PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG DENGAN MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK BERBAHAN TANAH LIAT, TEPUNG JAGUNG DAN SERBUK BESI Subriyer Nasir*, Marlis Purba, Otto Sihombing *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662 Email:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas air asam tambang setelah diolah dengan menggunakan membran keramik berbahan tanah liat , tepung jagung dan serbuk besi. Variabel tekanan yang digunakan 28, 30 dan 32 psi . Variabel waktu yang digunakan 15 , 30 ,45 dan 60 menit. Parameter yang diukur dalam mengolah air asam tambang yaitu pH , EC, TDS, Fe , Mn dan Sulfat. Dari hasil penelitian untuk komposisi membran (82,5 % tanah liat : 15 % tepung jagung : 2,5 % serbuk besi) didapat persentase penurunan Fe tertinggi 98,76 % pada tekanan 30 psi dan waktu 45 menit) dengan fluks permeat terbaik sebesar 509,55 (L/m2 . jam). Untuk komposisi membran (85 % tanah liat : 12,5 % tepung jagung : 2,5 % serbuk besi) menit). Persentase penurunan Mn tertinggi sebesar 60,21 % pada tekanan 28 psi dan waktu 60 menit) dan persentase penurunan Sulfat tertinggi sebesar 96,08 % pada tekanan 30 psi dan waktu 60 menit. Kata kunci : air asam tambang, tanah liat, membran keramik, serbuk besi
Abstract The purpose of this research was determining the quality of acid mine water treatment by using ceramic’s membrane made from clay, cornstarch, and iron powder. Pressure variables used 28, 30 and 32 psi. Variable time used 15, 30, 45 and 60 minutes. Parameters measured were pH, EC, TDS, Fe, Mn and Sulphate . Result showed the composition of membrane (82,5 % clay :15 % corn starch : 2,5 % iron powder) gave the highest percentage reduction of Fe as 98,76 % at operating pressure of 30 psi and 45 minutes of operating time with the best permeate flux of 509,55 (L/m2 . hrs). For the composition of membrane (85 % clay : 12,5 % corn starch : 2,5 % iron powder) showed the best increase of pH as 50,89% at operating pressure of 32 psi and 60 minutes. The highest percentage reduction of both Mn and Sulphate was 60,21 % at 28 psi and 60 min and 96,08% at operating pressure of 30 psi at 60 minutes respectively. Keywords : acid mine, ceramic membranes ,clay ,iron powder
1.
PENDAHULUAN
Air asam tambang atau dalam bahasa asing disebut Acid Mine Drainage merupakan air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan nilai pH yang rendah (pH < 4). Nilai pH yang rendah pada air asam tambang menyebabkan mudahnya logam-logam tertentu larut dalam air. Hal ini jika tidak ditangani dengan baik ,pada konsentrasi tertentu akan membahayakan lingkungan, sebab hasil oksida sulfida oleh
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
media air akan terangkut sehingga mencemari lokasi di sekitarnya. Adapun dampak negatif dari air asam tambang tersebut adalah : 1.Masyarakat di sekitar wilayah tambang 2.Biota perairan 3.Kualitas air tanah 4.Terhadap bangunan dan alat tambang Untuk mengatasi masalah di atas , maka perlu dilakukan pengolahan terhadap air asam tambang agar tidak membahayakan lingkungan disekitarnya. Teknologi pemurnian yang
Page | 22
dilakukan adalah dengan menggunakan membran keramik. Yaitu membran yang digunakan terbuat dari campuran tanah liat , tepung jagung dan serbuk besi . a.
Air Asam Tambang Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa asing acid mine drainage (AMD) , atau acid rock drainage (ARD). Dalam industri pertambangan batubara disebut dengan coal mine drainage (CMD) merupakan air yang terbentuk akibat kegiatan pertambangan terbuka maupun tertutup (bawah tanah) dimana terjadi reaksi antara air, oksigen, dan batuan-batuan yang mengandung mineral-mineral sulfida sehingga menyebabkan terjadinya air asam tambang. Pembentukan dan Karakteristik Air Asam Tambang Air asam tambang timbul apabila mineral-mineral sulfida yang terkandung dalam batuan pada saat penambangan berlangsung, bereaksi dengan air dan oksigen. Oksidasi pirit (FeS2) akan membentuk ion ferro (Fe 2+), sulfat, dan beberapa proton pembentuk keasaman, sehingga kondisi lingkungan menjadi asam.
3) Nilai keasaman : 50-15.000 mg/L dan konduktivitas listrik umumnya antara 100020.000 µS/cm. 4) Konsentrasi yang rendah dari oksigen terlarut (< 6 mg/L). 5) Tingkat kekeruhan (turbiditas) atau total padatan tersuspensi yang rendah c.
Sumber-sumber Air Asam Tambang Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu tambang terbuka maupun tambang dalam, umumnya keadaan ini terjadi karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan oksida sulfur menjadi asam. Sumber-sumber air asam tambang berasal dari kegiatan sebagai berikut :
b.
Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang 4 Fe + 15 O2 + 14H2O 4 Fe (OH3) + 8 H2SO4 Pyrite + oxygen + water Yellowboy Sulfure Acid Reaksi antara besi, oksigen dan air akan membentuk asam sulfat dan endapan besi hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap di dasar saluran tambang atau pada dinding kolam pengendapan lumpur merupakan gambaran visual dari endapan besi hidroksida (Yellowboy). Di dalam reaksi umum pembentukan air asam tambang terjadi empat reaksi pada pirit yang menghasilkan ion-ion hidrogen yang apabila berikatan dengan ion-ion negatif dapat membentuk asam.
1. Air dari tambang terbuka 2. Air dari pengolahan batuan buangan 3. Air dari lokasi penimbunan batuan 4. Air dari unit pengolahan limbah tailing d. Kandungan logam yang terdapat pada Air Asam Tambang Pada pertambangan batubara, kandungan logam yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 yaitu besi dan mangan. 1. Besi Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya , pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. 2. Mangan Mangan adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+).
Adapun karakteristik kimia dari air asam tambang yaitu: 1) pH rendah (nilainya berkisar antara 1,5 hingga 4). 2) Konsentrasi logam dapat larut tinggi (seperti besi, aluminium, mangan, kadmium, tembaga, timah, seng, arsenik dan merkuri).
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
Page | 23
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara Parameter pH Residu Tersuspensi Besi (Fe) Mangan (Mn)
Satuan
Mg/L
Kadar Maksimum 6-9 400
Mg/L Mg/L
7 4
f. Faktor yang mempengaruhi kinerja membran Fluks atau permeabilitas sering disebut juga sebagai kecepatan permeat adalah ukuran kecepatan suatu spesi melewati membran persatuan luas dan waktu dengan gradien tekanan sebagai gaya pendorong. Faktor yang mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan ukuran pori, interaksi antara membran dan larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan dari luar. Fluks (Jv) dirumus sebagai berikut :
Sumber : Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun 2003 e. Media Penyaring Air Asam Tambang 1. Pasir Silika 2. Spons membran 3. Karbon aktif 4. Membran keramik Untuk pengolahan air asam tambang digunakan membran keramik dengan komposisi: Tabel 2. Komposisi Membran Keramik Membran Komposisi Keramik Tanah Tepung Serbuk liat jagung besi 1 77,5 % 20,5 % 2,5 % 2 80 % 17,5 % 2,5 % 3 82,5 % 15 % 2,5 % 4 85 % 12,5 % 2,5 % 1.Tanah Liat (lempung) Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan keramik, dimana kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaiannya yang sangat luas . 2. Tepung Jagung Tepung jagung tersusun dari jaringan serat-serat selulosa yang halus yang berguna sebagai pembentuk pori pada membran. 3. Serbuk Besi Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Salah satu kelemahan yang dijumpai adalah sifat membran yang rapuh dan mudah patah (brittle) Untuk memperkuat struktur keramik yang dibuat Nasir et al (2011) menambahkan konsentrasi serbuk besi.
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
Jv =
V Axt
dimana : Jv = fluks (L/m2 . jam ), V = volume permeat (L), A = luas permukaan membran (m2), t = waktu (jam). 2.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan Feed (Air Asam Tambang) Analisa Sampel Awal (pH, TDS, EC, Kadar Mn , Fe dan Sulfat) Proses Penyaringan dengan membran Keramik tepung jagung Analisa Permeat (pH, TDS, EC, Kadar Mn, Fe dan Sulfat ) Pengolahan Data Gambar 1. Bagan Proses Penelitian a. Pembuatan Membran keramik Tahap-tahap pembuatan membran yang digunakan untuk proses utama adalah: 1. Tanah liat diiris tipis-tipis, lalu dijemur untuk menguapkan kandungan airnya selama dua hari, lalu ditumbuk dan diayak menjadi tepung dengan ukuran 500 μm. 2. Jagung dihaluskan hingga menjadi tepung jagung lalu diayak dengan ukuran 500 μm. 3. Serbuk besi diayak dengan ukuran 500 μm. 4. Campurkan sampai rata tanah liat, tepung jagung dan serbuk besi dengan perbandingan
Page | 24
6. 7.
8.
a.
Fluks Permeat (a) Fluks (L/m2 . Jam)
5.
a. 77,5% : 20% : 2,5%. b. 80,0% : 17,5 % : 2,5 % c. 82,5% : 15,0% : 2,5 % d. 85,0%: 12,5% : 2,5 % Tambahkan sedikit air ke dalam adonan membran dan sambil diaduk rata. Adonan membran dicetak dengan cetakan membran. Adonan dikeluarkan dari cetakan membran, kemudian dikeringkan pada temperatur kamar selama 7 hari. Membran dibakar pada suhu 9000C selama 9 jam.
600 500 400 300 200 100 0
P (in) = 32 P (in) = 30 15 30 45 60
P (in) = 28
waktu (menit) b.
Proses Filtrasi
Pasir Silika
Spons Membran
Karbon Aktif
Membran Tepung Jagung
Flowmeter Pressure Gauges
Ember Air asam tambang Pompa
Gambar 2. Rangkaian Alat Penelitian Air Asam Tambang di tampung pada tangki berkapasitas 250 liter dan dialirkan dengan pompa sentrifugal melewati rangkaian alat. Aliran air yang melalui rangkaian alat melalui 4 buah filter yaitu, pasir silika, spons membran, karbon aktif, dan terakhir filter keramik. Tekanan operasi di atur dengan valve untuk mencapai tekanan 28 psi , 30 psi dan 32 psi. Permeat yang keluar dari filter keramik di tampung pada ember penampungan untuk kemudian di ukur volumenya menggunakan beker gelas setiap rentang waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, dan 60 menit. 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan ini di uraikan hasil penelitian berupa nilai fluks terhadap waktu, pH , EC , TDS, persentase penurunan Fe , Mn dan Sulfat .
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
Fluks (L/m2 . Jam)
(b) 300 250 200 150 100 50 0
P (in) = 32 P (in) = 30 15 30 45 60
P (in) = 28
waktu (menit)
Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap fluks permeat air asam tambang pada membran keramik Gambar 3(a) memperlihatkan fluks tertinggi dicapai sebesar 509,55 (L/ m2 . jam) pada tekanan 32 psi dengan waktu proses 15 menit. Angka ini menunjukkan efektivitas dari pori-pori membran yang terbentuk dari tepung jagung dibandingkan dengan Gambar (b) yang memperlihatkan bahwa fluks permeat tertinggi hanya 277,93 (L/m2. jam) pada tekanan 32 psi dan waktu proses 15 menit .Sedangkan untuk perbandingan fluks yang terkecil ditemukan pada tekanan yang paling rendah yaitu 28 psi pada Gambar (a) bernilai 83,38 (L/m2. Jam) dan Gambar (b) bernilai 48,63 (L/m2. jam) . Hal ini menunjukkan bahwa tekanan berbanding lurus dengan nilai fluks permeat. Tetapi berbanding terbalik dengan waktu dimana terjadi penurunan nilai fluks permeat seiring dengan meningkatnya waktu dikarenakan adanya fouling (penyumbatan pada membran).
Page | 25
b.
EC
c. TDS (a) Data awal sampel
4000 EC (μs/cm)
3000
P (in) = 28
2000 1000
1200 TDS (ppm)
5000
(a)
P (in) = 30
0 15 30 45 60
1150
Data awal sampel
1100
P (in) = 28
1050 15 30 45 60
P (in) = 32
(b)
(b) Data sampel awal
4000 3000
P (in) = 28
2000 1000
P (in) = 30
0 15 30 45 60
TDS (ppm)
1200
5000
P (in) = 32
waktu (menit)
waktu (menit)
EC (μs/cm)
P (in) = 30
1000
1150
Data sampel awal
1100
P (in) = 28
1050 P (in) = 30
1000 15 30 45 60
P (in) = 32
waktu (menit)
Gambar 4. Pengaruh waktu terhadap EC permeat air asam tambang pada membran Gambar 4(a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan penurunan nilai EC permeat seiring dengan meningkatnya waktu operasi. Hal ini disebabkan adanya absorpsi ion-ion terlarut oleh membran keramik. Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah EC permeat 3200 (μs/cm) ada pada tekanan 32 psi dengan waktu proses 60 menit. Pada data awal nilai EC adalah 3870 (μs/cm), sehingga efektifitas penyerapan nilai EC permeat sebesar 17,31 %. Sedangkan pada Gambar (b) memperlihatkan nilai terendah EC permeat 3180 (μs/cm) pada tekanan 32 psi dan lama proses 60 menit, maka efektivitas penyerapan nilai EC permeat sebesar 17,82%
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
P (in) = 32
waktu (menit) Gambar 5. Pengaruh waktu terhadap TDS permeat air asam tambang pada membran keramik Gambar 5(a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan bertambahnya nilai TDS permeat seiring dengan bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan semakin banyaknya zat terlarut yang menumpuk pada permukaan membran. Pada gambar 5 (a) nilai terendah TDS permeat 1070 ppm ada pada tekanan 32 psi dan waktu proses 15 menit. Pada data awal nilai TDS adalah 1150 ppm, sehingga penurunan TDS permeat sebesar 0,0695 %. Gambar (b) memperlihatkan nilai terendah TDS permeat 1060 ppm pada tekanan 32 psi dan waktu proses 15 menit, sehingga penurunan TDS permeat sebesar 0.078 %. Nilai penurunannya cukup kecil sehingga menjadi salah satu faktor penyebab kenaikan nilai TDS permeat.
Page | 26
d. pH
e. Persentase penurunan Mn
pH
8
(a)
6
Data awal sampel
4
P (in) = 28
2 P (in) = 30
0 15 30 45 60 waktu (menit)
P (in) = 32
persentase Mn dalam permeat (%)
(a) 60 55
P (in) = 28
50
P (in) = 30
45 15 30 45
P (in) = 32 60
waktu (menit)
(b)
6
Data awal sampel
4
P (in) = 28
2 P (in) = 30
0 15 30 45 60
P (in) = 32
waktu (menit) Gambar 6. Pengaruh waktu terhadap pH permeat air asam tambang pada membran Gambar (a) dan (b) memperlihatkan kecenderungan kenaikan nilai pH artinya adanya kenaikan tingkat keasaman pada air asam tambang oleh penyerapan membran keramik. Gambar (a) memperlihatkan nilai tertinggi pH permeat sebesar 5,85 ada pada tekanan 32 psi dengan waktu proses 60 menit. Efisiensi kenaikan pH permeat mencapai 48,85 %. Gambar (b) memperlihatkan nilai tertinggi pH permeat 5,93 pada tekanan dan waktu operasi yang sama. Sehingga efisiensi terbaik kenaikan pH permeat sebesar 50,89 %.
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
(b) Persentase Mn dalam permeat (%)
pH
8
62 60 58 56 54 52 50
P (in) = 28 P (in) = 30 P (in) = 32 15 30 45 60 waktu (menit)
Gambar 7. Persentase penurunan Mn permeat air asam tambang pada membran Gambar (a) memperlihatkan nilai persentase penurunan Mn terendah yaitu 49,53% pada kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 45 menit sedangkan nilai tertinggi yaitu 57,30 % pada kondisi tekanan 32 psi dan lama proses 60 menit. Gambar (b) memperlihatkan nilai persentase penurunan Mn terendah yaitu 54,39 % pada kondisi tekanan 30 psi dan waktu proses 45 menit sedangkan nilai tertinggi yaitu 60,21 % pada kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 60 menit. Untuk penurunan konsentrasi terbaik kadar Mn adalah 4,1 mg/L. Berdasarkan data Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 bahwa kandungan maksimum yang diperbolehkan adalah 4 mg/L, sehingga hasil ini hampir mendekati kadar yang diinginkan.
Page | 27
f. Persentase Penurunan Fe
g. Persentase penurunan Sulfat (a)
100 50
P (in) = 28 P (in) = 30
0 15 30 45 60
P (in) = 32
waktu (menit)
persentase penurunan kadar Sulfat (%)
persesntase penurunan kadar Fe (%)
(a) 96 94 92 90 88 86 84
P (in) = 28 P (in) = 30 P (in) = 32 15 30 45 60 waktu (menit)
100
(b)
80 60 40 20 0
P (in) = 28 P (in) = 30 P (in) = 32 15 30 45
60
waktu (menit)
Gambar 8. Persentase penurunan Fe permeat air asam tambang pada membran Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah penurunan kadar Fe yaitu 1,08 % pada kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 15 menit sedangkan nilai penurunan kadar Fe tertinggi yaitu 98,76 % pada kondisi tekanan 30 psi dan waktu proses 45 menit. Gambar (b) memperlihatkan nilai terendah penurunan kadar Fe yaitu 76,50 % pada kondisi 28 psi dan waktu proses 15 menit sedangkan nilai tertinggi penurunan kadar Fe yaitu 95,05 % pada kondisi tekanan 28 psi dan waktu proses 60 menit. Penurunanan kandungan Fe terbaik mencapai 0,01 mg/L. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun 2003 tentang kadar maksimum Fe dalam limbah pengolahan batu bara adalah 7 mg/L.
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
persentase penurunan kadar Sulfat (%)
persentase penurunan kadar Fe (%)
(b)
100 80 60 40
P (in) = 28
20
P (in) = 30
0
P (in) = 32 15 30 45 60 waktu (menit)
Gambar 9. Persentase penurunan Sulfat permeat air asam tambang pada membran Gambar (a) memperlihatkan nilai terendah penurunan sulfat yaitu 88,50 % pada kondisi tekanan 30 psi dan waktu proses 15 menit sedangkan untuk nilai penurunan tertinggi sulfat yaitu 94,57 % pada kondisi tekanan 32 psi danwaktu proses 45 menit. Gambar 4.7 (b) memperlihatkan nilai terendah penurunan sulfat yaitu 64,21 % pada kondisi tekanan 32 psi dan waktu proses 60 menit sedangkan untuk nilai penurunan tertinggi sulfat yaitu 98,92 % pada kondisi tekanan 32 psi dan waktu proses 30 menit. Data sampel awal kadar sulfat 1340,9 mg/L, terjadi penurunan yang cukup signifikan pada proses penyerapan terbaik dimana kadar sulfat menjadi 72,8 mg/L. Hal ini disebabkan membran keramik dapat menurunkan kandungan sulfat dengan baik.
Page | 28
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Perbandingan komposisi terbaik membran untuk parameter fluks , EC, TDS, pH, kadar Mn, kadar Fe dan kadar Sulfat : a. Komposisi membran (82,5 % tanah liat : 15 % tepung jagung : 2,5 % serbuk besi) Fluks permeat : 277,93 mg/L EC : 3200 μs/cm TDS : 1070 ppm pH : 5,85 Kadar Mn : 4,4 mg/L Kadar Fe : 0,01 mg/L Kadar Sulfat : 72,8 mg/L b . Komposisi membran (85 % tanah liat : 12,5 % tepung jagung : 2,5 % serbuk besi) Fluks permeat : 509,55 mg/L EC : 3180 μs/cm TDS : 1060 ppm pH : 5,93 Kadar Mn : 4,1 mg/L Kadar Fe : 0,04 mg/L Kadar Sulfat : 52,51 mg/L 2.Ada dua komposisi membran yang tidak dapat digunakan yaitu (77,5 % Tanah liat : 20 % Tepung Jagung: 2,5 % Serbuk besi) dan (80 % Tanah liat : 17,5 % Tepung Jagung: 2,5 % Serbuk besi) karena membran tidak mampu menahan tekanan yang diberikan sehingga membran menjadi pecah.
DAFTAR PUSTAKA Baiquni Hendry (eds). 2007. Praktek Unggulan Berkelanjutan Untuk Industri Pertambangan : Mengelola Drainase Asam dan Logam. Jakarta : Global Village Translations Pty Ltd. Cynthia, Henni . 2010. Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Sistem “Passive Treatment”, Pusat Penelitian LimnologiLIPI. Gautama, Rudy Sayoga. 2012. Pengelolaan Air Asam Tambang. Forum Pengelola Lingkungan Pertambangan Mineral & Batubara, Bandung. Hartaty, Amelin., Sulaiman D., 2013. Pengaruh koagulan Poly Aluminium Chloride dan Sodium Alginate Terhadap Kuailtas Air Bersih yang dihasilkan Pada Pengolahan
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
Air Sungai Musi dan Air Rawa Sakatiga dengan Membran Keramik. [Riset]. Program Studi Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Mulder, M. (1996). Basic Principle Of Membrane Technology. Netherlands: Kluwer Academic Publisher. Nasir, S., Budi T., 2011, Pengolahan Air Limbah Hasil Proses Laundry Menggunakan Filter Keramik Berbahan Campuran Tanah Liat Alam Dan Zeolit, Laporan Penelitian Hibah Kompetitif 2011. Universitas Sriwijaya: Palembang. Pabby, Anil K., S. S. H. Rizvi, A. M. Sastre. 2009. Handbook Of Membrane Separations Chemical, Pharmaceutical, Food, And Biotechnological Applications. CRC Press Taylor & Francis Group: New York. Rahadiansyah. 2013. Pengelolaan Limbah Air Asam Tambang Di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk. Unit Pertambangan Tanjung Enim. [Laporan Tugas Akhir]; Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan Institut Pertanian Bogor Suarni. 2002. Karakteristik sifat fisik dan komposisi kimia biji jagung beberapa varietas. Hasil Penelitian Balitsereal Maros. 12 p. Suarni. 2005. Karakteristik fisikokimia dan amilograf tepung jagung sebagai bahan pangan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar, 29-30 Sepetember 2005. p. 440-444. Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 113 tahun 2003 tentang Air Limbah batu bara. Tim Penyusun Buku KLH. 2008. Pedoman Teknis Pengelolaan Air Limbah Tambang Batubara Terbuka. Kementerian Negara Lingkungan Hidup.
Page | 29
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. USEPA.2004. Impact of Acid Mine Drainage, A study Case . Washington, DC. Widowati, S., S. Santosa, dan Suarni. 2005. Mutu gizi dan sifat fungsional jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar, 29-30 September 2005. p. 343350. Yang Gordon , Ching Ming . 2007. Effects of starch addition on characteristics of tubular porous ceramic membrane substrates. Yolansyah, Ezmir. 2006. Kajian Pengelolaan Air Asam Tambang Dengan Metode Successive Alkalinitas Producing System di Timbunan Backfilling Muara Tiga Besar Selatan PT. Bukit Asam. [Skripsi]. Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya,Indralaya.
Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 20, Agustus 2014
Page | 30