JURNAL RAP UNP, VOL. 8, NO. 1, MEI 2017, HAL. 113

Download Pedofilia adalah orang dewasa yang mendapatkan kepuasan seksual melalui kontak fisik atau seksual dengan anak-anak. Pedofilia bisa heterose...

0 downloads 438 Views 56KB Size
DINAMIKA PSIKOLOGIS ANAK KORBAN PEDOPHILIA HOMOSEKSUAL (SEBUAH STUDI FENOMENOLOGIS) Yuninda Tria Ningsih, Duryati, Vanisa Afriona, Thesa Dwi djasfar Universitas Negeri Padang e-mail: [email protected]

Abstract: The psychological dynamics child victims of pedophile homosexual (a phenomenological study). This study aims to look at the psychological dynamics child victims of pedophile homosexual. The method used in this research is qualitative with phenomenological approach. The population in this study were all child victims of pedophile homosexual who was in Tanah flat. While the subject of research in selected using purposive sampling technique with the following criteria: Children aged 5-17 years, and Minanges. Data collected by indepth interview, observation and documentation. The results show that the psychological state of the subject of homosexual pedophilia victims include irrational cognitive, affective negative and negative behavior that makes the subject into the trauma.

Keywords: The psychological dynamics, the victim, homosexual pedophilia.

Abstrak: Dinamika psikologis anak korban pedophilia homoseksual (sebuah studi fenomenologis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat dinamika psikologis anak korban pedophilia homoseksual. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Populasi pada penelitian ini adalah semua anak

korban pedophilia homoseksual yang berada di kabupaten Tanah Datar. Sedangkan subyek penelitian di pilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: Anak berumur 5-17 tahun, dan Suku minang. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview, observasi, dan dokumentasi. Hasil menunjukkan bahwa keadaan psikologis subyek korban pedophilia homoseksual ini meliputi kognitif yang irasional, afektif yang negatif dan perilaku yang negatif yang membuat subyek menjadi trauma.

Kata kunci: Dinamika psikoogis, korban, pedophilia homoseksual.

PENDAHULUAN Anak merupakan salah satu anggota

secara fisik maupun dalam pemenuhan hak

masyarakat yang tergolong lemah baik

mereka. 113

Oleh

karena

itu

anak

harus

114

Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 113-122

dilindungi dan dipelihara dengan baik.

catatan komnas anak tahun 2013, 44,43%

Karena anak merupakan generasi penerus

dari kasus yang terjadi merupakan kasus

dan harapan bangsa di masa depan, sesuai

kekerasan seksual sedangkan pada tahun

dengan undang-undang No 23 Tahun 2003

2014,

tentang Perlindungan Anak yang secara

merupakan kasus kekerasan seksual (dalam

tegas

adalah

Harahap, 2014). Tindak kekerasan seksual

generasi penerus bangsa yang harus dijamin

tersebut dilakukan oleh orang-orang yang

perlindungannya

dikenal anak seperti keluarga, tetangga

dinyatakan

bahwa

dari

anak

segala

bentuk

kekerasan dan diskriminasi.

60%

dari

kasus

yang

terjadi

ataupun oleh orang-orang yang tidak dikenal

Pada kenyataannya masih banyak

si anak yang dilakukan oleh laki-laki

anak yang tereksploitasi dan menjadi korban

dewasa. Korbannya pun anak dengan jenis

dari tindakan kekerasan. Menurut UU No 35

kelamin perempuan dan laki-laki atau yang

tahun 2014 tentang perlindungan anak

disebut dengan pedofilia.

menyebutkan bahwa kekerasan adalah setiap

Pedofilia adalah orang dewasa yang

perbuatan terhadap anak yang berakibat

mendapatkan kepuasan seksual melalui

timbulnya kesengsaraan atau penderitaan

kontak fisik atau seksual dengan anak-anak.

secara

Pedofilia

fisik,

penelantaran,

psikis,

dan/atau

heteroseksual

atau

homoseksual (Davidson, 2006). Menurut

atau

Sadarjoen (2005) pedofilia adalah cinta

perampasan kemerdekaan secara melawan

kepada anak-anak, yang mana keintiman

hukum. Kasus kekerasan terhadap anak di

seksual dicapai melalui manipulasi alat

Indonesia

genital

perbuatan,

dari

tahun

ancaman

bisa

untuk

melakukan

termasuk

seksual,

pemaksaan

ke

tahun

terus

anak-anak

atau

oleh

anak,

meningkat. Hal ini dapat terlihat dari data

melakukan panetrasi penis sebagian atau

kekerasan terhadap anak dan perempuan

keseluruhan terhadap alat genital anak.

yang dikeluarkan oleh komisi perlindungan

Kebanyakan kaum pedophilia adalah pria

anak Indonesia (KPAI) yaitu: tahun 2011

dengan

telah terjadi 2178 kasus kekerasan pada

disebut pedophilia heteroseksual sedangkan

anak, tahun 2012 sebanyak 3512 kasus,

dengan

tahun 2013 sebanyak 4311 kasus, dan pada

pedophilia homoseksual.

tahun 2014 terjadi 5066 kasus kekerasan pada anak. Kekerasan

korban

anak

anak

perempuan

laki-laki

disebut

yang

dengan

Menurut sekretaris jendral KPAI menyatakan

bahwa

mayoritas

korban

yang terjadi meliputi

kekerasan seksual adalah laki-laki dengan

kekerasan secara fisik, psikis ataupun

perbandingan persentase 60% laki-laki dan

seksual (pelecehan seksual). Berdasarkan

40% perempuan (dalam Probosiwi, dan

Ningsih, Duryati, Afriona, & Djasfar, Dinamika Psikologis Anak Korban ...

Bahransyaf,

2015).

yang

pernikahan atau lawan jenis, yang mana ia

terjadi pada kasus Jakarta International

akan mempunyai rasa yang tidak aman

School (JIS) oleh petugas kebersihan hingga

(insecure) terhadap lawan jenis. Adapun

terbongkar fakta bahwa disekolah tersebut

dampak

jangka

pernah mengajar seorang kriminal buronan

tersebut

adalah anak

FBI,

trauma, depresi atau penyimpangan seksual

Wiliam

kemudian

Sebagaimana

James

dengan

Vahey.

pemuda

kejadian

akan mengalami

asal

dimasa mendatang salah satunya adalah

sukabumi, Andri Sobari alias Emon, yang

dengan ia menjadi pelaku pedophilia juga.

telah melakukan pedophilia homoseksual

Karena rata-rata pelaku pedophilia, pernah

lebih dari 100 anak usia 4 tahun sampai 14

mengalami

tahun ditoilet pemandian umum didesanya

seksual ketika mereka kecil sehingga para

(Harahap,

anak korban pedophilia harus mendapatkan

2014).

kasus

Disusul

panjang dari

Kasus

yang

sangat

menyorot perhatian diawal tahun 2016

kekerasan

atau

pelecehan

pemulihan secara psikologis.

adalah kasus artis Saiful Jamil melakukan

Hal

ini

sejalan

hasil

terhadap

salah

pelecehan seksual terhadap anak dibawah

pemeriksaan

umur.

seorang pelaku pedophilia di Jawa Tengah Kesemua

pedofilia

yang bernama TJ. Dari hasil pemeriksaan

mengalami

tersebut terungkap bahwa pelaku memiliki

masalah secara psikologis akibat kejadian

trauma masa lalu yang mana kelainan

yang dialaminya yaitu terjadinya perubahan

seksual yang terjadi pada TJ tidak terlepas

perilaku dan emosi seperti anak menjadi

dari kehidupan masa lalu TJ yang kelam

agresif,

atau

dikeluarganya yang membuat ia memiliki

menutup diri, tidak mau sekolah, takut

hasrat erotik abnormal terhadap anak-anak

bertemu dengan orang asing atau takut

dan terpicu tekanan dalam pekerjaannya.

bertemu dengan orang yang secara fisik ada

Disamping itu TJ punya kecendrungan tidak

kemiripan dengan pelaku pedofil yang

bisa mengendalikan emosi, introvert dan

melecehkannya. Selain itu anak juga akan

merasa

mengalami regresi atau kemunduran. Ia

mencari kompensasi melalui dunia maya

akan mengalami atau melakukan hal-hal

karena dia bisa mendapatkan superioritas

yang kekanak-kanakan ketika mereka masih

dan

balita. Hal lain yang mungkin terjadi adalah

diperolehnya didunia nyata (Purwasih, :

anak bisa mengalami penyakit menular

2014).

homoseksual

seksual. terganggu

korban

psikologi

dengan

tersebut

mudah

Secara pola

marah,

akan

pendiam,

kognitif pikirnya

anak

inferior

impulsive

sehingga

behavior

ia

berusaha

yang

tidak

akan

Kasus yang sama juga ditemukan

mengenai

pada pelaku kekerasan seksual JIS yang

115

116

Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 113-122

mana salah seorang pelaku berinisial ZA

Populasi pada penelitian ini adalah

merupakan korban dari Wiliam James

semua anak korban pedophilia homoseksual

Vahey

disaat

ia

berumur

14

tahun

yang berada di kabupaten Tanah Datar.

paparan

kasus

Sedangkan subyek penelitian di pilih dengan

diatas terlihat bahwa perilaku menyimpang

menggunakan teknik purposive sampling

yang

pedophilia,

dengan kriteria sebagai berikut: Anak

anak-anak

berumur 5-17 tahun, dan Suku minang.

seksual

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

(tribunsnews.com).

Dari

dilakukan

notabenenya

pelaku

pada

merupakan

korban

masa kekerasan

sehingga pada masa dewasa, ia memiliki

indepth

kecenderungan untuk melakukan hal yang

dokumentasi.

sama. Oleh karena itu sangat dibutuhkan penanganan

yang

tepat

pada

korban

pedophilia sehingga akan memutus mata rantai tindak kekerasan pedophilia. Dengan kondisi yang demikian maka peneliti tertarik untuk

melakukan

penelitian

mengenai

gambaran psikologis korban pedophilia

interview,

Adapun

analisis

a. Membuat dan mengorganisasikan file data b. Membaca teks, membuat catatan margin dan form kode inisial

gambaran psikologis maka akan dapat

pengalaman

untuk

memutus

penyimpangan

perilaku tersebut.

studi

memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

c. Mendeskripsikan

tepat

data

dan

fenomenologi menurut Creswell, (2007)

homoseksual sehingga dengan mendapatkan

dirancang intervensi (penanganan) yang

observasi,

makna

dari

d. Menemukan dan membuat daftar pernyataan yang bermakna e. Mengelompokkan pernyataan dalam unit-unit makna. f. Mengembangkan

METODE Fokus

dari

penelitian

ini

adalah

dinamika psikologis anak korban pedophilia homoseksual mempengaruhi setelah

dan

faktor-faktor

kondisi

mengalami

kekerasan

Desain penelitian ini fenomenologi.

psikologis

Studi

anak

dialami.

fenomenologi

mendeskripsikan makna dari pengalaman hidup beberapa individu tentang konsep atau fenomena.

g. Mengembangkan gambaran

adalah kualitatif

susunan

gambaran tentang apa yang terjadi

yang

seksual.

sebuah

sebuah

bagaimana

susunan fenomena

h. Mengembangkan gambaran secara keseluruhan yang esensial.

tentang

pengalaman

Ningsih, Duryati, Afriona, & Djasfar, Dinamika Psikologis Anak Korban ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

kurang

Hasil

dengan teman sebaya. Subjek dalam penelitian ini adalah

menyenangi

untuk

berinteraksi

c. Prestasi belajar

seorang anak laki-laki berinisial D berusia

D mendapatkan peringkat 10 besar

16 tahun yang merupakan anak ke-4 dari 5

di kelas dan sering mengikuti berbagai

bersaudara. Berdasarkan penelitian yang

perlombaan.

dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut: 2. 1. Kondisi

sebelum

menjadi

korban

pedophilia homoseksual

Kronologis

kejadian

pedophilia

homoseksual a. Perkenalan dengan pelaku

a. Gaya pengasuhan orang tua

Orang tua menyukai kepribadian

D memiliki sosok ayah yang keras,

pelaku yang mampu untuk hafal alquran

tegas dan memberikan aturan yang jelas

sehingga menyuruh D untuk dekat dengan

namun ayah juga sosok yang baik, dan dapat

pelaku. D tertarik untuk dekat dengan

dijadikan sebagai teman. Selain itu ayah

pelaku karena sosok Z yang religious.

juga sangat menekankan pada pendidikan

b. Hubungan dengan pelaku

agama. Ibu digambarkan D sebagai sosok yang tegas dalam menerapkan aturan, namun juga sosok yang baik, mengayomi, menjadi

teman

dan

juga

menekankan

pendidikan agama akan tetapi ibu juga memperlakukan D seperti anak perempuan karena

sebelumnya

ibu

sangat

mengharapkan kehadiran anak perempuan. b. Kepribadian

dan

merasa dekat dengan D. D telah sering menemani Z untuk tidur pada malam hari. Rasa

senang

bergaul.

Dalam

menyelesaikan masalah, D merasa tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri sehingga ia sering untuk meminta pendapat dan bantuan kepada ibu dan kakak laki-laki diatasnya. D invidu yang mampu untuk berinteraksi dengan orang lain namun ia

dekat

Z

menceritakan

ke

tentang

D

menjadikan kelainan

Z

yang

dialaminya. Peristiwa kekerasan terjadi saat D menemani Z tidur dikamar imam mesjid. Pelaku membuka celana korban ketika korban

D merupakan sosok yang penurut, ramah

D merasa dekat dengan Z dan Z juga

tertidur

lalu

memasukkan

alat

kelamin korban ke dalam mulutnya. c. Perasaan dan tindakan sesaat setelah kejadian Tidak menyangka Z akan melakukan kekerasan seksual pada dirinya. Keluar kamar dan tidur diruang tamu. Merasa waswas ketika tidur di ruang tamu karena takut kejadian itu terulang kembali.

117

118

Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 113-122

3. Kondisi

setelah

kejadian

pedophilia

homoseksual Takut

D merasa marah, sakit hati dan kecewa terhadap pelaku. Bahkan D tidak

memberitahu keluarga atas

kejadian yang dialaminya. Reaksi dan

mau untuk mendengar suara pelaku. e. Prestasi

tindakan orang tua setelah mengetahui

Setelah

kejadian

prestasi

D

kejadian tersebut adalah ibu D terkejut dan

mengalami penurunan karena D sering

terdiam sesaat. Ibu D lalu memberitahu

melamun dan tidak konsentrasi dalam

kepada

belajar.

kakak

laki-laki

D

namun

menyembunyikan masalah tersebut dari ayahnya. Setelah itu ibu D pergi menemui pelaku dan melaporkan pelaku pada kepala

Pembahasan Tujuan penelitian ini yaitu untuk

jorong dan polisi.

mengetahui gambaran psikologis subyek

a. Kepribadian

penelitian

Malas

melakukan

yang

mengalami

kekerasan

rutinitas,

seksual pedophilia homoseksual yang dapat

menyendiri atau menarik diri, terhambatnya

dilihat dari aspek kognitif, afektif dan

interaksi sosial, hubungan yang memburuk

perilaku.

dengan teman. Perilaku terhadap Z, Sikap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terhadap ibu.

kondisi psikologis subyek berubah antara

b. Pikiran

sebelum dan sesudah terjadinya kekerasan

D mengalami mimpi buruk yaitu

seksual. Saat ini, subyek memiliki banyak

mimpi akan di bunuh oleh pelaku. Ia juga

pikiran-pikiran negatif, emosi negatif, dan

memilki pikiran bahwa ia akan menjadi

perilaku negatif yang merupakan dampak

seperti pelaku.

dari kekerasan seksual tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

c. Emosi D

oleh Fuadi (2011) ada 3 jenis dampak merasa

takut

jika

pelaku

memerintahkan orang untuk membunuhnya, dan ia juga merasa takut akan di bunuh oleh pelaku. Selain merasa takut, D merasa sedih terhadap apa yang telah menimpanya. D juga merasa kecewa terhadap tuhan atas apa yang dialaminya. d. Sikap terhadap Z

psikologis

yang

dialami

oleh

subyek

penelitian yaitu (1) Gangguan Perilaku, ditandai dengan malas untuk melakukan aktifitas sehari-hari, (2) Gangguan Kognisi, ditandai dengan sulit untuk berkonsentrasi, tidak fokus ketika sedang belajar, sering melamun Gangguan

dan

termenung

Emosional,

sendiri,

ditandai

(3)

dengan

Ningsih, Duryati, Afriona, & Djasfar, Dinamika Psikologis Anak Korban ...

adanya gangguan mood dan suasana hati

kesal

serta menyalahkan diri sendiri.

menimpa diri, bahkan merasa kecewa sama

Sama hal nya dengan yang terjadi

dan

tuhan.

Hal

sedih

ini

atas

peristiwa

sejalan

yang

dengan

yang

pada subyek penelitian ini yang memiliki

disampaikan oleh Folkman, (1986), dimana

banyak

setelah

pikiran-pikiran

negatif

seperti

mengalami

kekeraan

seksual

merasa diri ternoda dan najis, mimpi buruk,

berbagai macam penilaian terhadap masalah

ingin mati bunuh diri, merasa dijauhi teman,

yang dialami subyek bermacam-macam

dan perasaan khawatir akan berperilaku

muncul perasaan sedih, tidak nyaman, lelah,

seperti pelaku di masa depan.

kesal dan bingung hingga rasa tidak berdaya

Pikiran-pikiran irasional ini sangat

muncul.

dominan pada subyek, padahal dilihat dari

Subyek tidak mampu mengatasi

perilaku kekerasan seksual yang diterima,

masalah karena biasanya orangtua selalu

subyek masih ditataran rendah yaitu oral

memberikan

seks dan belum sampai intercourse, namun

mendikte sehingga tidak terbiasa untuk

trauma

yang

dikarenakan

solusi,

mengarahkan,

penyelesaian

dialami

cukup

berat

mencari

pemikiran

subyek

yang

sehingga problem solvingnya jadi rendah (Millon,

oleh kuatnya pemahaman agama yang ia

mengalami konflik antara rasa permusuhan

yakini bahwa perlakuan yang ia terima

dengan orang lain dan ketakutan untuk tidak

sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang

memperoleh persetujuan dari orang lain.

ustad yang dinilai juga sangat memahami

Konflik yang dihadapinya tidak hanya

ajaran agama, karena di agama , perilaku

dalam usaha menekan kemarahannya, tetapi

seperti

diekspresikan dalam bentuk menyesuaikan

sangat

dilarang

Allah.

secara

Subyek

sendiri

irasional. Pemikiran subyek ini dipengaruhi

itu

1969).

masalah

dan

sesungguhnya

Pendalaman agama membuat subyek merasa

diri

berlebih-lebihan

dengan

sangat kotor, pandangan positif terhadap

lingkungannya.Jadi, selama ini subyek patuh

sosok dewasa yang religious terutama guru

terhadap aturan yang ketat dan keras dari

membuat subyek tidak percaya lagi dengan

orangtuanya karena takut terhadap mereka,

guru.

namun sebenarnya didalam hati subyek Gangguan emosional juga dialami

memiliki perlawanan. Akan tetapi subyek

oleh subyek seperti halnya yang hasil yang

menekan rasa perlawanan tersebut dengan

didapatkan oleh Fuadi. Gangguan emosional

cara

ini meliputi emosi-emosi negative seperti

orangtuanya. Hal ini menyebabkan subyek

merasa malu, takut ditertawakan oleh teman

menjadi pribadi yang rapuh, bingung, dan

dan tetangga, merasa takut dibunuh, merasa

stress ketika menghadapi masalah

menuruti

setiap

keinginan

dari

119

120

Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 113-122

Pikiran negatif dan emosi negatif yang

dimiliki

subyek

kemudian

memunculkan perilaku negatif seperti malas

sehingga

ketika

dihadapkan

dengan

permasalahan yang berat, subyek menjadi bingung dan stress.

melakukan aktivitas rutin (seperti malas

Faktor

budaya

juga

menjadi

mandi, malas makan, malas sekolah,dan

penyebab terjadinya kekerasan seksual ini.

malas sholat, suka menyendiri dan menarik

Seperti adanya pandangan yang sangat

diri

positif

yang

menyebabkan

terhambatnya

terhadap

orang-orang

yang

interaksi sosial, hubungan yang memburuk

menunjukkan perilaku beragama yang baik

dengan teman dan ibu (suka marah-marah),

(ustad, rajin sholat, penghafal alquran, dan

Faktor

penyebab

terjadinya

sebagainya), sehingga hal ini dijadikan

kekerasan seksual pada subyek dikarenakan

kedok oleh predator sebagai cara yang aman

kelalaian orangtua dalam memperhatikan

untuk mencari mangsa. Hal ini juga terjadi

perkembangan anak. Diusia subyek yang

pada subyek yang dipaksa orangtua untuk

sudah remaja, orangtua lupa memberikan

menemani pelaku tidur karena pelaku takut

pendidikan seks seperti pubertas, peran

tidur sendirian. Pelaku dianggap orangtua

gender, orientasi seksual, tentang bagaimana

sebagai

menghindari

sehingga mereka memaksa anaknya untuk

predator

pedophilia,

dan

pendidikan seksual lainnya. Akibatnya, pengetahuan subyek akan pendidikan seks

seorang

yang

alim

(religius)

dekat dengan pelaku. Berdasarkan hasil penelitian yang

sangat dangkal. Misalnya, sebelum peristiwa

dilakukan

kekerasan seksual dialami, pelaku pernah

penyebab terjadinya kekerasan seksual pada

bercerita kepada subyek bahwa ia memiliki

subyek penelitiannya yaitu: (1) faktor

ketertarikan terhadap lawan jenis, akan

kelalaian Orangtua tidak memperhatikan

tetapi dikarenakan subyek tidak paham akan

tumbuh kembang dan pergaulan anak yang

orientasi seksual, bahwa ada ketertarikan

membuat subyek menjadi korban kekerasan

seksual selain beda jenis yaitu sesama jenis

seksual, (2) faktor rendahnya moralitas dan

(homoseksual), sehingga subyek tidak punya

mentalitas pelaku tidak dapat bertumbuh

keterampilan

dari

dengan baik, membuat pelaku tidak dapat

jebakan pelaku pedophilia. erlalu Disamping

mengontrol nafsu atau perilakunya, (3)

itu, gaya pengasuhan orangtua yang terlalu

faktor ekomoni yang membuat pelaku

keras, namun disisi lain ibu memperlakukan

dengan mudah memuluskan rencananya

subyek seperti anak perempuan membuat

dengan memberikan iming-iming kepada

subyek memiliki kepribadian yang rapuh,

korban yang menjadi target dari pelaku.

untuk

membentengi

tidak mampu mengambil keputusan sendiri,

Fuadi

(2011),

faktor-faktor

Ningsih, Duryati, Afriona, & Djasfar, Dinamika Psikologis Anak Korban ...

Faktor-faktor

yang

dikemukakan

Fuadi memiliki kesamaan pada faktor

dan perilaku yang negatif yang membuat subyek menjadi trauma.

kelalaian orangtua dan moralitas pelaku yang rendah, akan tetapi factor ekonomi tidak menjadi penyebab kekerasan seksual

Saran 1. Untuk Subyek Penelitian Bagi subyek penelitian diharapkan

pada subyek. Justru religiusitas dijadikan tameng

oleh

pelaku

yang

sebenarnya

bermoral rendah untuk menjebak korban

demikian,

sisi

positifnya

adalah kuatnya nilai-nilai agama yang dimiliki membuat subyek tidak tertarik atau penasaran dengan perilaku seksual yang ia terima,

akan

tetapi

subyek

tidak benar dari sisi norma masyarakat dan Sehingga

kemungkinan

subyek

menikmati dan menjadi pelaku kekerasan seksual

dengan

cara

problem

mengganti

solving

pikiran-pikiran

selanjutnya

sangat

Terapi kognitif seperti CBT dan REBT dapat membantu menghilangkan pikiranpikiran irasional subyek. 2. Untuk Orangtua dan masyarakat Kepada orangtua diharapkan dapat

justru

menganggap perbuatan itu adalah hal yang

agama.

meningkatkan

irasional menjadi pikiran yang rasional.

kedalam perangkapnya. Namun

mampu

kecil

menerapkan

gaya

pengasuhan

yang

demokratis, dimana anak diberi kesempatan untuk

berpendapat,

memilih/mengambil

keputusan sendiri, namun dengan meminta pertanggungjawaban dari anak. Selain itu, orangtua juga harus memberikan pendidikan

kemungkinannya.

seksual kepada anak sejak dini, agar anak dapt

SIMPULAN DAN SARAN

pedophilia.

Simpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keadaan psikologis subyek korban pedophilia

membentengi

homoseksual

ini

meliputi

kognitif yang irasional, afektif yang negatif

Selanjutnya

dari

predator

orangtua

dan

masyarakat diharapkan berhati-hati terhadap segala modus yang digunakan oleh predator sebagai cara untuk menjerat korban seperti berpura-pura menjadi ustad yang sholeh agar

DAFTAR RUJUKAN Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry and research design choosing among five traditions. (Second edition). United Stated of America: Sage Pubilcation, Inc.

diri

aibnya

tidak

terbongkar.

Davidson, Gerald C. (2006). Psikologi abnormal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Folkman, S. S., Richard, S. L., Cristine, D. S., Anktad., & Rand, J.G. (1986). Dynamics of a stressful encounter:

121

122

Jurnal RAP UNP, Vol. 8, No. 1, Mei 2017, hal. 113-122

Cognitive appraisal, coping, and encounter outcome. Journal of Personal and Social Psychology, 50 (5), 9921003.

Millon, T., Seth, G., Currie, M., Sarah, M., & Rowena, R. (2004). Personality disorder in modern life. USA: John Wiley & Son, Inc.

Fuadi, M. A. (2011). Dinamika kekerasan seksual: Sebuah studi fenomenologis. Jurnal Psikologi Islam. Vol 8 No. 2.

Probosiwi, R dan Bahransyaf, D. (2015). Pedofilia dan kekerasan seksual masalah dan perlindungan terhadap anak. Yogyakarta: B2P3KS.

Harahap, L. H. (2014). Studi tentang proses penyelidikan kasus pedofilia di Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Kinnear, K. L. (2007). Chilhood sexual abuse. California: Santa Barbara.

Purwasih, I. (2014). Pelecehan seksual terhadap anak (Data & Fakta). Jawa Tengah: Suara Merdeka. Sadarjoen, S. S. (2005). Bunga rampai kasus gangguan psikoseksual. Bandung: PT. Refika Aditama.