan menyebabkan utilisasi pelayanan kesehatan yang rendah. Sedangkan ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap akan meningkatkan utilisasi pelayanan kesehatan.
7. Pelayanan Dokter Pelayanan dokter merupakan salah satu faktor dari pemberi pelayanan kesehatan yang turut berperan mempengaruhi seseorang dalam menentukan pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Menurut Green (1980), sikap dan keterampilan dokter merupakan salah satu faktor pendorong (reinforcing factor) yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, dimana semakin baik persepsi seseorang terhadap pelayanan dokter, semakin baik pula penilaian seseorang terhadap pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi pula utilisasi terhadap pelayanan kesehatan. Baik atau tidaknya pelayanan dokter dapat dinilai berdasarkan dimensi kualitas pelayanan kehandalan/ketepatan
yang dikenal dengan istilah Servqual, meliputi dalam
memberikan
pelayanan
kepada
pasien,
ketanggapan/kecepatan dalam merespon keluhan pasien, kemampuan dalam memberikan kepercayaan, anjuran dan informasi yang jelas kepada pasien,
165
memiliki rasa perhatian yang tulus dan kepedulian kepada pasien, serta menjaga penampilan fisik (bersih dan rapih) dalam melayani pasien. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan dokter dalam memberikan pelayanan antenatal care baik sebesar 88,6% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan dokter dalam memberikan pelayanan antenatal care buruk, yaitu sebesar 11,4%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi pelayanan dokter dalam memberikan pelayanan antenatal care adalah baik. Hanif (2001) menyatakan bahwa dokter memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pelayanan kesehatan baik pengobatan, penyembuhan maupun pemeliharaan kesehatan pasien, sehingga semakin baik persepsi pasien terhadap dokter, maka semakin baik pula dampak terhadap kesehatan pasien dan utilisasi pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan dokter dalam menangani pasien antenatal care buruk dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 33,3%. Sedangkan pasien antenatal care
yang memiliki
persepsi pelayanan dokter dalam menangani pasien antenatal care baik dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 68,8%. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat utilisasi pelayanan persalinan di
166
Rumah Sakit Puri Cinere lebih tinggi terjadi pada pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan dokter di Rumah Sakit Puri Cinere adalah baik. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Khudhori (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter dengan keputusan pasien antenatal care memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. Penelitian lain, Salpator (2010) menunjukkan bahwa tenaga persalinan berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan imunisasi di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa pelayanan dokter berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan, dimana semakin baik persepsi pasien antenatal care terhadap pelayanan dokter, semakin baik penilaian seseorang terhadap pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi tingkat utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Menurut Supatra (2012), bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter akan menyebabkan timbulnya loyalitas pada diri pasien. Loyalitas pasien terhadap dokter tersebut akan berdampak pada loyalitas terhadap rumah sakit dalam bentuk utilisasi terhadap pelayanan rumah sakit.
167
Ley (1992) dalam Hanif (2001) menyatakan bahwa faktor terpenting yang dapat meningkatkan tingkat permintaan terhadap pelayanan kesehatan adalah komunikasi antara dokter dengan pasien meliputi aspek kognitif yaitu kepuasaan terhadap jumlah dan kualitas informasi yang diberikan, aspek afektif yaitu perasaan pasien bahwa dokter itu mendengarkan, memahami, dan tertarik pada keluhan-keluhannya, dan aspek perilaku yaitu penilaian pasien terhadap kemampuan dokter dalam berkonsultasi.
8. Pelayanan Paramedis Pelayanan paramedis meliputi perawat dan bidan merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan provider yang dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Baik atau buruknya personal petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi persepsi pasien terhadap nilai pelayanan rumah sakit, yang akan berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan yang tersedia. Baik atau buruknya pelayanan paramedis dapat dinilai berdasarkan dimensi kualitas pelayanan meliputi ketanggapan/kecepatan dalam merespon keluhan pasien, kemampuan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien, memiliki rasa perhatian yang tulus dan kepedulian kepada pasien, serta menjaga penampilan fisik (bersih dan rapih) dalam melayani pasien.
168
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan paramedis yang menangani pelayanan antenatal care baik sebesar 78,1% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan paramedis buruk, yaitu sebesar 21,9%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi bahwa pelayanan paramedis yang menangani pasien antenatal care adalah baik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan paramedis yang menangani pasien antenatal care buruk dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 47,8%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki persepsi pelayanan paramedis yang menangani pasien antenatal care baik dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 69,3%. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Green (1980) yang menyatakan bahwa perilaku petugas kesehatan termasuk bidan dan perawat merupakan faktor pendorong (reinforcing factor) yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku termasuk perilaku memanfaatkan kesehatan.
169
Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Purnamawati (2002) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan perawat dengan utilisasi tempat persalinan di RSAB Harapan Kita. Penelitian lain, Nurlailah (2009) menunjukkan bahwa pelayanan paramedis berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan di Puskesmas oleh peserta jamkesmas di Kabupaten Oku. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tidak adanya hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care. Temuan dalam penelitian ini juga terjadi pada penelitian Khudhori (2012) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan paramedis dengan keputusan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Supatra (2012) yang menunjukkan bahwa pelayanan SDM kesehatan tidak berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan bersalin pada ibu hamil di Rumah Sakit Risa Sentra Medika. Temuan dalam penelitian ini dapat terjadi kemungkinan karena data penelitian yang kurang bervariasi (homogen), dimana sebesar 78,1% pasien memiliki persepsi pelayanan paramedis baik, sehingga secara statistik tidak terlihat adanya hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
170
Kemungkinan lain tidak adanya hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care karena pelayanan persalinan merupakan pelayanan yang terkait dengan proses kelahiran dan kehidupan seseorang, sehingga kemungkinan terdapat faktor lain yang dipertimbangkan oleh pasien antenatal care terkait dengan pelayanan provider dalam proses persalinan, seperti pelayanan dokter dan fasilitas kesehatan. Sehingga pelayanan paramedis kurang berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere.
9. Kemudahan Informasi Kemudahan
informasi
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Kemudahan informasi memiliki peranan penting dalam mempengaruhi keputusan pasien terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (purchase decision). Hal ini karena sebaik apapun kualitas suatu pelayanan kesehatan yang tersedia, jika konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk pelayanan kesehatan tersebut akan berguna bagi mereka, maka tidak mereka akan membelinya (Kotler, 1997). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang mengatakan informasi pelayanan persalinan Rumah Sakit Puri Cinere dapat diperoleh dengan mudah sebesar 77,1% lebih tinggi dibandingkan
171
dengan pasien antenatal care yang berpendapat sulit untuk memperoleh informasi pelayanan persalinan, yaitu 22,9%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care berpendapat untuk memperoleh informasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tergolong mudah. Hasil temuan penelitian ini sesuai dengan hasil pengamatan peneliti, bahwa informasi mengenai pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere dapat diperoleh secara mudah melalui website rumah sakit, brosur, dan informasi langsung dari customer service. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat sulit untuk memperoleh informasi pelayanan persalinan, memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 41,7%. Sedangkan pasien antenatal care yang berpendapat mudah dalam memperoleh informasi pelayanan persalinan, memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 71,6%. Dari hasil analisis diketahui bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara kemudahan mendapatkan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Temuan hasil dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa semakin mudah pasien antenatal care dalam memperoleh informasi terkait dengan pelayanan persalinan di suatu pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi peluang pasien antenatal care dalam memanfaatkan pelayanan persalinan.
172
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahrial (2001) yang menunjukkan bahwa kemudahan informasi memiliki hubungan yang bermakna
dengan
keputusan
pasien
rawat
jalan
kebidanan
dalam
memanfaatkan layanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Junadi (2007) dalam Chandrarini (2010), bahwa kemudahan informasi yang didapatkan pasien baik mengenai pelayanan ataupun aspek klinis dapat mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan, di samping dapat sebagai alat ukur kepuasaan pasien.
10. Biaya Pelayanan Biaya pelayanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan, dimana utilisasi pelayanan kesehatan yang ada tergantung pada kemampuan individu dalam membayar biaya pelayanan di suatu pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa kemampuan seseorang dalam membayar biaya pelayanan kesehatan berhubungan erat dengan tingkat penerimaan dan penggunaan pelayanan kesehatan. Seseorang yang memiliki keterbatasan biaya dalam mengakses pelayanan kesehatan akan lebih rendah tingkat penggunaan pelayanan kesehatannya. Secara hukum elastisitas ekonomi, biaya pelayanan (harga) berhubungan negatif terhadap permintaan pelayanan kesehatan, dimana semakin tinggi biaya suatu pelayanan maka
173
permintaan terhadap pelayanan tersebut akan semakin menurun dan begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, biaya pelayanan yang dimaksud adalah biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang menyatakan biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal sebesar 82,9% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang menyatakan biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere murah, yaitu sebesar 17,1%. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care memiliki persepsi biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal. Anderson (1974) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa biaya pelayanan merupakan salah satu faktor pendukung (enabling characteristic) yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Menurut Andersen, meskipun seseorang memiliki faktor predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, namun seseorang tersebut tidak akan menggunakannya jika tidak memiliki kemampuan dalam membayar biaya pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pasien antenatal care yang berpendapat biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 40,2%. Sedangkan pasien antenatal care yang
174
memiliki persepsi biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere murah dan tidak memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 11,1%. Dari hasil analisis, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil ini mengasumsikan bahwa persepsi pasien antenatal care terhadap biaya pelayanan berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syahrial (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan keputusan pasien rawat jalan kebidanan dalam memanfaatkan layanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa biaya pelayanan kesehatan berhubungan kuat dengan tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil temuan penelitian bahwa sebesar 59,8% pasien antenatal care yang memiliki persepsi biaya pelayanan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal, tetap memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil ini tentunya tidak sesuai dengan teori hukum elastistitas ekonomi antara biaya terhadap permintaan, dimana semakin tinggi biaya pelayanan maka semakin rendah tingkat utilisasi pelayanan kesehatan. Hasil temuan dalam penelitian ini mungkin bisa terjadi karena adanya tingkat
175
kemampuan (kapabilitas) ekonomi pasien antenatal care yang tinggi, dimana pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien dengan kelas sosial menengah ke atas. Dengan demikian, meskipun pasien antenatal care tersebut memiliki persepsi biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere termasuk mahal, pasien antenatal care tersebut memiliki kemampuan untuk membayar biaya pelayanan, sehingga dapat memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Asumsi ini didukung oleh teori Green (1980), bahwa utilisasi pelayanan kesehatan sangat tergantung pada kemampuan individu dalam membayar biaya pelayanan di suatu pelayanan kesehatan. Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang inelastis, yaitu kenaikan biaya pelayanan kesehatan tidak akan terlalu signifikan menurunkan permintaan pelayanan kesehatan. Penurunan terhadap pelayanan kesehatan karena kenaikan biaya pelayanan akan terlihat signifikan pada pasien menengah ke bawah. Selain itu, peran penanggung biaya juga penting dalam membiayai pelayanan kesehatan. Meskipun pasien antenatal care beranggapan biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tergolong mahal, namun pasien tersebut tetap bisa memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere apabila biaya persalinan pasien ditanggung oleh pihak lain (perusahaan atau asuransi). Dari hasil uji statistik, dapat diketahui bahwa
176
pasien antenatal care yang mengatakan biaya persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal, sebesar 51,2% merupakan pasien dengan biaya persalinan yang ditanggung oleh pihak lain (perusahaan atau asuransi). Hasil ini menunjukkan bahwa peran penanggung biaya berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan kesehatan. Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2009) bahwa adanya penanggung biaya (jaminan kesehatan) dapat bersifat mengurangi efek faktor biaya pelayanan sebagai hambatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Meskipun pasien antenatal care yang memiliki persepsi biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere mahal tetapi sebesar 59,8% tetap memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere karena adanya kemampuan financial pasien dan tanggungan biaya dari pihak lain (perusahaan atau asuransi), namun hendaknya pihak rumah sakit juga dapat mempertimbangkan atau meninjau kembali biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Hal ini mengingat semakin banyaknya rumah sakit pesaing yang memiliki kualitas pelayanan yang baik dengan biaya yang kompetitif.
11. Penanggung Biaya Penanggung biaya merupakan salah satu faktor yang turut berperan terhadap utilisasi pelayanan kesehatan (Dever, 1984). Andersen (1975) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa penanggung biaya (jaminan atau asuransi
177
kesehatan) merupakan salah satu faktor pendukung (enabling characteristic), yaitu sebagai suatu kondisi yang membuat seseorang mampu untuk bertindak dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya persalinan ditanggung oleh badan/instansi lain (perusahaan atau asuransi) sebesar 55,2% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya pribadi sebesar 44,8%. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya pribadi dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 40,4%. Sedangkan pasien antenatal care yang melakukan persalinan dengan biaya ditanggung oleh badan/instansi lain (perusahaan atau asuransi) dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 84,5%. Hasil ini menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
pasien
antenatal
care
yang
memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien dengan biaya yang ditanggung oleh badan/instansi lain (perusahaan atau asuransi). Berdasarkan hasil uji chi-square, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
178
signifikan antara penanggung biaya terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Syahrial (2001) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan di Rumah Sakit OMNI Medical Center Jakarta. Penelitian lain, Khudhori (2012) yang menemukan hasil terdapat pengaruh penanggung biaya terhadap pemilihan pelayanan persalinan di Rumah Sakit IMC Bintaro. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Zschock (1979) dalam Ilyas (2006) menyatakan bahwa pihak ketiga (perusahaan atau asuransi) berpengaruh positif terhadap demand pelayanan kesehatan. Pihak ketiga (perusahaan atau asuransi) cenderung membayar pembiayaan kesehatan tertanggung lebih besar dibandingkan perorangan, sehingga peranan pihak ketiga sangat penting dalam menentukan penggunaan pelayanan kesehatan. Fuchs (1998), Dunlop dan Zubkoff (1981) dalam Trisnantoro (2009) menyatakan
bahwa
penanggung
biaya
(jaminan
kesehatan)
dapat
meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan, dimana hubungan antara keduanya bersifat positif. Penanggung biaya (jaminan kesehatan) dapat bersifat mengurangi efek faktor biaya pelayanan sebagai hambatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
179
Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien dengan biaya yang ditanggung oleh badan/instansi lain (perusahaan atau asuransi). Asumsi ini diperkuat oleh informasi yang didapatkan dari pihak manajemen pemasaran bahwa Rumah Sakit Puri Cinere telah menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan dan asuransi, dimana sebanyak 35 asuransi dan lebih dari 110 perusahaan. Oleh karena itu, demi meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere, sebaiknya pihak rumah sakit terus menjalin dan memelihara hubungan baik dengan pihak perusahaan atau asuransi. Pihak rumah sakit juga dapat memberikan paketpaket promosi khusus bagi pasien antenatal care yang ditanggung oleh perusahaan atau asuransi dan memberikan kemudahan dalam proses pelayanan. Sehingga pasien antenatal care tertarik untuk melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Selain itu, pihak rumah sakit sebaiknya juga terus menjalin dan memperluas jangkauan kerjasama dengan perusahaan atau asuransi lain. Hal ini mengingat sekarang ini semakin meningkatnya trend pasien yang dijamin oleh perusahaan atau asuransi.
12. Aksesibilitas Menurut Dever (1984), keterjangkauan geografis (aksesibilitas) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam menentukan
180
utilisasi pelayanan kesehatan, dimana aksesibilitas dinilai dari jarak dan waktu tempuh, serta kemudahan memperoleh alat transportasi setiap waktu untuk mencapai pelayanan kesehatan. Green (1980) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan
salah
satu
faktor
pendukung
(enabling
factor)
yang
memungkinkan motivasi individu atau kelompok terlaksana, yang terwujud dalam kemudahan mencapai sarana kesehatan meliputi jarak, waktu tempuh, dan kemudahan transportasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas mudah dari tempat tinggal menuju ke Rumah Sakit Puri Cinere 58,1% lebih tinggi dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas sulit dalam mencapai Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 41,9%. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas sulit dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 52,3%. Sedangkan pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas mudah dan memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 73,8%. Dever (1984) menyatakan bahwa kemudahan akses merupakan salah satu pilihan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tertentu. Jarak yang dekat dan waktu tempuh yang singkat serta kemudahan transportasi yang ada akan mempengaruhi seseorang dalam menentukan
181
pelayanan kesehatan. Semakin mudah aksesibilitas seseorang menuju pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi pula utilisasi pelayanan kesehatan.. Dari uji statistik, diperoleh nilai OR (Odds Ratio) sebesar 2,568 yang artinya pasien antenatal care yang memiliki aksesibilitas mudah dalam mencapai Rumah Sakit Puri Cinere berpeluang untuk memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere sebesar 2,568 kali dibandingkan dengan pasien antenatal care yang memiliki akses yang sulit. Wibowo (1992) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif terhadap jarak (aksesibilitas) dengan penggunaan pelayanan kesehatan, dimana semakin jauh pelayanan kesehatan, maka semakin rendah utilisasi pelayanan kesehatan Berdasarkan hasil analisis, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Supatra (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak dan waktu tempuh dengan utilisasi pelayanan bersalin pada pasien ibu hamil di Unit Rawat Jalan Obstetri Rumah Sakit Risa Sentra Medika. Penelitian lain, Khudhori (2012) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara jarak pelayanan dengan pemilihan tempat bersalin pada pasien antenatal care di Rumah Sakit IMC Bintaro.
182
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Ilyas (2006) yang menyatakan bahwa semakin mudah akses terhadap pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi demand seseorang terhadap pelayanan kesehatan. Wibisana (2007) menyatakan bahwa kedekatan dan penempatan strategis pelayanan kesehatan cenderung positif terhadap peningkatan penggunaan pelayanan kesehatan dan ketersediaan alat transportasi setiap waktu dan waktu tempuh untuk mencapai pelayanan kesehatan mempengaruhi seseorang dalam menentukan utilisasi pelayanan kesehatan. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa semakin mudah aksesibilitas pasien antenatal care dalam mencapai pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi pula tingkat utilisasi terhadap pelayanan persalinan di suatu pelayanan kesehatan. Asumsi ini diperkuat oleh pendapat Andersen dan Newman (1973) menyatakan bahwa aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang memungkinkan utilisasi pelayanan kesehatan, dimana semakin mudah aksesibilitas menuju pelayanan kesehatan, maka semakin tinggi tingkat utilisasi terhadap pelayanan kesehatan.
183
BAB VII PENUTUP
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pasien antenatal care yang memanfaatkan pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere adalah sebesar 68 orang (64,8%), sedangkan pasien antenatal care yang tidak memanfaatkan sebesar 37 orang (35,2%). 2. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 3. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan keluarga dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
184
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara persepsi ibu tentang kondisi kehamilan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara fasilitas kesehatan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 8. Terdapat hubungan yang bermakna antara pelayanan dokter dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 9. Tidak terdapat hubungan antara pelayanan paramedis dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 10. Terdapat hubungan yang bermakna antara kemudahan informasi dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 11. Terdapat hubungan yang bermakna antara biaya pelayanan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 12. Terdapat hubungan yang bermakna antara penanggung biaya dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
185
13. Terdapat hubungan yang bermakna antara aksesibilitas dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013. 14. Fasilitas kesehatan merupakan variabel yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2013.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit a. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa fasilitas kesehatan merupakan variabel yang paling berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit terus melakukan perbaikan dan peningkatan mengenai ketersediaan fasilitas, jenis, atau variasi jasa pelayanan persalinan yang lebih lengkap dengan biaya pelayanan yang kompetitif. Selain itu, meskipun sebagian besar pasien antenatal care mengatakan fasilitas persalinan Rumah Sakit Puri Cinere lengkap, namun sebaiknya pihak rumah sakit juga perlu memperhatikan tata ruang, kenyamanan, dan peningkatan fasilitas fisik penunjang, seperti ruang
186
tunggu, parkir, dan tampilan luar gedung guna menarik minat masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan yang tersedia di Rumah Sakit Puri Cinere. b. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar pasien antenatal care Rumah Sakit Puri Cinere merupakan pasien yang bekerja dan pasien yang memanfaatkan pelayanan persalinan dengan biaya yang ditanggung oleh badan/instansi lain (perusahaan atau asuransi) lebih tinggi dibandingkan biaya pribadi. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit terus menjalin dan memelihara hubungan baik dengan pihak perusahaan atau asuransi, serta dapat pula memberikan paket-paket promosi khusus dan memberikan kemudahan dalam proses administrasi pelayanan guna menarik minat pihak perusahaan atau asuransi untuk bekerjama. Selain itu, pihak rumah sakit juga perlu memperluas jangkauan kerjasama dengan perusahaan atau asuransi lain, mengingat sekarang ini semakin meningkatnya pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan jaminan kesehatan. c. Sebagian besar pasien antenatal care mengatakan bahwa biaya pelayanan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere tergolong mahal. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit perlu mempertimbangkan kembali tarif pelayanan persalinan. Pihak rumah sakit juga dapat membuat paket-paket promosi khusus pelayanan persalinan terutama untuk pasien antenatal
187
care dengan biaya yang kompetitif. Pihak Rumah Sakit Puri Cinere dapat menerapkan teknik penjualan up selling melalui pemberian paket-paket promosi dengan kemudahan yang ditawarkan, seperti pelayanan terpadu sejak pemeriksaan kehamilan, persalinan, hingga pasca persalinan dan dapat
ditunjang
dengan
promosi
pendukung
lainnya,
seperti
pendokumentasian kelahiran bayi, dan bingkisan menarik yang didapatkan pasien antenatal care pasca persalinan. d. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kemudahan informasi berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, pihak rumah sakit sebaiknya perlu melakukan komunikasi dan sosialisasi secara rutin kepada masyarakat pada umumnya dan pasien antenatal care mengenai tarif, fasilitas kesehatan, jenis pelayanan, dan manfaat yang didapatkan pasien apabila melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere. Komunikasi dan sosialisasi tersebut dapat dilakukan melalui seminar kesehatan, talk show, pemberian informasi melalui SDM dan tenaga kesehatan, serta informasi melalui berbagai media seperti brosur, website, dan sms blaster. Selain itu, pihak rumah sakit juga perlu meningkatkan kemudahan dalam memberikan pelayanan, meningkatkan service consistency, dan kesesuaian jasa pelayanan dengan promosi (informasi) yang diberikan.
188
e. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pelayanan dokter dan persepsi ibu tentang kondisi kehamilan berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit perlu mengupayakan agar dokter dapat memberikan edukasi, saran, atau anjuran kepada pasien untuk melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan pemeriksaan antenatal care, dengan tujuan manfaat kesehatan dan keselamatan yang didapatkan pasien apabila melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang sama dengan pemeriksaan antenatal care. Dengan adanya saran dan masukan dari dokter tersebut diharapkan dapat lebih efektif meningkatkan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Selain itu, pihak rumah sakit juga perlu memfasilitasi dokter dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan melalui kegiatan pelatihan dan melakukan tinjauan kembali dan evaluasi terhadap kinerja dokter setiap periode tertentu (bulanan, triwulan, dan tahunan). f. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa aksesibilitas berpengaruh terhadap utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Oleh karena itu, sebaiknya pihak rumah sakit juga dapat memberikan kemudahan dalam pelayanan call centre dan ambulans 24 jam bagi pasien. Sehingga kendala akses yang sulit dan jauh dapat diminimalisir.
189
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian terkait utilisasi pelayanan kesehatan dengan jenis atau desain penelitian yang berbeda, seperti jenis penelitian kualitatif, dengan tujuan diharapkan mampu menggali informasi lebih mendalam mengenai utilisasi pelayanan kesehatan. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat menerapkan kerangka konsep sesuai dengan teori-teori utilisasi pelayanan kesehatan yang dikemukakan oleh para ahli lain disamping teori Dever (1984).
DAFTAR PUSTAKA
Amran, Yuli. 2012. Pengolahan Data dan Analisis Data Statitik di Bidang Kesehatan. Jakarta: UIN Jakarta. Andersen, Ronald dan Newman, John F. 1973. Societal and Individual Determinants of Medical Care Utilization in the United States. Reprinted from The Milbank Quarterly. Vol.83, No.4, 2005 (pp. 1-28). Dari: www.milbank.org/quarterly/ [diakses pada tanggal 29 Maret 2012, 5:50 WIB]. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Chandrarini, Budi. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Pasien Antenatal Care Poliklinik Berjenjang RSIA Budi Kemuliaan untuk Memilih Tempat Bersalin Tahun 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia. Dahlan, Sopiyudin. 2009. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan Seri 3 Edisi 2. Jakarta: CV Sagung Seto. Departemen Kesehatan R.I. 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dever, G.E Alan. 1984. Epidemiology in Health Services Management. United States of America: Aspen Publishers, Inc.
Feldstein, Paul J. 1993. Health Care Economics,
2th
Edition. United States of
America: John Wiley & Sons, Inc. Ginting, Idau. 2001. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal oleh Ibu Hamil yang Memiliki Faktor Risiko di Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2001. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Green, Lawrence W, et all. 1980. Health Education Planning: A Diagnostic Approach. 1st Ed. California: Mayfield Publishing Company. Hanif, Mufriady Akmal. 2001. Analisis Tingkat Permintaan Pasien terhadap Pelayanan Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.M. Djamil Padang Tahun 2001. Tesis. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Hartono, Bambang. 2010. Manajemen Pemasaran untuk Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta. Ilyas, Yaslis. 2006. Mengenal Asuransi Kesehatan. Review Utilisasi, Manajemen Klaim, dan Fraud (Kecurangan Asuransi Kesehatan). Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Khudhori. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemilihan Tempat Persalinan Pasien Poliklinik Kandungan dan Kebidanan Rumah Sakit IMC Bintaro Tahun 2012. Tesis Program Studi Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC. Manuaba. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetri Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurlailah. 2009. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya oleh Peserta Jamkesmas (Studi Kasus Kecamatan Batu Raja Kabupaten Oku). Tesis. Fakultas Ekonomi. Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Ekonomi Perencanaan Kota dan Daerah. Universitas Indonesia. Pelangi, Sofana. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keputusan Pasien Poliklinik Kebidanan dalam Memilih Tempat Bersalin di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok Tahun 2010. Tesis. Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.029 tahun 2012 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT.Askes (Persero).
Purnamawati. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Layanan Rawat Inap Kebidanan oleh Pasien Antenatal di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita Tahun 2001-2002. Tesis Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Profil Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Republik Indonesia Tahun 2010. Rosmini, Minin. 2002. Determinan Pemanfaatan Pelayanan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang Tahun 2002. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Rustam Mochtar. 1998. Sinopsi Obstetric. Jakarta: EGC. Rusydi, Taufik. 1999. Determinan Keteraturan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal di Puskesmas Kabupaten Banyuasin Tahun 1998. Tesis. Program Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Sabri, Luknis. 2008. Statistik Kesehatan Edisi II. Jakarta: Rajawali Press. Salpator .P, Makmur. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Imunisasi Dasar Provinsi Sumatera Selatan (Analisis Data Riskesdas 2007 dan Susenas 2007). Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Sarminah. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care di Provinsi Papua Tahun 2010 (Analisis Data Sekunder Riskesdas, 2010). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2009. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta. Supatra, IGL Roni. 2012. Pemanfaatan Pelayanan Bersalin oleh Pasien Ibu Hamil di Unit Obstetri Rawat Jalan Rumah Sakit Risa Sentra Medika Tahun 2012. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit. Universitas Indonesia. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). 2007. Analisis Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2010. Dari: http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/08/Analisis-Kematian-Ibu-di-IndonesiaTahun-2010.pdf. [Diakses pada tanggal 29 Maret 2012, 5:30 WIB]. Syahrial, Novi. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasien Rawat Jalan Kebidanan Rumah Sakit Omni Medical Center Jakarta (RSOMC) terhadap Pemilihan Tempat Persalinan. Tesis Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Thabrany, Hasbullah. 2005. Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Trisnantoro, Laksono. 2009. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Undang-Undang No.40 tahun 2009 tentang Kepemudaan. Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Wibisana, Widyastuti. 2007. Utilisasi Pelayanan Rumah Sakit dalam Program Jaminan Kesehatan bagi Penduduk Miskin 2005 pada 6 provinsi di Indonesia. Disertasi Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Wibowo, Adik. (1992). Pemanfaatan Pelayanan Antenatal: Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Hubungannya dengan Bayi Berat Lahir Rendah. Disertasi Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. WHO. 2010. Cause-specific mortality and morbidity: Maternal mortality ratio by country. Dari: http://apps.who.int/gho/data/view.main.1390?lang=en . [diakses pada tanggal 29 Maret 2012, 5:00 WIB].
Lampiran 1.
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UTILISASI PELAYANAN PERSALINAN OLEH PASIEN ANTENATAL CARE DI RUMAH SAKIT PURI CINERE TAHUN 2013
Ibu/Sdri Yang Terhormat, Saya Indryani mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penelitian mengenai utilisasi (pemanfaatan) pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan ibu/sdri untuk berpartisipasi mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap.
Jawaban ibu/sdri akan dijaga kerahasiaanya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penyusunan Skripsi. Setelah penelitian selesai, kuesioner ini akan dimusnahkan. Atas perhatian dan bantuan Ibu/Sdri, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti
(Indryani)
Responden
(
)
Tgl.
No. Responden :
Identitas Responden 1. Nama
: ………………………………………………………………..
2. Alamat / no.tlp
: ……………………………………………………………….. ………………………………………………………………..
No.
Pertanyaan
A. A1.
Usia Berapa usia ibu? …………….. tahun
B. B1.
Pendidikan Apa pendidikan terakhir ibu? 1. SD 2. SMP 3. SMA Pekerjaan
C. C1.
D. D1.
Kode
[
]
[
]
[
]
[
]
4. D1/D2/D3/S1 5. S2/S3
Apa pekerjaan ibu? 1. PNS 3. Wiraswasta 2. Pegawai swasta 4. Ibu rumah tangga Penghasilan keluarga Berapa rata-rata penghasilan keluarga (suami dan istri) perbulan? Rp ..................................
E.
Utilisasi (Pemanfaatan) Pelayanan Persalinan
E1.
Apakah ibu melakukan persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere? 1. Tidak 2. Ya
[
]
E2.
Jika tidak, dimana ibu melakukan persalinan? 1. Klinik/Praktek Bidan 2. Rumah Bersalin 3. RSIA / Rumah Sakit lain, Sebutkan ……. Apakah ibu pribadi yang memutuskan tempat persalinan ibu?
[
]
[
]
E3.
1. Tidak
2. Ya
E4.
Jika tidak, siapa yang memberikan anjuran atau saran dalam memutuskan tempat persalinan ibu? 1. Suami / Keluarga 4. Dokter 2. Teman 5. Bidan atau Perawat 3. Tetangga 6. Lainnya, Sebutkan ............
[
]
F.
Kondisi Kehamilan
F1.
Menurut ibu, bagaimana dengan kondisi kehamilan ibu? 1. Normal 2. Ada gangguan, penyulit/komplikasi, Sebutkan ……..
[
]
G.
Fasilitas Kesehatan
G1.
Menurut ibu, bagaimana dengan ketersediaan fasilitas persalinan meliputi ruangan bersalin (VK), peralatan medis, ruang rawat inap kebidanan, baby room, ICU, NICU/PICU, ruang tunggu yang memadai di RS Puri Cinere? 1. Tidak lengkap 2. Lengkap (lengkap apabila terdapat semua fasilitas persalinan yang disebutkan)
[
]`
H.
Pelayanan Dokter
H1.
Dokter tepat dan teliti dalam memeriksakan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
H2.1. Dokter tanggap dan sigap dalam merespon keluhan atau pertanyaan pasien pada saat pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
H3.
Penyampaian masukan, saran, anjuran atau informasi yang diberikan dokter pada saat pemeriksaan kehamilan jelas dan mudah dimengerti? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
H4.
Dokter memberikan kepedulian dan perhatian yang baik kepada pasien? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
H5.
Penampilan fisik dokter bersih dan rapih dalam melayani pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
I.
Pelayanan Paramedis
I1.2. Bidan dan perawat tanggap dan sigap dalam melayani pasien saat pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
I2.
Bidan dan perawat bersikap ramah dan memberikan perhatian dan kepedulian (empati) kepada pasien? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
I3.
Bidan dan perawat menyampaikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti dalam melayani pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
I4.
Bidan dan perawat memiliki penampilan fisik yang bersih dan rapih dalam melayani pemeriksaan kehamilan? 1. Tidak setuju 3. Setuju 2. Kurang setuju 4. Sangat setuju
[
]
J.
Kemudahan Informasi
J1.
Apakah ibu mendapatkan informasi mengenai jenis pelayanan, fasilitas, penolong persalinan, dan biaya persalinan di RS. Puri Cinere? 1. Tidak (jika jawaban tidak, langsung ke pertanyaan K1). 2. Ya Bagaimana pendapat ibu mengenai kemudahan mendapatkan informasi mengenai jenis pelayanan, fasilitas, penolong persalinan dan biaya persalinan di RS. Puri Cinere? 1. Sulit 2. Mudah
[
]
[
]
J3.
Bagaimana kejelasan informasi yang ibu peroleh? 1. Tidak jelas 3. Jelas 2. Kurang jelas 4. Sangat jelas
[
]
K.
Biaya Pelayanan
K1.
Bagaimana pendapat ibu mengenai biaya persalinan di RS. Puri Cinere? 1. Sangat Mahal 3. Murah 2. Mahal 4. Sangat murah Penanggung Biaya
[
]
Siapa yang menanggung biaya persalinan ibu? 1. Biaya pribadi 2. Kantor/Perusahaan atau Asuransi
[
]
J2.
L. L1
M.
Aksesibilitas
M1.
Berapa jarak antara tempat tinggal ibu ke RS. Puri Cinere? 1. Kurang dari 1 km 2. 1 - 5 km 3. Lebih dari 5 km Berapa lama waktu tempuh dari tempat tinggal ibu ke RS. Puri Cinere? 1. Kurang dari 15 menit 3. 30 – 60 menit 2. 16 – 30 menit 4. Lebih dari 60 menit Kendaraan transportasi apa yang biasa ibu gunakan untuk ke RS. Puri Cinere? 1. Mobil Pribadi 3. Angkutan Umum 2. Motor 4. Transportasi lain, Sebutkan ........
M2.
M3.
[
]
[
]
[
]
Lampiran 2. PEDOMAN TELAAH DOKUMEN
Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian yang berjudul ”Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan persalinan oleh pasien antenatal care di Rumah Sakit Puri Cinere Tahun 2013” adalah sebagai berikut: 1. Profil Rumah Sakit Puri Cinere. 2. Data pencapaian kinerja Rumah Sakit Puri Cinere meliputi jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap, BOR, BTO, dan ALOS. 3. Jumlah kunjungan pasien antenatal care dan pasien persalinan Rumah Sakit Puri Cinere tahun 2010-2012. 4. Data registrasi pasien antenatal care trimester III Rumah Sakit Puri Cinere bulan April 2013.
Lampiran 3. PEDOMAN OBSERVASI
No.
Fasilitas Persalinan
1.
Ruangan Persalinan (VK)
2.
Ruang rawat inap
Tersedia
Tidak Tersedia
kebidanan: a. Kelas VIP b. Kelas 1 c. Kelas 2 d. Kelas 3 3.
Ruang bayi (baby room)
4.
ICU
5.
NICU/PICU
6.
Peralatan medis untuk persalinan
7.
Ruang tunggu pasien dan keluarga
Keterangan : Kondisi fasilitas persalinan di Rumah Sakit Puri Cinere
Keterangan
Lampiran 8. A. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas 1. Pelayanan Dokter Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
Reliability Statistics
% 20
100.0
0
.0
Cronbach's Alpha
N of Items
.964
5
Total 20 100.0 Listwise deletion based on all variables in the procedure. Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted Dokter tepat dan teliti dalam memeriksakan kehamilan?
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
12.95
2.576
.978
.942
13.00
2.842
.837
.965
13.00
2.842
.837
.965
Dokter memberikan kepedulian dan perhatian yang baik kepada pasien?
12.95
2.576
.978
.942
Penampilan fisik dokter bersih dan rapih dalam melayani pemeriksaan kehamilan?
12.90
2.621
.871
.961
Dokter tanggap/sigap dalam merespon keluhan pasien pada saat pemeriksaan kehamilan? Penyampaian masukan, saran, anjuran atau informasi yang diberikan dokter pada saat pemeriksaan kehamilan jelas dan mudah dimengerti?
2. Pelayanan Paramedis Case Processing Summary N Cases
Valid Excluded
a
% 20
100.0
0
.0
Total 20 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.954
4 Item-Total Statistics Scale Mean if Scale Variance Item Deleted if Item Deleted
Bidan dan perawat tanggap/sigap dalam melayani pasien saat pemeriksaan kehamilan? Bidan dan perawat bersikap ramah dan memberikan perhatian yang baik kepada pasien? Bidan dan perawat menyampaikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti dalam melayani pemeriksaan kehamilan? Bidan dan perawat memiliki penampilan fisik yang bersih dan rapih dalam melayani pemeriksaan kehamilan?
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
9.20
1.537
.981
.909
9.20
1.537
.981
.909
9.25
1.776
.861
.947
9.10
2.095
.764
.976
3. Kemudahan Informasi Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded
% 20
100.0
0
.0
Total 20 100.0 Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.927
3
Item-Total Statistics Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted Apakah ibu mendapatkan informasi mengenai jenis pelayanan, fasilitas, tenaga kesehatan dan biaya persalinan di RS Puri Cinere? Bagaimana pendapat ibu mengenai kemudahan mendapatkan informasi mengenai jenis pelayanan, fasilitas, penolong persalinan dan biaya persalinan di RS. Puri Cinere? Bagaimana kejelasan informasi yang ibu peroleh?
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
6.40
.568
.943
.815
6.45
.682
.808
.927
6.45
.682
.808
.927
B. Hasil Analisis Univariat 1. Variabel Dependen Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
Tidak
37
35.2
35.2
35.2
Ya
68
64.8
64.8
100.0
105
100.0
100.0
Total
2. Variabel Independen a. Usia Case Processing Summary Cases Valid N Usia
Missing
Percent 105
100.0%
N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 105
100.0%
Descriptives Statistic Usia
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Std. Error
29.57 Lower Bound
28.75
Upper Bound
30.39
5% Trimmed Mean
29.51
Median
29.00
Variance
17.824
Std. Deviation
4.222
Minimum
20
Maximum
44
Range
24
Interquartile Range
.412
5
Skewness
.349
.236
Kurtosis
.670
.467
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Usia .102 105 a. Lilliefors Significance Correction
Statistic
.010
df
.979
Sig. 105
.090
Usia Responden Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
< = 30 tahun
63
60.0
60.0
60.0
> 30 tahun
42
40.0
40.0
100.0
105
100.0
100.0
Total
b. Pendidikan Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SMA
11
10.5
10.5
10.5
DI/D2/D3/S1
92
87.6
87.6
98.1
2
1.9
1.9
100.0
105
100.0
100.0
S2 Total
Pendidikan responden
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
11
10.5
10.5
10.5
tinggi
94
89.5
89.5
100.0
Total
105
100.0
100.0
c. Pekerjaan Pekerjaan Frequency Valid PNS
Cumulative Percent
9
8.6
8.6
8.6
59
56.2
56.2
64.8
2
1.9
1.9
66.7
35
33.3
33.3
100.0
105
100.0
100.0
Pegawai swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Total
Valid Percent
Percent
Pekerjaan responden Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak bekerja
35
33.3
33.3
33.3
bekerja
70
66.7
66.7
100.0
105
100.0
100.0
Total
d. Penghasilan Keluarga Case Processing Summary Cases Valid N penghasilan keluarga
Percent 105
100.0%
Missing N
Total
Percent 0
.0%
N
Percent 105 100.0%
Descriptives Statistic penghasilan keluarga
Mean
Std. Error
10.96
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
9.44
Upper Bound
12.48
5% Trimmed Mean
10.15
Median
10.00
Variance
61.722
Std. Deviation
.767
7.856
Minimum
2
Maximum
60
Range
58
Interquartile Range
10
Skewness
2.925
.236
Kurtosis
14.966
.467
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic penghasilan keluarga
df
.180
105
Sig. .000
Shapiro-Wilk Statistic
Df
.765
Sig.
105
.000
a. Lilliefors Significance Correction
Penghasilan keluarga
Frequency Valid
< Rp 10.000.000
> = Rp 10.000.000 Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
40
38.1
38.1
38.1
65
61.9
61.9
100.0
105
100.0
100.0
e. Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan
Frequency Valid Normal Ada gangguan, penyulit, atau komplikasi Total
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
85
81.0
81.0
81.0
20
19.0
19.0
100.0
105
100.0
100.0
f. Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak lengkap
17
16.2
16.2
16.2
lengkap
88
83.8
83.8
100.0
105
100.0
100.0
Total
g. Pelayanan Dokter Pelayanan Dokter Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
12
11.4
11.4
11.4
Baik
93
88.6
88.6
100.0
Total
105
100.0
100.0
h. Pelayanan Paramedis Pelayanan Paramedis Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
23
21.9
21.9
21.9
Baik
82
78.1
78.1
100.0
Total
105
100.0
100.0
i. Kemudahan Informasi Kemudahan Informasi Frequency Valid
Valid Percent
Cumulative Percent
Sulit
24
22.9
22.9
22.9
Mudah
81
77.1
77.1
100.0
105
100.0
100.0
Total
j.
Percent
Biaya Pelayanan Biaya pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Mahal
87
82.9
82.9
82.9
Murah
18
17.1
17.1
100.0
Total
105
100.0
100.0
k. Penanggung Biaya Penanggung biaya persalinan responden Frequency Percent Valid Percent Valid biaya pribadi kantor/perusahaan atau asuransi Total
Cumulative Percent
47
44.8
44.8
44.8
58
55.2
55.2
100.0
105
100.0
100.0
l. Aksesibilitas Aksesibilitas responden Frequency Percent Valid Percent Valid
Cumulative Percent
sulit
44
41.9
41.9
41.9
mudah
61
58.1
58.1
100.0
Total
105
100.0
100.0
C. Hasil Analisis Bivariat 1. Hubungan Usia dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Case Processing Summary Cases Valid N Usia Responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent 100.0%
Missing N
Total
Percent 0
.0%
N 105
Percent 100.0%
Usia Responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Usia Responden
< = 30 tahun
Count
26
% within Usia Responden
41.3%
> 30 tahun Count
26.2%
Count
35.2%
63
58.7% 100.0% 31
42
73.8% 100.0%
37
% within Usia Responden
Total 37
11
% within Usia Responden Total
ya
68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
2.511a 1.894 2.561
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (2-sided) sided) (1-sided)
df 1 1 1
.113 .169 .110
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.145 2.487
1
.084
.115
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.80. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Usia Responden (< = 30 tahun / > 30 tahun)
1.980
.845
4.639
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
1.576
.876
2.834
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.796
.605
1.047
N of Valid Cases
105
2. Hubungan Pendidikan dengan Utilisasi Pelayanan Persalinan Case Processing Summary Cases Valid N Pendidikan Responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Pendidikan Responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Pendidikan Responden
Rendah
Count
6
% within Pendidikan Responden Tinggi
54.5%
Count
33.0%
Count
35.2%
11
45.5% 100.0% 63
94
77.0% 100.0%
37
% within Pendidikan Responden
Total 5
31
% within Pendidikan Responden Total
ya
68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
2.007a
1
.157
1.173
1
.279
1.915
1
.166
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.189 1.988
1
.140
.159
105
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.88. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pendidikan responden (rendah / tinggi)
Lower
Upper
2.439
.690
8.617
1.654
.897
3.049
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.678
.350
1.316
N of Valid Cases
105
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
3. Pekerjaan Case Processing Summary Cases Valid N Pekerjaan Responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Pekerjaan responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Pekerjaan tidak responden bekerja
bekerja
Count
20
% within Pekerjaan responden
57.1%
Count
24.3%
Count
35.2%
35
42.9% 100.0% 53
70
75.7% 100.0%
37
% within Pekerjaan responden
Total 15
17
% within Pekerjaan responden Total
ya
68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
11.038a
1
.001
9.646
1
.002
10.858
1
.001
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.001 10.933
1
.001
.001
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.33. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Pekerjaan responden (tidak bekerja / bekerja)
4.157
1.752
9.863
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
2.353
1.422
3.893
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.566
.378
.849
N of Valid Cases
105
4. Penghasilan Keluarga Case Processing Summary Cases Valid N Penghasilan Keluarga * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
105 100.0%
Penghasilan keluarga * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Penghasilan keluarga
0
Count
21
% within Penghasilan keluarga 1
52.5%
Count
24.6%
Count
35.2%
40
47.5% 100.0% 49
65
75.4% 100.0%
37
% within Penghasilan keluarga
Total 19
16
% within Penghasilan keluarga Total
ya
68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
8.437a
1
.004
7.259
1
.007
8.370
1
.004
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.006 8.357
1
.004
.004
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.10. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Penghasilan keluarga (0 / 1) For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya N of Valid Cases
Lower
Upper
3.385
1.463
7.831
2.133
1.271
3.579
.630
.442
.898
105
5. Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan Case Processing Summary Cases Valid N Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehamilan * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
105 100.0%
Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehmilan * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Persepsi Ibu nnormal tentang Kondisi Kehmilan
Count
Total
36
% within Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehmilan
ada gangguan, penyulit, atau komplikasi
ya
42.4%
Count
49
5.0%
Count
19
35.2%
20
95.0% 100.0%
37
% within Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehmilan
85
57.6% 100.0%
1
% within Persepsi Ibu tentang Kondisi Kehmilan
Total
68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1sided) sided) sided)
df
9.899a
1
.002
8.330
1
.004
12.491
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.001 9.804
1
.001
.002
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.05. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Persepsi ibu tentang kondisi kehamilan (normal / ada gangguan, penyulit, atau komplikasi)
Lower
Upper
13.959
1.786
109.129
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
8.471
1.234
58.147
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.607
.493
.747
N of Valid Cases
105
6. Fasilitas Kesehatan Case Processing Summary Cases Valid N Fasilitas kesehatan * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Fasilitas kesehatan * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Fasilitas kesehatan
tidak lengkap Count
12
% within Fasilitas kesehatan lengkap
Count
70.6% 25
% within Fasilitas kesehatan Total
ya
Count
28.4% 37
% within Fasilitas kesehatan
35.2%
Total 5
17
29.4% 100.0% 63
88
71.6% 100.0% 68
105
64.8% 100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2sided) sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.107a 1 .001 Continuity 9.336 1 .002 Correctionb Likelihood Ratio 10.641 1 .001 Fisher's Exact Test .002 .001 Linear-by-Linear 11.001 1 .001 Association N of Valid Casesb 105 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.99. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Fasilitas kesehatan (tidak lengkap / lengkap)
6.048
1.931
18.939
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
2.485
1.581
3.904
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.411
.194
.868
N of Valid Cases
105
7. Pelayanan Dokter Case Processing Summary Cases Valid N Pelayanan Dokter * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Pelayanan Dokter * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Pelayanan Dokter
ya
buruk Count % within Pelayanan Dokter baik
Count % within Pelayanan Dokter
Total
Count % within Pelayanan Dokter
Total
8
4
12
66.7%
33.3%
100.0%
29
64
93
31.2%
68.8%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
5.864a
1
.015
4.412
1
.036
5.571
1
.018
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.023 5.808
1
.020
.016
105
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.23. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pelayanan dokter (Buruk / Baik)
Lower
Upper
4.414
1.230
15.842
2.138
1.295
3.529
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.484
.215
1.091
N of Valid Cases
105
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
8. Pelayanan Paramedis Case Processing Summary Cases Valid N Pelayanan Paramedis * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Pelayanan Paramedis * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Pelayanan Paramedis
buruk Count % within Pelayanan Paramedis baik
Total
11
23
52.2%
47.8%
100.0%
25
57
82
30.5%
69.5%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Count % within Pelayanan Paramedis
Total
12
Count % within Pelayanan Paramedis
ya
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
3.702a
1
.054
2.812
1
.094
3.579
1
.059
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.082 3.666
1
.048
.056
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.10. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Pelayanan Paramedis (Buruk / Baik) For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
Lower
Upper
2.487
.968
6.390
1.711
1.028
2.849
.688
.439
1.079
N of Valid Cases
105
9. Kemudahan Informasi Case Processing Summary Cases Valid N Kemudahan informasi * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Kemudahan Informasi * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Kemudahan sulit informasi
Count % within Kemudahan informasi
mudah Count % within Kemudahan informasi Total
Count % within Kemudahan informasi
ya
Total
14
10
24
58.3%
41.7%
100.0%
23
58
81
28.4%
71.6%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
7.272a
1
.007
6.019
1
.014
7.013
1
.008
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.014 7.202
1
.008
.007
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.46. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Kemudahan Informasi (sulit / mudah) For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
Lower
Upper
3.530
1.373
9.077
2.054
1.267
3.332
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.582
.355
.953
N of Valid Cases
105
10. Biaya Pelayanan Case Processing Summary Cases Valid N Biaya Pelayanan * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Biaya Persalinan di RS Puri Cinere * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Biaya mahal Count Persalinan di % within Biaya RS Puri Persalinan di RS Puri Cinere Cinere murah Count % within Biaya Persalinan di RS Puri Cinere Total
Count % within Biaya Persalinan di RS Puri Cinere
ya
Total
35
52
87
40.2%
59.8%
100.0%
2
16
18
11.1%
88.9%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. Exact Sig. (1(2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 5.541a 1 .019 b Continuity Correction 4.339 1 .037 Likelihood Ratio 6.448 1 .011 Fisher's Exact Test .028 .014 Linear-by-Linear 5.489 1 .019 Association N of Valid Casesb 105 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.34. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value Odds Ratio for Biaya Persalinan di RS Puri Cinere (mahal / murah) For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya N of Valid Cases
Lower
Upper
5.385
1.165
24.896
3.621
.956
13.711
.672
.530
.853
105
11. Penanggung Biaya Case Processing Summary Cases Valid N Penanggung biaya persalinan responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
105
Percent
100.0%
Penanggung biaya persalinan responden * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Penanggung biaya persalinan responden
pribadi
Count % within Penanggung biaya persalinan responden
Perusahaan Count atau % within Penanggung asuransi biaya persalinan responden Total
Total
28
19
47
59.6%
40.4%
100.0%
9
49
58
15.5%
84.5%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Count % within Penanggung biaya persalinan responde
ya
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
22.082a
1
.000
20.194
1
.000
22.786
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2- Exact Sig. sided) (1-sided)
.000 21.872
1
.000
.000
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.56. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Penanggung biaya persalinan responden (biaya pribadi / perusahaan atau asuransi)
8.023
3.201
20.113
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
3.839
2.014
7.318
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.479
.332
.689
N of Valid Cases
105
12. Aksesibilitas Case Processing Summary Cases Valid N Aksesibilitas * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere
105
Percent
100.0%
Missing N
Total
Percent
0
.0%
N
Percent
105 100.0%
Aksesibilitas * Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Crosstabulation Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere tidak Aksesibilitas rendah
Count % within Aksesibilitas
tinggi
Total
23
44
47.7%
52.3%
100.0%
16
45
61
26.2%
73.8%
100.0%
37
68
105
35.2%
64.8%
100.0%
Count % within Aksesibilitas
Total
21
Count % within Aksesibilitas
ya
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
5.177a
1
.023
4.277
1
.039
5.161
1
.023
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.038 5.127
1
.019
.024
105
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.50. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval Value
Lower
Upper
Odds Ratio for Aksesibilitas (rendah / tinggi)
2.568
1.129
5.841
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = tidak
1.820
1.079
3.067
For cohort Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere = ya
.709
.515
.975
N of Valid Cases
105
D. Hasil Analisis Multivariat 1. Model ke-1 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
61.886
12
.000
Block
61.886
12
.000
Model
61.886
12
.000
Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood 74.384a
Cox & Snell R Nagelkerke R Square Square .445
.613
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1 Usia
S.E.
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
Lower
.578
.710
.663
1
.415
1.783
.443
7.166
Didik
.160
.925
.030
1
.863
1.174
.192
7.188
Kerja
.146
.711
.042
1
.837
1.157
.287
4.663
Hasil
2.431
.812
8.956
1
.003
11.374
2.314
55.909
Kondisi
3.128
1.413
4.898
1
.027
22.825
1.430 364.227
Fasilitas
2.861
.992
8.326
1
.004
17.484
2.504 122.086
Dokter
.113
1.385
.007
1
.935
1.119
.074
16.905
1.150
1.216
.895
1
.344
3.158
.292
34.200
.279
.858
.106
1
.745
1.321
.246
7.099
Biaya
1.311
1.016
1.666
1
.197
3.709
.507
27.143
Penanggung
1.504
.755
3.968
1
.046
4.499
1.025
19.755
Aksesibilitas
.374
.638
.344
1
.558
1.453
.416
5.070
Paramedis Info
Constant -13.588 3.103 19.172 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Didik, Kerja, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Dokter, Paramedis, Info, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
2. Model ke-2 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Upper
Df
Sig.
Step
61.880
11
.000
Block
61.880
11
.000
Model
61.880
11
.000
Model Summary -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 74.391a .445 .613 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1 Usia
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B) Lower
Upper
.563
.682
.680
1
.410
1.755
.461
6.684
Didik
.166
.922
.032
1
.857
1.180
.194
7.183
Kerja
.153
.707
.047
1
.828
1.166
.292
4.656
Hasil
2.447
.790
9.597
1
.002 11.557
2.457 54.359
Kondisi
3.153
1.386
5.172
1
.023 23.397
1.546 354.119
Fasilitas
2.882
.958
9.050
1
.003 17.854
2.730 116.753
Paramedis
1.218
.876
1.933
1
.164
3.381
.607 18.834
.292
.841
.121
1
.728
1.339
.258
Biaya
1.315
1.012
1.690
1
.194
3.725
.513 27.045
Penanggung
1.483
.710
4.364
1
.037
4.407
1.096 17.720
Aksesibilitas
.387
.617
.393
1
.531
1.472
Info
.439
6.957
4.935
Constant -13.603 3.103 19.217 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Didik, Kerja, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Info, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
3. Model ke-3 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
61.847
10
.000
Block
61.847
10
.000
Model
61.847
10
.000
Model Summary
Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
74.423a
1
.445
.612
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Usia
.577
.678
.723
1
.395
1.780
.471
6.726
Kerja
.154
.708
.047
1
.828
1.166
.291
4.675
Hasil
2.457
.791
9.658
1
.002
11.676
2.478
55.001
Kondisi
3.169
1.383
5.251
1
.022
23.794
1.582 357.904
Fasilitas
2.873
.956
9.029
1
.003
17.688
2.716 115.208
Paramedis
1.205
.872
1.908
1
.167
3.337
.604
18.451
.281
.838
.113
1
.737
1.325
.256
6.850
Biaya
1.336
1.004
1.768
1
.184
3.803
.531
27.233
Penanggung
1.500
.705
4.530
1
.033
4.482
1.126
17.838
Aksesibilitas
.374
.613
.373
1
.542
1.454
.437
4.831
Info
Constant -13.471 3.004 20.114 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, kerja, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Info, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
4. Model ke-4 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
61.800
9
.000
Block
61.800
9
.000
Model
61.800
9
.000
Model Summary -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 74.470a .445 .612 a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B) Lower
Usia
.613
.657
.870
1
.351
1.846
.509
6.695
Hasil
2.502
.765
10.704
1
.001
12.211
2.727
54.677
Kondisi
3.218
1.376
5.467
1
.019
24.983
1.683 370.838
Fasilitas
2.860
.953
9.013
1
.003
17.469
2.699 113.056
Paramedis
1.196
.876
1.863
1
.172
3.306
.594
18.407
.242
.822
.087
1
.768
1.274
.254
6.379
Biaya
1.372
.990
1.923
1
.166
3.944
.567
27.435
Penanggung
1.560
.650
5.754
1
.016
4.759
1.330
17.025
Aksesibilitas
.358
.608
.347
1
.556
1.430
.435
4.706
Info
Constant -13.489 3.005 20.154 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Info, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
5. Model ke-5 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Upper
df
Sig.
Step
61.714
8
.000
Block
61.714
8
.000
Model
61.714
8
.000
Model Summary -2 Log likelihood
Step
Cox & Snell R Square
74.557a
1
Nagelkerke R Square
.444
.611
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Step 1 Usia
.665
.635
1.094
1
.296
1.944
.559
6.753
Hasil
2.507
.762
10.813
1
.001
12.263
2.753
54.628
Kondisi
3.307
1.365
5.869
1
.015
27.308
1.880 396.565
Fasilitas
2.893
.949
9.297
1
.002
18.054
2.811 115.956
Paramedis
1.261
.844
2.232
1
.135
3.527
.675
18.435
Biaya
1.366
.995
1.886
1
.170
3.920
.558
27.550
Penanggung
1.608
.631
6.504
1
.011
4.993
1.451
17.180
Aksesibilitas
.325
.596
.297
1
.586
1.384
.430
4.451
a.
Constant -13.575 3.008 20.371 1 .000 .000 Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung, Aksesibilitas.
6. Model ke-6 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
61.417
7
.000
Block
61.417
7
.000
Model
61.417
7
.000
Model Summary
Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
74.854a
1
.443
.609
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B) Lower
Upper
Step 1 Usia
.721
.628
1.321
1
.250
2.057
.601
7.038
Hasil
2.508
.762
10.826
1
.001
12.286
2.757
54.744
Kondisi
3.362 1.341
6.285
1
.012
28.860
2.083 399.931
Fasilitas
2.901
.947
9.386
1
.002
18.192
2.844 116.383
Paramedis
1.288
.832
2.395
1
.122
3.626
.709
18.531
Biaya
1.428
.997
2.054
1
.152
4.172
.591
29.435
Penanggung
1.624
.628
6.685
1
.010
5.073
1.481
17.373
Constant -13.545 2.983 20.622 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Usia, Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung.
7. Model ke-7 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
60.059
6
.000
Block
60.059
6
.000
Model
60.059
6
.000
Model Summary
Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
76.212a
1
.436
.599
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B a
Step 1 Hasil
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Upper
2.605
.757
11.856
1
.001
13.534
3.072
Kondisi
3.424
1.327
6.659
1
.010
30.701
2.279 413.662
Fasilitas
3.069
.932
10.840
1
.001
21.513
3.462 133.676
Paramedis
1.435
.821
3.050
1
.081
4.198
.839
21.000
Biaya
1.421
1.044
1.851
1
.174
4.141
.535
32.061
Penanggung
1.435
.589
5.943
1
.015
4.202
1.325
13.324
Constant -13.504 2.959 20.827 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Biaya, Penanggung.
8. Model ke-8 Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Lower
df
Sig.
Step
57.924
5
.000
Block
57.924
5
.000
Model
57.924
5
.000
59.631
Model Summary
Step
-2 Log
Cox & Snell R
Nagelkerke R
likelihood
Square
Square
78.346a
1
.424
.583
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Hasil
S.E.
2.713
Wald
.750 13.083
Sig.
Exp(B)
Upper
1
.000
15.079
3.466
65.602
6.492
1
.011
26.778
2.135 335.795 4.094 157.722
3.288
Fasilitas
3.235
.931 12.063
1
.001
25.411
Paramedis
1.301
.798
2.655
1
.103
3.673
.768
17.566
Penanggung
1.459
.582
6.282
1
.012
4.301
1.374
13.459
2.926 21.260
1
.000
.000
-13.489
a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Paramedis, Penanggung.
9. Model Akhir Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
Lower
Kondisi
Constant
1.290
df
df
Sig.
Step
55.037
4
.000
Block
55.037
4
.000
Model
55.037
4
.000
Model Summary Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
81.234a
1
Nagelkerke R Square
.408
.561
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea Predicted Utilisasi pelayanan persalinan di RS Puri Cinere Observed Step 1
tidak
Utilisasi pelayanan tidak persalinan di RS Puri ya Cinere
Percentage Correct
ya 27
10
73.0
7
61
89.7
Overall Percentage
83.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation 95.0% C.I.for EXP(B) B Step 1a Hasil
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
2.341
.662
12.509
1
.000
10.392
2.840
Kondisi
2.701
1.159
5.429
1
.020
14.902
1.536 144.579
Fasilitas
3.189
.878
13.179
1
.000
24.259
4.337 135.689
Penanggung
1.667
.562
8.794
1
.003
5.298
-11.926
2.465
23.408
1
.000
.000
Constant
a. Variable(s) entered on step 1: Hasil, Kondisi, Fasilitas, Penanggung.
1.760
38.031
15.948