KINETIKA REAKSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN

Download Tinjauan Pustaka. Pengolahan limbah cair secara biologi baik dengan sistem aerobik atau anaerobik, ... menggunakan lumpur aktif, air limbah...

2 downloads 645 Views 1MB Size
ISSN 1907-0500

Kinetika Reaksi Pengolahan Limbah Cair dengan Sistem Lumpur Aktif Menggunakan EM 4 sebagai Kultur Mikroorganisme Is Sulistyati Purwaningsih, Chairul, Said Zul Amraini

Jurusan Teknik Kimia , Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl.HR.Subrantas Pekanbaru, Fax: 0761-566937 e-mail: [email protected]; [email protected]

Abstrak Penelitian pengelolaan COD air limbah kota dengan menggunakan Sistem Lumpur Aktif (activated sludge) dijalankan dalam suatu rangkaian reaktor lumpur aktif aliran sinambung dengan EM 4 (Effective Microorganism 4) sebagai sumber mikroba. Reaktor dilengkapi dengan aerator yang berfungsi sebagai sumber oksigen untuk mikroba sekaligus sebagai pengaduk. Sebagai umpan digunakan limbah cair sintesis dengan COD 1020 mg/l yang dimasukkan ke dalam Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) dengan SRT (Solid Retention Time) pada kisaran antara 5 – 20 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reaktor lumpur aktif mampu menyisihkan COD antara 79-88 %. Pada kondisi SRT 5,10,15 dan 20 hari tersebut di atas, diperoleh nilai MLSS berturut-turut 544, 613, 651 dan 677 mg/l. Dari penelitian juga diperoleh kinetika pengolahan secara biologi berupa koefisien perolehan sel (Y) sebesar 0,5994 mg sel/mg COD substrat, laju kematian spesifik (kd) sebesar 0,7078 /hari, laju pemanfaatan substrat maksimum (k) sebesar 3,288/hari, dan konstanta setengah jenuh (Ks) = 135,583 mg/l. Ditinjau dari kadar COD, keluaran dari hasil pengolahan belum memenuhi baku mutu standar kualitas air. Kata kunci: COD, Lumpur aktif, limbah kota, kinetika biologi

Pendahuluan Salah satu indikator kurang baiknya pengelolaan air limbah kota di Pekanbaru adalah tingginya parameter COD di beberapa sungai yang melintasi kota dan daerah sekitarnya, padahal air sungai tersebut merupakan bahan baku untuk air minum masyarakat kota. Hasil monitoring tim Rona Lingkungan Universitas Riau (2003) dari tahun 1996 sampai 2002 diperoleh data bahwa kadar COD dibeberapa titik sampel mencapai kisaran antara 100 sampai 500 ppm. Padahal menurut PP No. 82 tahun 2001, parameter COD air limbah yang memenuhi Kriteria Mutu Air berdasarkan Kelas I (untuk bahan baku air minum) adalah 10 ppm. Dengan tingginya nilai COD air limbah kota, memberikan indikasi bahwa konstribusi air limbah rumah tangga sebagai pencemar perairan sungai di Pekanbaru cukup signifikan. Di Pekanbaru, metoda yang digunakan untuk menurunkan kadar pencemar air limbah umumnya dengan sistem fisika kimia, yaitu dengan sedimentasi dan penambahan koagulan dan atau flokulan. Jika kadar COD air limbah cukup tinggi, pengolahan dengan metoda fisika kimia akan memerlukan koagulan yang cukup banyak, karena tingginya kadar COD dalam air limbah menunjukkan banyaknya zat-zat organik yang terlarut dalam air. Pada pengolahan air limbah dengan sistem lumpur aktif mikroba akan mendegradasi zat-zat organik tersebut sebagai sumber karbon. Sistem yang terakhir ini lebih fleksibel, reliable dan mutu air produknya lebih baik dari cara yang terdahulu. Effective Microorganism (EM), dipilih sebagai kultur mikroorganisme dalam lumpur aktif karena dari hasil penelitian terdahulu terbukti dapat menghilangkan bau yang ditimbulkan air limbah. Selain itu EM merupakan mikroorganisme yang dapat hidup dalam kultur campuran yang secara fisiologis dapat bergabung secara sinergi satu sama lain (Teruo Higa, 1996), sehingga mempersingkat waktu aklimatisasi mikroorganisme. Waktu tinggal padatan merupakan variabel yang sangat penting pada perancangan proses dengan lumpur aktif, karena variabel ini merupakan indikator untuk mendapatkan waktu yang cukup agar terbentuk penggumpalan bakteri pada peristiwa sedimentasi. Sedangkan penentuan kinetika reaksi biologis bertujuan untuk menentukan kinerja dan stabilitas dan sistem yang digunakan.

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

1

ISSN 1907-0500

Tinjauan Pustaka Pengolahan limbah cair secara biologi baik dengan sistem aerobik atau anaerobik, bertujuan untuk menghilangkan bahan organik terlarut dan koloidal, yang apabila dilakukan secara fisika dan kimia membutuhkan biaya yang cukup mahal. Pada proses biologi dengan menggunakan lumpur aktif, air limbah dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reactor atau tangki aerasi. Pada proses ini microorganisme tumbuh dalam flok yang terdispersi dan akan mengoksidasi atau mendegradasi kandungan zat organic di dalam limbah. Untuk hidupnya, mikroba memanfaatkan zat-zat organik tersebut sebagai substrat yang berguna untuk respirasi dan sintesa sel (Lehninger dkk, 1993). Langkah awal dalam penyediaan lumpur aktif adalah aklimatisasi mikroorganisme. EM, yang ditemukan dan dikembangkan oleh Teruo Higa (1996) dipilih sebagai inokulan mikroorganisme. Kultur campuran ini, dengan komposisi utama bakteri fotosintesis, dikenal dapat bersinergi secara positif dengan mikroorganisme lain. Bakteri tersebut akan mensintesa senyawa organik seperti glukosa yang dapat dikonsumsi oleh bakteri heterotrop yang ada dalam lumput aktif untuk pertumbuhan, sehingga mempercepat pertambahan populasi mikroorganisme dalam lumpur aktif. Dengan demikian akan mempercepat proses aklimitasi mikroorganisme. Selain itu, EM 4 terbukti dapat menghilangkan bau tidak sedap yang ditimbulkan oleh sampah (Alama, 1995; Bautista, 1995; dan Ni & Weijong, 1995) . Keberhasilan proses pengolahan dengan lumpu aktif akan sangat tergantung pada aktivitas biologik dari mikroba yang ada, sehingga perlu dirancang proses yang menjamin keberlangsungan pertumbuhan mikroba. Walaupun banyak variabel yang perlu dikaji dalam merancang suatu unit pengolah limbah dengan proses lumpur aktif, tetapi Grady dkk (1999) berpendapat bahwa waktu tinggal padatan dalam reaktor (Solid Retention Time,SRT) adalah parameter prarancangan yang terpenting setelah kebutuhan oksigen bagi mikroorganisme terpenuhi. SRT dari proses dengan sistem lumput aktif berpengaruh terhadap unjuk kerja proses secara keseluruhan, dari masa aklimatisasi bakteri sampai terbentuknya gumpalan bakteri yang siap terendapkan. Waktu tinggal lumpur (Solid Retention Time, SRT) didefenisikan sebagai waktu tinggal rata-rata mikroba di dalam bak aerasi (Sundstrom dan Klei, 1979). SRT dikendalikan dengan cara pembuangan lumpur. Lumpur biasa dibuang baik dari hasil bawah bak sedimentasi maupun dari bak aerasi secara langsung. Volume lumpur yang dibuang tergantung pada SRT yang diinginkan. SRT yang semakin besar dikendalikan dengan laju pembuangan lumpur yang semakin kecil. Sebaliknya SRT yang semakin kecil dikendalikan dengan laju pembuangan lumpur yang semakin besar. Perhitungan SRT bisa didekati dengan jumlah MLSS yang ada di dalam bak aerasi dibagi dengan laju pembuangan lumpur. Cara perhitungan tersaji pada persamaan (1).

SRT =

VX X r Qw + X e Qe

(1)

Bila SRT dikendalikan dengan pembuangan lumpur secara langsung dari bak aerasi, maka bisa dihitung menggunakan persamaan (2).

SRT =

VX Q w X + Qe X e

(2)

Faktor pembebasan sering disebutkan juga sebagai nisbah pakan terhadap mikroorganisme (food to microorganism ratio, nisbah F/M) dan didefenisikan dengan persamaan (3).

Nisbah F

M

=

massa substrat yang digunakan dalam reaktor / hari massa mikroorganisme dalam reaktor

(3)

Untuk reaktor dengan pengadukan sempurna, nisbah F/M bisa didefenisikan dengan persamaan (4).

Nisbah F

M

=

So − S Xθ

(4)

Nisbah F/M juga dikendalikan dengan laju pembuangan lumpur. Dengan demikian laju pembuangan lumpur akan mengendalikan dua parameter sekaligus yaitu SRT dan nisbah F/M. Nisbah F/M yang terjadi akan berbanding terbalik dengan SRT. Proses lumpur aktif konvensional biasanya beroperasi pada nisbah F/M antara 0,2 – 0,6 kg BOD (kg MLSS-hari) (Saundstrom dan Klei, 1979).. Penerapan kinetika pertumbuhan pada sistem pengolahan biologi berguna untuk menentukan kinerja dan stabilitas sistem yang akan digunakan dan berguna untuk perancangan instalasi pengolahan

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

2

ISSN 1907-0500

limbah cair organik dengan proses lumpur aktif. Neraca mikroorganisme pada reaktor berpengaduk aliran berkesinambungan (continuous-flow stirred tank reactor, CSTR) dapat dituliskan sebagai berikut: Akumulasi = aliran masuk – aliran keluar + pertumbuhan Persamaan (5) secara simbolik dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

dV V = QX o − QX + V (rg ) dt

=

µ m XS Ks + S

(5) (6)

− Kd X

µ m XS dV V = QX o − QX + V − Kd X dt Ks + S

(7)

Dengan mengandaikan bahwa konsentrasi mikroorganisme dalam umpan masuk dapat diabaikan dan kondisi tunak (dX/dt = 0) persamaan di atas dapat disederhanakan:

µ S Q 1 = = m − kd V θ Ks + S

(8)

Neraca massa substrat dengn mengikuti neraca massa mikroorganisme diberikan pada persamaan berikut:

k X S dS V = QS O − QS + V − dT Ks + S

(9)

Pada kondisi tunak (dS/dt = 0), dihasilkan persamaan berikut:

SO − S − θ

k X S =0 Ks + S

(10)

Konsentrasi substrat dan mikroorganisme pada bagian keluaran diperoleh dengan mensubstitusikan persamaan (8) ke persamaan (9).

µ m + (S o − S ) Yd (S o − S ) = k (1 + k d θ ) 1 + k dθ K s (1 + θ k d ) S= θ (Y k − k d ) − 1

X =

(11) (12)

Walaupun persamaan (11) dan (12) digunakan untuk menentukan perubahan-perubahan dari berbagai sistem, tetapi persamaan tersebut sukar digunakan sebagai titik acuan suatu rancangan, karena melibatkan banyak konstanta. Oleh karena itu, kinetika rancangan proses perlu dikembangkan.

dX V = QX o − QX + V (− Y rsu − k d X ) dT

(13)

Dengan mengandalkan bahwa konsentrasi mikroorganisme masuk sama dengan nol dan kondisi tunak, persamaan (13) diturunkan menjadi:

r Q 1 = = −Y su − k d V θ X Q µ' = V

(14) (15)

Jika Q dan V dikalikan dengan konsentrasi sel X, kebalikan dari persamaan (15) didefenisikan sebagai waktu tinggal rata-rata sel yang dilambangkan dengan c.

θc = Substitusi

c

VX massa sel dalam reaktor Q X massa sel yang dibuang per hari

(16)

untuk dalam persamaan (14), menghasilkan persamaan berikut:

1

θc

= −Y

rsu − kd X

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

(17)

3

ISSN 1907-0500

Dalam persamaan (17) (-rsu/X) adalah laju spesifik pemanfaatan substrat, yang dilambangkan dengan U. Bentuk rsu ditentukan dengan menggunakan persamaaan berikut ini:

rsu = −

Q (S o − S ) = − (S o − S ) θ V

(18)

Laju spesifik pemanfaatan substrat dihitung dengan persamaan berikut:

U =−

(S o − S ) θX

=

Q So − S = V X

(19)

Jika U disubstitusikan ke persamaan (15) menghasikan persamaan:

1

θc

= Y U − kd

(20)

Untuk menggunakan model pengolahan yang efektif, harga parameter kinetika Y, k, Ks dan Kd harusada. Koefisien ini dapat ditentukan dengan menggunakan reaktor skala laboratorium. Dengan menggunakan data dengan kondisi tunak, harga rata-rata Q, So, S, X dan rsu dapat dihitung.

rsu = −

S −S KXS =− o θ Ks + S

(21)

Bila persamaan (21) dibagi dengan X, menghasilkan persamaan berikut:

S −S kS = o Ks + S θ

(22)

Bentuk linear dari persamaan (22), akan dicapai dengan membalikkan persamaan tersebut, menjadi:

K 1 1 Xθ 1 = = s + U So − S k S k

(23)

Harga Ks dan k dapat dihitung dengan memplotkan bentuk 1/U terhadap 1/S dari persamaan (23) dan Y dan kd diperoleh dengan memplot (1/ ) terhadap U dari persamaan (20).

Cara Penelitian

Untuk keseragaman proses, air limbah kota yang digunakan adalah air buangan sintesis yang dibuat berdasarkan komposisi pada tabel 1. Lumpur aktif yang digunakan diperoleh dengan menumbuhkan bakteri EM 4 dalam air buangan sintesis. Jenis mikroorganisme dalam EM4 merupakan bakteri fermentasi dari genus Lactobasillus, jamurfermentasi, Actinomycetes dan ragi. Susunan alat penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1 Komposisi air buangan sintesis (Wong & Mavinic,1982) Komponen

Konsentrasi (mg/l)

CH3COONa

467,0

NH4Cl

152,8

KH2PO4

30,0

MgSO4.7H2O

22,6

CaCl2.2H2O

2,8

FeCl3.6H2O

0,2

Reaktor diisi dengan limbah sintesis sebanyak 10L dan cairan EM4 sebanyak 10 ml. Udara dari aerator dialirkan ke sparger udara pada reaktor sebagai sumber oksigen. Bakteri EM4 diaklimatisasi selama beberapa hari dalam air buangan sintesis tanpa ada lumpur yang dibuang. Aklimatisasi diamati setiap hari dengan mengukur konsentrasi lumpur (MLSS). Selama ini massa lumpur akan bertambah dalam reaktor.

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

4

ISSN 1907-0500

Gambar 1. Rangkaian unit operasi lumpur aktif Setelah konsentrasi lumpur mulai konstan, dilanjutkan tahap kedua yaitu proses kontinu. Selama proses kontinu berlangsung, COD umpan, konsentrasi lumpur dan COD keluaran diamati setiap hari, sampai keadaan steady tercapai.. Keadaan steady dicapai bila penambahan konsentrasi MLSS dan penurunan COD setiap hari relatif sama. Unjuk kerja pengolahan limbah cair sintesis dengan proses lumpur aktif ini akan diamati dengan variasi SRT 5, 10, 15, dan 20 hari. Parameter lain seperti laju alir umpan Q, konsentrasi substrat masuk So, pH reaktor dan temperatur dijaga konstan selama percobaan. Hasil dan Pembahasan Pengaruh SRT terhadap MLSS dan kualitas keluaran dikaji dengan mengamati MLSS dan COD keluaran dalam keadaan tunak .Menurut Sundstrom (1979), SRT berbanding terbalik dengan nisbah pakan terhadap mikroorganisme (selanjutnya ditulis dengan nisbah F/M). Hasil pengamatan MLSS dan COD keluaran pada berbagai SRT dan nisbah F/M tersaji pada Tabel.2, yang sekaligus menyajikan efisiensi penyisihan COD yang dicapai pada berbagai SRT. Untuk mendapatkan informasi MLSS dan kualitas keluaran pada keadaan tunak, maka pengamatan COD keluaran dan MLSS dan bak aersi diamati tiap waktu tertentu. Keadaan steady dicapai bila konsentrasi MLSS aerasi dan COD keluaran relatif konstan. Gambar 1 dan 2 menyajikan data pengamatan MLSS bak aersi dan COD keluaran pada berbagai SRT. Tabel.2 Pengaruh SRT terhadap MLSS dan kualitas keluaran pada keadaan tunak Nisbah F/M SRT, COD umpan, (mgCOD/mgMLSS. MLSS, mg/l hari mg/l hari)

COD keluaran, mg/l

Penyisihan COD, %

5

1.499

544

799

119,33

85,065

10

1.381

613

800

94,75

88,156

15

1.278

651

785

91,56

88,336

20

1.261

677

800

88,53

88,934

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

5

ISSN 1907-0500

250

M L SS (m g /L )

700

Konsentrasi COD (mg/L)

800

200

600 500

150

400

100

300

SRT 5

200

SRT 10

100

SRT 15 SRT 20

0 0

10

20

30

SRT 5 SRT 10

50

SRT 15 SRT 20

0 0

40

5

10

15

20

25

30

35

40

Waktu (hari)

Waktu (hari)

Gambar 1. Pengamatan MLSS pada bak aerasi

Gambar 2 Pengamatan COD keluaran

Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa pada untuk berbagai SRT terjadi peningkatan nilai MLSS seiring dengan kenaikan waktu. Hal ini terjadi karena SRT dikendalikan oleh laju pembuangan lumpur. Kenaikan MLSS ini juga menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik lebih besar daripada laju kematian spesifik. Dari Gambar 1 diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak pada SRT 5, 10 15, dan 20 hari adalah berturut-turut 33, 36, 27, dan 24 hari. Perbedaan waktu untuk mencapai keadaan tunak ini diperkirakan oleh kondisi awal dan SRT yang berbeda. Gambar 2 menyajikan informasi tentang penurunan COD keluaran pada berbagai SRT sebagai fungsi waktu, hingga diperoleh nilai COD yang hampir konstan. Konsentrasi COD pada keadaan awal untuk setiap SRT adalah sama karena berasal dari satu bak umpan yaitu 1020 mg/l, sedangkan konsentrasi COD keluaran pada keadaan tunak untuk SRT 5, 10, 15, dan 20 hari berturut-turut 119,33; 94,75; 91,56 dan 88,53 mg/l. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan SRT maka konsentrasi COD keluaran semakin kecil dan efisiensi penyisihan COD semakin besar. Kinerja proses lumpur aktif dalam menyisihkan kandungan organik limbah cair berkisar antara 79-88% dan secara grafik dapat diperlihatkan pada Gambar 3. Selain itu pada Tabel 2 juga diperlihatkan semakin tinggi SRT maka MLSS akan semakin besar, sehingga nisbah F/M semakin kecil. Nisbah F/M yang semakin kecil akan membawa mikroba berada dalam keadaan kelaparan (starving) sehingga efisiensi penyisihan semakin besar, seperti yang terlihat pada Gambar 3 90.00

% Penyisihan COD

88.00 86.00 84.00 82.00

SRT 5 SRT 10

80.00

SRT 15 SRT 20

78.00 0

10

20

Waktu (hari)

30

40

Gambar 3. Pengaruh SRT terhadap penyisihan COD Parameter kinetika pertumbuhan mikroorganisme dari lumpur aktif dapat ditentukan dengan menggunakan regresi (Reynold, 1984). Hasilnya disajikan pada gambar 4 dan 5. Dari analisa secara grafis diperoleh harga parameter kinetika berturut-turut yaitu laju pemanfaatan

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

6

ISSN 1907-0500

substrat maksimum (k) 3,228 hari-1, konstanta setengah jenuh (Ks) 135,583 mg/l, laju kematian spesifik (kd) 0,7078 hari-1 dan koefisien perolehan sel (Y) 0,5994 (mgsel/mgCODsubstrat).

Gambar 4. Penentuan koefisien kinetika Y dan kd

Gambar 5. Penentuan koefisien kinetika Ks dan k

Dari penelitian ini diperoleh bahwa harga laju pemanfaatan substrat maksimum (k) sangat kecil dan konstanta setengah jenuh cukup besar. Harga k dan Ks sangat dipengaruhi oleh substrat dan jenis mikroorganisme (Grady, 1980). Substrat yang terdegradasi akan memberikan harga k yang kecil dan Ks yang besar. Koefisien perolehan sel (Y) didefinisikan sebagai perbandingan massa mikroorganisme yang terbentuk dari setiap unit massa substrat yang dimanfaatkan. Laju kematian spesifik kd menunjukkan koefisien kehilangan mikroorganisme setiap waktu. Dibandingkan dengan harga kd pada proses tipe lumpur aktif dari penelitian lain (Tabel.3) harga kd yang diperoleh pada penelitian ini cukup besar. Harga yang tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh kebutuhan nutrisi yang tidak cukup untuk kelangsungan hidup dan perkembangbiakan mikroorganisme selama proses berlangsung. Tabel 3 Harga koefisien pengolahan limbah cair dengan proses lumpur aktif Kondisi operasi Penelitian & COD Dasar Jenis Ukuran Umpan, hitungan reaktor L mg/l Metcalf dan Eddy (1993) COD Cook dan Foree (1974) 15800 COD Uloth dan Fill & Marvinic 48000 4.5 Draw (1977) BOD Wong dan Fill & 13000 5 Marvinic Draw (1982) BOD Palit dan CSTR 10 Qasim (1977 360 COD

HRT (hari)

% penyisi han COD

Koefisien kinetika Y

kd, hari-1

Ks, mg/l

k, hari-1

-

-

0.4

0.06

40

5

-

-

0.4

0.15

175

0.6

10-6

97-99

0.332

0.003

21375

0.75

5-20

93-99

0.49

0.009

81.8

1.16

0,6

85-92

0.59

0.115

182

1.8

Chairul (1996) COD

3000

CSTR

10

1

80-92,5

0.572

0.406

232.4

2.12

Penelitian ini COD

1020

CSTR

10

0,833

79-88

0.5994

0.708 135.58

3.23

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

7

ISSN 1907-0500

Kesimpulan 1. Makin lama waktu tinggal sel dalam bak aerasi jumlah MLSS akan meningkat sehingga konsentrasi COD keluaran menurun. 2. Harga parameter kinetika pengolahan biologis yang didapat adalah sebagai berikut: Y = 0,5994; kd = 0,7078 hari-1; maks = 3,228 hari-1; Ks = 135,583 mg/l. 3. Efisiensi pengolahan limbah kota dengan menggunakan sistem lumpur aktif dan EM4 sebagi kultur mikroorganisme berkisar antara 79-88% dan efisiensi terbesar pada SRT 20 hari. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Proyek Semi-Que V Program Studi Teknik Kimia Universitas Riau yang telah mendanai penelitian ini dengan kontrak No. 012/RG/SQV/2003 Daftar simbol

dX = Laju perubahan konsentrasi mikroorganisme dalam reaktor, dt

V = Volume reactor Q = Laju alir, volume/waktu Xo = Konsentrasi mikroorganisme masuk, MLVSS/unit.volume X = Konsentrasi mikroorganisme dalam reactor, MLVSS/volume r'g = Laju pertumbuhan bersih mikroorganisme, MLVSS/volume.waktu = waktu tinggal hidraulik (Hydraulic Retention Time, HRT)

Daftar Pustaka Alama, E. Z., 1995, Evaluation of Effective Microorganism (EM) as Foul Odor Elimination in Pig and Poultry Farm, Growth Stimulant in Broilers, and as an Organic Fertilizer, in 4th Conference on Effective Microorganism (EM) Proceedings, 109 – 118. Budiyono, 1997, Kombinasi Lumpur Aktif – Membran untuk Pengolahan Limbah Cair Industri, Tesis Magister, ITB Bandung. Bautista, E. M., 1995, Use of Effective Microorganism to Eliminate Foul Odor in Meat Processing Units, in Fourth Conference on Effective Microorganism (EM) Proceedings, 100 – 103. Chairul, 1966, Pengolahan Lumeran Sampah Dengan Proses Lumpur Aktif dan Penentuan Kinetika Biologis Skala Laboratorium, Laporan Penelitian Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Unviersitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Grady Jr, C. P. L., Glen, T. D., and Henry, C. L., 1999, Biological Wastewater Treatment, 2nd ed., Revised and Expanded, Marcel Dekker, inc. New York. Higa, T., 1996, An Earth Saving Revolution – A Means to Resolve Our World’s Problems through Effective Microorganism (EM), Sun Mark Publishing Inc., Tokyo. Lehninger, A. I., David, L. N., and Michael, M. C., 1993, Principles of Biochemistry, 2nd ed., Worth Publisher, New York. Metcalf & Eddy, 1993, Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, and Reuse, Mc-Graw Hill, New York. Ni, Y., and Weijong, L., 1995, Effect of Microorganism (EM) on Reduction of Odor From Animal and Poultry Dung, in 4th Conference on EM Proceedings, 104 – 108. Sundtorm, D.W. and H.E.Klei.1979 Wastewater Treatment. Prentice Hall International.Inc.London Wong, P. T. and D. S. Mavinic, 1982, Treatement of a Municipal of Leachate Under Multivariable Conditions. Water Poll. Res. J. Canada, 17, 135–147. Xing, X., Hiroyuki, H., Naohiro, S., and Hajime, U., A Model Analysis of Microbial Detainment Process in Porous Support Particles in a Fluidized-Bed Wastewater Treatment Reactor, J. Chem. Eng. Jap., 25 (1): 89 – 95.

Seminar Nasional Teknik Kimia Oleo & Petrokimia Indonesia 2008

8