Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion dengan Pendekatan Benchmarking pada Queensland’s Creative Industry oleh: Mohammad Adam Jerusalem Jurusan PTBB-Fakultas Teknik-UNY
[email protected] ABSTRAK
Sistem ekonomi kreatif diyakini akan menggeser system ekonomi yang telah berjalan seperti sistem ekonomi pertanian, ekonomi industri, dan ekonomi komunikasi. Indonesia yang kaya akan budaya dan berpenduduk besar mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan ekonomi kreatif ini, termasuk didalamnya pengembangan industri kreatif bidang fashion. Dengan adanya demokratisasi bidang fashion, maka fashion dewasa ini telah bermetamorfosa dari kebutuhan primer manusia sebagai penutup aurat menjadi kebutuhan akan mode, gaya dan tren dari manusia. Untuk dapat mengembangkan industri kreatif bidang fashion maka diperlukan suatu grand design pengembangan industri kreatif bidang fashion. Dalam studi ini, perancangan industri kreatif bidang fashion dilakukan dengan pendekatan benchmarking terhadap industri kreatif yang sudah mapan dalam hal ini Queensland’s Creative Industry. Dari studi diketahui tahapan perancangan industri kreatif bidang fashion terdiri dari penetapan visi, tujuan kunci, katalis, aspek pendukung, pendekatan klaster, dan strategi industri kreatif bidang fashion. Dalam ranah operasional, maka output dari perancangan ini adanya rencana aksi (action plan) pengembangan industri kreatif bidang fashion. Kata Kunci: industri kreatif, fashion, rencana aksi.
PENDAHULUAN Republik Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat, dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual, adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing dan meraih keunggulan dalam ekonomi global. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia merupakan wujud optimisme serta luapan aspirasi untuk mendukung mewujudkan visi Indonesia yaitu menjadi Negara yang maju. Didalamnya terdapat pemikiran, cita-cita, imajinasi, dan mimpi untuk menjadi masyarakat dengan kualitas
hidup yang tinggi, sejahtera, dan kreatif. Dalam ekonomi kreatif itu sendiri terdapat bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi kreatif, yaitu industri kreatif (Depdag RI, 2008). Ekonomi kreatif yang mencakup industri kreatif, di berbagai Negara saat ini diyakini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian bangsanya secara signifikan. Indonesiapun mulai melihat bahwa berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan, karena bangsa Indonesia mempunyai sumber daya insani kreatif dan warisan budaya yang kaya.
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
1
Ekonomi kreatif juga dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan menengah, yaitu: (1) relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (4,5% per tahun); (2) masih tingginya pengangguran (9-10%); (3) tingginya tingkat kemiskinan (16-17%); dan (4) rendahnya daya saing industri di Indonesia. Disamping permasalahan tersebut, ekonomi kreatif juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming, pemanfaatan energi terbarukan, deforestasi, dan pengurangan emisi karbon, karena arah pengembangan industri kreatif ini akan menuju pola industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani Indonesia (Depdag RI, 2008) INDUSTRI KREATIF Istilah industri kreatif merupakan istilah lain dari industri budaya. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal tahun 1990-an di Australia, tetapi kembangkan dengan pesat oleh pemerintah Inggris pada akhir tahun 1990-an. Pemerintah Inggris secara khusus membentuk Unit dan Penanggung jawab Industri Kreatif di bawah Departemen Budaya, Media, dan Olah Raga (Primorac, 2006). Banyak definisi dari industri kreatif, salah satu definisi yang banyak dikutip adalah industri yang mempunyai keaslian dalam kreatifitas individual, ketrampilan dan bakat yang mempunyai potensi untuk mendatangkan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja melalui eksploitasi kekayaan intelektual. Sedangkan menurut United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), industri kreatif adalah (UNCTAD, 2008): • siklus kreasi, produksi, dan distribusi dari barang dan jasa yang menggunakan modal
•
•
• •
kreatifitas dan intelektual sebagai input utamanya; bagian dari serangkaian aktivitas berbasis pengetahuan, berfokus pada seni, yang berpotensi mendatangkan pendapatan dari perdagangan dan hak atas kekayaan intelektual; terdiri dari produk-produk yang dapat disentuh dan intelektual yang tidak dapat disentuh atau jasa-jasa artistic dengan muatan kreatif, nilai ekonomis, dan tujuan pasar; bersifat lintas sektor antara seni, jasa, dan industri; dan bagian dari suatu sektor dinamis baru dalam dunia perdagangan.
Klasifikasi industri kreatif yang ditetapkan oleh tiap negara berbedabeda. Tidak ada benar dan salah dalam pengklasifikasian industri kreatif ini. Hal tersebut tergantung dari tujuan analitik, dan potensi suatu negara. Industri kreatif yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia telah ditetapkan sebanyak 14 (empat belas) subsektor industri kreatif. Keempat belas subsektor model Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 yang sekaligus membandingkan dengan model Inggris, WIPO, simbolic text, dan concentric circles. Model UK DCMS diturunkan oleh kerajaan Inggris pada akhir tahun 1990an untuk mereposisi sistem ekonomi Inggris yang didasarkan pada kreativitas dan inovasi untuk memenangkan persaingan global. Model simbolic text merupakan tipe pendekatan industri budaya yang terus meningkat hasil dari studi kritis terhadap budaya yang sangat berkembang di Eropa terutama di Inggris. Model concentric circles berbasis pada proporsi nilai budaya dimana nilai budaya dari suatu barang budaya akan mempunyai nilai karaketristik pembeda dari barang lainnya. Model WIPO copyright berbasis pada industri baik secara langsung maupun
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
2
tidak langsung berhubungan dengan kreasi, manufaktur, produksi, broadcast, dan distribusi dari kegiatan yang mempnyai hak cipta. Sedangkan model Indonesia dalah model yang dikeluarkan oleh
Departemen Perdagangan Republik Indonesia pada tahun 2008 baik dalam Buku 1 dan 2 dari pengembangan industri kreatif Indonesia.
Tabel 1. Klasifikasi industri kreatif yang diturunkan dari berbagai model
Modifikasi yang bersumber pada UNCTAD (2008) dan Depdag RI (2008)
PEMBAHASAN Perancangan industri kreatif bidang fashion ini dilakukan dengan pendekatan benchmarking terhadap industri kreatif yang sudah mapan. Industri kratif yang dijadikan obyek benchmarking dalam studi ini adalah Queensland’s Creative Industry. Dasar pemilihan mengapa Queensland’s Creative Industry menjadi obyek benchmarking antara lain: Queensland’s Creative Industry adalah penyumbang tenaga kerja langsung bagi industri kreatif Australia sebesar 15%; Queensland’s Creative Industry merupakan ranking ketiga
pemasok tenaga kerja industri kreatif di Australia. Perancangan industri kreatif bidang fashion ini dilakukan dalam tataran makro ekonomi. Adapun tahapan tersebut terdiri dari penetapan visi, tujuan kunci, katalis, aspek pendukung, pendekatan klaster, dan strategi industri kreatif bidang fashion sebagaimana digambarkan dalam Gambar 1. Alir Proses Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion. 1.
Visi Visi yang dapat ditetapkan untuk pembangunan industri kreatif bidang fashion adalah membangun industri
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
3
kreatif bidang fashion, yang secara global dikenal karena keunikan kreativitasnya, bertanggung jawab atas hak atas kekayaan intelektual serta pemenuhan atas pasar baik barang dan jasa di bidang fashion. 2.
Visi
Tujuan Kunci
Tujuan Kunci
Tujuan kunci yang dapat ditetapkan dalam pembangunan industri kreatif bidang fashion adalah: • meningkatkan perhatian dan pengetahuan tentang kontribusi yang sudah ada dan yang potensial dari industri kreatif bidang fashion untuk pengembangan ekonomi; • meningkatkan jaringan dan kolaborasi antara industri busana, pemerintah, institusi akademis, dan organisasi penelitian; • meningkatkan profil industri kreatif; • menyadarkan peran dari pelaku budaya dalam pengembangan produk industri kreatif bidang fashion; • meningkatkan ekspor produkproduk industi bidang fashion dengan cara meningkatkan pemasaran dan jaringan distribusi; • memaksimalkan peluang dengan memanfaatkan jaringan klaster yang ada dalam industri kreatif. 3.
Katalis
Untuk dapat mendorong, membantu dan menjamin bahwa bakat-bakat kreatif dapat berkembang, berhasil secara ekonomi, dan berdaya saing secara internasional maka peran pemerintah sebagai katalis sangat dibutuhkan. Pemerintah sebagai katalis bekerja sama dengan sektor swasta, akademisi mengembangkan industri kreatif.
Katalis
Aspek Pendukung
Pendekatan Klaster Strategi Industri Kreatif Bidang Fashion
Gambar 1. Alir Proses Perancangan Industri Kreatif Bidang Fashion 4.
Aspek Pendukung
Untuk mendukung kelancaran pengembangan industri kratif bidang fashion maka harus ditetapkan beberapa aspek pendukung. Beberapa aspek yang dapat ditetapkan antara lain keuangan, pendidikan dan ketrampilan, inovasi, perantaraan, dan pemasaran. Aspek keuangan berfungsi untuk membantu entrepreneur industri kreatif bidang fashion untuk memastikan pendanaan, termasuk di dalamnya investasi modal ventura, dan membantu petugas keuangan untuk memahami kebutuhan dana dari industri kreatif bidang fashion Aspek pendidikan dan ketrampilan berfungsi untuk membantu industri kreatif bidang fashion dalam mempelajari dan mendapatkan apa yang mereka perlukan dalam persiapan, kelanjutan, dan pembaharuan tenaga kerja terlatihnya. Pada saat yang
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
4
bersamaan, memberikan kesempatan kepada penyedia pendidikan dan pelatihan untuk lebih mengetahui dan merespon kebutuhan industri kreatif bidang fashion. Aspek inovasi berfungsi untuk membantu industri kreatif bidang fashion dalam mengidentifikasikan dan menggunakan proses-proses dan teknologi inovatif. Pada saat yang bersamaan, menghubungkan universitas-universitas dengan industri kreatif bidang fashion untuk menjalin jaringan dalam melakukan penemuan, pengembangan, dan pendistribusian produk inovatif. Aspek perantaaan berfungsi untuk membantu produsen industri kreatif bidang fashion untuk lebih mengetahui bagaimana bekerja dalam sistem perantaraan dalam perdagangan bernilai tinggi. Pada saat yang bersamaan memberikan kewenangan kepada pemerintah dan peruhasaan bidang perdagangan untuk mengetahui dan menyadari nilai industri kreatif bidang fashion dapat meningkatkan barang dan jasa pengiriman. Aspek pemasaran berfungsi untuk membantu industri kreatif bidang fashion untuk lebih profesional dan dapat menghasilkan produk berkualitas untuk pasar global dan meningkatkan pengetahuan tentang pasar.
5.
Pendekatan Klaster (Cluster Approach) Langkah kelima dari proses pengembangan industri kreatif bidang fashion adalah penetapan pendekatan klaster untuk industri kreatif bidang fashion. Pendekatan klaster diperlukan untuk lebih memfokuskan strategi pengembangan industri kreatif bidang fashion. Pendekatan klaster yang
ditetapkan berbasis prinsip-prinsip logis, dalam hal ini terdapat 4 (empat) klaster yaitu: • Sentra daerah/regional pertumbuhan ekonomi • Penggerak ekonomi lokal Untuk mengembangkan industri kreatif bidang fashion maka diperlukan penggerak ekonomi lokal sehingga secara makro dapat menumbuhkan iklim ekonomi yang kondusif bagi perkembangan industri kreatif bidang fashion. Penggerak ekonomi lokal dalam klaster ini merupakan jaringan dari 3 (tiga) level stakeholder ekonomi yaitu bisnis ekport, pemasok (kepada produsen) dan instritusi infrastruktur ekonomi. • Infrastruktur ekonomi Klaster hanya dapat tumbuh dalam suatu daerah dimana mereka dapat memastikan kelebihan dari input ekonomi yang diperlukan dalam persaingan global. Fokus strategi dari perancangan industri kreatif bidang fashion ini adalah pada penciptaan dan peningkatan kelebihan dari input ekonomi yang diperlukan dalam persaingan global seperti inovasi, ketrampilan, keuangan, infrastruktur fisik, serta iklim bisnis atau pemasaran. • Kolaborasi Kinerja dari kolaborasi ekonomi ditunjukkan dengan kemampuan berdaya saing secara nasional dan secara global. Kolaborasi ekonomi merupakan kolaborasi antar input ekonomi yang diperlukan dalam persaingan global seperti inovasi, ketrampilan, keuangan, infrastruktur fisik, serta iklim bisnis atau pemasaran.
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
5
6.
Strategi Segmen (Segment Strategies) Industri Kreatif Bidang fashion
Dalam pembahasan strategi segmen untuk industri kreatif bidang fashion ini akan terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu misi industri kreatif bidang fashion dan rencana aksi (action plan). • Misi industri kreatif bidang fashion Misi industri kreatif bidang fashion adalah menjadi pemimpin dalam desain di dunia industri kreatif bidang fashion dan menjadi model inovasi baik secara nasional dan internasional, serta menjadi pemimpin bagi pertumbuhan industri kreatif nasional. Penetapan subsektor yang termasuk dalam industri kreatif bidang fashion pada perancangan ini berdasarkan pada klasifikasi barang dan jasa industri kreatif yang ditetapkan UNCTAD dan Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Subsektor tersebut adalah produk adi busana, produk pakaian siap pakai, tas tangan (handbags), sabuk, asesoris (dasi, syal/shawl, scarf, kaos tangan/glove, topi, hairpin), sunglasses, berbagai pelindung kepala (headgear), barang berbahan dasar kulit, dan parfum. Beberapa tantangan utama dalam persaingan di dunia industri kreatif bidang fashion adalah: - peningkatan pandangan tentang nilai tambah desain pada konsumen
- pengembangan pasar yang akan memberikan dukungan dan membayar tiap inovasi desain - menginformasikan sektor perusahaan dan pemerintah untuk menyadari nilai desain dan inovasi desain - penyediaan tenaga kerja yang termpil dan siap pakai - peningkatan keahlian manajemen bisnis diantara para desainer untuk dapat bekerja pada level lebih besar, dengan klien internasional, dan mempunyai aliansi trategis. - peningkatan rantai pasok lokal di daerah-daerah - peningkatan kepedulian pada teknologi untuk dapat bersaing baik secara nasional dan global - peningkatan keuangan yang fleksibel untuk membantu penelitian dan pengembangan produk sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen - peningkatan adopsi teknologi dan praktek inovatif - peningkatan penelitian internasional untuk benchmark industri kreatif bidang fashion - peningkatan jaringan dengan sektor manufaktur untuk merespon tren pasar domestik maupun internasional. • Action plan industri kreatif bidang fashion Outline action plan dalam perancangan industri kreatif bidang fashion ini ditujukan untuk menghadapi tantangan yang harus dihadapi pada saat ini dan pada masa yang akan dating. Daftar aksi yang ada merupakan bagian dari proses permulaan dari pengembangan industri kreatif bidang fashion yang akan dilaksanakan secara kolaborasi oleh pemangku tanggung jawab. Dalam studi ini para pemangku
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
6
tanggung jawab didapatkan dari modifikasi ketetapan pemerintah, Departemen Perdagangan Republik Indonesia, dan Queensland Creative Industry sebagai studi kasus untuk studi benchmark ini. Sehingga para pemangku tanggung jawab untuk
industri kreatif bidang fashion ini adalah pemerintah, dunia bisnis, dan dunia akademisi, serta organisasi lain yang peduli pada industri kreatif bidang fashion. Dalam perancangan ini disebut dengan Triple Helix Plus.
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
7
Tabel 2. Action plan industri kreatif bidang fashion
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
8
Tabel 2. Action plan industri kreatif bidang fashion (lanjutan)
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Fakter terpenting dalam kesuksesan pencapaian kemajuan industri kreatif bidang fashion adalah konsolidasi dan penguatan fungsi dari para pemangku tanggung jawab, dalam hal ini Triple Helix Plus. Pemimpin dan subsektor yang ada dalam industri kreatif bidang fashion harus senantiasa bekerja sama secara kohesif dalam melaksanakan, memonitor, dan melanjutkan rencana aksi yang telah dirancang. Hal penting lainnya adalah untuk selalu fokus terhadap tugas peningkatan keunggulan input dari industri kreatif bidang fashion, menjaga rata-rata tingkat pertumbuhan dan pendapatan pada level yang kompetitif dengan pesaing nasional. Pencapaian tersebut merupakan elemen kunci dalam menjadi industri kreatif yang berdaya saing tinggi.
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. (2008). Pengembangan Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi, Kreatif Indonesia 2025. Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Jakarta. Primorac, Jaka. (2006). The position of cultural workers in creative industries: the south-eastern European perspective. European Cultural Foundation. Queensland Government, State Development and Innovation. (2003). Creativity is big business, a framework for the future. Queensland Government, Australia. UNCTAD. (2008). Creative economy report 2008. United Nations.
Prosiding Seminar Nasional Program Studi Teknik Busana 2009
10