Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Alfian Zuliyanto 1 1)
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lamongan, Kampus Unisla, Jl. Veteran Lamongan, email:
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji aspek teknis, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat untuk mendapatkan strategi pengelolaan air limbah domestik dalam kaitannya penuntasan program bebas dari buang air besar sembarangan (open defecation free). Pendekatan EHRA (Environtmental Health Risk Assesment) dengan menggunakan data sekunder dilakukan untuk menentukan urutan prioritas penanganan diantara tujuh kelurahan yang ada. Peneliti juga menyebarkan kuesioner kepada 106 tokoh masyarakat untuk mengetahui kondisi dan rencana perbaikan sanitasi yang dilakukan oleh masyarakat Dari analisis aspek teknis, sistem pengolahan yang cocok adalah sistem on site, dengan membangun tangki septik individu dan resapan, MCK dan tangki septik komunal dan IPAL komunal dengan teknologi Anaerobic Baffled Reactor. Perhitungan aspek biaya dengan parameter NPV, IRR , ARR dan B/C ratio memenuhi syarat sehingga pembangunan prasarana pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan layak dilaksanakan. Berdasarkan analisis SWOT untuk analisis aspek teknis, aspek pembiayaan dan analisis aspek peran serta masyarakat dihasilkan suatu konsep strategi pemilihan teknologi yang sesuai karakteristik wilayah yaitu tangki septik + resapan dan Anaerobic Baffled Reactor. Mengupayakan Dana SILPA dan Dana Cadangan sebagai dana pembangunan selain DAK dan DAU. Mendorong kesediaan berpartisipasi masyarakat dan mengikutsertakan LSM yang ada dalam peningkatan pemahaman masyarakat dalam pengolahan air limbah domestik. Kata kunci: open defecation free, air limbah domestik, EHRA 1. Pendahuluan Kabupaten Lamongan adalah salah satu kabupaten yang sangat memberikan perhatian dalam peningkatan akses sanitasi dasar bagi masyarakat khususnya jamban sejak beberapa tahun yang lalu. Melalui ODF Program (Open Defecation Free) yang telah diluncurkan, hingga saat ini telah 4 (empat) kecamatan dari 21 kecamatan yang sudah mendeklarasikan terbebas dari OD (Jawa Pos 24 Juni 2010). ODF atau lebih dikenal bebas dari buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Kecamatan Lamongan adalah salah satu dari 21 kecamatan di Kabupaten Lamongan terdiri dari 12 Desa dan 8 kelurahan. Total penduduk 59.712 jiwa dan luas wilayah 40.38 km2. Dengan kepadatan sebesar 31 jiwa/ ha, Kecamatan Lamongan berbeda dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Lamongan, dimana rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 5.72 jiwa/ha. Apalagi jika dibandingkan dengan 7 (tujuh) kelurahan yang ada (sebagai daerah pusat kota) rata-rata kepadatannya mencapai 44,39 jiwa/ha.
Perbedaan kepadatan ini tentunya akan berpengaruh pada pola pendekatan dalam gerakan penuntasan program ODF itu sendiri. Oleh karena itu perlu disusun strategi dalam pengelolaan air limbah domestik dalam kaitannya penuntasan program ODF di Kecamatan Lamongan. 2. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode Analisis deskriptif melalui pengamatanpengamatan dilapangan untuk mendapatkan keterangan tentang suatu masalah. Analisis ini akan memaparkan bagaimana masyarakat membuang air limbahnya dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar. Dimana akan diteliti secara detail mengenai bentuk teknologi yang bisa diterapkan untuk menyelesaikan masalah, terkait dengan kondisi sosial budaya masyarakat dan kemampuan pendanaan. Dari hasil data yang diperoleh kemudian dilakukan kajian terhadap aspek teknis, pembiayaan, dan peran serta masyarakat.
17
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Pengumpulan Data Sumber-sumber data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dengan melakukan observasi/pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara langsung kepada masyarakat dan petugas dari instansi terkait. Selain itu data juga diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada Ketua RW (Rukun Warga) terkait kondisi sanitasi, tingkat partisipasi dan perencanaan sanitasi oleh masyarakat. Data lain yang didapat meliputi data responden, kondisi eksisting, kemauan dan kemampuan membiayai, dll. Dilakukan di 7 (tujuh) Kelurahan di Wilayah Kecamatan Lamongan antara bulan September – Oktober tahun 2010. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari hasil survey sekunder baik melalui wawancara maupun mencari data yang berasal dari berbagai sumber atau instansi terkait. Data sekunder meliputi data kependudukan, data kondisi fisik alam serta data-data lingkungan, sumber-sumber air limbah, kuantitas dan kualitas air limbah, pengumpulan, penyaluran, pengolahan dan pembuangan akhir. Data-data lainnya meliputi potensi pelibatan masyarakat, data kependudukan, Peta-peta (Peta kec. Lamongan, tata guna lahan/RTRW), data kesehatan dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan, RPIJM dan Renstra Dinas. Survai data sekunder ini dilakukan mulai bulan september 2010 hingga selesai. Pengolahan dan Analisa Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis penentuan prioritas daerah penanganan dengan metode EHRA, analisis aspek teknis, aspek finansial serta aspek peranserta masyarakat. - Penentuan Pemilihan Lokasi Prioritas Penanganan Dengan menggunakan instrument-instrument EHRA (Environmental Health Risk Assesment) / penilaian resiko kesehatan lingkungan, dapat ditentukan prioritas penanganan kawasan. Penentuan ini dimaksudkan untuk mengukur skala prioritas sehubungan dengan keterbatasan dana
- Aspek Teknis Analisis teknis dilakukan dalam rangka menentukan pilihan sistem pengolahan yang cocok dengan karakteristik wilayah. Sedangkan penentuan teknologi terpilih menggunakan penilaian teknis, dilihat dari segi dimensi, investasi, operation, maintenance serta implementasinya di lapangan. Kajian teknis berisi pilihan-pilihan teknologi yang cocok dengan tingkat sosial ekonomi masyarakat dengan mempertimbangkan aspek teknis lainnya yang meliputi cakupan air bersih, tata letak rumah, muka air tanah dan topografi. - Aspek Finansial Analisis dilakukan berkaitan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk investasi, operasional dan pemeliharaan (BOP), dan pendapatan. Kemudian dilakukan penilaian kelayakan dengan berpedoman pada beberapa kriteria investasi yang tersedia yaitu Net Present Value, Internal Rate Return , Average Rate of Return dan Benefit Cost Ratio. - Aspek Peran Serta Masyarakat Aspek peran serta ini merujuk pada penentuan lokasi usulan kegiatan dalam Program Sanimas (Borda, 2004). Parameter penilaian meliputi aspek sosial terkait kesiapan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Selain aspek sosial tersebut juga dinilai aspek teknis seperti ketersediaan lahan, air bersih dan sarana drainase sebagai media penyaluran akhir limbah hasil pengolahan. 3. Hasil dan Pembahasan Pemilihan Lokasi Prioritas Penanganan Instrument EHRA dalam hal ini yang digunakan adalah fasilitas sanitasi yang mencakup sumber air minum, layanan pembuangan sampah, jamban dan saluran pembuangan air limbah. Selain itu yang dinilai adalah masalah perilaku yaitu kebiasaan dalam cuci tangan. Data-data yang tersebut diatas berasal dari data sekunder yaitu Laporan Survey Sanitasi dasar oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2009. Parameter lainnya adalah jumlah penduduk miskin serta tingkat kepadatan penduduk.
18
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Tabel 1 Hasil Konsolidasi Penilaian Instrument EHRA No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Kelurahan Sidokumpul Tlogoanyar Sidorejo Tumenggungan Banjarmendalan Jetis Sukorejo
Total Score 11 13 12 22 18 20 10
Urutan Prioritas Penanganan 6 4 5 1 3 2 7
Analisis Aspek Teknis Keadaan Wilayah dan Kepemilikan Jamban Hasil pengamatan langsung di lapangan terkait keadaan wilayah dilihat dari kerapatan hunian penduduk di 7 (tujuh) kelurahan, diperoleh gambaran 3 (tiga) keadaan yaitu hunian rapat, agak rapat dan jarang. Tabel 2 Keadaan Wilayah dan Kebutuhan Jamban No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Kelurahan
Keadaan Wilayah Rapat Sidokumpul Agak rapat Jarang Rapat Tlogoanyar Agak rapat Jarang Rapat Sidorejo Agak rapat Jarang Rapat Tumenggungan Agak rapat Jarang Rapat Banjarmendalan Agak rapat Jarang Rapat Jetis Agak rapat Jarang Rapat Sukorejo Agak rapat Jarang Jumlah Total Kebutuhan
Kebutuhan Jamban (Unit) 9* 5* 57* 46* 56* 43* 64* 193* 71* 57* 370* 142* 148* 1225
Sumber : * Anonim,2010 Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Menurut buku Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Departemen Kimpraswil tahun 2003, hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan sistem pengelolaan air limbah adalah didasarkan pada faktor-faktor kepadatan penduduk, sumber air yang ada, kedalaman muka air tanah, kemampuan membiayai, kemiringan
tanah, sumber air yang diperlukan dan permeabilitas tanah. Tabel 3 Parameter Pertimbangan Pemilihan Sistem Pengolahan Parameter yang menjadi Pertimbangan Kepadatan Penduduk
Ketersediaan Sumber air
Permeabilitas Tanah Kedalaman Muka Air Tanah Kemiringan Tanah Kemampuan membiayai
Sistem Pengolahan air Limbah Domestik Off site On site > 150 jiwa/ha < 150 jiwa/Ha Jaringan air bersih harus ada dan besar pemakain > 60 liter/detik < 2,7 x 10-4 l/m2/dtk dan > 4,2 x 10-3 l/m2/dtk < 1,5 m
Tidak harus ada jaringan air bersih dan besar pemakain > 60 liter/detik -
> 1,5 m
>2%
<2%
Besar
Kecil
Sumber : Anonim, 2003 Lebih jauh dijelaskan keuntungan dan kerugian dari dua sistem tersebut. Tabel 4 Keuntungan dan Kerugian Sistem Off site dan On site Off site system Keuntungan : Menyediakan pelayanan yang terbaik Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari Memiliki masa guna lebih lama Dapat menampung semua limbah Kerugian : Memerlukan biaya investasi, operasi dan pemeliharaan yang tinggi
On site system Keuntungan : Menggunakan teknologi sederhana Memerlukan biaya yang rendah Masyarakat dan tiaptiap keluarga dapat menyediakan sendiri Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat Manfaat dapat dirasakan secara langsung Kerugian : Tidak dapat diterapkan di setiap daerah, misalkan sifat permeabilitas tanah, tingkat
19
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Menggunakan teknologi yang tinggi Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan Perlu pengelolaan, operasional dan pemeliharaan yang baik
kepadatan dan lainlain Fungsi terbatas hanya dari kotoran manusia, tidak melayani bekas air cucian dan kamar mandi Operasi dan pemeliharaan sulit dilakukan
Sumber : Anonim (2003). Sedangkan keadaan Kecamatan Lamongan terkait parameter pertimbangan pemilihan sistem pengolahan tersebut diatas adalah sebagai berikut ; Tabel 5 Parameter Pertimbangan Pemilihan Sistem Pengolahan Limbah Domestik Parameter yang menjadi Pertimbangan Kepadatan Penduduk Ketersediaan Sumber air
Permeabilitas Tanah Kedalaman Muka Air Tanah Kemiringan Tanah Kemampuan membiayai
Keadaan Wilayah Kecamatan Lamongan 69 jiwa/Ha (Terpadat) Jaringan air bersih belum menjangkau semua wilayah (Laporan Survey Sanitasi dasar 2009, sumur gali menempati urutan pertama sumber air bersih di Kecamatan Lamongan) 10-4 -10-6 l/m2/dtk > 1,5 m Kemiringan 0-2% Terbatas
Berdasarkan kajian keuntungan dan kerugian tersebut diatas dapat ditentukan pilihan sistem yang akan digunakan di Kecamatan Lamongan.
Tabel : 6 Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah di Kecamatan Lamongan No
1 2
Aspek Yang dipertimbangkan Sistem Kemirin Pengolah Kepadatan Muka Sumber Permeabili Kemampuan gan an Penduduk air tanah air tas Tanah Membiayai Tanah
Sistem off site Sistem on site
Keterangan :
x
x
x
√
x
x
√
√
√
√
x
x
x = tidak mendukung √ = mendukung
Berdasarkan analisis tersebut diatas, maka dipilih sistem on site (sistem setempat) untuk diterapkan di Kecamatan Lamongan. Pemilihan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Pemilihan Teknologi pengolahan didapatkan dengan melihat karakteristik wilayah dengan menganalisis potensi kekuatan, kelemahan serta peluang dan tantangan yang ada. Dengan melihat faktor-faktor tersebut diatas, maka dapat diambil kesimpulan teknologi pengolahan air limbah domestik yang dibutuhkan adalah dengan kriteria-kriteria Sistem yang dipakai adalah on site Mampu mengolah limbah black water dan grey water Lahan tempat pengolahan tersedia terbatas (kecil) Fasilitas pengolahan dapat dengan mudah dioperasikan oleh masyarakat Hasil pengolahan optimal karena potensi pencemaran sudah ada Biaya investasi murah Tabel.7 Penilaian Pilihan Teknologi Pengolahan Sistem On Site Pilihan Teknologi Anaero Anaero Filter Tangki bic Construct bik Anaerobic Parameter Septik+resap Baffled ed Biogas (Bio Filter) Penilaian an Reactor Wetland Reactor Tidak Mengolah 0 1 1 0 0 Black and Grey Water sekaligus Kebutuhan 1 1 1 0 1 Lahan besar Operasion al/pemeli 1 1 1 1 0 haraan sulit Hasil 0 1 1 1 1 Pengolah
20
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
an rendah Pengolahan awal/lanjut an tidak diperlukan Investasi besar Jumlah
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
3
5
5
2
3
Nilai 0 = Jika parameter penilaian terpenuhi. Nilai 1 = Jika parameter penilaian tidak dipenuhi. Sumber : TTPS,2010a Dari hasil penilaian tersebut diatas maka dalam rangka menuntaskan program bebas dari buang air besar sembarangan maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembangunan Tangki septik dan resapan bagi hunian agak rapat dan jarang 2. Pembangunan MCK umum bagi hunian agak rapat bagi penduduk ekonomi lemah dengan teknologi tangki septik komunal dan IPAL Komunal dengan menggunakan teknologi Anaerobic Baffled Reactor. 3. Pembangunan sistem komunal dengan teknologi tangki septik komunal dan IPAL Komunal dengan menggunakan teknologi Anaerobic Baffled Reactor untuk hunian rapat dengan memanfaatkan jalan akses sebagai lahan. Dengan asumsi bahwa pertumbuhan penduduk dengan ditandai adanya bakal adanya perumahan-perumahan baru yang ada adalah kavling tanah dengan ukuran cukup besar (luas >150 m2), selain itu beberapa lokasi perumahan baru dikembangkan oleh developer dimana keberadaan jamban merupakan fasilitas yang harus ada. Dengan kecenderungan seperti itu, maka yang perlu ditangani hanya yang tersisa saat ini. Dengan asumsi seperti itu maka bentuk penanganannya adalah sebagai berikut :
Tabel.8 Rencana Penyediaan Prasarana Pengolahan Air Limbah Domestik Kebutuhan Penanganan No
Proritas Wilayah
(KK)
Bentuk Penanganan /Cakupan Pelayanan TSI MCK Komu KK/Jiw (unit) Jiwa (unit) KK/Ji nal a total wa (wilay ah)
1
Sidokumpul
64
64
2
Tlogoanyar
437
109
3
Sidorejo
218
17
68
1
4
Tumenggungan
103
17
68
1
5
Banjarmendalan
99
21
84
1
6 7
Jetis Sukorejo
14 290
14 290
56 10 4
Total
1225
25 6 43 6
12
27 1/1 08 4 20/ 80 29/ 11 6 22/ 88
3
57/41 2
5
219/7 54 57/36 4
3
4
Analisis Aspek Pembiayaan 1. Biaya Investasi Biaya investasi disini adalah biaya untuk membangun prasarana yang dibutuhkan dalam rangka penuntasan program bebas dari buang air besar sembarangan. Total kebutuhan dana adalah sebesar Rp. 10,654,488,000,00 (sepuluh milyar enam ratus lima puluh empat juta empar ratus delapan puluh delapan ribu rupiah). 2. Biaya Operasional dan Pemeliharaan (OP) Biaya operasional dan pemeliharaan yang dimaksud disini adalah untuk fasilitas MCK dan Tangki septik Komunal. Karena untuk tangki septik individu ditanggung oleh pengguna sendiri. Biaya operasional dan pemeliharaan fasilitas umum disini adalah biaya yang diperlukan untuk menjaga keberlanjutan fungsi dari bangunan tersebut. Tanpa adanya biaya ini fasilitas umum tersebut akan tidak berfungsi. Biaya OP untuk fasilitas MCK sebesar Rp. 14,195,000.00 / tahun dan IPAL sebesar Rp. 9,035,000.00/tahun. 3. Potensi Pendapatan Fasilitas Pengolahan Air Limbah Domestik Potensi pendapatan yang bisa diperoleh dengan adanya fasilitas pengolahan air limbah domestik adalah a. Asumsi hibah dari Pemerintah Pusat melalui APBN sebesar Rp. 13,500,000,000.00 (tiga belas milyar lima ratus juta rupiah).
21
56/88 2
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
b. Asumsi hibah dari Pemerintah Daerah melalui APBD sebesar Rp. 1,500,000,000.00 (satu milyar lima ratus juta rupiah). c. Health Care Cost yaitu valuasi dari kerugian yang timbul akibat kondisi buruknya sanitasi yang ada. Economy Impact of Sanitation In Indonesia (2008), melaporkan bahwa biaya perawatan kesehatan yang dikeluarkan per capita per tahun adalah Rp. 5.300,00. Jadi total Health Care Cost adalah Rp. 47,668,200.00 (empat puluh tujuh juta enam ratus enam puluh delapan ribu dua ratus rupiah). d. Productivity Cost yait u valuasi dari kehilangan pendapatan karena tidak bekerja diakibatkan mengidap penyakit berbasis sanitasi yang buruk. Hasil perhitungan kehilangan sebesar Rp. 50.000,00 per capita. Jadi Total Productivity Cost adalah sebesar Rp. 449,700,000.00 (empat ratus empat puluh sembilan juta tujuh ratus ribu rupiah). e. Transport Cost yaitu valuasi dari biaya masyarakat yang dikeluarkan untuk menuju pusat perawatan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan krena timbulnya sakit akibat sanitasi yang buruk. Asumsi yang dipakai adalah ongkos angkutan kota di Kecamatan Lumajang yaitu Rp. 5.000,00 pulang pergi ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Total transport cost adalah sebesar Rp. 44,970,000.00 (empat puluh empat juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah). Berdasarkan perhitungan kelayakan investasi pada pengelolaan air limbah domestik dengan parameter NPV, IRR , ARR dan B/C ratio didapatkan nilai NPV bernilai positif pada tingkat suku bunga 15% sebesar Rp 660,444,240.00. Nilai IRR sebesar 18,7 % lebih besar dari tingkat suku bunga awal (15%), ARR 2,0 % (Positif)dan nilai B/C ratio sebesar 1.062 lebih besar dari 1. Dari parameter-parameter tersebut dapat dikatakan pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan layak untuk dilaksanakan. Analisis Aspek Peran serta masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan data hasil kuesioner yang diisi oleh ketua RW (Rukun Warga). Sebagai tokoh masyarakat Ketua RW
dianggap tahu tentang kondisi sosial warganya dan paham keadaan wilayahnya. Hasil penilaian aspek peran serta masyarakat ini adalah rangking kesiapan kampung (RW) di setiap kelurahan dalam menerima kegiatan yang akan dilakukan. Rangking ini juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan model pendekatan dalam penuntasan target bebas buang air besar sembarangan di Kabupaten Lamongan pada akhir 2014 dan kelanjutan sistem pengelolaan air limbah domestik pada tahun-tahun mendatang. Semakin tinggi skor yang didapat suatu wilayah maka semakin siap suatu wilayah dalam menerima suatu kegiatan. Demikian sebaliknya, semakin rendah suatu wilayah dapat diartikan masyarakat kurang siap/belum siap menerima suatu kegiatan tersebut dilaksanakan diwilayahnya. Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik di Kecamatan Lamongan Dengan mengacu pada Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Lamongan, maka sasaran yang ingin dicapai adalah 1. Peningkatan akses masyarakat terhadap prasarana dan sarana air limbah domestik mencapai 100%. 2. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik. Indikasi adanya keberhasilan tercapainya sasaran adalah 1. Masyarakat sudah tidak lagi melakukan OD (Open Defecation)/buang air besar sembarangan. 2. WC telah ada di masing-masing rumah 3. Adanya perubahan perilaku dan pemahaman masyarakat akan pentingnya pengelolaan air limbah domestik. Dengan melihat sasaran dan indikasi keberhasilan sasaran tersebut dapat diketahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) kondisi pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan. Dengan analisis SWOT dapat disusun strategi pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Berdasarkan analisa teknis, sistem pengolahan air limbah domestik yang cocok
22
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
dengan karateristik wilayah Kecamatan Lamongan adalah sistem on-site. Sedangkan teknologi yang dipilih adalah 1. Pembangunan Tangki septik individu dan resapan bagi hunian agak rapat dan jarang 2. Pembangunan MCK umum bagi hunian agak rapat bagi penduduk ekonomi lemah dengan teknologi tangki septik komunal dan IPAL Komunal dengan menggunakan teknologi Anaerob Baffled Reactor. 3. Pembangunan sistem komunal dengan teknologi tangki septik komunal dan IPAL Komunal (menggunakan teknologi Anaerob Baffled Reactor) untuk hunian rapat dengan memanfaatkan jalan akses sebagai lahan. Berdasarkan analisa pembiayaan didapatkan nilai NPV bernilai positif masih dengan subsidi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga awal, ARR bernilai positif dan nilai B/C ratio lebih besar dari 1. Dari parameter-parameter tersebut dapat diindikasikan bahwa pengelolaan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan layak untuk dilaksanakan. Dari analisis SWOT, strategi yang diambil dalam pengelolaan air limbah domestik terkait upaya pencapaian target bebas dari buang air besar sembarangan di Kecamatan Lamongan adalah 1. Pemilihan teknologi tangki septik + resapan dan Anaerobic Baffled Reactor sebagai sarana pengolahan air limbah domestik di Kecamatan Lamongan baik untuk skala individu ataupun komunal. 2. Mengupayakan Dana SILPA dan Dana Cadangan sebagai dana alternatif pembangunan sanitasi selain dana DAK dan DAU untuk mengatasi belum menjadi prioritasnya kegiatan sanitasi dan rendahnya sektor swasta dalam pembangunan pengolahan air limbah domestik. 3. Mendorong kesediaan berpartisipasi masyarakat dalam kegiatan sanitasi yang tidak terbatas pada saat pembangunan saja, namun lebih jauh dalam kegiatan operasional dan pemeliharaan prasarana sarana sanitasi dasar. 4. Menggandeng LSM (Lembaga Sawadaya masyarakat) pemahaman masyarakat terhadap masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh kondisi sanitasi yang buruk. Daftar Pustaka Alfi Nurhidayat dan Joni Hermana (2009). ”Strategi Pengelolaan Air Limbah Domestik Dengan Sistem Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Di Kota Batu Jawa Timur”. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009 Anonim (2003). Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Anonim (2009a). Laporan Survey Sanitasi Dasar Tahun 2008. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Anonim (2009c). Rencana Strategis Tahun 20102014 Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan Anonim (2009d). Rencana Strategis Tahun 20102014 Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamongan. Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lamongan. Anonim (2009e). Rencana Strategis Tahun 20102014 Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan. Anonim (2009f). Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Kabupaten Lamongan. Tahun 2009. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lamongan. Anonim (2010). Laporan Proporsi Permukiman Sehat. Posyandu Gerbangmas (Pos Pelayanan Terpadu Gerakan Membangun Masyarakat Sehat), Kecamatan Lamongan. Borda (2004). Sanimas Panduan Self Seleksi Masyarakat. www.scribd.com/doc/6548718/Panduan Seleksi Masyarakat Mara, Duncan (1975). Pengolahan Air Limbah di Daerah Beriklim Panas. John Wiley and Sons Inc. Scotland. Metcalf and Eddy, Inc.(2003). Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse. 4th Edition.McGraw Hill. New York Rangkuti, F., 2006, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, cetakan ke duabelas, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
23
Jurnal Teknika
ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
Volume 2 No.2 Tahun 201
Sugiharto (2008), Dasar Dasar Pengelolaan Air Limbah Universitas Indonesia TTPS (2010a), Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi, ISSDP. TTPS (2010b), Buku Panduan Sumber dan Mekanisme Pendanaan Sektor Sanitasi, ISSDP Water and Sanitation Program (2008), Economics Impact of Sanitation In Indonesia. World Bank Office Jakarta, Research Report.
24