I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 127
INTERAKSI SOSIAL SUKU SAMIN DENGAN MASYARAKAT SEKITAR (STUDI DI DUSUN JEPANG DESA MARGOMULYO KECAMATAN MARGOMULYO KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1990-2012) Khoirul Huda & Anjar Mukti Wibowo* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial Suku Samin dengan Masyarakat Sekitar di Dusun Jepang Desa Margomulyo Kecamatam Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Tahun 1990-2012. Adapun bentuk dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang datanya menekankan pada kondisi obyek yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan makna peristiwa hubungan interaksi pola tingkah laku, dan tidak ada rekayasa dalam aktifitas tersebut saat penelitian berlangsung. Pengambilan data melalui sumber data primer diperoleh dari wawancara dengan informan, dan sumber data sekunder diperoleh dari dokumen Desa Margomulyo, dokumen sejarah Samin dan bahan kepustakaan maupun jurnal ilmiah. Validasi yang digunakan yaitu validasi sumber dan teknik. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa keberadaan masyarakat Samin telah mengalami transisi dari tradisional menuju masyarakat modern, dan terwujud dalam bentuk interaksi asosiatif dan disosiatif. Bentuk asosiatif berupa kerjasama seperti gotong royong, musyawarah, dan membantu ketika ada yang memerlukan. Bentuk disosiatif yakni konflik seperti terjadi kesalahpahaman misalnya ada kecemburuan sosial ketika adanya bantuan dari pemerintah pusat yang terkadang membuat kedua belah pihak ada rasa iri. Selain itu pengaruh yang terjadi bersifat positif maupun negatif, bagi Samin perubahan positif seperti gaya hidupnya dan pola/cara berpikir yang modern, sedangkan pengaruh negatif yaitu tradisi dan budaya Samin mulai sedikit terkikis dan ditinggalkan. Bagi masyarakat akan mengetahui karakter orang Samin dan dalam berkomunikasi terkadang mereka berhati-hati, sebab orang Samin mudah tersinggung serta nilai Saminisme yaitu kejujuran juga sedikit terbawa dalam kehidupan masyarakat saat ini. Kata Kunci : Interaksi Sosial, Suku Samin, Masyarakat Kata Kunci : Interaksi Sosial, Suku Samin Pendahuluan Pada
dasarnya
manusia
atau berkeinginan untuk dapat bergabung secara
kodrati tidak bisa lepas dari pola hidup berkelompok. Hal ini juga didasarkan bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang akan membutuhkan bantuan dari manusia lain. Pola hidup berkelompok terjadi akibat dari sifat
dasar manusia yang
mempunyai
keinginan hidup bersama manusia lain dan membangun sistem kehidupan, di dalamnya ada tatanan nilai, norma dan tujuan bersama. Selain itu, manusia juga memiliki
dengan
lingkungan
sekitarnya.
Dengan
sendirinya dari berbagai manusia akan membentuk
sebuah
masyarakat
yang
nantinya terbentuk juga struktur sosial. Masyarakat sebagai suatu ikatan bersama dan hidup selama bertahun-tahun dalam lingkungan
tertentu
akan
mengalami
perubahan maupun perkembangan. Hal ini dapat dikatakan perubahan itu muncul karena
suatu
anggota
masyarakat
melakukan hubungan (interaksi sosial)
* Khoirul Huda adalah Alumni Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun * Anjar Mukti Wibowo adalah Dosen Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun
128 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
dengan yang lain. Sudah barang tentu,
suku dirasa akibat dari adanya kesamaan
interaksi
identitas, budaya yang sama serta ciri hidup
itu
dapat
mengarah
pada
hubungan yang terbuka maupun tertutup.
secara
tradisional
seperti
kekerabatan
Hal tersebut juga dikemukakan oleh
maupun agama dijaga dengan erat oleh
Von Wiese (dalam Hassan Shadily, 1993:
kelompok tersebut serta biasanya hidup
97) bahwa hubungan terbuka itu tidak
dalam suatu wilayah tertentu dalam jangka
tertutup oleh suatu hubungan lain maupun
waktu lama. Di sisi lain, Indonesia sendiri
tidak ada yang disembunyikan, sebaliknya
juga merupakan masyarakat yang multietnis
hubungan
dimana
dengan lebih dari 1000 etnis atau subetnis
hubungan ini bersifat tidak tegas karena
(Leo Suryadinata dkk, 2003: 6). Etnis
tertutup oleh hubungan lain, sehingga
maupun suku ini mendiami berbagai daerah
menutup
maupun
tertutup
(berkedok)
maksud
hubungan
yang
provinsi
di
Indonesia
yang
sebenarnya. Hal ini dapat dikatakan pula
biasanya bertempat di daerah pemukiman,
bahwa
dalam
jauh dari hiruk pikuk masyarakat lain
masyarakat tersebut memunculkan suatu
seperti suku Samin yang terdapat di
gerak
Bojonegoro.
keberadaan atau
bentuk
interaksi masyarakat
yang
mengarah pada sikap yang positif bilamana
Suku Samin terletak di Dusun Jepang
adanya saling terbuka satu sama lain.
Desa Margomulyo Kecamatan Margomulyo
Keterbukaan ini bisa saja diwujudkan dalam
Kecamatan
ranah kerja sama, gotong royong maupun
Bojonegoro.
yang lain. Tentu hal ini bisa saja terjadi pada
Purwantini dkk, 2000: 9) Samin itu sendiri
masyarakat
memiliki
termasuk etnis jawa yang memiliki paham
banyak berbagai budaya maupun suku
Manunggaling kawulo gusti. Paham tersebut
bangsa.
sangat
dapat diartikan sebagai pandangan yang
beragam bentuknya. Keberagaman ini akan
menitikberatkan pada melekatnya sifat-sifat
memunculkan statement bahwa indonesia
ketuhanan
merupakan bangsa yang majemuk.
dasarnya paham ini menekankan untuk
Indonesia
Masyarakat
yang Indonesia
Margomulyo Menurut
pada
diri
Kabupaten
Tashadi
manusia.
(dalam
Pada
Amri Marzali (2005: 213) bahwa
mengajarkan orang berbuat baik, bekerja
Indonesia merupakan sebuah masyarakat
keras dan sabar serta meninggalkan segala
Negara yang secara antropologis, terdiri
sifat-sifat keburukan. Di sisi lain, dalam
dari 500 suku bangsa dengan ciri-ciri
dialek bahasa sehari-hari, orang samin
bahasa dan kultur tersendiri, bahkan dapat
cenderung tegas. Artinya, ketika berbicara
dikatakan mempunyai satu daerah asal,
orang harus mengatakan apa adanya, tidak
pengalaman sejarah dan nenek moyang. Hal
usah
ini dapat dijabarkan bahwa terbentuknya
menekankan
macam-macam, pada
dan
disini
upaya
lebih untuk
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 129
mengutarakan suatu maksud harus sesuai
Meskipun demikian dekade 1990-an proses
dengan keadaan sebenarnya. Lebih lanjut,
interaksi yang dilakukan dalam intensitas
sikap
maupun
cenderun
laku
mereka
yang cukup rendah, sebab sedikit masih ada
lugu
dan
mudah
ketakutan
polos,
tersinggung. masuk
tingkah
Dari
akal
menganggap
kenyataan
bilamana suku
tersebut,
orang
Samin
luar
maupun
serta
kecanggungan
untuk
bergaul secara luas dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kurang begitu berkembang dengan pesat.
keturunannya tergolong unik. Disamping itu
Kenyataannya berbeda saat dekade
dapat dilihat bahwa masyarakat Samin
tahun 2000 hingga sekarang yang notabene
memiliki batas-batas yang kuat, dengan
keterbukaan
memungkinkan interaksi minimal dengan
masyarakat cenderung dalam intensitas
orang luar (Abd. Syukur Ibrahim dalam Sri
tinggi sebab keseringan mereka dalam
Wiryanti & Laksono, 2010: 4).
berinteraksi dengan masyarakat luas. Hal ini
suku
Samin
dengan
Sehubungan dengan itu, keterkaitan
juga didukung oleh SDM keturunan Samin
interaksi suku Samin dengan masyarakat
cukup baik dengan ada kemauan untuk
lainnya perlu dijabarkan lebih mendalam.
mengenyam di bidang pendidikan, dan tidak
Hal ini dikarenakan keabnormalan baik
mungkin perubahan untuk berinteraksi
sikap, tingkah laku dan juga kondisi sosial
antara suku Samin dengan orang lain tentu
orang
didorong
Samin
masih
terlihat
dalam
oleh
tuntutan
zaman
yang
kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu
mengharuskan segala perubahan itu terjadi.
menarik untuk dikaji lebih lanjut, terkait
Sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa
pada proses interaksi masyarakat suku
masa
Samin di Dusun Jepang tahun 1990-2012,
bergaul
yang hakekatnya sekitar tahun 1990-an
masyarakat sekitar semakin sering dan akan
masyarakat Samin telah mengalami transisi
menunjukkan sikap bergantung dan saling
pada
masyarakat
membutuhkan meskipun adanya perbedaan
terbuka dan proses pembauran dengan
suku Samin yang memiliki pandangan hidup
masyarakat
Permulaan
maupun pola pikirnya dengan masyarakat
keterbukaan mereka telah terlihat sejak
sekitar yang hidup seperti saat sekarang.
tahun 1967, yang diyakini Indonesia telah
Oleh karena itu menarik untuk diteliti lebih
benar-benar merdeka, dan secara otomatis
mendalam,
akan pengikut dan keturunannya diserukan
interaksi dan proses interaksi masyarakat
untuk taat pada pemerintah sendiri, tentu
Samin dengan sekitarnya di Dusun Jepang
juga
pada Tahun 1990-2012.
sebuah
dalam
perubahan lainnya.
kemauan
mereka
untuk
membaur dengan masyarakat secara luas.
tahun 2000-an frekuensi dan
berinteraksi
berkaitan
dengan
dalam dengan
bentuk
130 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Tujuan Dan Manfaat Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
1. Pengertian Masyarakat Secara etimologis
untuk
berasal dari bahasa Inggris (society) berarti “kawan”. Ada sebutan kata masyarakat dari
mengetahui: 1. Bentuk interaksi suku Samin dengan masyarakat sekitar di Dusun Jepang 2. Pengaruh interaksi yang ditimbulkan antara suku Samin dengan masyarakat sekitar di Dusun Jepang Margomulyo tahun 1990-2012 Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
oleh
berbagai
bahasa arab Syaraka yaitu ikut serta, berpartisipasi. Konsep masyarakat memiliki pengertian
Desa Margomulyo tahun 1990-2012
pihak
1. Bagi Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun Penelitian
ini
dapat
memberikan
sumbangsih dalam bahan kajian sejarah lokal khususnya suku Samin dan tidak asing dengan keberadaannya. Masyarakat
yang
cukup
(2010:
35)
masyarakat
merupakan
kelompok manusia yang melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan
perhatian
dan
tujuan
bersama, serta telah melakukan jalinan
Sekitar
Wilayah
Adanya tujuan bersama dalam kelompok tersebut dirasa karena adanya hubungan manusia satu dengan yang lain. Hal ini dapat dikatakan, hubungan itu sudah berlangsung cukup lama dan tentu secara tidak langsung akan tercipta ikatan-ikatan sosial yang tinggi. Lebih lanjut, masyarakat dipandang
berguna
informasi
dalam
untuk
menambah
studi
masyarakat
mengenai suku samin khususnya di Dusun Jepang Desa Margomulyo 3. Bagi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Penelitian
ini
dapat
memberikan
gambaran tentang kehidupannya serta diharapkan agar memberi perhatian berupa
makna
beragam. Menurut Nursid Sumaatmadja
Margomulyo Dapat
atau
berkesinambungan dalam waktu yang lama.
diantaranya:
2. Bagi
masyarakat
bantuan
materiil
dan
non
sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai sistem adat-istiadat tertentu secara kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2009: 118). Keterikatan rasa identitas yang terjadi bermula saat manusia itu hidup bersama
di
dalamnya
ada
saling
berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat
melakukan
interaksi
tentu
akan
menyesuaikan dengan aturan yang sudah
materiil.
terlaksana Tinjauan Pustaka A. Masyarakat
dan
berlangsung
dalam
masyarakat itu. Tentu keberlangsungan ini secara berkesinambungan dan telah terjalin
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 131
sejak lama serta hakekatnya akan muncul
berinteraksi
rasa identitas yang sama.
dengan sendirinya akan tercipta sebuah
Dari
pendapat
diatas,
dengan
manusia
lainnya,
dapat
sistem peraturan yang terbangun dari
dijelaskan bahwa masyarakat merupakan
manusia itu seperti nilai maupun norma. Hal
suatu kelompok manusia yang telah hidup
ini dapat diasumsikan bahwa tidak ada
bersama-sama dalam relatif waktu cukup
kelompok manusia yang dapat berlangsung
lama, dan di dalam hidup bersama itu ada
hidup
tujuan
rasa
memungkinkan adanya kehidupan sosial
hubungan
dengan cara membuat suatu perilaku dapat
(interaksi) satu dengan lainnya. Di samping
diprediksikan, dengan kata lain tanpa
itu individu-individu tersebut juga ada
norma
kesadaran diri terhadap posisinya sebagai
kekacauan sosial (Syahrial Syarbaini dan
anggota dari masyarakat, lama kelamaan
Rusdiyanta, 2009: 86).
dikarenakan
terikat
bersama
serta
identitas
oleh
akan terbentuk suatu sikap dan perasaan
tanpa
kita
norma,
akan
sebab
mengalami
norma
suatu
Hal senada juga disampaikan oleh
yang sama serta struktur sosialnya.
Horton dan Hunt (dalam Suratman dkk,
2. Karakteristik Masyarakat
2010: 139) menyatakan konsep masyarakat
Terlepas
dari
keberagaman
adalah:
pengertian masyarakat di atas, tentu akan
a. Kelompok manusia
dapat dilihat berdasarkan karakteristik
b. Sedikit banyak memiliki kebebasan dan
tersendiri. Karakteristik tersebut seperti
bersifat kekal
yang diutarakan oleh Dadang Supardan
c. Menempati suatu kawasan
(2008: 28) bahwa masyarakat:
d. Memiliki kebudayaan
a. Merupakan
manusia
yang
hidup
bersama.
yang bersangkutan.
b. Bercampur untuk waktu yang lama. c. Mereka
e. Memiliki hubungan dalam kelompok
menyadari
akan
kesatuan
Di
dalam
penjelasannya,
karakteristik masyarakat
terletak
pada
maupun perbedaan.
suatu kelompok manusia yang mendiami
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup
kawasan tertentu, dimana anggota manusia
bersama.
saling mengadakan hubungan timbal balik
Konsep karakteristik sekumpulan
ini
menunjukan
masyarakat manusia
yang
bahwa
untuk bertukar pandangan maupun pola
adalah
hidupnya,
nantinya
lambat
laun
akan
menjalin
menghasilkan kebudayaan sendiri. serta
kehidupan bersama dan relatif jangka
berhak memiliki kebebasan sendiri serta
waktunya cukup lama. Di dalam jangka
cenderung bersifat kekal.
waktu tersebut tentu akan terjadi saling
132 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Dari
beberapa
ulasan
tersebut,
temurun, kedua mekanisme pekerjaan yang
secara sederhana karakteristik masyarakat
kenyataannya belum ada dan biasanya
dapat dijabarkan bahwa sekumpulan orang
menggunakan alat secara sederhana, ketiga
maupun manusia yang terbentuk sejak lama
ciri tenaga kerja yang mengarah pada
berdasarkan
dan
perbudakan atau hamba pengolahan tanah.
menempati suatu wilayah tertentu, di
Keempat cara distribusi ekonomi (pasar)
dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan
cenderung dibatasi oleh rintangan pajak,
baik usia, jenis kelamin maupun latar
perampokan,
belakang pendidikan, ekonomi dan sosial. Di
keuangan serta transportasi yang buruk,
dalam
kelima
persamaan
perkembangannya
tujuan,
mengadakan
terbatasnya
hukum
yang
lembaga
berlaku
biasanya
hubungan secara berkesinambungan satu
bersifat khusus dan penerapannya berbeda
sama lain sehingga akan memunculkan
untuk kelompok sosial yang berbeda serta
perasaan identitas dan struktur sosial
keenam motivasi utama untuk memenuhi
berupa norma ataupun nilai tersendiri dan
kebutuhan
sudah barang tentu mempunyai kebudayaan
keuntungan
baik tradisi, sistem kepercayaan maupun
berminat untuk mendapatkan penghasilan
yang lainnya.
yang makin besar (Weber dalam Piotr
2. Bentuk-Bentuk Masyarakat
Sztompka, 2008: 83-84).
a. Masyarakat Tradisional
b. Masyarakat Modern
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat ditandai
bersifat
dengan
tradisional
pola
yang
kehidupannya
sehari-hari, tradasional
menerima serta
tidak
Masyarakat modern, kehidupannya sudah ada pengaruh dari luar sehingga sifat kekeluargaan,
kekerabatan
dan
agama
berkelompok dan sistem kekerabatanya
sedikit mulai memudar serta tradisi dan
yang
mata
adat-istiadat pun sudah mulai berkurang.
pencahariaannya cenderung mengarah pada
Hal ini disebabkan cara berpikir mereka
sektor pertanian. Titi Mumfangati dkk
sudah
(2007: 4) menambahkan segala aspek
perhitungan
kehidupannya erat berhubungan dengan
dengan realita dalam masyarakat (Soerjono
lingkungan dan sifatnya yang agraris tentu
Soekanto, 2010: 139).
masih
erat,
serta
akan tergantung dengan alam sekitarnya. Pada
hakekatnya
karakteristik
rasional,
berdasarkan
eksak
yang
pada
berhubungan
Secara umum Jacobus Ranjabar (2008:
147)
mengemukakan
masyarakat tradisional dapat ditelusuri
masyarakat
menurut
diantaranya
dikarakteristikkan sebagai berikut: pertama
pertama bentuk pemilikan yaitu adanya
orang yang bersikap terbuka terhadap
keterikatan pada status sosial secara turun
penemuan baru, kedua siap menerima
enam
kategori
modern
bahwa dapat
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 133
perubahan-perubahan, ketiga mempunyai
jauh dari hiruk pikuk berbagai aktifitas
kepekaan terhadap masalah yang terjadi
keramaian
disekitarnya dan sadar bahwa masalah itu
pernyataan itu, masyarakat desa dapat
berkaitan
dengan
dilihat
senantiasa
mempunyai
dirinya,
keempat
informasi
yang
lengkap mengenai pendiriannya, kelima
maupun lainnya. Berdasarkan
dari
beberapa
ciri-ciri
yang
diantaranya: a. Warga pedesaan mempunyai hubungan
lebih banyak berorientasi ke masa kini dan
erat dan mendalam.
masa mendatang. Keenam senantiasa harus
b. Sistem
menyadari potensi yang ada pada dirinya
berkelompok berdasar kekeluargaan.
dan yakin potensi itu dapat dikembangkan,
c. Warga
ketujuh berpegang pada perencanaan dan
mengandalkan hidupnya dari pertanian.
tidak pasrah pada nasib. Kedelapan percaya
d. Sistem gotong-royong, pembagian kerja
pada keampuhan ilmu pengetahuan dan
tidak berdasarkan keahlian.
teknologi
meningkatkan
e. Cara bertani sangat tradisional dan
kesejahteraan, kesembilan menyadari dan
tidak efisien karena belum mengenal
menghormati
mekanisasi dalam pertanian.
kehormatan
di
dalam hak, pihak
kewajiban
serta
lain
lebih
dan
f.
kehidupan
biasanya
pedesaan
umumnya
Golongan orang tua dalam masyarakat
menghargai waktu untuk berkarya baik
pedesaan memegang peranan penting
secara individu maupun kolektif.
(Nurani Soyomukti, 2010: 307-308).
Hal tersebut sudah barang tentu
Pada
pengklasifikasian
bahwa pada masyarakat modern lebih pada
bahwa
menggunakan pola pikirnya yang jauh lebih
diantara
modern. Pola berpikirnya orang modern
berdasarkan
merujuk pada kepraktisan dalam menjalani
kekeluargaan ini akan menimbulkan suatu
hidupnya.
dirasa
bentuk pola kerja sama yang biasanya
merupakan pengaruh dari berkembangnya
dilakukan. Hal ini dapat diartikan bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah
adanya sistem gotong royong tersebut bisa
menjadi bagian dari masyarakatnya. Hal ini
saja sebagai akibat dari tidak adanya
akan memberi kejelasan bahwa semakin
keahlian pada pola pembagian kerja, yang
menjadi modern, manusia makin tergantung
secara tidak langsung masyarakat tersebut
kepada teknologi itu (Mukhlis Paeni, 2009:
akan menggunakan sistem keja sama itu
2).
ketika hidup di masyarakat.
c. Masyarakat Pedesaan
d. Masyarakat Perkotaan
Kepraktisan
itu
masyarakat
tersebut
warganya pada
pedesaan cukup
ikatan
erat
yang
kekeluargaan.
Sifat
Bentuk masyarakat ini merupakan
Masyarakat kota merupakan sebuah
masyarakat yang tinggal di sebuah tempat,
masyarakat yang bersifat individulisme
134 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
bahkan dapat dikaitkan dengan masyarakat
sebagainya.
modern. Hal demikian itu akibat dari sikap
masyarakatnya tidak intens dibandingkan
orang kota yang hanya mengurus diri
masyarakat desa, dan ada kecenderungan
sendiri tanpa ada ketergantungan pada
tidak saling mengenal lainnya. Keseringan
individu lainnya. Ciri masyarakat kota
dalam berhubungan lebih berdasarkan pada
seperti
Soerjono
faktor kepentingan. Di dalam kenyataannya,
pertama
ketidakpedulian antar anggota masyarakat
berkurang
dirasakan adanya sikap acuh tak acuh yang
yang
Soekanto
diungkapkan
(2010:
kehidupan
139),
yaitu
keagamaan
Proses
hubungan
dibandingkan dengan kehidupan agama di
sering terlihat di masyarakat perkotaan.
desa, kedua orang kota pada umumnya
e. Gemeinschaft dan Gesellschaft
dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada
orang
lain,
ketiga
Menurut Ferdinand Tonnies (dalam Abu Huraerah dan Purwanto, 2006 : 12)
pembagian kerja diantara warga kota juga
menegaskan
ada
lebih tegas dan punya batas-batas nyata,
masyarakat,
yakni
keempat kemungkinan untuk mendapatkan
gesellschaft.
Masyarakat
pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
adalah
warga kota dari pada warga Desa, kelima
anggotanya terikat oleh hubungan batin
jalan pikiran rasional pada umumnya dianut
yang murni dan bersifat alamiah serta
masyarakat
perkotaan.
bersifat kekal.
kehidupan
yang
Keenam
cepat
di
jalan
dua
pembagian
gemeinschaft
kelompok
dan
gemeinschaft
masyarakat
yang
kota
Pendapat yang sama dikemukakan
mengakibatkan pentingnya faktor waktu,
oleh Kamanto Sunarto (2004: 129) bahwa
dan ketujuh perubahan-perubahan sosial
Gemeinschaft
tampak nyata di kota sebab cenderung
kehidupan bersama yang intim, pribadi dan
mudah menerima pengaruh dari luar.
eksklusif serta suatu keterikatan yang
Sehubungan dengan itu, bila dilihat pada
jumlah
sebagai
dibawa sejak lahir. Geselschaft lebih pada
sering
ikatan-ikatan lahir yang bersifat pokok
bertambah maupun tidak menentu serta
untuk jangka waktu yang pendek, bersifat
bervariasi.
suatu
Pada
penduduknya
digambarkan
kenyataannya
tidak
sikap
dalam serta
pikiran
belaka
stukturnya
bersifat
menentu ini disebabkan oleh semakin
(imaginary)
banyaknya orang yang berurbanisasi di kota
mekanis. Gesellschaft dapat juga mengacu
sehingga akan mempengaruhi kehidupan
pada antar anggotanya yang kurang kuat
sosialnya. Perubahan sosial itu akibat dari
dan lebih bersifat rasional. Hal ini dapat
kebebasan pengaruh dari luar. Pengaruh
diutarakan
tersebut bisa saja mengubah masyarakat
dominan ke arah masyarakat tradisional,
kota menjadi hedonisme, konsumerisme dan
sebab adanya suatu ikatan-ikatan yang
bahwa
gemeinschaft
lebih
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 135
masih kuat diantara anggota-anggotanya.
manusia itu sendirinya. Adanya kebutuhan
Gesellschaft mengarah pada masyarakat
dari masing-masing manusia yang ada di
modern. Pengkategorian pada masyarakat
kelompok itu juga berkaitan erat dengan
modern, dikarenakan dalam kehidupannya
proses awal terbentuknya masyarakat. Pada
ikatan antar anggota agak sedikit longgar
penerapannya proses interaksi itu diyakini
dan dalam bertindak lebih bersifat rasional,
sebagai cikal bakal terwujudnya masyarakat
serta biasanya terbentuk dalam jangka
secara utuh, serta individu atau manusia
waktu pendek.
sebagai pelaku utama dengan berbagai
3. Proses Terbentuknya Masyarakat
aktifitas yang dilakukan. Di sisi lain,
Terbentuknya
masyarakat
tidak
adannya rasa dari diri manusia itu sendiri
lepas dari peran individu maupun manusia
untuk hidup bersama dengan sesamanya
dalam kemampuannya untuk mengadakan
juga memungkinkan terbentuk kelompok
hubungan langsung dengan individu lain.
masyarakat itu sendiri.
Menurut Emanuel Subangun (1994: 148)
B. Interaksi Sosial
bahwa masyarakat itu tidak berdiri sendiri
1. Pola Interaksi Sosial
terlepas atau diatas individu, melainkan
Interaksi
itu
pada
dasarnya
diciptakan sendiri oleh individu. Pendapat
merupakan suatu hubungan timbal balik
yang lain dikemukakan oleh Dewi Wulansari
yang secara sadar untuk mengarahkan
(2009: 46) bahwa terbentuknya masyarakat
tindakan orang lain sebagai reaksi antara
atau komunitas terjadi karena adanya
pihak-pihak
interaksi sosial antara anggota maupun
Booner
kelompok sosial melalui dua hal, pertama
berpendapat bahwa interaksi sosial adalah
pertukaran
pengalaman
tentang
hubungan antara dua atau lebih individu
pengetahuan,
ketrampilan
teknikal,
manusia, dimana kelakuan individu yang
bersangkutan.
(dalam
Menurut
Gerungan,
2009:
H. 62)
organisasi sosial dan mengenai wilayah
satu
mereka
adanya
memperbaiki kelakuan individu yang lain,
kebutuhan yang sama dalam bentuk biologi,
maupun sebaliknya. Adanya interaksi sosial
nilai-nilai, dan tujuan yang diajarkan oleh
bilamana terwujud dalam beberapa syarat,
kebudayaan.
diantaranya: pertama, adanya kontak sosial,
masing-masing,
Pada
kedua
kenyatannya
melalui
mempengaruhi,
kedua
adanya
mengubah,
komunikasi.
atau
Kaitannya
keterjalinan interaksi tersebut, akan terlihat
dengan kedua syarat tersebut, setelah
suatu kegiatan saling bertukar baik pikiran,
kontak sosial maupun komunikasi terjalin,
pengalaman
tentu akan mengalami suatu interaksi sosial.
dan
pengetahuan
antara
anggota masyarakat satu sama lain dan
Interaksi
secara alamiah sebagai naluri dari diri
berulang-ulang yang kemudian membentuk
sosial
tersebut
akan
terjadi
136 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
suatu pola sosial. Pola atau bentuk interaksi itu sering terjadi dalam kehidupan seharihari.
2. Pengaruh
Interaksi
Sosial
Suku
Samin Dengan Masyarakat Sekitar Adanya proses interaksi sosial tidak
Menurut Dwi Narwoko dan Bagong
jauh dari pengaruh yang dibawa individu ke
Suyanto (2004: 57 & 65) bahwa bentuk
suatu kelompok, yang akan mengarah pada
interaksi itu ada dua, yaitu pertama, proses
prasangka
asosiatif
kooperasi,
(Muhammad Hanif dalam Jurnal Agastya, 1
amalgamasi.
(1): 63). Menurut Baron dan Byrne (2004:
Kedua, yaitu proses disosiatif meliputi
215) prasangka yaitu sikap negatif terhadap
kompetisi, konflik maupun kontravensi.
anggota kelompok tertentu berdasarkan
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Alo
keanggotaannya pada kelompok itu. Selain
Liliweri (2005: 129) bahwa proses tersebut
itu, Heider (dalam Bimo Walgito, 2008: 30)
meliputi pada empat bagian, yaitu pertama
membagi dua macam hubungan yaitu
pertukaran sosial. Ini akan menunjukan
hubungan sebagai unit (unit relation) dan
pada sebuah pertukaran tingkah laku yang
hubungan sentiment (sentiment relation).
mencakup
akomodasi,
pada
asimilasi
dan
dilakukan antara anggota manusia lain guna lebih
mengeratkan
dalam
dan
sifat
prakteknya,
stereotip
ke
dua
diantara
hubungan itu akan terlahir di masyarakat
keduanya. Kedua, kerja sama. Kerja sama ini
akibat dari adanya pengaruh yang terbawa
artinya, antar anggota masyarakat bekerja
saat proses interaksi sedang berlangsung.
bersama-sama
pikir
Pada saat orang sedang berinteraksi tentu
maupun tujuan sama, ketiga persaingan,
memberi dampak ke lawan interaksinya.
dan
proses
Dampak yang diinginkan bisa saja akan
untuk
menyatu dalam suatu unit, dengan demikian
disebabkan
keempat
pertentangan
relasi
Di
sosial
konflik satu
pola
yakni
sama
lain
mencapai tujuan yang diharapkan. Pola
akan
terbangun. Halnya dengan sentimen itu tadi,
maupun
jika pada masa berhubungan dengan orang
bentuk yang asosiatif. hal ini disebabkan
lain ada suatu penyimpangan maupun
karena tingkat intensitas ataupun seringnya
perbedaan tentu akan timbul perasaan tidak
anggota masyarakat dalam berinteraksi
senang pada diri seseorang.
terhadap sesamanya. Pola interaksi yang
c. Suku Samin
menyangkut
interaksi pada
terbuka
kesatuan dalam masyarakat akan mudah
hubungan
tertutup, dikatakan bila tingkat keseringan
Samin merupakan kelompok yang
interaksi jarang sekali terjadi dibandingkan
memiliki karakteristik tersendiri. Umumnya
pada pola terbuka itu dan tentu akan
keunikan Samin terletak dipenggunakan
mengarah pada sebuah konflik.
gaya bahasa dalam kehidupan sehariharinya. Bahasa yang digunakan adalah
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 137
bahasa
jawa
ngoko
disertai
dari bulan Pebruari sampai Juni tahun 2012.
perumpaan (Andrik Purwasito dkk, 2003:
Pengambilan data berupa sumber data
59). Keunikan lainnya pada sikap maupun
primer
diperoleh
melalui
tingkah
dengan
informan,
dan
laku
kasar
orang
Samin
yang
wawancara
sumber
data
mengedepankan pada sifat kejujuran dan
sekunder diperoleh dari dokumen Desa
melarang untuk berbuat bohong, mencuri,
Margomulyo, dokumen sejarah Samin dan
dan berzina. Hal ini wajar jika orang Samin
bahan kepustakaan maupun jurnal ilmiah.
memiliki sifat yang puritan (Marwati dan Notosusanto, 1990: 328). Keberadaan
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan teknik observasi pasif yakni peneliti
suku
dirasa
ketika pengamatan tidak seluruhnya ikut
sudah mengalami perubahan seiring dengan
dalam kegiatan pada obyek penelitian,
perkembangan zaman yang begitu pesat.
wawacara dengan beberapa informan yakni
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh
Kepala desa, Sekretaris desa, Kepala dusun,
Soerjanto Sastroamodjo (2003: 31) bahwa
orang samin baik generasi tua maupun
kemurnian
sekarang, dan tokoh masyarakat. Dokumen
ajaran
Samin
kesaminan
mungkin
hanya bisa bertahan hingga setengah atau
yang
paling
Margomulyo,
banter
satu
abad.
Adanya
digunakan
yaitu
foto
arsip
maupun
desa catatan
kemampuan untuk berhubungan dengan
kesejarahan samin. Validasi data diperoleh
dunia
untuk
melalui trianggulasi sumber dan teknik.
mempertahankan keberlangsungan hidup.
Teknik trianggulasi sumber menekankan
Keberadaan
proses pengecekan data dari berbagai
luar
juga Samin
semata-mata yang
cenderung
bertempat tinggal memisah dengan dunia
sumber
dengan
membandingkan
dari
luar dan biasanya mendiami wilayah yang
sumber satu dan lain namun dalam pokok
dapat dikatakan pelosok, tentu tidak akan
permasalahan sama.
bisa bertahan hanya mengandalkan pola kelompok itu, sehingga akan mengadakan hubungan langsung secara intensif dengan masyarakat
luar
demi
kelangsungan
hidupnya. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Jepang
Desa
Margomulyo
Margomulyo Kabupaten
Kecamatan Bojonegoro.
Penelitian berlangsung selama lima bulan
Bagan 3.1: Trianggulasi Sumber (dalam H.B. Sutopo, 2006: 94) Trianggulasi teknik menggunakan berbagai metode untuk mengecek data kepada
sumber
yang
sama
berupa
wawancara terhadap informan baik Kepala
138 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun, dan
dipakai sebagai pelarian pengikut Samin
orang Samin. lalu dicek dengan metode
Surosentiko karena masa itu keturunan
observasi dan dokumentasi.
orang
Sumber data
observasi
historis, Samin itu berasal dari seorang dari
disebut
Surondiko
panggilan
Huberman.
peneliti
Desa
Ploso
Kediren
Randublatug. Samin Surosentiko atau
analisis data model interaktif Miles dan menitikberatkan
pusat
Sukijan, 25 Pebruari 2012). Secara
berasal
Analisis data yang digunakan adalah analisis
menjadi
yang bernama Surosentiko Samin yang
Bagan 3.2: Trianggulasi Teknik (dalam H.B. Sutopo, 2006: 96)
Model
terus
perhatian bangsa Belanda (wawancara
dokumentasi wawancara
data
Samin
kecil
memiliki
nama
Raden
Kohar
ini
lebih
(wawancara Hardjo Kardi, 25 Pebruari
untuk
tetap
2012).
bergerak di antara tiga komponen itu yaitu reduksi data, sajian data, verifikasi data.
Mbah
Surondiko
memegang
putusan empat yaitu kanjeng jawa, tinggi
jawa,
maksudnya
tunggu adil
rakyat dan
yang
makmur
berdasarkan pancasila. tingkah laku yang diajarkan oleh mbah Surondiko jangan sampai melakukan drengki, srei, dahwen, kemeren dan semena-mena kepada manusia. Namun belum sampai Bagan 3 : Model analisis interaktif Miles dan Huberman (dalam H.B. Sutopo, 2006: 120) Hasil Penelitian
selesai membahas masalah persatuan dalam
Samin di wilayah Margomulyo dapat dikatakan bukan asli penduduk Dusun tersebut melainkan pindahan dari Grobogan (wawancara, Iswanto, 29 mei 2012). Ada yang mengatakan bahwa keberadaan Samin di Dusun sebagai akibat dari wilayah persebaran yang
Belanda,
mbah
Surondiko tertangkap belanda tepatnya tahun 1907.
A. Sejarah Singkat Asal Usul Masyarakat Samin Di Dusun Jepang
melawan
Sebenarnya yang
dilakukan
sifat Samin
perlawanan itu
sendiri
diibaratkan dom sumuruping banyu, yaitu untuk melawan belanda tidak menggunakan senjata karena Surondiko sendiri tidak mau membunuh dan biasanya disebut perang sirep, artinya tidak kelihatan melawan belanda tapi sebenarnya mereka tetap melakukan
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 139
perlawanan secara halus dan sembunyi-
yaitu pangganda, pangrasa, pangrungon,
sembunyi (wawancara Hardjo Kardi, 25
pangawas. Menurut penuturan Hardjo
Pebruari 2012). Menurut penuturan
Kardi (wawancara 25 Pebruari 2012),
Hardjo Kardi, nama Samin berarti
bahwa setelah Indonesia telah merdeka,
podho-podho,
pengikutnya
sami-sami
ngamini
sudah
mulai
berubah,
maksudnya bersama-sama pengikutnya
artinya sekarang dipimpin oleh bangsa
untuk
belanda.
sendiri sehingga komunitas Samin di
Perjuangan mbah surondiko diteruskan
Jepang sudah mengikuti aturan yang
menantunya bernama Surokidin yang
diberikan pemerintah lainnya.
melawan
penjajah
dalam perjuangannya tetap tidak mau membayar
pajak
kepada
belanda
dibantu oleh anak angkatnya yakni Surokarto Kamidin. Surokarto
B. Keberadaan Masyarakat Samin dari tahun 1990 Sampai 2012 Keberadaan masyarakat Samin di Dusun Jepang dalam kurun waktu itu
ini
diyakini sudah mengalami masa transisi
diperintahkan untuk tetap memberi
dari tradisional menuju modernisasi.
kabar anak cucunya agar ajaran dari
Pada dasarnya mereka telah melepaskan
mbah Surondiko tetap dijalankan. Dari
atribut kesaminannya meskipun hanya
Surokarto Kamidin ini penyebarannya
beberapa
saja
sampai
terhadap
identitas
ke
Kamidin
wilayah
Dusun
Jepang
yang
masih
kental
Saminisme
itu,
bersama anak lelakinya bernama Hardjo
misalnya budaya yang masih berbeda
Kardi. Di Dusun ini mereka tetap
dengan masyarakat yaitu ketika orang
menjalankan apa yang diperintahkan
Samin mempunyai hajat, mereka tidak
dari sesepuhnya sehingga pengikutnya
mau menerima sumbangan berupa uang
semakin banyak.
melainkan harus barang pokok seperti
Sampai
pada
suatu
waktu
Surokarto Kamidin wafat sekitar tahun 1986 (keterangan Hardjo Kardi), dan
beras atau yang lainnya (keterangan Nuryanto, 28 Mei 2012). Ini
mengindikasikan
kepemimpinan dipimpin oleh Hardjo
tersebut
Kardi yang saat ini masih ada di Dusun
mengalami
perubahan
Jepang. Seiring berjalannya waktu, ilmu
signifikan,
artinya
pengetahuan Hardjo
semakin
manusia modernisasi serta kemauan
bertambah, serta dalam menjalani hidup
membaur dengan masyarakat sudah
beliau mempunyai empat pedoman
terjadi. Pada tahun 1990-an masyarakat
yaitu merah, hitam, kuning, putih,
Samin bisa disebut sebagai masa transisi
kemudian dipecah menjadi delapan
menuju pada masyarakat yang lebih
kardi
orang
Samin
fase
telah yang
proses
jauh cukup
menjadi
140 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
maju. pada tahun tersebut kehidupannya
benih tanaman, mck dan sekarang sudah
sudah sama dengan masyarakat umum
ada balai
sebab ada kemauan untuk membaur
tempat pertemuan antara Samin dan
dengan masyarakat lainnya. Sebenarnya
masyarakat lain.
budaya
berfungsi
sebagai
pada awal 1990-an jumlah orang Samin
Untuk menunjang akses masuk
yang masih memegang teguh ajarannya
ke tempat tinggal Samin, pemerintah
cenderung banyak. Hal ini disebabkan
memberi bantuan berupa aspal jalan
ajaran yang diterapkan masih terjaga
(1996/1997), mesin diesel termasuk
keasliannya, dan hal itu dipengaruhi
selep (1996/1997) serta listrik pada
letak tempat tinggalnya masih pelosok
tahun 1998. perubahan warga Samin
dan
harus
untuk membaur dengan masyarakat
bersusah payah karena jalannya masih
didasari karena banyak kunjungan dari
belum di sepenuhnya aspal (Observasi
kalangan
14 Pebruari 2012),
daerah maupun luar negeri, pejabat, dan
untuk
menuju
kesana
Saat sekarang orang Samin yang
intelektual
dari
berbagai
dari kraton Jogjakarta, sehingga secara
kental dengan ajaran Samin berkisar 34
tidak
kepala keluarga (wawancara Iswanto, 29
dengan masyarakat lain. SDM Samin
Mei 2012), diantaranya seperti Hardjo
cenderung lebih berkembang terutama
kardi (kepala suku), Lastro, Darmo,
keturunan Samin saat ini, hal ini juga
Kasmo, Sarimah, Sampan, dan Samidi
didukung karena secara SDM mereka
(keterangan Sukijan, 24 Pebruari 2012).
sudah bersekolah bahkan sampai tingkat
Secara ekonomi keturunan Samin sangat
SMA, ada yang menjadi pegawai negeri
mapan, sebab selain bercocok tanam
dan
mereka juga memelihara ternak seperti
mengubah pola pikir dalam berhubungan
sapi di rumahnya. Kehidupan orang
dengan masyarakat. Namun demikian
Samin telah mendapat perhatian dari
keturunan Samin yang tua tetap dapat
pemerintah
program
dikatakan berpola pikir maju tetapi
pembangunan daerah terpencil yang
kekentalan ajaran Samin masih sangat
memprioritaskan pada warga Samin.
kentara.
terutama
langsung
polisi.
Hal
muncul
ini
keterbukaan
diyakini
akan
Kurun waktu 1990 sampai 2012, ada berbagai otomatis
bantuan
bersifat
membantu
meteriil, perbaikan
Pembahasan Keberadaan
Suku
Samin
dalam
kehidupan di Dusun itu dan khususnya
perkembangannya di Dusun Jepang sejauh
warga Samin. Bantuan itu dalam bentuk
ini memang menjadi salah satu hal yang
hibah ternak, kandang, pupuk, benih-
perlu dicermati, dimana masalah tansisi dari
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 141
gaya hidup tradisional menjadi modernisasi,
terkadang rumahnya sudah berkeramik
sehingga
serta
mampu
menerima
untuk
perkakasnya
telah
banyak
yang
membuka diri dengan masyarakat lain.
modern, ketiga dari segi bercocok tanam
hakekatnya
sudah
dalam
berinteraksi,
tidak
tersentuh
oleh
modernisasi
langsung secara menyeluruh, apalagi ada
dibuktikan telah mengenal cocok tanam
kesan mereka sedikit
dengan sistem Agrobisnis.
takut bilamana
keaslian tradisi mereka terpengaruh oleh
Proses
interaksi
dilakukan
di
masyarakat lainnya yang saat itu telah
berbagai tempat dan kegiatan baik kegiatan
menjadi
lingkungan warga seperti gotong royong,
Namun
antek-antek mereka
bangsa
Belanda.
perlahan-lahan
telah
Arisan warga, Musyawarah Desa dan dalam
bersedia ketika ada orang yang bukan
bidang pertanian seperti bercocok tanam di
warga Samin untuk membaur dan kesan
ladang maupun menanam padi di sawah.
ketakutan sebelumnya dirasakan, sedikit
adapun
mulai melunak. Proses interaksi menjadi
Interaksi Suku Samin Dengan Masyarakat
terbuka mulai berkisar tahun 1990-an
Sekitar diantaranya:
dimana Suku Samin mampu beradaptasi
a. Adanya Tuntutan Zaman
Faktor
Yang
Mempengaruhi
dengan segala perubahan yang ada. Pada
Adanya perubahan zaman tentu
tahun 2000-an sampai sekarang dapat
dirasa kelompok minoritas seperti suku
dikatakan
zaman
Samin itu sendiri juga tetap ingin eksis
modern, bisa dikatakan Suku Samin telah
sepanjang zaman, artinya kemauan dalam
sama dengan masyarakat biasa, dalam
membaur
artian bentuk interaksinya sudah tidak
keinginan untuk bertahan hidup dalam
canggung lagi seperti tatkala pada masa
masyarakat seiring dengan perkembangan
tahun 1990-an.
zaman dari waktu ke waktu.
sudah
berada
pada
Ada hal lain bisa dikatakan, Samin
dengan
b. Sumber
telah modern seperti pertama, Tingkat
Keturunan
perekonomian
Meningkat
diatas
rata-rata.
ini
masyarakat
Daya Samin
didasari
Manusia
Anak
Setiap
Tahun
dibuktikan kebanyakan orang-orang Samin
pengaruh SDM keturunan Samin
dipandang dari segi ekonomi cukup mapan,
akan mengakibatkan kemampuan warga
Kedua, rumah tempat tinggal masyarakat
Samin
Samin sudah dikatakan layak huni. artinya
masyarakat lainnya. ini disebabkan masa
sebelumnya rumah orang Samin dindingnya
sekarang keturunan Samin sudah banyak
hanya beralaskan pelepah kayu jati dan
mengenyam bidang pendidikan baik dari SD
seadanya, namun sekarang banyak yang
maupun sampai SMA.
dibuat rumah berdinding tembok, dan
ketika
berinteraksi
dengan
142 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
c. Keberadaan Ketokohan Hardjo Kardi (Pemangku Adat Samin) Keberadaan
Ketiga, sinoman (pladen) saat ada masyarakat yang punya hajat. Hal ini
Hardjo
Kardi
yang
khusunya
keturunan
orang
Samin
kharismatik dan Pola pikir Hardjo Kardi
generasi muda yang sering terlibat
bila dibandingkan dengan sesepuh lainnya,
dalam hal membantu sinoman ini,
telah jauh lebih modern. ini dapat diartikan
namun Samin sepuh juga membantu
dengan kepemimpinan Hardjo Kardi yang
sebatas memberi komando dalam acara
mau bergaul dengan masyarakat secara
tersebut (keterangan Iswanto, 29 Mei
otomatis akan dianut oleh pengikutnya
2012).
sehingga mempermudah untuk bergaul dengan warga sekitar.
b) Akomodasi Bentuk
interaksi
ini
berupa
Dari pengantar tersebut dikatakan
adanya sebuah rasa toleransi misalnya
proses interaksi yang sering dilakukan
berkaitan dengan upacara keagamaan.
hanya beberapa saja yakni berupa bentuk
Sebenarnya warga Samin secara tradisi
asosiatif
memiliki
dan
disosiatif,
dan
adapun
cara
tersendiri
dalam
penjabarannya sebagai berikut:
peribadatan dan tidak terlihat oleh
1. Proses Asosiatif
masyarakat awam. Namun ketika ada
a) Kerja Sama
acara keagamaan secara umum mampu
Di dalam bentuk interaksi ini baik suku Samin dengan
menghormati dan terkadang tidak ada
masyarakat
pengusikan terhadap pelaksanaan acara
pada umumnya sering melakukan kerja
itu. Di samping itu perbedaan pendapat
sama dalam hal gotong royong antar
ketika dalam musyawarah warga Samin
anggota
sering menerima hasil keputusan rapat
masyarakatnya,
gotong-royong
misalnya membantu
pembangunan rumah warga
dengan
tersebut.
Di
samping
itu
juga
menjalankan bentuk akomodasi besifat
sistem sambatan. Selain itu kerja bakti
compromise
untuk membantu perbaikan sarana dan
ketika menghadapi suatu permasalahan
prasarana lingkungan seperti, pertama
jalan ini sering mereka tempuh. ini
pembangunan akses jalan di Dusun
dibuktikan ketika ada kesalahpahaman
Jepang
dengan
yang
seperti sengketa pengukuran tanah yang
didapat
dari
bantuan
pemerintah.
terkadang dari pihak orang Samin selalu
Kedua,
kerja
sama
pengaspalan
dimana
hal
kukuh pada pendapatnya serta lahan itu
yang
tidak mau disertifikatkan, dan kemudian
nantinya tempat ini akan dijadikan
diajak musyawarah selanjutnya mereka
sebagai pusat informasi Suku Samin.
akhirnya mau menerima putusan itu.
membangun
Balai
dalam
(persetujuan)
Budaya
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 143
2. Bentuk Disosiatif
Samin maupun masyarakat sekitar. Dampak
Pada dasarnya bentuk disosiatif dilatarbelakangi
tersebut bisa saja mengarah pada hal yang
perbedaan-perbedaan
positif maupun pengaruh negatif. Adapun
pendapat. Konflik yang sering terlihat
pengaruh itu dapat dijelaskan sebagai
adalah
berikut.
saat
adanya
berbagai
bantuan
seperti ternak, pupuk yang diprioritaskan
1. Pengaruh Interaksi Bersifat Positif
pada
a) Bagi Masyarakat Samin
masyarakat
Samin.
Seyogyanya
bantuan yang diajukan dari Pemerintah itu
pengaruh konkret pada orang
seharusnya juga mencakup ke seluruh
Samin setelah berinteraksi, tentu akan
lingkungan Dusun Jepang. Misalnya saja ada
ada sebuah perubahan pola tingkah
bantuan sapi sebanyak 300 ekor untuk
laku yang terjadi dalam kehidupan
lingkungan Samin namun bagi orang Samin
masyarakat Samin itu sendiri yang
yang berhak memelihara adalah orang
terwujud dalam beberapa hal sebagai
Samin.
perangkat
berikut: Pertama, masa dahulu sebelum
pemerintahan, seharusnya bantuan sapi
membaur dengan masyarakat, pakaian
tersebut lebih baik diberikan ke warga
orang
Dusun itu yang belum mempunyai sapi
tersendiri yakni memakai kaos oblong,
sebab bantuan ini bersifat bersama, karena
celana
di Dusun Jepang terkenal dari adanya orang
memakai iket kepala, akan tetapi pada
Samin, maka mereka mengklaim bantuan
masa sekarang baik itu Samin sepuh
tersebut lebih baik untuk Samin saja
maupun
(keterangan Sukijan, 25 Pebruari 2012).
mengalami perubahan sehingga mau
Namun
menurut
Melihat kenyataan itu tentu akan terjadi
kecemburuan
sosial
antara
Samin
memiliki
sebatas
lutut
generasi
memakai
pakaian
ciri
khas
dan
selalu
muda yang
telah
ada
pada
masyarakat saat sekarang. Perlu dicatat
masyarakat terhadap orang Samin sebab
bahwa
orang Samin selalu bersikukuh dalam
dipakai
berpendapat, tentu hal ini mengakibatkan
masyarakat Samin saja, itu pun oleh
ada rasa ketidaksukaan terhadap orang-
Samin sepuh.
orang Samin dan secara psikologi akan
tradisi hanya
pakaian
tradisonal
dalam
kegiatan
Kedua adanya pendatang juga
sedikit terjadi konflik meskipun tidak
mempengaruhi
sampai mengubah tatanan bermasyarakat.
tingkah laku orang Samin, tentu akan
Adanya
interaksi
antar
sesama
perubahan
kehidupannya perilaku
dan
terhadap
manusia baik itu pada masyarakatnya,
penggunaan
teknologi
individu ataupun antar kelompok secara
handphone,
otomatis akan berdampak pada antar warga
sehingga kebanyakan orang Samin
televisi
dan
berupa lainnya
144 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
masa sekarang telah mau menerima
dikembangkan oleh Samin itu sendiri.
budaya
penggunakan
Hal lain tentu dengan karakter orang
handphone sebagai media komunikasi
samin yang giat dalam pekerjaan akan
maupun
media
menjadi acuan bagi masyarakat dalam
hal
hal ketika melakukan pekerjaan apapun
Samin
baik ketika bercocok tanam di sawah
seperti televisi
informasi.
sebagai
Ketiga,
dalam
perkawinan.
Orang
kecenderungan
memiliki
konsep
maupun
berbeda ketika melaksanakan sebuah
lainnya.
di
ladang
maupun
pernikahan. Dulu hal ini dibuktikan
2. Pengaruh Bersifat Negatif
tatkala orang samin mau menikah,
a) Bagi Masyarakat Samin
mereka mempunyai ciri khas tersendiri
Dalam
bentuk
yang
ini
akan
yang tidak mau mengikuti aturan
melunturkan tradisi maupun kekhasan
pemerintah seperti tidak mencatatkan
yang
secara formal di KUA. Namun setelah
Melunturnya tradisi itu sekarang bisa
mereka membaur dengan masyarakat
dilihat
tentu akan mempengaruhi tingkah
pakaian khas Samin baik dari generasi
lakunya
tua
ini
dibuktikan
kemauan
sering
terjada
pada
maupun
dengan
peninggalan muda
baik.
budaya
telah
mereka
mereka mengikuti aturan pemerintah
tinggalkan. Melihat kenyataan tersebut
dengan mencatatkan diri pada lembaga
tradisi yang mereka jaga selama ini
pernikahan yaitu di Kantor Urusan
sekarang sudah jarang terlihat namun
Agama (KUA).
hanya
b) Bagi Masyarakat Sekitar
generasi
tua
yang
sering
memakai ciri khas itu hanya pada
Pengauh interaksi tentu juga
acara-acara tertentu. Selain itu prinsip
berdampak
masyarakat
kejujuran cenderung sedikit berkurang
misalnya akan mengetahui karakter
sebab dalam berinteraksi mereka juga
orang
memiliki
mengadakan
sehingga
sector
akan
Samin
kemandirian
bagi dengan
yang
teguh
kerjasama
ekonomi
dalam
tentu
hal
mereka
dengan paham akan karakter mereka
mengadakan jual beli dan sudah barang
secara langsung akan diikuti oleh
tentu akan mencari untung dengan
masyarakat.
tujuan untuk pemenuhan kebutuhan
Selain
itu
akan
terpengaruh oleh sifat kejujuran orang Samin, dalam artian orang Samin yang
hidup. b) Bagi Masyarakat Sekitar
cenderung memilki kejujuran dan ulet
Dengan
semakin
seringnya
tentu mereka secara otomatis akan
bergaul
sedikit
tentu juga akan membawa pengaruh
mengikuti
pola
yang
dengan masyarakat
Samin
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 145
negatif walaupun sangat sedikit. Hal ini
kecemburuan sosial, khususnya bantuan
dapat terlihat ketika terbawa pengaruh
dari
oleh cara bicaranya orang Samin yang
kepentingan
terkadang menggunakan bahasa ngoko
menguntungkan salah satu pihak sehingga
kasar sehingga sering diikuti oleh yang
terjadi muncul konflik antar individu.
Pemerintah,
lain. Disamping itu ada sedikit rasa
seyogyanya
untuk
bersama
Interaksi
namun
tersebut
juga
ada
ketidaksukaan bila sering diolok-olokan
pengaruh baik bersifat positif maupun
misalnya ketika ada tingkah laku yang
negatif. Sifat positif bagi orang Samin
tidak
pas
langsung
dibuat
bahan
seperti
tertawaan
sehingga
akan
sedikit
berkembang
memiliki
rasa
malu.
pikir,
gaya
sebab
hidup
mau
akan
menerima
ini
pandangan dari luar, sedangkan masyarakat
mengindikasikan bahwa secara umum
akan terpengaruh sifat kejujuran atau
bahwa
kekhasan lainnya dari karakter orang
kehidupan
Hal
pola
sudah
seperti
masyarakat
artinya
dampak
layaknya
sekarang
negatif
ini
ini, tidak
Samin. Pengaruh negatif bagi Samin dengan mengikuti
pergaulan
masyarakat
luas,
mempengaruhi kesemua hidup setiap
mereka juga akan sedikit terpengaruh dan
individu dalam masyarakat sekitar.
akan mengikuti perkembangan yang ada, sehingga tradisi mereka akan luntur dengan
Simpulan Dan Saran
pola perubahan baru dan sedikit mulai meninggalkannya. Bagi masyarakat biasa,
A. Simpulan
ada
Pada dasarnya bentuk interaksi
prasangka
orang Samin.
masyarakat sekitarnya berupa asosiatif
B. Saran
maupun bentuk disosiatif. Bentuk asosiatif
1. Bagi
hal gotong royong seperti membuat akses jalan
dari
aspal,
warga
dan
Pemerintah
Kabupaten
Bojonegoro Dengan keberadaan Suku Samin
gawe
diharapkan pemerintah pusat mampu
(sambatan) membuat rumah. Di samping itu
memberi perhatian penuh terhadap
adanya
keberlangsungan hidupnya. Perhatian
akomodasi
punya
mereka
berhati-hati dalam berkomunikasi dengan
yang terjadi antara suku Samin dengan
ini bersifat positif berupa kerja sama dalam
terhadap
dalam
menetralisir
perselisihan dari perbedaan pendapat dan
tersebut
ketika ada kesalahpahaman mereka mau
program-program
diajak
membuat
mengarah pada pemberdayaan Sumber
perjanjian untuk kepentingan bersama.
Daya Manusia baik materiil maupun non
Pada
materiil,
musyawarah bentuk
dan
disasoatif
muncul
dapat
diberikan pemerintah
sehingga
melalui yang
kesejahteraan
146 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
khususnya
masyarakat
Samin
akan
terpenuhi. 2. Bagi
samin dapat memperoleh informasi
Dinas
Pariwisata
dan
Kebudayaan juga memberi perhatian sepenuhnya bagi masyarakat Samin, sebab Samin adalah kaum minoritas yang jarang sekali ditemui dan tentu akan menjadi kebanggaan
tersendiri
karena
merupakan bentuk dari kearifan lokal di wilayah Bojonegoro yang perlu ada pelestariannya.
Disamping
itu
diharapkan pula bagi dinas pariwisata untuk
mengembangkan
keunikan
budaya
tersendiri
ada
yang
di
masyarakat Samin dan juga perlu ada tindakan untuk dipromosikan maupun diperkenalkan
ke
masyarakat
luas,
sehingga nantinya akan menjadi sebuah icon pariwisata khususnya di daerah Bojonegoro. 3. Dinas Kesehatan Setempat Keterkaitan
dengan
dinas
kesehatan ada, hal ini dimaksudkan agar yang
terkait
memberikan
penyuluhan-penyuluhan dalam hal pola hidup sehat ataupun yang lain. Hal ini diperlukan
sebab
kecenderungan
masyarakat samin jauh dari hiruk-pikuk lingkungan secara luas, bisa dikatakan mereka tinggal dipemukiman terisolir (pedalaman)
yang nantinya akan bermanfaat saat keberlangsungan hidup mereka.
Diharapkan dinas yang terkait
dinas
penyuluhan agar masyarakat khususnya
yang
cenderung
kehidupannya tidak teratur, sehingga adanya peran dinas terkait dalam
Daftar Pustaka Abdulsyani. 2012. Sosiologi: Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Abraham Nurcahyo dan Yudi Hartono. 2008. Pengantar Antropologi. Magetan: Lembaga Edukasi Swastika. Abraham Nurcahyo, dkk. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Magetan: LESwastika Press. Abu Ahmadi. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Abu Huraerah dan Purwanto. 2006. Dinamika Kelompok: Konsep dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama. Alo Liliweri. 2009. Prasangka Dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur. Yogyakarta: Lkis. Amri Marzali. 2007. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana. Andrik Purwasito. 2003. Agama Tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger. Yogyakarta: Lkis. Arni Muhammad. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Bambang Rudito dan Melia Famiola. 2008. Social Maping Metode Pemetaan Sosial: Teknik memahami suatu masyarakat atau komuniti. Bandung: Rekayasa Sains. Baron dan Byrne. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bimo Walgito. 2008. Psikologi Kelompok. Yogyakarta: C.V. Andi Offset. Burhan Bungin. 2009. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana. Dadang Supardan. 2008. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara. Dany dan Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
I N T E R A K S I S O S I A L S U K U S A M I N D E N G A N ………| 147
Dewi Wulansari. 2009. Sosiologi: Konsep Dan Teori. Bandung: PT Refika Aditama. Dja`Man Satori dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (Eds.). 2010. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana. Elly M. Setiadi, dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Emmanuel Subangun. 1994. Dari Saminisme ke Posmodernisme. Yogyakarta: CRI Alocita Gerungan. 2009. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hartono dan Arnicun Aziz. 1999. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: PT Bumi aksara. Hassan Shadily. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Herimanto dan Winarno. 2011. IImu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Husaini Usman dan Purnomo Setiady. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jacobus Ranjabar. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta. Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Khairudin. 2000. Pembangunan Masyarakat Tinjauan Aspek Sosiologi, Ekonomi, dan Sosial. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi Edisi revisi 2009. Jakarta: Rineka Cipta. Lauer, Robert H. Tanpa Tahun. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Terjemahan oleh Alimandan S.U. 2003. Jakarta: PT Rineka Cipta. Leo Suryadinata, dkk. 2003. Penduduk Indonesia Etnis dan Agama dalam Era
Perubahan Politik. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia. Lexi J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Marwati Djoned dan Notosusanto. 1990. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta: Balai Pustaka. Muhammad Hanif. 2011. Peranan Wanita Desa Soco Bendo Magetan Dalam Mengatasi Dampak Psikologi Sosial Pasca Madiun Affair 1948 (Studi Sejarah Sosial). Agastya. No.1 Tahun I Januari 2011: 61-79. Muhammad Teguh. 1999. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Mukhlis PaEni. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Munandar Soelaeman. 2011. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Nasikun. 2007. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo. Nurani Soyomukti. 2010. Pengantar Sosiologi Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju Analisis MasalahMasalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajian Strategis. Yogyakarta: AR-Ruzz Media. Nursid Sumaatmadja. 2010. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya, dan Lingkungan Hidup. Bandung: Cv. Alfabeta. Patton, Michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Purwantini, dkk. 2000. Tradisi Lisan Suku Samin di Daerah Pedalaman Kabupaten Bojonegoro. dalam Laporan DIP Universitas Airlangga: Fakultas Sastra Universitas Airlangga. Soerjanto Sastroatmodjo. 2003. Masyarakat Samin: Siapakah Mereka?. Yogyakarta: Narasi. Soerjono Soekanto. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali: PT Raja Grafindo Persada. Sri Wiryanti dan Kisyani. 2010. Situasi Ragam Wicara Komunitas Adat Samin: Kajian Etnopragmatik. dalam Laporan
148 | JURNAL AGASTYA VOL 03 NO 01 JANUARI 2013
Penelitian Kerjasama Antar Perguruan Tinggi (HibahPekerti): Universitas Airlangga. Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Supardi. 2011. Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak. Suratman, dkk. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Malang: Intimedia. Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada. Tanpa Nama. 2012. Data Monografi Desa/Kelurahan Margomulyo: Bojonegoro Titi Mumfangati, dkk. 2007. Kearifan Lokal Di Lingkungan Masyarakat Samin Kabupaten Blora Jawa Tengah: Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Blora. Tri Widiarto, dkk. 2000. Dasar-dasar Sosiologi I. Salatiga: Jurusan Sejarah FKIP Universitas Kristen satya wacana. Ulber Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Vitalis, DS. 2010. Pengaruh Pendidikan Seksual Terhadap Pengembangan Sikap Berkomunikasi Bagi Siswa Sekolah Menengah. Jurnal Pendidikan. No. I Tahun XVI Juni 2010: 72-91. Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo. Yudi Hartono. 2011. Pembelajaran yang Multikultural untuk Membangun Karakter Bangsa. Agastya. No. 01 Tahun I Januari 2011: 27-43.