PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Download Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu konsep yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Konsep GCG diperkenalkan pertama kali ...

1 downloads 575 Views 329KB Size
Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto)

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA NON GOVERMENTAL ORGANIZATIONS (NGO) Studi kasus: Migrant Institutee Mawarto Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dharma Bumiputera E-mail : [email protected] ABSTRAK: Setiap Organisasi yang berorientasi laba maupun non laba dituntut dapat menerapkan Tata Kelola Perusahaan sebagai bentuk akuntabilitas organisasi terhadap para pemangku kepentingan, Penerapan prinsip akuntabilitas dalam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) menjadi penting karena, LSM adalah lembaga yang bekerja untuk masyarakat dan berdasarkan pada kepercayaan. Secara konsep Tata Kelola Perusahaan meliputi aspek keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian dan kesetaraan namun dalam penelitian ini dibatasi pada aspek akuntabilitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa Migrant Institutetelah melaksanakan akuntabilitas sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat dengan indikator memiliki struktur organisasi, pembagian tugas pada tingkatan manajemen, persyaratan dan masa jabatan, proses pengambilan keputusan serta dokumentasi notulen rapat, Direktur Eksekutif dan Anggota Eksekutif tidak boleh merangkap jabatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Hal lain yang diperlukan Organ Pendukung pelaksanaan tata kelola perusahaan, seperti Internal Auditor, komite kebijakan resiko.

Kata Kunci: Kajian penerapan, GCG, Akuntabilitas, NGO, ABSTRACT: Any profit-oriented and non-profit oriented organization is required to implement Corporate Governance as a form of organizational accountability to all stakeholders. Implementation of accountability principles in NonGovernmental Organizations (NGOs) is important because, NGOs are institutions that work for the community and based on trust. The concept of Corporate Governance includes aspects of openness, accountability, responsibility, independence and equity, but in this study is limited to aspects of accountability. The results of the research show that Migrant Institutehas implemented accountability as Non-Governmental Organization with indicators of organizational structure, division of tasks at management level, requirements and tenure, decision process and documentation of meeting minutes, Executive Director and Executive Member may not concurrently serve as Civil Apparatus State (CAS). Other things that are needed by the Supporting Organizations of corporate governance, such as the Internal Auditor, the risk policy committee.

Keyword: Implementation review, GCG, Accountability, NGO,

233

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 PENDAHULUAN

fiktif yang menerima dana itu atas nama

Good Corporate Governance (GCG)

masyarakat, setelah menerima dana bansos,

adalah suatu konsep yang tidak asing lagi bagi

distribusi dan rimbanya tidak jelas sedangkan

masyarakat

GCG

pembentukan dana sosial dan peng-gunaannya

diperkenalkan pertama kali pada tahun 1998

adalah kewenangan pemerintah daerah, hal

ketika

penyempurnaan

tersebut berdampak pada citra LSM rendah.

peraturan pencatatan Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan kondisi tersebut patut diduga

Mulai popular istilah

Good Corporate

bahwa tingkat governance-nya dalam prinsip

Governance atau tata kelola perusahaan yang

akuntabilitas pemerintah daerah rendah dan

baik tidak dapat dilepaskan maraknya skandal

tidak ada transparansi dan akuntabilitas dalam

perusahaan yang menimpa perusahaan –

pengelolaan dana LSM yang bersumber dari

perusahaan besar baik yang terjadi di Amerika

pemerintah atau masyarakat.

I.

Indonesia.

terdapat

Konsep

usulan

maupun yang terjadi di Indonesia seperti beberapa Bank pemerintah dan swasta

Menurut

National

Committee

on

di

Governance dalam Sukrisno ( 2014 ) terdapat

likwidasi sebagai akibat praktek tata kelola

5 prinsip GCG yaitu (a) Tranparansi artinya

perusahaan yang buruk ( Bad Corporate

kewajiban

Governance ). Selain kebangkrutan dibeberapa

menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses

korporasi

keputusan dan penyampaian informasi. (b)

hasil

penelitian

Indonesia

bagi

para

pengelola

untuk

Corruption Watch ( ICW ) tahun 2007 – 2012 (

Akuntabilitas

Viva.co.id Minggu, 15 September 2013 )

pengelola

terdapat 120 kasus penyelewengan dana

system

bansos total penyelewengan dana bansos di

menghasilkan laporan keuangan yang dapat

Indonesia

dipercaya,

berdasarkan

hasil

penyelidikan

artinya

prinsip

berkewajiban akuntansi

sehingga

yang

bagi

untuk

membina

efektif

diperlukan

para

untuk

kejelasan

penegak hukum mencapai Rp 411 triliun,

fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban

Dana yang semula ditujukan untuk masyarakat

setiap organ perusahaan (c) Res-ponsibilitas

tidak mampu dalam bentuk uang atau barang

artinya para pengelola wajib memberikan

pada implementasinya dibelokkan disalurkan

pertanggungjawaban atas semua

ke Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

dalam mngelola perusahaan (organisasi ) pada

234

tindakan

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) para pemangku kepentingan. (d) Independensi

jauh di bawah Singapura (8,93), Malaysia

artinya para pengelola dalam mengambil

(7,72) dan Thailand (4,89) (Kaihatu, 2006).

keputusan harus bebas dari tekanan atau

Munculnya

pengaruh dari pihak manapun, (e) Kesetaraan

penyalahgunaan fungsi dari korporasi menjadi

artinya para pengelola harus memperlakukan

ukuran

pemangku

(pemasok,

sebuah korporasi, karena salah satu aspek yang

pelanggan, karyawan dan pemerintah) dan

menjadi acuan adalah terkait transparansi dan

pemangku kepentingan sekunder ( pemerintah

akuntabilitas korporasi (Fikri et al. 2010).

kepentingan

primer

dan masyarakat ) secara adil dan setara. Salah

berbagai

buruknya

Disamping

skandal

corporate

dan

governance

korporasi

dibidang

satu kunci untuk memenangkan persaingan

perekonomian, pemulihan krisis di Indonesia

global dan menjalankan organisasi bisnis

juga

secara

Governmental

berkelanjutan

mengimplementasikan

adalah Good

dengan

didukung

oleh

kontribusi

Organization.

Non

Kemunculan

Corporate

NGO di Indonesia dimulai dengan berdirinya

Governance (GCG). Kemampuan pulih dari

Lembaga Sosial Desa para tahun 50-an.

krisis salah satunya didukung dari kemampuan

Disusul

berkompetisi secara global. Kaihatu (2006)

Berencana

menjelaskan bahwa kompetisi global yang

Sementara Pada tahun 60-an berdirilah Bina

terjadi antarnegara, dipengaruhi juga oleh

Desa dan Bina Swadaya. Sejak saat itu terus

kompetisi antarkorporat, sehingga pemulihan

lahir berbagai NGO baru dengan momentum

perekonomian satu negara bergantung pada

puncaknya adalah pasca runtuhnya rezim Orde

kinerja korporat di masing-masing negara.

baru (1966-1998). Salah satu peran penting

Kondisi Indonesia yang sulit membaik di masa

dari keberadaan NGO di Indonesia adalah

krisis disebabkan karena korporat kita belum

munculnya

dikelola secara benar atau belum menjalankan

kehidupan sosial masyarakat.

dengan

Perkumpulan

Indonesia

perubahan

pada

Keluarga

tahun

positif

dari

1957.

sisi

governansi. Survey dari Booz-Allen di Asia

Permasalahan transparansi keuang-an

Timur pada tahun 1998 menunjukkan bahwa

dalam sebuah NGO menjadi faktor yang perlu

Indonesia

corporate

diperhatikan. Sebagai contoh yaitu terkait

governance paling rendah dengan skor 2,88

kasus sumber dana pada NGO Greenpeace

memiliki

indeks

235

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 pada tahun 2011. Sehingga muncul berbagai

berpenghasilan Rp 750 ribu hingga Rp1,5

regulasi yang menuntut perlunya mengontrol

juta ke atas menolak menyumbang ke NGO

NGO dengan audit publik dan membuat

karena tidak percaya dengan orang-orangnya

peraturan setingkat Undang-Undang untuk

(43% dan 34%), tidak punya uang (22% dan

mengatur NGO sebagai civil society. Hasil

28%), tidak percaya organisasinya (14% dan

monitoring dan evaluasi terhadap sejumlah

11%), tidak percaya programnya (11% dan

NGO khususnya pada aspek manajemen intern

7%), dan sisanya (10%) karena faktor-faktor

dan program intern menunjukan bahwa,

lain, seperti tidak ada follow up ketika

umunya NGO masih sangat lemah dalam hal

terdapat permintaan. Sementara masyarakat

pengelolaan program. Beberapa indikatornya

berpenghasilan

diantaranya,

menyatakan menolak mendukung NGO,

program

(1)

lemahnya

secara

sistematis

penanganan

bawah

Rp750

ribu

dari

karena tidak punya uang (49%), tidak

identifikasi masalah, pengumpulan data dan

percaya orangnya (28%), tidak percaya

perencanaan

programnya

program

mulai

di

dengan

konsep,

(7%),

tidak

percaya

pendekatan serta arah program. Kemudian (2)

organisasinya (6%), dan sisanya (10%)

umumnya hanya merupakan proyek dan uji

karena laktor- faktor lain (Abidin dan

coba sehingga kurang melibatkan komunitas

Rukmini 2004).

dan masyarakat yang menjadi objek program,

Data di atas menunjukkan bahwa faktor

kurang memperhatikan potensi lokal setempat

kepercayaan menjadi sangat penting dan

dan kurang cepat merespon masalah-masalah

harus dibangun oleh NGO untuk menarik

yang menjadi kepedulian umum masyarakat.

dukungan masyarakat, terutama masyarakat

Selain itu (3) bersifat tertutup, performa kerja

kelas atas. Karena kelas masyarakat tersebut

rendah dan sangat bergantung pada dana dari

merupakan calon pendukung atau donatur

luar (Abidin dan Rukmini 2004).

potensial bagi NGO. Bagi masyarakat kelas

Berbagai faktor dapat mempengaruhi dukungan

masyarakat

terhadap

NGO.

Diantaranya disebutkan bahwa masyarakat

menengah ke atas rendahnya dukungan terhadap

NGO

karena

ketidakpercayaan pada orang-orang NGO, program-program

236

disebabkan

dan

organisasinya.

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) Minimnya tingkat kepercayaan masyarakat

mendukung budaya perusahaan ( orga-

terhadap NGO terkait dengan rendahnya

nisasi ) dan tindakan karyawan, peng-

akuntabilitas dan transparansi NGO di mata

awasan pemangku kepentingan, kebutuh-

publik yang berdampak pada menurunnya dukungan serta legitimasi sosial dan moral

an tranparansi dan akuntabilitas publik menjadi

pertimbangan

utama

Dunn,

NGO tersebut di mata publik, misalnya tidak

Brooks ( 2012-45 ) untuk memberikan pernah melaporkan program dan keuangan

peningkatan pelayanan pada masyarakat yang dikelolanya secara transparan.

Dalam hal terjadi fraud di sektor pemerintah atau korporasi pada umumnya terletak

pada

governance,

kelemahan

perusahan

yang

lemah

pelaku pasar modal berupa menurunnya saham

bersangkutan,

perusahaan (Tuanakotta,

yang 2016

).

Kondisi demikian juga bisa terjadi pada Lembaga Swadaya Masyarakat, yang sumber

pendanaanya

berasal

dari

masyarakat oleh karena itu meminalisasi kemungkinan kelemahan yang terjadi, pada setiap

pemimpin

harus selalu

berusaha melakukan perbaikan. Dalam perkembangan dewasa ini, ketika Direksi dan Manajemen mengembangkan Nilai, Kebijakan dan prinsip prinsip yang

pada

Lembaga

Swadaya

Masyarakat. Penerapan

corporate

governance-nya akan di hukum oleh para

harga

terutama

prinsip

Corporate

Governance dalam konteks pelayanan, pemberdayaan publik,

maupun

menjadi

pembangunan

sesuatu

prioritas

dilakukan agar tercapai tata kelola NGO yang baik. Menurut Sutedi ( 2011 ) unsur unsur

corporate

diperlukan

dari

governance internal

yang

perusahaan

organisasi adalah (a) keterbukaan dan kerahasiaan

(b)

tranparansi

(c)

accountability (d) fairness dan (e) aturan dari code of conduct. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi pasal 21 huruf e mengamanahkan bahwa Organisasi Kemasyarakatan

memiliki

kewajiban untuk melakukan pengelolaan

237

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257

keuangan

secara

transparan

dan

penerapan prinsip akuntabilitas

dalam

akuntabel, dalam hal ini LSM sebagai

GCG pada Organisasi Kemasyarakatan

bagian dari organisasi kemasyarakatan

terutama LSM dengan tujuan untuk

juga memiliki kewajiban yang sama.

mengkonfirmasi

Berdasarkan tersebut

diatas

Standar

Pelaksanaan

beberapa

uraian

Akuntabilitas telah dilaksanakan oleh

penerapan

prinsip

LSM dan juga untuk membandingkan

akuntabilitas sangat penting bagi sebuah

hasil

penelitian

sebelumnya

korporasi ataupun lembaga pemerintah

dilakukan oleh peneliti terdahulu.

yang

masyarakat.

Penelitian terkait akuntabilitas dan

Prinsip yang harus dipegang dalam

transparansi telah dilakukan sebelumnya

akuntansi

Antara lain Hafidh (2008) menyatakan bahwa

dan

lembaga

swadaya

sektor

publik

menurut

Mardiasmo (2011) adalah akuntabilitas, pengawasan,

daya

tanggap,

standar terkait pelaksanaan akuntabilitas bagi LSM belum cukup memadai dalam upaya pengungkapanya. Sedangkan menurut Putri

profesioanalisme, efisiensi dan efek(2013)

Implementasi

akuntabilitas

dan

tifitas, transparansi, wawasan kedepan, transparansi yang telah diterapkan oleh rumah

partisispasi, Pengertian

dan

penegakan

Akuntabilitas

hukum. menurut

sakit Saiful Anwar Malang telah berjalan dengan baik. Sedangkan penelitian Gozyali

Mardiasmo (2011)

diartikan sebagai

(2012) menyatakan bahwa laporan keuangan

bentuk

mempertanggung-

dan

kewajiban

pengelolaan

kinerja

Indonesia

jawabkan keberhasilan atau kegagalan

Corruption Watch (ICW) dinilai akuntabel

pelaksanaan visi misi organisasi yang

Untuk

telah ditetapkan sebelumnya, melalui

perkembangan pelaksanaan akuntabilitas bagi

suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan

secara

periodik.

Oleh

mengetahui

kondisi

sebuah NGO perlu melakukan

dan

Evaluasi

penerapan CGC pada NGO yang berorientasi pada

peningkatan

akuntabilitas

dan

karenanya diperlukan kajian mengenai transparansi untuk mengidentifikasi standar 238

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) serta indikator penting yang harus dipenuhi

Governance pada NGO.

NGO sehingga berdampak pada peningkatan

III.

performa kinerja organisasi, kepercayaan para

shareholder/stakeholder

serta

METODE RISET Obyek

penelitian

dilakukan

pada

Migrant Institute di Jakarta Timur melalui

mendongkrak citra positif NGO dimata

obsevasi,

publik.

pejabat yang berkompeten sesuai bidangnya,

II.

serta

TUJUAN Kajian

ini

bertujuan

untuk

data

mengajukan

sekunder

pendukung yang

pertanyaan

berupa

pada

dokumen

memperkuat jawaban

mengidentifikasi komponen dalam prinsip

pertanyaan. Ruang lingkup kajian ini adalah

GCG

mengidentifikasi

dan

akuntabilitas

menganalisis

pelaksanaan

dan

transparansi

Migrant

Institute

sebagai

menerapkan

prinsip

Good

pada langkah

Corporate

faktor

kunci

menurut

standar Konsil LSM Indonesia (2014). Kerangka

penelitian

ditunjukan

pada

Gambar 1.

Governance. Kajian ini bersifat explanatory reseach untuk dapat menunjukan gambaran penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Identifikasi prinsip, sistem aturan, struktur GCG

Identifikasi standar akuntabilitas

Analisis Implementasi GCG Wawancara

Studi Literatur

Analisis Deskriptif Kualitatif

Gambar 1. Kerangka kajian

239

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 Metode yang digunakan adalah :

GCG dan NGO. Kajian berfokus pada

(1) Studi literatur

identifikasi komponen penyusun GCG dan

Kajian

literatur

dilakukan

dengan

faktor penting yang dapat diadopsi dalam

mengumpulkan informasi ilmiah berupa

pengelolaan NGO. Serta melakukan telaah

teori-teori yang pernah berkembang terkait

terhadap dokumen yang diberikan seperti

Laporan keuangan, Anggaran Dasar,

sehingga diperoleh uraian tertulis tentang

Data Diri Pengurus, Notulen Rapat (dokumen

perilaku organisasi yang diamati dari sudut

tersebut hanya ditunjukan untuk dibaca

pandang yang utuh, komprehensif, dan

ditempat dan tidak boleh digandakan )

holistik.

(2) Wawancara

Analisi

Deskriptif

Kualitatif

dilakukan untuk menggambarkan fakta-fakta

Wawancara

dilakukan

dengan

yang terjadi di Migrant Institute kemudian

mengadakan komunikasi dengan sumber

dilanjutkan

data, yaitu bapak Adi Chandra Utama

pengambilan keputusan umum berdasarkan

selaku

untuk

fakta-fakta

terkait

deskriptif

untuk

menafsirkan dan menuturkan data yang

dokumen pendukung yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang

Direktur

mendapatkan kebijakan

relevan, bapak

informasi

strategis,

mendapatkan

wawancara Agus

Eksekutif

Salim

yang

sedangkan

dengan

tersebut.

Kajian

kualitatif

dilakukan

dengan

terjadi.

selaku

IV. PEMBAHASAN

Program. Komunikasi tersebut dilakukan

A.

upaya

historis

dilakukan dengan Manager

dengan

Sejarah NGO

dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan

Istilah “Non Governmental Organi-

dan melalui telpon atau media sosial, untuk

zation” digunakan sejak berdirinya PBB

hal hal yang perlu penjelasan ulang atau

pada tahun 1945, tepatnya pada pada

klarifikasi.

Piagam PBB Pasal 71 Bab 10 tentang

(3) Analisis Deskriptif Kualitatif

peranan

Metode

yang

Non

Governmental

digunakan

Organization. Awalnya istilah ini digunakan

merupakan analisis kualitatif (Alex 2014)

untuk membedakan antara hak partisipatif

menggunakan teori Bogdan dan Biklen

badan-badan pemerintah (Intergovernmental

240

analisis

konsultatif

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) Agencies) dan organisasi-organisasi swasta

organizations) yang bergantung kepada,

international

baik sebagian atau keseluruhan, bantuan

(International

Private

Organizations). Untuk itu sejak tahun 1970, NGO memperoleh status resmi (consultative status) didalam PBB. Sampai sekarang, hampir semua kesempatan dalam pertemuan PBB delegasi NGO berhak hadir dengan suara penuh/disediakan forum-forum khusus untuk NGO. Kehadiran NGO dalam sistem PBB ini telah pula dilembagakan secara permanen, di bawah UNDP, di sebut NGO Forum.

(charitable

donations)

dan

pelayanan sukarela (voluntary service). Muhtar (2010) menjelaskan bahwa Korten pernah membagi perkembangan generasi NGO menjadi tiga yaitu: 1. Generasi pertama NGO, memiliki fokus lebih kepada distribusi bantuan secara langsung kepada yang membutuhkan. Contoh bantuan antara lain makanan dan pelayanan kesehatan.

World Bank, mendefenisikan NGO “organisasi

sebagai

swasta

yang

menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan,

mengentaskan

kemiskinan,

memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan

sosial

kegiatan

dasar

atau

pengembangan

melakukan masyarakat”.

Dalam sebuah dokumen penting World Bank, Working With NGOs, disebutkan, “Dalam konteks yang lebih luas, istilah NGO

amal

dapat

diartikan

sebagai

semua

organisasi nirlaba (non-profit organization) yang tidak terkait dengan pemerintahan.

NGO

pada

umumnya

adalah

organisasi berbasis nilai (value-based

2. NGO generasi kedua berorientasi kepada pembentukan pola pembangunan dengan skala lokal. Dalam tahap evolusi ini, NGO memfokuskan pada pemberdayaan komunitas lokal agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. 3.NGO

generasi

ketiga,

orientasi

akan

difokuskan untuk memajukan kebijakan dan institusi di level lokal, nasional, dan internasional. Pada tahap ini, NGO merubah perannya dari service providing menjadi katalis

perubahan. Korten

sendiri menyebut generasi ketiga ini sebagai

sustainable

systems

development. Dengan demikian, NGO

241

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 pada dasarnya mengalami perubahan dari

kungan hidup, dan perlindungan Hak

relief NGO (distribusi bantuan) kepada

Asasi Manusia . Dalam bekerja, NGO

development NGO (berorientasi pada

advokasi umumnya menggunakan cara

pembangunan).

loby, pendekatan melalui media massa,

Secara umum dalam prakteknya NGO dapat

atau pengerahan massa. Salah satu

dikategorikan, menjadi dua (Suharko 1998):

contoh NGO advokasi di Indonesia

1. NGO operasional

adalah

Lingkungan

Hidup

Indonesia (WALHI).

NGO ini bertujuan untuk merancang dan

Migrant

mengimplementasikan program-program

Institutemerupakan

jenis

yang berorientasi pada pembangunan

NGO yang melakukan fungsi keduanya

(development-related). Salah satu model

selama 1 dekade terakhir. Hal ini ditunjukan

NGO operasional yang menonjol adalah

dengan konsistensi dalam melakukan upaya-

community-based organizations (CBO),

upaya advokasi dan edukasi kepada Buruh

yang "bertugas" kelompok masyarakat

Migran Indonesia (TKI) sejak pra-migrasi,

yang spesifik di suatu wilayah geografis.

migrasi

Misalnya,

pemberdayaan pasca pasca-migrasi dengan

menjalankan

program

maupun

sebuah

pendampingan

membentuk

mikro di kecamatan atau desa tertentu.

bernama

Salah satu contoh NGO operasional di

(KAMI). KAMI merupakan wadah bagi

Indonesia adalah Bina Swadaya.

para purna- TKI untuk bergotong royong

Keluarga

perkumpulan

serta

pemberdayaan masyarakat melalui kredit

Migran

yang

Indonesia

dan saling menguatkan terutama dalam

2. NGO advokasi Umumnya, NGO advokasi berusaha

sektor perekonomian sehingga mereka bisa

untuk mengangkat atau mempertahankan

mandiri dan memiliki keberdayaan dari sisi

issuetertentu,

dengan

ekonomi di tanah air, sehingga para purna-

meningkatkan public awareness atau

TKI tidak perlu lagi kembali bekerja ke luar

public acceptance terhadap suatu isu.

negeri.

Isu-isu

B.

biasanya

tersebut

kesetaraan 242

Wahana

gender,

misalnya pelestarian

seperti ling-

Good Corporate Governance Alex (2014) menjelaskan bahwa

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) istilah Good Corporate Governance (GCG)

(CEPS):

atau corporate governance (CG) pertama

sistem yang dibentuk mulai dari hak

kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee

(right), proses, serta pengendalian, baik

tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal

yang ada didalam maupun diluar

sebagai Cadbury Report. Sejumlah Negara

manajemen

mempunyai definisi tersendiri tentang GCG.

catatan, hak disini adalah hak seluruh

Beberapa Negara mendefinisikannya dengan

stakeholders, bukan terbatas

kepada

pengertian yang agak mirip meskipun

shareholders saja.

adalah

berbeda istilah. Hal ini terjadi karena GCG

berbagai

merupakan sebuah konsep sehingga tidak

stakeholders secara individual untuk

memiliki definisi tunggal. Berikut berbagai

mempengaruhi

definisi GCG yang bisa peneliti sajikan.

maksudnya adalah mekanisme dari

1.

Cadbury Committee: GCG adalah

hak-hak tersebut. Adapun pengendalian

prinsip

yang

mengendalikan mencapai

GCG

merupakan

perusahaan.

Sebagai

Hak

kekuatan

yang dimiliki

manajemen.

dan

merupakan

perusahaan

agar

memungkinkan stakeholders menerima

antara

informasi yang diperlukan seputar

keseimbangan

mekanisme

Proses,

mengarahkan

kekuatan

serta

kewenangan

aneka

perusahaan

dalam

memberikan

(Mustikaningrum 2011)

pertanggungjawabannya kepada para shareholder

seluruh

khususnya,

dan

kegiatan

yang

perusahaan.

3. Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI)

(2001:2):

stakeholder pada umumnya. Tentu

didefinisikan

saja hal ini dimaksudkan pengaturan

peraturan yang mengatur hubungan

kewenangan

Manajer,

antara pemegang, pengurus (pengelola)

Pemagang Saham, dan pihak lain yang

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

berhubungan dengan perkembangan

karyawan,

perusahaan di lingkungan tertentu

kepentingan internal dan eksternal

(Surya dan Yustiavandana 2006).

lainnya yang berkaitan dengan hak-hak

Direktur,

2. Center for European Policy Studies

sebagai

GCG

serta

para

“Seperangkat

pemegang

dan kewajiban mereka atau dengan 243

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 kata

lain

suatu

mengendalikan corporate

system

perusahaan.

governance

ialah

yang Tujuan untuk

GCG

diatas

maka

Good

Corporate

Governance merupakan pedoman system,

pihak

aturan main serta komitmen bagaimana

yang

berkepentingan Noviatani

dan

Fatimmah 2016). 4. Finance

melaksanakan tata kelola perusahaan atau lembaga dengan baik, beretika, untuk

Comitte

Governance

on

Corporate

Malaysia:

meningkatkan

kinerja

lembaga

dan

GCG

melindungi stakeholder/shareholder. Brown

merupakan suatu proses serta struktur

and Caylor (2004) menjelaskan bahwa

yang digunakan untuk mengarahkan

pelaksanaan GCG yang efektif dan efisien,

sekaligus mengelola bisnis dan urusan

akan menjadikan seluruh proses aktivitas

perusahaan

peningkatan

perusahaan akan berjalan dengan baik,

pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas

sehingga hal-hal yang berkaitan dengan

perusahaan. Adapun tujuan akhirnya

kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja

adalah menaikkan nilai saham dalam

finansial maupun non finansial akan juga

jangka

turut membaik.

kearah

panjang

tetapi

tetap

memerhatikan berbagai kepentingan para

stakeholder

lainnya

(Pertiwi

Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam GCG, (Kaen, 2003; Shaw,

2015).

2003) yaitu (1) fairness, (2) transparency,

Peraturan Lembaga zakat Indonesia:

(3) accountability, dan (4) responsibility.

GCG

kelola

Keempat komponen tersebut penting karena

Lembaga zakat yang menerapkan

penerapan prinsip GCG secara konsisten

prinsip-prinsip

transparansi

terbukti

(transparency),

akuntabilitas

laporan keuangan dan juga dapat menjadi

(accountability), pertanggungjawaban

penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang

(responsibility),

mengakibatkan laporan keuangan tidak

adalah

(independency), 244

Berdasarkan berbagai uraian mengenai

menciptakan nilai tambah bagi semua

(stakeholders)”

5.

(fairness).

suatu

tata

independensi dan

kewajaran

dapat

menggambarkan

meningkatkan

nilai

kualitas

fundamental

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) perusahaan.

Governance telah menerbitkan Pedoman

C.

GCG di Indonesia

tersebut

Kajian yang dilakukan oleh Asian

penerbitan

kemudian

disusul

Pedoman

dengan

GCG

perbankan

Development Bank (ADB) menunjukkan

Indonesia, pedoman untuk komite audit, dan

beberapa faktor yang memberi kontribusi

pedoman untuk komisaris independen di

pada

Pertama,

tahun 2004. Semua pedoman ini dipandang

konsentrasi kepemilikan perusahaan yang

perlu untuk memberikan acuan dalam

tinggi. Kedua, tidak efektifnya fungsi

mengimplementasikan

pengawasan

Ketua

krisis

inefisiensi

di

Indonesia.

dewan dan

komisaris.

rendahnya

Ketiga,

transparansi

Komite

Governance,

GCG.

Menurut

Nasional

Penerapan

Kebijakan GCG

dapat

mengenai prosedur pengendalian merger

didorong dari dua sisi, yaitu etika dan

dan akuisisi perusahaan. Keempat, terlalu

peraturan. Dorongan dari etika (ethical

tingginya ketergantungan pada pendanaan

driven) datang dari kesadaran individu-

eksternal dan kelima, ketidakmemadaiannya

individu pelaku bisnis untuk menjalankan

pengawasan oleh para kreditor.Tantangan

praktik

terkini

kelangsungan

yang

dihadapi

masih

belum

bisnis

yang

hidup

mengutaman

perusahaan

dan

dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan

kepentingan stakeholders. Dorongan dari

praktek GCG oleh komunitas bisnis dan

peraturan (regulatory driven) mengharuskan

publik pada umumnya (Kaihatu, 2006).

perusahaan untuk patuh terhadap peraturan

Komunitas

masih

perundang-undangan yang berlaku. Kedua

menempatkan Indonesia pada urutan bawah

pendekatan ini memiliki kekuatan dan

rating implementasi GCG sebagaimana

kelemahannya

dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA,

diharapkan

Pricewaterhouse

menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.

internasional

Coopers,

Moody`s

Morgan, and Calper`s.

D.

Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh

pemangku

kepentingan

masing-masing saling

melengkapi

namun untuk

Implementasi GCG pada NGO Setiap

lembaga

baik

perusahaan

turut

maupun NGO harus memastikan bahwa asas

berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan

dan prinsip dasar GCG diterapkan dalam 245

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 setiap aspek bisnis maupun organisasi.

dikelola secara benar, terukur dan

Secara umum terdapat lima prinsip dasar

sesuai dengan program kerja yang

dari GCG yaitu (Kaihatu, 2006):

sudah

(1) Transparency (keterbukaan informasi),

merupakan prasyarat yang dipelrukan

yaitu keterbukaan dalam melaksanakan

untuk

proses pengambilan keputusan dan

berkesinambungan.

keterbukaan informasi mengenai

dalam

mengemukakan

materiil

dan

perusahaan.

relevan

NGO

harus

Akuntabilitas

mencapai

kinerja

yang

(3) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan

perusahaan

terhadap

menyediakan informasi yang relevan

prinsip korporasi yang sehat serta

dengan cara yang mudah diakses dan

peraturan perundangan yang berlaku.

dipahami oleh pemangku kepentingan

NGO

untuk

perundang-undangan

menjaga

objektivitas

dalam

harus

mematuhi serta

menjelaskan secara terbuka sumber

masyarakat dan lingkungan sehingga

dana didapatkan dan untuk apa dana

dapat

donatur

NGO dalam

sehingga

terpelihara

jawab

melak-

sanakan

dipergunakan

tanggung

peraturan

menjalankan kegiatannya. NGO harus

terhadap

keberlangsungan

jangka

panjang

dan

keterbukaan informasi ini membuat

mendapat pengakuan sebagai Good

donatur mengetahui kemana dana yang

Corporate Citizen.

mereka sedekahkan diberikan.

(2) Accountability (akuntabilitas), yaitu

246

dirancang.

(4) Independency suatu

(kemandirian),

keadaan

dimana

yaitu

perusahaan

kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan

dikelola secara profesional tanpa ben-

pertanggungjawaban organ perusahaan

turan kepentingan dan pengaruh/teka-

sehingga

nan dari pihak manajemen yang tidak

pengelolaan

perusahaan

terlaksana secara efektif. Perusahaan

sesuai

dengan

peraturan

dan

harus dapat mempertanggungjawabkan

perundangan-undangan yang berlaku

kinerjanya secara transparan, akuntabel

dan prinsip-prinsip korporasi yang

dan wajar. Untuk itu NGO harus

sehat.

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) Untuk melaksanakan prinsip dasar GCG,

pelaporan keuangan (Kaihatu, 2006). Oleh

NGO harus dikelola secara independen

karenanya, berdasarkan kelima prinsip dasar

dan

GCG diatas, akuntabilitas serta transparansi

menghindari

intervensi

atau

ditumpangi kepentingan dari pihak lain.

memegang peranan yang sangant penting

(5) Fairness (kesetaraan dan kewajaran),

dalam pelayanan publik sebuah NGO.

yaitu perlakuan yang adil dan setara di

Berdasarkan penerapan prinsip tersebut

dalam memenuhi hak-hak stakeholder

dapat dilihat seberapa jauh penyelenggaraan

yang timbul berdasarkan perjanjian serta

pelayanan

peraturan perundangan yang berlaku.

dengan

Esensi

governance

masyarakat atau stakeholder. Sementara

perusahaan

akuntabilitas NGO adalah suatu proses

adalah

dari

corporate

peningkatan

kinerja

NGO

memiliki

nilai-nilai

atau

norma-norma

melalui supervisi atau pemantauan kinerja

pertanggung

manajemen

akuntabilitas

mengenai apa yang diyakini, apa yang

manajemen terhadap pemangku kepentingan

dilakukan dan tidak dilakukan. Secara

lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan

operasional, akuntabilitas diwujudkan dalam

peraturan yang berlaku. Diharapkan dengan

bentuk pelaporan (reporting), pelibatan

menerapkan

dan

adanya

jawaban

kesesuaian

secara

terbuka

NGO

bisa

(involuing), dan cepat tanggap (responding).

dimata

para

Sejalan yang disampaikan oleh Edwards dan

shareholder/stakeholder. Mekanisme check

Hulme (1998) yang menyatakan bahwa

and

akuntabilitas

meningkatkan

balance

prinsip

ini

citranya

dapat

dijamin

dengan

NGO

yang

efektif

serta

penerapan prinsip GCG terutama untuk

transparasi secara eksplisit memiliki ciri-

melindungi kepentingan setiap stakeholder

ciri:

yang

NGO.

(1) NGO mendefinisikan tujuan yang jelas

Transparansi dan akuntabilitas merupakan

mengenai peran serta kontribusinya di

prinsip

masyarakat. Karena untuk menunjuk-

terlibat

yang

dalam

dijadikan

aktivitas

acuan

dalam

penyusunan regulasi untuk menghindari

kan

akuntabilitasnya,

terjadinya konflik kepentingan terutama

perlu

dalam hal praktik manajemen resiko dalam

kesesuaian antara kinerja NGO dalam

mengetahui

shareholders secara

jelas

247

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 bentuk kesesuaian antara permasalahan

keputusan yang diambilnya serta memberi

dan solusi yang diberikan kepada

kesempatan kepada publik menilai dan

masyarakat.

menyampaikan

keluhan.

Supaya

akun-

(2) NGO melakukan keterbukaan terhadap

tabilitas bisa dilakukan oleh orang di luar

publik mengenai laporan mengenai

organisasi secara efektif, LSM sendiri harus

asal, alokasi dan pengunaan resources

melakukan praktek akuntabilitas di dalam

secara

organisasi.

jujur.

shareholders

Dengan bisa

begitu

Penerapan prinsip akuntabilitas dalam

mendapatkan akurat

NGO menjadi penting karena, NGO adalah

mengenai dana masuk dan keluar yang

lembaga yang bekerja untuk masyarakat dan

dipergunakan NGO untuk membiaya

berdasarkan

program kerjanya.

meningkatkan

Berdasarkan standar dasar akuntabilitas

kepercayaan para stakeholder/shareholder

informasi

yang

jelas

dan

pada

kepercayaan.

Untuk

menjamin

tingkap

serta

2004),

diperlukan standar dan panduan agar dapat

akuntabilitas bagi LSM adalah kewajiban

terukur. NGO dengan akuntabilitas yang

LSM untuk menjelaskan dasar pembenaran

kuat diharapkan dapat menghindari potensi

tindakan organisasi (termasuk oleh stafnya)

tindak korupsi, penyelewengan maupun

kepada orang di luar organisasi. Disamping

praktek negatif lainnya. Dengan demikian,

itu LSM juga perlu memberikan kesempatan

pengembangan akuntabilitas NGO diharap-

kepada orang luar untuk memutuskan

kan

pembenaran atas tindakan tersebut, dan

pelayanan

bertanggung jawab atas pertanyaan dari

masyarakat

orang luar organisasi, serta memberi respon

keterbukaan kepada penyandang dana.

LSM

(Konsil

LSM

Indonesia,

dapat

meningkatkan

efektifitas

yang dilakukan NGO kepada penerima

manfaat

maupun

atas saran yang diberikan kepada organisasi.

Lahirnya dokumen kode etik LSM

Akuntabilitas LSM juga dipahami sebagai

tahun 1994 di Indonesia, menjadi bukti

kewajiban LSM untuk menjelaskan dasar

perhatian dan respon komunitas NGO

pembenaran (sesuai prinsip dan aturan

terhadap isu akuntabilitas yang ditandai

dianut)

dalam

248

sikap,

prilaku

dan

keputusan-

sebuah

pertemuan

yang

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) diselenggarakan oleh Bina Desa di Bogor.

E.

Implementasi Akuntabilitas di Migrant

Namun, konsensus yang telah dibangun

Institute

terhadap

belum

Implementasi akuntabilitas di kalangan

berdampak. Diskursus tentang akuntabilitas

organisasi nirlaba di Indonesia saat ini

NGO

kembali

relatif kurang. Disamping itu, saat ini belum

diperhatikan untuk merespon berdirinya

banyak organisasi nirlaba yang berupaya

ribuan organisasi baru yang menyebut

untuk meningkatkan prosedur operasional

dirinya LSM dengan macam-ragam motif

(baik

dan karakter yang sebagiannya bertentangan

mengatur organisasi mereka. Salah satu

dengan misi dan prinsip- prinsip layaknya

penyebabnya adalah terdapat resistensi atau

sebuah LSM. Kecenderungan baru ini telah

keengganan, terutama bagi organisasi yang

berdampak

reputasi

menerima bantuan dana asing. Resistensi

komunitas NGO Indonesia, meski hanya

tersebut ditunjukan dengan keengganan

sebagian organisasi yang berperilaku negatif

untuk

namun memberikan dampak serius pada

keputusan internal dan membuat situasi

LSM lainnya.

keuangan

kode

pasca

etik ini

tahun

serius

relatif

1998,

terhadap

Inisiasi jaringan LSM untuk Kode Etik

SOP

maupun

melakukan

AD/ART)

proses

mereka

yang

pengambilan

transparan

serta

mempertanggungjawabkannya

kepada

diinisiasi oleh LP3ES di beberapa provinsi

publik. Sebagai bagian dari penerapan

di Indonesia pasca tahun 1998. Selanjutnya

prinsip akuntabilitas hal tersebut justru

sejumlah aktivis dan organisasi yang terlibat

menjadi penting dilakukan oleh NGO

dalam

karena NGO bertanggung jawab atas semua

inisiatif

tersebut

membentuk

kelompok kerja untuk akuntabilitas ormas.

nilai-nilai

Kemudian bersama 94 LSM di 14 provinsi

dilakukan atau tidak dilakukannya, kepada

sejumlah aktivis LSM melahirkan Konsil

semua

LSM Indonesia dengan salah satu misi

lembaga donor, sesama NGO, pemerintah

utama yaitu memperluas kesadaran dan

dan masyarakat luas).

meningkatkan kemampuan serta praktek akuntabilitas komunitas LSM Indonesia.

yang

stakeholder

Migrant Dompet

dianutnya,

(kelompok

Institute

Dhuafa,

apa

sasaran,

dibentuk

sebuah

yang

NGO

oleh yang 249

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 bergerak pada bidang sosial kemanusiaan,

1.

Direktur eksekutif Dompet Dhuafa

dengan latar belakang kepedulian kepada

setiap

nasib buruh migran Indonesia pada tahun

mengumpulkan seluruh staf serta para

1999.

2003

perwakilan presidium nasional KAMI

Dompet Dhuafa membuat sebuah divisi

(Keluarga Migran Indonesia) untuk

program dengan nama Sahabat Pekerja

melakukan pertemuan rutin persiapan

Migran

Kongres Nasional. Dan di dalam forum

Sebelumnya,

yang

dakwah,

pada

berfokus

pendidikan,

tahun

pada

kegiatan

advokasi

dan

satu

tahun

tersebut, para staf maupun perwakilan

pemberdayaan. Secara struktural Migrant

presidium

Institute merupakan bagian dari yayasan

mengenai kegiatan tersebut.

Dompet Dhuafa sehingga secara pendanaan,

sekali,

2.

menanyakan

pertanyaan

Migrant Institute melaporkan kegi-

Migrant Institutesangat bergantung kepada

atannya di akun media sosial dan

Dompet Dhuafa.

memberikan kesempatan kepada publik

Begitu pula dengan hal pengambilan

untuk mengajukan pengaduan tentang

kebijakan serta pelaporan, Dompet Dhuafa

staf dan organisasinya. Secara lengkap

merupakan stakeholder utama. Gambaran

implementasi

implementasi

Institute ditunjukan pada Tabel 1.

prinsip

akuntabilitas

di

akuntabilitas

Migrant

Migrant Institute diantaranya yaitu:

Tabel 1. Implementasi Akuntabilitas Migrant Instituteberdasarkan standar Konsil LSM Indonesia

No

Standar

1

Anggota Board yang berasal dari aparatur sipil negara (ASN) lainnya tidak melebihi 30 persen.

2

Direktur Eksekutif dan anggota Eksekutif lainnya yang bekerja sebagai pegawai tetap atau yang menerima gaji/imbalan secara teratur tidak merangkap sebagai ASN

250

Implementasi V

V

Bukti Verifikasi - Data diri pengurus - Hasil - Wawancara

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto)

- Data diri pengurus. - Hasil - wawancara.

3

Board dan Eksekutif NGO tidak boleh merangkap menjadi pengurus partai politik

V

4

Direktur Eksekutif dan anggota Eksekutif lainnya yang bekerja sebagai pegawai tetap atau yang menerima gaji/imbalan secara teratur tidak merangkap sebagai aparatur sipil negara.

V

5

Board dan Eksekutif LSM tidak boleh merangkap menjadi pengurus partai politik

V

- Hasil wawancara. - Data diri pengurus

6

Board dan Eksekutif LSM tidak boleh merangkap jabatan-jabatan politik (Pimpinan nasional dan daerah, dan anggota legislatif dari pusat sampai kabupaten)

V

- Data diri pengurus - Hasil wawancara

7

Anggota Board atau Eksekutif yang ingin mencalonkan diri untuk jabatan politik harus mengundurkan diri terlebih dahulu sekurangkurang 3 (tiga) bulan sebelum pencalonan diajukan.

V

- Surat pengunduran diri/non aktif yang bersangkutan yang dipublikasikan ke pemangku kepentingan.

8

Direktur Eksekutif dan anggota Eksekutif lainnya yang bekerja sebagai pegawai tetap atau yang menerima gaji/imbalan secara teratur tidak merangkap sebagai aparatur sipil negara.

V

- Laporan keuangan

9

Board dan Eksekutif LSM tidak boleh merangkap menjadi pengurus partai politik

V

-

10

Board Relawan NGO dalam menjalankan fungsinya tidak berhak menerima gaji, honorarium atau imbalan lain yang diberikan secara rutin.

V

- Laporan keuangan

11

Board Relawan NGO yang memiliki keahlian tertentu dan dibutuhkan oleh NGO dapat diberikan honorarium untuk kontribusinya berdasarkan kesepakatan tertulis.

-

- Kontrak kerja. - Lapoan keuangan. - Hasil kegiatan (output).

251

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257

12

LSM memiliki kebijakan tentang representasi dan partisipasi perempuan secara bermakna dalam jabatan Board dan Top eksekutif

-

- AD/ART - Struktur organisasi

13

Organisasi memiliki aturan dasar organisasi (AD/ART atau dokumen aturan lain yang setara) yang meliputi sekurang-kurangnya: a) Visi misi organisasi b) Program/strategi utama c) Mekanisme Pengambilan keputusan tertinggi d) Rapat rapat pengambil keputusan organisasi e) Periodesasi untuk jabatan Board dan direktur eksekutif f) Tugas & tanggung jawab (Board & Direktur Eksekutif) g) Pembagian Kewenangan (struktur organisasi). h) Hak dan kewajiban anggota (tidak berlaku untuk yayasan) i) Sumber perdanaan (etika penggalangan dana)

V

- Dokumen AD/ART hasil Pertemuan Tertinggi Organsiasi.

14

Struktur organisasi terdiri dari sekurangkurangnya 2 unsur, yaitu Board dan Eksektif; dan personil unsur-unsur tersebut harus dipisahkan.

V

15

Organisasi melaksanakan musyawarah besar/kongres/ pertemuan setara sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi yang dihadiri oleh semua unsur organisasi yaitu board, eksekutif, relawan, 27 anggota (kecuali yayasan), perwakilan masyarakat dampingan/mitra maksimum sekali dalam 5 tahun.

V

- Bagan struktur organisasi/ lembaga yang memperlihatka n pemisahan badan dan personil. - Surat Keputusan Pengangkatan Board dan Eksekutif. - Anggaran Dasar hasil Pertemuan Tertinggi organisasi. - Hasil Wawancara. - Daftar hadir kongres/mubes / pertemuan setara lainnya - Notulen kongres/mubes / pertemuan setara lainnya. - Wawancara dengan Board & Eksekutif

252

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto)

16

Organisasi memiliki ketentuan tentang periodesasi jabatan Board dan eksekutif paling lama 5 tahun dan maksimal 2 kali masa jabatan.

V

- Anggaran Dasar/ART minimum hasil pertemuan tertinggi organisasi.

17

Organisasimelakukan pengambilan keputusan terkait hal-hal berikut dalam musyawarah besar/kongres/ pertemuan setara. a) Pengesahan AD/ART b) Pemilihan board didasarkan periodesasi jabatan Badan Pengurus yang disahkan AD/ART c) Perumusan program strategis d) Penerimaan atau penolakan laporan pertanggungjawaban program dan keuangan oleh board.

V

- Notulen kongres/mu bes/pertemu an setara lainnya. - Wawancara dengan Board & Eksekutif.

18

Organisasi melakukan rapat berkala board sekurangkurangnya sekali dalam setahun.

V

- Surat Keputusan/Beri ta - Acara Pengangkatan Board - Notulen rapat Board - Wawancara dengan Board & Eksekutif

19

Organisasi harus memastikan tanggung jawab Board dan Eksekutif yang sekurangkurangnya meliputi: a) Board mengangkat dan memberhentikan Direktur eksekutif. b) Board memilih Direktur eksekutif berdasarkan periodesasi Direktur eksekutif yang disahkan di AD/ART. c) Board mengesahkan kegiatan dan anggaran tahunan yang disusun oleh Direktur eksekutif. d) Board menerima pertanggungjawaban pelaksanaan program dan penggunaan anggaran dari Direktur eksekutif setiap tahun. e) Pengambilan keputusan oleh Direktur eksekutif dikomunikasikan kepada board seperti penetapan standar gaji, membangun dan/atau mengakhiri kerja sama dengan pihak lain, dan menyusun dan/atau mengubah SOP.

V

- Wawancara dengan Board & staff

253

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257

20

Direktur eksekutif melaksanakan rapat staf sekurang-kurangnya satu bulan sekali secara partisipatif untuk menyusun perencanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan bulanan.

V

- Notulen rapat - Rencana kerja bulanan

21

Staf terlibat dalam pembuatan kebijakan strategis lembaga yang ditetapkan oleh Board dan Direktur eksekutif minimum yaitu dalam hal: a. Penyusunan dan pembahasan gaji. b. Memulai atau mengakhiri kerja sama dengan pihak lain. c. Pembahasan dan peninjauan SOP.

V

- Wawancara dengan staf. - Wawancara dengan perwakilan pengurus.

Berdasarkan hasil identifikasi dan kajian faktor-faktor

penentu

dalam

program yang sudah dilakukan, yang

standar

tengah dilakukan, maupun yang akan

implementasi akuntabilitas NGO Migrant

dilakukan sehingga para stakeholders

Instituteperlu mengambil tindakan-tindakan

mengetahui apa saja yang dilakukan

perbaikan diantaranya:

Migrant Institute.

(1) Migrant Institute perlu melakukan pembenahan

administrasi

mengacu

pada

(internal)

standar

dasar

Institute

kumentasikan maupun

perlu

berbagai

programnya

mendokegiatan

dengan

baik

akuntabilitas NGO yang terbitkan oleh

seperti membuat database penerima

Konsil LSM. Standar ini tidaklah

manfaat sehingga akan memudahkan

mutlak namun bisa dijadikan acuan

dalam melakukan proses koordinasi,

dalam

monitoring dan evaluasi.

mengimplementasikan

Corporate

Governance

Akuntabilitas

yang

efektif

Good melalui

(4) Pembuatan SOP yang lebih jelas dan

serta

detil untuk penyelenggara program

transparasi.

(2) Perlunya

maupun proses kerja. Selama ini SOP melengkapi

instrumen

transparansi pelaporan kepada publik

254

(3) Migrant

yang terdokumentasikan dengan baik baru SOP bagian Keuangan.

seperti website yang keberadaannya

(5) Mendorong lembaga untuk mandiri

sangat krusial. Migrant Institute bisa

dari sisi pendanaan. Hal ini penting

melaporkan berbagai kegiatan maupun

dalam hal penerapan prinsip GCG

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto) sehingga

Migrant

bertranspormasi

Institutebisa

menjadi

dikenal

lembaga

media seperti facebook dan twitter dinilai cukup efektif dan sangat efesien

(6) Memberikan porsi bagi perempuan jabatan

Board

atau

dalam proses peningkatan reputasi

top

lembaga.

eksekutif.

(7) Migrant

masyarakat.

Mengoptimalkan pemanfaatan sosial

mandiri dan independen.

didalam

oleh

Istitute

kebijakan

perlu

tentang

memiliki mekanisme

V.

KESIMPULAN Berdasarkan

hasil

kajian

yang

penerimaan dan penanganan keluhan

dilakukan diketahui bahwa prinsip-prinsip

(complain handling mechanism) dari

dalam

penerima

prioritas adalah prinsip transparansi dan

manfaat

dan

pemangku

GCG

diantaranya

akuntabilitas.

meliputi (a) siapa akan bertanggung

akuntabilitas serta transparansi, Migrant

jawab atas penanganan keluhan, (b)

Institutesudah

bagaimana keluhan bisa disampaikan

prinsip-prinsip

dan (c) tahap-tahap untuk penahanan

diantaranya yaitu terdapat SOP untuk

keluhan.

bidang keuangan, adanya pelaporan kepada

mengetahui

factor-faktor

yang

publik

melalui

Facebook,

hal

paling

kepentingan lainnya yang minimal

(8) Perlu dilakukan kajian lain untuk

Dalam

yang

berupaya GCG

Twitter,

menerapkan

pada

media blog

membangun

lembaganya

sosial

seperti

dan

website.

mempengaruhi tingginya angka resign

Namun, sayangnya pada saat observasi

staf media.

website Migrant Institute sedang berada

(9) Penerapan GCG pada sebuah lembaga

dalam

kondisi

sulit

diakses

karena

tidak serta merta meningkatkan citra

pengelolaan yang belum optimal, sehingga

positif lembaga, Migrant Institute perlu

masyarakat tidak dapat lagi mengakses

melakukan langkah-langkah lanjutan

maupun melihat kegiatan serta program

seperti “branding” untuk mendong-

yang dilakukan.

krak citra positif lembaga serta lebih

Temuan pendapat

ini

Mardiasmo

mengkonfirmasi (2011)

bahwa 255

Vol.14, No.1, January 2017: 233-257 akuntabilitas kewajiban

diartikan

sebagai

bentuk

mempertanggungjawabkan

pengungkapanya.

Hasil

penenlitian

ini

mengkonfirmasi keseuaian hasil penelitian

keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

yang

visi misi organisasi yang telah ditetapkan

Implementasi akuntabilitas dan transparansi

sebelumnya,

media

yang telah diterapkan oleh rumah sakit

dilaksanakan

Saiful Anwar Malang telah berjalan dengan

melalui

pertanggungjawaban

suatu

yang

dilakukan

penelitian

Putri

Gozyali

(2013)

secara periodic. Migrant Institute juga telah

baik

melaksanakan prinsip akuntabilitas dalam

menyatakan bahwa laporan keuangan dan

GCG, yang diatur oleh National Committee

pengelolaan kinerja Indonesia Corruption

on Governance dalam Sukrisno ( 2014 ).

Watch (ICW) dinilai akuntabel.

Akuntabilitas sebagai

serta

oleh

(2012)

prinsip bagi para

Beberapa kendala yang dihadapi oleh

pengelola berkewajiban untuk membina

Migrant Institute dalam rangka menuju

system

penyelenggaraan organisasi yang sesuai

akuntansi

yang

efektif

untuk

menghasilkan laporan keuangan yang dapat

dengan

dipercaya, sehingga diperlukan kejelasan

diantaranya seperti mindset para karyawan

fungsi,

dan

yang merasa belum siap untuk bekerja lebih

organ

sistematis dan rapi. Selain itu, mereka

pelaksanaan,

pertanggungjawaban

setiap

perusahaan ( organisasi ) Hasil

Corporate

Governance

merasa beban kerjanya bertambah jika harus pelaksanaan

mengerjakan pekerjaan diluar yang biasa

akuntabilitas pada Migrant Institute ini tidak

mereka lakukan, padahal penerapan GCG

sama dengan penelitian yang dilakukan

dalam lembaga dimaksudkan untuk lebih

Hafidh (2008) menyatakan bahwa standar

memudahkan dan melindungi hak berbagai

terkait pelaksanaan akuntabilitas bagi LSM

pihak stakeholder maupun shareholder.

belum

256

cukup

penelitian

prinsip

memadai

dalam

upaya

Penerapan Good Corporate Governance … (Mawarto)

DAFTAR PUSTAKA Abidin H, Rukmini M., 2004. Kritik dan otokritik LSM: membongkar kejujuran keterbukaan lembaga swadaya masyarakat Indonesia. Jakarta (ID): Piramedia. Hal: 60-70 Agoes S & Ardna J , 2014. Etika Bisnis dan Profesi , Tantangan Membangun Manusia Seutuhnya, Salemba Empat Jakarta. Alex G., 2014. Analisis Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Surya Bangun Jaya Abadi (Terwaralaba Ray White). Agora. 2 (2):xx-xx. Brooks LJ & Dunn P 2012 Business & Professional Ethics, Cengage Learning Asia Pte, Ltd. Edwards M, Hulme D. 1998. Too Close For Comfort? The Impact of Official Aid on Nongovernmental Organizations. Current Issues in Comparative Education. 1(1): 1-21 Fikri A, Sudarma M, Sukoharsono EG, Purnomoshidi B, Triyuwono I. 2010. Studi Fenomenologi Akuntabilitas Non governmental organization. [Internet]. [Diunduh 24 Februari 2016 ]. Tersedia di : http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/ASP _16_Q.pdf Gozyali, Muhammad. 2012. Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pengelolaan Keuangan (Studi Kasus Pada Indonesia Corruption Watch). Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Islam Indonesia. Hafild, Emmy. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta:Transparency International Indonesia. Kaihatu, TS. 2006. Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 8 (1): 1-9. Konsil LSM Indonesia. 2014. Standar Dasar Akuntabilitas LSM: Panduan Bagi LSM Anggota.Jakarta (ID): Konsil LSM Indonesia. Mardiasmo. 2011. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah Vol. 2, No. 1, Mei 2011. 1-17. Muhtar G. 2010. Kontribusi Organisasi Sosial dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta (ID: Kemensos RI. Mustikaningrum MA. 2011. Pengaruh Penerapan Corporate Governance dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Pasar Perusahaan yang Terdaftar dalam Corporate Governance Perception Index. [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya. Novatiani RA, Fatimmah J. 2016. Pengaruh penerapan good corporate Governance Terhadap Keandalan Laporan Keuangan ( Suvei pada Tiga Perusahaan BUMN di Bidang Jasa di Bandung). [Internet]. Diunduh24Februari2016.Tersediadi:http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/22 7/31.pdf sequence1 Pertiwi IGAE. 2015. Penyelenggaraan Sistem Informasi Hukum Perusahaan pada Badan Usaha Bank Umum dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance [tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana. Putri, Ira Ardella. 2013. Implementation of Accountability and Transparency in Public Service (Study Case at IRD RSUD Dr. Saiful Anwar). Skripsi. Malang: Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Brawijaya. Suharko. 1998. Model-Model Gerakan NGO Lingkungan: Studi Kasus di Yogyakarta. Jurnal Sospol (JSP). 2 (1): 40-62. Surya I, Yustiavandana, I. 2008. Penerapan Good Corporate Governance. Mengesampingkan Hak- Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group Sutedi A, 2011 Good Corporate Governance, Sinar Grafika Jakarta. Tuanakotta M.T 2016 Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Salemba Empat. http://regional.kompas.com/read/2011/09/06/18513319/DPR.Greenpeace.Lakukan.Kebohongan.Publik. http://konsillsm.or.id/akuntabilitas-publik-dan-buruknya-citra-lsm/Akuntabilitas Publik dan Buruknya Citra LSM.

257