PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA KOMPAS UNIVERSITAS SYIAH KUALA KNOWLEDGE AND PERSONAL HYGIENE OF THE STUDENT WHO LIVE IN THE KOMPAS DORMITORY, SYIAH KUALA UNIVERSITY Teuku Alkautsar Safutra1; Rachmalia2 1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh E-mail:
[email protected];
[email protected] ABSTRAK
Personal Hygiene sangat penting untuk mencegah timbulnya peradangan serta penyakit-penyakit infeksi maupun non infeksi lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene meliputi citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan dan motivasi kesehatan, variabel budaya, kebiasaan atau pilihan pribadi dan kondisi fisik seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan personal hygiene pada mahasiswa yang tinggal di asrama komplek pelajar dan mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, Populasinya adalah seluruh mahasiswa laki-laki yang tinggal di asrama komplek pelajar dan mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh yang berjumlah total 160 mahasiswa. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah 66 sampel. Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang terdiri dari 26 item pernyataan dalam bentuk dichotomous choice, pen light dan tongue spatel untuk lembar observasi pemeriksaan fisik. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2016. Bredasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (57,6%) memiliki pengetahuan personal hygiene yang baik, gambaran personal hygiene mahasiswa sebagian besar bersih (69,6%), dimana secara sub variabel sebagian besar mahasiswa memiliki rambut yang bersih (75,5%), kulit bersih (96,9%), kuku bersih (94%), tangan dan kaki bersih (92,4%), mulutbersih (96,9%), mata bersih (98,5%), telinga bersih (91,6%), dan hidung bersih (80,3%). Saran untuk asrama agar membuat suatu pelatihan atau seminar tentang personal hygiene serta memperbaiki sanitasi lingkungan. Kata Kunci : Pengetahuan, Mahasiswa Asrama, Personal Hygiene ABSTRACT Personal Hygiene is very important to prevent any inflammation and infectious as well as non-infectious diseases. Factors affecting personal hygiene include body image, social practice, socioeconomic status, knowledge and health motivation, cultural variable, habits or personal preferences, and one’s physical condition. This study aimed to find out knowledge representation and personal hygiene of students who live in the student dormitory complex and Syiah Kuala University’s students, Darussalam Banda Aceh. The type of the study was descriptive explorative. The population was all male students who live in the student dormitory complex and Syiah Kuala University’s students Darussalam Banda Aceh which totaled of 160 students. Technique of data collection was accidental sampling with 66 samples. The instrument was questionnaire consisted of 26 items in the form of dichotomous choice, pen light and tongue depressor for observation sheet of physical examination. Data collection was conducted on August 2016. The results of the study showed that the majority of the respondents (57.6%) had a good knowledge of personal hygiene, the image of most students’ personal hygiene was clean (69.6%), which based on sub-variable, most of the students had clean hair (75.5%), clean skin (96.9%), clean eyes (98.5%), clean ears (91.6%), and clean noses (80.3%). It is suggested for the dormitory to conduct training or seminar about personal hygiene and to improve environmental sanitation. Key Words : Knowledge, Dormitory students, Personal Hygiene
1
PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bentuk perwujudan dari upaya pelayanan kesehatan dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat. Bahwa kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui status kesehatan yang dapat dipengaruhi empat determinan utama, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter (Depkes RI, 2009). Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik di rumah tangga, institusi-institusi maupun tempattempat umum. Kebiasaan menyangkut pinjam-meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Dinkes Prov. NAD, 2005). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). Seseorang dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut, mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2005). Faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi perawatan diri yaitu adalah faktor pengetahuan, faktor budaya, dan faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2007), menunjukkan 44 orang (62,9%) terkena skabies, dan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pemakaian sabun mandi, kebiasaan berganti pakaian, kebiasaan tidur bersama, kebiasaan pemakaian selimut tidur dan kebiasaan mencuci pakaian bersama dengan penderita skabies.
Penelitian Nugraheni (2008), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kebersihan diri santri terhadap kejadian penyakit scabies di pondok pesantren Al-Muayyad Surakarta dan secara proporsi 72,9% penderita skabies mempunyai kebiasaan mandi hanya satu kali sehari. Asrama mahasiswa adalah suatu bangunan tempat tinggal bagi mahasiswa selama menuntut ilmu yang biasa berlokasi di dekat instansi tertentu yang sesuai dengan target penghuni yang dimaksud, dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi akademik dan belajar untuk berinteraksi sosial sebagai usaha pengembangan kepribadian mahasiswa (Gata, 2012). METODE Desain penelitian ini deskriptif eksploratif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh yang berjumlah total 160orang. penelitian berjumlah 66 mahasiswa yang tinggal di asrama. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner sebagai alat pengukur pengetahuan dan gambaran keadaan fisik mahasiswa terkait personal hygiene, dan format observasi untuk mengukur keadaan fisik terkait personal hygiene pada mahasiswa dalam bentuk check list. HASIL Data yang diperoleh berdasarkan lembar isi terhadap 66 responden adalah sebagai berikut:
2
Tabel 1. Distribusi Data Demografi (n=66) Berdasarkan tabel 5.1 rata - rata usia Usia
Frekuensi
Presentase
3 5 9 10 18 21 66
4,5 7,5 13,6 15,1 27,2 31,8 100
19 – 24 tahun (remaja akhir) Total Blok Yang Ditempati Blok A 37 56,0 Blok B 29 43,9 responden yang diteliti adalah remaja akhir yaitu usia 19 - 24 tahun. Frekuensi 19 tahun sebanyak 18 orang (27,2%) dan 21 tahun sebanyak 21 orang (31,8%) sesuai dengan tabel 5.1 di atas. Dilihat dari kategori Blok yang ditempati, jumlah responden terbanyak adalah Blok A dengan frekuensi 37 orang (56,0%). Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tentang Pengetahuan Personal Hygiene (n=66) Kategori Frekuensi Persentase 38 57,6 Baik 28 42,4 Kurang Berdasarkan tabel 5.3 bahwa pada pengetahuan personal hygiene sebanyak 38 mahasiswa (57,6%) pada kategori baik. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Rambut (n=66) Kategori Frekuensi Persentase 58 75,8 Bersih 8 12,1 Tidak Bersih
Berdasarkan tabel 3. bahwa pada pemeriksaan fisik kepala, sebanyak 58 mahasiswa (75,8%) pada kategori bersih. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Kulit (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 64 2
Persentase 96,9 2,0
Berdasarkan tabel 5. menunjukkan bahwa pada pemeriksaan fisik kulit sebanyak 64 mahasiswa (96,9%) pada kategori bersih. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Kuku (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 62 4
Persentase 94 6,0
Berdasarkan tabel 5. bahwa pada pemeriksaan fisik kuku sebanyak 62 mahasiswa (94%) pada kategori bersih. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Tangan dan Kaki (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 61 5
Persentase 92,4 7,6
Berdasarkan tabel 6. bahwa pada pemeriksaan fisik tangan dan kaki sebagian besar responden yaitu sebanyak 61 mahasiswa (92,4%) pada kategori bersih. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Mulut (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 64 2
Persentase 96,9 2,0
Dari tabel 7. bahwa pada pemeriksaan fisik mulut sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 mahasiswa (96,9%) pada kategori bersih. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Mata (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 65 1
Persentase 98,5 1,5
Berdasarkan tabel 8. bahwa pada pemeriksaan fisik Mata sebanyak 3
65 mahasiswa (98,5%) pada kategori bersih. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Telinga (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 55 11
Persentase 91,6 1,5
Berdasarkan tabel 9. bahwa pada pemeriksaan fisik Telinga semua responden yaitu 55 mahasiswa (91,6%) pada kategori bersih. Tabel 10. Distribusi Frekuensi Kategori Hasil Pemeriksaan Fisik Hidung (n=66) Kategori Bersih Tidak Bersih
Frekuensi 53 13
Persentase 80,3 19,7
Berdasarkan tabel 10. bahwa pada pemeriksaan fisik hidung sebanyak 53 mahasiswa (80,3%) berada pada kategori bersih. PEMBAHASAN Gambaran pengetahuan mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 2. dapat disimpulkan bahwa pengetahuan personal hygiene mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar baik yaitu 38 mahasiswa (57,6%), dikarenakan rata-rata dari mahasiswa tersebut memiliki pengetahuan tentang manfaat, cara mencegah dan resiko yang akan terjadi jika personal hygiene mereka tidak terjaga dengan baik dan artinya mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dalam hal pengetahuan tentang personal hygiene memiliki pengetahuan yang baik.
Pengetahuan merupakan hasil tau dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, peindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran penciumam, rasa dan raba. sebahagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Ummul pada tahun 2011 yang meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren Darul Huffadh di wilayah kerja Puskesmas Kajuara Kabupaten Bone menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian skabies diantaranya tingkat pengetahuan (p-value = 0,000), praktik kebersihan diri (p-value = 0,000), dan sikap (p-value = 0,000). penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan seseorang merupakan hal yang sangat penting yang berperan dalam terbentuknya tindakan seseorang mengenai suatu penyakit baik berupa deteksi dini hingga upaya terhadap pencegahan penyakit. Gambaran pemeriksaan fisik personal hygiene pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam. Pemeriksaan Fisik Rambut Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 3. bahwa pemeriksaan fisik rambut pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darsussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 58 mahasiswa (75,8%) berada pada kategori bersih dan sebanyak 8 mahasiswa (12,1%) berada pada kategori tidak bersih. Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak. Karena itu kotoran, debu dan asap mudah melekat pada rambut. Dengan demikian maka pencucian rambut adalah suatu keharusan. Pencucian rambut dengan shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua kali dalam seminggu (Depdikbud, 1986). 4
Pemeriksaan Fisik Kulit Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 4. bahwa pemeriksaan fisik kulit pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 mahasiswa (96,9%) berada pada kategori bersih dan sebanyak 2 mahasiswa (3,0%) berada pada kategori tidak bersih. Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah 6,8% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi penyakit kulit diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo (Depkes RI,2007). Pemeriksaan Fisik Kuku Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5. bahwa pemeriksaan fisik kuku pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 62 mahasiswa (94%) berada pada kategori bersih dan 4 mahasiswa (6,0%) berada pada kategori tidak bersih. Kuku juga sering kali memerlukan perawatan khusus untuk mencegah infeksi, bau dan cidera pada jaringan. Perawatan dapat digabungkan pada saat mandi atau pada watu yang terpisah. Masalah yang timbul bukan karena perawatan yang salah atau kurang terhadap kaki dan tangan seperti menggigit kuku atau memotong yang tidak tepat. Pemaparan dengan zat-zat kimia yang tajan dan rangkaian sepatu yang tidak pas, ketidak nyamanan dapat berpengaruh pada stress fisik dan emosional
(Potter dan Perry, 2005). Pemeriksaan Fisik Tangan dan Kaki Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 6. bahwa pemeriksaan fisik tangan dan kaki pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 61 mahasiswa (92,4%) berada pada kategori bersih dan 5 mahasiswa (7,5%) berada pada kategori tidak bersih. Personal higiene adalah suatu usaha pemeliharaan kesehatan diri seseorang yang bertujuan mencegah terjangkitnya penyakit serta untuk memperbaiki status kesehatannya. Salah satu indikator dari personal higiene adalah perawatan kaki, tangan, dan kuku (Perry & Potter, 2005). Tangan dan kaki juga rentan terkena infeksi dan penyakit, salah satu masalah yang sering terlihat yaitu diare, penyebab diare terjadi jika kita mengkonsumsi makanan dengan kondisi tangan yang tidak bersih, tanpa mencuci terlebih dahulu baik menggunakan sabun ataupun menggunakan carian disinfektan lainnya. Tahun 2010 ditemukan angka kejadian diare sebanyak 24 per 1000 penduduk di Kota Semarang (DKK Semarang, 2010). Pada tahun 20062010, ditemukan case fatality rate diare sebesar 2,16%, 1,79%, 2,34%, 1,74%, dan 1,74% (Depkes RI, 2011). Pemeriksaan Fisik Mulut Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 7. bahwa pemeriksaan fisik mulut pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 mahasiswa (96,9%) berada pada kategori bersih dan 2 mahasiswa (3,0%) berada pada kategori tidak bersih. Personal hygiene mulut dan gigi 5
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Personal hygiene mulut dan gigi yang tidak baik akan mengakibatkan berbagai macam penyakit seperti bau mulut, stomatitis, glositis (peradangan lidah), gingivitis (peradangan gusi), yang biasanya terjadi karena hygiene mulut yang buruk (Wendari, 2001). Pemeriksaan Fisik Mata Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 8. bahwa pemeriksaan fisik mata pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 65 mahasiswa (98,5%) berada pada kategori bersih dan 1 mahasiswa (1,5%) berada pada kategori tidak bersih. Kotoran mata yang menumpuk dapat mengganggu kenyamanan penglihatan dan apabila dibersihkan dengan cara yang salah seperti dikucek atau diambil langsung dengan menggunakan tangan bisa menyebabkan iritasi pada mata dan menyebabkan konjungtivitis (Johnson, 2010). Pemeriksaan Fisik Telinga Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 9. bahwa pemeriksaan fisik telinga pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 55 mahasiswa (83,3%) berada pada kategori bersih dan 11 mahasiswa (16,6%) berada pada kategori tidak bersih. Telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, telinga yang serumen terlalu banyak telinganya perlu dibersihkan. Hygiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Membersihkan kotoran telinga dengan mempergunakan peniti atau jepit rambut
sangat berbahaya karena dapat menusuk gendang telinga (Potter dan Perry, 2005). Penelitian Anna Nurjannah (2012) didapatkan data bahwa Personal hygiene telinga responden mendapatkan hasil 74% tidak hygiene, yang berarti masih membutuhkan perhatian khusus. Dalam penelitian ini, sebanyak 56,3% dari responden masih memiliki masalah kotoran telinga dan serumen telinga. Pemeriksaan Fisik Hidung Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 5.19 bahwa pemeriksaan fisik hidung pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 mahasiswa (80,3%) berada pada kategori bersih dan 13 mahasiswa (19,7%) berada pada kategori tidak bersih. Hidung memberikan temperatur dan kelembapan udara yang pernafasan dihirup serta mencegah masuknya partikel asing kedalam sistem akumulasi sekresi yang mengeras didalam nares merusak sensasi alfaktori dan pernafasan (Potter dan Perry, 2005). Cara yang paling baik untuk membersihkan hidung adalah dengan mendenguskan (meniupkan udara keluar lubang hidung) secara pelan-pelan. Waktu mendenguskannya kedua lubang hidung harus terbuka. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membersihkan hidung adalah tidak boleh memasukan air kedalam lubang hidung, hal ini dapat mendorong kotoran benda lain kedalam serambi jantung, supaya tidak terisap-isap, mencegah terjadinya luka pada selaput. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan secara umum bahwa pengetahuan dan personal hygiene pada mahasiswa yang tinggal di Asrama Komplek Pelajar dan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda 6
Aceh berada pada kategori baik. Dengan penelitian ini diharapkan kepada pengelola asrama agar lebih memperhatikan fasilitas atau memperbaiki fasilitas asrama serta juga memperbaiki sanitasi lingkungan sehingga status kesehatan warga asrama terutama pada kesehatan fisik lebih meningkat dan optimal. Saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan desain penelitian ini menjadi suatu penelitian korelasi dengan mengkorelasikan hubungan ruang lingkup asrama dengan status kesehatan mahasiswa, sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
REFERENSI Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi., Jakarta: PT Rineka Cipta. Andarmoyo, S. (2012). Personal Hygiene: Konsep, Proses dan Aplikasi Praktik Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Depkes RI. (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 – 2025. Jakarta: Depkes RI. http://www.depkes.go.id. Harahap & Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta. Hidayat, A. (2006). Konsep Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Edisi Pertama., Jakarta: Salemba Medika. Isro’in & Andarmoyo. (2012). Personal Hygiene; Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan, Edisi Pertama., Yogyakarta: Graha Ilmu Kementrian Kesehatan RI. (2010). Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010 – 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. http://www.depkes.go.id. Kozier, Erb. (2009). Buku ajar praktik keprawatan klinis: ed 5. Jakarta: EGC. Muzakir. (2008). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies pada Pesantren di Kabupaten Aceh Besar. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. Mubarak & Chayatin. (2007). Buku Ajar
Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi dalam Praktik, Jakarta: EGC. Notoatmodjo (2012). Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Perry & potter. (2009). Fundamental keprawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC. Pearce, Evelyn. (2006). Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia. Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi.Surabaya:Graha Ilmu. Setiadi. (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Syarifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia.Jakarta:Salemba Medika. Ummul, H. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Pondok Pesantren Darul Huffadh di Wilayah Kerja Puskesmas Kajuara Kabupaten Bone. Jurnal Media Kedokteran. 2(4): 1-6. Wartonah & Warwoto, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dam Proses Keperawatan Edisi 3. Jakarta, Salemba Media.
7