KIMIA FARMASI

Download DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN PEMBENTUKAN ... Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri . .... larutan jenuh laktosa ...

0 downloads 680 Views 10MB Size
Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang

Cetakan pertama, Oktober 2017 Penulis

: Dra.Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

Pengembang Desain Intruksional : Dra. Dina Mustafa, M.Sc. Desain oleh Tim P2M2 Kover & Ilustrasi Tata Letak

: : Nursuci Leo Saputri, A.Md. : Ayuningtias Nur Aisyah, A.Md.

Jumlah Halaman

: 122

 Praktikum Kimia Farmasi II 

DAFTAR ISI BAB I: ANALISIS KUALITATIF OBAT

1

Topik 1. Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam …........................................................ Latihan 1 ….…………………………………………....................................................................... Kunci Jawaban Tes ..................................................................................................

2 18 19

Topik 2. Identifikasi Golongan Fenol …................................................................................ Latihan 2 …...……………………………..............................................……............................... Kunci Jawaban Tes ..................................................................................................

20 28 29

Topik 3. Identifikasi Golongan Alkaloid ............................................................................... Latihan 3 …..……………………………..............................................……............................... Kunci Jawaban Tes ..................................................................................................

30 36 37

Tes 1 ………………….…………………..……......................................................................... Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. Daftar Pustaka ….....................................................................................................

38 41 42

BAB II: ANALISI KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI)

43

Topik 1. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri …................................ Tes 1 ……………………….…………………..…….........................................................................

47 49

Topik 2. Penetapan kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri .................................. Tes 2 ……………………….…………………..……......................................................................... Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. Latihan …..…..……………………………..............................................……...............................

57 60 68 70

Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. Daftar Pustaka …...........................................................................................................

72 73

iii

 Praktikum Kimia Farmasi II 

BAB III: ANALISIS KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS

74

Topik 1. Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri ........................................... Latihan 1 ……….…………………………..............................................……...............................

76 87

Topik 2. Penetapan Kadar Fero Sulfat dengan Metode Permanganometri ............................ Latihan 2 ……………....…………………..............................................……...............................

88 98

Topik 3. Penetapan Kalsium Laktat dengan Metode Kompeksometri ................................... Latihan 3 …………………………………..............................................……............................... Kunci Jawaban Tes .................................................................................................. Tes 3 ……………………….…………………..…….........................................................................

99 109 110 113

Kunci Jawaban Tes ....................................................................................................... Daftar Pustaka ........................................................................................................

116 117

iv

 Praktikum Kimia Farmasi II 

BAB I ANALISA KUALITATIF OBAT DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt, Dra Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

PENDAHULUAN Para mahasiswa sekalian, praktikum Analisis kualitatif dilakukan dengan 3 tahapan yaitu uji pendahuluan, uji golongan dan uji penegasan. Tiga tahapan uji kualitataif ini dapat anda pelajari pada Bab I teori Kimia Farmasi. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk menguji senyawa obat tunggal maupun dalam campuran dengan metode konvensional, misalnya dari reaksi warna yang terbentuk masing-masing senyawa obat. Ada banyak senyawa obat dari masing-masing golongan obat yang diidentifikasi, tetapi dalam praktikum ini hanya dibatasi pada beberapa senyawa obat saja dalam bentuk senyawa tunggal, sehingga tidak dibutuhkan proses pemisahan terlebih dahulu. Dengan mengikuti praktikum analisis kualitatif ini dapat memberikan keterampilan dan pengalaman kepada anda untuk mengidentifikasi obat. Modul praktikum analisa kualitatif kimia farmasi ini disusun dengan 3 topik kegiatan praktikum yaitu : Topik 1 : Identifikasi golongan karbohidrat dan asam Topik 2 : Kegiatan praktikum 2 : Identifikasi golongan fenol Topik 3 : Kegiatan praktikum 3 : Identifikasi golongan alkaloid

1

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 1 Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam Dalam kegiatan praktek ini, Anda diharapkan mencermati setiap langkah dalam identifikasi senyawa golongan karbohidrat dan asam yang dipraktekan dalam kegiatan praktikum ini. Dalam Bab 1 Teori Kimia Farmasi, telah dijelaskan bahwa identifikasi obat dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu uji pendahuluan, uji golongan, dan uji penegasan. Kerjakanlah ke 3 langkah tersebut secara sistematis agar Anda tidak salah dalam menyimpulkan jenis senyawa yang sedang Anda identifikasi. Untuk mencegah tercemarnya zat uji yang Anda identifikasi, bekerjalah secara berhatihati sehingga tidak menyulitkan Anda dalam melakukan kegiatan praktek ini. Ingat, jika Anda bekerja secara ceroboh, maka zat uji yang sedang Anda identifikasi tidak akan memberikan hasil yang baik. Yang sudah barang tentu akan membuat Anda tidak dapat menyimpulkan/membedakan antara satu zat uji dengan zat uji lainnya. A.

GOLONGAN KARBOHIDRAT

1.

Pendahuluan Dalam sediaan obat hampir selalu bahan aktif bercampur dengan zat pembawa/bahan tambahan, salah satu bahan tambahan banyak digunakan dalam sediaan tablet, kapsul, maupun larutan (sirop, emulsi, dan suspensi) adalah bahan pembawa organik yang merupakan senyawa karbohidrat. Karbohidrat yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan adalah glukosa, laktosa, sukrosa, dan amilum. Sifat-sifat kimia karbohidrat berkaitan dengan gugus fungsional yang terdapat dalam molekul yaitu gugus hidroksi, gugus aldehid dan gugus keton. Beberapa sifat kimia karbohidrat dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan senyawa karbohidrat yang satu dengan yang lainnya. Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat mereduksi ini karena adanya gugus aldehid bebas pada karbohidrat. Identifikasi golongan karbohidrat secara umum dilakukan dengan pereaksi molisch. Karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan dihidrolisa menjadi monosakarida dan selanjutnya monosakarida mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Furfural atau hidroksi metil furfural dengan α-naftol akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks yang berwarna ungu. Apabila pemberian asam sulfat dilakukan dengan hati-hati melalui dinding maka warna ungu yang terbentuk berupa cincin pada batas antara larutan karbohidrat dengan asam sulfat.

2

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2. a.

Uraian Zat Uji Glukosa (FI edisi IV, hal 300) 1) Rumus Molekul : C6H12O6. H2O 2) Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa manis 3) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air mendidih; larut dalam etanol mendidih; sukar larut dalam etanol 4) Reaksi identifikasi: tambahkan beberapa tetes larutan (1 dalam 20) pada 5 ml tembaga (II) tartrat alkali LP panas terbentuk endapan merah tembaga oksida.

b.

Laktosa (FI edisi IV, hal 488) 1) Rumus Molekul : C12H22O11 2) Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis 3) Kelarutan :Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter 4) Reaksi identifikasi:Tambahkan 5 ml natrium hidroksida 1 N pada 5 ml larutan jenuh laktosa panas dan hangatkan hati-hati. Cairan menjadi kuning dan akhirnya merah kecoklatan. Dinginkan hingga suhu kamar, dan tambahkan beberapa tetes tembaga (II) tartrat alkali LP; terbentuk endapan merah tembaga (I) oksida.

c.

Sukrosa (FI edisi IV, hal 762) 1) Rumus Molekul : C12H22O11 2) Pemerian :Hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa manis. 3) Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. 4) Reaksi identifikasi: -

d.

Amilum (FI edisi IV, hal 107) 1) Rumus Molekul : 2) Pemerian : serbuk sangat halus, putih 3) Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 4) Reaksi identifikasi:

3

 Praktikum Kimia Farmasi II 

a) Panaskan sampai mendidih selama 1 menit suspensi 1 g dalam 50 ml air, dinginkan terbentuk larutan kanji yang encer b) Campur 1 ml larutan kanji yang diperoleh pada identifikasi A dengan 0,05 ml larutan iodium 0,005 M, terjadi warna biru tua yang hilang pada pemanasan dan timbul kembali pada pendinginan. 3. a. b. c. d. e.

Tujuan Praktikum Mengidentifikasi golongan senyawa karbohidrat Mengidentifikasi secara spesifik glukosa Mengidentifikasi secara spesifik laktosa Mengidentifikasi secara spesifik sukrosa Mengidentifikasi secara spesifk amilum

4. a. 1.

Pelaksanaan Bahan dan Alat Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin g) Gelas kimia

2.

Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Glukosa b) Laktosa c) Sukrosa d) Amilum e) α-naftol f) asam sulfat g) Kalium bromida h) Resorsin i) Pereaksi fehling j) Etanol k) air

b. 1.

Prosedur kerja dan pengamatan Uji pendahuluan a) Organoleptik lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi. Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa 4

 Praktikum Kimia Farmasi II 

serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit). Cocokkan hasil pengamatan Anda dengan uraian zat uji masing-masing. b) Kelarutan 1) Siapkan 2 buah tabung reaksi 2) Masukkan ± 50 mg zat uji KH1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya. 4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya. 5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan. 6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji KH2, KH3, dan KH4. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing. c) Uji keasaman 1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air). 2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut. 3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan. d) Uji unsur Senyawa karbohidrat adalah senyawa yang hanya mengandung unsur C, H, dan O, oleh karena itu hasil uji unsur akan memberikan pengamatan yang negatif. Dengan demikian tidak diperlukan uji unsur untuk membedakan senyawasenyawa yang termasuk dalam golongan karbohidrat. Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan Pengujian

Organoleptik

Kelarutan

Zat uji KH1

KH2

Bentuk Warna Bau Rasa Air Etanol

5

KH3

KH4

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Zat uji

Pengujian

Keasaman

KH1

KH2

KH3

KH4

Lakmus merah Lakmus biru

2.

Uji golongan Larutan zat uji pada hasil uji kelarutan ditambahkan 3 tetes pereaksi Molisch (larutan α-naftol dalam etanol), kocok. Miringkan tabung reaksi, lalu alirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar tidak bercampur. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu seperti gambar berikut.

Gambar1. Pembentukan cincin ungu pada uji golongan karbohidrat dengan pereaksi Molisch Hasil pengamatan uji golongan Pereaksi Molisch Kesimpulan 3.

KH1

KH2

KH3

KH4

Uji penegasan a) Buat larutan zat uji dengan cara : masing-masing zat uji karbohidrat sebanyak ± 100 mg, masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 5 ml aquades, kocok hingga larut. Jika zat uji tidak larut panaskan b) Uji sifat mereduksi menggunakan pereaksi fehling c) 1 ml masing-masing larutan zat uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml larutan fehling (campuran sama banyak fehling A

6

 Praktikum Kimia Farmasi II 

dan fehling B). Panaskan di atas penangas air, jika terbentuk endapan merah bata maka zat uji positif bersifat gula pereduksi.

b)

a)

Gambar 2. Hasil reaksi uji gula pereduksi menggunakan pereaksi fehling, a) mereduksi (endapan merah bata); b) tidak mereduksi (larutan tetap biru) Hasil pengamatan sifat mereduksi fehling Pereaksi KH1 KH2 KH3 Fehling Kesimpulan Catatan : kesimpulan merupakan mereduksi/tidak mereduksi

KH4

d) Zat uji pereduksi (zat uji merupakan glukosa dan laktosa) 1 ml masing-masing larutan zat uji (yang mereduksi fehling), dimasukkan ke dalam tabung reaksi, panaskan di atas penangas air selama ± 5 mnt, + 2 ml NH4OH 2N, tutup tabung dengan kapas lalu panaskan kembali di atas penangas air selama ± 5 menit. Terbentuknya larutan berwarna merah menunjukkan positif laktosa.

Gambar 3. Hasil uji dengan pereaksi amonia 2 N, larutan merah positif laktosa; larutan kuning glukosa 7

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil pengamatan membedakan senyawa yang mereduksi fehling (glukosa danlaktosa) Pereaksi

Kode zat uji ............

.............

Amonia 2N Kesimpulan Catatan : kesimpulan glukosa/laktosa e) Zat uji non pereduksi (zat uji merupakan sukrosa dan amilum) (1) Uji iodin 1ml larutan zat uji masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi (yang tidak mereduksi fehling), tambahkan 1 tetes larutan iodium 0,1 N. Terbentuknya warna biru menunjukkan positif amilum.

Gambar 4. Hasil uji dengan pereaksi iodium, pembentukan larutan berwarna biru positif amilum (2) Uji seliwanoff ± 10 mg zat uji yang tidak mereduksi fehling, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 0,5 ml larutan resorsin 1% dan 3 ml larutan asam klorida 2 N, panaskan di atas penangas air. Terbentuknya warna merah menunjukkan positif sukrosa.

8

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Gambar 5. Hasil uji dengan pereaksi seliwanof, pembentukan larutan berwarna merah chery positif sukrosa Hasil pengamatan membedakan senyawa yang tidak mereduksi fehling (sukrosa dan amilum)

Pereaksi

Kode zat uji ............

Iodium Seliwanof Kesimpulan

9

.............

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Laporan Praktikum Buat laporan praktikum yang berisi kesimpulan jenis senyawa masing-masing berdasarkan pengamatan yang sistematis yang memberikan hasil uji spesifik masing-masing zat uji. Misalnya : Zat KH1 adalah : Laktosa Kesimpulan didukung oleh hasil berikut : 1.

Uji pendahuluan a) Organoleptik : rasa manis b) Kelarutan : mudah larut dalam air c) Keasaman : bersifat netral

2.

Uji Golongan

3.

Uji penegasan : a) mereduksi fehling b) Dengan pereaksi amonia berwarna merah (pereaksi ini pembeda glukosa dan laktosa, hasil menunjukkan positif laktosa)

: membentuk cincin ungu dengan pereaksi Molisch (positif karbohidrat)

PERHATIAN : Buatlah catatan berupa rangkuman sehingga Anda bisa membedakan cara identifikasi ke 4 senyawa golongan karbohidrat tersebut. Lebih bagus jika langkah identifikasi tersebut Anda buat dalam bentuk skema.

10

 Praktikum Kimia Farmasi II 

B.

GOLONGAN ASAM

1.

Pendahuluan Gugus fungsional yang paling sering dijumpai yang mampu memberikan keasaman pada molekul obat adalah gugus karboksilat. Senyawa asam karboksilat mampu melepaskan proton (H+) menjadi anion sisa asam. Oleh karena itu identifikasi senyawa asam ini umumnya dilakukan dengan mengidentifikasinya dalam bentuk anion organik Dalam pemeriksaan golongan asam ini, uji pendahuluan pendukung adalah rasanya yang sangat asam. Beberapa senyawa lain yang merubah lakmus biru menjadi merah adalah garam hidroklorida dari golongan senyawa alkaloid (misalnya efedrin hidroklorida, tiamin hidroklorida, dan lain-lain), tetapi pada uji pendahuluan golongan senyawa ini rasanya yang pahit (tidak asam). 2. a.

b.

Uraian Zat Uji : Asam sitrat (FI edisi IV, hal 48) 1) Rumus molekul : C6H8O7 2) Pemerian :Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam 3) Kelarutan :Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter 4) Identifikasi :menunjukkan reaksi positif seperti yang tertera pada Uji identifikasi Umum <291>, yaitu larutkan atau suspensikan beberapa mg dalam 1 ml air, tambahkan ke dalam 15 ml piridina P, dan kocok. Tambahkan 5 ml anhidrida asetat P ke dalam campuran, dan kocok. Terjadi warna merah muda Asam tartrat (FI edisi IV, hal 53) 1) Rumus molekul : C4H6O6 2) Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak berbau; rasa asam dan stabil di udara. 3) Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol. 4) Identifikasi : a) Menunjukkan reaksi tartrat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu : (1) Larutkan beberapa mg dalam 2 tetes larutan natrium periodat P (1 dalam 20). Tambahkan 1 tetes asam sulfat 1 N, dan setelah 5 menit tambahkan beberapa tetes asam sulfit P, kemudian beberapa tetes fukhsin-asam sulfit LP : terjadi warna merah muda dalam waktu 15 menit.

11

 Praktikum Kimia Farmasi II 

(2)

b)

Ke dalam 10 mg hingga 20 mg zat uji yang dilarutkan dalam 5 ml air, tambahkan 0,5 ml larutan besi (II) sulfat P 1% dan 0,05 ml larutan hidrogen peroksida P 3% : terjadi warna kuning yang tidak stabil. Setelah warna hilang tambahkan natrium hidroksida 2 N tetes demi tetes : terjadi warna biru intensif (3) Campur 0,1 ml larutan yang mengandung 1 mg sampai 2 mg asam tartrat P dengan 0,1 ml larutan kalium bromida P 10%, 0,1 ml larutan resorsinol P 2% dan 3 ml asam sulfat P, panaskan di atas tangas air selama 5 menit hingga 10 menit : terjadi warna biru tua yang berubah menjadi merah jika larutan didinginkan dan dituang ke dalam air. Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai, bau seperti gula terbakar (perbedaan dari asam sitrat)

c.

Asam salisilat (FI edisi IV, hal 510) a) Rumus molekul : C7H6O3 b) Pemerian : Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. c) Kelarutan :Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform. d) Identifikasi :Menunjukkan reaksi salisilat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu : 1) Tambahkan besi (III) klorida LP ke dalam larutan encer : terjadi warna ungu 2) Tambahkan asam ke dalam larutan pekat : terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada suhu antara 158o dan 161o

d.

Asam benzoat (FI edisi IV, hal 47) a) Rumus molekul : C7H6O2 b) Pemerian : hablur bentuk jarum atau sisik, putih; sedikit berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap dalam uap air. c) Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol’ dalam kloroform dan dalam eter. d) Identifikasi : menunjukkan reaksi benzoat seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu : 1) Tambahkan besi (III) klorida LP ke dalam larutan netral benzoat : terbentuk endapan merah muda kekuningan 2) Asamkan larutan pekat benzoat dengan asam sulfat 2 N : terbentuk endapan asam benzoat yang mudah larut dalam eter P

12

 Praktikum Kimia Farmasi II 

3. a. b. c. d. e.

Tujuan Praktikum Mengidentifikasi golongan senyawa asam Mengidentifikasi secara spesifik asam sitrat Mengidentifikasi secara spesifik asam tartrat Mengidentifikasi secara spesifik asam salisilat Mengidentifikasi secara spesifik asam benzoat

4. a. 1.

Pelaksanaan Bahan dan Alat Alat-alat yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin g) Gelas kimia

2.

Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah : a) Asam sitrat b) Asam tartrat c) Asam salisilat d) Asam benzoat e) Besi (III) klorida f) asam sulfat g) Kalium bromida h) Resorsin i) amonia j) Etanol k) air

b. 1.

Prosedur kerja Uji pendahuluan a) Organoleptik lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi (As1, As2, As3, dan As4). Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit). 13

 Praktikum Kimia Farmasi II 

b) Uji kelarutan 1) Siapkan 2 buah tabung reaksi 2) Masukkan ± 50 mg zat uji As1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya. 4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya. 5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan. 6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji As2, As3, dan As4. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 8 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing. c) Uji keasaman 1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air). 2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut. 3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan. d) Uji unsur Senyawa asam yang identifikasi dalam praktikum ini adalah senyawa yang hanya mengandung unsur C, H, dan O, oleh karena itu tidak diperlukan uji unsur untuk membedakan senyawa-senyawa yang termasuk dalam golongan asam ini. Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan Pengujian

Organoleptik

Kelarutan

Keasaman

Zat uji As1

As2

Bentuk Warna Bau Rasa Air Etanol Lakmus merah Lakmus biru

14

As3

As4

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2.

Uji golongan a) Ke dalam larutan zat uji (hasil uji kelarutan dalam air), masukkan sepotong kecil kertas lakmus biru. Perubahan warna menjadi biru menunjukkan zat uji bersifat asam (golongan asam). Data pendukung golongan asam ini adalah rasa zat uji yang sangat asam. b) ± 50 mgmasing-masing zat uji, dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 2 ml metanol dan 1 ml asam sulfat pekat. Tutup mulut tabung dengan kapas, kemudian panaskan di atas penangas air selama 5 menit. Terbentuknya bau ester menunjukkan positif asam karboksilat (bau tercium pada kapas penutup tabung reaksi masing-masing) Hasil pengamatan uji golongan Pereaksi Lakmus biru Pembentukan senyawa ester Kesimpulan

3.

As1

As2

As3

As4

Uji penegasan a) Zat uji mudah larut dalam air (zat uji adalah asam sitrat dan asam laktat) 1) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml aquades, netralkan larutan zat uji dengan cara tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein kemudian tetesi dengan larutan amoniak 2 N hingga berwarna pink. Tambahkan 2 ml larutan kalsium klorida 10%, didihkan. Terbentuknya endapan putih setelah pendidihan menunjukkan positif asam sitrat dan asam tartrat (endapan tidak terbentuk dalam keadaan dingin). Perhatikan bentuk kristal yang terbentuk, endapan Ca tartrat berbentuk kristal/serbuk kasar, sedangkan endapan Ca sitrat berbentuk serbuk halus. 2) ± 50 mg zat uji yang mudah larut dalam air, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan ± 10 mg kristal kalium bromida dan ± 10 mg kristal resorsin, tambahkan 1 ml asam sulfat pekat (kerjakan di lemari asam). Tutup mulut tabung dengan kapas, panaskan di atas penangas air selama 5 menit. Terbentuknya larutan berwarna biru kehitaman menunjukkan positif asam tartrat (merupakan reaksi pembeda dengan asam sitrat)

15

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Gambar 5. Hasil uji dengan pereaksi kalium bromida, resorsin dan asam sulfat, pembentukan larutan berwarna biru kehitaman positif asam tartrat 3)

Masukkan ±50 mg zat uji ke dalam cawan porselin, pijarkan di atas api langsung. Perlahan-lahan akan terurai dan memberikan bau seperti gula terbakar (perbedaan dari asam sitrat).

4)

Hasil pengamatan uji penegasanzat uji yang mudah larut dalam air (asam sitrat sitrat dan asam tartrat) Kode zat uji ............ .............

Pereaksi

Kalsium klorida Kalium bromida, resorsin, asam sulfat Hasil pemijaran Kesimpulan Catatan : kesimpulan zat uji asam sitrat/asam tartrat b) Zat uji mudah larut dalam etanol (asam benzoat dan asam salisilat) 1) ± 50 mg zat uji (asam benzoat dan asam salisilat), masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 1 ml etanol, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida. Terbentuknya warna ungu menunjukkan positif salisilat.

16

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Gambar 6. Hasil uji dengan pereaksi besi (III) klorida, pembentukan warna ungu positif asam salisilat 2)

± 50 mg zat uji (asam benzoat dan asam salisilat), masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Dilarutkan dengan 5 ml air, netralkan larutan zat uji dengan cara tambahkan 1 tetes indikator fenolftalein kemudian tetesi dengan larutan amoniak 2 N hingga berwarna pink (jangan terlalu berlebih). Tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida, jika perlu panaskan di atas api langsung hingga mendidih. Terbentuknya endapan kuning menunjukkan positif asam benzoat (asam salisilat tetap ungu).

Hasil uji penegasan zat uji yang mudah larut dalam etanol (asam salisilat dan asam benzoat) Pereaksi

Kode zat uji ............

Besi (III) klorida Kesimpulan

17

.............

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Laporan Praktikum Laporan dibuat seperti format uji identifikasi golongan karbohidrat PERHATIAN : Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan asam ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja. Mulailah dengan memperhatikan perbedaan kelarutannya (hasil identifikasi menjadi 2 klp), yaitu kelompok mudah larut dalam air dan kelompok mudah larut dalam etanol. Dan seterusnya

Latihan 1 Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut! Apakah pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan senyawa karbohidrat 1) 2) 3)

4)

Apakah gugus fungsional pada golongan karbohidrat yang dapat mereduksi pereaksi fehling dalam suasana basa Apakah perekasi yang digunakan untuk identifikasi golongan asam karboksilat Suatu senyawa X diidentifikasi, hasil identifikasi pada uji golongan menggunakan pereaksi Molisc memberikan hasil reaksi berupa cincin ungu. Pada uji penegasan, zat uji ternyata tidak mereduksi fehling. Tuliskan 2 senyawa yang paling mungkin dari senyawa X tersebut. Tuliskan pereaksi apa yang digunakan untuk membedakan ke 2 senyawa tersebut (soal no. 2 di atas). Bagaimana hasil identifikasi dari pemastian ke 2 senyawa tersebut.

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.

18

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Latihan 1 1) Luff, Fehling, Barfoed 2) aldehid bebas 3) alcohol dan asam kuat 4) Amylum Solani dan Amylum Maydis 5) Pereaksi air dengan menggunakan mikroskop (secara mikroskopis). Hasil identifikasi dari pemastian ke 2 senyawa adalah bentuknya yang berbeda dimana A. solani berbentuk oval sedangkan A.Maydis berbentuk poligonal.

19

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 2 Identifikasi Golongan Fenol Dari praktek sebelumnya Anda sudah mengetahui, bahwa senyawa karbohidrat pada umumnya berasa manis, masih ingatkah Anda dari 4 senyawa karbohidrat tersebut ada yang tidak berasa ? Demikian juga dengan senyawa asam, maka pasti uji pendahuluan menunjukkan bahwa rasanya sangat asam. Bagaimana dengan senyawa fenol ? Apa yang membedakan dengan senyawa karbohidrat dan asam yang telah Anda lakukan ? Dan pereaksi apa yang dapat Anda gunakan untuk melakukan identifikasi dan pemastian zat uji yang diidentifikasi. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka lakukan praktikum berikut ini dengan cermat. 1.

Pendahuluan Fenol merupakan gugus fungsional lain yang umum dijumpai dalam molekul obat. Fenol merupakan asam lemah yang melepaskan proton (H+) untuk menghasilkan anion fenoksida, dengan alkali hidroksida dan alkali karbonat akan membentuk garam. Dengan besi (III) klorida hampir semua fenol dalam larutan air atau etanol akan memberikan reaksi warna karena terbentuknya senyawa kompleks. Gugus fenol ini harus bebas, tidak boleh terester misalnya pada aspirin (asetosal), lihatlah perbedaan struktur asetosal ini dengan senyawa fenol yang akan kita identifikasi dalam monografi masing-masing di Farmakope Indonesia. Adanya golongan lain dalam suatu molekul yang mengandung fenol dapat mempengaruhi reaksi dengan besi (III) klorida menjadi negatif, dimana gugus karboksilat pada posisi para sangat mempengaruhi reaksi tersebut. Misalnya pada senyawa turunan phidroksi benzoat, metil-p-hidroksibenzoat (nipagin) dan propil-p-hidroksibenzoat (nipasol), dimana nipagin dengan pereaksi besi (III) klorida tersebut bereaksi positif dengan pembentukan warna ungu, sedangkan nipasol bereaksi negatif (tidak membentuk warna ungu). Tetapi pada senyawa n-asetil-4-aminofenol (parasetamol), adanya gugus asetamid tidak mengganggu identifikasi gugus fenol dengan besi (III) klorida tersebut. 2. Uraian Zat Uji a. Parasetamol (FI edisi IV, hal 649) 1) Rumus molekul : C8H9NO2 2) Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit 3) Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium 4) hidroksida 1 N ; mudah larut dalam etanol. 5) Identifikasi : a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering yang cocok dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan

20

 Praktikum Kimia Farmasi II 

maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol BPFI b) Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 200.000) dalam campuran asam klorida 0,1 N dalam metanol P (1 dalam 100), menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada parasetamol BPFI. b. Salisilamida (FI edisi IV, hal 753) 1) Rumus molekul : C7H7NO2 2) Pemerian : Serbuk hablur, putih; praktis tidak berbau 3) Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam kloroform; larut dalam etanol dan dalam propilen glikol; mudah larut dalam eter dan dalam larutan basa. 4) Identifikasi: a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan di atas pengering dan didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada salisilamida BPFI. b) Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 62.500) dalam metanol P, menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang sama seperti pada salisilamida BPFI. c) Larutkan lebih kurang 100 mg dalam 5 ml etanol P, tambahkan beberapa tetes besi (III) klorida LP : terjadi warna lembayung. c. Nipagin (FI edisi IV, hal 551) 1) Rumus molekul : C8H8O3 2) Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar. 3) Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter. 4) Identifikasi : Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada metilparaben (nipagin) BPFI. 3. a. b. c. d.

Tujuan Praktikum Mengidentifikasi golongan senyawa fenol Mengidentifikasi secara spesifik parasetamol Mengidentifikasi secara spesifik salisilamida Mengidentifikasi secara spesifik nipagin

21

 Praktikum Kimia Farmasi II 

4. a. 1.

Pelaksanaan Bahan dan Alat Alat yang digunakan a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin g) Gelas kimia

2.

Bahan yang digunakan a) Parasetamol b) Salisilamida c) Nipagin d) Besi (III) klorida e) Besi (II) sulfat f) Timbal asetat g) Natrium nitroprussida h) Perak nitrat i) Kalium bikromat j) Kertas lakmus merah dan biru k) Amonia l) Asam klorida m) Asam sulfat n) Etanol

b. 1.

Prosedur kerja dan pengamatan Uji pendahuluan a) Organoleptik lakukan pengamatan terhadap bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang diidentifikasi. Pengamatan bentuk obat pada umumnya berupa serbuk hablur halus dan berwarna putih. Pengamatan bau dilakukan dengan indera penciuman (tidak berbau atau berbau spesifik), pengamatan rasa dilakukan dengan indera pengecapan (tidak berasa, agak pahit atau pahit). b) Kelarutan 1) Siapkan 2 buah tabung reaksi 2) Masukkan ± 50 mg zat uji F1 ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 3) Ukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api langsung dan amati kelarutannya. 22

 Praktikum Kimia Farmasi II 

4) Ukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua. Kocok dan amati kelarutannya. 5) Catat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan. 6) Dengan cara yang sama lakukan pada zat uji F2 dan F3. Untuk memudahkan pekerjaan anda, lebih baik menyiapkan 6 tabung reaksi sekaligus lalu amati kelarutannya masing-masing. c) Uji keasaman 1) Sepotong kecil kertas lakmus merah dan biru dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan zat uji (hasil pengamatan uji kelarutan dalam air). 2) Amati perubahan warna kertas lakmus tersebut. 3) Catat hasil pengamatan perubahan warna masing-masing kertas lakmus ini pada tabel pengamatan. d) Uji unsur 1) Masukkan 15 ml aquades ke dalam gelas kimia 100 ml. 2) Siapkan tabung pijar (dapat dibuat dari pipet pendek yang dibakar ujungnya dengan nyala bunsen hingga tertutup). 3) Masukkan zat uji ± 50 mg zat uji ke dalam tabung pijar tersebut 4) Masukkan sepotong kecil logam Natrium, letakkan dibagian tengah tabung pijar. 5) Panaskan tabung pijar diatas api langsung dengan kemiringan tabung pijar ± 30 derajat hingga logam natrium lebur. 6) Tegakkan tabung hingga leburan logam natrium bercampur dengan zat uji, kemudian panaskan terus hingga pijar. Masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi air, pecahkan tabung pijarnya menggunakan batang pengaduk. 7) Catatan : logam Na dapat digantikan dengan campuran serbuk logam Mg dan Na2CO3 (1:2) (Pereaksi Castellana). Proses destruksi dilakukan dengan cara campur sama banyak zat uji dan Pereaksi Castellana dalam tabung pijar. Pijarkan di atas nyala bunsen ± 5 menit. Kemudian masukkan tabung pijar tersebut ke dalam gelas kimia yang telah berisi aquades, pecahkan tabung 8) Panaskan di atas api langsung hingga mendidih, dan biarkan larutan mendidih selama 5 menit. Kemudian saring. 9) Siapkan 3 buah tabung reaksi, masukkan masing-masing 1 ml filtrat. (a) Tabung 1, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 segar + 1 tetes FeCl3 + 5 tetes HCl. Kalau terbentuk endapan biru berarti ada ion sianida (CN -) yang berarti sampel positif mengandung unsur N

23

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Gambar 7. Hasil uji unsur N, pembentukan endapan biru menunjukkan zat uji positif mengandung unsur N

(b) Tabung 2, tambahkan 1-2 tetes larutan natrium nitroprussida, jika larutan berwarna ungu berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

Gambar 8. Hasil uji unsur S, pembentukan larutan berwarna ungu menunjukkan zat uji positif mengandung unsur S Catatan: Uji unsur S dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi timbal asetat, yaitu filtrat ditambah 2-3 tetes larutan timbal asetat. Jia terbentuk endapan hitam, berarti ada ion sulfida (S2-) yang berarti sampel positif mengandung unsur S.

(c) Tabung 3, diasamkan dengan 1 ml HNO3 2N, jika ada ion sulfida (uji nomor 2 positif) maka didihkan larutan sampai bebas sulfida (uji uap 24

 Praktikum Kimia Farmasi II 

dengan kertas timbal asetat, larutan telah bebas sulfida jika uap sudah tidak membetuk warna hitam pada kertas timbal asetat tersebut). Lalu tambahkan beberapa tetes larutan AgNO3, jika terjadi endapan maka ada ion halida (endapan putih berarti ada ion klorida, endapan putih kekuningan berarti ada ion bromida, dan endapan kuning berarti ada ion iodida). Catatan : kertas timbal asetat dibuat dengan mencelupkan sepotong kertas saring ke dalam larutan timbal asetat. Hasil Pengamatan Uji Pendahuluan Pengujian

Organoleptik

Kelarutan

Keasaman

F1

Zat uji F2

F3

Bentuk Warna Bau Rasa Air Etanol Lakmus merah Lakmus biru Hasil uji unsur

Zat Uji

Uji unsur N

Filtrat uji Uji unsur S

Uji unsur Cl

Kesimpulan (unsur yang ada)

F1 F2 F3 Catatan : uji pengamatan uji unsur ditulis dengan pembentukan endapan biru/tidak (uji unsur N), warna ungu/tidak (uji unsur S), dan mengendap/tidak (Uji unsur halogen). 2.

Uji golongan a) Masukkan masing-masing zat uji ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan air. b) Tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida, amati yang terjadi c) Jika tidak terjadi perubahan (biasanya ini terjadi pada nipagin), panaskan.

25

 Praktikum Kimia Farmasi II 

d) Hasil uji berwarna ungu sampai merah menunjukkan senyawa golongan fenol e) Catat hasil pengamatan pada lembar kerja berikut

Gambar 9. Hasil uji golongan fenol dengan pereaksi besi (III) klorida, pembentukan warna ungu menunjukkan positif fenol (parasetamol biru keunguan, salisilamid ungu, nipagin ungu muda) Hasil uji golongan Pereaksi Besi (III) klorida Kesimpulan 3.

F1

F2

F3

Uji penegasan a) Zat uji mengandung unsur N (zat uji adalah parasetamol / salisilamida) 1) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml asam klorida 2 N. Didihkan selama beberapa saat (± 3 menit), dinginkan. Kemudian tambahkan beberapa tetes larutan kalium bikromat 0,1 N, terbentunya warna ungu menunjukkan zat uji positif parasetamol 2) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml larutan natrium hidroksida 2 N. Panaskan secara perlahan-lahan di atas api langsung, terbentuk amoniak yang dapat diuji dengan kertas lakmus merah yang telah dibasahi dengan air. Pengujian dilakukan dengan menyentuhkan kertas lakmus merah tersebut pada uap yang keluar pada mulut tabung reaksi. Adanya amoniak akan mengubah lakmus merah jadi biru. Uji ini menunjukkan zat uji positif salisilamida.

26

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Uji Penegasan Zat Uji Yang Mengandung Unsur N Pereaksi

Kode zat uji .............

...............

Asam klorida dan kalium bikromat Uji uap amoniak Kesimpulan 4.

Zat uji tidak mengandung unsur N (zat uji merupakan Nipagin) Masukkan zat uji ± 100 mg ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 ml etanol 95%. Didihkan di atas penangas air, tambahkan beberapa tetes larutan raksa (II) nitrat, terbentuknya endapan dan cairan berwarna merah diatasnya menunjukkan nipagin. Hasil Uji Penegasan Zat Uji Yang Tidak Mengandung Unsur N Pereaksi Raksa (II) nitrat Kesimpulan

Kode zat uji (...............)

27

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Laporan Praktikum Buat laporan praktikum seperti format pada identifikasi golongan karbohidrat.

PERHATIAN : Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan fenol ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.

Latihan 2 Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Tuliskan pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan fenol 2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada golongan fenol dengan lar FeCl3 3) Apakah gugus fungsional pada nipagin yang memberikan warna ungu dengan larutan Hg2NO3 4) Jelaskan hasil yang diperoleh pada reaksi nipagin dalam etanol 96% dengan larutan Hg2NO3 5) Apakah contoh zat dari golongan fenol yang dapat membirukan kertas lakmus merah akibat terbentuknya amoniak dengan penambahan larutan NaOH 2 N ? Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 2 tentang Identifikasi Golongan Fenol.

28

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Latihan 2 1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan fenol adalah berikut FeCl3 2) Reaksi fenol dengan lar FeCl3 membentuksenyawa kompleks 3) Ar-OH (Fenol)+ Fe3+ (logam besi3) àFe3+ [Ar-OH] 4) Gugus fungsional pada nipagin yang memberikan warna ungu adalah gugus karboksilat. 5) Hasil yang diperoleh pada reaksi nipagin dalam etanol 96% dengan larutan Hg2NO3 adalah endapan dan cairan berwarna merah. 6) Contoh zat dari golongan fenol yang dapat membirukan kertas lakmus merah akibat terbentuknya amoniak dengan penambahan larutan NaOH 2 N adalah salisilamid.

29

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 3 Identifikasi Golongan Alkaloid Anda dapat memulai identifikasi golongan alkaloid ini dengan melakukan uji organoleptis terutama rasanya (gimana rasanya ?). Kemudian perhatikan perbedaan kelarutan dari senyawa alkaloid yang merupakan garam (tiamin hidroklorida dan piridoksin hidroklorida) dan basanya (kofein), berdasarkan perbedaan kelarutan ini Anda sudah bisa membedakannya bukan ? 1.

Pendahuluan Alkaloid merupakan kelompok senyawa metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tanaman, yang mempunyai sifat alkali. Sifat inilah yang membuat penamaan golongan senyawa-senyawa ini sebagai alkaloid. Sifat alkali ini dimungkinkan karena secara kimia alkaloid adalah senyawa organik yang mengandung nitrogen baik satu atau lebih dalam bentuk amina primer, sekunder maupun tersier. Defenisi umum yang digunakan untuk alkaloid dalam kimia adalah senyawa organik siklik yang mengandung unsur N. Struktur alkaloid sangat beragam dan satu-satunya kesamaan antara senyawa alkaloid adalah kesamaan dalam hal sifat alkalinya. Berdasarkan sifat alkalinya ini maka alkaloid dapat membentuk garam dengan asam, oleh karena itu beberapa senyawa obat golongan alkaloid tersedia dalam bentuk garam alkaloid terutama sebagai garam alkaloid hidroklorida (misalnya tiamin hidroklorida, piridoksin hidroklorida, dan lain-lain). Alkaloid sebagai basanya tidak larut dalam air, tetapi sebagai garamnya larut baik dalam air. Umumnya alkaloid terasa pahit, larutannya dalam asam klorida dengan pereaksi Mayer (pereaksi raksa (II) kalium iodida) membentuk endapan kuning, dan dengan pereaksi Bouchardat (larutan Iodium) akan membentuk endapan coklat. Keberadaan unsur N dalam senyawa semua alkaloid, sehingga identifikasi keberadaan unsur N tersebut pada uji unsur (uji pendahuluan) merupakan pengarah awal untuk mengidentifikasi pemastian senyawa golongan alkaloid. 2. a.

Uraian Zat Uji Kofein (FI edisi IV, hal 254) 1) Rumus molekul : C8H10N4O2 2) Pemerian : Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih; biasanya menggumpal; tidak berbau; rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus. 3) Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam etanol; mudah larut dalam kloroform; sukar larut dalam eter.

30

 Praktikum Kimia Farmasi II 

4) Identifikasi : a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada kofein BPFI. b) Larutkan lebih kurang 5 mg dalam 1 ml asam klorida dalam cawan porselin, tambahkan 50 mg kalium klorat P, uapkan di atas tangas uap hingga kering. Balikkan cawan di atas bejana berisi beberapa tetes amonium hidroksida 6 N : sisa berwarna lembayung yang hilang dengan penambahan larutan alkali kuat. b.

Piridoksin hidroklorida (FI edisi IV, hal 723) 1) Rumus molekul : C8H11NO3.HCl 2) Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih atau hampir putih; stabil di udara; secara perlahan-lahan dipengaruhi oleh cahaya matahari. 3) Kelarutan : Mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter. Larutan mempunyai pH lebih kurang 3 4) Identifikasi : a) spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada piridoksin hidroklorida BPFI b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>, yaitu : (1) Tambahkan perak nitrat LP ke dalam larutan : terbentuk endapan putih seperti dadih yang tidak larut dalam asam nitrat P, tetapi larut dalam amonium hidroksida 6 N sedikit berlebih (2) Pada pengujian alkaloida hidroklorida, tambahkan amonium hidroksida 6N, saring, asamkan filtrat dengan asam nitrat P, dan lakukan sperti yang tertera pada uji di atas.

c.

Tiamin hidroklorida (FI edisi IV, hal 784) 1) Rumus molekul : C12H17ClN4OS.HCl 2) Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih; bau khas lemah 3) Kelarutan : mudah larut dalam air; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam eter dan dalam benzena. 4) Identifikasi : a) Spektrum serapan inframerah zat yang telah dikeringkan dan dispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada tiamin hidroklorida BPFI. b) Menunjukkan reaksi klorida seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291> (lihat piridoksin hidroklorida di atas).

31

 Praktikum Kimia Farmasi II 

3. a. b. c. d.

Tujuan Praktikum Mengidentifikasi golongan alkaloid Mengidentifikasi secara spesifik kofein Mengidentifikasi secara spesifik tiamin hidroklorida Mengidentifikasi secara spesifik piridoksin hidroklorida

4. a. 1.

Pelaksanaan Bahan dan Alat Alat yang digunakan a) Tabung reaksi b) Plat tetes c) Pipet d) Penjepit tabung (gegep) e) Bunsen/lampu spiritus f) Cawan porselin g) Gelas kimia

2.

Bahan yang digunakan a) Kofein b) Tiamin hidroklorida c) Piridoksin hidroklorida d) Besi (III) klorida e) Besi (II) sulfat f) Timbal asetat g) Natrium nitroprussida h) Perak nitrat i) Kalium bikromat j) Kertas lakmus merah dan biru k) Amonia l) Asam klorida m) Asam sulfat n) Etanol

b. 1.

Prosedur kerja dan pengamatan Uji pendahuluan Lakukan tahapan uji pendahuluan ini (organoleptik, kelarutan, keasaman, dan uji unsur), sama seperti pada uji pendahuluan senyawa fenol.

2.

Uji golongan a) Larutkan beberapa mg dalam 5 ml air, asamkan dengan asam klorida 2 N, dan tambahkan 1 ml kalium iodo bismutat asetat LP (komposisi pereaksi dapat dilihat di FI ed IV hal 1166) : segera terbentuk endapan jingga atau merah jingga (FI edisi 32

 Praktikum Kimia Farmasi II 

IV). Hasil uji menunjukkan bahwa piridoksin hidroklorida hanya membentuk larutan jingga, kofein dan tiamin hidroklorida memberi endapan jingga.

Gambar 10. Hasil uji dengan pereaksi kalium iodo bismutat asetat LP, terbentuknya endapan jingga atau merah jingga menunjukkan positif alkaloid b) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa tetes larutan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan kuning menunjukkan golongan alkaloid. Namun hasil reaksi ini menunjukkan kofein tidak memberi hasil positif (tidak membentuk endapan kuning). c) Masukkan zat uji ± 10 mg ke dalam lubang plat tetes, larutkan dengan beberapa tetes asam klorida 2 N. Aduk dengan batang pengaduk, tambahkan beberapa tetes larutan perekasi Bouchardat (larutan iodium). Terbentuknya endapan agak kecoklatan menunjukkan golongan alkaloid. Hasil uji ini menunjukkan ke 3 zat uji memberi hasil positif.

Gambar 11. Hasil uji golongan dengan pereaksi Mayer dan Bouchardat, terbentuknya endapan kuning dengan pereaksi Mayer(bagian atas) dan endapan coklat dengan pereaksi Bouchardat (bagian bawah), menunjukkan adanya golongan alkaloid 33

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil uji golongan alkaloid Pereaksi

zat uji Al2

Al1

Al3

K. iodo bismutat asetat Mayer Bouchardat Kesimpulan 3.

Uji penegasan a. Zat uji hanya mengandung unsur N (kofein) Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam cawan porselin, tambahkan 1,5 ml hidrogen peroksida dan 5 tetes asam sulfat pekat, panaskan di penangas air sampai kering. Residu/sisa ditambah beberapa tetes amoniak 6N, terbentuk warna merah-ungu menunjukkan kofein (warna ungu yang terbentuk tidak stabil segera hilang, karena itu pengamatan dilakukan langsung saat penambahan larutan amoniak 6N). Hasil uji penegasan terhadap zat uji yang hanya mengandung unsur N Pereaksi Hidrogen peroksida, as sulfat, dan amonia Kesimpulan

Kode zat uji (..............)

b. Zat uji mengandung unsur N dan Cl (piridoksin hidroklorida) Buat larutan zat uji dengan melarutkan ± 50 mg zat uji dalam 3 ml air, kemudian lakukan pengujian berikut : 1) Masukkan 1 ml larutan zat uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion klorida dalam zat uji (positif sebagai garam klorida) 2) Masukkan 1 ml larutan zat uji, tambahkan beberapa tetes larutan besi (III) klorida. Terbentuknya larutan merah darah secara perlahan-lahan menunjukkan piridoksin hidroklorida

34

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Gambar 12. Hasil uji reaksi dengan larutan besi (III) klorida, pembentukan larutan berwarna merah menunjukkan positif piridoksin hidroklorida Hasil Uji Penegasan Terhadap Zat Uji Yang Hanya Mengandung Unsur N Dan Cl Pereaksi Perak nitrat Besi (III) klorida Kesimpulan c.

Kode zat uji (..............)

Zat uji mengandung unsur N, S, dan Cl (tiamin hidroklorida) 1) Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam tabung reaksi, larutkan dengan 1 ml aquades. Tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya ion klorida dalam zat uji (positif sebagai garam klorida) 2) Masukkan ± 10 mg zat uji ke dalam tabung reaksi, tambahkan 1 ml larutan timbal asetat 10% dan 2 ml larutan natrium hidroksida 2 N. Terbentuk warna kuning/jingga, setelah dipanaskan terbentuk endapan hitam kecoklatan menunjukkan tiamin hidroklorida.

(tanpa pemanasan) (setelah dipanaskan) Gambar 13. Hasil uji reaksi dengan pereaksi timbal asetat dan natrium hidroksida, terbentuknya kekeruhan berwarna kuning (tanpa pemanasan) yang berubah menjadi hitam kecoklatan pada pemanasan menunjukkan positif tiamin hidroklorida 35

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Uji Penegasan Terhadap Zat Uji yang Mengandung Unsur N, S, Dan Cl Pereaksi Perak nitrat Timbal asetat dan natrium hidroksida (tanpa pemanasan) Timbal asetat dan natrium hidroksida dipanaskan Kesimpulan

Kode zat uji (..............)

Laporan Praktikum Buat laporan prakktikum sesuai format pada identifikasi karbohidrat PERHATIAN : Agar Anda lebih mudah memahami cara identifikasi zat uji golongan alkaloid ini, buatlah rangkumannya yang membuat Anda bisa membedakan hasil identifikasi lihat perbedaan kelarutannya, kandungan unsur senyawa-senyawa tersebut. Akan lebih mudah lagi, jika rangkuman tersebut Anda susun dalam bentuk suatu skema kerja.

Latihan 3 Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Tuliskan pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan alkaloid 2) Apakan Unsur yang terdapat pada Thiamin HCl 3) Tuliskan secara sistematis, cara mengidentifikasi senyawa Tiamin HCl 4) Tuliskan secara sistematis cara mengidentifikasi senyawa Piridoksin hidroklorida 5) Unsur apakah yang terdapat pada alkaloid kofein Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 3 tentang Identifikasi Golongan Alkaloid.

36

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Latihan 3 1) Pereaksi yang digunakan untuk identifikasi golongan alkaloid berikut 2) Mayer, Bouchardat dan Dragendroff 3) Unsur yang terdapat pada Thiamin HCl adalah N, S, dan Cl 4) Cara mengidentifikasi senyawa Tiamin HCl adalah 5) Reaksi tiokrom (penambahan K3Fe(CN6)2 dan NaOH serta pelarut organic) menghasilkan snyawa yang berfluoresensi 6) Cara mengindentifikasi Pyridoksin HCl adalah penambahan FeCl3 menghasilkan warna merah darah 7) Unsur yang terdapat pada alkaloid kofein adalah unsur N

37

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Tes 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Uji pendahuluan yang dilakuan pada sample meliputi uji... A. Gugus fungsional pada golongan X B. Reaksi-reaksi khusus C. Reaksi Kristal D. Organoleptic : bentuk, warna, rasa, dan bau E. Kemurnian sample

2) Kendala analisis dalam senyawa obat disebabkan karena senyawa obat merupakan... A. Senyawa anorganik yang terikat secara ionic B. Senyawa anorganik yang terikat secara kovalen C. Senyawa organik yang terikat secara ionic D. Senyawa organic yang terikat secara kovalen E. Senyawa organic dengan ikatan hydrogen molekuler

3) Identifikasi obat dapat dilakukan berdasarkan... A. penggolongan efek terapeutiknya B. penggolongan jenis senyawa secara strukturnya C. penggolongan kepolarannya D. penggolongan sifat fisik kimianya E. penggolongan berdasarkan mekanisme kerja.

4) Sample tersebut jika diuji dengan lakmus dapat merubah lakmus biru menjadi merah, maka sample tersebut merupakan golongan... A. Aldehid B. Alkaloid C. Asam organic D. Basa alkaloid E. Fenol

5) Untuk mengidentifikasi kandungan unsur N dan Cl dalam zat uji Kloramfenikol, maka zat uji tersebut terlebih dahulu harus: A. direduksi dengan logam Zn B. didestruksi dengan logam Na

38

 Praktikum Kimia Farmasi II 

C. tidak dilakukan penyandraan/uji organoleptik D. dilakukan uji spesifik terhadap gugus alkohol E. basa amino direduksi dengan asam kuat

6) Pengujian yang menunjukkan bahwa zat uji merupakan golongan karbohidrat adalah... A. Larutan zat uji akan mengubah lakmus biru jadi merah B. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan membentuk cincin coklat C. Larutan zat uji akan mengubah lakmus merah jadi biru D. Larutan zat uji dengan pereaksi mollisch akan tidak membentuk cincin E. Larutan uji dihidolisis dengan air

7) Golongan senyawa yang jika diuji dengan larutan pereaksi besi (III) klorida memberi warna merah sampai ungu adalah... A. alkaloid B. barbiturat C. fenol D. sulfonamida E. alkohol

8) Untuk menunjukkan suatu senyawa mengandung klorida dapat dilakukan dengan... A. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi Bouchardat membentuk endapan coklat B. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi perak nitrat membentuk endapan putih C. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi diazo membentuk endapan jingga D. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi zwikker membentuk warna ungu. E. Mereaksikan larutan zat dengan pereaksi NaOH membentuk endapan kuning

9) Golongan alkaloid dapat diuji dengan pereaksi X yang positif memberikan endapan coklat. Pereaksi X tersebut adalah... A. Mayer B. Bouchardat C. Luff D. Nessler E. Asam pikrat

39

 Praktikum Kimia Farmasi II 

10) Senyawa obat yang tidak termasuk golongan fenol adalah... A. Paracetamol B. Nipagin C. Salisilamid D. Asam salisilat E. Lidokain

40

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Tes 1 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

D C D C A B C B B E

41

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Daftar Pustaka Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Kovar, Auterhoff, (1987), Identifikasi Obat, terbitan kelima, ITB, Bandung Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta Tjay, T.H., Rahardja, K., 2007, Obat-obat Penting, ed 5, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

42

 Praktikum Kimia Farmasi II 

BAB II ANALISA KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI ASAM BASA (NETRALISASI) DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt, Dra Harpolia Cartika, M.Farm, Apt

PENDAHULUAN Halo mahasiswa, sudah paham dengan Analisa Kualitatif Obat? Sekarang kita lanjutkandengan analis kuantitatif. Metode Volumetri merupakan metode sederhana yang dapat dilakukan pada obat yang mengandung senyawa obat tunggal. Analisis kuantitatif dengan metode volumetri didasarkan pada reaksi kimia yang spesifik, yaitu reaksi netralisasi. Reaksi ini dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran disebut titrat (dalam hal ini titran dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titran harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Reaksi netralisasi menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung kuantitatif. Pada Bab 2 ini dirancang untuk 2 topik kegiatan praktikum metoda volumetric dengan reaksi netralisasi yang terdiri dari metode asidimetri dan alkalimetri, yaitu: Topik 1. Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri Topik 2. Penetapan Kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri PERHITUNGAN VOLUMETRI Perhitungan dalam analisis volumetri didasarkan pada hubungan stokiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia. aA + tT  produk dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T disebut titran (larutan titer), ditambahkan sedikit-demi sedikit, biasanya dari dalam buret. Larutan dalam buret bisa berupa larutan standar yang konsentrasinya diketahui dengan cara standarisasi/pembakuan ataupun larutan dari zat yang akan ditentukan konsentrasinya. Penambahan titran diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia setara atau ekuivalen dengan A, maka keadaan tersebut dikatakan telah mencapai titik ekuivalensi dari titrasi itu.

43

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Dasar reaksi inilah yang digunakan untuk menentukan kesetaraan zat uji dengan larutan titer yang tertera pada monografi masing-masing senyawa obat dalam Farmakope Indonesia. Namun kapan tepatnya tercapai suatu titik ekuivalensi tidak dapat dilihat secara kasat mata. Untuk mengetahui kapan penambahan titran itu harus dihentikan, digunakanlah larutan indikator yang dapat menunjukkan terjadinya kelebihan titran dengan perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir titrasi, idealnya adalah titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalensi. Oleh karena itu, pada saat Anda melakukan titrasi, penambahan larutan titer harus segera dihentikan jika telah terjadi perubahan warna pertama. Dan ingat, jika penggunaan larutan titer berlebihan (perubahan warna pertama tidak Anda perhatikan dengan baik), maka terjadi kelebihan larutan titer yang menyebabkan hasil analisis yang tidak lagi akurat. Satuan konsentrasi yang banyak dipakai dalam analisis volumetri adalah molaritas (M) dan normalitas (N). Untuk itu kita perlu mempelajari kembali tentang molaritas dan normalitas tersebut.

1. 2.

Seperti yang telah Anda ketahui sebelumnya bahwa : Molar (M) adalah jumlah gram mol atau mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Normal (N) adalah jumlah gram ekuivalen atau grek zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Untuk tujuan perhitungan jumlah bahan yang hendak ditimbang untuk konsentrasi molar atau normal, satu hal yang perlu menjadi perhatian adalah ekivalensi satuan : 1. Satuan Liter Ekuivalen Dengan Mol Dan Gram Sedangkan Mililiter Ekuivalen Dengan Mmol Dan Mg 2. Hal Yang Sama Juga Berlaku Untuk Normalitas (Liter Ekuivalen Dengan Grek Dan Gram Serta Mililiter Ekuivalen Dengan Mgrek Dan Mgram). JADI INGAT !!! Ekuivalensi satuan dalam perhitungan molaritas dan normalitas, adalah : 1. Jika berat dalam gram, maka volume dalam liter 2. Jika berat dalam mg, maka volume dalam mililiter Berdasarkan defenisi M dan N di atas, secara matematik satuan konsentrasi ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Molaritas (M) = M

=

atau M =

Dimana : Massa /BM  g/BM = mol atau mg/BM = mmol M = atau M =

44

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Normalitas (N) = N

=

atau N =

Dimana : Massa/BE  g/BE = grek atau mg/BE = mgrek N = atau N =

Untuk menambah pemahaman Anda dalam menghitung kadar zat dalam sampel uji, bacalah penjelasan berikut ini. Dalam analisis volumetri, konsentrasi larutan titer yang paling umum adalah N. Sehingga dari satuan-satuan di atas dapat diperoleh persamaan-persamaan berikut : ml x N = mgrek liter x N = grek 1 grek = 1.000 mgrek (karena 1 liter = 1.000 ml) V x N = liter x grek/liter = grek, atau = mililiter x mgrek/ml = mgrek =

= grek atau

=

= mgrek

JADI INGAT !!! Terdapat 2 cara untuk mendapat mgrek dalam perhitungan (pembakuan dan penetapan kadar), tergantung dari data yang tersedia atau yang akan ditentukan, yaitu: 1. Jika data yang tersedia/akan ditentukan adalah volume (ml), maka : mgrek = ml x N 2. Jika data yang tersedia/akan ditentukan adalah berat (mg), maka : mgrek = Tahukah Anda cara menentukan BE suatu senyawa ?, baca ulang modul kimia dasarnya ya. BE ditentukan dari BM dan valensi yang didasarkan pada jenis reaksi yang terjadi, dimana BE = BM/valensi. Analisis kuantitatif dengan volumetri ini dilakukan dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan standar (baku) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti. Oleh karena itu, pada analisis kuantitatif obat dengan metode volumetri ini prosedur analisis dilakukan dengan 3 tahap yaitu : 1. Pembuatan larutan titer 2. Pembakuan/standarisasi larutan titer 3. Penggunaan larutan titer untuk penetapan kadar senyawa tertentu dalam sampel uji.

45

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Untuk pembuatan dan pembakuan larutan titer, Farmakope telah menguraikan jumlah, jenis zat, dan pelarut yang digunakan. Jumlah senyawa yang harus ditimbang untuk pembuatan larutan titer yang tertera dalam Farmakope tersebut adalah untuk pembuatan larutan sebanyak 1 liter, dengan demikian jumlah sampel yang harus ditimbang disesuaikan dengan volume larutan yang harus dibuat (misalnya untuk membuat 500 ml larutan, maka zat yang harus ditimbang adalah : 500 ml/1000 ml x jumlah zat yang tertera dalam prosedur tersebut). Jumlah zat yang ditimbang tersebut sesuai dengan perhitungan jika kita menggunakan rumus normalitas ataupun molaritas seperti di atas. Misalnya untuk membuat 1 liter larutan natrium hidroksida, maka jumlah natrium hidroksida yang dibutuhkan adalah : N

=

Massa

= N x BE x Volume = 1 grek/liter x 40 g/grek x 1 liter = 40 g

Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia disebutkan bahwa larutan NaOH 1 N mengandung 40 g NaOH dalam 1 liter larutan. Jumlah zat baku primer yang digunakan pada pembakuan larutan titer (misalnya natrium karbonat untuk membakukan larutan titer HCl/H2SO4, kalium hidrogen ftalat untuk membakukan larutan titer NaOH) yang tertera dalam Farmakope Indonesia umumnya setara dengan 20 – 25 ml larutan titer. Demikian pula pada penetapan kadar, jumlah larutan titer yang dibutuhkan juga umumnya setara dengan 20 – 25 ml larutan titer.

46

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 1 Penetapan Kadar Asam Salisilat dengan Metode Alkalimetri Praktik yang Anda lakukan kali ini berbeda dengan praktik sebelumnya yang hanya untuk menentukan jenis senyawa tertentu (kualitatif). Praktik yang Anda lakukan ini untuk menentukan kadar senyawa tertentu dalam sediaan farmasi (kuantitatif). A.

ASAM SALISILAT

Senyawa yang akan Anda tentukan kadarnya dalam percobaan ini adalah asam salisilat yang terdapat dalam sediaan bedak. Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Dalam bidang dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan keratolitik. Kandungan asam salisilat yang tinggi dalam sediaan kosmetik ternyata memiliki dampak bagi kesehatan tubuh, mulai dari dampak yang ringan hingga yang berat. Pengetahuan dan informasi akan bahaya kandungan asam salisilat yang terkandung dalam sediaan kosmetik ini tidak sepenuhnya diketahui oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian kadar asam salisilat dalam sediaan kosmetik, khususnya didalam sediaan bedak. 1. a. b. c.

Uraian Asam Salisilat Nama resmi : Acidum Salicylicum Nama lain : Asam salisilat Struktur kimia :

d. e. f.

Rumus kimia :C7H6O3 BM :138,12 Pemerian : 1) FI ed III Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; atau rasa agak manis dan tajam. 2) FI ed IV Hablur putih; biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur halus putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. 47

 Praktikum Kimia Farmasi II 

g.

Kelarutan : 1) FI ed III Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroformP dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogen fosfat P, kalium sitrat P dan dalam natrium sitrat P. 2) FI ed IV Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.

2.

Penetapan Kadar Asam Salisilat Untuk menetapkan kadar asam salisilat, Farmakope Indonesia menyatakan bahwa analisis kadar dilakukan secara volumetri menggunakan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N. Metode titrasi yang menggunakan larutan titer natrium hidroksida dikenal sebagai metode alkalimetri, cara ini didasarkan pada reaksi netralisasi antara zat uji asam dengan larutan baku basa sebagai larutan titer. Berdasarkan kelarutan asam salisilat yang sukar larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam etanol, sehingga dalam analisisnya asam salisilat dilarutkan dengan etanol agar terjadi reaksi yang sempurna. Oleh karena etanol sedikit bereaksi asam, maka pelarut tersebut harus dinetralkan terlebih dahulu sehingga dalam proses titrasi larutan titer hanya menetralkan larutan sampel. Untuk mengetahui selesainya reaksi maka digunakan indikator, indikator yang digunakan adalah fenolftalein (pp) yang merupakan indikator basa. Interval pH fenolftalein adalah 8,0-10,0, perubahan warna diamati dari tidak berwarna menjadi merah jambu (pink).

Sebelum titrasi (tidak berwarna) B.

Titik akhir titrasi (warna pink)

PRINSIP DAN REAKSI

Penentuan kadar asam salisilat dalam percobaan ini dilakukan berdasarkan prinsip reaksi netralisasi menggunakan larutan baku basa (NaOH), reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

48

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Asam salisilat 1 mol asam salisilat 1 mol NaOH Maka BE asam = BM asam tersebut (lihat kembali materi analisis kuantitatif obat pada Modul 1 Teori Kimia Farmasi). Larutan titer natrium hidroksida yang digunakan terlebih dahulu dibakukan dengan kalium hidrogenftalat, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Kalium biftalat 1 mol Kalium biftalat  1 mol NaOH, BE K biftalat = BM

Tes 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Hitunglah berapa gram NaOH (BM = 40) yang dibutuhkan untuk membuat 250 ml larutan NaOH 0,05 N. 2) Pada pembakuan larutan NaOH soal no 1 di atas, ditimbang kalium biftalat sebanyak 0,1523 g dan dilarutkan dengan 25 ml air suling bebas karbon dioksida. Dititrasi dengan larutan NaOH yang hendak dibakukan menggunakan indikator yang sesuai sampai titik akhir tercapai. Volume larutan titer yang dibutuhkan ternyata sebanyak 15,2 ml. Pertanyaan : a) Tuliskan Indikator apa yang harus digunakan ? dan bagaimana mengamati bahwa titik akhir telah tercapai ? b) Berapa normalitas larutan NaOH hasil pembakuan tersebut ? 3) Pada penetapan kadar asam salisilat dalam dengan metode alkalimetri, ditimbang sampel uji sebanyak 7,0091 g. Ditambahkan 30 ml etanol netral dan 10 ml air suling, dikocok hingga homogen. Ditambah beberapa tetes larutan fenolftalein, kemudian dititrasi dengan larutan baku NaOH di atas, volume larutan titer sebanyak 19,2 ml. Hitunglah berapa % kadar asam salisilat dalam sampel uji tersebut.

49

 Praktikum Kimia Farmasi II 

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. a. b. c.

Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat membuat larutan baku natrium hidroksida 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi mahasiswa dapat melakukan pembakuan natrium hidroksida dengan kalium biftalat mahasiswa dapat melakukan penentapan kadar asam salsilat dalam sampel bedak dengan metode alkalimetri.

2. a.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1) Erlenmeyer 250 ml 2) Buret 50 ml 3) Labu ukur 500 ml 4) Gelas ukur 5) Gelas kimia 100 ml 6) Neraca analitik 7) Pipet tetes

b.

Bahan yang digunakan : 1) Sampel bedak salisilat 2) Natrium hidroksida 3) Kalium biftalat 4) Indikator fenolftalein 5) Etanol 6) Air suling

3. a.

Prosedur Praktikum Pembuatan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N 1) Timbang 2 g kristal natrium hidroksida dalam gelas kimia 100 ml, larutkan dengan air suling. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml. 2) Bilas gelas kimia beberapa kali dengan airsuling, masukkan bilasan ke dalam labu ukur di atas. Kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda. Pembakuan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N 1) Timbang saksama 400 mg kalium biftalat, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml 2) Larutkan dengan 50 ml air bebas karbondioksida (mintalah sama pengawas di laboratorium). 3) Tambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein, kocok hingga homogen 4) Titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda (pink) 5) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi.

b.

50

 Praktikum Kimia Farmasi II 

6) Hitung normalitas larutan titer natrium hidroksida tersebut (normalitas larutan hasil perhitungan ditulis sampai 4 desimal/4 angka di belakang koma), dengan rumus Mgrek NaOH = mgrek KH Ftalat VNaOH x NNaOH = VNaOH x NNaOH = NNaOH = Dimana VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi (ml). Berat KH Ftalat dibuat dalam satuan berat mg Catatan : Air bebas karbondiioksida dibuat dengan cara air suling dididihkan selama 5 menit (waktu dihitung mulai saat air mendidih). Selama pendinginan dan penyimpanan harus terlindung dari udara (FI edisi III, hal 639). c.

Penetapan kadar asam salisilat dalam bedak 1) Timbang saksama sampel uji (bedak salisil) setara dengan 300 mg asam salisilat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml (sampel uji yang ditimbang = x 100 (g) 2) Masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 25 ml etanol yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N (mintalah sama pengawas di laboratorium). 3) Tambahkan 25 ml air suling dan beberapa tetes indikator fenolftalein (untuk memperjelas titik akhir karena adanya talkum, indikator fenolftalein ditambahkan sebanyak 10 tetes) 4) Titrasi hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi pink. Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 5) Hitung kadar asam salisilat dalam sampel uji (hasil perhitungan ditulis sampai 2 desimal/2 angka dibelakang koma), dengan rumus : Mgrek asam salisil Asam salisil

= = = =

Mgrek NaOH VNaOH x NNaOH VNaOH x NNaOH x BE As Salisilat ....... mg

51

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kadar asam salisilat dalam sampel : =

x 100%

Dimana : VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan NNaOH = Normalitas NaOH hasil pembakuan BE as salisilat = BM = 138 Catatan : Cara membuat etanol yang dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, yaitu: ukur sejumlah etanol 95% (sesuai kebutuhan percobaan di atas adalah 75 ml), tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida 0,1 N hingga larutan berwarna merah jambu (pink) (FI edisi III, hal 672).

52

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Pengamatan 1.

Pembakuan Larutan NaOH 0,1 N Data Penimbangan dan Titrasi pada Pembakuan No.

Berat (g)

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

Volume titrasi (ml)

1. 2. 3.

2.

Penetapan kadar asam salisilat Karakteristik sampel Uji : Merk sampel : ......... No. Batch : ......... Kadar asam salisilat sesuai label : ......... Perhitungan jumlah sampel uji yang harus ditimbang : = x 100 (g) =

x 100 (g) = ............... g

Data Penimbangan dan Titrasi pada Penetapan Kadar No.

Berat (g)

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

1. 2. 3.

53

Volume titrasi (ml)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Judul Praktikum :

PELAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Hari/Tgl praktek Sampel Uji No. Batch Metode

: : : :

Tim Kerja : 1. Nama : ............................................................. NIM : ............................................................. 2. Nama : ............................................................. NIM : .............................................................

A.

TUJUAN PRAKTIKUM

B. 1.

REAKSI-REAKSI PADA PERCOBAAN INI Reaksi pada pembakuan

2.

Reaksi pada penetapan kadar

C. 1.

PERHITUNGAN PEMBAKUAN Data penimbangan I : Berat KH Ftalat = ............... mg Volume larutan titer (NaOH) = ............... ml NNaOH

=

N1

= = ...................

54

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2.

Data penimbangan II Berat KH Ftalat Volume larutan titer (NaOH) NNaOH

=

N2

=

= ............... mg = ............... ml

= ................... 3.

Data penimbangan III : Berat KH Ftalat Volume larutan titer (NaOH) NNaOH = N3

= ............... mg = ............... ml

= = ...................

Nrata-rata

= = = ..............

D.

PERHITUNGAN KADAR

1.

Data penimbangan I : Berat zat uji Volume larutan titer (NaOH) Asam salisil

= ............. mg = ............. ml =VNaOH x NNaOH x BE As Salisil =....... x ............. x 138 = .......... mg Kadar asam salisil dalam sampel : =

x 100%

=

x 100%

= ................. % 2.

Data penimbangan II : Berat zat uji Volume larutan titer (NaOH)

= ............. mg = ............. ml

55

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Asam salisil

=VNaOH x NNaOH x BE As Salisil =....... x ............. x 138 = .......... mg

Kadar asam salisil dalam sampel : = x 100% =

x 100%

= ................. % 3.

Data penimbangan III : Berat zat uji Volume larutan titer (NaOH) Asam salisil

= ............. mg = ............. ml =VNaOH x NNaOH x BE As Salisil =....... x ............. x 138 = .......... mg

Kadar asam salisil dalam sampel : = x 100% =

x 100%

= ................. % Kadar asam salisil rata-rata = = = .......... % E.

KESIMPULAN

1. 2.

Normalitas larutan titer (NaOH) adalah .................. N Kadar asam salisilat dalam zat uji yang dianalisis adalah ................. % ........................, ..................... 20.....

Pengawas/Pembimbing

Praktikan

(......................................)

(..........................................)

56

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 2 Penetapan Kadar Asetosal dengan Metode Asidi-Alkalimetri PENDAHULUAN Berdasarkan kegiatan praktik analisis kuantitatif sebelumnya, pasti Anda merasakan suatu kegiatan yang berbeda dari rutinitas Anda selama ini. Dan ternyata praktik yang Anda lakukan tersebut juga menarik bukan ?, analisis kuantitatif ini dapat Anda aplikasikan loh dalam pekerjaan Anda. Misalnya ada obat tertentu yang kandungannya tidak jelas, sehingga membuat Anda ragu untuk memberikan kepada pasien. Nah, coba lakukan identifikasi dan tentukan kadarnya secara sederhana. Literatur yang dapat Anda jadikan acuan selain modul ini adalah Farmakope Indonesia yang pasti ada di tempat kerja Anda kan. Kali ini kita akan praktik untuk menentukan kadar asetosal dalam sediaan tablet. A.

ASETOSAL

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Badan POM Indonesia menyebutkan bahwa obat ini merupakan analgesik antiinflamasi pilihan pertama. Selain memiliki fungsi seperti diatas asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Asetosal termasuk dalam salah satu obat komersil yang bisa didapatkan di apotik mana saja. Untuk pemakaian jangka panjang dengan dosis yang sedikit obat ini dapat mencegah penyakit serangan jantung, sedangkan efek sampingnya adalah darah menjadi sukar membeku. Hal ini terjadi karena pada aspirin terkandung zat antikoagulan. Yang kedua adalah konsumsi aspirin dapat menimbulkan sindrom reye terutama terjadi pada anak-anak. Sindrom reye adalah penyait mematikan yang mengganggu fungsi otak dan hati. Karena itu untuk mengantisipasi dan menanggulangi efek samping dari aspirin kita perlu untuk mengetahui berapa kadar aspirin yang boleh kita konsumsi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui berapa kadar aspirin pada tablet yang dijual secara komersil, tujuannya adalah agar kita mengetahui apakah kandungan pada tablet itu sudah sesuai atau tidak. Sebagai farmasi untuk kedepannya pengukuran kadar aspirin ini berguna untuk mengetahui dan memantau kadar aspirin pada darah pasien yang sering mengkonsumsi aspirin sehingga efek samping yang timbul dapat diminimalisir.

57

 Praktikum Kimia Farmasi II 

1. a. b.

Uraian Asetosal Nama resmi Nama lain

c.

Struktur kimia

d. e. f.

Rumus kimia : C9H8O4 BM :180,16 Pemerian : 1) FI ed III Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau; rasa asam. 2) FI ed IV Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat.

g.

Kelarutan : 1) FI ed III Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P dan dalam eter P. 2) FI ed IV

h.

Persyaratan kadar tablet : 1) FI ed III Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam Asetlsalisilat C9H8O4 tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 2) FI ed IV Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam Asetilsalisilat, C9H8O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

: Acidum Acetylosalicylicum : Asam Asetilsalisilat Asetosal :

2.

Penetapan Kadar Asetosal Prosedur penetapan kadar asetosal yang tertera dalam Farmakope Indonesia, menunjukkan bahwa asetosal dapat ditentukan kadarnya dengan metode asidi-alkalimetri. Metode analisis ini merupakan metode titrasi tidak langsung, yang dilakukan dengan mereaksikan asetosal dengan larutan baku natrium hidroksida berlebih. Sisa larutan natrium hidroksida yang belum bereaksi dititrasi dengan larutan asam klorida. Sebagai petunjuk 58

 Praktikum Kimia Farmasi II 

bahwa titik akhir telah tercapai, digunakan indikator merah fenol dengan perubahan warna dari merah menjadi merah jambu (pH 7-8). Selain merah fenol, indikator lain yang dapat digunakan adalah fenolftalein dengan perubahan warna dari merah menjadi pink muda (hampir tidak berwarna) (pH 8-10). Larutan titer asam klorida dibakukan terlebih dahulu dengan natrim karbonat, pada proses pembakuan ini indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi digunakan metil jingga dengan perubahan warna dari kuning menjadi jingga (pH 5 - 6).

Sebelum titrasi (warna kuning)

Titik akhir titrasi (warna jingga)

3.

Prinsip dan Reaksi Penentuan kadar asetosal ini dilakukan dengan prinsip reaksi netralisasi. Metode titrasi yang digunakan adalah penetapan kadar dengan cara penambahan larutan baku basa (NaOH) berlebih, campuran dipanaskan sehingga asetosal terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat yang ternetralisasi dengan natrium hisroksida. Sisa sisa NaOH yang tidak bereaksi dititrasi kembali dengan larutan baku asam (HCl). Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan larutan asam klorida dengan natrium karbonat adalah : Na2CO3 + 2 HCl  2 NaCl + H2CO3 Reaksi yang terjadi pada penetapan kadar antara asetosal dan natrium hidroksida berlebih adalah :

1 mol asetosal  2 mol NaOH (BE asetosal = ½ BM = ½ x 180 = 90) NaOH sisa + HCl  NaCl + H2O 59

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Tes 2 1) 2)

3)

Hitunglah berapa gram kandungan HCl murni yang terdapat dalam 250 ml larutan HCl 1 N (BM HCl = 36,5). Pada pembakuan larutan HCl, ditimbang baku primer natrium karbonat anhidrat sebanyak 0,1244 g. Dilarutkan dengan 30 ml air suling, ditambah indikator yang sesuai lalu dititrasi dengan larutan HCl yang hendak dibakukan hingga titik akhir tercapai. Volume larutan titer yang dibutuhkan adalah sebanyak 23,6 ml. a. Tuliskan indikator yang digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. b. Hitung normalitas larutan HCl tersebut. Pada penetapan kadar asetosal dengan metode asidi-alkalimetri, ditimbang serbuk tablet sebanyak 0,1573 g. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambah 25,0 ml larutan NaOH 0,1 N dan 20 ml air suling. Dididihkan selama 5 menit, kemudian dititrasi dengan larutan HCl yang telah dibakukan di atas sampai titik akhir titrasi. Dilakukan pula titrasi blanko. Volume larutan titer pada titrasi sampel = 15,2 ml dan volume larutan titer pada titrasi blanko = 25,2 ml. a. Jelaskan tujuan sampel didihkan terlebih dahulu. b. Senyawa apakah yang dititrasi dengan larutan HCl ? c. Jika diketahui berat 10 tablet asetosal tersebut = 5,2621 g, hitunglah berapa mg kandungan asetosal/tab sampel uji tersebut

60

 Praktikum Kimia Farmasi II 

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. a. b. c.

Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat membuat larutan baku Asam klorida 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi mahasiswa dapat melakukan pembakuan asam klorida dengan natrium karbonat mahasiswa dapat melakukan penentapan kadar Aspirin dengan menggunakan metode Asidi-alkalimetri.

2. a.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan : a) Erlenmeyer 250 ml b) Buret 50 ml c) Labu ukur 500 ml d) Gelas ukur e) Gelas kimia 100 ml f) Neraca analitik g) Pipet volum 25 ml h) Pipet tetes

b.

Bahan yang digunakan : a) Sampel tablet asetosal b) Natrium hidroksida c) Asam klorida d) Natrium karbonat anhidrat e) Indikator fenolftalein f) Indikator jingga metil

3. a.

Prosedur Praktikum Pembuatan larutan titer asam klorida 0,1 N a) Ukur 4,2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml. b) Encerkan dengan air suling hingga tanda, kocok hingga homogen

b.

Pembakuan larutan titer asam klorida 0,1 N a) Timbang saksama 0,5 g natrium karbonat anhidrat, masukkan ke dalam labu ukur 100 ml (karena mulut labu kecil, maka gunakan corong untuk memudahkan zat uji masuk ke dalam labu ukur tersebut). b) Semprot corong dengan lebih kurang 25 ml air suling sehingga seluruh natrium karbonat masuk ke dalam labu ukur, kocok hingga larut sempurna. c) Cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda, kocok hingga homogen.

61

 Praktikum Kimia Farmasi II 

d) Ukur saksama larutan natrium karbonat tersebut sebanyak 25 ml menggunakan pipet volum, Pindahkan ke dalam erlenmeyr 250 ml, tambahkan 3 tetes larutan indikator jingga metil, kocok hingga homogen e) Titrasi dengan larutan asam klorida hingga warna larutan berubah dari kuning menjadi jingga f) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. g) Hitung normalitas larutan titer asam klorida tersebut, dengan rumus : Mgrek HCl = mgrek Na2CO3 VHCl x NHCl

=

x

VHCl x NHCl

=

x

=

x

NHCl Dimana :

VHCl= volume larutan titer yang diperlukan pada titrasi Karena Natrium karbonat dilarutkan hingga 100 ml, dan larutan yang dititrasi hanya 25 ml. Maka jumlah mg natrium karbonat yang digunakan dalam titrasi adalah x jumlah natrium karbonat yang tertimbang. c.

Penetapan kadar asetosal dalam tablet a) Timbang berat 10 sampel tablet asetosal, kemudian hitung berat rata-ratanya. Haluskan sampel tablet tersebut menggunakan lumpang b) Timbang saksama serbuk tablet setara dengan 300 mg asetosal, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml (serbuk tablet yang ditimbang = x berat rata-rata (g) c) Tambahkan 30 ml air suling dan 25,0 ml naoh 0,1 n, kocok kuat. d) Didihkan selama 10 menit (untuk mencegah penguapan yang berlebihan, tutup mulut erlenmeyer dengan corong gelas), kemudian dinginkan. e) Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan larutan asam klorida yang telah dibakukan hingga warna larutan berubah dari merah menjadi tepat tidak berwarna (warna merah tepat hilang). f) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. g) Lakukan percobaan blanko dengan cara : 1) Masukkan 30 ml air suling dan 25,0 ml NaOH 0,1 N ke dalam erlemeyr 250 ml, kocok kuat. 2) Didihkan selama 10 menit (untuk mencegah penguapan yang berlebihan, tutup mulut erlenmeyer dengan corong gelas), kemudian dinginkan. 3) Tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan larutan asam klorida yang telah dibakukan hingga warna larutan berubah dari merah menjadi tepat tidak berwarna (warna merah tepat hilang). 4) Ulangi prosedur ini 1 kali lagi.

62

 Praktikum Kimia Farmasi II 

h) Hitung kadar asetosal (mg/tablet) dengan rumus : Mgrek asetosal = (Vblanko – Vsampel) x NHCl Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal =...... mg mg asetosal pertab = x hasil perhitungan (mg) i) Persen kadar yang diperoleh terhadap kadar yang tertera pada etiket/label obat. Cocokkan kadar yang diperoleh tersebut dengan persyaratan yang tertera pada FI edisi IV. Persen kesesuaian kadar terhadap label dihitung dengan rumus : % kadar zat uji terhadap label = x 100%

63

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Pengamatan 1.

Pembakuan Larutan HCl 0,1 N Berat Na2CO3 = ............... g Data Titrasi pada Pembakuan

No.

Volume larutan Na2CO3

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

Volume titrasi (ml)

1. 2. 3. Volume titrasi rata-rata 2.

Penetapan Kadar Asetosal dalam Sampel Tablet Karakteristik sampel uji : Merk sampel : ................... No. Batch : ................... Kadar asetosal/tab sesuai label : ............. mg Berat 10 tablet = ................... g Berat serbuk tab yang harus ditimbang = ................. g Data Penimbangan dan Titrasi pada Penetapan Kadar No.

Berat (g)

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

1. 2. 3. Blanko

1 2 Volume titrasi blangko rata-rata

64

Volume titrasi (ml)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Judul Praktikum : Hari/Tgl praktek Sampel Uji No. Batch Metode

PELAPORAN HASIL PRAKTIKUM

3. Nama NIM 4. Nama NIM

: : : :

Tim Kerja : : ............................................................. : ............................................................. : ............................................................. : .............................................................

A.

TUJUAN PRAKTIKUM

B. 1.

REAKSI-REAKSI PADA PERCOBAAN INI Reaksi pada Pembakuan

2.

Reaksi pada Penetapan Kadar

C.

PERHITUNGAN PEMBAKUAN Berat Na2CO3 Volume larutan titer HCl rata-rata NHCl = x NHCl

=

NHCl

= ....................

= ............... g = ............... mg = .............. ml

x

65

 Praktikum Kimia Farmasi II 

D.

PERHITUNGAN KADAR Berat 10 tablet Berat rata-rata/tab

= ................ g = =

1.

= ............... g

Data penimbangan I: Berat sampel uji = ............. mg Volume larutan titer (NaOH) pd titrasi sampel = ............. ml Volume larutan titer pd titrasi blangko = ............ ml Mgrek asetosal = (Vblanko – Vsampel) x NHCl Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal = (........ - ........) x ............... X 90 =...... mg asetosal pertab = x hasil perhitungan (mg) =

x .............. (mg)

= ................. mg % kadar asetosal terhadap label =

x

100% =

x 100%

= ............... % 2.

Data penimbangan II: Berat sampel uji = ............. mg Volume larutan titer (NaOH) pd titrasi sampel = ............. ml Volume larutan titer pd titrasi blangko = ............ ml Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal = (........ - ........) x ............... X 90 =...... mg asetosal pertab=

x hasil perhitungan (mg)

=

x .............. (mg)

= ................. mg % kadar asetosal terhadap label = =

x 100% x 100%

= ............... %

66

 Praktikum Kimia Farmasi II 

3.

Data Penimbangan III: Berat sampel uji = ............. mg Volume larutan titer (NaOH) pd titrasi sampel = ............. ml Volume larutan titer pd titrasi blangko = ............ ml Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal = (........ - ........) x ............... X 90 =...... mg asetosal pertab = x hasil perhitungan (mg) =

x .............. (mg)

= ................. mg % kadar asetosal terhadap label =

x 100% =

x 100%

= ................ % E.

KESIMPULAN

1. 2.

Normalitas larutan titer HCl : ..................... N Kadar asetosal pertablet : ..................... mg/tab Kadar kemurnian berdasarkan kadar yang tertera pada label : ............... % Jadi .......................... syarat Farmakope Indonesia edisi III/IV ........................, ..................... 20..... Praktikan

Pengawas/Pembimbing

(......................................)

(..........................................)

67

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Tes 1 1) Soal ini diselesaikan dengan rumus : Normalitas (N) = Massa (g)

= N x BE x Volume(liter)

Untuk menentukan BE, lihat BM dan jumlah ion OH- yang dilepaskan dalam larutan. Kunci : 0,5 gram

2) Fenolftalein. Titik akhir titrasi tidak berwarna menjadi pink/merah muda Soal ini diselesaikan dengan rumus : mgrek larutan titer = mgrek baku primer mgrek larutan titer (data tersedia dalam bentuk volume/ml) : mgrek = ml x N mgrek baku primer (data tersedia dalam bentuk berat/mgram) : mgrek = Jadi gunakan rumus : VNaOH x NNaOH = Ingatlah, kesetaraan BE baku primer (K biftalat) dengan BM dilihat dari jumlah H+ atau OH- yang ternetralisasi dalam reaksinya (lihat reaksi K biftalat dengan NaOH) Kunci : 0,0491 N

3)

Soal ini diselesaikan dengan rumus : = VNaOH x NNaOH Jadi : Asam salisil (mg) = VNaOH x NNaOH x BE As Salisil Kesetaraan BE dengan BM asam salisilat, lihat reaksinya Kadar asam salisil dalam sampel :=

x 100% Kunci : 1,86%

68

 Praktikum Kimia Farmasi II 

1)

Tes 2 Soal ini diselesaikan dengan rumus : Normalitas (N) = Massa (g) = N x BE x Volume(liter) Untuk menentukan BE, lihat BM dan jumlah ion H+ yang dilepaskan dalam larutan. Kunci : 9,125 g gram

2)

Metil jingga /metil merah mgrek larutan titer = mgrek baku primer mgrek larutan titer (data tersedia dalam bentuk volume/ml) : mgrek = ml x N mgrek baku primer (data tersedia dalam bentuk berat/mgram) : mgrek = Jadi gunakan rumus : VHCl x NHCl = Kesetaraan BE baku primer (Na2CO3) terhadap BM lihat kembali reaksinya. Kunci : 0,0995 N

3)

Baca prinsip dan reaksi pada penetapan kadar asetosal Baca prinsip dan reaksi pada penetapan kadar asetosal Selesaikan menggunakan rumus berikut : Asetosal dlm sampel = (Vblanko – Vsampel) x NHCl x BEasetosal =...... mg Kesetaraan BE asetosal terhadap BM lihat kembali reaksinya. asetosal pertab = x hasil perhitungan (mg) =................. mg % kadar asetosal terhadap label =

x 100%

= ............... % Kunci : 299,57 mg

69

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 1) Asam salisilat dalam sediaan bedak dapat ditetapkan dengan metoda... A. B. C. D. E.

asidimetri alkalimetri iodimetri permanganometri kompleksometri

2) Larutan titer yang digunakan pada penetapan asam salisilat dalam bedak adalah... A. Kalium permanganat (KMnO4) B. Asam sulfat C. Natrium hidroksida D. Larutan Iodium E. Na EDTA 3) Indikator yang digunakan pada penetapan kadar asam salisilat dalam bedak adalah... A. Phenoftalein B. KMnO4 C. Metil orange D. Tropeolin OO E. Amilum 4) Reaksi kimia yang terjadi pada penetapan asam salisilat tersebut adalah... A. Pembentukan senyawa kompleks B. Reduksi oksidasi C. Pembentukan garam diazonium D. Pengendapan E. Asam basa 5) Larutan baku primer yang digunakan pada titrasi penetapan asam salisilat dalam bedak adalah... A. Natrium klorida B. Natrium karbonat C. Kalsium karbonat D. K-biftalat E. Asam oksalat 6) Metoda volumetric yang tepat pada penetapan kadar tablet asetosal adalah metoda... A. asidi-alkalimetri B. iodimetri

70

 Praktikum Kimia Farmasi II 

C. permanganometri D. kompleksometri E. nitrimetri 7) Reaksi yang terjadi pada pemanasan tablet asetosal dalam percobaan diatas adalah... A. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam klorida B. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam asetat C. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam salisilat D. menghidrolisis tablet asetosal menjadi asam salisilat dan asam asetat E. meningkatkan kelarutan asetosal.

Petunjuk Jawaban Latihan Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.

71

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Latihan 1) B 2) C 3) A 4) E 5) D 6) A 7) D

72

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Daftar Pustaka Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia. Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta. Sudjadi, Abd Rohman, 2007, Analisis Kuantitatif Obat, PustakaPelajar Yogyakarta Basset, J., Denney, R C., dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Jakarta: EGC.

73

 Praktikum Kimia Farmasi II 

BAB III ANALISIS KUANTITATIF OBAT DENGAN TITRASI REAKSI REDUKSI OKSIDASI DAN PEMBENTUKAN KOMPLEKS DR. Hj. Nurisyah, M.Si, Apt. Dra Harpolia Cartika, M.Farm, Apt. Khairun Nida, S.Si.,M.Biomed.,Apt.

PENDAHULUAN Metode Volumetri kali ini tentang titrasi reduksi oksidasi dan pembentukan kompleks. Macam-macam titrasi oksidasi reduksi antara lain : 1. Permanganometri Larutan titer yang digunakan pada metode permanganometri adalah Kalium permanganat (KMnO4) yang umumnya dilakukan dalam suasana asam (asam sulfat encer). KMnO4 merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis merupakan suatu reduktor. 2. Iodimetri dan Iodometri Larutan titer yang digunakan pada metode Iodimetri adalah larutan Iodium (I2). Iodium merupakan suatu oksidator, sehingga zat yang dianalisis merupakan reduktor. Larutan titer yang digunakan pada metode Iodometri adalah larutan natrium tiosulfat (Na 2S2O3). Natrium tiosulfat merupakan reduktor, namun reaksi dalam metode ini didasarkan pada reaksi iodium (oksidator) dengan larutan titer (natrium tiosulfat). Dimana Iodium merupakan hasil reaksi suatu oksidator (zat uji) dengan kalium iodida (KI). Iodometri juga bisa dilakukan dengan mereaksikan zat uji reduktor dengan larutan iodium berlebih, sisa iodium yang tidak bereaksi dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (titrasi berlebih). Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam seperti Eriochrom Black T (EBT), biru hidroksinaftol, dan jingga xilenol. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna ungu menjadi biru. Supaya lebih jelas lagi materi tentang titrasi reduksi oksidasi dan pembentukan kompleks dapat anda pelajari di bab 1 kimia farmasi teori pada topic 3 tentang analisis kuantitatif obat.

74

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Pada Bab 3 ini dirancang untuk 3 topik kegiatan praktikum berdasarkan reaksi reduksi oksidasi dan pembentukan kompleks yaitu : Topik 1. Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri Topik 2. Penetapan Kadar Ferro Sulfat dengan Metode Permanganometri Topik 3. Penetapan Kadar Kalsium Laktat dengan Metode Kompleksometri Analisis kuantitatif pada zat-zat diatas dilakukan terhadap sediaan obat tunggal untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan anda dalam menghitung kadar senyawa obat.

75

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 1 Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Iodimetri PENDAHULUAN Kekurangan asupan vitamin C dapat menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Bila terjadi pada anak (6-12 bulan), gejala-gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi, dan demam. Pada anak yang giginya telah keluar, gusi membengkak, empuk dan terjadi pendarahan. Pada orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan vitamin C dalam makanannya. Gejalanya ialah pembengkakan dan perdarahan pada gusi, gingivalis, kaki menjadi empuk, anemia dan deformasi tulang. Akibat yang parah dari keadaan ini ialah gigi menjadi goyah dan dapat lepas. Vitamin C (Asam askorbat) bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar yang menyebabkan kerusakan seperti suhu, oksigen, enzim, kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktivan sebagai vitamin C. Asam dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki keaktivan vitamin C lagi.Untuk itu, maka perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kadar vitamin C yang terkandung dalam sediaat tablet. Sehingga masyarakat mengkonsumsi jumlah vitamin c sesuai dengan kadar yang tertera pada label sediaan tablet tersebut. 1. a. b. c.

Uraian Vitamin C Nama resmi : Acidum Ascorbicum Nama lain : Asam Askorbat Vitamin C Struktur kimia:

d. e. f.

Rumus kimia BM Pemerian

: C6H8O6 : 176,13 :

76

 Praktikum Kimia Farmasi II 

1) FI ed III Serbuk atau hablur; putih atau kuning; tidak berbau; rasa asam. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam cepat teroksidasi. 2) FI ed IV Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara, dalam larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih kurang 190o. g.

Kelarutan: 1) FI ed III Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam benzena P. 2) FI ed IV Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroforom, dalam eter dan dalam benzena.

h.

Persyaratan Sediaan ablet 1) FI ed III Tablet Asam Askorbat Mengandung Asam Askorbat C6H8O4 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. 2) FI ed IV Tablet Asam Askorbat mengandung Asam Askorbat C6H8O4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

2.

Penetapan Kadar Vitamin C Untuk menentukan kadar asam askorbat, Farmakope Indonesia menerapkan metode iodimetri dengan menggunakan larutan baku iodium 0,1 N. Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod (iodimetri), digunakan larutan iod dalam kalium iodida. Hal ini disebabkan karena iod sangat sukar larut dalam air dan mudah larut dalam larutan pekat iodida, Oleh karena itu, pada pembuatan larutan iod digunakan larutan pekat kalium iodida. Reaksi pelarutan iodium dalam kalium idodida merupakan reaksi bolak balik : I 2 +KI  KI3, sehingga bentuk reaktifnya adalah ion triiodida (I3-). Oleh karena reaksi tersebut bolak balik sehingga dalam reaksi tetap dituliskan sebagai molekul iod (I2). Farmakope Indonesia menggunakan arsen trioksida(hati-hati !, senyawa ini sangat toksik) sebagai baku primer untuk membakukan larutan iod. Arsen trioksida sangat sukar larut dalam air, oleh karena itu pada proses pembakuan terlebih dahulu arsen trioksida dilarutkan dalam larutan alkali (NaOH) membentuk garam arsenit. Kemudian pengasaman larutan dengan HCl diperlukan karena reaksi oksidasi arsen oleh iod berlangsung dalam suasana asam

77

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Deteksi titik akhir titrasi pada iodimetri ini dilakukan dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru kehitaman pada saat tercapainya titik akhir titrasi.

Sebelum titrasi (tidak berwarna)

Titik akhir titrasi (warna biru kehitaman)

3.

Prinsip dan Reaksi Penetapan kadar vitamin C ini didasarkan dengan prinsip reaksi redoks menggunakan larutan iodium sebagai oksidator. Sebagai larutan titer iodium terlebih dahulu dibakukan dengan arsen trioksida sebagai baku primer. Reaksi yang terjadi antara arsen trioksida dengan iodium pada proses pembakuan ini adalah sebagai berikut : As2O3 + 6 NaOH  2 Na3AsO3 + 3 H2O Na3AsO3 + 3 HCl  H3AsO3 + 3 NaCl

½ Reaksi Oksidasi

: AsO33- + H2O  AsO43- + 2 H+ + 2 e

½ reaksi reduksi dari iodium : I2 + 2 e  2 IReaksi redoks

: AsO33- + I2 + H2O  AsO43- + 2 I- + 2 H+

Berdasarkan ½ reaksi oksidasi arsen trioksida di atas : 1 mol AsO33-  2 mol e 1mol As2O3  2 mol AsO33-  4 e BE As2O3 = ¼ BM = ¼ X 197,84 = 49,46

78

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Reaksi yang terjadi antara vitamin C dan larutan titer iodium pada proses penetapan kadar . ½ Reaksi oksidasi :

½ Reaksi reduksi : I2 + 2 e  2 IBerdasarkan ½ reaksi oksidasi vitamin C di atas : 1 ml vitamin c  2 mol e BE vitamin c = ½ x BM = ½ x 176 = 88

79

 Praktikum Kimia Farmasi II 

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. a. b. c.

Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat membuat larutan baku Iod 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi Mahasiswa dapat melakukan pembakuan larutan Iod dengan arsen trioksida sebagai baku primer Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar vitamin c dengan menggunakan metode iodimetri

2. a.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1) Erlenmeyer 250 ml 2) Buret 50 ml 3) Labu ukur 500 ml 4) Gelas ukur 5) Gelas kimia 100 ml 6) Neraca analitik 7) Pipet tetes

b.

Bahan yang digunakan : 1) Sampel tablet vitamin C 2) Arsen trioksida 3) Asam klorida 4) Natrium hidroksida 5) Iodium 6) Indikator kanji 7) Air suling

3. a.

Prosedur Praktikum Pembuatan larutan iodium 0,1 N 1) Timbang 6,35 g iodium dalam botol timbang. 2) Timbang 9 g kalium iodida dalam gelas kimia, tambahkan 10 tetes air suling. Aduk hingga larut. 3) Masukkan iodium sedikit-sedikit, aduk hingga kristal iodium tersebut larut. 4) Encerkan dengan air suling, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml. 5) Bilas gelas kimia dengan air suling, dan masukkan air bilasan ke dalam labu ukur yang berisi larutan iodium sebelumnya. 6) Lakukan pembilasan sampai gelas kimia tersebut bebas dari larutan iodium, kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda.

80

 Praktikum Kimia Farmasi II 

b.

Pembakuan larutan titer iodium 1) Timbang saksama 100 mg arsentrioksida, larutkan dalam 20 ml natrium hidroksida 1 N, jika tidak larut hangatkan. 2) Encerkan dengan 40 ml air, tambahkan 2 tetes larutan jingga metl. 3) Tambahkan larutan asam klorida 6 N hingga terjadi warna merah jambu, kemudian tambahkan 2 g natrium bikarbonat, encerkan dengan 50 ml air. 4) Tambahkan 1 ml larutan indikator kanji. 5) Titrasi dengan larutan iodium hingga berwarna biru. 6) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 7) Hitung normalitas larutan titerIod tersebut (normalitas larutan hasil perhitungan ditulis sampai 4 desimal/4 angka di belakang koma), dengan rumus Mgrek Iod = mgrek As2O3 VIod x NIod = VIod x NIod = NIod = Dimana VIod = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi (ml). Berat As2O3 dibuat dalam satuan berat mg

c.

Penetapan kadar vitamin C tablet 1) Timbang berat 10 tablet, kemudian hitung berat rata-rata pertablet. Haluskan tablet menggunakan lumpang. 2) Timbang saksama serbuk tablet setara dengan 180 mg vitamin C murni, masukkan ke dalam erlenmeyer. 3) Larutkan Dengan 50 Ml Air bebas karbondioksida, kocok. Kemudian tambahkan 25 ml asam sulfat 10 %v/v. 4) Tambahkan 1 ml larutan indikator kanji. 5) Titrasi dengan iodium yang telah dibakukan di atas hingga berwarna biru. 6) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 7) Hitung kadar vitamin c (mg/tablet) dengan rumus : Mgrek vitamin c =mgrek iod =VIod x NIod mg Vit c dlm sampel =VIod x NIod x BE vit c =...... mg mg vit c pertab =

81

x hasil perhitungan (mg)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

8) Persen kadar yang diperoleh terhadap kadar yang tertera pada etiket/label obat. Cocokkan kadar yang diperoleh tersebut dengan persyaratan yang tertera pada FI edisi IV. Persen kesesuaian kadar terhadap label dihitung dengan rumus : % kadar zat uji terhadap label =

x 100%

82

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Judul Praktikum :

PELAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Hari/Tgl praktek Sampel Uji No. Batch Metode 5. Nama NIM 6. Nama NIM

: : : :

Tim Kerja : : ............................................................. : ............................................................. : ............................................................. : .............................................................

A.

TUJUAN PRAKTIKUM

B. 1.

REAKSI-REAKSI PADA PERCOBAAN INI Reaksi pada pembakuan

2.

Reaksi pada penetapan kadar

C.

PERHITUNGAN PEMBAKUAN

1.

Data penimbangan I : Berat As2O3 = ............... mg Volume larutan titer (VIod) = ............... ml NIod = N1

= = ...................

83

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2.

Data penimbangan II Berat As2O3 = ............... mg Volume larutan titer (VIod) = ............... ml NIod = N2

= = ...................

3.

Data penimbangan III : Berat As2O3 = ............... mg Volume larutan titer (VIod) = ............... ml NIod = N3

= = ...................

Nrata-rata= = = .............. D.

PERHITUNGAN KADAR

1.

Data penimbangan I : Berat zat uji Volume larutan titer (VIod) Mgrek vitamin c

= ............. mg = ............. ml =mgrek iod = VIod x NIod

mg Vit c dlm sampel =VIod x NIod x BE vit c =....... x ............. x 88 =...... mg mg vit c pertab=

x hasil perhitungan (mg)

= x ....... mg = ................. mg

84

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kadar terhadap etiket =

x 100 %

= x 100 % = ............ % 2.

Data penimbangan II : Berat zat uji Volume larutan titer (VIod) Mgrek vitamin c

= ............. mg = ............. ml =mgrek iod = VIod x NIod

mg Vit c dlm sampel =VIod x NIod x BE vit c = ....... x ............. x 88 = ................ mg mg vit c pertab

=

x hasil perhitungan (mg)

=

x 100%

= ................. % 3.

Data penimbangan III : Berat zat uji Volume larutan titer (VIod) Mgrek vitamin c

= ............. mg = ............. ml =mgrek iod =VIod x NIod

mg Vit c dlm sampel

=VIod x NIod x BE vit c =....... x ............. x 88 =...... mg

mg vit c pertab

=

x hasil perhitungan (mg)

=

x ....... mg

= ................. mg Kadar terhadap etiket = =

x 100 % x 100 %

= ............ %

85

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kadar asam salisil rata-rata = = = .......... % E.

KESIMPULAN

1. 2.

Normalitas larutan titer Iod : ..................... N Kadar vitamin c pertablet : ..................... mg/tab Kadar kemurnian berdasarkan kadar yang tertera pada label : .............. % Jadi .......................... syarat Farmakope Indonesia edisi III/IV

........................, ..................... 20..... Pengawas/Pembimbing

Praktikan

(......................................)

(..........................................)

86

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 1 Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi praktikum di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Hitunglah berapa gram iodium kristal (BM 254) dibutuhkan untuk membuat 250 ml larutan iodium 0,1 N. 2) Untuk membakukan larutan iod, ditimbang As2O3 sebanyak 0,2992 g. Dilarutkan dengan larutan NaOH 2 N sebanyak 10 ml, dimasukkan secara kuantitatif ke dalam labu ukur 100 ml. Ditambahkan 3 tetes indikator metil jingga, ditambahkan larutan HCl 6 N hingga berwarna merah. Dicukupkan volumenya hingga tanda dengan air suling, kemudian diukur saksama sebanyak 25 ml, dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali (triplo), kemudian dititrasi dengan larutan iod yang akan dibakukan menggunakan indikator yang sesuai sampai titik akhir tercapai. Volume larutan titer rata-rata yang dibutuhkan adalah 15,42 ml. a) Indikator apa yang digunakan, dan bagaimana menentukan titik akhir titrasi telah tercapai b) Alat apa yang harus digunakan untuk mengukur larutan As2O3 tersebut di atas. c) Hitunglah normalitas larutan iod tersebut 3) Pada penetapan kadar vitamin C tablet, maka ditimbang serbuk tablet sebanyak 0,3157 g. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, dilarutkan dengan air bebas karbon dioksida dan diasamkan dengan asam sulfat 10%. Dititrasi dengan larutan iodium yang telah dibakukan di atas menggunakan indikator kanji sampai titik akhir tercapai. Diketahui Berat 10 tablet sampel uji = 2,3451 g, volume larutan titer iod yang dibutuhkan = 15,3 ml. Hitunglah berapa mg vitamin c pertablet. Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk dapat menjawab soal-soal latihan di atas, Anda harus mempelajari kembali Topik 1 tentang Identifikasi Golongan Karbohidrat dan Asam.

87

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 2 Penetapan Kadar Fero Sulfat dengan Metode Permanganometri PENDAHULUAN Tablet besi (II) sulfat atau ferro sulfat merupakan preparat yang digunakan untuk mengatasi anemia terutama anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi untuk eritropoeisis tidak cukup. Zat besi (Fe) sangat diperlukan oleh tubuh antara lain untuk pertumbuhan, bekerjanya berbagai macam enzim dalam tubuh dan yang paling penting digunakan untuk pembentukan hemoglobin. Selain itu kekurangan zat besi dapat menyebabkan gangguan susunan syaraf pusat, dapat mengurangi prestasi kerja, kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi. Prevalensi anemia defisiensi besi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, kira – kira sekitar 43% anak-anak dan 51% ibu hamil. Pengobatan anemia dengan perubahan makanan saja tidak cukup sehingga alternatif pengobatan lain diberikan tablet zat besi. Tingginya prevalensi anemia di Indonesia menyebabkan kebutuhan tablet zat besi yaitu ferro sulfat sebagai preparat untuk mengatasi anemia defisiensi besi menjadi meningkat. Hal ini dapat menjadi dorongan bagi industri – industri farmasi untuk meningkatkan produksi besi (II) sulfat. 1. a. b. c. d. e.

f.

Uraian Ferro Sulfat Nama resmi : Ferrosi Sulfas Nama lain : Besi (II) Sulfat Rumus kimia : FeSO4 BM : FeSO4 7H2O = 278,01 FesO4 anjidrat = 151,90 Pemerian : 1) FI ed III Serbuk; putih keabuan; rasa logam, sepat 2) FI ed IV Hablur atau granul warna hijau kebiruan, pucat, tidak berbau dan rasa seperti garam. Merekah di udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab, berbentuk besi (III) sulfat berwarna kuning kecoklatan. Larutan (1 dalam 10) bereaksi asam terhadap lakmus P, pH lebih kurang 3,7. Kelarutan : 1) FI ed III Perlahan-lahan larut hampir sempurna dalam air bebas karbondioksida 88

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2) FI ed IV Mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol; sangat mudah larut dalam air mendidih. Persyaratan kadar tablet ferrosi sulfat : Tablet Besi (II) Sulfat mengandung Besi (II) Sulfat. Kadar FeSO4 tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90% dari jumlah yang tertera pada etiket (FI ed III). 2.

Penetapan Kadar Ferro Sulfat Penetapan kadar besi (II) sulfat dapat ditetapkaan dengan banyak metode, salah satunya adalah titrimetri (iodometri, permanganometri, serimetri, dan kompleksometri). Penetapan kadar besi (II) sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah dengan titrasi serimerti. Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Metode titrasi ini didasarkan pada reaksi reduksi dan oksidasi (redoks) antara KMnO4 dengan bahan tertentu yang bersifat reduktor. Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam. Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Asam sulfat merupakan asam yang paling cocok digunakan sebagai pelarutnya karena jika digunakan asam klorida maka kemungkinan sebagian permanganatnya digunakan untuk pembentukan klorin seperti reaksi dibawah ini : 2 MnO4- + 16 H+ + 10 Cl-  2 Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O Kalium permanganat telah digunakan sebagai zat pengoksid secara meluas, pereaksi ini mudah diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menyatakan berlebihnya pereaksi yang digunakan (titik akhir telah tercapai). Oleh karena itu, titrasi dengan metode permanganometri tidak diperlukan larutan indikator karena kalium permanganat sendiri berfungsi sebagai autoindikator.

Sebelum titrasi (tidak berwarna)

89

Titik akhir titrasi (warna pink)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangkan potensial elektroda sangat tergantung pada pH. Kalium permanganat dibakukan dengan menggunakan asam oksalat sebagai standar primernya. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat adalah: ½ Reaksi oksidasi : C2O42-  2 CO2 + 2 e I mol asam oksalat  2 mol e BE asam oksalat = ½ x BM = 12 x 126 = 63 ½ Reaksi reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4 H2O 1 mol kalium permanganat  5 ml e BE kalium permanganat = 1/5 x BM = 1/5 x 158 = 31,6) Reaksi redoks : 5 C2O42- + 2 MnO4- + 16 H+ 10 CO2 + 2 Mn2+ +8 H2O Reaksi yang terjadi antara permanganat dengan besi (II) pada proses titrasi permanganometri adalah : ½ Reaksi oksidasi : Fe2+  Fe3+ + e 1 mol Ferro  1 mol e, BE = BM ½ Reaksi reduksi : MnO4- + 8 H+ + 5 e  Mn2+ + 4 H2O Reaksi redoks : 5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+  5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat

90

 Praktikum Kimia Farmasi II 

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. a. b. c.

Tujuan Praktikum Mahasiswa mengetahui cara pembuatan larutan baku kalium permanganat Mahasiswa dapat membakukan larutan titer kalium permanganat Mahasiswa dapat menentukan kadar ferro sulfat dalam tablet permanganometri.

2. a.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1) Erlenmeyer 250 ml 2) Buret 50 ml 3) Labu ukur 500 ml 4) Gelas ukur 5) Gelas kimia 100 ml 6) Penangas air 7) Termometer 8) Neraca analitik 9) Pipet tetes

b.

Bahan yang digunakan : 1) Sampel tablet ferro sulfat 2) Kalium permanganat 3) Asam oksalat 4) Asam sulfat 5) Air suling

3. a.

Prosedur Praktikum Pembuatan larutan titer kalium permanganat 0,1 N 1) Timbang 1,58 g dalam gelas kimia 100 ml, larutkan dengan 50 ml air suling 2) Saring dengan glaswol, filtrat ditampung ke dalam labu ukur 500 ml. 3) Bilas residu beberapa kali dengan air suling, campur filtrat ke dalam labu ukur di atas. Kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda.

b.

Pembakuan larutan titer kalium permanganat 0,1 N 1) Timbang saksama 100 mg asam oksalat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. 2) Larutkan dengan 25 ml air suling, kocok hingga larut. 3) Tambahkan 15 ml asam sulfat 2 N, kocok hingga homogen, panaskan di atas penangas air hingga suhu larutan mencapai 70oC (ukur dengan termometer)

91

secara

 Praktikum Kimia Farmasi II 

4) Titrasi hingga warna larutan KMnO4 tidak hilang (larutan berubah dari tidak berwarna menjadi pink). 5) Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 6) Hitung normalitas larutan titer KMnO4 tersebut, dengan rumus : Mgrek KMnO4 = mgrek asam oksalat VKmnO4 x NKmnO4 = VKMnO4 x NKMnO4

=

NKmnO4 = c.

Penetapan kadar ferro sulfat dalam tablet 1) Timbang Berat 10 Sampel Tablet Ferro Sulfat, Kemudian Hitung Berat RataRatanya. Haluskan Sampel Tablet Tersebut Menggunakan Lumpang 2) Timbang Saksama Serbuk Tablet Setara Dengan 300 Mg Ferro Sulfat, Masukkan Ke Dalam Labu Erlenmeyer 250 Ml [Serbuk Tablet Yang Ditimbang = X Berat Rata-Rata (G)] 3) Tambahkan 30 Ml Air Suling Dan 15 Ml Asam Sulfat 2 N, Kocok Kuat. 4) Titrasi Hingga Warna Larutan Berubah Dari Tidak Berwarna Menjadi Pink. Ulangi Prosedur Ini 2 Kali Lagi. 5) Hitung Kadar Ferro Sulfat (Mg/Tablet) Dan Persen Kadar Yang Diperoleh Terhadap Kadar Yang Tertera Pada Etiket/Label Obat. Cocokkan Kadar Yang Diperoleh Tersebut Dengan Persyaratan Yang Tertera Pada Fi Edisi III.

92

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Pengamatan 1.

Pembakuan Larutan KMnO4 0,1 N

No.

Data Penimbangan dan Titrasi pada Pembakuan Pembacaan skala buret Volume titrasi Berat (g) (ml) Titik awal titrasi Titik akir titrasi

1. 2. 3. 2.

Penetapan kadarFerro Sulfat dalam sampel tablet Karakteristik sampel uji : Merk sampel : ................... No. Batch : ................... Kadar ferro sulfat/tab sesuai label : ............. mg Berat 10 tablet = ................... g Berat serbuk tablet yang harus ditimbang : ..................... g

No.

Data penimbangan dan titrasi pada penetapan kadar Pembacaan skala buret Volume titrasi Berat (g) (ml) Titik awal titrasi Titik akir titrasi

1. 2. 3.

93

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Judul Praktikum :

PELAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Hari/Tgl praktek Sampel Uji No. Batch Metode 7. Nama NIM 8. Nama NIM

: : : :

Tim Kerja : : ............................................................. : ............................................................. : ............................................................. : .............................................................

A.

TUJUAN PRAKTIKUM

B. 1.

REAKSI-REAKSI PADA PERCOBAAN INI Reaksi pada pembakuan

2.

Reaksi pada penetapan kadar

C. 1.

PERHITUNGAN PEMBAKUAN Data penimbangan I : Berat asam oksalat = ............... mg Volume larutan titer (KMnO4) = ............... ml NKMnO4 = N1

= = ...................

2.

Data penimbangan II Berat asam oksalat = ............... mg Volume larutan titer (KMnO4) = ............... ml

94

 Praktikum Kimia Farmasi II 

NKMnO4

=

N2

= = ...................

3.

Data penimbangan III : Berat asam oksalat Volume larutan titer (KMnO4) NKMnO4 = N3

= ............... mg = ............... ml

= = ...................

Nrata-rata

= = = ..............

D.

PERHITUNGAN KADAR Berat 10 tablet = ................ g Berat rata-rata/tab = =

1.

= ............... g

Data penimbangan I: Berat sampel uji = ............. mg Volume larutan titer (KMnO4) pd titrasi sampel = ............. ml Mgrek Ferro Sulfat = V KMnO4 x N KMnO4 Ferro Sulfat dalam sampel = VKMnO4 x N KMnO4 x BEFerro sulfat = ............ x ............... X 152 = ...... mg Ferro Sulfat pertab = x hasil perhitungan (mg) =

x .............. (mg)

= ................. mg % kadar ferro sulfat terhadap label =

x 100%

=

x 100%

= ............... %

95

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2.

Data penimbangan II: Berat sampel uji = ............. mg Volume larutan titer (KMnO4) pd titrasi sampel = ............. ml Mgrek Ferro Sulfat = V KMnO4 x N KMnO4 Ferro Sulfat dlm sampel = VKMnO4 x N KMnO4 x BEFerro sulfat = ............ x ............... X 152 = ...... mg Ferro Sulfat pertab =

x hasil perhitungan (mg)

=

x .............. (mg)

= ................. mg % kadar ferro sulfat terhadap label = =

x 100% x 100%

= ............... % 3.

Data penimbangan III : Berat zat uji Volume larutan titer (VIod) Mgrek vitamin c

= ............. mg = ............. ml =mgrek iod =VIod x NIod

mg Vit c dlm sampel =VIod x NIod x BE vit c =....... x ............. x 88 =...... mg mg vit c pertab = =

x ....... mg

= ................. mg Kadar terhadap etiket = =

x 100 % x 100 %

= ............ % Kadar asam salisil rata-rata = = = .......... %

96

x hasil perhitungan (mg)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

E.

KESIMPULAN

1. 2.

Normalitas larutan titer KMnO4 : ..................... N Kadar ferro sulfat pertablet : ..................... mg/tab Kadar kemurnian berdasarkan kadar yang tertera pada label : ............... % Jadi .......................... syarat Farmakope Indonesia edisi III/IV ........................, ..................... 20.....

Pengawas/Pembimbing

Praktikan

(......................................)

(..........................................)

97

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 2 1) Hitunglah berapa gram kalium permanganat harus ditimbang untuk membuat larutan kalium permanganat 0,1 N sebanyak 250 ml. 2) Pada pembakuan larutan kalium permanganat, ditimbang saksama baku primer asam oksalat sebanyak 0,1250 g. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer, dilarutkan dengan 30 ml air suling, ditambahkan 20 ml asam sulfat 2 N. Dipanaskan hingga suhunya 70 oC, kemudian dititrasi hingga titik akhir tercapai. Volume larutan titer kalium permanganat yang dibutuhkan adalah 20,1 ml. a. Bagaimana menentukan titik akhir tercapai b. Hitung normalitas larutan kalium permanganat tersebut. 3) Pada penetapan kadar ferro sulfat tablet, ditimbang serbuk tablet sebanyak 0,5324 g. dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 30 ml air suling dan 20 ml asam sulfat 2 N. Dititrasi dengan larutan kalium permanganat hingga berwarna pink. Diketahui berat 10 tab sampel uji ferro sulfat = 3, 5026 g, volume larutan titer yang dibutuhkan = 20,3 ml. Hitung berapa mg ferro sulfat pertablet.

98

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Topik 3 Penetapan Kalsium Laktat dengan Metode Kompeksometri PENDAHULUAN Kalsium Laktat merupakan garam kalsium yang berguna untuk menjamin kebutuhan tubuh akan kalsium. Tablet kalsium laktat digunakan sebagai terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meninggi, seperti pada: kehamilan, menyusui, defisiensi paratiroid. Peran utama kalsium dalam tubuh adalah menyusun dan mempertahankan kepadatan tulang dan gigi sehingga mencegah osteoporosis (kekeroposan tulang). Peran lain kalsium adalah membantu mengendalikan fungsi saraf dan otot, penting dalam produksi enzim dan hormon yang berhubungan dengan pencernaan, metabolisme lemak dan energi, serta meningkatkan kesehatan dengan menjaga sel tubuh tetap mendapatkan mineral yang dibutuhkan untuk keseimbangan 1. a. b. c.

Uraian Kalsium Laktat Nama resmi : Calcii Lactas Nama lain : Kalsium Laktat Struktur kimia : 5H5 H2O

d. e. f.

Rumus kimia : C6H10CaO6. 5H2O BM ; 308,30 Pemerian : 1) FI ed III Serbuk putih; bau lemah, tidak enak; rasa lemah 2) FI ed IV Serbuk atau granul putih; praktis tidak berbau; bentuk pentahidrat sedikit mekar pada suhu 120o menjadi bentuk anhidrat.

g.

Kelarutan 1) FI ed III Pada suhu 25o, larut dalam 20 bagian air; larut dalam air panas.

99

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2) FI ed IV Kalsium Laktata pentahidrat larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol h.

Persyaratan kadar tablet Kalsium Laktat : 1) FI ed III Tablet Kalsium Laktat mengandung Kalsium Laktat, (C3H5O3)2Ca. 5H2O, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket 2) FI ed IV Tablet Kalsium Laktat mengandung Kalsium Laktat, C6H10CaO6 5H2O, tidak kurang dari 94,0% dan tidak lebih dari 106,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. [Catatan Kalsium Laktata dengan air hidrat yang lebih kecil dapat digunakan untuk menggantikan C6H10CaO6 5H2O dalam pembuatan tablet dengan jumlah kalsium laktat yang setara )

2.

Penetapan Kadar Kalsium Laktat Dalam Farmakope Indonesia disebutkan bahwa penetapan kadar kalsium laktat dalam tablet kalsium laktat dilakukan dengan cara titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA). Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi harus dilakukan pada pH tertentu. Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam, yaitu indikator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam yaitu Eriochrom Black T (EBT), biru hidroksinaftol, dan jingga xilenol. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna ungu menjadi biru.

Sebelum titrasi (warna ungu)

Titik akhir titrasi (warna biru)

100

 Praktikum Kimia Farmasi II 

3.

Prinsip dan Reaksi Kelebihan dinatrium EDTA sebagai larutan titer pada titrasi kompleksometri adalah kemampuannya untuk membentuk kompleks 1 : 1 dengan ion logam, baik logam valensi 1, 2 atau 3. Untuk garam-garam kalsium (merupakan logam divalen), maka reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut : Ca2+ + H2Y2-  CaY2- + 2 H+ 1 mol Ca2+  1 mol H2Y2Karena alasan tersebut, maka penetapan kadar dengan metode kompleksometri menggunakan kesetaraan mol (larutan titer dinatrium EDTA dalam satuan molaritas/M). Perhitungan didasarkan pada persamaan berikut mmol zat uji = mmol larutan titer Dimana : mmol =

atau V(ml) x M

101

 Praktikum Kimia Farmasi II 

PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. a. b. c.

Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat membuat larutan dinatrium EDTA Mahasiswa dapat membakukan larutan titer dinatrium EDTA menggunakan baku primer kalsium karbonat Mahasiswa dapat menentukan kadar Kalsium Laktat dalam tablet Kalsium Laktat secara titrasi kompleksometri.

2. a.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan : 1) Erlenmeyer 250 ml 2) Buret 50 ml 3) Labu ukur 500 ml 4) Gelas ukur 5) Gelas kimia 100 ml 6) Neraca analitik 7) Pipet tetes

b.

Bahan yang digunakan : 1) Sampel tablet kalsium laktat 2) Dinatrium EDTA 3) Kalsium karbonat 4) Asam klorida 5) Amoniak 6) Amonium klorida 7) Indikator biru hidroksi naftol 8) Air suling

3. a.

Prosedur Praktikum Pembuatan larutan titer dinatrium EDTA 0,05 M 1) Timbang 9,31 g di natrium EDTA, masukkan ke dalam labu ukur 500 ml. 2) Tambahkan 100 ml air suling, kocok hingga larut. Kemudian cukupkan volumenya dengan air suling hingga tanda. Pembakuan larutan titer dinatrium EDTA 1) Timbang saksama 100 mg kalsium karbonat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. 2) Larutkan dengan 2 ml larutan HCl 2 N, kemudian tambahkan 25 ml air. 3) Tambahkan 15 mL larutan dapar NH4Cl pH 10 (mintalah pada pengawas di laboratorium) dan ± 100 mg indikator biru hidroksi naftol.

b.

102

 Praktikum Kimia Farmasi II 

4) Titrasi hingga warna larutan berubah dari violet menjadi biru. Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 5) Hitung Molaritas(M) larutan titer dinatrium EDTA tersebut, dengan rumus: M EDTA = Dimana : mg CaCO3 = berat CaCO3 yang tertimbang VEDTA = volume larutan titer EDTA (ml) BM CaCO3 = 100,09 Catatan : larutan dapar NH4Cl pH 10 dibuat dari campuran amonium klorida dan amonia (lihat FI edisi III, hal 665). c.

Penetapan kadar kalsium laktat dalam tablet 1) Timbang berat 10 sampel tablet kalsium laktat, kemudian hitung berat rataratanya. Haluskan sampel tablet tersebut menggunakan lumpang 2) Timbang saksama serbuk tablet setara dengan 300 mg kalsium laktat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml 3) [serbuk tablet yang ditimbang = x berat rata-rata (g)] 4) Tambahkan 30 ml air suling dan 3 ml hcl 2 n, kocok kuat. 5) Tambahkan 15 ml larutan dapar nh4cl ph 10 dan ± 100 mg indikator biru hidroksi naftol. 6) Titrasi hingga warna larutan berubah dari violet menjadi biru. Ulangi prosedur ini 2 kali lagi. 7) Hitung kadar kalsium laktat (mg/tablet) dan persen kadar yang diperoleh terhadap kadar yang tertera pada etiket/label obat. Cocokkan kadar yang diperoleh tersebut dengan persyaratan yang tertera pada fi edisi iii/ iv. 8) Hitung dengan rumus : Mgrek kalsium laktat = V EDTA x N EDTA Kalsium laktat dlm sampel = V EDTA x N EDTA x BM kalsium laktat = V EDTA x N EDTA x 308 Ca laktat pertablet (mg) = x hasil perhitungan % kadar kalsium laktat terhadap label =

x 100%

Dimana : VEDTA = volume larutan titer MEDTA= molaritas larutan titer dinatrium EDTA (hasil perhitungan pada pembakuan) BM Ca laktat = 308 % kadar kalsium laktat terhadap label dihitung dengan rumus : = x 100%

103

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Hasil Pengamatan 1.

Pembakuan Larutan Dinatrium EDTA Data penimbangan dan titrasi pada pembakuan No.

Berat (g)

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

Volume titrasi (ml)

1. 2. 3.

2.

Penetapan kadar kalsium laktat dalam sampel tablet Karakteristik sampel uji : Merk sampel :.................................. No. Batch : .................................. Kadar Ca laktat/tab : ................................... mg/tab Berat 10 tab :................................... g Berat rata-rata/tab : .................................. g Serbuk tablet yg harus ditimbang : = =

x berat rata-rata/tab x ............... g = ................... g

Data penimbangan dan titrasi pada penetapan kadar No.

Berat (g)

Pembacaan skala buret Titik awal titrasi Titik akir titrasi

1. 2. 3.

104

Volume titrasi (ml)

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Judul Praktikum :

PELAPORAN HASIL PRAKTIKUM

Hari/Tgl praktek Sampel Uji No. Batch Metode 9. Nama NIM 10. Nama NIM

: : : :

Tim Kerja : : ............................................................. : ............................................................. : ............................................................. : .............................................................

A.

TUJUAN PRAKTIKUM

B. 1.

REAKSI-REAKSI PADA PERCOBAAN INI Reaksi pada pembakuan

2.

Reaksi pada penetapan kadar

C.

PERHITUNGAN PEMBAKUAN

1.

Data Penimbangan I Berat kalsium karbonat Volume larutan titer (EDTA) MEDTA = M1

= ............... mg = ............... ml

= = ...................

2.

Data Penimbangan II Berat kalsium karbonat Volume larutan titer (EDTA) MEDTA =

= ............... mg = ............... ml

105

 Praktikum Kimia Farmasi II 

M2

= = ...................

3.

Data Penimbangan III Berat kalsium karbonat Volume larutan titer (EDTA) MEDTA

=

M3

= = ...................

= ............... mg = ............... ml

Molaritas rata-rata= = = .............. D.

PERHITUNGAN KADAR Berat 10 tablet Berat rata-rata/tab

= ................ g = =

1.

= ............... g

Data Penimbangan I: Berat sampel uji

= ............. mg

Volume larutan titer (EDTA) = ............. ml Mgrek kalsium laktat = V EDTA x N EDTA Kalsium laktat dlm sampel = V EDTA x N EDTA x BM kalsium laktat = ............ x ............... X 308 = ...... mg mg kalsium laktat pertab = x hasil perhitungan (mg) =

x .............. (mg)

= ................. mg/tab % kadar kalsium laktat terhadap label = =

x 100% x 100%

= ............... %

106

 Praktikum Kimia Farmasi II 

2.

Data penimbangan II Berat sampel uji

= ............. mg

Volume larutan titer (EDTA) = ............. ml Mgrek kalsium laktat = V EDTA x N EDTA Kalsium laktat dlm sampel = V EDTA x N EDTA x BM kalsium laktat = ............ x ............... X 308 =...... mg mg kalsium laktat pertab = x hasil perhitungan (mg) =

x .............. (mg)

= ................. mg/tab % kadar kalsium laktat terhadap label =

x 100%

=

x 100%

= ............... % 3.

Data Penimbangan III Berat sampel uji Volume larutan titer (EDTA) Mgrek kalsium laktat Kalsium laktat dlm sampel

= ............. mg = ............. ml = V EDTA x N EDTA = V EDTA x N EDTA x BM kalsium laktat = ............ x ............... X 308 =...... mg

mg kalsium laktat pertab = =

x hasil perhitungan (mg) x .............. (mg)

= ................. mg/tab % kadar kalsium laktat terhadap label =

x 100%

=

x 100%

= ............... % mg kalsium laktat rata-rata/tab = =

= ............. mg/tab

107

 Praktikum Kimia Farmasi II 

% kadar terhadap label rata-rata : = =

= ............. %

E.

KESIMPULAN

1. 2.

Molaritas larutan titer EDTA : ..................... M Kadar Ca Laktat pertablet : ..................... mg/tab Kadar kemurnian berdasarkan kadar yang tertera pada label : .............. % Jadi ................................................ syarat Farmakope Indonesia edisi III/IV

........................, ..................... 20..... Praktikan

Pengawas/Pembimbing

(......................................)

(........................................)

108

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 3 1)

2)

Pada pembakuan larutan dinatrium EDTA ditimbang saksama 0,1094 g kalsium karbonat, dilarutkan dengan beberapa tetes asam klorida 1 N. Ditambahkan 25 ml air suling, 15 ml dapar amonium klorida pH 10. Ditambahkan indikator biru hidroksinaftol. Dititrasi dengan larutan dinatrium EDTA hingga titik akhir tercapai. Volume larutan titer dinatrium EDTA yang dibutuhkan = 20.8 ml. Hitung molaritas larutan dinatrium EDTA tersebut. Pada penetapan kadar kalsium laktat, ditimbang serbuk tablet sebanyak 0,4231 g, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Dilarutkan dengan 30 ml air suling, 15 ml larutan dapar amonium klorida pH 10. Ditambahkan indikator biru hidroksi naftol, kemudian dititrasi dengan larutan titer kalium permanganat yang telah dibakukan di atas. Diketahui berat 10 tablet sampel uji kalsium laktat = 6,5024 g, volume larutan titer dinatrium EDTA = 21,1 ml. Hitung berapa mg kalsium laktat pertablet.

109

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Latihan 1 1)

Soal ini diselesaikan dengan rumus : Normalitas (N) = Massa (g)

= N x BE x Volume(liter)

Kesetaraan BE terhadap BM lihat kembali ½ reaksi redoksnya (perhatikan jumlah elektron yang dilepas/ditambahkan). Kunci : 9,125 g gram 2) a) Indikator amilum/kanji, titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna biru b) Pipet volum/buret Soal ini diselesaikan dengan rumus : NIod = x 25/100

Kesetaraan BE terhadap BM lihat kembali ½ reaksi redoksnya dari As2O3 (lihat jumlah elektron dalam reaksi tersebut). Kunci : 0,0981 N

2)

Soal ini diselesaikan dengan rumus : mgrek vitamin c =mgrek iod =VIod x NIod mg Vit c dlm sampel mg vit c pertab

=VIod x NIod x BE vit c =...... mg =

x hasil perhitungan (mg)

= ................. mg Kunci : 98,1138 mg

110

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 2 1)

Soal ini diselesaikan dengan rumus : Normalitas (N) = Massa (g)

= N x BE x Volume(liter)

Kesetaraan BE terhadap BM KmnO4, lihat kembali ½ reaksi reduksinya (perhatikan jumlah elektron yang ditambahkan). Kunci : 0,79 g 2)

Titik akhir tercapai jika warna KmnO4 tidak hilang (warna pink) Soal ini diselesaikan dengan rumus :

gram

NKMnO4 = Kesetaraan BE terhadap BM asam oksalat lihat kembali ½ reaksi oksidasinyanya (perhatikan jumlah elektron yang dilepaskan). Kunci : 0,0987 N

3)

Soal ini diselesaikan dengan rumus : Mgrek Ferro Sulfat = V KMnO4 x N KMnO4 Ferro Sulfat dlm sampel= VKMnO4 x N KMnO4 x BEFerro sulfat =...... mg Ferro Sulfat pertablet = x hasil perhitungan (mg) = ................. mg Lihat kembali ½ reaksi oksidasi Ferro untuk menentukan kesetaraan BE dengan BMnya Kunci : 200,36 mg mg

111

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Latihan 3 1)

Penyelesaian soal ini gunakan rumus : MEDTA

= Kunci : 0,0526 M

2)

Penyelesaian soal ini, gunakan rumus berikut : Mgrek kalsium laktat = V EDTA x N EDTA Kalsium laktat dlm sampel= V EDTA x N EDTA x BM kalsium laktat mg kalsium laktat pertab = x hasil perhitungan (mg)

Diketahui : BM Kalsium Laktat = 308 Kunci : 500,05 mg

112

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Tes 3 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1)

Reaksi kimia yang terjadi pada metoda permanganometri pada penetapan kadar tablet FeSO4 adalah... A. Netralisasi B. Reduksi oksidasi C. Pengendapan D. Pembentukan senyawa kompleks E. Pembentukan garam diazo

2) Larutan titer yang digunakan pada metode tersebut adalah... A. H2SO4 B. NaOH C. K2Mn2O7 D. K2MnO4 E. KMnO4

3)

Baku primer yang dapat digunakan untuk membakukan/menstandarisasi larutan titer adalah... A. Natrium klorida B. Natrium karbonat C. Kalsium karbonat D. Kalium biftalat E. Asam oksalat

4)

Metoda untuk penetapan kadar vitamin C diatas disebut metoda... A. Asidimetri B. Alkalimetri C. Iodimetri D. Iodometri E. Permanganometri

5)

Zat yang bersifat reduktor adalah... A. Larutan baku iodium B. Vitamin

113

 Praktikum Kimia Farmasi II 

C. H2SO4 encer D. indikator kanji E. air suling

6)

Berdasarkan reaksi : 2 Na2S2O3 + I2  Na2S4O6 + 2 NaI Maka pernyataan yang benar adalah... A. Iodium teroksidasi menjadi iodida B. Iodium mengoksidasi natrium tiosulfat C. Iodium menetralkan sifat basa natrium tiosulfat D. Natrium tiosulfat sebagai oksidator E. Natrium tiosulfat tereduksi

7)

Pernyataan yang tidak tepat dari iodimetri adalah... A. Tidak perlu indicator B. Titrasi dalam keadaan netral dan asam lemah C. Dapat digunakan untuk menetapkan kadar antalgin D. Warna Titik Akhir biru tua hasil reaksi I2-Amilum E. vitamin X sebagai reduktor dan larutan iodium sebagai oksidator

8)

Hasil A. B. C. D. E.

9)

Bila 1 ml iodium 0,1 N setara dengan 8,806 mg vitamin, berapa mg asam askorbat yang dapat dititrasi dengan 22,4 ml I2 N ? A. 19,72 mg B. 197,25 mg C. 1,97 g D. 19,7 g E. 0.97 g

reaksi vitamin C akan teroksidasi menjadi... Asam askorbat Asam salisilat Asam dehidroaskorbat Asam benzoate Asam folat

114

 Praktikum Kimia Farmasi II 

10)

Indikator yang digunakan pada penetapan kadar vitamin C adalah... A. Phenoftalein B. KMnO4 C. Metil orange D. Tropeolin OO E. Amilum

115

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Kunci Jawaban Tes Tes 3 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

B E E C B B A C B E

116

 Praktikum Kimia Farmasi II 

Daftar Pustaka Depkes RI,1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Sudjadi, Abd Rohman, 2012, Analisis Farmasi, PustakaPelajar Yogyakarta Sudjadi, Abd Rohman, 2007, Analisis Kuantitatif Obat, PustakaPelajar Yogyakarta Basset, J., Denney, R C., dkk., 1994, Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Jakarta: EGC.

117