•
•
•
•
•
Sebelum diolah (16 hari sebelum tanam), tanah diairi lalu disemprot dengan biokultur 150 liter/ha dan didiamkan selama 1 hari. Setelah tanah diolah, yaitu pada 4 hari sebelum tanam, tanah disemprot campuran biokultur dan biourine dengan takaran masing-masing 100 dan 70 liter/ ha. Selanjutnya ditebarkan pupuk urea 100 kg + SP-36 50 kg + KCl 50 kg/ha dan didiamkan selama 4 hari. Pada umur 15 hari setelah tanam, disemprotkan biourine 100 liter yang dicampur dengan air 200 liter/ha. Pada umur 28 hari, tanaman dipupuk urea 50 kg + SP-36 40 kg+KCl 25 kg/ha ditambah biourine 75 liter yang dilarutkan dalam 225 liter air. Pada umur 45 hari diberikan biokultur (40 liter dalam 200 liter air ) + telur 10 butir melalui daun.
Pada waktu mengaplikasikan pupuk cair, air dalam petakan sawah diusahakan macak-macak dan dibendung agar air dan pupuk tidak mengalir keluar petakan. Untuk tanaman semusim lain seperti jagung, bawang merah dan cabai,
aplikasinya hampir sama dengan pada padi. Pada tahap pertama pupuk anorganik diberikan masingmasing urea 50%, SP-36 75%, dan KCl 50% dari takaran rekomendasi. Pada tanaman perkebunan (kopi, kakao, cengkih), aplikasinya dilakukan tiga tahap, yaitu beberapa hari setelah panen, diulang 2 bulan kemudian, dan diulang 2-3 bulan kemudian. Sebelum digunakan, biourine dan biokultur dicampur dengan perbandingan 1:2. Sebaiknya sebelum dicampur biokultur disaring agar serat dari feses dapat dipisahkan sehingga lebih mudah dalam mengaplikasikannya, terutama jika menggunakan penyemprot. Setelah biourine dan biokultur tercampur, ditambahkan air dengan perbandingan 1:1, sehingga pupuk cair tersebut siap digunakan. Pada pemupukan ketiga, pupuk cair ditambahkan telur ayam dengan perbandingan 1 butir telur setiap 60 liter dan pupuk disemprotkan lewat daun. Takaran pupuk pada pemberian tahap pertama adalah kompos padat 2 kg/pohon dan pupuk cair 2 liter/ pohon. Pada pemberian tahap kedua dan ketiga, takaran pupuk cair adalah 2 liter/pohon (lewat daun).
Minyak Atsiri Jeruk: Peluang Meningkatkan Nilai Ekonomi Kulit Jeruk Minyak atsiri memiliki kegunaan yang luas, antara lain untuk industri kosmetik, makanan olahan, kesehatan, dan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Minyak atsiri jeruk memiliki karakter yang sesuai untuk berbagai keperluan tersebut.
K
ulit buah jeruk biasanya hanya dibuang sebagai sampah, yang saat ini menjadi salah satu masalah di kota-kota besar. Untuk mengatasi masalah sampah, salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah mengolah atau mendaur-ulang sampah menjadi produk atau bahan
yang berguna, seperti sampah organik menjadi pupuk kompos serta sampah plastik menjadi peralatan rumah tangga. Kulit jeruk merupakan salah satu sampah atau limbah yang dapat diolah untuk menghasilkan produk bernilai tinggi, yaitu minyak
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6 2008
Hasil Penelitian Pada tanaman kopi dan kakao, penggunaan 6 liter pupuk cair + 2 kg kompos padat per pohon per tahun dapat meningkatkan hasil 3035% dibandingkan dengan pemberian kompos padat 10-12 kg/ pohon/tahun. Pada tanaman bawang merah, penggunaan pupuk cair dapat menghemat pupuk anorganik (urea, SP-36, dan KCl) hingga 50% dengan produktivitas meningkat hingga 40%. Pada tanaman jagung, pupuk cair dapat menghemat pupuk anorganik hingga 50% dengan produktivitas meningkat 25-30% (I Made Londra) .
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jalan By Pass Ngurah Rai Pasanggrahan, Kotak Pos 3480 Denpasar 80222 Telepon : (0361) 7 2 0 4 9 8 724381 Faksimile : (0361) 7 2 0 4 9 8 E-mail:
[email protected] [email protected]
atsiri. Produk ini digandrungi oleh konsumen, terutama kalangan menengah ke atas, untuk keperluan kesehatan dan bahan pengharum.
Jenis Minyak Atsiri Jeruk dan Metode Ekstraksi Jenis minyak atsiri jeruk dibedakan berdasarkan varietasnya. Semua kulit jeruk sebenarnya dapat diambil atau diekstrak minyak atsirinya. Namun, kulit jeruk yang tersedia cukup banyak adalah kulit jeruk manis, jeruk besar, jeruk siam, jeruk siam madu, jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk keprok. Ekstraksi minyak atsiri dari kulit jeruk dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan
7
pengepresan dingin, menggunakan bahan pelarut, serta dengan distilasi atau penyulingan. Cara yang sederhana dan mudah dilakukan adalah dengan distilasi uap/air. Prinsipnya, uap air digunakan untuk mengangkat minyak atsiri dari dalam jaringan kulit jeruk, kemudian uap yang mengandung minyak atsiri didinginkan dengan air mengalir. Campuran air dan minyak akan terpisah karena adanya perbedaan berat jenis. Lapisan minyak berada di bagian atas, sedangkan air di lapisan bawah. Lapisan minyak diambil menggunakan pipet lalu dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap. Minyak dalam botol lalu disimpan di tempat yang bersuhu rendah dan terhindar dari sinar matahari, seperti di dalam kulkas.
Kandungan Senyawa dan Manfaat Minyak Atsiri Jeruk Minyak atsiri jeruk terdiri atas berbagai senyawa yang mudah menguap. Kulit jeruk memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung varietas, sehingga aromanya pun berbeda. Namun, senyawa yang dominan adalah limonen. Kandungan limonen bervariasi untuk tiap varietas jeruk, berkisar antara 70-92%. Berdasarkan hasil uji preferensi, aroma minyak atsiri jeruk yang paling disukai
konsumen adalah minyak atsiri dari jeruk manis, purut, lemon, nipis, jari budha/kuku harimau, dan jeruk siam madu. Aroma minyak atsiri yang kurang disukai adalah yang berasal dari jeruk besar dan siam. Minyak atsiri jeruk dapat digunakan sebagai pengharum ruangan, bahan parfum, dan penambah cita rasa pada makanan. Minyak atsiri jeruk juga bermanfaat bagi kesehatan, yaitu untuk aroma terapi. Aroma jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit. Manfaat bagi kesehatan tersebut karena minyak atsiri jeruk mengandung senyawa limonen yang berfungsi melancarkan peredaran darah, meredakan radang tenggorokan dan batuk, serta menghambat sel kanker. Minyak atsiri jeruk juga mengandung linalool, linalil, dan terpineol yang memiliki fungsi sebagai penenang (sedatif), serta sitronela sebagai penenang dan pengusir nyamuk. Manfaat beberapa minyak atsiri jeruk dalam penyembuhan penyakit adalah: • Jeruk manis: sebagai sedatif, antidepresi, tonik, antiseptik. • Jeruk purut: sebagai sedatif, pengusir nyamuk, pereda flu, tonik. • Grape fruit: penghambat sel kanker karena mengandung limonen tinggi (>90%)
•
Jeruk lemon: antihipertensi, tonik, antibakteri.
Potensi Ekonomi Perilaku konsumen yang cenderung menyukai produk alami merupakan peluang bagi industri minyak atsiri. Konsumen umumnya menyukai minyak atsiri jeruk untuk aroma terapi dan pengharum ruangan. Segmen pasar potensial minyak atsiri jeruk antara lain perkantoran, salon/spa, restoran, dan rumah tangga. Selain memberikan nilai tambah, industri minyak atsiri jeruk dapat menyediakan lapangan kerja, mulai dari pengolahan hingga pemasaran, bahkan bagi para pemulung. Oleh karena itu, potensi ini perlu dimanfaatkan secara maksimal agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Mizu Istianto) . Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Jalan Raya Solok-Aripan km 8 Kotak Pos 5 Solok 27301 Telepon : (0755) 20137 Faksimile : (0755) 20592 E-mail:
[email protected]
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 6 2008
Mutu Gizi Beras Kristal Dihasilkan setelah melalui penerapan teknologi reprosesing atau pemrosesan kembali, beras kristal memiliki penampilan yang lebih menarik. Bagaimana mutu gizi beras kristal dibanding beras giling biasa?
B
eras kristal yang harganya lebih tinggi dari beras giling biasa umumnya dikonsumsi oleh masyarakat dari golongan ekonomi menengah ke atas. Bentuk fisik beras kristal sama dengan beras giling biasa, tetapi penampakannya ber-
8
beda, yaitu lebih putih, mengkilap, dan bening. Beras yang sehari-hari dikonsumsi adalah beras giling, yang diperoleh melalui proses penggilingan. Penggilingan dimulai dengan pembersihan gabah dari kotoran
yang tidak diinginkan. Setelah gabah bersih lalu dilakukan proses dehulling, yaitu pengupasan sekam dari butir beras. Beras yang telah dihilangkan sekamnya disebut beras pecah kulit (BPK). Sebelum dikonsumsi, BPK umumnya disosoh untuk menghilangkan lapisan dedak dan bekatul yang masih menempel agar beras menjadi bersih. Secara keseluruhan, porsi dedak adalah 57% dari bobot BPK. Lapisan luar beras (aleuron) yang tersosoh selama proses penyosohan merupakan bagian terpenting dari mutu gizi beras. Namun, hasil penelitian menunjukkan