PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PROFESIONALISME

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini d...

2 downloads 523 Views 459KB Size
PENGARUH KOMPETENSI AUDITOR DAN PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

ABSTRAK

Oleh: REVIYANA ENDRIYANI NPM: 0851031050 Tlpn: 085768181455 Email: [email protected] Pembimbing I: Dr. Ratnda Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi auditor dan profesionalisme auditor terhadap kualitas audit. Penelitian ini dilakukan pada auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Sumatera bagian Selatan (Lampung, Palembang, Bengkulu, dan Jambi). Penelitian ini dilakukan terhitung sejak Maret - April 2012. Data yang digunakan berupa kuesioner yang disebar kepada responden. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 70 eksemplar ke 16 KAP. Dari 60 eksemplar yang kembali, yang dapat diolah dan memenuhi kriteria hanya 57 eksemplar. Sedangkan tiga eksemplar kuesioner tidak lengkap dan tidak dapat diolah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi auditor dan profesionalisme auditor berpengaruh signifikan secara bersama-sama,(2) kompetensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, (3) profesionalisme auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kulitas audit. Kata kunci: kompetensi auditor, profesionalisme auditor, dan kualitas audit.

THE EFFECT OF AUDITOR COMPETENCY AND AUIDTOR PROFESSIONALISM TOWARD AUDIT QUALITY

ABSTRACTS BY: REVIYANA ENDRIYANI NPM: 0851031050 Tlpn: 085768181455 Email: [email protected] Pembimbing I: Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si. Pembimbing II: Basuki Wibowo, S.E., Akt.

This reseacrh aims to find out the effect of auditor competency and auditor professionalism toward audit quality. This research did independent auditors who work in Public Accountant Firm in Southern Sumatera (Lampung, Palembang, Bengkulu and Jambi). This research held from March until April 2012. Data which is used based on questionnaire from 70 respondents in 16 firms. From 60 questionnaires returned, only 57 which is qualified and appropriate. While the rest questionnaires are unqualified and inappropriate. Based on the results of research shown that (1) auditor competency and auditor professionalism affect simultaneously significant, (2) auditor competency affect positively and significantly toward audit quality, (3) auditor professionalism affect positively and significantly toward audit quality. Keywords: auditor competency, auditor professionalism, and audit quality.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi pengguna laporan keuangan sangat penting apabila seorang akuntan dapat menyajikan informasi yang relevan dan handal. Pengguna laporan keuangan tersebut antara lain adalah pemerintah, calon investor, investor, kreditur, debitur, karyawan, masyarakat serta pihak-pihak lain yang berkepentingan. Pekerjaan akuntan publik salah satunya adalah melakukan audit dengan tujuan mencari keterangan tentang apa yang dilakukan dalam suatu entitas yang diperiksa, menyetujui atau menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tindakantindakan perbaikan, serta membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam melakukan tugasnya sebagai akuntan publik, diperlukan adanya kepercayaan terhadap kualitas jasa yang diberikan kepada pengguna. Manfaat akuntan publik salah satunya adalah bertanggungjawab untuk menaikan tingkat keandalan dan keakuratan laporan keuangan, sehingga dapat memberikan informasi keuangan yang dapat diandalkan dan akurat serta dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Kepercayaan tersebut mengharuskan seorang auditor lebih memperhatikan kualitas auditnya. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor lebih dipercaya dibandingkan dengan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit dengan memberikan keyakinan dan opini tentang kewajarannya. Perusahaan memerlukan jasa akuntan untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Dengan tidak membutuhkan auditor independen, sulit bagi manajemen untuk meyakinkan pada pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan manajemen perusahaan berisi informasi yang dipercaya (Mardisar dan Ria, 2007). Menurut Christiawan (2002), dilihat dari sudut pandang yang berbeda, bahwa terdapat kepentingan yang berbeda antara manajemen dan pemakai laporan keuangan yang bisa menimbulkan konflik diantara keduanya. Kepentingan manajemen yaitu melaporkan pengelolaan bisnis perusahaan yang dapat dipercayakan kepadanya, sedangkan pemakai laporan keuangan berkepentingan melihat hasil kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Peran auditor

inilah yang dapat menentukan laporan yang disiapkan oleh manajer telah sejalan dengan perjanjian kontrak atau belum. Dalam melaksanakan tugas auditnya sebagai auditor dan menunjang profesionalismenya, maka diperlukan ketentuan yang ada pada standar audit yang berlaku oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar audit meliputi standar umum, standar lapangan kerja dan standar pelaporan (SA Seksi 150, SPAP 2011). Standar umum bersifat pribadi dan berkaitan dengan persyaratan auditor yang mengharuskan auditor memiliki keahlian teknis yang cukup dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar lapangan kerja dan standar pelaporan mengatur auditor dalam pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilakukan selama menjalani audit dan mewajibkan auditor untuk menyusun laporan keuangan secara keseluruhan yang telah diaudit. Akuntan publik juga harus mematuhi prinsip dasar etika profesi yang mengatur tentang perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya, baik dengan sesama rekan auditor maupun dengan masyarakat umum. Prinsip dasar etika profesi tersebut mengatur tentang prinsip integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional (SA Seksi 100.4, SPAP 2011). Laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor diharapkan bebas dari salah saji material, dapat dipercaya kebenarannya sebagai dasar pengambilan keputusan dan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Salah saji material timbul akibat adanya risiko karena tanpa disadari auditor tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana semestinya atas laporan keuangan yang telah diaudit (SA Seksi 312:02, SPAP 2011). Semakin tinggi kepastian yang ingin diperoleh auditor mengenai pendapat yang benar, maka semakin rendah juga risiko audit yang diterima. Bagi pemakai laporan keuangan sangat penting untuk menilai Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang kompeten dan independen, karena dapat mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang diberikan. Apabila pengguna laporan keuangan merasa KAP dapat memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka kualitas audit dapat meningkat dan KAP juga dituntut untuk bertindak profesionalisme yang tinggi (Herawaty dan Yulius, 2007).

(SA Seksi 210, SPAP 2011) Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh auditor dibidang auditing dan akuntansi. Keahlian auditor independen dengan pendidikan formal, lalu diperluas dengan pengalamanpengalaman dalam praktik audit. Deis dan Grioux (1992) dalam Castellani (2008), menyebutkan bahwa pelatihan teknis yang memadai juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan teknis auditor karena kemungkinan untuk menemukan pelanggaran pada laporan keuangan tergantung dengan pelaporan teknisnya. Untuk menaikan tingkat keandalan laporan keuangan yang diaudit, auditor tidak hanya saja memiliki kompetensi tetapi juga harus profesional dalam mengaudit. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan pengguna laporan keuangan, maka perlu adanya pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, dan keyakinan terhadap profesi. Jasa selain audit juga dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor yang berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Apabila adanya temuan kesalahan didalam pengujian laporan keuangan klien yang diberikan. Karena auditor juga tidak mau alternatif yang diberikan kepada kliennya tidak baik yang dapat menimbulkan reputasi buruk. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa akuntan publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, akuntan publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik. Meskipun akuntan publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan terjadi kegagalan dalam pemberian jasa akuntan publik akan tetap ada. Untuk melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi akuntan publik, diperlukan adanya undang-undang yang mengatur profesi akuntan publik.

Skandal kasus Enron yang merugikan pengguna laporan keuangan dengan memanipulasi laporan keuangan yang menjadi pihak independen. Skandal keuangan yang terjadi dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap laporan keuangan yang diaudit dan profesi auditor. Dengan adanya kualitas audit yang tinggi makan laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Sebaliknya, jika kualitas audit menurun dapat mengakibatkan kualitas auditnya berkurang. Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Oleh karena itu, auditor harus memiliki kompetensi dan sikap profesional yang dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pengauditan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi Auditor dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit” 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 2. Apakah profesionalisme auditor berpengaruh terhadap kualitas audit? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. KAP yang dipilih sebagai penelitian ini adalah KAP yang ada di Sumatera Bagian Selatan (Lampung, Palembang, Bengkulu, dan Jambi). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit diproksikan dengan kompetensi auditor dan profesionalisme auditor. 1.4 Tujuan dan Manfat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.

Untuk mengetahui apakah kompetensi auditor yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik mempengaruhi kualitas audit.

2.

Untuk mengetahui apakah profesionalisme auditor yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik mempengaruhi kualitas audit.

Manfaat penelitian ini adalah: 1.

Dapat menjadi bukti empiris serta memberikan kontribusi tambahan terhadap penelitian-penelitian yang telah ada dan sebagai dasar masukan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis.

2.

Bagi Pimpinan KAP hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kerjanya.

3.

Bagi para auditor sebagai bahan evaluasi sehingga dapat meningkatkan kualitas auditnya.

4.

Bagi pemakai jasa audit, dapat menilai KAP yang konsisten dalam menjaga kualitas audit yang diberikan.

5.

Bagi para civitas akademik hasil studi ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori Keagenan (Agency Theory) menguraikan bahwa terdapat konflik antara pihak agen (manajemen) dengan pihak pemilik (principal). Segala sesuatu informasi termasuk aktivitas manajemen yang terkait dengan dana perusahaan atau investasi, pihak principal ingin mengetahui dengan meminta laporan pertanggungjawaban kepada manajemen dan menilai kinerja manajemen. Manajemen sering melakukan tindakan yang dapat membuat laporannya terlihat baik agak kinerjanya juga baik. Dibutuhkan adanya pengujian untuk mengurangi kecurangan dan membuat laporan keuangan yang dbuat oleh pihak manajemen yang dapat dipercaya. Maka dari itu dibutuhkan pihak yang independen dalam melakukan pengujian tersebut yaitu auditor independen.

Pendapat auditor dapat dipertimbangkan bagi pengguna informasi laporan keuangan sebelum digunakan untuk mengambil keputusan ekonomis (memberikan kredit, investasi, akuisisi, merger, dan lain sebagainya). Pengguna informasi keuangan lebih mempercayai informasi yang disajikan auditor yang dapat memberikan informasi yang lebih baik. Teori keagenan terjadi apabila adanya keterkaitan kontrak kerja yang dapat memaksimalkan kegunaan principal, mempertahankan agen yang dipekerjakan dan menjamin bahwa memilih tindakan yang optimal. Teori keagenan kaitannya bertujuan untuk membantu pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memahami adanya kepentingan yang bisa muncul antara pihak manajemen dan pihak principal. Pihak manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan principal selaku investor. Auditor independen diharapkan dapat mengevaluasi kinerja agen sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang relevan dan berguna dalam pengambilan keputusan untuk investasi. Serta mengharapkan tidak adanya kecurangan yang dilakukan manajemen dalam laporan keuangan. 2.2.

Kualitas Audit

Kualitas audit sebagai kemungkinan dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo, 1981 dalam Alim dkk, 2007). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan oleh auditor dikatakan berkualitas, apabila memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Standar auditing terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (PSA No. 01 SA Seksi 150, IAPI 2011): a.

Standar Umum: 1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b.

Standar Pekerjaan Lapangan: 1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c.

Standar Pelaporan: 1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

Fungsi audit berdasarkan penjelasan diatas merupakan proses untuk mengurangi adanya ketidakselarasan informasi yang menggunakan pihak luar untuk mengesahkan laporan keuangan antara manajer dan pemegang saham. Auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporang keuangan suatu perusahaan. Pemegang saham sebagai pengguna laporan keuangan akan

mengambil keputusan laporan yang telah dibuat oleh auditor. Untuk mengurangi ketidaselarasan tersebut, maka auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas. Kualitas audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Oleh karena itu, kualitas audit merupakan hal yang penting dalam mempertahankan proses audit yang dimiliki oleh para auditor. 2.3.

Kompetensi Auditor

Menurut Shanteau dalam Mayangsari (2003), kompetensi auditor merupakan keahlian audit yang dimiliki oleh seorang auditor untuk mencapai tujuan audit dengan baik. Memiliki kemampuan berpikir untuk mengumpulkan, mengolah serta menganalisa informasi. Memilki karakterisitik kemampuan berpikir untuk beradabtasi dengan situasi yang baru serta mengabaikan atau menyaring informasi-informasi yang tidak relevan. Kompetensi melibatkan proses berkesinambungan antara pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Menurut PSA No. 01 SA Seksi 150 (IAPI, 2011) standar pengauditan dengan standar umum pertama menyebutkan: “Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.”

Sebagai seorang auditor juga harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dan pendidikan umum. Auditor juga harus memahami, mempelajari dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang telah ditetapkan. Auditor juga harus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bsnis dan profesinya. Auditor dalam melaksanakan tugasnya harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang auditing maupun akuntansi. Keahlian seorang auditor dapat dicapai dengan menempuh pendidikan formal, kemudian adanya pengalaman dalam menjalankan praktik audit. Bedard (1986) dalam Lastanti (2005) menyatakan bahwa kompetensi merupakan seseorang yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang luas dalam pengalaman audit. Halim (2003) menyatakan bahwa kompetensi ditentukan tiga faktor yang terdiri dari pendidikan formal

dalam bidang akuntansi dan ujian profesi auditor, pelatihan yang praktis dan pengalaman dibidang auditing, serta pendidikan profesional yang berkelanjutan. Dalam melakukan audit, auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai dan keahlian yang khusus dibidangnya. Suraida (2005) dalam Sukriah (2009), menjelasakan bahwa kompetensi berkaitan dengan keahlian yang berasal dari pendidikan formal, mengikuti pelatihan, seminar dan simposim, ujian formal. 2.4.

Profesionalisme Auditor

Dalam pengertian umum, profesi merupakan jenis pekerjaan yang memiliki beberapa jenis kriteria antara lain yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai bidangnya, menetapkan standar yang ada dibidangnya serta melaksanakan dan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan. Sedangkan profesionalisme merupakan individual seseorang yang penting dengan tidak melihat pekerjaan tersebut. Dengan adanya tanggung jawab terhadap masyarakat, klien maupun rekan seprofesi, seorang akuntan publik yang profesional harus bersikap semestinya. Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan dapat menghasilkan audit yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh organisasi. Terdapat empat dimensi profesionalisme auditor dalam penelitian ini yang digunakan, yaitu: 1. Pengabdian pada profesi Pengabdian pada profesi dilihat melalui dedikasi profesional menggunakan pengetahuan, keteguhan serta kecakapan yang dimiliki agar tetap dapat menjalankan pekerjaan. Sikap yang dimiliki ini merupakan ekspresi dari apa yang telah dilakuakan dengan total dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat mencapai kompensasi yang diharapkan berupa kepuasan rohani dan materi. 2. Kemandirian Kemandirian diartikan sebagai penilaian seseorang yang mempunyai sikap profesional dalam melakukan auditnya yang harus membuat keputusan sendiri

tanpa adanya tekanan dari pihak lain yaitu pemerintah, klien, serta yang bukan anggota profesi auditor. Apabila adanya campur tangan dalam pihak lain maka akan terjadi hambatan kemandirian secara profesional. 3. Hubungan dengan rekan profesi Hubungan dengan rekan profesi menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal maupun informal sebagai ide utama pekerjaan. Dalam ikatan tersebut dapat membangun kesadaran profesinya. 4. Keyakinan terhadap profesi Keyakinan terhadap profesi merupakan keyakinan yang mempunyai wewenang untuk menilai pekerjaan profesional yaitu rekan sesama profesi, bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam ilmu dan pekerjaan yang ditangani. 2.5. Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit Kompetensi auditor merupakan auditor yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup, serta dapat melaksanakan audit secara cermat, objektif dan seksama. Penelitian Alim, dkk. (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki oleh auditor, maka akan semakin baik juga kualitas audit yang dihasilkannya. Kompetensi yang dibutuhkan auditor dalam melaksanakan audit meliputi pengetahuan dan pengalaman. Auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk dapat memahami entitas yang diaudit tersebut harus memiliki kemampuan untuk bekerjasama dalam menganalisa permasalahan yang diaudit tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya kompetensi dalam hal jasa profesionalnya, dapat mempengaruhi kualitas audit yang dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut: Ha1: Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. 2. Profesionalisme Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Profesionalisme auditor merupakan sikap yang dimiliki seseorang dalam menjalankan profesi. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa audit profesional dapat meningkat apabila profesi yang dijalani menetapkan standar

kerja dan perilaku yang dapat mengimplementasikan praktik bisnis yang efektif dan tetap mempunyai sikap profesionalisme yang tinggi. Profesionalisme yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi, yang terdiri dari pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, keyakinan terhadap profesi. Penelitian Herawaty dan Yulius (2009) mengindikasikan bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit laporan keuangan. Semakin tinggi tingkat profesionalisme akuntan publik, maka akan semakin baik juga pertimbangan tingkat materialitasnya dalam melaksanakan audit laporan keuangan, serta kualitas audit yang dihasilkan juga semakin baik. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut: Ha2: Profesionalisme Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui metode angket, yaitu menyebarkan daftar pertanyaan (kuisioner) yang disusun secara tertulis dan sistematis serta dipersiapkan terlebih dahulu yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor pada KAP di Sumatera Bagian Selatan. Sedangkan data sekunder diperoleh langsung dari literatul, jurnal, artikel, serta penelitian yang terdahulu. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan mendatangi langsung ke KAP di wilayah Lampung dan Palembang karena mudah dijangkau dengan bertanya dahulu jumlah auditor yg bersedia mengisi kuesioner. Sedangkan untuk wilayah Bengkulu dan Jambi menggunakan mail survey dengan mengirimkan lima eksemplar kuesioner di setiap KAP. Setiap responden diminta untuk memilih satu jawaban dalam kuesioner yang sesuai dengan persepsinya diantara jawaban yang telah disediakan.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling, yaitu pemilihan sampel yang dilakukan secara acak sederhana yang memberikan kesempatan yang sama dan tak terbatas pada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo, 2002: 124 dalam Singgih dan Icuk, 2010). Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2005: 78):

n= Keterangan : n

=

Jumlah sampel

N

=

Ukuran populasi

e

=

Persentase kelonggaran ketidaktelitian (e = 10%)

Dapat ditentukan besarnya jumlah sampel sebagai berikut: n=

= 41,2 = 41

3.4 Metode Analisis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor dan profesionalisme auditor. Variabel dependen yang dipakai dalam hipotesis ini adalah kualitas audit. Variabel dependen dinotasikan dengan Y dan untuk variabel independen dinotasikan dengan X. Maka, model regresi linear berganda (Multiple Linear Regression) untuk penelitian ini sebagai berikut: Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + e Keterangan: Y

= Kualitas Audit

X₁

= Kompetensi Auditor

X₂

= Profesionalisme auditor

α

= Konstanta

β

= Koefisien Regresi

e

= Error

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian Data penelitian ini dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 70 eksemplar ke 16 KAP di wilayah Sumatera bagian Selatan. Meliputi provinsi Lampung sebanyak tiga KAP, Sumatera Selatan sembilan KAP, Bengkulu sebanyak tiga KAP, dan Jambi satu KAP. Untuk wilayah Lampung dan Sumatera Selatan, peneliti secara langsung mendatangi KAP yang bersangkutan, sedangkan untuk wilayah Bengkulu dan Jambi, peneliti mengirimkan dengan via pos. Untuk menyebarkan kuesioner secara langsung, sebelum memberikan kuesioner kepada responden, peneliti melakukan wawancara terlebih dahulu mengenai jumlah auditor yang bekerja di KAP tersebut dan jumlah auditor yang bersedia untuk menjawab kuesioner. Sedangkan yang melalui via pos, masing-masing KAP mengirimkan lima eksemplar kuesioner. Kuesioner yang disampaikan pada responden juga disertai surat permohonan untuk menjadi responden dan penjelasan mengenai tujuan penelitian. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian pertanyaan, yaitu bagian pertama kompetensi terdiri dari sebelas pertanyaan, bagian kedua profesionalisme terdiri dari 16 pertanyaan, dan bagian ketiga kualitas audit terdiri dari tujuh pertanyaan. Untuk menjawab kuesioner tersebut, terdapat kriteria responden yang meliputi auditor junior, auditor senior, manajer, dan partner. Dari 70 eksemplar kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali sebanyak 60 eksemplar (86%), dan sebanyak 57 eksemplar (81%) yang layak digunakan. Sedangkan 3 eksemplar (4%) yang tidak memenuhi syarat karena dalam pernyataan kontrol tersebut bernilai negatif.

4.2 Uji Kualitas Data a. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji ini digunakan untuk menguji apakah suatu konstruk mempunyai unidimesionalitas atau indikator-indikator yang digunakan dapat mengonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masingmasing indikator merupakan indikator pengukur konstruk, maka akan memiliki nilai loading factor yang tinggi. Hasil pengujian validitas dari masing-masing indikator kompetensi 1 sampai kompetensi 11, profesionalisme 1 sampai profesionalisme 16, dan Kualitas Audit 1 sampai Kualitas Audit 7. Dari hasil yang disajikan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid. Definisi valid tersebut karena keseluruhan butir pertanyaan memiliki nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) > 0,50. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu koesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil. Pada penelitian kali ini, pengukuran reliabilitas menggunakan One Shot atau pengukuran sekali saja. Pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengkur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS versi.18 memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2009). Hasil dari Cronbach Alpha (α) untuk semua variabel kompetensi auditor, profesionalisme auditor, dan kualitas audit berturut-turut 0,732; 0,764; dan 0,716

yang menunjukkan semua variabel reliabel karena memiliki Cronbach Alpha > 0,60. 4.3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Analisis yang digunakan yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal karena membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data residual mengikuti garis diagonalnya. Grafik histogram membentuk lonceng, yang menandakan berdistribusi normal. Untuk melihat adanya normalitas data, dapat dilakukan dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test. Setelah dilakukan perhitungan ujiKolmogorov Smirnov, dihasilkan bahwa nilai Kolmogorov Smirnov 0,760 sehingga variabel tersebut berdistribusi normal karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti bahwa data tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan kurva normal standar, atau dinyatakan normal. Maka variabel tersebut dapat dijadikan sebagai variabel independen dalam proses analisis regresi. b. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang menunjukan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF >10 atau nilai Tolerance < 0.10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikoliearitas antar variabel independen dalam model regresi. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk melihat adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Durbin-Watson (DW test) dengan ketentuan model regresi yang baik yaitu yang nonautokorelasi yaitu yang mempunyai nilai antara 1,641 < d < 2,359. Nilai Durbin-Watson yaitu sebesar 2.018. Berdasarkan lampiran 5 (tabel nilai Durbin-Watson), nilai yang dihasilkan sebesar 2.018 mempunyai arti bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas, tidak Heteroskedastisitas. Ada beberapa cara dalam medeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas, salah satunya dengan melihat Grafik Plot (Ghozali, 2009). Dari grafik scatterplots bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 4.4. Pengujian Hipotesis a. Hasil Pengujian Regresi Berdasarkan dari hasil pengujian, maka dapat dibentuk persamaan sebagai berikut: Y = -5,507 + 0,643X1 + 0,087X2 b. Koefisien Determinasi Adjusted R2 dapat dilihat dengan kuatnya hubungan variasi variabel bebas terhadap variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil dapat jelaskan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,731. Hal ini menunjukan bahwa sebesar 73,1% variasi kualitas audit dapat dipengaruhi oleh kompetensi dan profesionalisme secara

bersama-sama, sedangkan sisanya senilai 26,9% yang dipengaruhi oleh faktorfaktor lain diluar model penelitian ini. c. Uji F-Statistik Uji ANOVA atau F test dedapat nilai Fhitung sebesar 76,953 dengan Probabilitas (Sig) 0,000 < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas audit atau dapat dikatakan bahwa kompetensi auditor dan profesionalisme auditor secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit. d. Uji t-statistik Berdasarkan uji parameter parsial/individual (uji t) untuk variabel kompetensi auditor didapat dari nilai sig 0,000 lebih kecil dari 0,005 (p value 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa kompetensi auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Uji parameter parsial/individual (uji t) untuk variabel profesionalisme auditor didapat dari nilai sig 0,045 lebih kecil dari 0,005 (p value 0,000 < 0,05). Hal tersebut menunjukan bahwa profesionalisme auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilakukan terhadap 70 orang responden pada 16 KAP, bahwa jumlah responden dan KAP yang dapat diteliti yaitu terhadap 57 orang akuntan publik pada 14 KAP di wilayah Sumatera Bagian Selatan yang terdiri dari provinsi Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jambi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian untuk variabel kompetensi auditor bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dapat dibuktikan dengan koefisien kompetensi auditor yang positif dan berhubungan searah dengan kualitas audit, maka hipotesis pertama penelitin ini diterima. Hal tersebut

berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik dengan memliki dua dimensi yaitu pengetahuan dan pengalaman. Penelitian ini mendukung adanya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alim, dkk. (2007) yang menyimpulkan bahwa variabel kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Pengujian untuk variabel profesionalisme auditor bahwa adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dapat dibuktikan dengan koefisien profesionalisme auditor yang positif dan berhubungan searah dengan kualitas audit, maka hipotesis kedua penelitin ini diterima. Hal tersebut berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki sikap profesionalisme yang baik dengan memiliki empat dimensi yaitu pengabdian pada profesi, kemandirian, hubungan dengan rekan profesi, dan keyakinan terhadap profesi. 3. Hasil penelitian dari analisis berganda menunjukkan bahwa variabel kompetensi auditor dan profesionalisme auditor secara simultan yang memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. 5.2 Saran Adapun saran-saran yang diajukan oleh peneliti yang telah dilakukan antara lain: 1.

Untuk penelitian selanjutunya, penelitian ini diharapkan dapat dapat menambahakan variabel lainnya selain variabel kompetensi auditor dan profesionalisme auditor yang berkaitan dengan kualitas audit. Agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas audit.

2.

Untuk para auditor, diharapkan agar dapat meningkatkan kompetensi dengan pengetahuan dari tingkat pendidikan formal dan profesi, mengikuti pelatihan, kursus dan training. Sedangkan pengalaman dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah pemeriksaan dan jenis perusahaan yang diaudit. Sikap profesional juga harus dimiliki oleh seorang auditor guna menunjang kualitas audit yang lebih baik lagi.

3.

Untuk para pengguna jasa akuntan publik, agar lebih selektif dalam memilih KAP untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar AUEP-08. Bawono, Icuk Rangga dan Elisha Muliana Singgih. 2009. Faktor-Faktor Dalam Diri Auditor dan Kualitas Audit: Studi Pada KAP „Big Four‟ di Indonesia. Jurnal Akuntansi. Purwokerto. Boynton, William C., Raymond. N. Johnson, Walter G. Kell. 2001. Modern Auditing Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta. Erlangga. Castellani, Justinia. 2008. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Pada Kualitas Audit. Jurnal Trikonomika Vol. 7, No.2 Desember. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Journal Directory: Kumpulan Jurnal Akuntansi dan Keuangan Unika Petra Vol. 4, No. 2. Elfarini, Eunike Christian. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2003. Auditing: Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Herawaty, Arleen dan Yulius Kurnia Susanto. 2009. Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 13, No. 2. Hal. 211-220 Desember. Hidayat, M. Taufik. 2011. Pengaruh Faktor-faktor Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Auditor. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Ibrani, Ewing Yuvisa, Abdul Rahman, Rr Sri Handayani. 2008. Pengaruh Identifikasi Auditor atas Klien Terhadap Objektivitas Auditor Dengan Auditor Tenure, Client Importance dan Client Image sebagai Variabel Anteseden. Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak. Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Bandar Lampung. http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Bandar%20Lampung.p df Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Bengkulu. http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Bengkulu.pdf Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Jambi http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Jambi.pdf Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Directory KAP & AP. Palembang http://www.iapi.or.id/iapi/download/Directory2011/Palembang.pdf Indah, Siti NurMawar. 2010. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Kusharyanti. 2003. Temuan penelitian mengenai kualitas audit dan kemungkinan topik penelitian di masa datang. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Hal.2560 Desember. Lastanti, Sri. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol. 5 No. 1 April. Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar AUEP-11. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi Terhadap PendapatAudit: Sebuah kuasi eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.6 No.1, Januari. Nurchasanah, Rizmah dan Wiwin Rahmanti. 2003. Analisis Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit. Akuntansi dan Manajemen. Hal.47-60, Agustus. Senjani, Yuyu Putri, Wiwik Utami dan Abdul Hamid Cebba. 2009. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Kualitas Kertas Kerja Audit dengan Ukuran Kantor Akuntan PublikSebagai Variabel Moderating. Jakarta. Jurnal Akuntabilitas. Vol. 2 No. 2, Juni. Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto AUD_11 0. Sukriah, Ika, Akram, Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII.

Undang-Undang Republik Indonesia tentang Akuntan Publik. 2011. Jakarta. Universitas Lampung. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah. UPT Percetakan Unila. Bandar Lampung. Wahyudi, Hendro, Aida Ainul Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Tingkat Materialitas Dalam Pemeriksaan laporan Keuangan. Simposoum Nasional Akuntansi IX Padang. K-AUDI 01. Yendrawati, Reni. 2008. Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Yogyakarta. Jurnal Fenomena. Volume 6-Nomor 1Maret. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Univervitas Islam Indonesia (UII).