Kolesistitis (Radang Kandung Empedu) Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu. Kasus kolesistitis ditemukan pada sekitar 10% populasi. Sekitar 90% kasus berkaitan dengan batu empedu; sedangkan 10% sisanya tidak. Kasus minoritas yang disebut juga dengan istilah acalculous cholecystitis ini, biasanya berkaitan dengan pascabedah umum, cedera berat, sepsis (infeksi berat), puasa berkepanjangan, dan beberapa infeksi pada penderita AIDS.
Individu yang berisiko terkena kolesistitis antara lain adalah jenis kelamin wanita, umur tua, obesitas, obat-obatan, kehamilan, dan suku bangsa tertentu. Untuk memudahkan mengingat faktor-faktor risiko terkena kolesistitis, digunakan akronim 4F dalam bahasa Inggris (female,
forty, fat, and fertile). Selain itu, kelompok penderita batu empedu tentu saja lebih berisiko mengalami kolesistitis daripada yang tidak memiliki batu empedu.
Bagaimanakah batu empedu dapat menimbulkan kolesistitis? Batu empedu yang menyumbat saluran empedu akan membuat kandung empedu meregang, sehingga aliran darah dan getah bening akan berubah; terjadilah kekurangan oksigen dan kematian jaringan empedu. Sedangkan pada kasus tanpa batu empedu, kolesistitis lebih disebabkan oleh faktor keracunan empedu (endotoksin) yang membuat garam empedu tidak dapat dikeluarkan dari kandung empedu.
Gejala yang dikeluhkan penderita umumnya berupa nyeri pada perut kanan bagian atas yang menetap lebih dari 6 jam dan sering menjalar sampai belikat kanan. Penderita kadang mengalami demam, mual, dan muntah. Pada orang lanjut usia, demam sering kali tidak begitu nyata dan nyeri lebih terlokalisasi hanya pada perut kanan atas. Dari pemeriksaan dokter dapat ditemukan demam, takikardia (denyut nadi cepat), dan nyeri tekan pada perut kanan atas. Saat dokter meminta penderita menarik napas dalam, sambil meraba daerah bawah iga kanannya (subcosta kanan). Penderita kolesistitis umumnya menunjukkan Murphy's sign positif, di mana gerakan tangan dokter pada kondisi di atas menimbulkan rasa sakit dan sulit bernapas.
Dari pemeriksaan laboratorium, dapat ditemukan peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis) dan peningkatan enzim-enzim hati (SGOT, SGPT, alkali fosfatase, dan bilirubin); namun hasil-hasil pemeriksaan ini tidak dapat memastikan diagnosis. Diagnosis umumnya dipastikan dengan pemeriksaan radiologi. Umumnya dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen atau USG. Foto polos hanya dapat memastikan ada atau tidaknya batu. Sedangkan USG, selain dapat memastikan ada tidaknya batu, juga dapat menilai ketebalan dinding empedu dan cairan peradangan di sekitar empedu. ERCP (endoscopic retrograde cholangiopancreatography) juga dapat dilakukan untuk melihat anatomi saluran empedu, sekaligus untuk mengangkat batu apabila memungkinkan.
Tindakan untuk kasus kolesistitis akut yang baru didiagnosis meliputi: 1. Mengistirahatkan usus dan memberikan makanan secara parenteral (lewat infus). 2. Memberikan obat penghilang rasa nyeri (analgesik) dan antiemetik (antimuntah). Analgesik pilihan adalah meperidine, atau kombinasi paracetamol dengan opioid. 3. Memberikan antibiotik parenteral. Antibiotik pilihan antara lain meropenem, piperacillin-tazobactam, ampicillin-sulbactam, dan imipenem-cilastatin.
Jika kemudian ditemukan bahwa kasus kolesistitis ini terkait batu empedu, tindakan pilihan adalah pembedahan. Pertimbangan utamanya adalah karena batu empedu yang dibiarkan, bahkan percobaan peluruhan batu, akan semakin menyumbat saluran empedu dan memperparah peradangan. Umumnya pembedahan dilakukan dalam 72 jam setelah diagnosis ditegakkan oleh dokter. Pembedahan segera hanya dilakukan jika sudah ada tanda-tanda pecahnya kandung empedu (biasanya ditandai nyeri seluruh perut yang sangat hebat). Pilihan tindakan pembedahan juga berbeda; untuk kasus bedah elektif digunakan teknik laparoskopik; sedangkan untuk kasus akut digunakan teknik pembedahan terbuka biasa.
Angka kesembuhan cukup tinggi apabila kolesistitis ditangani sebelum ada penyulit. Adapun penyulit-penyulit yang dapat timbul antara lain: empiema kandung empedu, perluasan sumbatan ke arah usus, sepsis, pankreatitis, dan pecahnya kandung empedu.
Glosarium
Empiema kandung empedu: kumpulan nanah yang memenuhi kandung empedu. Laparoskopik: teknik pembedahan invasif minimal; di mana operasi kecil-sedang dikerjakan di dalam rongga perut dengan alat khusus (serat optik) sehingga luka operasi relatif kecil dan penyembuhan lebih cepat.
Pankreatitis: peradangan pada organ pankreas.
Referensi
Gladden D, Migala AF. Cholecystitis. Available from: emedicine.medscape.com/viewarticle/171886-print.htm (last updated 2010 May 19, assessed 2010 December 14) Urbano FL, Carroll MB. Murphy's Sign of Cholecystitis. Hospital Physician 2000 (November): 51-52, 70 Kolesistitis Kronis DEFINISI Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat.
PENYEBAB Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat kolesistitis Akut sebelumnya. GEJALA Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa: - gangguan pencernaan menahun - nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar) - sendawa. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan berikut: - CT scan perut - Kolesistogram oral - USG perut. PENGOBATAN Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik. PENCEGAHAN Seseorang yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung empedunya belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat badannya.
sumber : Apotik online dan media informasi obat - penyakit :: m e d i c a s t o r e . c o m
Senin, 09 Mei 2011
CHOLECISTITYS A. Definisi Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menrupakan inflamasi akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis (Brooker, 2001). Kolesistitis Akut adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan serangan nyeri yang luar biasa (www.medicastore.com). Kolesistitis Kronis adalah peradangan menahun dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri perut yang tajam dan hebat (www.medicastore.com). Cholesistektomy adalah bedah pengangkatan kandung empedu (biasanya untuk relief batu empedu sakit) (Dictionary: WordNet). B. Etiologi Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu. Kadang suatu infeksi bakteri menyebabkan terjadinya peradangan. Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung timbul setelah terjadinya: - cedera, - pembedahan - luka bakar - sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh) - penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama). Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-tanda penyakit kandung empedu. Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung empedu.Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40 tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat
kolesistitis akut sebelumnya (www.medicastore.com).
C. Patofisiologi Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu (www.mamashealth.com). D. Gejala Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa: - Tanda awal dari peradangan kandung empedu biasanya berupa nyeri di perut kanan bagian atas. - Nyeri bertambah hebat bila penderita menarik nafas dalam dan sering menjalar ke bahu kanan. - Biasanya terdapat mual dan muntah. - Nyeri tekan perut - Dalam beberapa jam, otot-otot perut sebelah kanan menjadi kaku. - Pada mulanya, timbul demam ringan, yang semakin lama cenderung meninggi. - Serangan nyeri berkurang dalam 2-3 hari dan kemudian menghilang dalam 1 minggu. - Gangguan pencernaan menahun - Nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar) - Sendawa. E. KOMPLIKASI Demam tinggi, menggigil, peningkatan jumlah leukosit dan berhentinya gerakan usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung empedu. Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu empedu atau oleh peradangan. Jika pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan kadar enzim amilase, mungkin telah terjadi peradangan pankreas (pankreatitis) yang disebabkan oleh penyumbatan batu empedu pada saluran pankreas (duktus pankreatikus). F. Pemeriksaan penunjang - CT scan perut
- Kolesistogram oral - USG perut. - blood tests (looking for elevated white blood cells) G. Penatalaksanaan medis - Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. - Kolesistektomi bisa dilakukan melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. - Penderita yang memiliki resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. - Bisa diberikan antasid dan obat-obat antikolinergik. Diposkan oleh Putra Gamaru di 23:41 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter P E N YAK I T T R A K T U S B I L I A R I S K O L E L I T I A S I S ( “ B ATI E M P E D I ” ) Epidemiologi • > 10% orang dewasa menderita batu empedu, prevalensi ↑ pada perempuandan sejalan dengan penambahan usia, obesitas, dan kehamilan. Patogenesis • Empedu = gram empedu, fosfolipid, kolesterol, ↑ saturasi kolesterol dalamempedu → pembentukan batu empedu. Jenis batu empedu • Campuran (80%) : batu multipel, kebanyakan kolesterol, dapat berkalsifikasi(15-20%). • Kolesterol (10%) : biasanya batu tunggal, besar, tidak mengalami kalsifikasi • Pigmen (10%) : bilirubin tak terkonjugasi (karena itu terlihat pada hemolisiskronis) dan kalsium. Manifestasi klinis • Anamnesis : mungkin asimtomatik (gejala pada ∼ 2% tahun) “kolik” biliarisserangan di kuadran kanan atas atau nyeri di epigastrium yang mulainyamendadak, terus-menerus, menghilang perlahan, dan berlangsung selama 30menit hingga 3 jam. Berhubungan dengan nausea. Bisa dicetuskan olehmakanan berlemak. •
Pemeriksaan fisik : tidak demam, nyeri tekan pada abdomen kuadran kananatas. Pemeriksaan diagnostik • USG abdomen kuadran kanan atas : sensitivitas dan spesifisitas > 90-95%;dapat memperlihatkan komplikasi (kolesistitis dan kolangitis) Penatalaksanaan • Kolesistektomi (biasanya laparoskopi) jika simtomatik • Terapi disolusi oral (ursodiol) pada pasien yang menolak atau yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya tindakan pembedahan. Komplikasi • Kolesistitis (30% kolik biliaris simtomatik → kolesistitis dalam 2 tahun) • Kolangitis • pankreatitis KOLESISTITIS Definisi Peradangan pada kandung empedu (vesika felea) Patogenesis • Obstruksi duktus sistikus oleh batu empedu Manifestasi klinis • Anamnesis : mual, muntah, demam, nyeri di abdomen kuadran kanan atas danmid-epigastrium yang berat dan menetap. • Pemeriksaan fisik : nyeri tekan di abdomen kuadrah kanan atas, tanda Murphy= ↑ rasa nyeri di kuadran kanan atas pada saat inspirasi, palpasi vesika feleabisa +. • Evaluasi laboratorium : jumlah leukosit
↑ , bilirubin dan AP ↑ +, amilase ↑ +(bahkan tanpa adanya pankreatitis) Pemeriksaan diagnostik • USG abdomen kuadran kanan atas : sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk batu empedu; tanda spesifik kolesistitis meliputi cairan perikolesistik, edemadinding vesika felea, dan tanda Murphy pada sonografi. • Koleskintigrafi (HIDA-scan) : uji paling sensitif terhadap kolesistitis akut.Prosedurnya meliputi injeksi HID intravena yang berlabel radioaktif, yangsecara selektif melakukan sekresi ke dalam percabangan biliaris. Padakolesistitis akut, HIDA memasuki duktus kolekodus (CBD), tapi tidak kevesika felea. Penatalaksanaan • NPO, cairan IV, antibiotik ( E. Coli, Klebsiela, enterokokus, dan Enterobacter adalah kuman patogen yang sering). • Kolesistektomi semidarurat (biasanya dalam 72 jam) • Kolesistostomi dan drainase perkutaneus pada pasien yang keadaan umumnyasangat lemah sehingga belum bisa dilakukan tindakan pembedahan. • ERCP atau eksplorasi duktus koledokus untuk melihat koledokolitiasis padapasien yang ikterik atau terlihat batu di duktus koledokusnya pada USG. Komplikasi • Perforasi • Empiema • Vesika felea emfisematosa karena infeksi oleh organisme yang membentuk gas. •
Fistula kolesisenterik (ke duodenum, kolon, atau gaster) : dapat terlihat udarapada percabangan biliaris. • Ileus batu empedu : obstruksi usus (biasanya pada ileum terminalis) karenabatu dalam usus yang melewati suatu fistula KOLEDOKOLITIASIS Definisi Batu empedu bersarang di duktus koledokus (CBD) Epidemiologi • Terjadi pada 15% pasien dengan batu empedu Manifestasi klinis • Asimtomatik (50%) • Kolik biliaris • Ikterik Pemeriksaan diagnostik • USG abdomen kuadran kanan atas : tampak dilatasi duktus (namunsensitivitas hanya 33% untuk mendeteksi batu di duktus koledokus). • Kolangiogram (ERCP, perkutaneus atau operasif) Penatalaksanaan • ERCP dan papilotomi dengan ekstraksi batu Komplikasi • Kolangitis • Pankreatitis • Kolesistitis
• Striktur KOLANGITIS Definisi Obstruksi duktus koledokus (CBD) → infeksi proksimal dari lokasi obstruksi(“pus di bawah tekanan”) Etiologi • Batu duktus koledokus • Striktur • Neoplasma (biliaris atau pankreatik) • Infiltrasi dengan parasit (cacing) ( Clonorchis sinensis, Opisthorchis viverrini ) Manifestasi klinis • Trias Charcot : Nyeri kuadran kanan atas, ikterik, demam / menggigil • Panca Reynold : Trias Charcot + syok dan perubahan status mental Pemeriksaan diagnostik • USG abdomen kuadran kanan atas • ERCP Penatalaksanaan • Antibiotik • Dekompresi cabang biliaris dengan ERCP atau tindakan pembedahan
1. Definisi Kolelitiasis Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki ukuran,bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik. 2. Patologi kolelitiasis Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu, yang terdiri dari : kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, fosfolipid (lesitin) dan elektrolit. Batu empedu memiliki komposisi yang terutama terbagi atas 3 jenis : 1. batu pigmen 2. batu kolesterol 3. batu campuran (kolesterol dan pigmen) 3. Etiologi kolelitiasis Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung empedu. § Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu empedu. § Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan pengosongan kandung empedu. § Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu. 4. Patofisiologi kolelitiasis 1. Batu pigmen Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini : bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam lemak.sehingga
lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi. Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam empedu ↓ Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase ↓ Presipitasi / pengendapan ↓ Berbentuk batu empedu ↓ Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi § Batu kolesterol Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam empedu dan lesitin (fosfolipid). Proses degenerasi dan adanya penyakit hati ↓ Penurunan fungsi hati ↓ Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme ↓↓ Mal absorpsi garam empedu ¬ Penurunan sintesis (pembentukan) asam empedu ↓ Peningkatan sintesis kolesterol ↓ Berperan sebagai penunjang iritan pada kandung empedu ¬ Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol ↓↓ Peradangan dalam Peningkatan sekresi kolesterol kandung empedu ↓↓ Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu Penyakit kandung ↓ empedu (kolesistitis) Pengendapan kolesterol ↓ Batu empedu
5. Manifestasi klinis kolelitiasis Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan atas. § Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan sehingga menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di kandung empedu akan meningkat. Mekanisme nyeri dan kolik bilier Batu empedu ↓ Aliran empedu tersumbat (saluran duktus sistikus) ↓ Distensi kandung empedu ↓ Bagian fundus (atas) kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada kartilago kosta IX dan X bagian kanan ↓ Merangsang ujung-ujung saraf sekitar untuk mengeluarkan bradikinin dan serotonin ↓ Impuls disampaikan ke serat saraf aferen simpatis ↓ Menghasilkan substansi P (di medula spinalis)
Thalamus
Korteks somatis sensori Bekerjasama dengan pormatio retikularis (untuk lokalisasi nyeri) ↓↓ Serat saraf eferen Hipotalamus
Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan daerah epigastrium terutama saat inspirasi dalam
Penurunan pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat (sampai ke bahu kanan) ↓
Nyeri meningkat pada pagi hari ↓ Karena metabolisme meningkat di kandung empedu
Mekanisme mual dan muntah Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu dan kolesterol) menyebabkan terjadinya proses peradangan disekitar hepatobiliar yang mengeluarkan enzim-enzim SGOT dan SGPT, menyebabkan peningkatan SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula oblongata dan pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma sehingga menyebabkan muntah. Apabila saraf simpatis teraktifasi akan menyebabkan akumulasi gas usus di sistem pencernaan yang menyebabkan rasa penuh dengan gas maka terjadilah kembung. Obstruksi saluran empedu ↓ Alir balik cairan empedu ke hepar (bilirubin, garam empedu, kolesterol) ↓ Proses peradangan disekitar hepatobiliar ↓ Pengeluaran enzim-enzim SGOT dan SGPT ↓ Peningkatan SGOT dan SGPT ↓ Bersifat iritatif di saluran cerna ↓ Merangsang nervus vagal (N.X Vagus) ↓ Menekan rangsangan sistem saraf parasimpatis
Penurunan peristaltik sistem Akumulasi gas usus pencernaan (usus dan lambung) di sistem pencernaan ↓↓ Makanan tertahan di lambung Rasa penuh dengan gas ↓↓ Peningkatan rasa mual Kembung ↓ Pengaktifan pusat muntah (medula oblongata)
↓ Pengaktifan saraf kranialis ke wajah, kerongkongan, serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma ↓ Muntah Mekanisme ikterik, BAK berwarna kuning Akibat adanya obstuksi saluran empedu menyebabkan eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) menurun sehingga feses tidak diwarnai oleh pigmen empedu dan feses akan berwarna pucat kelabu dan lengket seperti dempul yang disebut Clay Colored. Selain mengakibatkan peningkatan alkali fospat serum, eksresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga urin berwarna kuning bahkan kecoklatan. Obstuksi saluran empedu ↓ Ekresi cairan empedu ke duodenum (saluan cerna) menurun
Feses tidak diwarnai Peningkatan alkali fosfat serum Peningkatan bilirubin serum oleh pigmen empedu ↓ ↓ Diserap oleh darah ↓ Feses pucat/ berwarna kelabu Masuk ke dan lengket (seperti dempul) sirkulasi sistem ↓↓ Disebut Clay Coroled Filtrasi oleh ginjal ↓ Bilirubin dieksresikan oleh gi ↓ Warna urin kuning/ kecoklatan
6. Nilai hasil pemeriksaan laboratorium (dalam buku patofisiologi vol 1) 1.Uji eksresi empedu Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresikan pigmen. § Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan bilirubin yang telah diambil oleh sel-sel hati dan larut dalam air.Makna klinisnya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresi pigmen empedu. Bilirubin ini akan meningkat bila terjadi gangguan eksresi
bilirubin terkonjugasi. Nilai normal : 0,1-0,3 mg/dl § Bilirubin indirek (tidak terkonjugasi) merupakan bilirubin yang larut dalam lemak dan akan meningkat pada keadaan hemolitik (lisis darah). Nilai normal : 0,2-0,7 mg/dl § Bilirubin serum total merupakan bilirubin serum direk dan total meningkat pada penyakit hepatoselular Nilai normal : 0,3-1,0 mg/dl § Bilirubin urin / bilirubinia merupakan bilirubin terkonjugasi dieksresi dalam urin bila kadarnya meningkat dalam serum, mengesankan adanya obstruksi pada sel hatiatau saluran empedu. Urin berwarna coklat bila dikocok timbul busa berwarna kuning. Nilai normal : 0 (nol) 2.Uji enzim serum Asparte aminotransferase (AST / SGOT ) dan alanin aminotransferase (ALT / SGPT) merupakan enzim intrasel yang terutama berada di jantung, hati, dan jaringan skelet yang dilepaskan dari jaringan yang rusak (seperti nekrosis atau terjadi perubahan permeabilitas sel dan akan meningkat pada kerusakan hati. Nilai normal AST / SGOT dan ALT / SGPT : 535 unit/ml. Alkaline posfatase dibentuk dalam hati dan dieksresikan ke dalam empedu, kadarnya akan meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4 unit/dl. 7. Pemeriksaan diagnostic 1. Ronsen abdomen / pemeriksaan sinar X / Foto polos abdomen Dapat dilakukan pada klien yang dicurigai akan penyakit kandung empedu. Akurasi pemeriksaannya hanya 15-20 %. Tetapi bukan merupakan pemeriksaan pilihan. 2. Kolangiogram / kolangiografi transhepatik perkutan Yaitu melalui penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam cabang bilier. Karena konsentrasi bahan kontras yang disuntikan relatif besar maka semua komponen sistem bilier (duktus hepatikus, D. koledukus, D. sistikus dan kandung empedu) dapat terlihat. Meskipun angka komplikasi dari kolangiogram rendah namun bisa beresiko peritonitis bilier, resiko sepsis dan syok septik. 3. ERCP ( Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatographi) Yaitu sebuah kanul yang dimasukan ke dalam duktus koledukus dan duktus pancreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke dalam duktus tersebut. Fungsi ERCP ini memudahkan visualisasi langsung stuktur bilier dan memudahkan akses ke dalam duktus
koledukus bagian distal untuk mengambil batu empedu, selain itu ERCP berfungsi untuk membedakan ikterus yang disebabkan oleh penyakit hati (ikterus hepatoseluler dengan ikterus yang disebabkan oleh obstuksi bilier dan juga dapat digunakan untuk menyelidiki gejala gastrointestinal pada pasien-pasien yang kandung empedunya sudah diangkat.ERCP ini berisiko terjadinya tanda-tanda perforasi/ infeksi 8. Penatalaksanaan a. Non Bedah, yaitu : Therapi Konservatif § Pendukung diit : Cairan rendah lemak § Cairan Infus § Pengisapan Nasogastrik § Analgetik § Antibiotik § Istirahat Farmako Therapi Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan tersusun dari kolesterol. Zat pelarut batu empedu hanya digunakan untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia Kenodeoksikolat dan ursodeoksikolat. Mekanisme kerjanya berdasarkan penghambatan sekresi kolesterol, sehigga kejenuhannya dalam empedu berkurang dan batu dapat melarut lagi. Therapi perlu dijalankan lama, yaitu : 3 bulan sampai 2 tahun dan baru dihentikan minimal 3 bulan setelah batu-batu larut. Recidif dapat terjadi pada 30% dari pasien dalam waktu 1 tahun , dalam hal ini pengobatan perlu dilanjutkan. Pembedahan Cholesistektomy Merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan atas indikasi cholesistitis atau pada cholelitisis, baik akut /kronis yang tidak sembuh dengan tindakan konservatif . Tujuan perawatan pre operasi pada bedah cholesistectomy 1. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang prosedur operasi. 2. Meningkatkan kesehatan klien baik fisik maupun psikologis 3. Meningkatkan pemahaman klien dan keluarga tentang hal-hal yang akan dilakukan pada post operasi. Tindakan Keperawatan Pada Cholecystotomy 1. Posisi semi Fowler 2. Menjelaskan tujuan penggunaan tube atau drain dan lamanya 3. Menjelaskan dan mengajarkan cara mengurangi nyeri : § Teknik Relaksasi § Distraksi
Terapi 1.Ranitidin Komposisi : Ranitidina HCl setara ranitidina 150 mg, 300 mg/tablet, 50 mg/ml injeksi. Indikasi : ulkus lambung termasuk yang sudah resisten terhadap simetidina, ulkus duodenum, hiperekresi asam lambung ( Dalam kasus kolelitiasis ranitidin dapat mengatasi rasa mual dan muntah / anti emetik). Perhatian : pengobatan dengan ranitidina dapat menutupi gejala karsinoma lambung, dan tidak dianjurkan untuk wanita hamil. 2.Buscopan (analgetik /anti nyeri) Komposisi : Hiosina N-bultilbromida 10 mg/tablet, 20 mg/ml injeksi Indikasi : Gangguan kejang gastrointestinum, empedu, saluran kemih wanita. Kontraindikasi : Glaukoma hipertrofiprostat. 3. Buscopan Plus Komposisi : Hiosina N-butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg,. Indikasi : Nyeri paroksimal pada penyakit usus dan lambung, nyeri spastik pada saluran uriner, bilier, dan organ genital wanita. 4. NaCl i. NaCl 0,9 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida yang dimana kandungan osmolalitasnya sama dengan osmolalitas yang ada di dalam plasma tubuh. ii. NaCl 3 % berisi Sodium Clorida / Natrium Clorida tetapi kandungan osmolalitasnya lebih tinggi dibanding osmolalitas yang ada dalam plasma tubuh. Penatalaksanaan Diet Pada kasus kolelitiasis jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan oleh jumlah lemak yang dimakan karena sel –sel hepatik mensintesis kolesterol dari metabolisme lemak, sehingga klien dianjurkan/ dibatasi dengan makanan cair rendah lemak. Menghindari kolesterol yang tinggi terutama yang berasal dari lemak hewani. Suplemen bubuk tinggi protein dan karbohidrat dapat diaduk ke dalam susu skim dan adapun makanan tambahan seperti : buah yang dimasak, nasi ketela, daging tanpa lemak, sayuran yang tidak membentuk gas, roti, kopi / teh. 9. Diagnosa yang muncul · Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi kandung empedu · Mual berhubungan dengan iritasi pada sistem gastrointestinal · Defisit pengetahuan berhubungan dengan salah dalam memahami informasi yang ada 10. Asuhan Keperawatan Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan proses biologis yang ditandai dengan obstruksi kandung empedu Tujuan : · Nyeri akan berkurang dengan kriteria :
· Tingkat kenyamanan terpenuhi : perasaan senang secara fisik dan psikologis (Comfort Level ). · Tingkat nyeri berkurang atau menurun (Pain Level) . Intervensi : Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif, meliputi : lokasi, karakteristik, awitan / durasi, Frekuensi, Kualitas, Intesitas dan keparahan nyeri. Berikan Informasi tentang nyeri, seperti : Penyebab nyeri, seberapa akan berlangsung dan antisipasinya serta ketidaknyamanan dari prosedur. Ajarkan penggunaan teknik Non-farmakologis, seperti : Relaksasi, Distraksi, Kompres Hangat / dingin, Masase ) Mempertahankan Tirah Baring Pemberian Analgetik Rasional : Agar kita mengetahui seberapa parah nyeri yang dirasakan klien Agar klien mengetahui tenyang nyeri yang bdirasakan klien Agar klien dapat mengalihkan rasa nyeri Dengan tirah baring akan mengurangi nyeri tekanan pada intra abdomen terutama posisi fowler rendah Untuk mengurangi nyeri
Diagnosa : Mual berhubungan dengan iritasi pada gangguan sistem gastrointestinal Tujuan : Status Nutrisi : Asupan makanan dan cairan dalam 24 jam terpenuhi / adekuat Pasien terbebas dari mual Tingkat kenyamanan terpenuhi : Perasaan lega secara fisik dan psikologis Intervensi : · Penatalaksanaan Cairan : peningkatan keseimbangan cairan · Pemantauan Cairan : Pengumpulan dan Analisis data klien · Pemantauan Nutrisi : Pengumpulan dan Analisa data klien · Berikan therapi IV sesuai dengan anjuran Rasional : Untuk pencegahan komplikasi yang disebabakan oleh kadar cairan yang tidak normal Untuk mengatur keseimbangan cairan Untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi Untuk meminimalkan rasa mual dan membantu intake nutrisi Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan Salah dalam memahami informasi yang ada Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan diri dan keluarga Intervensi : Panduan Sistem Kesehatan Pengajaran Proses Penyakit Pengajaran diet yang dianjurkan Pengajaran Prosedur atau penanganan Pengajaran aktivitas/ latihan yang harus dilakukan
Rasional : Untuk memfasilitasi daerah klien dan penggunaan layanan kesehatan yang tepat Membantu klien dalam memahami informasi yang berhubungan dengan proses timbulnya penyakit secara khusus Agar klien mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan Agar klien memahami terhadap penanganan yang dilakukan / dianjurkan Agar klien mengalami aktiv itas apa yang harus dilakukan Daftar Pustaka Brunner & Suddart.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta.EGC Hall,J.Emungkinand A.C.Guyton.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Jakarta : EGC Ikataan sarjana Farmasi Indonesia.2004.ISO.Jakarta Joanne MD & Gloria MB. 2004. Nursing Intervention Clasification Jhonson, Marion 2000. Nursing Outcome Clasification. Philadelpia : Mosby (NIC) Fourth Edition. Philadelpia : Mosby Kee,L.J.Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.Jakarta : EGC Mansjoer,Arif M.2001.Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta :Media Aesculapius Moory,Mary Courney.1997.Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi.Jakarta : EGC Sherwood,L.2001.Fisiologi Manusia.Jakarta :EGC Wilkison, Judit M. 2006. Buku Saku Diagnisis Keperawatan. Jakarta : EGC