LAMPIRAN 4 – DRAFT ARTIKEL ILMIAH

Download of accounting rules negatively effect the creative accounting, effectiveness of control had no .... Pendapat Wright (2003) tentang terjadin...

0 downloads 300 Views 159KB Size
Perilaku Etis Akuntan Manajemen Dalam Penyusunan Laporan Keuangan MF. Arrozi Adhikara Dihin Septyanto Universitas Esa Unggul Jakarta Abstract The purpose of this study was to obtain empirical evidence for the occurrence of opportunistic behavior manejemen accountant in the agency relationship, and to maximize the utility of agent in the preparation of financial statements. This research was based agency theory. The study design is causal-explanatory. Methods of data collection is a survey. Type of data is primary which form data subjects who expressed opinions, attitudes, experiences, and individual characteristics. Dimension of time is a one shot study. Respondents is management accountant as much as 170. Unit of analysis is the individual. Data was analysed with Structural Equation Modeling. The results of hypothesis testing showed observance of accounting rules negatively effect opportunistic behavior, observance of accounting rules negatively effect the creative accounting, effectiveness of control had no effect on creative accounting, information asymmetry positively effect on opportunistic behavior, appropriateness of compensation negatively effect on opportunistic behavior, effectiveness of control had no effect on creative accounting, appropriateness of compensation had no effect on creative accounting, information asymmetry positively effect on creative accounting, and opportunistic behavior positively effect on creative accounting. Management accountants to behave ethically because the functions and duties stipulated in the regulation of accounting profession through a code of ethics. The code is able to bind in depth the attitudes and ethics of management accountants to conduct a healthy practice, integrity, prudent, and objective. Keywords: agency theory, opportunistic behaviour, creative accounting 1. PENDAHULUAN Perilaku oportunis yang dilakukan manajer terbentuk dari kontrak yang dilakukan antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal) (Scott, 2009; Holthausen, 1990). Manajer akan memaksimalkan utilitasnya yang tergantung pada kinerja dan value of the firm terkait dengan nexus of contract. Implikasinya, manajer memiliki insentif memilih metode akuntansi tertentu untuk memaksimalkan pengaruh terhadap cash flow dan value of the firm. Di Indonesia, kasus ini terjadi pada manipulasi laporan keuangan yang dilakukan manajemen Bank Century, Bank Duta, Bank Lippo, PT Gas Negara, PT Kimia Farma, Kasus PT Citra Marga Nusapala Persada, Merck, serta PT Telkom yang secara langsung maupun tidak langsung mengarah pada profesi akuntan (Arrozi, 2008). Pemilihan metode akuntansi dalam praktek akuntansi di perusahaan disebabkan standar akuntansi menyediakan berbagai metode akuntansi dengan berbagai alternatif pilihan. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi dapat dipandang sebagai rekayasa yang memberi peluang bagi manajer untuk menerapkan berbagai metode dengan hasil yang variatif. Proses ini menunjukkan creative accounting karena terjadi proses transformasi rekening dalam laporan keuangan dengan menggunakan alternatif metode akuntansi dari berbagai alternatif. Akuntansi kreatif dilakukan secara artificial, rekayasa, manipulasi, dan implementasi pelaksanaannya yang diijinkan oleh aturan akuntansi (Arrozi, 2008) sehingga bertindak oportunis untuk perbaikan kinerja laporan keuangan dan motif maksimalisasi utilitas. Wujud perilaku oportunis adalah pemilihan accounting policy, earning management, manipulasi laporan keuangan, serta kecurangan pada praktik akuntansi (Arrozi, 2008). Akuntansi kreatif terpengaruh oleh pemilik, pemegang saham, karyawan perusahaan, serta pembayar pajak. Hal ini disebabkan oleh deficiency internal control system, supervisi, dan audit eksternal yang memungkinkan timbulnya fraud (Omurgonulsen dan Omurgonulsen, 2009; Brucker dan James, 2010). Akuntansi kreatif dikarenakan perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi, tapi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, dan menghilangkan asimetri informasi (Dallas, 2002). Sebaliknya, pilihan etis timbul dalam penentuan kompensasi eksekutif (Heisler, 2007). Hal ini karena prinsip keadilan, kesetaraan, dan kontribusi pada penghargaan. Kesesuaian kompensasi tidak menurunkan perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi karena kompensasi yang diberikan principal tidak sesuai dengan keinginan agent, serta hasil dari perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lebih besar dibanding penerimaan kompensasi. Implikasinya adalah utilitas maksimal manajemen untuk perbaikan kompensasi dan reputasi manajemen, serta rasio keuangan perusahaan (Scott, 2009). Principal dapat memecahkan masalah tersebut dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agent, mengeluarkan biaya monitoring, dan meningkatkan kualitas earnings (Jensen dan Meckling, 1976; Shivdasani, 1993; Lo, 2008). Untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal yang efektif (Scott, 2009; Wilopo, 2006; Campbell et al., 2007; Engel et al., 2010). Permasalahan keagenan juga terjadi, bila principal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh agent. Situasi ini disebut sebagai asimetri informasi. Motivasi penelitian ini adalah pertama, sedikitnya kajian teoritis dan empiris dalam mengetahui perilaku oportunis agent dalam perekayasaan laporan keuangan. Oleh karenanya fenomena ini mengintegrasikan kajian ilmu akuntansi dengan melibatkan disiplin ilmu yang lain. Motivasi tersebut sebagai dasar peneliti untuk meminjam ilmu keperilakuan dan mengkaji perilaku agent di perusahaan. Kedua, ketidakkonsistenan hasil penelitian sehingga menimbulkan research gap. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris terjadinya perilaku oportunis akuntan manejemen dalam proses hubungan keagenan, serta tindakan akuntansi kreatif untuk memaksimalkan utilitas agent dalam penyusunan laporan keuangan. Kontribusi penelitian ini adalah pertama, pengembangan behavioral accounting melalui perspektif perilaku oportunis agent untuk bertindak akuntansi kreatif. Kedua, perilaku etis bagi profesi akuntan manajemen. 2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan (Jensen dan Meckling, 1976) menyebutkan hubungan antara agent dan principal merupakan suatu kontrak. Teori keagenan bermaksud memecahkan problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Salah satunya adalah problem keinginan atau tujuan dari principal dan agen yang bertentangan serta bilamana prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang

1

sebenarnya dilakukan oleh agent. Bila agent dan prinsipal berupaya memaksimalkan utilitasnya masing-masing, serta memiliki kenginan dan motivasi yang berbeda, maka agent tidak selalu bertindak sesuai keinginan principal. Keinginan, motivasi, dan utilitas yang tidak sama antara agent dan principal menimbulkan kemungkinan manajemen bertindak merugikan pemegang saham, antara lain berperilaku oportunis, melakukan akuntansi kreatif, serta cenderung melakukan kecurangan akuntansi. 2.2. Perilaku Oportunis Buckley et al., (1998) menjelaskan bahwa perilaku opportunis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, yang jawabannya tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi serta karakteristik pribadi pelakunya. Meski sulit dalam konteks akuntansi, dan hubungannya dengan pasar sering tidak jelas, namun memodelkan perilaku perlu dipertimbangkan guna memperbaiki kualitas keputusan serta mengurangi biaya yang berkaitan dengan informasi dan untuk memperbaiki tersedianya informasi yang tersedia bagi pasar (Hendriksen, 1992). Perusahaan sebagai pribadi artifisial memiliki tanggung jawab moral dan sosial, yang pada tingkat operasional diwakili secara formal oleh manajemen (Keraf, 1998). Dengan mengacu pada dimensi perilaku yang menyimpang dalam bekerja dari Robinson (1995), Tang et al. (2003) dalam penelitiannya menjelaskan indikator dari perilaku yang menyimpang atau tidak etis dalam perusahaan. Perilaku ini adalah terdiri dari perilaku yang menyalahgunakan kedudukan/posisi (abuse position), perilaku yang menyalahgunakan kekuasaan (abuse power), perilaku yang menyalahgunakan sumber daya organisasi (abuse resources), serta perilaku yang tidak berbuat apa-apa (no action). 2.3. Pengembangan Hipotesis Merchant dan Rockness (1994) menemukan penyajian dengan skenario akuntansi kreatif. Akuntan mengkritik tentang penyalahgunaan aturan akuntansi daripada manipulasi transaksi. Sedangkan, Fischer dan Rosenzweig (1995) menunjukkan dua kemungkinan akuntan mendasarkan aturan pada etika karena pengaruh pada pengguna laporan keuangan, serta akuntan menyalahgunakan aturan sebagai kegagalan profesi. Oleh karena itu, banyak permintaan untuk mempertimbangkan etika, karena manipulasi transaksi dalam wewenang manajemen. Temuannya adalah perbedaan sikap akuntan terhadap akuntansi kreatif tergantung pada motivasi dari manajemen. Buckley et al. (1998) menjelaskan perilaku tidak etis merupakan sesuatu yang sulit untuk dimengerti, karena tergantung pada interaksi yang kompleks antara situasi dan karakteristik pribadi pelaku. Dallas (2002) menyatakan berbagai kecurangan akuntansi yang dilakukan perusahaan Enron, WorldCom, dan Xerox dikarenakan perilaku tidak etis. Implikasinya adalah memaksimalkan utilitas manajemen karena bias laporan keuangan untuk perbaikan kompensasi dan reputasi manajemen, serta rasio keuangan perusahaan (Scott, 2009). Sebaliknya, Heisler (2007) mengidentifikasi pilihan etis timbul dalam penentuan kompensasi eksekutif. Hal ini karena prinsip keadilan, kesetaraan, serta memberikan kontribusi pada penghargaan. Chong dan Ian (2007) menunjukkan bukti kinerja manajerial lebih tinggi bagi manajer dengan komitmen organisasi rendah, serta ketergantungan tinggi pada insentif berbasis kompensasi pada situasi asimetri informasi yang tinggi. Sedangkan kinerja manajer dengan komitmen organisasi yang tinggi tidak terpengaruh oleh tingkat asimetri informasi dan tingkat ketergantungan insentif basis kompensasi. Sebaliknya, Shuto (2007) menyatakan hubungan earning management dan kompensasi eksekutif tergantung pada keadaan perusahaan. Pos luar biasa negatif sangat terkait dengan tidak adanya pembayaran kompensasi atau bonus. Hasil tersebut menunjukkan penggunaan earning management meningkatkan kompensasi eksekutif. Perols dan Lougee (2011) menyatakan bahwa keberadaan asimetri informasi akan menimbulkan permasalahan perilaku disfungsional bagi agent. Hasil penelitian Dunk (1993) menunjukkan hubungan antara asimetri informasi dengan perilaku tidak etis, baik yang dilakukan bawahan maupun pihak luar perusahaan (auditor eksternal). Bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang bermanfaat bagi mereka, demi motivasi untuk memperoleh kompensasi bonus yang tinggi, mempertahankan jabatan dan lain-lain (Khang, 2002). Demikian pula, bila terjadi asimetri informasi, manajemen perusahaan membuat bias atau memanipulasi laporan keuangan sehingga dapat memperbaiki kompensasi dan reputasi manajemen, serta ratio-ratio keuangan perusahaan (Scott, 2009). Pendapat ini didukung oleh Suddaby et al. (2009) dan Reinstein (1998). Pendapat Wright (2003) tentang terjadinya akuntansi kreatif pada perusahaan besar di USA adalah kelangkaan pengendalian perusahaan yang menyebabkan terjadinya perilaku disfungsional para eksekutif perusahaan. Untuk mencegah perilaku oportunis harus diberikan insentif, pengawasan, serta sistem yang baik. Tang et al. (2003) menemukan bahwa pemberian gaji yang memuaskan justru menimbulkan perilaku oportunis. Dallas (2002) menemukan bahwa kompensasi yang diberikan atas dasar keberhasilan mencapai target laba atau target penjualan justru menyebabkan perilaku opportunis dari manajemen perusahaan. Hal ini banyak terjadi pada perusahaan di USA yang menerapkan akuntansi kreatif melalui tindakan kecurangan akuntansi. Kesesuaian kompensasi akan membuat manajemen perusahaan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan stakeholder yang lain. Hal ini dikarenakan kesesuaian kompensasi, baik berbentuk ekstrinsik (kompensasi keuangan, promosi, serta pengakuan kinerja manajemen) maupun intrinsik (kepuasan penyelesaian tugas, pencapaian sasaran, pengembangan pribadi) yang sesuai dengan keinginan manajemen, dapat memotivasi manajemen untuk mengelola perusahaan dengan baik sesuai keinginan pemegang saham dan stakeholder yang lain. Berdasarkan latar belakang dan kerangka teoritis, disusun hipotesis sebagai berikut : : Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap perilaku oportunis. H1 : Ketaatan aturan akuntansi berpengaruh terhadap akuntansi kreatif. H2 H3 : Keefektifan pengendalian internal berpengaruh terhadap perilaku oportunis. : Asimetri informasi berpengaruh terhadap perilaku oportunis. H4 H5 : Kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap perilaku oportunis. : Keefektifan pengendalian internal berpengaruh terhadap akuntansi kreatif. H6 H7 : Kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap akuntansi kreatif. : Asimetri informasi berpengaruh terhadap akuntansi kreatif. H8 H9 : Perilaku oportunis berpengaruh terhadap akuntansi kreatif. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berhubungan dengan perilaku manusia sebagai reaksi yang bersifat sederhana atau kompleks dalam mempersepsikan jawaban atas suatu pertanyaan, sehingga penelitian ini merupakan penelitian penjelasan dari persepsi responden (explanatory perceptional research). Metode utama penelitian ini adalah metode survey. Jenis data berbentuk primer. Data penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subyek penelitian secara individual. Dimensi waktu yang digunakan adalah

2

one shot study. Responden dalam penelitian ini adalah akuntan manajemen. Unit analisis adalah individu. Lokasi penelitian di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan alat uji Structural Equation Modeling (SEM) dengan AMOS 5. SEM merupakan pendekatan yang terintegrasi antara analisis faktor, model struktural, dan analisis jalur. Ketiga kegiatan tersebut dapat dilakukan secara serempak. 3.2. Populasi, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian ini adalah akuntan manajemen yang melakukan penyusunan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan merupakan anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Manajemen (IAI-KM). Besarnya ukuran sampel yang digunakan menurut Hair et al. (2009) adalah 5 – 10 x jumlah indikator masing-masing variabel. Penarikan sampel dilakukan secara random dari populasi akuntan manajemen pada tiap-tiap perusahaan go publik melalui proporsional random sampling sehingga sampel representatif untuk digunakan sebagai dasar uji statistik dan uji hipotesis. 3.3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Kesesuaian kompensasi (X1) adalah pemberian kompensasi yang memadai sehingga manajemen bertindak sesuai dengan keinginan dari principal. Instrumen dikembangkan peneliti dari Gibson (2000). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5 dengan jawaban yang disediakan mulai sangat tidak sesuai (1) sampai dengan sangat sesuai (5). Indikator variabel kesesuaian kompensasi diidentifikasi melalui 6 variabel terukur (observed variabel). b. Ketaatan aturan akuntansi (X2) adalah persepsi tentang kode etik dan ketaatan regulasi akuntansi. Instrumen dikembangkan peneliti dari IAI tentang perihal kode etik akuntan (1998). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Jawaban yang disediakan mulai sangat tidak taat (1) sampai dengan sangat taat (5). Indikator variabel ketaatan aturan akuntansi diidentifikasi melalui 8 variabel terukur. c. Keefektifan pengendalian internal (X3) adalah persepsi tentang perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keefektifan pengendalian internal dikembangkan peneliti dari IAI perihal pengendalian internal (2001). Respons dari responden diukur dengan skala Likert 1 – 5. Jawaban yang disediakan mulai sangat tidak efektif (1) sampai dengan sangat efektif (5). Indikator variabel keefektifan pengendalian internal diidentifikasi melalui 5 variabel terukur. d. Asimetri informasi (X4) adalah persepsi responden tentang situasi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi. Instrumen pengukur asimetri diambil dari Chong dan Ian (2007). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Jawaban yang disediakan mulai sangat tidak informatif (1) sampai dengan sangat informatif (5). Indikator variabel asimetri informasi diidentifikasi melalui 6 variabel terukur. e. Perilaku oportunis (Y1) adalah persepsi responden tentang perilaku tidak dikehendaki yang menyimpang dan sikap tidak etis dalam perusahaan. Instrumen dikembangkan oleh Robinson (1995) dan Tang et al. (2003). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Jawaban yang disediakan mulai sangat oportunis (1) sampai dengan sangat tidak oportunis (5). Indikator variabel perilaku oportunis diidentifikasi melalui 4 variabel terukur. f. Akuntansi kreatif (Y2) adalah persepsi tentang proses transformasi laporan keuangan dengan menggunakan alternatif metoda akuntansi melalui mekanisme artificial, rekayasa, serta implementasinya melalui peraturan akuntansi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur akuntansi kreatif dikembangkan oleh peneliti dari SPAP seksi 316 IAI (2001). Skala Likert 1 – 5 digunakan untuk mengukur respons dari responden. Jawaban yang disediakan mulai sangat tidak kreatif (1) sampai dengan sangat kreatif (5). Indikator akuntansi kreatif diidentifikasi melalui 5 variabel terukur. 3.4. Model Penelitian. Model penelitian yang dirancang sebagai berikut: X2.1

X2.2

X2.3

X2.4

X3.1

X2.5

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8

X3.2 Kesesuaian Kompensasi X3 Keefekti fan Peng. Internal X2

X3.3 X3.4

H5

X3.5

H7 H3 Perilaku Opportunis Y1

H1

Ketaatan Aturan Akuntansi X1

Y2.1

H9

H2

Akuntansi Kreati f Y2

H4 Asimetri Informasi X4 Y1.1

Y1 .2

Y1 .3

X3.6

H6

H8

Y2.2 Y2.3 Y2.4

Y1 .4

Y2.5

X4.1

X4.2

X4.3

X4.4

X4.5

X4.6

Gambar 1. Pengembangan Model dan Jalur 4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Demografi Responden Jumlah kuesioner yang didistribusikan kepada akuntan manajemen sebanyak 250 lembar dan kembali sebanyak 198 lembar. Kuesioner yang tidak diisi lengkap sebanyak 28 lembar sehingga yang dapat dilakukan pengolahan sebanyak 170 lembar. Berdasarkan data yang diperoleh maka deskripsi profil akuntan manajemen terdapat pada Tabel 1. Berdasarkan demografi, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan profesi akuntan manajemen lebih diminati pria dari pada perempuan. Tingkat pengalaman profesi di perusahaan sebagian besar reponden mempunyai kurun waktu lebih dari 10 tahun. Sesuai

3

dengan bidang profesinya, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan pascasarjana sebanyak 93 orang. Hal ini menunjukkan profesi ini membutuhkan pengetahuan yang luas dan terintegrasi untuk mendukung pengambilan keputusan. Tabel 1. Demografi Responden Keterangan Jumlah Jenis Kelamin Pria 137 Perempuan 33 170 Jumlah Pengalaman 1 – 5 tahun 24 6 -10 tahun 48 > 10 tahun 98 170 Jumlah Pendidikan < S1 25 S1 52 > S1 93 170 Jumlah Sumber: Data Diolah 4.2. Uji Reliabilitas dan Validitas. Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung cronbach alpha dan nilainya berkisar antara 0,731 sampai dengan 0,892 sehingga reliable karena memiliki nilai lebih dari 0,60 (Nunnally, 1978). Sedangkan uji validitas dilakukan faktor analisis dengan nilai MSA berkisar antara 0,717 sampai dengan 0,959 sehingga valid karena diatas 0,50 (Kaiser dan Rice, 1974). Hasil uji reliabilitas dan validitas terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Reliabilitas dan Validitas Variabel Variable Reliabilitas Validitas Ketaatan Aturan Akuntansi (AK) 0,731 0,717 Keefektifan Pengendalian Internal (KPI) 0,858 0,890 Kesesuaian Kompensasi (KK) 0,886 0,937 Asimetri Informasi (AI) 0,881 0,861 Perilaku Oportunis (PO) 0,892 0,959 Akuntansi Kreatif (CA) 0,793 0,846 Sumber: Data Diolah 4.3. Uji Kesesuaian Model (Goodness-of-fit Test) Hasil uji Goodness-of-fit Test terdapat pada Tabel 3 dan menunjukkan nilai probability level dari model adalah 0,882 diatas nilai minimum yang disyaratkan yaitu 0,05. Nilai Chi-Square, RMSEA, GFI, AGFI, CMIN/DF, TLI, dan CFI yang diperoleh adalah 391,36; 0.000; 0.955; 0.920; 0,850; 0,982; dan 0,990. Secara umum disimpulkan model penelitian ini diterima. Tabel 3. Indeks Kesesuaian Structural Equation Model (SEM) Kriteria Hasil Perhitungan Keterangan Cut of Value 2 2 Diharapkan 391,361 Chi-Square ( χ ) χ dengan df = 170 Kecil adalah 193 Significance of ≥ 0,05 0,882 Baik Probability RMSEA ≤ 0,08 0,000 Baik GFI ≥ 0,90 0,955 Baik AGFI ≥ 0,90 0,920 Baik CMIN/DF ≤ 2,00 0,850 Baik TLI ≥ 0,95 0,982 Baik CFI ≥ 0,95 0,990 Baik Sumber : Data Diolah 4.4. Pengujian Hipótesis Berdasarkan hasil AMOS diperoleh nilai Critical Ratio (CR) dan probabilitas pada Regression Weight. Hipotesis yang menunjukkan hubungan antar variabel akan didukung bila nilai critical ratio minimum 1,96 secara absolut (Arbuckle, 1997) dengan tingkat signifikansi 0,05. Tabel 4 menyajikan hasil analisis regresi dan critical ratio. Tabel 4. Koefisien β Regresi dan R2 Variabel Probabilitas Hipotesis Ket. Critical Ratio Koefisien β -0,6396 -3,3410 0,0189 H1 (*) Diterima PO Å KAA -0,5779 -2,7518 0,0083 H2 (*) Diterima CREATIVE_ACC <- KAA -0,2885 -1,0288 0,3360 H3 Ditolak PO <-- KPI 0,4420 2,6109 0,0081 H4 (*) Diterima PO <-- AI -0,2873 -2,8680 0,0391 H5 (*) Diterima PO <-- KK -0,2930 -1,4909 0,1471 H6 Ditolak CREATIVE_ACC <-- KPI 0,5362 1,3856 0,0691 H7 Ditolak CREATIVE_ACC <-- KK 0,2846 3,1957 0,0310 H8 (*) Diterima CREATIVE_ACC <-- AI 0,2732 3,2681 0,0467 H9 (*) Diterima CREATIVE_ACC <-- PO Sumber : Data Diolah * Signifikan pada α = 0,05 Keterangan :

4

KAA = Ketaatan aturan Akuntansi AI = Asimetri Informasi KPI = Keefektifan pengendalian internal KK = Kesesuaian kompensasi PO = Perilaku opportunistic 4.5. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Hipotesis 1 Hasil perhitungan menunjukkan ketaatan aturan akuntansi memberikan pengaruh yang negatif terhadap perilaku opportuni dari akuntan manajemen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai estimasi –0.6396, CR sebesar -3.3410 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0189 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H1 diterima. Artinya, semakin tinggi ketaatan aturan akuntansi, akan semakin rendah perilaku oportunis akuntan manajemen perusahaan. Sikap akuntan manajemen tersebut adalah mematuhi prinsip etika dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan panduan bagi anggota IAI untuk melaksanakan profesionalisme akuntan. Implikasinya akuntan manajemen bersikap etis baik pada individu maupun pada lingkungan. Akuntan manajemen memberikan sikap positif pada kehati-hatian, standar teknis, dan obyektif karena sikap etis dalam bentuk prudent diharuskan dalam keahliannya pada proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan sebagai kerangka konseptual yang wajib dilakukan. Konsekeunsi ini adalah akuntan manajemen mempunyai komitmen untuk menggunakan standar tersebut dalam proses penyusunan laporan keuangan dan menghindarkan dirinya untuk berperilaku oportunistic dalam rangka mematuhi kode etik IAI serta prudent untuk memenuhi tanggung jawab sebagai sikap yang tekun dalam pemberian jasa, perfectly, serta mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku. Proses pemenuhan kewajiban ini akan mempengaruhi akuntan manajemen untuk berperilaku etis. Temuan empiris ini menunjukkan sikap etis pada kehati-hatian, melaksanakan sesuai standar teknis, obyektif, dan memenuhi tanggung jawab profesi. 2. Hipotesis 2 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa ketaatan aturan akuntansi memberikan pengaruh negatif terhadap akuntansi kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai estimasi –0.5797, CR sebesar -2.7518 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0083 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H2 diterima. Artinya, semakin taat akuntan manajemen pada aturan akuntansi, maka semakin rendah akuntansi kreatif pada perusahaan. Ketaatan aturan akuntansi adalah sikap akuntan manajemen dalam mematuhi prinsip etika dalam Kode Etik IAI. Kode etik ini merupakan panduan bagi anggota IAI sehingga dengan melaksanakan kode etik akuntan manajemen melaksanakan profesionalisme akuntan. Implikasinya akuntan manajemen terhindar dari perilaku oportunis baik secara individu maupun lingkungan. Hasil riset ini menunjukkan temuan empiris untuk mendukung sikap etis pada kehati-hatian, melaksanakan sesuai standar teknis, obyektif, dan memenuhi tanggung jawab profesi. Akuntan manajemen memberikan sikap positif karena mematuhi kode etik IAI dalam berperilaku adil, netral, jujur, tidak berprasangka, dan bebas dari pengaruh pihak lain. Sikap obyektif tersebut akan melakukan pertentangan terhadap perilaku oportunis dalam penyalahgunaan kekuasaan, kedudukan, dan sumber daya. Implikasinya semakin obyektif akuntan manajemen mematuhi aturan akuntansi maka semakin rendah perilaku oportunis. 3. Hipotesis 3 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa pengendalian internal yang efektif tidak memberikan pengaruh terhadap perilaku oportunis dalam manajemen perusahaan. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai estimasi –0.2890, CR sebesar -1.0288 dan probabilitas signifikansi sebesar 0.3360 yang lebih besar dari 0.05. Dengan demikian H3 ditolak. Artinya, semakin efektif pengendalian internal perusahaan, maka akuntan manajemen tidak melakukan perilaku oportunis. Hubungan tersebut tidak mampu mempengaruhi akuntan manajemen berperilaku oportunis karena sistem pengendalian internal yang baik mampu menjaga harta perusahaan, serta mampu melakukan pemisahan tanggung jawab dalam struktur organisasi sehingga tidak memberikan peluang bagi akuntan manajemen untuk berperilaku oportunis. Hasil ini juga menunjukkan pencatatan transaksi yang benar merefleksikan kegiatan operasional yang baik dan terkendali sehingga perusahaan dapat menentukan risiko yang timbul dalam pengelolaan perusahaan. Implikasinya, mengurangi perilaku oportunis dari sumber daya di perusahaan. Kontribusi besar juga diberikan oleh penerapan tanggung jawab. Unsur ini merupakan bagian dari lingkungan pengendalian. Penerapan tanggung jawab yang benar dalam perusahaan membuat sumber daya manusia di perusahaan memahami apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan struktur organisasi. Implikasinya adalah sumber daya manusia akan memahami nilai-nilai integritas, etika, budaya, filosofi, komitmen, dan gaya manajemen di perusahaan. Akibatnya bagi sumber daya manusia adalah timbulnya konsekuensi untuk bertanggung jawab bilamana sumber daya manusia melakukan tindakan yang merugikan perusahaan. Hasil riset menunjukkan bahwa pengendalian yang efektif tidak mempengaruhi perilaku oportunis karena keefektifan pengendalian internal mampu menghambat munculnya perilaku oportunis yang akan dilakukan sumber daya manusia di perusahaan sehingga sistem pengendalian yang baik mampu mejaga harta perusahaan, mencegah fraud, mematuhi nilai-nilai yang ada diperusahaan, serta mampu menghindarkan penyalahgunaan sumber daya perusahaan untuk kepentingan di luar perusahaan. 4. Hipotesis 4 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa asimetri informasi memberikan pengaruh positif terhadap perilaku oportunis pada akuntan manajemen. Hasil ini ditunjukkan nilai estimasi 0.4420, CR sebesar 2.6109 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0081 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H4 diterima. Artinya, semakin tinggi keberadaan asimetri informasi, semakin tinggi perilaku oportunis manajemen perusahaan. Indikator asimetri informasi adalah situasi di mana manajemen lebih mengerti apa yang dapat dicapai dan potensi kinerja dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya dibanding pihak luar perusahaan. Akuntan manajemen memberikan persepsi negatif atas sikap tersebut karena mengetahui apa yang dapat dicapai dalam penyusunan laporan keuangan baik mengenai isi, angka, jumlah, dan makna laporan keuangan. Disamping itu, pimpinan puncak mengetahui potensi kinerja ini sehingga perilaku akuntan manajemen untuk menyalahgunakan kekuasaan, kedudukan, dan sumber daya akan berkurang. Hal ini disebabkan akuntan manajemen pada perusahaan terbuka di Indonesia, baik pihak luar perusahaan atau melalui dewan komisaris, komite audit, serta auditor eksternal mengetahui dan memahami isi dan angka laporan keuangan. Asimetri informasi terjadi bila pihak ke tiga tidak mengetahui isi, angka, jumlah, dan makna laporan keuangan. Hasil empiris dari riset ini adalah akuntan manajemen menolak pernyataan bahwa pihak luar tidak mengetahui laporan keuangan. Konsekuensinya adalah pihak luar yang mampu mengerti dan memahami laporan keuangan akan mencegah perilaku oportunistic akuntan manajemen.

5

5. Hipotesis 5 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh secara negatif terhadap perilaku oportunistic pada akuntan manajemen. Hasil empirik ini ditunjukkan dengan nilai estimasi -0.2873, CR sebesar -2.8680 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0391 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H5 diterima. Artinya, kesesuaian kompensasi memberikan pengaruh yang menurunkan perilaku oportunis. Akuntan manajemen memberikan sikap positif bahwa mereka diberikan kesempatan untuk melakukan pengembangan pribadi, pencapaian sasaran, dan potensi untuk aktualisasi pengetahuan, kemampuan, dan potensi diri. Sehingga dengan peningkatan kemampuan atas pengembangan diri akan mampu memberikan kompensasi yang meningkat sesuai dengan kapasitas dan kompetensi. Implikasinya akuntan manajemen diberikan mendapatkan promosi dalam kenaikan jabatan, serta dapat melakukan negosiasi kepada manajemen dalam penyesuaian untuk kenaikan kompensasi. Tujuannya adalah akuntan manajemen bersikap positif bahwa mereka telah melakukan perencanaan, membuat program, serta mengaplikasikan perencanaan tersebut untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan untuk memberikan keuntungan bagi dirinya. Konsekuensinya adalah akuntan manajemen dapat menerima kompensasi yang sebanding dengan pencapaian tersebut. Hasil riset ini menunjukkan bahwa kompensasi yang sesuai mempengaruhi akuntan manajemen untuk berperilaku etis. Temuan riset ini menunjukkan pemberian kompensasi yang sesuai pada akuntan manajemen di perusahaan terbuka memperkecil perilaku oportunistic. 6. Hipotesis 6 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan pengendalian internal yang efektif tidak memberikan pengaruh terhadap akuntansi kreatif. Hasil ini ditunjukkan nilai estimasi –0.293, CR sebesar -1.4909 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.1471 yang lebih besar dari 0.05. Dengan demikian H6 ditolak. Artinya, semakin efektif pengendalian internal perusahaan memungkinkan tidak terjadinya akuntansi kreatif. Temuan ini membuktikan dalam sistem pengendalian internal yang baik, sumber daya manusia akan dibatasi pada perilaku yang menyangkut kegiatan unit bisnisnya sehingga tidak akan dapat melakukan transformasi tugas dan wewenangnya. Sistem pengendalian yang efektif akan mampu mencegah individu dalam organisasi untuk bertindak diluar kendalinya. Hal ini dikarenakan sistem pengendalian internal mampu untuk mencegah adanya fraud, penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab, menjaga harta perusahaan, dan melakukan rangkap jabatan. Tindakan creative accounting dapat dikategorikan sebagai fraud, sehingga dengan sistem pengendalian internal yang baik dapat mencegah tindakan perekayasaan laporan keuangan. Implikasinya tujuan akuntan manajemen untuk menguntungkan diri tidak akan tercapai. 7. Hipotesis 7 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak memberikan pengaruh terhadap akuntansi kreatif. Hasil ini ditunjukkan nilai estimasi 0.5362, CR sebesar 1.3856 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0691 yang lebih besar dari 0.05. Dengan demikian H7 ditolak. Artinya, pemberian kompensasi yang sesuai tidak mempengaruhi akuntansi kreatif pada akuntan manajemen perusahaan. Hasil empiris ini menunjukkan pemberian kompensasi berupa pengembangan pribadi, promosi, dan pencapaian sasaran hasil tidak mempengaruhi akuntan untuk berperilaku akuntansi kreatif terutama pada sikap kecenderungan menyajikan laporan keuangan yang salah akibat perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva dan disertai dengan catatan. Temuan empiris tidak mendukung hipotesis karena akuntan manajemen takut kehilangan kedudukan dan kekuasaan bila menunjukkan performance perusahaan yang buruk, serta jumlah kompensasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan akuntan manajemen sehingga dengan sikap oportunis mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dari kompensasi perusahaan. Disamping itu, belum ada sistem kompensasi yang menjadi standar dan acuan organisasi di Indnonesia. Hal ini karena tidak ada sistem kompensasi yang mendiskripsikan secara jelas hak dan kewajiban, ukuran prestasi, dan kegagalan dalam mengelola organisasi, serta ganjaran dan pinalti yang dapat menghindarkan organisasi dari perilaku tidak etis. 8. Hipotesis 8 Hasil perhitungan AMOS 4 membuktikan bahwa asimetri informasi memberikan pengaruh positif terhadap akuntansi kreatif. Hasil ini ditunjukkan nilai estimasi 0.2846, CR sebesar 3.1957, serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0310 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H8 diterima. Artinya semakin tinggi atau rendah asimetri informasi pada akuntan manajemen, semakin tinggi atau rendah akuntansi kreatif di perusahaan. Kontribusi besar dalam asimetri informasi adalah situasi di mana manajemen lebih mengerti apa yang dapat dicapai, potensi kinerja, dan hubungan input-output dalam tanggung jawabnya dibanding pihak luar perusahaan. Hal ini memberi peluang melakukan akuntansi kreatif. Tujuannya memaksimalkan kepentingan diri dari pada manajemen perusahaan. Peluang tersebut timbul dari asimetri informasi. Motivasinya adalah memperoleh kompensasi tinggi, mempertahankan kedudukan jabatan, dan kebijakan deviden pada pemegang saham. 9. Hipotesis 9 Hasil perhitungan AMOS 4 menunjukkan bahwa perilaku oportunis memberikan pengaruh positif terhadap akuntansi kreatif. Hasil ini ditunjukkan dengan nilai estimasi 0.2732, CR sebesar 3.2681 serta probabilitas signifikansi (p) sebesar 0.0467 yang lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian H9 diterima. Artinya semakin tinggi atau rendah perilaku oportunis, maka semakin tinggi atau rendah akuntansi kreatif di perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan perilaku etis akuntan manajemen dalam kebijakannya. Perusahaan membentuk nilai-nilai etis, budaya organisasi, gaya manajemen dan struktur organisasi yang baik dan terkendali sehingga membuat sumber daya manusia di perusahaan tidak berperilaku oportunis dengan memanfaatkan sarana serta fasilitas perusahaan. Adanya sistem pengendalian internal yang berjalan efektif dan terkendali mampu menghindarkan penyalahgunaan sumber daya perusahaan untuk kepentingan di luar perusahaan. Temuan penelitian ini menunjukkan sikap negatif terhadap perilaku oportunis akan mencegah untuk melakukan perilaku akuntansi kreatif. Artinya, semakin rendah perilaku yang menyalahgunakan kedudukan, sumber daya organisasi, kekuasaan, dan tidak berbuat apa-apa maka akan semakin rendah kecenderungan untuk berperilaku akuntansi kreatif. Hal ini terjadi karena pengendalian internal yang efektif mampu menghambat munculnya perilaku oportunis yang dilakukan sumber daya manusia di perusahaan. Tujuannya untuk mejaga harta perusahaan, mencegah fraud, dan mematuhi nilai-nilai yang ada diperusahaan. 10. Hubungan Tidak Langsung. Berdasarkan Tabel 5 tentang pengaruh tidak langsung perilaku oportunis terhadap hubungan ketaatan aturan akuntansi, keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan asimetri informasi dengan akuntansi kreatif menunjukkan pengaruh tidak langsung sebesar 3,460; 1,848; 1,623; dan 0,961 dengan bobot lebih besar dari pengaruh langsung sebesar -0,7123; -0,4583;

6

0,7410; dan 0,2207. Hal ini berarti perilaku oportunis meningkatkan pengaruh ketaatan aturan akuntansi, keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan asimetri informasi terhadap akuntansi kreatif. TABEL 5 Perincian Hubungan Tidak Langsung Hubungan Variabel Total Hubungan Hubungan Hubungan Tidak Langsung Langsung 2,7477 -0,7123 3,460 KAA Æ CREATIVE_ACC 1,3897 -0,4583 1,848 KPI Æ CREATIVE_ACC 2,3640 0,7410 1,623 KK Æ CREATIVE_ACC 1,1817 0,2207 0,961 AI Æ CREATIVE_ACC Sumber: Data Diolah Keterangan : KAA = Ketaatan aturan Akuntansi AI = Asimetri Informasi KPI = Keefektifan pengendalian internal KK = Kesesuaian kompensasi 5. PENUTUP 5.1. Simpulan Temuan penelitian ini berhasil membuktikan dukungan terhadap hipotesis 1, 2, 4, 5, 8, dan 9 serta menolak hipotesis 3, 6, dan 7. Akuntan manajemen berperilaku etis karena fungsi dan tugasnya diatur dalam regulasi melalui kode etik profesi akuntan. Kode etik mampu mengikat secara mendalam sikap dan etika akuntan manajemen untuk melakukan praktek sehat, integritas, prudent, obyektif, berpedoman pada standar operating dan prosedur sesuai dengan sistem pengendalian internal perusahaan, penyajian full disclosure untuk mengurangi asimetri informasi, dan mematuhi standar akuntansi yang berlaku. Temuan empiris ini mendukung teori keagenan bahwa agent bertindak sesuai dengan keinginan principal. Disamping itu, keefektifan pengendalian internal sesuai dengan keinginan manajemen dalam menciptakan goal congruence antara agent dan principal, serta mampu mencegah kegiatan yang menyimpang. Mekanisme ini dilakukan dalam rangka pencapaian sistem pengendalian internal yang sehat. 5.2. Keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini adalah data penelitian yang berasal dari persepsi responden kemungkinan mempengaruhi validitas hasil. Persepsi responden belum tentu mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Kelemahan pendekatan survei umumnya ada pada validitas internal. 5.3. Implikasi. Hasil penelitian ini membawa implikasi pada: a. Perusahaan harus membuat tata kelola yang baik untuk membentuk good corporate governance karena akuntansi kreatif merupakan pijakan awal fraud baik dalam dalam skala kecil maupun dalam skala besar. b. Profesi akuntan perlu melakukan penguatan kurikulum etika profesi dan bisnis pada jurusan akuntansi untuk pemahaman kode etik profesi. 5.4. Saran. Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, maka saran yang diajukan adalah: 1. Riset mendatang sebaiknya ditambahkan variabel creative accounting intention, motif oportunis, komitmen individu, serta minat untuk berperilaku oportunis atau etis sebagai variabel independen, mediasi, dan moderasi persamaan simultan. 2. Menghilangkan perilaku oportunis dan akuntansi kreatif dilakukan dengan patuh dan taat terhadap etika profesi akuntan (Kode Etik IAI). Sehingga akuntan manajemen sebagai penanggung jawab disclosure laporan keuangan akan terikat secara hukum. 3. Membatasi perilaku oportunis dan akuntansi kreatif dapat dilakukan bila terdapat transparansi dalam pengelolaan kegiatan usaha di perusahaan dan terdapat aturan regulasinya. 4. Individu dan manajemen melakukan perbaikan etika pengelola melalui peningkatan sikap komitmen, meningkatkan kompensasi, dan peningkatan promosi. Daftar Pustaka Arrozi, M.F., 2008, Creative Accounting, Working Paper Seminar Akuntansi Keperilakuan, Program Pascasarjana Program Doktor Ilmu Akuntansi, Universitas Airlangga. Brucker, William G., and James E. Rebele, 2010, Fraud at a public authority, Journal of Accounting Education, pp. 26–37. Buckley, M. R., D. S. Wiese M. G. and Harvey, 1998. An Investigation into Dimensions of Unethical Behavior. Journal of Education for Bussiness 73 (5), pp: 284-290. Campbell, Katherine, Derek Johnston, Stephan E. Sefcik, Naomi S. Soderstrom, 2007, Executive compensation and non-financial risk: An empirical examination, Journal of Accounting and Public Policy 26, pp. 436–462 Chong, Vincent K., and Ian R.C. Eggleton, 2007, The impact of reliance on incentive-based compensation schemes, information asymmetry and organizational commitment on managerial performance, Management Accounting Research 18, pp. 312– 342. Dallas, Lynne L., 2002. A Preliminary Inquiry into the Responcibility of Corporations and Their Directors and Officers for Corporate Climate: The Psichology of Enron’s Climate. Working Paper di-download dari Social Science Research Network. Dunk, Alan S., 1993. The Effect of Budget Emphasis and Information Asymmetry on the Relation Between Budgetary Participation and Slack. The Accounting Review vol. 68 (April), pp: 400-410 Engel, Ellen, Rachel M.Hayes, and XueWang, 2010, Audit committee compensation and the demand formonitoring of the financial reporting process, Journal of Accounting and Economics 49, pp. 136–154. Feng, Mei, Weili Ge, Shuqing Luo, and Terry Shevlin, 2011, Why Do CFOs become involved in material accounting manipulations? Journal of Accounting and Economics 51, pp. 21–36.

7

Fischer, M., and Rosenweig, K., 1995, Attitudes of Students and Accounting Practitioners Concerning The Ethical Acceptability of Creative Accounting, Journal of Business Ethics, 14, pp. 433-444. Gibson, James L., John M. Ivancevich, and James H. Donnelly, 2000. Organisasi: Perilaku, Struktur Dan Proses, Jakarta : Binarupa Aksara. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Ralph E. Anderson, 2009, Multivariate Data Analysis, 7th Edition, New Jersey: Prentice Hall Inc. Hamilton, S., & Micklethwait, A., 2006, Greed and corporate failure: The lessons from recent disasters, Palgrave Macmillan: Basingstoke. Heisler, William J., 2007, Ethical choices in the design and administration of executive compensation programs, Business Horizons 50, pp. 277–290 Henderson, Scott., Graham, Peirson, and Harris, Kate, 2010. Financial Accounting Theory, Pearson Education Australia. Hendrikson, Eldon, S. and Michael F. van Breda, 1992. Accounting Theory, 5th ed. Chicago: Richard D. Irwin, Inc. Holthausen, R.W.,1990, Accounting Method Choice: Opportunistic Behavior, Efficient Contracting, and Information Perspective. Journal of Accounting and Economics, 12, pp. 207-218. Jensen, and W. H. Meckling, 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, vol. 3 : 305-360 Kaiser, H.F, and J. Rice, 1974. Educational and Psychological Measurement, 34, (I), P. 111-117. Keraf, A. Sonny, 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, Edisi baru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Khang, K. and Tao-Hsien Dolly King, 2002. Is Devidend Policy Related to Information Asymmetry? Evidence from Insider Trading Gains. Working Paper. www.ssrn.com Ikatan Akuntan Indonesia, 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. _____________________,2009. Standar Akuntansi Keuangan. Penerbit Salemba, Jakarta. _____________________,2001. Standar Pemeriksaan Akuntan Publik. SA Seksi 316 – 319. Lo, Kin, 2008, Earnings management and earnings quality, Journal of Accounting and Economics 45, pp. 350–357 Merchant, K.A., and Rockness, J., 1994, the Ethics of Managing Earnings: an Empirical Investigation, Journal of Accounting and Public Policy, 13, pp. 79-94. Nunnally, J. C., 1978, Pcsychometric Theory, Hightstown, NJ : McGrow Hill, I. Omurgonulsen, Mine and Ugur Omurgonulsen, 2009, Critical thinking about creative accounting in the face of a recent scandal in the Turkish banking sector, Critical Perspectives on Accounting 20, pp. 651–673 Perols, Johan L., Barbara A. Lougee, 2011, The relation between earnings management and financial statement fraud, Advances in International Accounting 27, pp. 39–53. Reinstein, A., and Bayou, M. E., 1998. A Comprehensive Structure to Help Analyse, Detect and Prevent Fraud. Working paper, MBAYOU@SOM. UMD.EMICH.EDU Robinson, S. L. and R. J. Bennet, 1995. A Typology of Deviant Workplace Behaviors: A Multidimensional Scaling Study. Academy of Management Journal, vol. 38, no. 2 pp: 555-572 Tang, T. L. P. and Randy K. Chiu, 2003. Income, Money Etic, Pay Satisfaction, Commitment, and Unethical Behavior: Is the Love of Money the Root of Evil for Hong Kong Employees? Journal of Business Ethics, 46, pp: 13-20. Scott, W. R., 2009. Financial Accounting Theory, 4 edition. Toronto: Prentice Hall. Shivdasani, A. 1993. Board composition, ownership structure, and hostile takeovers. Journal of Accounting and Economics, vol.16, pp: 167-198. Shuto, Akinobu, 2007, Executive compensation and earnings management: Empirical evidence from Japan, Journal of International Accounting, Auditing and Taxation 16, pp. 1–26 Suddaby, Roy, Yves Gendron, and Helen Lam, 2009, The organizational context of professionalism in accounting, Accounting, Organizations and Society 34, pp. 409–427 Wilopo, 2006, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara Di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi, Universitas Andalas, Padang. Wright, Patrick M., 2003. Restoring Trust: The Role of HR in Corporate Governance. September, 2003. www.ilr.cornell.edu/cahrs.

8