LAPORAN EVALUASI RENJA
BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG TA. 2016
DINAS KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Menindaklanjuti Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah maka dianggap
perlu dilakukan Evaluasi terhadap hasil Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
lingkup Provinsi yang hasilnya akan disampaikan kepada menteri Dalam Negeri.
Penyusunan Laporan Evaluasi Rencana Kerja (Renja) SKPD Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung ini bertujuan agar dapat diketahuinya pencapaian
realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam rangka pencapaian sasaran, tujuan, misi dan visi sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan stratejik sehingga
dapat dinilai dan dipelajari guna perbaikan pelaksanaan program/kegiatan dimasa yang akan datang.
Semoga Laporan ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pelaksana
program/kegiatan di bidang ketahanan pangan.
Bandar Lampung, Februari 2017 Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Lampung
Ir. Kusnardi, M. Agr. Ec NIP. 19631123 198803 1 005
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................................................................
i
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................................
1
Daftar Isi............................................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan ....................................................................................................................... 1.3 Tupoksi ..............................................................................................................................................
1.4 Sasaran Strategis ............................................................................................................................
BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN RENJA, RENSTRA...................................... 2.1 Program dan Kegiatan ..................................................................................................................
2.2 Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD........................... 2.3 Kesesuaian Target Renstra dan Renja SKPD ........................................................................
BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD .............................................................................................................. 3.1 Capaian Kinerja SKPD ...................................................................................................................
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja....................................................................................
BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA........................................................................................................ 4.1 Hambatan dan Kendala ................................................................................................................
BAB V PENUTUP............................................................................................................................................. LAMPIRAN........................................................................................................................................................
ii 1
2 2 5
7 7
10 11
12
12
16 74
74
75 77
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azasi setiap
manusia untuk hidup dan beraktifitas, dengan demikian pangan sangat
mempengaruhi stabilitas Nasional, stabilitas nasional dapat terguncang jika ketersediaan pangan tidak terjamin.
Secara umum Ketahanan Pangan dapat dikatakan terwujud
apabila tersedianya pangan yan cukup dan merata untuk seluruh
penduduk, kemudian setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Ketahanan Pangan pada tingkat rumah tangga merupakan
landasan bagi Ketahanan Pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional.
Berdasarkan
pemahaman tersebut, maka salah satu prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat, agar mampu
menanggulangi masalah pangannya secara mandiri, serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan.
Menurut Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan
adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
Salah satu upaya Pemerintah untuk mewujudkan Ketahanan
Pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan
pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumah tangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui : a) pengembangan
sistem
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
produksi
pangan
yang
bertumpu
pada
Page 1
sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal; b) pengembangan efisiensi
sistem usaha pangan; c) pengembangan teknologi produksi pangan; d) pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan; dan e) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif. 1.2
Maksud dan Tujuan Maksud disusunya Laporan Evaluasi Rencana Kerja adalah
sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah Tahun 2016.
Rencana Kerja
Tujuan disusunya laporan ini adalah sebagai bahan evaluasi atas
kinerja SKPD khususnya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung dalam rangka mencapai sasaran kinerja di tahun anggaran 1.3
2016.
Tupoksi SKPD Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung No. 10 Tahun
2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Lampung yang kemudian disempurnakan kembali
melalui Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2009 dan disempurnakan
kembali melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan kedua Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas, Fungsi dana Tatakerja Inspektorat Daerah, Badan Perencanaan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah, tugas pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah sebagai berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 2
A. Tugas Pokok Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung :
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
bidang ketahanan pangan, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Badan Ketahanan Pangan Daerah dalam melaksanakan tugas pokoknya mempunyai 5 (lima) fungsi yang harus dijalankan, yaitu : 1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan 2. Pemberian
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan
daerah dibidang ketahanan pangan
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang ketahanan pangan
5. Pengololaan Administratif. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung terdiri dari :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, membawahi :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi
3. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Ketersediaan dan Akses Pangan b. Sub Bidang Kerawanan Pangan
4. Bidang Distribusi dan Harga Pangan, membawahi : a. Sub Bidang distribusi Pangan
b. Sub Bidang Harga dan Cadangan Pangan
5. Bidang
Konsumsi
membawahi :
dan
Penganekaragaman
a. Sub Bidang Konsumsi Pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Pangan,
Page 3
b. Sub Bidang Penganekaragaman Pangan
6. Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, membawahi : a. Sub Bidang Mutu Pangan dan Gizi b. Sub Bidang Keamanan Pangan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 10 Tahun
2011 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil
Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung pada BKPD Provinsi Lampung dipimpin oleh seorang Kepala UPT berada di bawah dan betanggungjawab kepada Kepala BKPD Provinsi Lampung.
Tugas Pokok dan Fungsi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil Pertanian pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung adalah sebagai berikut : a. UPT
mempunyai
tugas
melaksanakan
koordinasi
dan
menyelenggarakan pelayanan adinistrasi di bidang sertifikasi mutu
dan keamanan pangan produksi hasil pertanian secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud UPT mempunyai fungsi sebagai berikut :
-
Pengawasan mutu dan keamanan produk segar hasil pertanian;
-
pertanian yang beredar;
-
beredar;
-
Pelayanan sertifikasi dan labelisasi produk pangan segar hasil Pelayanan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian yang Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,
labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian yang beredar sesuai dengan rencana strategis yang telah -
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; Pemberian
dukungan
atas
perencanaan,pembinaan
dan
pengendalian kebijakan teknis di bidang pelayanan sertifikasi,
labelisasi dan pendaftaran produk pangan segar hasil pertanian yang beredar;
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 4
-
Penyelenggaraan urusan ketatausahaan; dan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
C. Susunan organisasi UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan Produk Hasil Pertanian terdiri dari : 1.
Kepala;
3.
Seksi Pelayanan Teknis;
2. 4. 1.4
5.
Sub Bagian Tata Usaha;
Seksi Pengujian dan Sertiikasi; Kelompok Jabatan Fungsional.
Sasaran Strategis
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung mempunyai
sasaran strategis sesuai dengan sasaran Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, berikut adalah sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung:
Tabel Sasaran Kinerja Tahun 2016 No. 1. 2. 3.
4. 5.
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Target
Peningkatan ketersediaan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 85,6 pangan yang beragam Ketersediaan 2. Persentase Penurunan Jumlah 1 Penurunan jumlah penduduk Penduduk Rawan Pangan rawan pangan (%/thn)
Stabilnya harga pangan 3. Harga Gabah Kering Panen (GKP) ≥ HPP pokok di tingkat produsen di Tingkat produsen (Rp./Kg) dan konsumen 4. Koefisien Variasi Pangan (beras) CV < 10% di tingkat konsumen (CV) Peningkatan keragaman 5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi pangan yang sehat 85,0 Konsumsi dan aman Peningkatan konsumsi 6. Jumlah Konsumsi (kkal/kap/hr) pangan yang sesuai angka 7. Jumlah Konsumsi kecukupan gizi (AKG) (gr/kap/hari)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Energi
2.019
Protein 56,3
Page 5
6.
Tercapainya pangan segar
keamanan 8. Persentase Peningkatan Produk 10% Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) 80% (dibawah 9. Persentase Tingkat Keamanan ambang batas) Pangan Segar yang di Uji (%)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 6
BAB II PERBANDINGAN PROGRAM DAN KEGIATAN RENJA, RENSTRA 2.1
Program dan Kegiatan Berdasarkan sasaran strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung dijabarkan dalam program-program Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu: 1. Peningkatan Disiplin Aparatur
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran 3. Pelayanan Administrasi Perkantoran
4. Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
5. Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Didalam 5 (lima) program yang terdapat di dalam renstra dan renja
tersebut tersebut terdapat beberapa kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
KODE
Urusan Bidang 2
RENSTRA Tahun 2016
APBD Tahun 2016
Pagu Indikatif
Target
Pagu Indikatif
Target
5
6
7
8
URUSAN WAJIB BUKAN PELAYANAN DASAR Pangan 15
Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan
15
3
Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu Keamanan Pangan Segar
15
5
15
6
Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum Residu) Pengembangan Desa Mandiri Pangan
15
7
15 15
200.000.000
15 kab/kota
0
15 kab/kota
150.000.000
15 kab/kota
96.250.000
15 kab/kota
250.000.000
6 Kws
88.600.000
6 Kws
Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP
150.000.000
15 kab/kota
55.500.000
15 kab/kota
8
Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah
400.000.000
40 Ton
9
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
260.000.000
8 kab/kota
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
1.000.000 25.000.000
0 Ton 6 kab/kota
Page 7
15
10
Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan
15
11
Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan
250.000.000
8 kab/kota
100.000.000
15
13
Alur Distribusi Pangan
200.000.000
5 kab/kota
0
15
14
Kegiatan Akses Pangan
200.000.000
5 kab/kota
46.312.000
15 kab/kota
15
15
200.000.000
12 Bulan
50.000.000
12 Bulan
15
16
165.000.000
9 kab/kota
60.092.000
9 kab/kota
15
17
Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC 17065
90.000.000
4 Laporan
14.000.000
4 Laporan
15
19
Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis
250.000.000
45 Pelaku_us aha
146.588.000
15
20
75.000.000
30 Orang
15
21
Audit Internal Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi
250.000.000
1 Laporan
68.850.000
1 Laporan 5kab/kota
8.170.000 25.000.000
0
35 Pelaku_usaha 20 Orang
110.000.000
2 Kali
1 Kali
100.000.000
3 kab/kota
300.000.000
15 kab/kota
65.080.000
15 kab/kota
85.555.000
6 Pemenang
15
22
15
25
Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di Lokasi Sentra Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
15
26
Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional
150.000.000
6 Pemenang
15
28
Promosi Pangan Segar dan Olahan
250.000.000
1 Paket
15
29
350.000.000
15
30
Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
2 Keg 15 kab/kota
15
33
Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar
300.000.000
15
34
Pengembangan usaha pangan lokal
250.000.000
10 kab/kota 5 Pelaku_us aha
15
35
200.000.000
1 Tahun
50.000.000
1 Tahun
15
37
110.000.000
1 Dokumen
80.000.000
1 Dokumen
Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan Pengembangan Produk Pangan Segar yang Bermutu dan Bersertifikat
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
375.000.000
0
0 kab/kota
0
0
283.965.750
2 Keg
158.050.000
15 kab/kota
128.900.000
15 kab/kota
131.655.000
7Pelaku_usah a
Page 8
38
Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD Provinsi Lampung (DAK+Pendampingan)
15
39
Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian
15
40
Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga
15
41
15
42
15
Penyusunan Pola Pangan Harapan Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
2.509.989.000
1 Laporan (1 Unit)
100.000.000
10 kab/kota
0
15 kab/kota
165.000.000
10 kab/kota
26.000.000
15 kab/kota
250.000.000
1 Laporan
33.400.000
1 Laporan
250.000.000
15 kab/kota
37.510.000
15 kab/kota
140.000.000
12 Bulan
102.000.000
12 Bulan
175.000.000
12 Bulan
190.900.000
12 Bulan
35.000.000
12 Bulan
25.000.000
12 Bulan
23.000.000
12 Bulan
16.700.000
12 Bulan
26.250.000
1 Tahun
10.000.000
1 Tahun
168.000.000
1 Tahun
0
26.250.000
1 Tahun
12.500.000
1 Tahun
15.750.000
12 Bulan
16.500.000
12 Bulan
3.450.000.000
1 Laporan
URUSAN PENDUKUNG Non Urusan (Eks BAU) Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
15
15
7
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik Penyediaan jasa administrasi keuangan
15
10
Penyediaan alat tulis kantor
15
11
15
12
15
13
15
14
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor Penyediaan peralatan rumah tangga
15
15
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
15
18
Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
157.500.000
1 Tahun
80.205.250
1 Tahun
15
22
Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi dalam daerah
157.500.000
1 Tahun
59.426.000
1 Tahun
15
46
Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD
69.140.000
1 Paket
87.600.000
1 Paket
15
56
Penatausahaan Aset Daerah
10.500.000
1 Tahun
7.000.000
1 Tahun
15
2
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
0
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
16 16
20
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
210.000.000
12 Bulan
100.000.000
12 Bulan
16
24
Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
157.500.000
12 Bulan
9.000.000
12 Bulan
16
29
Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor
24.150.000
1 Paket
10.000.000
1 Paket
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 9
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
17 17
2
17
19
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
1 Paket
0
1 Paket
61.425.000
1 Tahun
3.600.000
1 Tahun
Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov. Lampung
20
7
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD-
20
8
Penyusunan Rencana Kerja (RenJa) dan RKA SKPD-
20
100.934.000
115.500.000
1 Laporan
105.000.000
2 Dokumen
11.578.399.000
43.500.000
1 Laporan
33.507.000
2 Dokumen
5.182.905.000
Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa semua Program dan
Kegiatan yang terdapat pada Rencana Kerja yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2016 terdapat pada Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019.
Untuk target-target yang direncanakan pada Renstra sedikit
berbeda dengan dengan Target yang didanai oleh APBD Tahun 2016 hal 2.2
ini disebabkan oleh optimalisasi APBD Tahun 2016.
Kesesuaian Program dan Kegiatan antara Renstra dan Renja SKPD Berdasarkan Program dan Kegiatan yang terdapat pada Rencana
Strategis (Renstra) 2015-2019 dan Rencana Kerja (Renja) 2015 telah
sesuai dan tidak ada program Renja yang tidak terdapat pada Renstra
2015-2019, namun ada beberapa kegiatan pada Rencana Strategis 20152019
seperti Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu
Keamanan Pangan Segar, Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan
Hasil Pertanian di Lokasi Sentra, Promosi Pangan Segar dan Olahan, Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil pertanian, Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor dan Pengadaan pakaian
dinas beserta perlengkapannya tidak dapat didanai oleh Anggaran Belanaja dan Pendapatan Daerah karena keterbasan dana sehingga hanya program prioritas yang dapat di danai. .
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 10
2.3
Kesesuaian Target antara Renstra dan Renja SKPD Berdasarkan Target Kegiatan antara Renstra dan Renja Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung terdapat beberapa perbedaan antara lain:
a. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah dari 35 Ton
menjadi 0 Ton karena terjadi perubahan Mou sehingga tidak dapat terserapnya anggaran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
b. Audit Internal dari target jumlah orang yang di audit sebanyak 30 orang menjadi 20 orang
c. Jumlah Orang yang mengikuti Bimtek target Renstra 30 Orang sedangkan Renja 25 Orang pada kegiatan Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan.
d. Jumlah pelaku usaha pada kegiatan Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung Terminal Agrobisinis pada Renstra sebesar 45 pelaku usaha sedangkan pada Renja hanya sebesar 35 pelaku usaha.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 11
BAB III CAPAIAN KINERJA SKPD 3.1
Capaian Kinerja SKPD
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 dilakukan dengan cara membandingkan antara target
indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 No Indikator Kinerja
Capaian 2015
Target
0,68
1
1. Skor Pola Pangan 70,31 Harapan (PPH) Ketersediaan
2.
3.
4. 5. 6.
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%/th)
85,6
Tahun 2016 Capaian
96,32
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 77,95
43
1%
43
100
≥ HPP
%
75,08
87,71
0,43
Harga Gabah ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP Kering Panen Rp. Rp. 3.700 Rp. 3.776 (GKP) di Tingkat 4.100 produsen (Rp/Kg)
Target Akhir Renstra
HPP tahun 2019 belum diketahui
Coefisien Variasi CV : 6% pangan beras di tingkat konsumen
CV<10 %
CV : 2%
100
CV <10%
85,0
78,0
91,76
92,5
84,32
Jumlah Konsumsi 1.841,5 energi(kkal/kap/ hr)
2.019
1.856,7
91,96
2.150
86,36
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
79,3
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
100
Page 12
7. 8. 9.
Jumlah Konsumsi Protein(gr/kap/h r)
49,6
Persentase 3,16 Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi (%) Persentase 91,39 Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji (%)
56,3
50,3
89,34
57
88,25
10
7,33
73,3
10
73,3
80%
83,78
104,73
80%
104,73
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016, 5 indikator
menunjukkan capaian lebih dari 91, 2 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤
90, 1 indikator kinerja memiliki capaian 66 ≤ 75 dan 1 indikator menunjukkan capaian kinerja antara ≤ 50. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 5 indikator
menunjukkan capaian sangat tinggi, 2 indikator menunjukkan capaian tinggi, 1
indikator menunjukkan capaian sedang dan 1 indikator menunjukkan capaian sangat rendah.
Sedang 11,11%
Tingkat Capaian IKU Tahun 2016
Sangat Rendah 11,11% Tinggi 22,22%
Sangat Tinggi 55,56%
Sangat Tinggi 55,56% Tinggi 22,22% Sedang 11,11% Sangat Rendah 11,11%
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2016 Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 13
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2016 per Triwulan No 1. 2. 3.
4. 5.
6.
Sasaran Strategi
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar
Indikator Kinerja
Satuan
Pesentase Penurunan jumlah penduduk rawan pangan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
%
Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen Skor Pola Harapan Konsumsi
Pangan (PPH)
-
Rp/kg % -
Jumlah Energi
Targe t Triwulan Tahu nan 85,6 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 1 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 3.700≤ Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 10% > Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV 85,0 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Konsumsi Kkal/kap/hr 2.019 Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Jumlah Konsumsi Gram/kap/h 56,3 Triwulan I Protein r Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Persentase -% 10 Triwulan I Peningkatan Produk Triwulan II Pangan Segar yang Triwulan III Tersertifikasi Triwulan IV Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
%
80
Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
Targe Realisasi t
%
85,6 85,6 85,6 85,6 1 1 1 1 3.700 ≤ 3.700 ≤ 3.700 ≤ 3.700 ≤ 10% > 10% > 10% > 10% > 85,0 85,0 85,0 85,0
79,3 79,3 79,3 75,08 0,68 0,68 0,68 0,43 3.915 3.577 3.822 3.776 6 6 6 2 79,3 79,3 79,3 78,0*)
92,64 92,64 92,64 87,71 68 68 68 43 100 99 100 100 100 100 100 100 93,29 93,29 93,29 91,76
80 80 80 80
91,39 91,39 91,39 83,78
114,24 114,24 114,24 104,73
2.019 1.841,5 91,21 2.019 1.841,5 91,21 2.019 1.841,5 91,21 2.019 1.856,7*) 91,96 56,3 49,6 88,10 56,3 49,6 88,10 56,3 49,6 88,10 56,3 50,3*) 89,34 10 7,4 74 10 7,4 74 10 7,4 74 10 7,33 73,3
Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi
triwulan dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik, termasuk tentang metode pengukuran indikator.
Indikator yang dimaksud dan penjelasan mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut : Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 14
1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi
pada pencapaian target kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan.
2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran
secara periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang
biasanya dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi dan Konsumsi Protein.
Tabel Pencapaian Kinerja Tahun 2016 Dibandingkan dengan Target Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 No
1. 2. 3.
4.
5.
6.
Sasaran Strategi
Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG) Tercapainya keamanan pangan segar
Indikator Kinerja
Satuan
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
-
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
%/Tahun
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
Rp/Kg
Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
85,6
75,08
87,71
88,0
88,0
1
0,43
43
1
1
3.776
100
3.700
3.700
HPP≤
3.700≤ <10%
2%
100
< 10%
< 10%
-
85,0
78,0
91,76
85,9
85,9
2.019
1.856,7
91,96
2.034
2.034
56,3
50,3
89,34
56,5
56,5
%
10
7,33
73,3
10
10
%
80% (dibawah ambang batas)
83,78
104,73
80 %
80 %
Gram/kap/ hr
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Tahun 2017 Target Capaian Realisasi Target PK RPJMD
%
Jumlah Konsumsi Kkal/kap/hr Energi Jumlah Konsumsi Protein
Tahun 2016
Page 15
3.2
Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang
menjelaskan laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki 6 sasaran, yaitu :
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen 4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
5. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
6. Tercapainya keamanan pangan segar
yang diukur dengan 9 indikator, yaitu :
1. Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen 4. Coefisien variasi pangan beras di tingkat konsumen
5. Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi 6. Jumlah konsumsi energi
7. Jumlah konsumsi protein
8. Persentase peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi 9. Persentase tingkat keamanan pangan segar yang di uji
Penyajian untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Capaian kinerja tahun 2016 merupakan capaian kinerja
tahun kedua dari
periode 5 (lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung. Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 16
Tabel . Rencana dan Realisasi Capaian Indikator Kinerja BKPD TA. 2016 N O
Sasaran Srategis
Indikatir Kinerja
1. Peningkatan ketersediaan pangan yang beragam 2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 3. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
1.
4. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman 5. Peningkatan konsumsi pangan yan sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 6. Tercapainya keamanan pangan segar
5.
2. 3. 4.
6. 7. 8. 9.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen Coefisien Variasi pangan beras di tingkat konsumen Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Satuan
Catatan *) Angka sementara
Target Realisasi
%
-
85,6
75,08
87,71
%/Tahun
1
0,43
Rp/Kg
HPP≤
% -
2019 Target % RPJMD 96,32
77,95
43
1
43
3.776
100
HPP≤
<10%
2%
100
<10%
Belum diketahui HPP nya
85,0
78,0*)
91,76
92,5
84,32
2.019
1.856,7*)
91,96
2.150
86,36
%
10
7,33
73,3
10
73,3
%
80% (dibawah ambang batas)
83,78
104,73
80
104,73
Jumlah Konsumsi Kkal/kap/hr Energi Jumlah Konsumsi Gram/kap/h Protein r Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
2016
3.700
56,3
50,30*)
89,34
57
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut
dilakukan mengingat outcome merupakan hasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
Bidang Distribusi dan Harga Pangan, Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi
Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan, UPT serta Sekretariat Badan Ketahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan
Pangan Daerah tersebut dilaksanakan secara tahunan, sedangkan pengukuran realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan tri wulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan. Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 17
100
88,25
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai
bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar
untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka
mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja
kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa indikator kinerja
dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2016 Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagi Indonesia mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki
dimensi yang terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai
subsistem, subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, keterjangkauan
dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan
sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi
volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya
serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan
pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan,
disamping itu juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara disebabkan gangguan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 18
atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 13. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan No
Indikator Kinerja
Capaian 2015
1. Skor Pola Pangan Harapan Ketersediaan
70,31
Tahun 2016 Target Capaian 85,60
75,08
% 87,71
Target Akhir Renstra
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 84,64
88,70
Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2016
ini ditargetkan 85,6 dan terealisasi 75,08 atau 87,71%, meskipun pencapaian kinerjanya belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu mencapai 87,71%. Untuk
mengetahui perkembangan
skor pola
pangan
harapan
(PPH)
ketersediaan selama lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung 2012 – 2016 Kelompok Pangan
Padi-Padian Umbi-Umbian Pangan Hewani Minyak dan Lemak Buah/Biji Berminyak Kacang-Kacangan Gula Sayur dan Buah Lain-Lain TOTAL
Skor Maks 25 2,5 24 5 1 10 2,5 30 -
100
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 2012 2013 2014 2015 2016 25 25 25 25 25 2,5 1,97 2,00 1,65 1,0 7,08 10,06 9,87 9,40 10,7 5,0 2,36 2,82 1,03 3,2 0 1,0 1,55 2,5 30,0 -
73,63
1,97 2,5 30 -
73,86
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Daerah Prov. Lampung Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
1,72 2,50 30,00 -
73,92
0,73 2,50 30.00 -
70,31
1,6 2,5 30,0 -
75,08
Page 19
SKOR PPH KETERSEDIAAN 76 75,08
75 74
73,63
73
73,92
73,86
72 Series 1
71 70,31
70 69 68 67 Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar2. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan,
hanya saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakan ada
beberapa komoditas yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga
masih dibawah skor maksimal, untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan
buah ketersediaannnya sudah melebihi dari skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor
maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung belum beragam/berimbang. Dan pada tahun 2016 skor pola pangan
harapan (PPH) ketersediaan mengalami peningkatan yaitu 75,08, meskipun
mengalami peningkatan di tahun 2016 ini, tapi PPH ketersediaan menunjukkan
bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang
karena belum mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 20
Tabel Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2012 – 2016 No.
I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Komoditas
2012
Pangan Nabati Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar Sayur Buah Minyak Goreng Gula Pasir
889.523 1.508.442 -87.733 1.671 -2.796 6.810.249 11.125 -340.047 1.230.602 49.240 650.819
Surplus (+)/Minus (-) (ton) 2013 2014 2015
952.622 1.506.991 -91.857 1.442 -3.469 6.752.862 8.367 -360.415 1.609.894 -48.954 722.018
2016
780.725 873.967 1.020.287 1.557.589 1.509.246 1.315.733 -85.814 -80.588 - 87.702 274 7.257 2.440 -77 -9 -1 8.122.537 6.657.508 6.101.486 19.889 14.042 1.337 -444.243 1.481.576 20.764.046 -63.528 16.613 628.267 531.241
II. Pangan Hewani 1. Daging -4.528 19.134 5.927 2. Telur 87.443 98.106 3.176 -15.943 3. Susu -341.961 -350.308 -362.463 4. Ikan 248.798 491.323 367.435 7.913 Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
6.897 2.231 - 362.707 -
Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi (WNPG).
Sebagai gambaran
ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel No.
Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016.
Uraian
Energi (kal/kap/hr)
1 a. Nabati
b. Hewani
Protein (gram/kap/hr)
2 a. Nabati
Standar Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 WNPG (ATAP 2011) (ATAP 2012) (ATAP 2013) (ATAP 2014) (ATAP 2015
2.200
2.870,04
2.911,84
2.987,84
2.735,29
2.819
78,36
111,71
109,93
104,66
133
2.791,68
57
b. Hewani
58,31 49,36 8,95
2.800,13 68,23 55,47 12,76
2.877,91 55,90 43,57 12,33
Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
2.630,63
2.686
67,93
68,67
12,28
16,85
55,65 Page 21
51,82
3.500,00 3.000,00
2.987,84 2.877,91
2.911,84 2.800,13
2.870,04 2.791,68
2.735,29 2.630,63
2.819,00 2.686,00
2.500,00 2.000,00
Sumber Hewani Sumber Nabati
1.500,00
Total Energi
1.000,00 500,00
78,36
111,71
109,93
104,66
133,00
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
-
Gambar 3. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2012 - 2016
60
58,31 51,19
50
68,67
68,23
66,41
70
55,9
55,47
49,36
51,82
43,57 Sumber Hewani
40
Sumber Nabati
30
Total Protein
20 10 0
8,95
12,76
16,85 12,33
12,28
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Gambar 4. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2012 – 2016
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
melakukan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan
Makanan ini menyajikan gambaran menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu. Neraca Bahan Makanan (NBM) Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 22
digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola ketersediaan energi atau zat gizi lainnya. Selain itu juga digunakan sebagai
acuan dalam perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 85,6 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di
Provinsi Lampung baru mencapai 75,08, masih lebih rendah dari yang di
inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil
penghitungan ketersediaan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan di provinsi Lampung masih di
dominasi oleh kelompok pangan padi-padian (66,54%), kelompok gula (7,96%),
kelompok sayur/buahan (10,97%), pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak
(5,51%), kelompok umbi-umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-
kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,69%.
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut
belum seluruhnya mencapai skor maksimum,. Sedangkan kelompok pangan
yang memiliki skor dibawah skor maksimal PPH yaitu kelompok umbi-umbian sebesar 1,0 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani sebesar 10,7 (skor
maksimal 24) kelompok kacang-kacangan sebesar 1,6 (skor maksimal 10) dan kelompok minyak dan lemak sebesar 3,2 (skor maksimal 5).
mengakibatkan
tidak
seimbangnya
ketersediaan
kecukupan
Hal ini
gizi yang
dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi skor
maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang.
Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang,
maka untuk komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok umbiumbian, kacang-kacangan,kelompok pangan hewani, kelompok minyak dan lemak) agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 23
lahan yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk beberapa komoditas pangan di Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat
dimanfaatkan sebagai aset provinsi untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan
bagi pemangku
kepentingan untuk
memperbaiki dan
meningkatkan penyediaan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung. Untuk melihat kecukupan ketersediaan dan konsumsi,
dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan protein.
Ketersediaan
pangan
per
kapita
mengindikasikan
rata-rata
individu
memperoleh bahan pangan. Pada tahun 2016 ini angka kecukupan energi
tingkat ketersediaan di targetkan 2.400 Kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan
neraca bahan makanan Provinsi Lampung tahun 2016 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai 2.819 Kkal/kapita/hari (117,45% dari target angka
kecukupan
energi
di
tingkat
ketersediaan
sebesar
2.400
Kkal/kapita/hari). Dari total ketersediaan energi, sumbangan terbesar berasal
dari pangan nabati yaitu sebesar 2.686 kkal/kapita/hari atau 95,28% dan sisanya 4,72% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya Sumber Pangan
Ketersediaan energi
Kkal/kapita/hari
%
Ketersediaan Protein
Gram/kap/hari
%
Nabati
2.686
95,28
51,82
75,46
Total
2.819
100
68,67
100
Hewani
133
4,72
16,85
Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
24,54
Page 24
KETERSEDIAAN ENERGI HEWANI; 4,72%
NABATI; 95,28%
Gambar 5. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2016
Ketersediaan Protein Nabati
Hewani
24,54%
75,46%
Gambar 6. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2016
Total ketersediaan protein adalah sebesar 68,67 gram/kapita/hari atau lebih besar 9 % dari angka yang dianjurkan yakni 63 gram/kapita/hari. Jika dilihat sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi,
protein dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 1.876
kkal/kapita/hari atau 66,55%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan
10,03%, gula 7,95%, makanan berpati 1,74%, daging 1,06%, minyak dan lemak 5,36%, ikan 2,66%, sayuran 0,99%, telur 0,92%, dan buah/biji berminyak 2,69%. Sedangkan yang memberi sumbangan yang paling kecil adalah Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 25
kelompok susu dengan ketersediaan energi yang hanya mencapai 1% per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian 66,55% Buah-Buahan 10,03% Gula 7,95% Minyak dan Lemak 5,36% Buah/Biji Beminyak 2,69% Ikan 2,66% Makanan Berpati 1,74% Daging 1,06% Sayuran 0,99% Telur 0,92%
Gambar 7. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2016
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan tahun 2016 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2016 Kelompok Pangan
Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak &Lemak Buah/Biji Berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total
Kalori
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) %
1.876 66,54 49 1,73 128 4,55 155 5,51 58
2,4
0,50
224 7,96 9,3 309 10,97 12,9 2.819 100 117,5
0,50 5,00 -
20
2,04
% Skor Skor Skor Bobot AKE*) Aktual AKE Maks 78,2 0,50 33,27 39,09 25,00 2,0 0,50 0,87 1,02 2,50 5,4 2,00 9,11 10,70 24,00 6,5 0,50 2,75 3,23 5,00
0,69
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
0,8
2,00
1,02 1,39
1,20 1,63
3,98 4,67 54,85 64,44 107,24 125,98
1,00
10,00
Skor PPH 25,00 1,0 10,7 3,2 1,0 1,6
2,50 2,50 30,00 30,00 100 75,08 Page 26
30,00
25,00 25,00
20,00
10,70
10,00 0,00
30,00 30,00
24,00
1,00 2,50
10,00 3,20 5,00 1,00 1,60 2,50 1,00 2,50
0,00 Skor Maksimum 0,00Skor Maksimum Skor PPH
Gambar 8. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan
berdasarkan pola pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2016 memiliki ketersediaan energi sebesar 2.819 kkal/kapita/hari atau lebih
17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH
75,08 yang menyatakan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas)
telah mencapai 2.819 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 17,45% dari angka kecukupan gizi (2.400 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 75,08) belum ideal. Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 27
3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu
pangan hewani (4,55%), minyak dan lemak (5,51%), kelompok umbi-
umbian (1,73%), serta diikuti kelompok kacang-kacangan dengan
kontribusi energi sebesar 0,69%. Kondisi ini dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap 2015)
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras
surplus 1.020.287 ton, Jagung surplus 1.315.733 ton, Kacang Tanah surplus 2.440 ton, Ubi Kayu surplus 6.101.486 ton, Ubi Jalar surplus 1.337 ton, cabe
merah 4.122, daging sapi 6.897 ton, daging ayam ras dan buras 7.157 ton, telur
2.231 ton, gula pasir 531.241 ton, dan minyak goreng 16.613 ton, sedangkan
untuk
komoditas
kedelai,
kacang
hijau,
bawang
merah,
dan
susu
ketersediaannya mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 87.702 ton, kacang hijau minus 1 ton, bawang merah minus 315. 220 ton, dan susu
minus 362.707 ton. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung tahun 2016 (atap 2015) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 28
Tabel 19. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2016 (Atap Tahun 2015) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.
Komoditas
Padi
Beras
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Bawang Merah
Produksi (Ton)
3.641.895
Benih/Pakan/Tercecer % (Ton)
2.133.655 1.502.800 9.815 4.963 2.445
7.387.084 28.494 1.987
7,3
265.858
11
165.308
5
248
3,3 5 7
15 12
70.411 491 171
1.108.063 3.419
Ketersediaan (Ton)
3.376.037 2.063.245 1.337.492 9.324 4.715 2.274
6.279.021 25.075 1.987
Cabe Merah
31.273
31.273
Daging ayam
57.203
57.203
Daging Sapi
ras dan buras Susu
Telur
(ayam,itik) Gula Pasir
Minyak Goreng
12.337 78,19
79.377
723.711 129.167
Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%) Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%) Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%) Skor 4 : Defisit (rasio < 95%) Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
12.337
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Konsumsi/kapi ta (Kg/Kap/Th)
9.890.538
105,45
9.890.538
9,81
9.890.538 9.890.538 9.890.538
2,20 0,23 0,23
Total Konsumsi (Ton)
Surplus/Min us
1.042.957
1.020.287
97.026
- 87.702
21.759 2.275 2.275
3.537
6.101.486
9.890.538
33,18
317.207
- 315.220
9.890.538
0,55
5.440
6.897
9.890.538 9.890.538
2,84
27.151
5,06
50.046
105,63
4.122
115,18
7.157
114,30
9.890.538
36,68
362.785
- 362.707
723.711
9.890.538
19,46
192.470
531.241
129.167
9.890.538 9.890.538
7,80
11,38
77.146
112.554
99,96
1.337
78
79.377
4
207,26
177.535 23.737
9,61
2.440
17,95
2,40
1
6.146,79
-1
0,63
226,79
1 1 3 1 1 4 1 1 1
0,02
4
376,01
1
2.231
102,89
16.613
114,76
Page 29
Skor
197,83
1.315.733
9.890.538 9.890.538
Ketersedia an/Konsu msi (%)
1 1
Jika dibandingkan dengan tahun 2015, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan pada tahun 2016 mengalami peningkatan, pada tahun 2015
skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan mencapai 70,31 dan pada tahun 2016 naik menjadi 75,08. Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok
pangan ada yang mengalami peningkatan seperti kelompok pangan umbiumbian, kelompok pangan hewani, minyak dan lemak, dan kelompok kacangkacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di
bandingkan dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah
target renstra dan nasional pada tahun 2016 sebesar 85,6, sedangkan pencapaian di tahun 2016 baru 75,08 atau baru mencapai 87,71% dari target renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya
program dan kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.
Solusi
1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan, serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan
melalui peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile
dan di Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung pasokan dari luar
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 30
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan, sebagai berikut :
Tabel Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya Jumlah Penduduk Rawan Pangan No
Indikator Kinerja
1. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)
Capaian 2015 0,68
Target 1
Tahun 2016 Capaian
%
0,43
43
Target Akhir Renstra
1%
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 43
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1% hanya bisa
dicapai 0,43% atau terealisasi 43%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk rawan pangan pada tahun 2016 sebesar 1%
tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sangat rendah,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini
sulit untuk tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan pangan yang ditinjau dalam dua dimensi: a.
b.
Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan transien untuk jangka pendek/fluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran,
karena terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli
masyarakat. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 31
jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 – 2016 cenderung turun :
Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
2012 (Maret)
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Kota Desa Jumlah 241,10 1.023,39 1.264,48
2013 (Maret)
235,47
Tahun
2012 (Sept) 2013 (Sept)
2014 (Maret) 2014 (Sept)
2015 (Maret) 2015 (Sept)
2016 (Maret) 2016 (Sept) 18 16 14 12
16,96 15,65
11,88
240,11
990,05
1.230,16
224,81
919,95
1.144,76
230,63 224,21 233,27 197,94 233,39 227,44
939,88 912,28 919,73 930,22 902,74 936.21 912,34
15,62 14,39 10,89
1.175,35 1.142,92 1.143,93 1.163,49 1.100,68 1.169,60 1.139,78
15,46 14,21
15,05 13,53
10,68 9,25
10
Persentase Penduduk Miskin Kota 12,00
Desa 17,63
Jumlah 16,18
11,59
15,99
14,86
11,88 10,89 11,08 10,68 10,94
9,25
10,53 10,15
16,96
15,65
15,62
14,39
15,41
14,28
15,46
14,21
15,56
14,35
15,05
13,53
15,69
14,29
15,24
13,86
15,24 13,86 10,15 Kota
8
Desa
6
Jumlah
4 2 0
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2012 2016
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2012 - 2016, bahwa jumlah
penduduk miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Pada tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 32
penurunan penduduk miskin sebesar 0,43% sementara target nasional dan target Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Pada tahun 2016 dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu
1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2016 dalam menurunkan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% per tahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari rata-rata
penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan. Tabel
Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2012 2016
Target Nasional Target Renstra Realisasi Kinerja
Tahun 2012 1%
Tahun 2013 1%
Tahun 2014 1%
Tahun 2015 1%
Tahun 2016 1%
0,92%
1,26%
0,18%
0,68%
0,43%
1%
Capaian
1%
1%
1%
1%
1,40% 1,26%
1,20% 1,00%
1% 0,92%
1%
1%
1%
1%
0,80%
Realisasi Kinerja 0,68%
0,60%
Target Renstra Target Nasional 0,43%
0,40% 0,20%
0,18%
0,00% Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Gambar 10. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 33
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung dalam rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan. f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2016 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di 6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil
pemantaun dan pembinaan, dampak dari kegiatan pengembangan desa mandiri pangan, antara lain : ·
meningkatkan kelembagaan khususnya Kelompok Afinitas dan Lembaga
Keuangan Desa (LKD) namun masih kurang untuk Tim Pendamping Desa · · · ·
(TPD)
Menurunkan tingkat kemiskinan Menurunkan kerawanan pangan Meningkatkan tahan pangan Meningkatkan pola pikir
Pada tahun 2016 ini ada 6 kawasan desa mandiri pangan tahap pengembangan yang tersebar di 6 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Way Kanan, Tanggamus, Lampung Utara, Tulang Bawang, dan Lampung Barat. Dari Hasil
pembinaan dan pemantauan untuk kegiatan kawasan mandiri pangan ini dampaknya belum terlihat karena rata-rata pemberian bantuan modal dari
anggaran APBN ke kawasan desa mandiri pangan untuk usaha kelompok belum menunjukkan perubahan yang signifikan, pada umumnya dana tersebut untuk usaha pertanian, seperti menanam bawang merah, jahe, memelihara ikan dsb.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi
pangan dan Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 34
penyebab dominan yaitu indikator ketersediaan, dari 15 Kabupaten tidak ada satupun dalam kondisi aman, untuk faktor ketersediaan pangan dalam kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Timur, Lampung Tengah, Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, dan Tulang Bawang Barat,
sementara Kabupaten yang dalam kondisi rawan yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan
Metro. Dari hasil analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota Metro dan Kota Bandar Lampung. Sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan aman, dari 15 Kabupaten tiadak ada yang posisi rawan, untuk akses pangan di Provinsi
Lampung dalam kondisi aman dan waspada. Sementara untuk indikator
pemanfaatan pangan di Provinsi Lampung masih relatif aman, hanya Kabupaten
Tanggamus dan Bandar Lampung yang kondisi rawan untuk pemanfaatan pangannya. Jika dilihat secara keseluruhan dari ketiga indikator (Komposit)
yang dalam kondisi aman hanyalah Kabupaten Pringsewu, kondisi waspada yaitu Kabupaten Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Pesawaran, Mesuji dan Tulang Bawang Barat, sementara Kabupaten yang rawan jika dilihat dari ke tiga indikator tersebut yaitu Tanggamus, Lampung Selatan, Lampung Utara, Way Kanan, Tulang Bawang, Bandar Lampung dan Metro.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 2.632
desa di bagi dalam 4 kelompok prioritas, yaitu : 130 desa/pekon pada prioritas 1, 358 desa/pekon pada prioritas 2, 719 desa/pekon prioritas 3, 1.425
desa/pekon prioritas 4.
Faktor yang menyebabkan desa/pekon kerentanan pangan disebabkan oleh : a.
b.
tersebut menjadi rawan terhadap
Tingginya rasio rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah ratarata 0,2004. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 2 – 4 rumah tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang air besar dengan rata-rata data rasio sebesar 0,0831 hal ini diasumsikan bahwa terdapat 7 – 8 rumah tangga dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki sanitasi yang baik.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 35
c.
Tingginya Rumah Tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dengan rata-rata 0,0369. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah tangga
dari 10 rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air bersih.
d. Tingginya rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dengan rata-rata 0,2450. Hal ini diasumsikan bahwa terdapat 3 – 4 rumah
tangga dari 10 rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan terendah.
Pada tahun 2016 kegiatan cadangan pangan tidak direalisasikan karena adanya
surat dari bulog Nomor 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi
adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog no. KD199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai kompensasi
terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Pada tahun 2016 ini kegiatan cadangan pangan pemerintah daerah tidak direalisasikan karena adanya surat
dari bulog nomor : 384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan pangan yang didalamnya antara lain berisi
adanya kenaikan harga berdasarkan keputusan direksi perum bulog No. KD199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp. 8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stok milik Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yang dititipkan di gudang bulog sebagai kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat tersebut
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena
belum ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan
dengan surat penyesuaian harga tersebut terhadap stok cadangan pangan pemerintah yang sudah dititipkan di bulog. Sehingga pada APBD-P tahun 2016 kegiatan cadangan pangan anggarannya diubah.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di
masyarakat yaitu lumbung pangan masyarakat. Berdasarkan Undang-undang
No. 18 tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 36
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.
Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan
alternatif dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan menyebabkan petani selalu berada dalam posisi
lemah. Berdasarkan hasil penelitian PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan
bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga alternatif yang diintervensi
dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif dalam melayani
kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi
salah satu lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah
salah satu kelembagaan yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi
perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan lumbung pangan pada akhir-akhir
ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2) terjadinya reformasi
peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah
satu alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya
di wilayah sentra produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011 melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun 2016 pengembangan lumbung pangan masyarakat
untuk pengisian lumbung dianggarkan dari dana APBN, masing-masing Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 37
lumbung mendapat anggaran Rp. 20.000.000,- untuk pengisian lumbung.Pada
tahun 2016 di targetkan untuk 38 lumbung dan terealisasi 38 lumbung yang berada di Kabupaten Tulang Bawang Barat, yaitu : No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Nama Kelompok Bangun Karya I Jaya Lestari Karya Maju Margo Seto Mekar Jaya Rejosari II Subur Makmur Suka Maju Sumber Rejeki Harapan Tani II Baru Muncul Mugi lestari Rukun Sentosa Sido Dadi Sido Makmur Sido Dadi Trimo Maju Tunas Baru I Tunas Remaja Untung Jaya Ngudi Makmur Tani Maju Setia Bakti Tirta Waru Flamboyan Harapan Jaya Sederhana Sumber Nabati Tri Kencana Tani Maju Muda Karya Sumber Makmur Ngudi Agung Ngudi Santoso Ngudi Luhur Mekar Sari Margo Mukti II
Alamat Lumbung Kp. Daya Sakti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Sumber Rejo, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Makarti, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Gunung Timbul, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Karta Sari, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mulya Asri, Tulang Bawang Tengah, Tuba Barat Kp. Mekar Yekti Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Margo Dadi, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Gunung Menanti, Tumijajar, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Mekar Sari Jaya, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Panca Marga, Batu Putih, Tulang Bawang Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Marga Kencana, Tulang Bawang Udik, Tuba Barat Kp. Murni Jaya, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Mulya Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Karta Sari, Tuba Udik, Tulang Bawang Tengah Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Toto Katon, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Murni, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Daya Asri, Tumijajar, Tulang Bawang Barat Kp. Tiyuh Tunas Asri, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Mulya Jaya Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Panaragan, Tuba Tengah, Tulang Bawang Barat Kp. Candra Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Pulung Kencana, Tuba Tengah, Tuba Barat Kp. Kata Raharja, TB. Udik, Tulang Bawang Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Bujung Sari Marga, Lambu Kibang, Tuba Barat Kp. Marga Sari, Gunung Terang, Tulang Bawang Barat Kp. Penumangan Baru, TB. Tengah, Tuba Barat
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 38
Sementara untuk pembinaan dan pemantauan lumbung melalui dana APBD tahun 2016, didapatkan hasil dana bansos cair pada saat petani tidak ada panen, maka rata-rata kelompk lumbung membeli gabah cukup tinggi yaitu antara Rp. 4.500 – Rp. 5.000, tapi masih sesuai dengan RUK. Dari hasil
pembinaan dan pemantauan diharapkan kelompok lumbung meningkatkan pertemuan rutin untuk membahas kegiatan kelompok agar dalam pengelolaan lumbung ini bisa berhasil dan bermanfaat.
HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,
permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar internasional,
dampak
implementasi kebijakan
masyarakat, kesejahteraan
pemerintah, daya
petani/produsen, dsb. Dengan
beli
menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di Tingkat Produsen dan Konsumen No Indikator Kinerja
1. Harga Gabah Kering Panen (GKP)) di Tingkat produsen 2.
Capaian 2014
Target
3.557 ≥ HPP (HPP : (3.700) 3.300)
Koefisien Variasi Pangan (beras) di CV : 6% tingkat konsumen
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
CV<10 %
Tahun 2015 Capaian
≥ HPP (4.000) CV = 2%
%
100
100
Target Akhir Renstra
≥ HPP
CV<10%
Capaian s/d 2015 terhadap 2019 (%) HPP tahun 2019 belum diketahui 100
Page 39
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan
yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan pemantauan,
pengumpulan,
kompilasi,
pengolahan
dan
analisis
data.
Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data
harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan kebijakan. Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan,
kelancaran arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 2016 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung sebagai berikut : Tabel
Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 Nama Bahan Pangan
Beras Kacang kedelai Jagung pipilan kering Cabe Bawang Merah Daging Padi.Gabah
GKP GKPG GKG Premium Medium Asalan Kering Kering
Merah Keriting Bawang Merah Sapi di tingkat
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Harga Rata-Rata per Kg Produsen Grosir Eceran 3.776 4.049 4.603 8.719 8.034 6.268 3.052
26.081 28.520 -
9.937 8.797 7.982 8.648 4.371
34.750 31.604 103.661
10.558 9.374 8.505 9.962 5.363 39.415 36.110 -
Page 40
-
Telur Gula Pasir Minyak Goreng Tepung Terigu
-
pemotong Sapi hidup tingkat peternak Daging sapi murni Ayam broiler/potong Ayam ras Dalam Negeri/Lokal
-
45.440 27.194
116.755 30.808
-
19.153 12.889 -
21.183 14.201 12.279 7.451
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat
dari tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2016 untuk Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg.
Berdasarkan Panel harga yang dilakukan dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2016 di Provinsi Lampung mencapai Rp. 3.776/kg atau
lebih tinggi 2,05% dari harga pembelian pemerintah (HPP). Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan
untuk membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil,
maka harga tersebut semakin stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV,
maka harga komoditas tersebut tidak stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2016 di Provinsi Lampung No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Komoditas
Jagung Pipilan Kering Biji Kedelai Kering Beras Premium Beras Medium Beras Termurah Bawang merah Cabai Merah Keriting
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Target CV 5 5 5 5 5 25 25
Tahun 2016
Realisasi CV 2 3 2 2 2 7 35
Ket. S S S S S S TS
Page 41
8. 9. 10. 11. 12. 13.
Gula Pasir Lokal Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Daging Sapi Murni Tepung Terigu Minyak goring
10 10 10 10 10 10
Keterangan :CV : Koefisien Variasi S : Stabil TS : Tidak Stabil
6 4 5 2 2 4
S S S S S S
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan (Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari
Tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016 harga beras baik yang
kualitas premium, medium ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 – 2016
Target Nasional (>HPP)
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Rp. 3.300
Rp. 3.300
Rp. 3.300
Rp. 3.700
Rp. 3.700
2012
2013
2014
2015
2016
Target Renstra
Rp. 3.300
Rp.3.300
Rp. 3.300
Rp. 3.700
Rp. 3.700
Capaian Kinerja
Rp. 3.453
Rp. 3.350
Rp. 3.557
Rp. 4.067
Rp. 3.776
(>HPP)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di
tingkat produsen dari tahun 2012 – 2016 sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2012 - 2016
Target Nasional Target Renstra
Capaian Kinerja
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
CV < 10%
CV < 10%
CV < 10%
CV < 10%
CV < 10%
2012
CV < 10% CV : 2%
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
2013
CV < 10% CV : 2%
2014
CV < 10% CV : 6%
2015
CV < 10% CV : 6%
2016
CV < 10% CV : 2%
Page 42
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki
topografi yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut (produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu
wilayah dengan wilayah lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa
wilayah, dan iklim yang kurang mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah : -
-
-
Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran
Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah kepada para pelepas uang (pedagang perantara)
Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah, menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan : -
Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen raya
Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani,
gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui
Kementerian pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah
mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu melalui kegiatan a.
Pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 43
b.
Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
Dalam rangka untuk mewujudkan sasaran stabilnya harga pangan pokok di
tingkat produsen dan konsumen dengan indikator kinerja harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan indikator coefisien variasi pangan beras di
tingkat konsumen, salah satunya melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan. Masalah yang sering di hadapi oleh Gapktan ataupun poktan antara lain : 1. Keterbatasan
modal usaha
untuk
melakukan
penyimpanan, pendistribusian/pemasaran;
kegiatan
pengolahan,
2. Posisi tawar petani yang rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah;
3. Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidak berdayaan petani dalam mengolah, menyimpan dan pendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
1. Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat panen raya
2. Kekurangan pangan pada saat musim paceklik.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani/Gapoktan di daerah sentra produksi padi dan jagung, maka pemerintah melalui kementerian pertanian Cq.
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk memperkuat modal dan kemampuan Gapoktan sehingga mempunyai
akses terhadap pangan melalui Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat ( Penguatan LDPM). Provinsi Lampung dari tahun 2009 sampai
tahun 2016 telah mengalokasikan anggaran APBN untuk PLDPM kepada 113
gapoktan yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Barat, Tulang Bawang, Tanggamus,
Lampung Timur, Way Kanan dan Kota Bandar Lampung. Gapoktan yang sudah
masuk ke tahap mandiri, untuk pembinaannya dilanjutkan dengan dana yang dialokasikan dari APBD Provinsi Lampung. Pembinaan, monitoring dan evaluasi
PLDPM tahap mandiri (PLDPM tahun 2009 - 2012) pada tahun 2016 Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 44
dilaksanakan di 83 Gapoktan di 5 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Lampung Selatan dan Tanggamus.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Perkembangan Unit Distribusi/Pemasaran
Tahun 2009 gapoktan yang mendapat dana P- LDPM sebanyak 25
gapoktan, tahun 2010 sebanyak 20 Gapoktan, Tahun 2011 sebanyak 17
Gapoktan, dan tahun 2012 sebanyak 21 Gapoktan, total Gapoktan yang mendapat dana P-LDPM dari tahun 2009 – 2012 sebanyak 83 Gapoktan.
Dana pada unit distribusi mengalami kenaikan sebesar 10,8% untuk
Gapoktan Tahun 2009, untuk Gapoktan tahun 2010 naik 11%, Gapoktan
Tahun 2011 naik sebesar 10,7% dan perkembangan dana bansos gapoktan tahun 2012 sebesar 9,5%.
2. Perkembangan Unit Cadangan Pangan
Perkembangan pada unit cadangan pangan sangat kecil hal ini dikarenakan unit ini diasumsikan oleh anggota sebagai unit sosial, stok
cadangan pangan di butuhkan padaa saat paceklik dan dikembalikan pada saat panen dengan penambahan sebanyak 5 – 10%.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang
dihadapi, antara lain :
1. Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar desa/kecamatan
2. Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal untuk saprodi
3. SDM gapoktan yang belum memadai
4. Masih rendahnya mutu/kualitas gabah/jagung anggota gapoktan/petani
5. Sarana transportasi yang kurang mendukung (jalan rusak, jarak jauh, dll) sehingga biaya angkut jadi tinggi
6. Pembukuan dan pelaporan yang dibuat oleh gapoktan masih banyak yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan.
7. Pengurus Gapoktan kurang tertib dalam mengisi pembukuan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 45
8. Masih banyak pendamping yang kurang dalam melakukan pembinaan
terhadap gapoktan yang menjadi tanggungjawabnya dengan alasan kesibukan diluar tugas sebagai PPL.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani
terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli
kelompok terhadap hasil produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga
tetap stabil baik pada saat panen raya ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah (HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen raya harga jual
turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani. Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah
ketergantungan pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada ketersediaan air hujan dan pemasaran
menghadapi hari-hari besar, makan sebagian besar sentra produksi pangan
mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang luas, maka disebut
dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil panen
yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di
bawah harga biaya produksi.
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani) sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat
rumah tangga petani. Lemahnya daya "Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya
modal usaha, tingkat penerapan
teknologi pasca
panen,
ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 46
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil
pertanian pada saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal
sistem tunda jual di daerah sentra produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini maka posisi tawar
dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian, sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah tangga dapat terealisasi.
Distribusi pangan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menyalurkan produk komoditas pangan dari produsen agar dapat sampai ke konsumen secara tepat waktu dan jumlah yang cukup serta terjangkau oleh daya beli
masyarakat. Aspek distribusi dalam hal ini sangat berperan dalam rangka stabilisasi harga pangan, sehingga ketersediaan data dan informasi distribusi
pangan yang terkini serta mudah di akses merupakan salah satu upaya untuk
mengantisipasi permasalahan distribusi. Pada tahun 2016 kegiatan mobilitas
pangan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Way Kanan, Mesuji, dan Kota Bandar Lampung, komditas yang di pantau yaitu gabah/beras, cabai merah, bawang merah, daging sapi, daging ayam ras, telur
ayam ras dan pangan pokok lainnya. Pelaksanaan pengamatan mobilitas dan
pasokan komoditas pangan di Kabupaten/Kota yang berupa jembatan timbang
gayam dan way urang Kabupaten Lampung Selatan, Way Umpu Kabupaten Way Kanan dan Simpang Pematang Kabupaten Mesuji. Pelabuhan laut dan pelabuhan sungai : pelabuhan Panjang Kota Bandar Lampung, pelabuhan Labuhan Marunggai, Lampung Timur, pelabuhan Kota Agung Kabupaten Tanggamus, Pasar Induk : Pasir Gintung Kta Bandar Lampung.
Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2016 ini
telah memenuhi target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 47
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
Produsen dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui beberapa masalah di antaranya :
1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasilhasil pangan merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan
peraturan
untuk
menjamin
siste
pemasaran
yang
adil
dan
bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras dan lunak untuk
mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran.
2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing dengan para tengkulak
4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih berantakan
Solusi
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana
umum distribusi serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran
masyarakat baik bersifat individu skala kecil, usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha distribusi di bidang
jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus di tinngkatkan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 48
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui
peningkatan pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan
kelembagaan distribusi pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan.
3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui pelatihan dan pendampingan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu,
karena kegiatan yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi,
identifikasi, pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan
aman berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi
pangan (pelatihan bagi petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu
tingkat Provinsi dan Nasional, Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan
penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 49
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi,
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan, Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun 2016 No Indikator Kinerja 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 2. Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap 3. /hr)
Capaian 2015
79,3
1.841,5
Jumlah Konsumsi Protein (Gr/kap/hr)
49,6
Tahun 2016 Target Capaian % 85,0
78,0*)
2.019 1.856,7 56,3
*)
50,3*)
91,7 6 91,9 6
89,3 4
Target Capaian s/d Akhir 2016 terhadap Renstra 2019 (%) 87,7 88,94 2.064
57
89,96 88,25
Sumber data : BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari
kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola
ketersediaan dan atau konsumsi pangan. FAO –RAPA (1989) mendefinisikan
PPH sebagai komposisi kelomok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi
keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi
daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi
pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya
sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 50
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut
mencakup kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor
PPH di nilai dengan angka 100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman konsumsi
pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada
tahun 2016 ini, skor PPH di Provinsi Lampung ditargetkan 85,0 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2016 tercapai yaitu 78,0 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2016 Kelompok Pangan
Padi-padian Umbi-umbian Pangan Hewani Minyak &Lemak Buah/Biji Berminyak Kacangkacangan Gula Sayur dan Buah Lain-lain Total
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
% Skor Bobot AKE*) Aktual 1.038,4 55,9 51,9 0,5 28,0 25,9 1,4 1,3 0,5 0,7 160,5 8,6 8,0 2,0 17,3 284,4 15,3 14,2 0,5 7,7 Kalori
%
59,8
3,2
3,0
0,5
1,6
100,7 81,1 30,5 1.856,7
5,4 4,4 1,6 100
5,0 4,1 1,5 92,8
0,5 5,0 0,0
2,7 21,8 0,0 87,9
75,5
4,1
3,8
2,0
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
8,1
Skor AKE 26,0 0,6 16,0 7,1
Skor Maks 25,0 2,5 24,0 5,0
Skor PPH 25,0 0,6 16,0 5,0
7,6
10,0
7,6
1,5
2,5 20,3 0,0 81,6
1,0
1,0
2,5 30,0 0,0 100
2,5 20,3 0,0 78,0
Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2016 yang ditampilkan pada tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan keluar sekitar bulan Juni 2017.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 51
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padipadian, sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu
perlu ditingkatkan kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbi-umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga
masih kurang, masih bisa ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang cukup besar. Untuk itu gerakan
makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan, namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena harga produk hewani cukup mahal. Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan era global. Untuk itu, tubuh
memerlukan makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat
gizi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu
manusia juga memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut akan terpenuhi bila pangan yang kita
konsumsi beragam, karena secara alami komposisi setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang lainnya
akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih
beranekaragam, seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup
(Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 52
Tabel Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Target Nasional Target Renstra
Realisasi Kinerja
2012
2013
2014
86,5
84,3
89,8 89,8
95 90
89,8 89,8
91,5
91,5 91,5
91,5
93,3
2015
84,10
2016
83,4
79,3
78,0
93,3
84,10
86,2 85,0
93,3 93,3
86,5 84,3
85
83,4
80
84,1 84,1
86,2 85
Target Nasional Target Renstra
79,3 78
75
Realisasi Kinerja
70 2012
2013
2014
2015
2016
Gambar 11. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2012 2016 Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari)
Pada tahun 2016 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 1.856,7
kkal/ kapita/hari dari target 2.019 kkal/kapita/hari atau 91,96%, sedangkan
untuk jumlah konsumsi protein terealisasi 50,3 gram/kapita/hari dari yang
ditargetkan sebesar 56,3 atau 89,34%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah
konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein capaian kinerjanya termasuk
tinggi karena pencapainnya antara dari 76 ≤ 90%. Secara rinci pencapaian
jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 53
Tabel Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2016 No
Indikator Kinerja
Capaian 2015
1. Jumlah Konsumsi Energi(kkal/kap 2. /hr) Jumlah Konsumsi Protein (gr/kap/hr)
1.841,5
49,6
Tahun 2016 Target Capaian % 2.016 1.856,7 56,3
*)
50,3*)
92,10 89,34
Target Akhir Renstra 2.064
57
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 89,96 88,25
Sumber Data BKPD Prov. Lampung Keterangan *) Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi
dalam satuan Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau
dari volume pangan yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi
pangan sudah dapat memenuhi kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang direkomendasikan
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi Energi
(TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma
atau angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 54
Tabel Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2016 PPH
Jumlah
Konsumsi
Target Nasional
86,2
Capaian Kinerja
78,0*)
Target Renstra
85,0
Keterangan *) Data Sementara
Energi
Jumlah Konsumsi Protein
2.040
56,4
1.856,7*)
50,30*)
2.019
56,3
2500
2.040 2.019
2000
1.856,7
1500
Target Nasional Target Renstra
1000
Realisasi Kinerja
500 86,2 85,0 78,0
56,4 56,3 50,3
PPH
Konsumsi Protein
0 Konsumsi Energi
Gambar 12. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2016
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2016 untuk indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi protein dan jumlah konsumsi energi masih dibawah target nasional dan target di renstra.
Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2016 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 55
Tabel Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 2016 Uraian
Skor PPH Konsumsi Jumlah Konsumsi Energi Jumlah Konsumsi Protein
Th. 2012
Th. 2013
2.228
2.156
86,5 59,5
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung Keterangan : *) Angka Sementara
84,3 57,2
Th.
Th. 2015
2014 83,4
2.067
79,3
78,0*)
49,6
50,3*)
1.841,5
54,8
Th. 2016
1.856,7*)
SKOR PPH KONSUMSI 88 86,5
86
84,3
84 82
83,4
80
79,3
78
PPH
78,0
76 74 72 Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Tahun 2016
Grafik 13. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016
Konsumsi Energi
2.500,0 2.000,0
2.228,0
2.156,0
2.067,0
1.841,5
1.856,7
1.500,0 Konsumsi Energi
1.000,0 500,0 0,0 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 56
Grafik 14. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 20122016
Konsumsi Protein 62 60 58 56 54 52 50 48 46 44
59,5 57,2 54,8 49,6
50,3
Konsumsi Protein
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Grafik 15. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 20122016
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada
beragam, bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA), PPH konsumsi dari tahun 2012 – 2016 terjadi penurunan, hal ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data
BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun 2015 terjadi perubahan cara penghitungan dalam pengelompokan jenis pangan. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah
dalam meningkatkan skor PPH konsumsi ini yaitu melalui beberapa kegiatan
diantaranya terus mensosialisasikan dan mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.
upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain : a.
b. c.
Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua
aspek penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 57
dalam hal ini dapat mencakup aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanan pangan, aspek organoleptic dan aspek gizi.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukan hanya
beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga anekaragaman
konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan yang dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup
jumlah jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan
Pola Pangan Harapan (PPH). Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat
perlu ditingkatkan melalui peningkatan pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.
Pada tahun 2016 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya
melalui kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran
anak SD/usia dini, petugas Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 3 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Lampung Utara,
Way Kanan dan Bandar Lampung. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD
dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pokok beras.
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK,
karena tim penggerak PKK merupakan organisasi wanita yang mempunyai
anggota sampai pada tingkat desa, oleh karena itu TP_PKK merupakan mitra
yang sangat cocok dan tepat dalam mensosialisasikan dan menyebarluaskan
gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan
konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung tombak dalam
menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat. Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 58
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam,
bergizi, seimbang dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah
harus melakukan sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat serta mengubah pola konsumsi
pangan masyarakat menuju beragam, bergizi, seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan daerah
melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yang diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2016 ini lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 10
Oktober 2016 yang diikuti oleh 13 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Adapun
2 Kabupaten tidak ikut yaitu Lampung Timur dikarenakan tidak dianggarakan oleh APBD setempat dan Kab. Tulang Bawang karena harus menyiapkan diri mengikuti LCM tingkat nasional tahun 2016 sebagai wakil Provinsi Lampung,
karena pada tahun 2015 Kabupaten Tulang Bawang menjadi pemenang di LCM tingkat Provinsi.
Lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu
rumah tangga dalam pengembangan pangan lokal guna mendukung percepatan diversifikasi penganekaragaman pangan, dan diharapkan dapat diterapkan di
tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber
daya lokal dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha
pengolahan pangan lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan baku terigu. Pada tahun 2016, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 7 Kabupaten, yaitu
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 59
No
Nama Kelompok
Ketua Kelompok
Kecamatan
Kabupaten
1.
Tlawung Sari
Samitri
Gunung Sugih
Lampung Tengah
3.
Dewi Sri
Dewi Novita Sari
Tanjung Raya
Mesuji
2. 4. 5. 6. 7.
Tresno Maju
Kuntum Berseri Serunai
Karya Sejahtera Permata Bunda
Hindun Muasoma Suparni
Titik Sadarsih Darsilah
Tri Handayani
Way Kenanga Sumberejo
Gading Rejo
Tanjung Sari Bengkunat
Tlg. Bawang Barat Tanggamus Pringsewu
Lampung Selatan Pesisir Barat
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai
berikut : Masalah
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan
pangan secara umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih
relative lebih tinggi daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu belum makan kalau belum makan nasi serta
masih terbatasnya dukungan sosialisasi, promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 60
Solusi
1. Peningkatan
pengetahuan
kelompok
wanita
tentang
pentingnya
pemanfaatan pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)
PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2016 sebesar 10% dan terealisasi 7,33% atau 73,3%. Secara rinci di sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi No
Indikator Kinerja
1.. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
Tahun 2016 Target Capaian 10%
7,33%
% 73,3%
Target Akhir Renstra 10%
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 73,3%
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi baru mencapai 7,33% dari yang ditargetkan. Target renstra dan
tar get nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi adalah 10%, pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi belum dijadikan indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 61
indikator. Peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel
Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi
Tahun
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Jumlah Kebun dan lahan usaha yang sudah Teregister 360 430 468
Jumlah kebun dan lahan usaha yang sudah tersertifikasi 42 76 117
Presentase 11,67 17,67 25,00
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi dari tahun 2015 sampai tahun 2016 baru mencapai 7,33% atau 73,30% dari yang ditargetkan yaitu 10%.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman.
Dalam upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk (food safety) agribisnis terutama untuk produk segar
adalah sanngat penting dan menjadi satu keharusan, sehingga Petani/pelaku
usaha dituntut menjalankan proses produksi yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point (HACCP), selain hal tersebut,
untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan segar sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label
yang menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI)
atau standar lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan, petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait
seperti Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 62
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
1. Dari segi pelaku usaha
Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami
tentang tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun
prima 2 dan belum memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas
produk yang sudah bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari
OKKP-D
untuk
mensosialisasikan
tata
cara
pengajuan
sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir petani/pelaku usaha untuk
menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini kurang dipahami dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi
sehingga pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting
sertifikat untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang
dihasilkannya.
3. Dari segi pasar Pasar
belum
menghargai
sertifikat/registrasi
yang
dimiliki
oleh
petani/pelaku usaha, dipasaran harga produk pertanian baik yang
bersertifikat maupun yang tidak memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya.
Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan
beberapa upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk
yang sudah memiliki sertifikat agar tetap konsisten menerapkan mutu dan
keamanan pangan dalam budidaya produk pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi produknya, dan juga
melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 63
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi, antara lain :
1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister
2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas produk yang telah bersertifikat/teregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha)
4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi
3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi 4. Meningkatkan
kepedulian
stakeholder
tentang
pentingnya
sertifikasi/registrasi dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura
PERSENTASE MENINGKATNYA
KEAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur
Lampung No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung merupakan revisi dari Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor
G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30 September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dengan
menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap bahan berbahaya yang
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 64
disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama Pangan Daerah Provinsi Lampung.
dengan Tim Jejaring Keamanan
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36.Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang Diuji (%) No
Indikator Kinerja
Capaian 2015
1. Persentase 91,39% Tingkat (114,24% Keamanan ) Pangan Segar (Uji Lab)
Tahun 2016
Target
80% (dibawah ambang batas)
Capaian
%
83,78 104,73 %
Target Akhir Renstra
80% (dibawah ambang batas)
Capaian s/d 2016 terhadap 2019 (%) 104,73
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada
tahun 2016 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan dalam rangka hari besar keagamaan yaitu pada saat
menyambut bulan suci ramadhan 1437 H dan hari raya idul fitri 1437 H serta menjelang hari raya natal tahun 2016.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di
dapatkan hasil tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai
83,78% dari target 80%. Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang mengandung bahan berbahaya seperti
Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2016 Badan Ketahanan
Pangan Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 83,78%. Upaya Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain melalui kegiatan a.
Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 65
b.
Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan
c.
Pengembangan produk pangan segar yang bermutu dan bersertifikat
segar
d. Sosialisasi dan promosi peningkatan gizi pangan keluarga
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja,
tetapi merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien.
Keamanan pangan menjadi sangat penting mengingat bahwa pada saat ini
tuntutan akan mutu dan keamanan pangan oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada tahun 2016 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan,
masih
rendahnya
kesadaran
masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan, kurangnya monitoring
yang
terintegrasi
antara
instansi
yang
berwenang.
Dari
permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas
pengawas serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan, koordinasi dan sinkronisasi
dalam wadah jejaring
keamanan pangan serta menggiatkan sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan pangan daerah menjadi kunci
kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi fungsi-fungsi
jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program yang ada di daerah.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 66
TABEL REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2016 No.
Kabupaten
1
Lampung Barat
2
Pringsewu
Jumlah Sampel yang Diuji
Formalin
6
4
Formalin
1
1
Pestisida**)
Rhodamin B 3
Tanggamus
4
Pesawaran
5 6 7 8 9
10
Tulang Bawang Metro
Bandar Lampung Lampung Timur
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Hasil Uji Positif Negatif Terdeteksi
Jenis uji
4
3
4
1
0
Formalin
3
11 3
Pestisida**)
19
18
Formalin
9
7
Formalin
Pestisida**)
5 5
5 5
Pestisida**)
12
11
Pestisida**)
0
0
Formalin*) Formalin
17 7
10 7
Pestisida**)
14
12
Formalin
7
4
Formalin*)
Pestisida**)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
10 19
Buah dan Sayur
0
1
0
2
Rhodamin B
15
4
4
15
Pestisida**)
2
3
18 6
Komoditi
0
Pestisida**) Formalin
Jumlah Aman dikonsumsi
10 17
4
0
Sayur Buah (jeruk madu) Kolkan dadu, cendol aci pink, merah
3
15
Buah dan Sayur
1
0
Cendol merah
4 0
4
11 3
Buah
Buah dan Sayur Buah
Asal Komoditi
Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pasar Liwa dan Pasar Ham tebiu Pasar Sukoharjo, Gading Rejo Pasar Sukoharjo, Gading Rejo
Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pasar Talang Padang, Pasar Gisting Pasar Sukaraja, Gedong Tataan
1
18
Buah dan Sayur
2
7
Buah dan Sayur
10
Buah dan Sayur
Pasar Margorejo, cendrawasih Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lampung
Buah dan Sayur
Pasar Pekalongan
0 0
5 5
1
11
0
0
7 0
7
2
12
3
4
0 2
10 17
Buah
Sayur
Buah dan Sayur Buah dan sayur
Buah dan Sayur Buah dan Sayur Buah dan Sayur Buah
Pasar Wiyono dan Pasar Sukaraja Gedong Tataan Pasar Unit II Pasar Unit II
Pasar Margorejo, cendrawasih
Pasar Tradisional dan Modern Bandar Lampung Pasar Pekalongan Pasar Natar Pasar Natar
Pasar Wates
Page 67
11
Lampung Utara
13
Tulang Bawang Barat
12
14 15
Way Kanan
Mesuji
Pesisir Barat Jumlah
Persentase (%) Ket; *) **)
Pestisida**)
13
10
3
10
Sayuran dan Buah
Formalin
5
4
1
4
Buah
Pestisida**) Formalin
Pestisida**) Pestisida**) Formalin
Pestisida**) Formalin
Pestisida**) Formalin
15 8 5 4 6 5 7 5
5 259
100
15 7 5 4 4 5 6 5 4
217
83,78
0 1 0 0 2 0 1 0 1
42
16,22
15 7 5
Buah dan Sayur Buah
Sayur
4
Buah dan Sayur
6
Buah
4 5 5 4
217
83,78
Buah
Sayur
Sayuran dan Buah Sayuran dan Buah
Pasar Wates
Pasar Impres Pasar Impres
Pasar Baradatu Pasar Baradatu
Pasar Mulya Asri Pasar Mulya Asri
Pasar Brabasan dan Gedung Ram Pasar Brabasan dan Gedung Ram Pasar Pesisir Barat Pasar Pesisir Barat
Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 68
Permasalahan :
1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat
(produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang. 4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan Solusi :
Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah
maupun vertical yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu
dan keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2016
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2016 sebesar 98,83% dari
total yang dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per
sasaran penyerapan anggaran terbesar pada kegiatan untuk indikator Skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Skor PPH konsumsi, Jumlah konsumsi energi, dan Jumlah konsumsi protein (99,47%). Sedangkan penyerapan terkecil pada
kegiatan untuk indikator Persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan (97,24%).
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input
tertentu. Semakin tinggi jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 69
keluaran tertentu, maka efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2016 secara umum tidak
menunjukkan tingkat efisiensi anggaran. Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh indikator menunjukkan realisasi anggarannya hampir sama dengan realisasi kinerjanya. Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja sesuai dengan anggaran yang dianggarkan.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
yang realisasi anggarannya mencapai 97,24% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 43%, untuk indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor
apa sajakah yang menyumbang kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa
baik koordinasi dan sinergi dengan stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor kemiskinan, karena
masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2016 yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel berikut :
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 70
Tabel Pencapaian Kinerja dan anggaran Sasaran
Indikator
1. Peningkatan ketersediaam pangan yang beragam
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2. Peningkatan keragaman konsumsi pangan yanng sehat dan aman 3. Peningkatan konsumsi pangan yang sesuai angka kecukupan gizi (AKG)
4. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan 5. Stabilnya hasil pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
2. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 3. Jumlah Konsumsi Energi 4. Jumlah Konsumsi Protein 5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Kinerja
Target
85,6
Realisasi
75,08
%
Realisasi
87,71
85,0
78,0*)
91,76
2.019
1.856,7*)
91,96
1
0,43
43
HPP ≤ (HPP : 3.700)
3.776
100
56,3
50,30*)
Target
Anggaran
Realisasi
%
Realisasi
637.165.750
633.781.000
99,47
397.000.000
386.025.000
97,24
196.312.000
192.648.800
98,13
89,34
Page 71
6. Tercapainya keamanan pangan segar
7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
CV<10%
2%
10 %
7,33 %
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
80%
83,78
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
100 73,3 % 2.813.839.000. 2.789.545.300
99,14
104,73
99,06
331.150.000
328.028.000
Page 72
3.4 Analisis Efisiensi Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9
indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 3
indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dengan realisasi anggaran sebesar
98,13 dari total anggaran telah mencapai kinerja 100%, Indikator persentase tingkat
keamanan pangan segar yang diuji dengan realisasi anggaran 99,06% telah mencapai kinerja 104,73%.
Tabel Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
% % Tingkat Capaian Penyerapan Efisiensi Kinerja Anggaran 1. Stabilnya harga 1. Harga Gabah 100 98,13 1,87 pangan pokok di Kering Panen tingkat produsen dan (GKP) di Tingkat konsumen 2. Coefisien Variasi 100 98,13 1,87 Sasaran Strategis
2. Tercapainya keamanan segar
Indikator
Pangan (beras) di Tingkat Konsumen
pangan 3. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
104,73
99,06
0,94
Page 73
BAB IV HAMBATAN DAN KENDALA 4.1
Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Badan Ketahanan Provinsi Lampung yang
didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Lampung Tahun
Anggaran 2016 terdapat beberapa hambatan dan kendala. Berikut hambatan dan
kendala yang berada pada Badan Ketahanan Pangan :
a. Keterbatasan waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan kegiatan yang ada sehingga tidak dapat mengikuti rencana anggaran yang baik dan benar
b. Perubahan Peraturan di Perum Bulog sehingga Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Lampung tidak dapat dilaksanakan
c. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister
d. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas produk yang telah bersertifikat/teregister
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 74
BAB V PENUTUP 5.1
Simpulan Sasaran Strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
·
Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam melalui Skor Pola Pangan
Harapan Ketersediaan dari target 85,6 hanya terealisasi 75,08 atau sebesar ·
87,71% dari target
·
tercapai hanya 0.43% atau sebesar 43% dari target
· ·
Jumlah penduduk rawan pangan berkurang minimal 1 % setiap tahun tidak
Stabilnya harga pangan (gabah/beras) di tingkat Produsen target HPP sebesar 3700 (≥HPP) terealisasi sebesar 3776 (≥HPP) atau sebesar 100%.
Stabilnya harga pangan (beras) di tingkat konsumen Coefisien Variant
(CV<10%) Realisasi 2%, masih di bawah 10% atau sebesar 100%.
Meningkatnya keragaman konsumen pangan yang sehat dan aman Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi 85,0 realisasi 79,3 (angka sementara) atau
·
sebesar 91,76% .
Meningkatnya pengawasan keamanan pangan segar melalui peran dan partisipasi masyarakat telah tercapai melalui kegiatan keamanan pangan.
Hasil penilaian rata-rata capaian kinerja anggaran 2016 BKPD Provinsi
Lampung Tahun 2016 Cukup (98,8%) dan capaian kinerja program/kegiatan 5.2
mencapai 99 %. Saran
Potensi dan tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi
Lampung secara umum masih cukup tersedia.
Masih tersedia potensi
sumberdaya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Sedangkan
kapasitas sumberdaya manusia dan teknologi memiliki potensi untuk ditingkatkan dalam upaya mendukung ketersediaan dan distribusi pangan serta perbaikan konsumsi pangan.
Penguatan kelembagaan ketahanan pangan
pemerintah dan masyarakat berpeluang besar untuk mendorong pencapaian Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 75
sasaran program ketahanan pangan di Provinsi lampung. Dalam upaya tindak
lanjut pemecahan masalah/hambatan yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan di Provinsi Lampung perlu dilakukan beberapa hal yaitu :
a. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasiltasi prasarana
umum distribusi, serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan bertanggung jawab. Begitu juga peran
masyarakat baik
bersifat individu
berskala
kecil, usaha
kelompok/koperasi hingga perusahanan besar dalam pengembangan
usaha distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengakutan, pengolahan dan penyimpanan perlu terus ditingkatkan;
b. Koordinasi
dalam
perumusan
kebijakan
distribusi
pangan,
penyempurnaan program dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan pemantauan dan analisis harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi pangan masayarakat serta peningkatan akses pangan.
c. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola
konsumsi pangan serta pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan;
d. Peningkatan sosialisasi dan promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media;
e. Pengetahuan
pelaku
usaha,
kelompok
wanita/tani
sehingga
meningkatnya pengetahuan dalam pengembangan diversifikasi konsumsi pangan.
f. Peningkatan koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan;
g. Perlu
peningkatan
pelaksanaan.
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
koordinasi
mulai
dari
perencanaan
sampai
Page 76
LAMPIRAN
Laporan Evaluasi Renja Tahun 2016 BKPD Provinsi Lampung
Page 77
FORM EVALUASI KINERJA
No.
Kode Rekening
Program / Kegiatan
Indikator
1
2
3
4
Target Renstra pada Tahun 2019
5 K
1.21.1.21.01
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016
Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016
6 Rp
K
7 Rp
K
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Pembiayaan Rekening Telepon, Listrik dan Air
2 07
Penyediaan jasa administrasi keuangan
3 10
Rp
756.570.000 12 Bulan
Pembiayaan 80 Pegawai, 35 Honorarium PTHL; 60 Bulan Pengelola Keuangan
Rp
920.472.000
Penyediaan alat tulis kantor
Jumlah Penyediaan ATK
60 Bulan
Rp
180.855.000 12 Bulan
Rp
25.000.000 12 Bulan
4 11
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
Jumlah Penyediaan Cetakan dan Penggandaan
60 Bulan
Rp
120.976.000 12 Bulan
Rp
5 12
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
Jumlah Penyediaan Komponen Listrik
60 Bulan
Rp
138.142.000 12 Bulan
Rp
6 13
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
Jumlah Penyediaan 60 Bulan Perlengkapan Kantor
Rp
884.101.000
7 14
Penyediaan peralatan rumah tangga
Jumlah Penyediaan peralatan rumah tangga
60 Bulan
Rp
138.142.000 12 Bulan
8 15
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangundangan
Jumlah jenis bahan bacaan
20 Jenis (45eks)
Rp
9 18
Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
Jumlah Rapat dan Konsultasi Ke Luar Daerah
45 Kali
Rp
10 22
Rapat - Rapat Koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah
Jumlah Pembinaan ke 145 Kali Kab/Kota
11 46
Pengembangan Pengelolaan Keuangan SKPD
12 56
Penata Usahaan Aset Daerah
Pembiayaan Operasional SIPKD Jumlah Dokumen
60 Bulan
8 Rp
K
9 Rp
K
Rp
16 Pegawai, 7 PTHL
Rp
102.000.000 12 Bulan
Rp
73.614.197
100%
72,17
40%
24%
Rp
190.900.000 16 Pegawai, 7 PTHL Rp
190.900.000
100%
100,00
40%
40%
Rp
25.000.000
100%
100,00
40%
30%
16.700.000 12 Bulan
Rp
16.700.000
100%
100,00
40%
32%
10.000.000 1 Tahun
Rp
10.000.000
100%
100,00
40%
25%
0 Rp
-
0%
0,00
20%
7%
0 Rp
-
Rp
12.500.000 12 Bulan
Rp
12.500.000
100%
100,00
40%
18%
Rp
16.500.000 9 Jenis
Rp
16.500.000
100%
100,00
40%
38%
828.845.000 9 Kali
Rp
80.205.250 9 Kali
Rp
79.744.700
100%
99,43
40%
28%
Rp
828.845.000 29 Kali
Rp
59.426.000 29 Kali
Rp
59.291.000
100%
99,77
40%
24%
5 Paket
Rp
363.851.000 1 Paket
Rp
87.600.000 1 Paket
Rp
75.000.000
100%
85,62
40%
42%
5 Dokumen
Rp
44.267.855 1 Dokumen
Rp
Rp
7.000.000
100%
100,00
40%
38%
Rp
12 Bulan; 5 Unit 1.105.126.250 Roda 4 10 Unit Roda 2
Rp
Rp
99.992.000
100%
99,99
40%
21%
7 Unit Komputer, 20 Rp Unit AC
9.000.000
100%
100,00
40%
3%
Rp
10.000.000
100%
100,00
40%
39%
0 Rp
-
0%
0,00
0%
12%
Rp
3.450.000
100%
95,83
40%
10%
4 Jenis (9 82.885.000 Eksemplar per bulan)
7.000.000 1 Dokumen
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
13 20
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
Pembiayaan Operasional Kendaraan
60 bulan;25 Unit Roda 4
14 24
Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
Jumlah Unit Komputer dan AC
40 Unit Komputer, Rp 100 Unit AC
828.845.000
7 Unit Komputer, 20 Unit AC
Rp
9.000.000
15 29
Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor
Jumlah Unit
5 Paket
Rp
127.090.000
5 Unit WC 1 Taman
Rp
10.000.000
0 Rp
-
1.21.1.21.03
Realisasi Kinerja dan Anggaran Renstra SKPD s/d Tahun 2016
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1 02
1.21.1.21.02
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
12 Bulan; 5 Unit 100.000.000 Roda 4 10 Unit Roda 2
5 Unit WC 1 Taman
Program Peningkatan Disiplin Aparatur
16 02
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
Jumlah Aparatur
420 PNS,35 PTHL
Rp
528.423.000
17 19
Peningkatan SDM dan Budaya Kerja BKPD Prov.Lampung
Jumlah Aparatur yang diklat / Bimtek
150 Pegawai
Rp
323.249.000 3 Pegawai
Rp
3.600.000 30 Pegawai
No.
Kode Rekening
Program / Kegiatan
Indikator
1
2
3
4
Target Renstra pada Tahun 2019
5 K
1.21.1.21.06 18 07 19 08 1.21.1.21.15 20 01
21 03
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Penyusunan Laporan Capaian Jumlah Dokumen Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Capaian Kinerja Kinerja SKPD Jumlah Dokumen Penyusunan Renja dan RKA SKPD Renja dan RKA Peningktan Diversifikasi dan Peningkatan Ketahanan Pangan Jumlah Petugas Mutu Bimtek Mutu dan Keamanan Pangan dan Keamanan Pangan Jumlah Lokasi pemantauan dan Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Mutu pengawasan Keamanan Pangan Segar keamanan pangan segar
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016
Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016
6 Rp
K
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
7 Rp
K
Realisasi Kinerja dan Anggaran Renstra SKPD s/d Tahun 2016
8 Rp
K
9 Rp
K
Rp
35 Laporan
Rp
607.820.000 7 Laporan
Rp
43.500.000 7 Laporan
Rp
42.820.000
100%
98,44
40%
22%
10 Dokumen
Rp
552.564.000 2 Dokumen
Rp
33.507.000 2 Dokumen
Rp
32.039.900
100%
95,62
40%
21%
150 Orang
Rp
577.200.000
0 Rp
-
0 Rp
-
0%
0,00
20%
10%
75 Kab/Kota
Rp
1.207.500.000
0 Rp
-
0 Rp
-
0%
0,00
20%
10%
Peningkatan, Penerapan Standar BMR (Batas Maksimum Residu)
Jumlah petugas/petani/pelak 175 Orang u usaha pedagang yang terbina dalam penerapan BMR
Rp
902.000.000 35 Orang
Rp
96.250.000 35 Orang
Rp
96.055.000
100%
99,80
40%
18%
23 06
Pengembangan Desa Mandiri Pangan
Jumlah Kawasan Desa Mandiri Pangan yang terbina dalam 40 Kawasan upaya penurunan daerah rawan pangan
Rp
1.393.000.000 6 Kawasan
Rp
88.600.000 6 Kawasan
Rp
88.499.200
100%
99,89
40%
15%
24 07
Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP
Jumlah Pemantauan 75 Kali SKPG dan PDRP
Rp
1.077.500.000 15 kali
Rp
55.500.000 15 kali
Rp
45.389.000
100%
90,00
35%
12%
25 08
Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah
Jumlah Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi Lampung
100 Ton
Rp
3.259.995.000
1.000.000 0 Ton
Rp
1.000.000
85%
100,00
1%
4%
26 09
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat
Jumlah Lumbung Pangan Masyarakat yang diberdayakan
25 Kelompok Lumbung
Rp
1.287.673.000
5 Kelompok Lumbung
Rp
25.000.000
5 Kelompok Lumbung
Rp
24.920.000
100%
99,68
40%
12%
27 10
Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan
Jumlah Analisa dan Peta Ketahanan Pangan dan Kerentanan Pangan
5 Laporan
Rp
1.120.000.000
1 Laporan dan 1 Peta
Rp
68.850.000
1 Laporan dan 1 Peta
Rp
68.796.800
100%
99,92
40%
12%
28 11
Pemberdayaan GAPOKTAN dalam rangka stabilisasi harga pangan
Jumlah Gapoktan yang diberdayakan dalam pengelolaan LUP
427 Orang
Rp
1.393.000.000 50 Orang
Rp
97.558.000
100%
97,56
12%
16%
29 13
Alur Distribusi Pangan
Rp
1.177.500.000
0 Rp
-
0%
0,00
20%
0%
Rp
1 Laporan / 1.177.500.000 Dokumen
Rp
45.614.800
100%
98,49
40%
6%
22 05
30 14
Kegiatan Akses Pangan
Jumlah Laporan Alur 5 Laporan Distribusi Jumlah Laporan Akses 5 Laporan Pangan
0 Rp
Rp
0 Rp Rp
100.000.000 50 Orang
1 Laporan / 46.312.000 Dokumen
No.
Kode Rekening
Program / Kegiatan
Indikator
1
2
3
4
Target Renstra pada Tahun 2019
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016
5 K
Pembiayaan Operasional 60 Bulan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD Jumlah Surveilen dan pengawasan produk/komoditas 47 Kab/Kota yang sudah bersertifikat/registra si Jumlah Dokumen Sistem Mutu yang 23 Dokumen sesuai dengan ISO/IEC 17065
31 15
Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan OKKPD
32 16
Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian Yang Sudah Sertifikasi / Regristrasi / Produk yang Beredar
33 17
Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu pada ISO/IEC 17065
34 19
Jumlah Pelaku Usaha Sertifikasi,Registrasi Produk Labelisasi Prima 3 mendukung yang akan di 250 Pelaku Terminal Agrobisinis sertifikasi Prima 3 /Registrasi
6 Rp
Rp
Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016
K
1.202.500.000 12 Bulan
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
7 Rp
K
Realisasi Kinerja dan Anggaran Renstra SKPD s/d Tahun 2016
8 Rp
K
9 Rp
K
Rp
Rp
50.000.000 12 Bulan
Rp
49.877.400
100%
99,75
40%
11%
Rp
915.765.000 8Kab/Kota
Rp
60.092.000 8Kab/Kota
Rp
60.081.800
100%
99,98
30%
16%
Rp
451.000.000 7 Dokumen
Rp
14.000.000 7 Dokumen
Rp
12.433.300
100%
88,81
25%
6%
Rp
146.262.200
50%
99,78
30%
20%
Rp
1.443.000.000 40 pelaku
Rp
35 20
Audit Internal
Jumlah Personil OKKPD Provinsi Lampung yang di Audit secara teknis dan administrative
36 21
Promosi Produk Unggulan Lampung Yang Sudah Sertifikasi/Registrasi
Jumlah Kegiatan Promosi produk unggulan bersertifikat
37 22
Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Pertanian di Lokasi Sentra
Jumlah Pelaku Usaha yg memahami Penerapan Mutu dan 150 Pelaku Usaha Keamanan Pangan di Lokasi Sentra
38 25
Jumlah Lokasi gerakan pengembangan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan pangan lokal dan produk pangan olahan
39 26
Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional
Jumlah Pemenang Lomba Cipta Menu
40 28
Promosi Pangan Segar dan Olahan
Jumlah Kegiatan 5 Keg Promsi Pangan Segar
Rp
1.443.000.000
41 29
Hari Pangan Sedunia Tk. Provinsi dan Tk. Nasional
Jumlah Kegiatan Hari 10 Kegiatan Pangan Sedunia
Rp
1.891.250.000 2 Kegiatan
Rp
42 30
Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Jumlah Rapat dan Koordinasi antara Pusat dan Daerah Lingkup Dewan Ketahanan Pangan
Rp
1.925.000.000 2 kali
Rp
146.588.000 20 pelaku
150 Orang
Rp
459.450.000 20 orang
Rp
8.170.000 20 orang
Rp
8.170.000
100%
100,00
13%
14%
10 Kegiatan
Rp
610.510.000 1 Kegiatan
Rp
25.000.000 1 Kegiatan
Rp
24.957.000
100%
99,83
40%
15%
Rp
656.500.000
0 Rp
-
0%
0,00
20%
4%
0 Rp
-
70 Kab/Kota
Rp
1.443.000.000 10 Kab/Kota
Rp
65.080.000 10 Kab/Kota
Rp
62.465.000
100%
95,98
30%
12%
30 Pemenang
Rp
740.152.000 6 Pemenang
Rp
85.555.000 6 Pemenang
Rp
85.555.000
100%
100,00
40%
23%
0 Rp
-
0%
0,00
20%
14%
283.965.750 2 Kegiatan
Rp
283.905.000
100%
99,98
20%
31%
158.050.000 2 kali
Rp
157.420.000
100%
99,60
40%
10%
10 Kali
0 Rp
-
No.
Kode Rekening
Program / Kegiatan
Indikator
1
2
3
4
Target Renstra pada Tahun 2019
5 K
43 33
Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar
Jumlah Pembinaan Promosi dan Keamanan Pangan Segar
44 34
Pengembangan usaha pangan lokal
45 35
46 36
Target Kinerja Anggaran SKPD Tahun 2016
60 Kab/Kota
Realisasi Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016
6 Rp
K
Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi Anggaran Renja Tahun 2016 (%)
7 Rp
K
Realisasi Kinerja dan Anggaran Renstra SKPD s/d Tahun 2016
8 Rp
K
9 Rp
K
Rp
Rp
1.658.500.000 15 Kali
Rp
128.900.000 15 Kali
Rp
128.162.000
100%
99,43
30%
18%
Jumlah pelaku usaha 33 Pelaku Usaha yang terbina
Rp
1.202.500.000 5 Pelaku Usaha
Rp
131.655.000 5 Pelaku Usaha
Rp
131.305.000
100%
99,73
30%
19%
Pemantauan dan Pengendalian Mobilitas Pangan
Jumlah Dokumen / Laporan Data 5 Laporan Mobilitas Pangan Keluar Masuk Provinsi Lampung
Rp
1.125.000.000 1 Laporan
Rp
Rp
49.476.000
100%
98,95
20%
13%
Pembinaan Manajemen Kelembagaan
Jumlah Kelompok / Orang yang terbina
150 Orang
Rp
1.202.500.000
0 Rp
-
0%
0,00
20%
8%
47 37
Pengembangan Pangan Segar yang bermutu dan bersertifikat
Jumlah Laporan / Dokumen Kajian Pengembangan Pangan Segar yang bermutu dan Bersertifikat
5 Laporan
Rp
610.510.000 1 Laporan
Rp
80.000.000 1 Laporan
Rp
79.088.000
100%
98,86
35%
26%
48 38
Pembangunan Gedung Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) Jumlah Gedung yang 1 Gedung Provinsi Lampung, Laboratorium Pengujian Mutu OKKP-D, terbangun dan Penyediaan Sarana Pendukung (DAK) dan Pendampingan
Rp
7.850.000.000 1 Gedung
Rp
2.300.000.000 0 Gedung
Rp
238.560.000
100%
10,37
40%
32%
49 40
Sosialisasi dan Promosi Peningkatan Gizi Pangan Keluarga
Jumlah Kabupaten yang di sosialisasi 50 Kab/Kota peningkatan gizi dan pangan keluarga
Rp
50 41
Penyusunan Pola Pangan Harapan
Jumlah Laporan Pola 5 Laporan Pangan Harapan
Rp
49 42
Pembinaan dan Pemantauan Kawasan Rumah Pangan Lestari
Jumlah Kab/Kota 75 Kab/Kota yang di bina KRPL-nya
Rp
915.765.000 15 kab/kota
0 Rp
50.000.000 1 Laporan
-
Rp
25.000.000 15 kab/kota
Rp
24.723.000
100%
98,89
20%
3%
1.410.250.000 1 Laporan
Rp
33.400.000 1 Laporan
Rp
33.319.000
100%
99,76
20%
2%
1.327.500.000 15 Kab/Kota
Rp
37.510.000 15 Kab/Kota
Rp
37.232.000
100%
99,26
20%
3%
Rata-rata Capaian Kinerja (%)
83%
63,67
31%
18%
Predikat Kinerja