KEANEKARAGAMAN MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA)

Download keanekaragaman jenis Bivalvia dan Gastropoda di sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten. Penelitian ... terendah ditemukan pada 13 jeni...

3 downloads 667 Views 740KB Size
KEANEKARAGAMAN MOLUSKA (Bivalvia dan Gastropoda) DI SEPANJANG PANTAI CARITA, PANDEGLANG, BANTEN

LIA DIBYOWATI

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

ABSTRAK LIA DIBYOWATI. Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten. Dibimbing oleh Djoko Waluyo dan Tri Heru Widarto. Pantai Carita merupakan salah satu ekosistem pantai yang memiliki substrat bervariasi. Substrat perairan didominasi oleh pasir dan hamparan terumbu karang. Terdapat juga vegetasi seperti lamun dan rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman jenis Bivalvia dan Gastropoda di sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008. Pengambilan sampel moluska dilakukan secara acak pada 4 stasiun menggunakan metode kuadrat. Selama pengamatan berhasil dikumpulkan 34 jenis moluska yang terdiri dari 3 jenis Bivalvia dan 31 jenis Gastropoda. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi dari seluruh stasiun ditemukan pada jenis Donax cuneatus dengan nilai 55.21%. INP terendah ditemukan pada 13 jenis moluska dari kelas Bivalvia dan Gastropoda dengan nilai 0.83%. Nilai keanekaragaman jenis (H’) berkisar antara 0.130-2.216, nilai keseragaman (E) berkisar antara 0.072-0.717, dan nilai dominansi (C) berkisar antara 0.198-0.960. Nilai keanekaragaman tertinggi terdapat di stasiun 4 (2.216) dan terendah di stasiun 1 (0.130). Sedangkan nilai similaritas jenis berkisar antara 0-0.744. Kata kunci : keanekaragaman, metode kuadrat, pantai Carita.

ABSTRACT LIA DIBYOWATI. Diversity of Molluscs (Bivalve and Gastropod) in Carita Beach, Pandeglang, Banten. Supervised by Djoko Waluyo and Tri Heru Widarto. Carita beach is one of a beach ecosystem that has variety of substrates. Substrates were dominated by sand and corral reef flat. There were vegetations such as seagrass and seaweed. The aim of the research was to know species richness and diversity of Bilvave and Gastropod in Carita beach, Pandeglang, Banten. The research was conducted on May 2008. Molluscs sample were collected from 4 stations randomly by using quadrat method. There were 34 species molluscs that had been observed, 3 species belong to Bivalves and 31 species belong to Gastropods. The highest Important Value Index (IVI) of all station was found in Donax cuneatus with 55.21%. The lowest IVI was found in thirteen species of Bivalve and Gastropod with 0.83%. The diversity index (H’) ranged from 0.130 to 2.216, the evenness index (E) was 0.072 to 0.717, and the dominant index (C) was 0.198 to 0.960. The highest diversity index (2.216) was found at station 4 and the lowest (0.130) was at station 1. The similarity index ranged from 0 to 0.744. Key word : diversity, quadrat method, Carita beach

KEANEKARAGAMAN MOLUSKA (Bivalvia dan Gastropoda) DI SEPANJANG PANTAI CARITA, PANDEGLANG, BANTEN

LIA DIBYOWATI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Judul Nama NIM

: Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten. : Lia Dibyowati : G34104019

Disetujui

Pembimbing I

Pembimbing II

drh. Djoko Waluyo, M.S. NIP. 130 350 056

Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. NIP. 131 663 018

Diketahui Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA NIP. 131 578 806

Tanggal Lulus :

PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah dengan judul Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Sepanjang Pantai Carita, Pandeglang, Banten disusun berdasarkan hasil penelitian selama bulan Mei sampai Agustus 2008. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan karya ilmiah ini, terutama kepada Bapak drh. Djoko Waluyo, M.S. dan Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. yang telah mengarahkan dan membimbing selama penelitian, serta kepada Bapak Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc. selaku Wakil Komisi Pendidikan yang telah banyak memberikan saran. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Papa, Mama, Mba Eka, adik tersayang Miko, dan Chandra atas segala doa, dukungan serta kasih sayangnya. Terima kasih juga diucapkan untuk Esti, Kiki, Pina, Desi, Tina,Tiwul, Lila, Hilda, Nden, Hari, dan Rusben atas bantuan, kerjasama dan semangatnya, serta untuk teman-teman satu angkatan Biologi 41 lainnya atas kebersamaannya selama ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam karya ilmiah ini, walaupun demikian penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Pebruari 2009

Lia Dibyowati

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Juni 1986 di Kebumen dari ayah Sudibyo dan ibu Sriyati sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di SD Swasta II Krakatau Steel pada tahun 1992, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Cilegon pada tahun 1998 dan kemudian ke jenjang pendidikan sekolah menengah atas di SMUN 1 Cilegon pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cilegon dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi anggota Persatuan Mahasiswa Biologi (PAMABI) pada tahun 2007/2008 dan asisten praktikum Avertebrata pada tahun ajaran 2007/2008. Penulis pernah melakukan Praktik Lapangan di PT. Australia Indonesian Milk Industries, Jakarta dengan judul Proses Pengolahan Limbah Cair PT. Australia Indonesian Milk Industries, Jakarta.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ viii PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................................. 1 BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 1 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 1 Bahan dan Alat.................................................................................................... 1 Penentuan Stasiun ............................................................................................... 2 Pengambilan Sampel Moluska............................................................................ 2 Pengukuran Kondisi Lingkungan........................................................................ 2 Identifikasi Moluska ........................................................................................... 2 Analisis Data ....................................................................................................... 2 HASIL ..................................................................................................................... 3 Kondisi Lingkungan............................................................................................ 3 Kekayaan Jenis.................................................................................................... 4 Kepadatan Moluska..............................................................................................4 Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C)........................... 5 Pengelompokan Habitat ...................................................................................... 5 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5 SIMPULAN ............................................................................................................ 7 SARAN ................................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7 LAMPIRAN............................................................................................................ 8

DAFTAR TABEL Halaman 1 Jenis-jenis substrat pada setiap stasiun ................................................................ 4 2 Hasil pengukuran fisika kimia perairan pada setiap stasiun ................................ 4 3 Moluska yang ditemukan di sepanjang pantai Carita .......................................... 4 4 Keanekaragaman (H'), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada setiap stasiun............................................................................................... 5 5 Matriks indeks similaritas jenis pada masing-masing stasiun...............................5 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Kepadatan Gastropoda pada masing-masing stasiun ........................................... 4 2 Kepadatan Bivalvia pada masing-masing stasiun ................................................ 5 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian di pantai Carita, Pandeglang, Banten................................9 2 Letak stasiun pengambilan sampel di sepanjang pantai Carita, Pandeglang, Banten.............................................................................................9 3 Metode pengukuran kualitas perairan.................................................................10 4 Gambar lamun dan rumput laut yang ditemukan di pantai Carita......................12 5 Jenis-jenis moluska pada setiap stasiun pengamatan..........................................13 6 Foto biota yang ditemukan selama pengamatan.................................................14 7 Indeks nilai penting (INP) setiap jenis di sepanjang pantai Carita.....................17

PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan lokasi beberapa ekosistem yang unik, saling terkait, dinamis, dan produktif. Salah satunya adalah pantai Carita yang merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Propinsi Banten. Wilayah pesisir pantai merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut dan proses alami yang terjadi di darat seperti aliran air tawar maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat (Wouthuyzen & Sapulete 1994). Pantai Carita sebagai salah satu ekosistem pantai mempunyai substrat bervariasi seperti pasir dan hamparan terumbu karang. Terdapat juga vegetasi seperti lamun dan rumput laut. Umumnya wilayah perairan pesisir pantai amat kaya akan keanekaragaman jenis biotanya termasuk moluska. Moluska dalam dunia hewan merupakan filum terbesar kedua setelah Arthropoda. Jumlah spesiesnya yaitu sekitar 50.000110.000 spesies yang masih hidup dan 35.000 spesies fosil (Pechenik 2000). Filum moluska terdiri atas delapan kelas yaitu Caudofoveata, Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacophora, Cephalopoda, Scaphopoda, Gastropoda, dan Bivalvia (Brusca & Brusca 1990). Dua kelas terbesar dari filum moluska adalah Gastropoda dan Bivalvia (Dharma 1992). Kelas Gastropoda umumnya lebih dikenal dengan sebutan siput atau keong. Tubuh Gastropoda sangat bervariasi dalam bentuk dan ukurannya. Gastropoda memiliki cangkang tunggal berulir, kepala yang berkembang baik, dilengkapi dengan tentakel dan mata. Kaki lebar dan berotot untuk merayap dan mendukung massa viseral (Pechenik 2000). Kelas Bivalvia memiliki 15.000 spesies. Bivalvia tidak dapat hidup di wilayah daratan. Kaki berbentuk kapak digunakan untuk menggali. Bivalvia tidak memiliki kepala dan radula, memiliki dua keping cangkang yang berhubungan di bagian dorsal (Pechenik 2000). Moluska memiliki beberapa manfaat bagi manusia diantaranya sebagai sumber protein, bahan pakan ternak, bahan industri dan perhiasan, bahan pupuk serta untuk obatobatan. Tingginya aktivitas manusia dalam memanfaatkan lingkungan perairan pantai dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan perairan tersebut. Selain itu

kualitas ekosistem perairan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen sebagai sumber makanan dan adanya predator. Sedangkan faktor abiotik adalah fisika kimia air diantaranya suhu, pH, salinitas, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta substrat hidup. Penelitian diberbagai tempat menunjukkan bahwa pencemaran yang berlangsung terus-menerus mempunyai dampak terhadap komunitas biota perairan, terutama di sekitar area pusat kegiatan. Hal ini terjadi jika laju pengeluaran bahan pencemar melebihi kapasitas pemulihan dari ekosistem perairan penerima (Setyobudiandi et al. 1996). Selain memberikan informasi mengenai keberadaan komunitas moluska di pantai Carita, hasil penelitian ini juga diharapkan bermanfaat dalam memberikan gambaran mengenai kondisi perairan pantai Carita melalui gambaran kualitas biologis perairan. Informasi yang diperoleh dapat merupakan masukan bagi tindakan pengelolaannya berkaitan dengan pemanfaatan wilayah pesisir pantai tersebut secara optimal berkelanjutan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekayaan dan keanekaragaman jenis Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di sepanjang pantai Carita, Pandeglang, Banten.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai Agustus 2008, diawali dengan tahap pengambilan sampel moluska di pantai Carita, Pandeglang, Banten (Lampiran 1). Identifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Malakologi PPB LIPI Cibinong dan Laboratorium Zoologi Departemen Biologi FMIPA IPB. Analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB. Bahan dan Alat Bahan yang diamati pada penelitian ini adalah spesimen moluska untuk diidentifikasi dan air laut untuk analisis kualitas air. Bahan untuk mengawetkan moluska digunakan alkohol 40%.

2

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kerangka kuadrat ukuran 1m x 1m, serok, label, ember, kantong plastik, GPS (Global Positioning System), universal indikator, termometer, cooler box, dan botol yang terdiri atas botol BOD, COD, dan bekas air mineral. Penentuan Stasiun Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan berdasarkan hasil survei lapangan. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 4 stasiun yaitu di pantai Perhutani, muara pantai Carita, pantai Mutiara Carita, dan pantai Abil (Lampiran 2). Stasiun 1 merupakan lokasi pantai berpasir. Stasiun II merupakan daerah muara. Stasiun III dan IV merupakan lokasi pantai berkarang. Pengambilan Sampel Moluska Pengambilan sampel moluska dilakukan secara acak pada 4 stasiun dengan metode kuadrat (Krebs 1980). Pada setiap stasiun dilakukan 10 kali penentuan kuadrat secara acak sehingga pada masing-masing stasiun terdapat 10 titik pengambilan sampel. Pengambilan sampel moluska hanya dilakukan satu kali selama penelitian saat musim kemarau. Pada setiap titik pengambilan sampel dilakukan pencatatan posisi wilayah menggunakan GPS. Semua moluska khususnya Bivalvia dan Gastropoda yang terdapat di dalam kuadrat diambil, kemudian diawetkan dalam alkohol 40%. Pengukuran Kondisi Lingkungan Penentuan jenis substrat pada setiap stasiun dilakukan secara visualisasi dan dengan mengukur partikel sedimen. Sedimen yang telah diambil dari setiap stasiun dikeringkan lalu disaring dengan ayakan bertingkat. Sedimen yang tersisa pada setiap tingkat saringan kemudian ditimbang. Pengukuran untuk parameter air, seperti suhu, pH, dan DO (Dissolved Oxygen) dilakukan secara in situ langsung di lokasi pengambilan sampel (Lampiran 3). Suhu air diukur menggunakan termometer, pH menggunakan universal indikator, dan DO diukur secara tetrimetrik menurut metode standar Winkler (Alaerts & Santika 1984). Salinitas diukur menggunakan alat refraktometer. Penentuan TSS (Total Suspended Solid) dilakukan dengan cara gravimetrik (Alaerts & Santika 1984), penentuan COD (Chemical Oxygen Demand) dengan metode standar “reflux” yaitu dengan metode “heat of dilution procedure”

(pemanasan dengan asam sulfat) (Alaerts & Santika 1984), dan penentuan BOD5 (Biologycal Oxygen Demand) dilakukan secara tetrimetrik menurut metode standar Winkler (Alaerts & Santika 1984). Pengukuran kalsium (Ca) dan timbal (Pb) dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer). Identifikasi Moluska Identifikasi moluska menggunakan buku Siput dan Kerang Indonesia 1 dan 2 (Dharma 1988 dan 1992) dan Recent And Fossil Indonesian Shells (Dharma 2005). Selanjutnya dibandingkan dengan koleksi di Laboratorium Malakologi PPB LIPI Cibinong. Data hasil identifikasi digunakan sebagai acuan beberapa parameter. Parameter yang digunakan untuk mengetahui jenis yang dominan dari seluruh stasiun adalah jumlah setiap jenis, kerapatan, frekuensi, dan indeks nilai penting (INP). INP yang terbesar menunjukkan jenis yang dominan di sepanjang pantai Carita. Analisis data juga dilakukan pada masing-masing stasiun terhadap keanekaragaman jenis (H’), keseragaman jenis (E), dominansi (C), dan pengelompokan habitat. Analisis Data 1. Indeks NIlai Penting (INP) Jumlah dari Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR) dinyatakan sebagai Indeks Nilai Penting (INP). Kerapa tan =

Jumlah individu satu spesies Total individu spesies

Kerapatan relatif =

Frekuensi=

Kerapatan satu spesies x100% Total ker apa tan

Jumlah titik ditemukannya satu spesies Jumlah titik keseluruhan

Frekuensi relatif =

Frekuensi satu spesies x100% Total frekuensi tiap spesies

INP = Kerapatan Relatif + Frekuensi Relatif 2. Kepadatan Moluska Kepadatan adalah jumlah indvidu per satuan luas area. Rumus untuk menghitung kepadatan individu adalah sebagai berikut:

D =

Ni A

3

Keterangan: D = kepadatan moluska (ind./m2) Ni = jumlah individu spesies moluska A = luas total (m2) 3. Keanekaragaman Keanekaragaman jenis disebut juga keheterogenan jenis. Indeks keanekaragaman menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah per individu per spesies. Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan indeks ShannonWiener (Magurran 1987) dengan persamaan:

H ' = − ∑ Pi ln Pi Keterangan : H’ = indeks keanekaragaman Pi = ni/N ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah individu total Kriteria hasil keanekaragaman (H’) berdasarkan Shannon-Wiener (Krebs 1989) adalah: H’≤ 3.32 : keanekaragaman rendah 3.32
E=

H' Hmaks

Keterangan: E = indeks keseragaman H’ = indeks keanekaragaman Hmaks = ln S S = jumlah spesies 5. Dominansi Dominansi spesies tertentu dapat diketahui dengan menggunakan indeks dominansi Simpson (Magurran 1987), yaitu:

C = ∑ ( Pi)

2

Keterangan: C = indeks dominansi Pi = ni/N 6. Pengelompokan Habitat Indeks similaritas Sorensen (Cox 2002) digunakan untuk membandingkan kesamaan antar stasiun berdasarkan kesamaan antar spesies. Rumus yang digunakan adalah:

Is =

2w ( A + B)

Keterangan: Is = indeks similaritas Sorensen A = jumlah jenis pada stasiun A B = jumlah jenis pada stasiun B w = jumlah jenis yang sama pada kedua stasiun

HASIL Kondisi Lingkungan Persentase ukuran partikel sedimen pada setiap stasiun menunjukkan substrat pasir memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kerikil dan lumpur (Tabel 1). Stasiun I didominasi substrat pasir halus sampai sedang. Stasiun II didominasi oleh substrat berupa pasir kasar sampai kerikil. Stasiun III dan IV didominasi oleh substrat berupa hamparan karang dan pasir sedang sampai kasar. Vegetasi rumput laut seperti Sargassum sp., Codium sp., dan Padina sp. ditemukan pada stasiun III dan IV (Lampiran 4). Vegetasi lamun seperti Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, dan Halophila decipiens hanya ditemukan pada stasiun IV. Pengukuran fisika kimia perairan menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda pada masing-masing stasiun (Tabel 2). Kondisi perairan setiap stasiun masih berada dalam baku mutu yang telah ditetapkan. Namun kadar Pb yang diperoleh menunjukkan nilai yang melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

4

Tabel 1 Jenis-jenis substrat pada setiap stasiun Tipe sedimen: Kerikil Pasir kasar Pasir sedang

Jenis substrat Ukuran (mm): >1 1-0.5 0.5-0.25

Pasir halus Lumpur Pecahan cangkang Hamparan karang Batu

Stasiun I

Stasiun II

Stasiun III

Stasiun IV

7. 97 % 14.79 % 21.91 %

29.30 % 37.28 % 19.46 %

12.92 % 33.10 % 35.71 %

19.61 % 42.67 % 23.31 %

0.25-0.180 0.180-0.125 0.125-0.09

35. 02 % 12.53 % 6. 70 %

7.10 % 3.89 % 2.28 %

9.57 % 5.32 % 2.70 %

8.46 % 3.90 % 1.17 %

< 0.09

1. 08 % ada -

0.68 % ada ada

0.70 % ada ada -

0.87 % ada ada -

Stasiun IV

Baku mutu *

32 0.178 32

26-32 ≤25 30-34

8.5 48 4.13 6.16

6.5-8.5 ≤80 ≤45 ≥6

294.30

200-400

1.12

≤0.01

Tabel 2 Hasil pengukuran fisika kimia perairan pada setiap stasiun Parameter Unit Stasiun I Stasiun II Stasiun III Fisika : 0 Suhu air C 31 30 31 TSS mg/l 0.115 0.166 0.138 0 Salinitas /00 30 25 31 Kimia : pH 7 7 8 COD mg/l 92 36 60 BOD5 mg/l 7.49 3.84 6.05 DO mg/l 4.98 4.66 5.64 Mineral air : Ca ppm 298.70 268.95 357.12 Logam berat : Pb ppm 0.88 0.57 0.80 * Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.2 Tahun 1988

Tabel 3 Moluska yang ditemukan di sepanjang pantai Carita No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Famili Gastropoda Architectonicidae Cerithiidae Columbellidae Conidae Cypraeidae Littorinidae Muricidae Naticidae Ovulidae Planaxidae Triviidae Trochidae Turbinidae Bivalvia Donacidae Tellinidae Veneridae

Jumlah spesies 1 spesies 4 spesies 3 spesies 3 spesies 6 spesies 2 spesies 4 spesies 1 spesies 1 spesies 1 spesies 1 spesies 3 spesies 1 spesies 1 spesies 1 spesies 1 spesies

Perhitungan indeks nilai penting (INP) pada setiap jenis moluska di sepanjang pantai Carita menunjukkan jenis Donax cuneatus

mempunyai INP tertinggi yaitu sebesar 55.21% (Lampiran 7). INP terendah ditemukan pada 13 jenis moluska dari kelas Bivalvia dan Gastropoda dengan nilai INP 0.83 %. Kepadatan Moluska Kepadatan Gastropoda pada masingmasing stasiun menunjukkan bahwa kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 16.6 ind/m2. Stasiun I memiliki nilai kepadatan Gastropoda terendah yaitu 0.6 ind/m2 (Gambar 1). Kepadatan Bivalvia tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 28.9 ind/m2, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada stasiun IV yaitu 0.1 ind/m2 (Gambar 2). 20 16.6

18

kepadatan (ind/m2)

Kekayaan Jenis Moluska yang diperoleh dari empat stasiun penelitian berjumlah 629 individu (Lampiran 5). Total spesies yang ditemukan sebanyak 34 spesies dari 16 famili, yaitu 3 famili Bivalvia terdiri dari 3 spesies dan 13 famili Gastropoda terdiri dari 31 spesies (Tabel 3).

16 14 10.6

12 10 8 5.4

6 4 2

0.6

0 1

2

stasiun 3

4

Gambar 1 Kepadatan Gastropoda pada masing-masing stasiun

5

PEMBAHASAN 35

kepadatan (ind/m2)

30

28.9

25 20 15 10 5 0.3

0.4

0.1

3

4

0 1

2

stasiun

Gambar 2 Kepadatan Bivalvia pada masingmasing stasiun Keanekaragaman (H’), Keseragaman (E), dan Dominansi (C) Berdasarkan hasil perhitungan, keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) pada masing-masing stasiun menunjukkan nilai yang berbeda (Tabel 4). Indeks keanekaragaman secara keseluruhan berkisar antara 0.130-2.216. Indeks keanekaragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV (2.216) dan keanekaragaman terendah berada pada stasiun I (0.130). Hasil perhitungan indeks keseragaman (E) pada masing-masing stasiun berkisar antara 0.0720.717. Indeks keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV (0.717) dan terendah terdapat pada stasiun I (0.072). Nilai dominansi (C) pada masing-masing stasiun pengamatan berkisar antara 0.198-0.960. Nilai dominansi tertinggi berada pada stasiun I (0.960) dan terendah pada stasiun IV (0.198). Tabel 4 Keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (C) setiap stasiun Index H’ E C

St.I 0.130 0.072 0.960

St.II 0.206 0.297 0.900

St.III 2.033 0.668 0.224

St.IV 2.216 0.717 0.198

Pengelompokan Habitat Hasil perhitungan similaritas jenis menunjukkan bahwa indeks similaritas tertinggi terdapat pada stasiun III dan IV dengan nilai 0.744. Stasiun I dan II dengan indeks similaritas sebesar 0.250. Indeks similaritas terendah terdapat pada stasiun I dan III, I dan IV, II dan III, serta II dan IV yaitu dengan indeks similaritas 0 (Tabel 5). Tabel 5 Matriks indeks similaritas jenis pada masing-masing stasiun Stasiun I II III

I

II 0.250

III 0 0

IV 0 0 0.744

Jumlah spesies moluska yang didapatkan dari empat stasiun penelitian umumnya didominasi oleh anggota Gastropoda. Barnes (1987) menyatakan bahwa Gastropoda merupakan kelas moluska yang paling sukses karena menguasai berbagai habitat yang bervariasi. Banyaknya Gastropoda yang ditemukan pada setiap stasiun diduga karena kemampuan adaptasinya yang tinggi baik di substrat keras maupun lunak. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi di sepanjang pantai Carita terdapat pada jenis Donax cuneatus. Hal ini menggambarkan bahwa Donax cuneatus memberikan peranan yang besar terhadap struktur komunitas moluska di sepanjang pantai Carita. Jenis ini ditemukan melimpah pada daerah pengamatan dengan karakteristik habitat perairan berupa pasir halus sampai sedang. INP terendah ditemukan pada 13 jenis moluska dari kelas Bivalvia dan Gastropoda yaitu Cerithium columna, Clypeomorus chemnitziana, Columbella melanozoa, Columbella pardalina, Conus pertusus, Cypraea errones, Cypraea moneta, Cypraea ursellus, Polinices tumidus, Planaxis sulcatus, Trivia oryza, Nodillitorina pyramidalis, dan Tellina palatam. INP terendah menunjukkan bahwa jenis-jenis ini mempunyai peranan yang kecil terhadap struktur komunitas moluska di daerah pengamatan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya penyebaran dan keberadaan jenis-jenis tersebut di sepanjang pantai Carita. Kepadatan moluska menunjukkan individu yang hidup pada habitat tertentu, luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower & Zar 1977). Stasiun III memiliki kepadatan Gastropoda terbesar karena kondisi habitat di stasiun tersebut didominasi hamparan karang yang mendukung kehidupan Gastropoda. Stasiun I memiliki kepadatan Gastropoda terendah karena substrat berpasir yang tidak menyediakan tempat melekat bagi organisme khususnya Gastropoda. Tempat melekat berguna untuk bertahan dari aksi gelombang secara terus menerus yang dapat menggerakkan partikel substrat. Kepadatan Bivalvia terbesar terdapat pada stasiun I karena habitatnya didominasi substrat berupa pasir halus sampai sedang yang dapat mendukung kehidupan Bivalvia. Bivalvia berlimpah di lingkungan dengan substrat berpasir karena anggota ini mampu menggali liang di dalam pasir dan hidup diantara butiran pasir. Nybakken (1992) menyatakan bahwa tipe substrat berpasir akan

6

memudahkan moluska untuk mendapatkan suplai nutrisi dan air yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Stasiun II, III, dan IV memiliki kepadatan Bivalvia terendah karena substrat berupa pasir sedang, kasar sampai kerikil yang kurang mendukung kehidupannya. Keanekaragaman pada stasiun IV menunjukkan keanekaragaman yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lainnya. Tingginya nilai keanekaragaman tersebut karena kondisi habitat di lokasi ini terdiri dari beberapa substrat seperti pasir dan hamparan karang serta luasnya keberadaan lamun dan rumput laut. Keanekaragaman jenis akan meningkat di daerah rataan terumbu yang selalu terendam air dan memiliki substrat bervariasi (Taylor 1971). Keanekaragaman terendah ditemukan pada stasiun I yang ditandai dengan keberadaan jenis yang menempati daerah tersebut tidak banyak. Hal ini disebabkan oleh pengaruh substrat yang cenderung homogen. Berdasarkan Shannon-Wiener (Krebs 1989) yang menyatakan bila H’ ≤ 3.32 maka keanekaragaman jenis dinilai rendah. Pada penelitian ini, hasil keanekaragaman stasiun I (0.130), stasiun II (0.206), stasiun III (2.033), dan stasiun IV (2.216) menunjukkan nilai yang lebih rendah dari 3.32. Heddy dan Kurniati (1996) menyatakan bahwa keanekaragaman rendah menandakan ekosistem mengalami tekanan atau kondisinya menurun. Keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV. Hal ini berarti bahwa jumlah individu yang termasuk dalam tiap-tiap spesies yang berada pada stasiun tersebut jumlahnya cenderung seragam. Keseragaman yang tinggi terutama didukung oleh kesuburan habitat yang dapat mendukung kehidupan setiap spesies yang berada di tempat tersebut. Indeks dominansi tertinggi terdapat pada stasiun I dengan spesies yang mendominasi yaitu Donax cuneatus. Kondisi substrat pada stasiun I sangat mendukung pertumbuhan spesies ini. Donax cuneatus merupakan anggota kelas Bivalvia yang hidup di dalam pasir di daerah pasang surut (Dharma 1988). Kerang Donax mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan pasang surut, tetapi distribusinya dibatasi oleh kebutuhannya terhadap lingkungan pantai dengan energi tinggi dan kaya bahan organik (Laudien et al. 2004). Terjadinya dominansi dipengaruhi juga oleh keberadaan lamun dan karang yang dapat berfungsi sebagai tempat berlindung dan mencari makan, bila

keberadaan vegetasi tersebut mulai menyusut atau sedikit, maka hanya jenis-jenis tertentu yang dapat bertahan (Cappenberg & Panggabean 2005). Tingginya nilai similaritas antara stasiun III dan IV disebabkan oleh kemiripan substrat perairan dibandingkan dengan stasiun lainnya. Dari 27 spesies yang ditemukan pada kedua stasiun terdapat 16 spesies yang sama yaitu Heliacus variegatus, Clypeomorus moniliferus, Clypeomorus coralium, Conus ebraeus, Cypraea annulus, Cypraea arabica, Pustularia cicercula, Chicoreus adustus, Drupa sp., Morula granulata, Morula margariticola, Tectus fenestratus, Trochus maculatus, Trochus radiatus, Turbo setosus, dan Gafrarium divericatum. Kedekatan stasiun satu dengan stasiun lainnya ternyata tidak selalu berhubungan dengan similaritas dari Gastropoda dan Bivalvia. Stasiun I dan II yang letaknya saling berdekatan memiliki nilai similaritas 0.250. Nilai ini masih lebih rendah dari nilai similaritas stasiun III dan IV. Pada stasiun lain yang letaknya berdekatan memiliki nilai similaritas 0 karena terdapat variasi tipe substrat. Secara umum kondisi perairan pantai Carita masih berada dalam kisaran baku mutu air laut untuk kehidupan biota laut. Namun analisis kualitas perairan menunjukkan bahwa perairan pantai Carita memiliki kandungan Pb yang relatif tinggi. Terdapatnya Pb pada perairan pantai Carita diduga sebagai salah satu faktor lingkungan yang dapat memberikan tekanan terhadap kelangsungan hidup organisme laut. Dittman (1990) menyatakan bahwa selain pemangsaan atau kompetisi, lingkungan fisika kimia perairan yang kurang layak dapat menyebabkan perbedaan-perbedaan dalam kepadatan maupun jumlah jenis. Kandungan Pb yang tinggi pada perairan dapat menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup biota perairan. Menurut Heath (1987), logam berat dalam perairan dapat menyebabkan kerusakan pada alat pernapasan hewan laut, sehingga oksigen yang diikat untuk kebutuhan metabolisme menjadi sangat sedikit dan dapat mengakibatkan kematian hewan. Sumber pencemaran logam di perairan pantai Carita ini juga belum diketahui dengan pasti, namun bisa berasal dari pembuangan limbah industri yang bermuara ke pantai atau berasal dari kandungan bebatuan sekitar. Oleh karena itu perlu pembuktian lebih lanjut untuk mengetahuinya dengan pasti.

7

SIMPULAN Pengamatan di sepanjang pantai Carita, Pandeglang ditemukan sebanyak 16 famili Moluska yang terdiri dari 34 spesies yaitu 3 spesies Bivalvia dan 31 spesies Gastropoda. Donax cuneatus merupakan spesies yang mendominasi selama pengamatan yaitu dengan INP 55.21%. Dari kepadatan moluska dapat diduga bahwa penyebaran anggota Gastropoda di pantai Carita lebih luas. Keanekaragaman jenis moluska di sepanjang pantai Carita, Pandeglang berada dalam kondisi yang relatif rendah. Kemiripan substrat memberikan indeks similaritas yang lebih baik dibandingkan dengan lokasi yang berdekatan. Analisis kualitas fisika kimia perairan menunjukkan bahwa perairan pantai Carita memiliki kandungan Pb yang relatif tinggi.

SARAN Penelitian selanjutnya dilakukan secara berkala terutama berdasarkan perbedaan musim untuk melihat kekayaan moluska yang sebenarnya. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pb terhadap keberadaan komunitas moluska di perairan pantai Carita.

DAFTAR PUSTAKA Alaerts G, Santika SS. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Barnes RD.1987. Invertebrata Zoology 5th Ed. W.B. Saunders Company. Philadelphia. Proc. Malae. Soc. London 41 : 589600. Brower JE, Zar JH.1977. Field and Laboratory Method for General Ecology. 151-169. Wm. C Brown Publishing Dubuque. Iowa. Brusca RC, Brusca GJ. 1990. Invertebrates. Sinaeur Ass, Inc. Publ. Sunderland, Massachusetts. Cappenberg HAW, Panggabean MG. 2005. Moluska di perairan gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta. J Oldi 37:69-80. Cox GW. 2002. General Ecology Laboratory Manual 8th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies. Dharma B. 1988. Siput dan Kerang Indonesia I. Jakarta: Sarana Graha. 1992. Siput dan Kerang Indonesia II. Jakarta: Sarana Graha.

2005. Recent and Fossil Indonesian Shells. Jakarta: PT Ikrar Mandiri abadi. Dittman S. 1990. Mussel Beds-Amensalism or Amelioration For Interdal Fauna. Helgolander Meeresunters 44:335-352. Heath AG. 1987. Water Polution and Fish Physiology. Florida: CRC Press. Heddy S, M Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP02/MENKLH/I/1998. http://www.iips online.com/KEP_MLH_02_1988_IND. html. [19 Sep 2008]. Krebs CJ. 1989. Ecologycal Methodology. London: Harper and Row Publishers. Laudien J, Brey T, dan WE Arntz. 2003. Population structure, growth and production of the surf clam Donax serra (Bivalvia, Donacidae) on two Namibian Sandy Beach. Estuarine, Coastal and Shelf Science 58: 105-115. Magurran AE. 1987. Ecologycal Diversity and Its Measurement. New Jersey: Princeton University Press. Nybakken JW.1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Eidman M et al., penerjemah; Jakarta: PT Gramedia. Terjemahan dari Marine Biology: An Ecologycal Approach. Pechenik JA. 2000. Biology of The Ed. New York: Invertebrates. 4th McGraw-Hill Book Company, Inc. Setyobudiandi I, Bengen DG, Damar A. 1996. Keanekaragaman dan distribusi makrozoobentos di perairan teluk Cilegon. J ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia IV(2): 49-64. Taylor JD. 1971. Reef associated molluscan assemblage in the western Indian Ocean. Symposium of Zoological Society of London 28: 510-534. Wouthuyzen S, Sapulete D. 1994. Keadaan wilayah pesisir di Teluk Kotania, Seram Barat pada masa lalu dan sekarang : suatu tinjauan. J Perairan Maluku dan sekitarnya 7: 1-18.

8

LAMPIRAN

9

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian di pantai Carita, Pandeglang, Banten

Lampiran 2 Letak stasiun pengambilan sampel di sepanjang pantai Carita, Pandeglang, Banten

10

Lampiran 3 Metode pengukuran kualitas perairan Metode Pengukuran Parameter Kualitas Perairan di Lapangan (In situ) 1. Dissolved Oxygen (DO) Penentuan oksigen terlarut (DO) dilakukan secara tetrimetrik menurut metode standar Winkler . Analisa DO secara tetrimetrik ini dilakukan dengan menggunakan botol yang dirancang khusus untuk menghindari terjadinya gelembung udara pada saat botol ditutup, yang disebut botol BOD. Prosedur penentuan DO sebagai berikut: 1. Air sampel dimasukkan ke dalam botol BOD 125 ml atau 150 ml sampai meluap (jangan sampai terjadi gelembung udara), tutup kembali. 2. 0.5 ml sulfamic Acid ditambahkan dengan pipet di bawah permukaan, kemudian ditutup dan diaduk dengan membolak-balik botol. 3. 1 ml Mangan Sulfat (MnSO4) dan 2 ml NaOH + KI di tambahkan. Penambahan reagenreagen ini juga dengan memasukkan pipet di bawah permukaan air dalam botol. Botol ditutup kembali dan diaduk dengan membolak-balik botol. Biarkan beberapa saat hingga terbentuk endapan coklat dengan sempurna. 4. 1 ml H2SO4 pekat ditambahkan dengan hati-hati (menggunakan ruang asam), kemudian diaduk dengan cara yang sama sampai semua endapan larut. 5. 50 ml air dari botol BOD diambil menggunakan gelas ukur, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer (diusahakan jangan sampai terjadi gelembung). 6. Titrasi dengan Na-thiosulfat hingga terjadi perubahan warna dari kuning tua ke kuning muda. Tambahkan 5-8 tetes indikator amylum hingga terbentuk warna biru. Titrasi dilanjutkan dengan Na-thiosulfat sampai tepat tidak berwarna (bening). Perhitungan: mgO 2 / l =

(mltitran)( NormalitasNa − thiosulfat )(8)(1000) (mlbotolBOD − mlreagenterpakai) (mlsampel ) (mlbotolBOD)

Metode Pengukuran Parameter Kualitas Perairan di Laboratorium Proling 1. Salinitas Pengukuran salinitas menggunakan alat refraktometer. 2. Total Suspended Solid (TSS) Prosedur penentuan TSS sebagai berikut: 1. Kertas saring (Milipore dengan porositas 0.45 μm) ditimbang untuk mengetahui berat awal (berat kertas saring). 2. 100 ml air sampel diambil dengan gelas ukur lalu diaduk, kemudian disaring menggunakan kertas saring (filter) yang telah ditimbang sebelumnya. Penyaringan dilakukan dengan “vacuum pump”. 3. Filter dan residu dikeringkan dalam oven 103-1050C selama 1.5 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang untuk mengetahui berat akhir (berat filter dan residu). Perhitungan: TDS ( mg / l ) = ( A − B )

1000 mlsampel

A = Berat (mg) filter dan residu B = Berat (mg) filter 3. Chemical Oxygen Demand (COD) Prosedur penentuan COD sebagai berikut: 1. 5 ml air sampel dipipet kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. 2. 2.5 ml K2Cr2O7 ditambahkan, kemudian diaduk. 3. 7.5 ml H2SO4 pekat ditambahkan (menggunakan ruang asam), kemudian diaduk. 4. Erlenmeyer ditutup dengan kaca arloji (gelas penutup) dan dibiarkan selama 30 menit. 5. Setelah 30 menit, diencerkan dengan menambahkan 5 mi akuades, kemudian diaduk. 6. 2-3 tetes indikator Ferroin ditambahkan, kemudian titrasi dengan FAS (Ferrous Amonium Sulfat) hingga terjadi perubahan warna dari kuning-oranye atau biru-kehijauan menjadi merah-kecoklatan.

11

7.

Larutan blanko juga dibuat dengan menggunakan 5 ml akuades, kemudian ditambahkan pereaksi-pereaksi seperti pada prosedur sebelumnya. Larutan blanko ini diperlukan dalam perhitungan nilai COD. Perhitungan: COD ( mg / l ) =

( B − S ) × N × 8 × 1000 mlsampel

B = Volume FAS yang digunakan dalam larutan blanko (ml) S = Volume FAS yang digunakan dalam air sampel (ml) N = Normalitas FAS 4. Biologycal Oxygen Demand (BOD5) Prosedur penentuan BOD sebagai berikut: 1. Air sampel didalam wadah diaerasi untuk meningkatkan kadar oksigen air sampel menggunakan aerator selama 15 menit. 2. Air sampel dipindahkan ke dalam botol BOD gelap dan terang sampai penuh. Air dalam botol BOD terang segera dianalisa kadar oksigen terlarutnya (DO1). Botol BOD gelap dan air sampel didalamnya diinkubasi dalam BOD inkubator pada suhu 200C selama 5 hari. Setelah 5 hari ditentukan kadar oksigen terlarut dalam botol gelap ini (DO5). Prosedur penentuan oksigen terlarut (DO) sama seperti prosedur penentuan DO di lapangan (in situ) yaitu dengan metode tetrimetri menurut metode standar Winkler. Reagen dan H2SO4 yang ditambahkan disesuaikan dengan ukuran botol BOD yang digunakan. Pada pengukuran DO dilaboratorium digunakan botol BOD 250 ml dan 300 ml sehingga reagen dan H2SO4 yang ditambahkan lebih banyak 2 kali dibanding pengukuran di lapangan yang menggunakan botol BOD 125 ml dan 150 ml. Perhitungan: BOD5 (ppm) = (DO1 – DO5) DO1 = Kadar oksigen terlarut tanpa inkubasi DO5 = Kadar oksigen terlarut setelah inkubasi 5 hari Pengukuran Parameter Kualitas Perairan di Laboratorium INMT Pengukuran kadar Pb (timbal) dan Ca (kalsium) dilakukan menggunakan teknik analisa dari spektrofotometer serapan atom (Atomic Absorption Spectrophotometer, AAS), yaitu: 1. Pengukuran kadar Pb (timbal) 1. Air sampel dari masing-masing stasiun diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Larutan standar disiapkan yaitu dengan kadar 0.5 ppm,1.5 ppm, 2.5 ppm, dan 3.5 ppm. 3. Larutan standar diukur lebih dahulu sebagai standarisasi, kemudian diukur kadar Pb dalam air sampel menggunakan AAS Shimadzu model AA-680 pada panjang gelombang 217 nm. 2. Pengukuran kadar Ca (kalsium) 1. Air sampel dari masing-masing stasiun diencerkan terlebih dulu sebanyak 30 kali, kemudian air sampel diambil 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. 2. Larutan standar disiapkan yaitu dengan kadar 2 ppm, 4 ppm, dan 8 ppm. 3. Larutan standar diukur lebih dulu, kemudian diukur kadar Ca dalam air sampel menggunakan AAS Shimadzu model AA-680 pada panjang gelombang 422.7 nm.

12

Lampiran 4 Gambar lamun dan rumput laut yang ditemukan di pantai Carita Lamun

Cymodocea rotundata

Cymodocea serrulata

Halodule pinifolia

Halophila decipiens

Rumput Laut

Sargassum sp.

Codium sp.

Padina sp.

13

Lampiran 5 Jenis-jenis moluska pada setiap stasiun pengamatan No. 1. 2.

3

4.

5.

6. 7.

8. 9. 10. 11. 12.

13.

Famili / Spesies Gastropoda Architectonicidae Heliacus variegatus Cerithiidae Cerithium columna Clypeomorus moniliferus Clypeomorus chemnitziana Clypeomorus coralium Columbellidae Columbella fulgurans Columbella melanozoa Columbella pardalina Conidae Conus coronatus Conus ebraeus Conus pertusus Cypraeidae Cypraea annulus Cypraea arabica Cypraea errones Cypraea moneta Cypraea ursellus Pustularia cicercula Littorinidae Littorina scabra Nodillitorina pyramidalis Muricidae Chicoreus adustus Drupa sp. Morula granulata Morula margariticola Naticidae Polinices tumidus Ovulidae Calpurnus verrucossus Planaxidae Planaxis sulcatus Triviidae Trivia oryza Trochidae Tectus fenestratus Trochus maculatus Trochus radiatus Turbinidae Turbo setosus

Jumlah individu Jumlah spesies Bivalvia 1. Donacidae Donax cuneatus * 2. Tellinidae Tellina palatam * 3. Veneridae Gafrarium divericatum * Jumlah individu Jumlah spesies Jumlah individu keseluruhan Jumlah spesies keseluruhan

I

II

Stasiun III

IV

Total tiap spesies

0

0

13

3

16

0 0 1 0

0 0 0 0

0 71 0 1

1 23 0 2

1 94 1 3

0 0 0

0 0 0

0 1 0

4 0 1

4 1 1

0 0 1

0 0 0

2 1 0

0 1 0

2 2 1

0 0 0 0 1 0

0 0 0 0 0 0

3 2 1 0 0 1

3 1 0 1 0 4

6 3 1 1 1 5

0 0

54 0

0 0

0 1

54 1

0 0 0 0

0 0 0 0

3 6 11 1

2 6 40 1

5 12 51 2

1

0

0

0

1

2

0

0

0

2

0

0

1

0

1

0

0

0

1

1

0 0 0

0 0 0

2 2 15

3 1 4

5 3 19

0

0

29

3

32

6 5

54 1

166 19

106 21

332 31

289

3

0

0

292

0

0

1

0

1

0 289 1

0 3 1

3 4 2

1 1 1

4 297 3

295 6

57 2

170 21

107 22

629 34

* Jenis yang umum dimanfaatkan sebagai bahan makanan

14

Lampiran 6 Foto biota yang ditemukan selama pengamatan Kelas Gastropoda

Heliacus variegatus

Clypeomorus chemnitziana

Columbella melanozoa

Conus ebraeus

Cypraea arabica

Cerithium columna

Clypeomorus coralium

Columbella pardalina

Conus pertusus

Cypraea errones

Clypeomorus moniliferu

Columbella fulgurans

Conus coronatus

Cypraea annulus

Cypraea moneta

15

Cypraea ursellus

Pustularia cicercula

Littorina scabra

Nodilittorina pyramidalis

Chicoreus adustus

Drupa sp.

Morula granulata

Calpurnus verrucossus

Tectus fenestratus

Morula margariticola

Planaxis sulcatus

Trochus maculatus

Polinices tumidus

Trivia oryza

Trochus radiatus

16

Turbo setosus

Kelas Bivalvia

Donax cuneatus

Tellina palatam

Gafrarium divericatum

17

Lampiran 7 Indeks nilai penting setiap jenis moluska di sepanjang pantai Carita JENIS MOLUSKA Gastropoda

TOTAL

K

KR (%)

F

FR (%)

INP (%)

16

0.025

2.54

0.175

4.73

7.27

Cerithium columna

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Clypeomorus moniliferus

94

0.149

14.94

0.5

13.51

28.46

Clypeomorus chemnitziana

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Clypeomorus coralium

3

0.005

0.48

0.075

2.03

2.50

Columbella fulgurans

4

0.006

0.64

0.1

2.70

3.34

Columbella melanozoa

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Columbella pardalina

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Conus coronatus

2

0.003

0.32

0.05

1.35

1.67

Conus ebraeus

2

0.003

0.32

0.05

1.35

1.67

Conus pertusus

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Cypraea annulus

6

0.010

0.95

0.1

2.70

3.66

Cypraea arabica

3

0.005

0.48

0.075

2.03

2.50

Cypraea errones

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Cypraea moneta

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Cypraea ursellus

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Pustularia cicercula

5

0.008

0.79

0.125

3.38

4.17

Littorina scabra

54

0.086

8.59

0.125

3.38

11.96

Nodillitorina pyramidalis

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Chicoreus adustus

5

0.008

0.79

0.1

2.70

3.50

Drupa sp.

12

0.019

1.91

0.175

4.73

6.64

Morula granulata

51

0.081

8.11

0.425

11.49

19.59

Morula margariticola

2

0.003

0.32

0.05

1.35

1.67

Polinices tumidus

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Calpurnus verrucossus

2

0.003

0.32

0.05

1.35

1.67

Planaxis sulcatus

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Trivia oryza

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Tectus fenestratus

5

0.008

0.79

0.125

3.38

4.17

Trochus maculatus

3

0.005

0.48

0.075

2.03

2.50

Trochus radiatus

19

0.030

3.02

0.275

7.43

10.45

Turbo setosus

32

0.051

5.09

0.325

8.78

13.87

Donax cuneatus

292

0.464

46.42

0.325

8.78

55.21

Tellina palatam

1

0.002

0.16

0.025

0.68

0.83

Gafrarium divericatum

4

0.006

0.64

0.075

2.03

2.66

629

1

100

3.7

100

200

Heliacus variegatus

Bivalvia

JUMLAH