PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Download terbimbing terhadap hasil belajar kognitif siswa (Sig. > 0,05 dan Fhitung ... Permasalahan dalam pembelajaran biologi di kelas XI IPA SMAN ...

1 downloads 718 Views 353KB Size
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 10 MALANG Rahmawati, Rizka,S.1, Susilo, Herawati2. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang Email : [email protected] ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 10 Malang. Kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode multistrategi. Analisis data menggunakan analisis kovarian yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas untuk motivasi belajar, hasil belajar kognitif dan afektif, analisis deskriptif digunakan untuk keterampilan proses sains dan keterlaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterlaksanaan pembelajaran kelas eksperimen terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) ada pengaruh metode inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar siswa (Sig. > 0,05 dan Fhitung (169,767) > Ftabel (4,001), nilai rerata motivasi belajar kelas eksperimen meningkat sebesar 12, sedangkan nilai rerata motivasi belajar pada kelas kontrol menurun sebesar 15,68, (3) ada pengaruh metode inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar kognitif siswa (Sig. > 0,05 dan Fhitung (0,426) < Ftabel (3,998), rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen meningkat sebesar 39,9 dan rata-rata hasil belajar kognitif kelas kontrol meningkat sebesar 24,03, (4) terdapat perbedaan hasil belajar afektif yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan metode multistrategi (Sig. < 0,05 dan thitung (10,067) > ttabel (1,999), (5) Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing tergolong baik.

Kata Kunci: inkuiri terbimbing, motivasi belajar, hasil belajar, keterampilan proses. PENDAHULUAN Kualitas sumber daya manusia suatu negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya, karena pendidikan yang dikelola dengan baik akan mencetak sumber daya manusia yang handal. Hasil studi/survei lembaga PISA, EFA, EDI, UNESSCO menyebutkan bahwa pendidikan di Indonesia tergolong masih rendah (Martin, 2008). Penyelenggara pendidikan mengupayakan perbaikan mutu melalui Kurikulum 2013 yang menuntut siswa aktif dan memiliki kompetensi dalam aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Permasalahan dalam pembelajaran biologi di kelas XI IPA SMAN 10 Malang adalah rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi ajar dan siswa mengalami kesulitan belajar biologi, sehingga menyebabkan motivasi dan aktivitas belajar biologi yang rendah yang berdampak pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Kenyataan di lapangan guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang ekspositori sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Strategi pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran dan sesuai dengan Kurikulum 2013 adalah pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Pembelajaran IPA dalam Kurikulum 2013 diterapkan dalam keterampilan proses sains yang tahapannya sesuai dengan metode inkuiri terbimbing. Pendekatan Scientific

2

dalam pembelajaran IPA yang meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring juga terdapat dalam sintaks pembelajaran inkuiri terbimbing. Penggunaan metode inkuiri terbimbing membuat siswa akan mendapat pemahaman materi ajar yang lebih baik. Pembelajaran melalui metode inkuiri terbimbing akan mengubah cara belajar siswa yang selama ini lebih banyak bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang bersifat lebih bermakna. Pembelajaran inkuiri juga mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan intelektual siswa, sehingga dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran akan tetapi dapat menggunakan potensi yang dimiliknya (Sanjaya, 2008:196). Pendekatan inkuiri membuat guru dapat mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Mardianti, 2011). Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri terbimbing terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 10 Malang”. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan ganda, yaitu rancangan deskriptif dan rancangan eksperimental semu (Quasy Experimental Design). Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest only control group design. Pada penelitian ini dari tiga kelas yang memiliki rata-rata nilai ujian yang hampir sama pada materi sebelumnya, dipilih dua kelas secara acak dengan metode random sampling. Satu kelas sebagai kelas kontrol dan kelas lain terpilih sebagai kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan metode multistrategi yang dilakukan oleh guru dan kelas eksperimen menggunakan metode inkuiri terbimbing oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA SMAN 10 Malang. Sampel yang digunakan adalah kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran multistrategi.Variabel bebas pada penelitian adalah metode pembelajaran yaitu metode inkuiri terbimbing dan multistrategi.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi pembelajaran, alokasi waktu, soal pretes, postes. Instrumen pembelajaran terdiri dari silabus, RPP, LKS. Instrumen pengukuran yang meliputi instrumen keterlaksanaan inkuiri oleh guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh guru dan siswa, instrumen motivasi belajar dengan menggunakan pemberian angket model ARCS pada awal dan akhir pertemuan pada siswa, instrumen hasil belajar kognitif dengan menggunakan pre test dan pos tes berupa soal pilihan objektif dengan 5 pilihan jawaban berjumlah 70 soal pada materi Sistem Reproduksi dan Sistem Pertahanan Tubuh, instrumen hasil belajar kognitif siswa dengan menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis kovarian yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat meliputi uji normalitas dan uji homogenitas untuk motivasi belajar, hasil belajar kognitif dan afektif, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk keterampilan proses sains dan keterlaksanaan pembelajaran.

3

HASIL A. Deskripsi Hasil Penelitian. 1. Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sistem Reproduksi dan Sistem Pertahanan Tubuh dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sistem Reproduksi dan Sistem Pertahanan Tubuh Komponen Keterlaksanaan Pertemuan keAlokasi Waktu (menit) RPP Persentase Keterlaksanaan oleh Guru Persentase Ketepatan Waktu oleh Guru Persentase Keterlaksanaan oleh Siswa Persentase Ketepatan Waktu oleh Siswa

Keterangan IV V 45 90 4 5

I 45 1

II 90 2

III 90 3

VI 90 6

VII 45 7

VIII 90 8

88,9%

94,4%

97,2%

100%

100%

100%

100%

100%

83,3%

91,7%

91,7%

94,4%

97,2%

100%

100%

100%

89,3%

92,8%

89,3%

94,6%

100%

96,4%

100%

100%

85,7%

85,7%

82,1%

92,9%

96,4%

96,4%

100%

100%

2. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa. Perbandingan motivasi belajar awal dan motivasi belajar akhir siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Motivasi Belajar Awal Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kategori Motivasi Belajar Siswa Sangat Termotivasi Termotivasi Kurang Termotivasi Tidak Termotivasi

Motivasi Belajar Awal Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Ʃ % Ʃ % Siswa Siswa 4 12,50 16 50 28 87,50 16 50 0 0 0 0 0 0 0 0

Motivasi Belajar Akhir Kelas Kelas Eksperimen Kontrol Ʃ % Ʃ % Siswa Siswa 0 0 1 3,23 14 45,16 31 93,55 17 54,84 1 3,23 0 0 0 0

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa motivasi belajar awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak jauh berbeda, sedangkan motivasi belajar akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Kelas eksperimen mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan nilai rerata motivasi belajar sebesar 12, dan pada kelas kontrol terjadi penurunan nilai rerata motivasi belajar sebesar 15,68. Berikut disajikan rerata motivasi belajar siswa pada tiap aspek pada kelas eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan pada Tabel 3 .

4

Tabel 3. Ringkasan Rerata Tiap Aspek Motivasi Belajar Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Perlakuan. No 1. 2. 3. 4.

Aspek Motivasi Perhatian (attention) Keterkaitan (relevance) Kepercayaan diri (confidence) Kepuasan (statisfaction)

Sebelum Perlakuan 34,94 12,44 31,84 34,69

Sesudah Perlakuan 37,09 13,34 36,00 39,03

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa terdapat peningkatan motivasi belajar setelah diberi pembelajaran inkuiri terbimbing, juga terbukti pada aspek perhatian (attention) terjadi peningkatan rerata sebesar 2,15, aspek keterkaitan (relevance) terjadi peningkatan rerata sebesar 0,9, aspek kepercayaan diri (confidence) terjadi peningkatan rerata sebesar 4,16 dan aspek kepuasan (statisfaction) terjadi peningkatan rerata sebesar 4,34. 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Kognitif Siswa. Data hasil belajar dapat diketahui melalui pre test dan post test. Data hasil pre test dan pos test siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Data Hasil Pre Test Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen.

Deskripsi Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah %Ketuntasan

Pre Test Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 48,16 45,55 74,3 55,7 34,3 22,8 0% 0%

Pos Test Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 88,06 69,58 98,6 84,2 78,6 52,9 87,5% 19,35%

Persentase ketuntasan kelas kontrol adalah 19,35% dengan rata-rata nilai 69,58 dan kelas eksperimen presentase ketuntasan belajar 87,50% dengan rata-rata nilai 88,06 artinya kelas eksperimen mempunyai nilai hasil belajar kognitif yang jauh lebih baik daripada kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen meningkat sebesar 39,9 dan kelas kontrol meningkat sebesar 24,03. 4. Deskripsi Data Hasil Belajar Afektif Siswa. Perbandingan hasil belajar afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen juga dapat dilihat pada diagram perbandingan hasil belajar afektif kelas kontrol dan kelas eksperimen setiap pertemuan pada Gambar 1.

Persentase

5

100 80 60 40 20 0

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan Ke-

Gambar 1. Perbandingan Hasil Belajar Afektif Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Setiap Pertemuan.

5. Deskripsi Data Keterampilan Proses Sains. Keterampilan proses sains yang dinilai pada penelitian meliputi merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, merumuskan kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil. Presentase tiap skor keterampilan merumuskan hipotesis pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yang disajikan pada Gambar 2. 100 Persentase

80 60

SKOR 1

40

SKOR 2

20

SKOR 3

0 I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan ke-

Gambar 2. Diagram Presentase Skor Keterampilan Merumuskan Hipotesis Tiap Pertemuan.

Presentase tiap skor keterampilan mengumpulkan data pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yang disajikan pada Gambar 3.

Persentase

100 80

SKOR 1

60

SKOR 2

40

SKOR 3

20 0 I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan ke-

Gambar 3. Diagram Presentase Skor Keterampilan Mengumpulkan Data Tiap Pertemuan.

6

Presentase tiap skor keterampilan menganalisis data pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yang disajikan pada Gambar 4. 100 Persentase

80 60

SKOR 1

40

SKOR 2

20

SKOR 3

0 I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan ke-

Gambar 4. Diagram Presentase Skor Keterampilan Menganalisis Data Tiap Pertemuan.

Presentase tiap skor keterampilan merumuskan kesimpulan pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yang disajikan pada Gambar 5.

Persentase

100 80 60

SKOR 1

40

SKOR 2

20

SKOR 3

0 I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan ke-

Gambar 5. Diagram Presentase Skor Keterampilan Merumuskan Kesimpulan Tiap Pertemuan.

Presentase tiap skor keterampilan merumuskan kesimpulan pada pertemuan pertama hingga pertemuan kedelapan yang disajikan pada Gambar 6. 100 Persentase

80 60

SKOR 1

40

SKOR 2

20

SKOR 3

0 I

II

III

IV

V

VI

VII

VIII

Pertemuan ke-

Gambar 6. Diagram Presentase Skor Keterampilan Mengkomunikasikan Hasil Tiap Pertemuan.

7

B. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Analisis Data Motivasi Belajar Siswa. Data angket motivasi belajar yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis kovarian, sebelumnya dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi 0,200 > 0,05, disimpulkan bahwa data motivasi belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan Uji Levene nilai signifikansi Sig. (0,998) > 0,05 dan Fhitung (0,000) < Ftabel (3,998), disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian yang sama. Hasil uji anakova menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Fhitung (169,767) > Ftabel (4,001), artinya ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap motivasi belajar siswa. Hasil anakova motivasi belajar pada perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Uji Anakova Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Motivasi Belajar. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Motivasi Belajar Akhir Source Corrected Model Intercept Motivasi_Awal Kelas Error Total Corrected Total

Type III Sum of Squares 16584.188a 1238.838 1444.377 13093.470 4627.559 790347.000 21211.746

df 2 1 1 1 60 63 62

Mean Square 8292.094 1238.838 1444.377 13093.470 77.126

F 107.514 16.063 18.728 169.767

Sig. .000 .000 .000 .000

a. R Squared = .782 (Adjusted R Squared = .775)

2. Analisis Data Hasil Belajar Kognitif Siswa. Data hasil belajar kognitif dianalisis menggunakan analisis kovarian, sebelumnya dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi (0,200; 0,12;, 0,068; dan 0,200) > 0,05, disimpulkan bahwa data hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan Uji Levene nilai signifikansi Sig. (0,517) > 0,05 dan Fhitung (0,426) < Ftabel (3,998), disimpulkan bahwa hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian yang sama. Hasil uji anakova menunjukkan nilai signifikansi 0,000<0,05 dan Fhitung (78,956) > Ftabel (4,001), artinya terdapat perbedaan hasil belajar kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga disimpulkan pembelajaran model inkuiri terbimbing berpengaruh pada hasil belajar kognitif. Hasil anakova hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.

8

Tabel 6. Hasil Uji Anakova Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kognitif. Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Postest Source Corrected Model Intercept Pretest Kelas Error Total Corrected Total

Type III Sum of Squares 5640.303a 9632.963 261.908 4917.379 3736.816 402307.360 9377.119

df

Mean Square 2820.152 9632.963 261.908 4917.379 62.280

2 1 1 1 60 63 62

F 45.282 154.671 4.205 78.956

Sig. .000 .000 .045 .000

a. R Squared = .601 (Adjusted R Squared = .588)

3. Analisis Data Hasil Belajar Afektif Siswa. Data hasil belajar afektif dianalisis menggunakan uji t-test, sebelumnya dilakukan uji prasarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov nilai signifikansi (0,250; dan 0,773) > 0,05, disimpulkan bahwa data hasil belajar afektif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas dengan Uji Levene nilai signifikansi Sig. (0,058) > 0,05 dan Fhitung (3,720) < Ftabel (3,998),disimpulkan bahwa hasil belajar afektif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian yang sama. Hasil uji t-test menunjukkan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan thitung (10,067) > ttabel (1,999), artinya terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji T-Test hasil belajar afektif dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Uji T-Test Hasil Belajar Afektif Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances

F NIlai Afektif

Equal variances assumed Equal variances not assumed

3.720

Sig. .058

t-test for Equality of Means

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

10.067

61

.000

11.09133

1.10176

8.88822

13.29444

10.014

54.090

.000

11.09133

1.10759

8.87083

13.31183

PEMBAHASAN 1. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dapat dilihat berdasarkan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah terlaksana

9

dengan baik, sesuai dengan tujuan pembelajaran dan persentase setiap pertemuan meningkat. Ketidaksesuaian keterlaksanaan dan ketidaktepatan waktu terjadi pada beberapa tahap baik oleh siswa maupun guru. Siswa pada pertemuan-pertemuan awal mengalami kesulitan dikarenakan mereka belum terbiasa dengan tahapan metode inkuiri terbimbing, sehingga guru dalam kondisi ini harus memiliki kepekaan dan kreativitas mengatasi masalah yang dihadapi agar tujuan pembelajaran berjalan sesuai harapan. 2. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Motivasi Belajar Siswa. Hasil analisis membuktikan bahwa pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan rerata aspek perhatian siswa, hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2006) dalam Amelia (2013) bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan konsentrasi siswa melalui metode ilmiah sehingga siswa dapat memperoleh kesimpulan yang benar. Guru model pada saat pembelajaran selalu mendorong rasa keingintahuan siswa dengan memberi konflik kognitif yang kontekstual dan bersifat teka-teki sehingga siswa berminat dan memperhatikan materi yang akan diajarkan. Analisis data membuktikan pembelajaran yang dilakukan guru mempengaruhi motivasi belajar karena peserta didik merasa bahwa materi tersebut dapat memenuhi kebutuhannya, maka ia akan termotivasi untuk mempelajarinya ((Trisnawati, 2008). Hasil analisis data memperlihatkan peningkatan rerata aspek kepercayaan diri karena guru model selalu mendorong keberanian terus menerus, memberikan bermacam-macam penguatan dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bila siswa telah berhasil (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 245). Hasil analisis data memperlihatkan peningkatan rerata aspek kepuasan karena guru model memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan kemampuan yang dimiliki kemudian selalu memberikan pujian atas upaya dan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suciati (2001) yaitu untuk meningkatkan dan memelihara motivasi peserta didik guru dapat menggunakan penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya. 3. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa. Hasil belajar kognitif dipengaruhi oleh metode yang digunakan guru (Slameto, 2010). Penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam pencapaian hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan siswa yang belajar dengan metode multistrategi. Keaktifan dalam diskusi untuk memecahkan masalah melalui pengamatan akan menumbuhkan motivasi belajar yang tinggi pada siswa dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap hasil belajar (Purwanto, 2012). Siswa yang menemukan konsepnya sendiri melalui bimbingan oleh guru akan mempunyai memori jangka panjang karena siswa terlibat aktif dalam penemuan konsepnya sendiri. Pada pembelajaran kelas kontrol siswa diberi tugas untuk mencari materi secara mandiri melalui metode pustaka keliling, dan pada materi Sistem Pertahanan Tubuh guru menggunakan metode ceramah sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh guru dan siswa tinggal mengikuti apa yang diminta oleh guru. Konsep-konsep secara langsung dinberikan oleh siswa kemudian baru diberikan penguatan bukan diperoleh

10

melalui proses penemuan, sehingga konsep yang diperoleh siswa sifatnya remanen dan tersimpan dalam memori jangka pendek siswa. Perbedaan cara belajar yang diberikan pada siswa tersebut yang menyebabkan perbedaan hasil proses pembelajaran yang dilakukan. Memori jangka pendek ini tercermin dari hasil belajar siswa kelas kontrol yang masih banyak dibawah KKM. Dahar (1988: 126) mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan inkuiri menunjukkan beberapa kebaikan yaitu pengetahuan bertahan lama, meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri. Deta (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa rata-rata prestasi belajar kognitif siswa dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik daripada siswa dengan metode proyek sekalipun. Lundgren (1991) dalam Mc Daniel & Green (2012: 3) mengatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing memiliki beberapa keuntungan, salah satunya adalah meningkatkan prestasi akademik siswa. 4. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Afektif Siswa. Penilaian afektif dalam penelitian meliputi karakter dan keterampilan sosial yaitu tanggungjawab, jujur, keaktifan di dalam dan di luar presentasi serta perhatian terhadap presentasi kelompok lain. Pada kelas eksperimen siswa memiliki kinerja yang baik, optimis dan memiliki keuletan dalam belajar, memiliki tanggung jawab dan senang menghadapi tantangan dalam belajar. Karakter sikap ini terlihat dari tanggungjawab siswa dalam mengerjakan LKS, kejujuran dalam menuliskan data, antusias siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi presentasi. Pada kelas kontrol ada beberapa siswa yang kurang bertanggungjawab atas tugasnya, kurang aktif dalam diskusi dan kurang memperhatikan presentasi kelompok lain, ini disebabkan siswa tidak memiliki motivasi dan tanggungjawab belajar, sehingga kesulitan dalam belajar dianggap sebagai bencana dan belajar merupakan suatu beban. Selain itu dapat juga disebabkan karena siswa kurang tertantang dan kurang diberikan suatu pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswa, sehingga siswa merasa kurang senang belajar karena siswa mengganggap bahwa pengetahuan yang diperoleh kurang dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Perbedaan sikap dan karakter siswa kedua kelas akan menyebabkan perbedaan hasil belajar. Muhammad (2011: 1) menyatakan bahwa siswa tidak hanya mempelajari konsep pada pembelajaran inkuiri terbimbing, tetapi juga belajar tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, dan komunikasi sehingga memungkinkan siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 5. Keterampilan Proses Sains. Keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen pada semua aspek yaitu merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, merumuskan kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil pada setiap pertemuan selalu mengalami peningkatan persentase. Peningkatan persentase ini karena siswa sudah terlatih dalam mengembangkan kemampuan keterampilan proses sains dalam pembelajaran. Dwijono,dkk (2013) menyatakan bahwa keterampilan proses sains siswa baik tinggi maupun rendah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

11

kognitif, afektif, dan psikomotor. Yuniastuti (2013) menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri terbimbing di dalam kelas memicu terjadinya kenaikan keterampilan proses siswa dalam biologi, motivasi dan hasil belajar kognitif siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan hasil pembahasan, dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Keterlaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Keterlaksanaan pembelajaran dan ketepatan waktu pelaksanaan oleh guru dan siswa selalu mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. 2. Pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dengan nilai probabilitas metode pembelajaran kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,000 dengan Fhitung (169,767) lebih besar dari Ftabel (4,001), nilai rerata motivasi belajar kelas eksperimen meningkat sebesar 12, sedangkan nilai rerata motivasi belajar pada kelas kontrol menurun sebesar 15,68. Metode inkuiri terbimbing lebih baik daripada metode multistrategi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa dengan nilai signifikansi 0,000<0,05 dan Fhitung (78,956) > Ftabel (4,001). rata-rata hasil belajar kognitif kelas eksperimen meningkat sebesar 39,9 dan rata-rata hasil belajar kognitif kelas kontrol meningkat sebesar 24,03. Metode inkuiri terbimbing lebih baik daripada metode multistrategi untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. 4. Terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar afektif pada kelas yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing dan kelas yang dibelajarkan dengan metode multistrategi. 5. Keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan metode inkuiri terbimbing tergolong baik dan jumlah siswa dengan nilai skor 3 selalu mengalami peningkatan persentase pada setiap pertemuan. Berdasarkan analisis data dan hasil pembahasan yang terdapat pada penelitian ini, beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut. 1. Guru dapat menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam variasi model pembelajaran biologi untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Penelitian mengenai pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing akan lebih sempurna jika dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap keterampilan proses sains siswa. 3. Guru yang menggunakan metode inkuiri terbimbing disarankan untuk menarik perhatian siswa dengan mengangkat permasalahan yang kontekstual dan fenomenal dalam kehidupan sehari-hari.

12

DAFTAR RUJUKAN Amelia, Y. R. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMPN 16 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Dahar, R, W. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: LPTK. Deta, U, A., Suparmi & Widha, S. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 9 (2013): 28-34 Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dwijono, S, W., & Sugiyarto. 2013. Pembelajaran Biologi dengan Pendekatan Starter Eksperimen (Pse) Melalui Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Bebas Termodifikasi Ditinjau dari Keterampilan Proses Sains dan Kreativitas Siswa. Jurnal Inkuiri. ISSN: 2252-7893 2 (2): 124-133. Mardiyanti, L. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Pemahaman Siswa pada Konsep Bunyi. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Martin, X. S. 2008. The Competitiveness Index: Measuring the Productive Potential of Nations. Makalah disajikan dalam The Global Competitiveness Report 2008-2009. (Online), ( http:// www. weforum .org /pdf /gcr/2008/rankings.pdf), diakses 11 Mei 2014). Mc Daniel, S., & Green, L. 2012. Independent Interactive Inquiry-Based Learning Modules Using Audio-Visual Instruction in Statistics. Journal of Education, 6 (1): 2-18, (Online), (http:// www. Scholarship. Org/uc/item/322385kq), diakses 10 Mei 2014. Muhammad, S, A. 2011. Effects of Inquiry Teaching Method on Academic Achievement, Retention and Attitudes Towards Chemistry among Diploma Students of Kano State Polytechnic. (Online) (http:// kubanni .abu.edu .ng: 8080 /jspui /bitstream /123456789 /1726/1/ EFFECTS %20OF % 20INQUIRY %20TEACHING%20METHOD%20ON%20ACADEMIC%20ACHIEVEMENT, %20RETENTION%20AND%20ATTITUDES%20TOWARDS%20CHEMISTR Y%20AMONG%20DIPLOMA%20STUDENTS%20OF%20KANO%20STATE %20POLYTECHNIC.pdf), diakses pada 4 Juni 2014. Purwanto, A. 2012. Kemampuan Berpikir Logis SMAN 8 Kota Bengkulu dengan Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal Exacta, X (2) ISSN 1412-3617.

13

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Suciati, & Irawan, P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdiknas Dirjen PT, PAU. Tangkas, M, I. 2012. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura. Thesis tidak diterbitkan. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha. Trisnawati. 2008. Implementasi Model Arcs (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam Pembelajaran PAI di SMAN 1 Brebes. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Yuniastuti, E. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan. Jurnal Penelitian Pendidikan. 14(1): 78-86.