PERANCANGAN SEKOLAH ALAM DI KECAMATAN KENJERAN

Download Abstrak — Secara umum, sebagian besar bentuk bangunan sekolah di Indonesia cenderung monoton, menutup diri dari alam dan lingkungan sekitar...

0 downloads 502 Views 749KB Size
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2014)

1

Perancangan Sekolah Alam di Kecamatan Kenjeran, Surabaya Alifia Nurrizky Virrayani, Murtijas Sulistijowati Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak — Secara umum, sebagian besar bentuk bangunan sekolah di Indonesia cenderung monoton, menutup diri dari alam dan lingkungan sekitar yang sebenarnya berpotensi sebagai media pembelajaran yang nyata bagi siswa pendidikan dasar untuk menjadikannya sebagai dasar pemahaman sebab akibat akan suatu hal. Penerapan tema “Matahari” menggunakan pendekatan intangible metaphor. Data yang diperoleh dianalisis melalui pendekatan perancangan untuk ruang dan kesesuaiannya dengan metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Pengaplikasian pendekatan ini akan terlihat pada tatanan masa, konsep ruang kelas dan ruang luar. Sekolah Alam ini menghadirkan konsep kelas fleksibel untuk menyesuaikan pergerakan anak dengan menghadirkan bentuk lengkung dari tatanan massa dan massa yang dibentuk oleh struktur material bambu, sehingga objek rancang dapat memenuhi kebutuhan pengguna sebagai sumber belajar. Kata Kunci— Sekolah, Alam, Sumber, Belajar.

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG ecara umum, sebagian besar bentuk bangunan sekolah di Indonesia cenderung monoton, menutup diri dari alam dan lingkungan sekitar yang sebenarnya berpotensi sebagai media pembelajaran yang nyata bagi siswa pendidikan dasar untuk menjadikannya sebagai dasar pemahaman sebab akibat akan suatu hal. Sehingga mengembangkan sikap anak agar lebih menghormati alam dan lingkungan sekitarnya sebagai sumber pembelajaran mereka. Karena apa yang diberikan oleh alam, seharusnya kembali kepada alam. Selain itu, fungsi bangunan yang cenderung hanya sebagai lindungan saat pembelajaran, kurang adanya aspek yang dapat memancing perkembangan kreativitas seperti–semisal–geometri dasar yang beragam pada bangunan kelas 1, sehingga tidak ada pembeda antara bangunan yang berfungsi sebagai sarana edukasi dengan bangunan lainnya. Dan juga tidak ada pembeda antarkelas yang masing-masing memiliki kompetensi untuk dicapai. Sehingga sedikit banyak mempengaruhi suasana pembelajaran yang membosankan. Sekolah alam merupakan salah satu pendidikan alternatif berbasis lingkungan yang sedang berkembang

S

di Indonesia. Menggunakan alam sebagai media belajar dan berinteraksi dengan masyarakat. Fungsi sekolah alam di Kecamatan Kenjeran. Surabaya ini muncul sebagai bentuk tanggapan terhadap fenomena yang sedang terjadi di Indonesia. Kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah orang-orang Indonesia sendiri menimbulkan kerugian bagi bangsa Indonesia hingga beberapa generasi ke depan. Berbagai sikap pencegahan muncul sebagai tanggapan masalah tersebut, salah satunya metode pendidikan kepada anak-anak dengan menggunakan media lingkungan alam sebagai media utama sehingga diharapkan timbulnya rasa saling memiliki untuk menjaga alam sekitar. 1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana membuat sebuah rancangan sekolah alam sebagai sumber media belajar? 1.3 TUJUAN Membuat sebuah rancangan sekolah alam yang berfungsi sebagai sumber media belajar 1.4 TINJAUAN PUSTAKA 1.4.1 Joyful Learning Pendidikan sekolah alam mengadopsi metode pendidikan Montessori dan student centered learning. Metode Montessori menekankan sekolah untuk berusaha menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, sehingga atmosfer belajar tidak menegangkan, komunikasi antara guru dan siswa juga hangat dan juga mementingkan pada active learning, yaitu siswa tidak berfokus pada buku-buku pelajaran saja tapi mengalami langsung apa yang mereka pelajari, bisa lewat percobaan, observasi dan lain sebagainya. Sedangkan metode pembelajaran student centered learning adalah metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Metode ini menekankan kepada keaktifan anak dalam proses pembelajaran sehingga, proses pengajaran di sini tidak lagi satu arah saja. Tetapi juga bisa dua arah atau lebih, tergantung pada kebutuhan pembelajaran pada saat itu. Ada saat guru menerangkan, ada saat diskusi berlangsung dan ada juga saat proses

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) eksperimen atau praktik berlangsung. Diskusi juga dapat dibedakan menjadi kelompok kecil dan kelompok besar. Terdapat tiga elemen pembelajaran yakni, guru, siswa dan sumber belajar. Pada metode ini, peran guru tidak lagi sebagai pengajar namun lebih tepat jika dikatakan sebagai fasilitator dan motivator yang mendorong kemauan anak untuk belajar. Sedangkan siswa harus menunjukkan kinerja kreatif dan kemauannya untuk terus menggali. Dan sumber belajar, adalah suatu hal yang menjadi media untuk belajar yang seharusnya multidimensi, yaitu model pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, tidak hanya satu saja. Gambar di bawah, menunjukkan diagram penggambaran student centered learning. 1.4.2 Sekolah Alam Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog perkembangan anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak belajar di alam terbuka. Kegiatan belajar mengajar yang dillakukan di sekolah alam secara garis besar terbagi dalam dua macam kegiatan, yaitu kegiatan di dalam ruangan (indoor activities) dan kegiatan di luar ruangan (outdoor activities). Kegiatan di luar ruangan merupakan kegiatan utama yang ada di sekolah alam, namun tidak mengesampingkan pula kebutuhan akan kegiatan di dalam ruangan. Kegiatan yang terjadi di dalam ruangan juga tidak begitu berbeda dengan kegiatan di ruangan luar. Kegiatan yang diterapkan tetap merupakan metode action learning, sehingga murid tetap dapat bergerak aktif di dalam ruangan. Dengan demikian dibutuhkan ruangan dengan bentang yang cukup lebar sehingga tidak terdapat kolom-kolom di tengah ruangan yang dapat mengganggu kegiatan di dalamnya. Penggunaan material di sekolah alam harus cermat dalam pemilihannya. Bahan yang digunakan harus ramah lingkungan dan tidak berbahaya terutama bagi kesehatan dan keselamatan anak-anak. Serta berpotensi menjadi sumber belajar bagi anak-anak Tema Matahari dipilih karena dapat mewakili proses penyelesaian masalah desain sekolah terdahulu. Sifatnya yang universal sebagai sumber kehidupan di bumi merupakan refleksi sekolah yang seharusnya merupakan sumber belajar bagi siswa. 1.4.3 Kebutuhan Ruang Menurut Bradford Perkins (2001), sebuah fasilitas sekolah yang memiliki fokus kegiatan di ruang luar (outdoor activities), minimal harus memiliki ruangruang seperti yang ditunjukkan pada tabel 1.1.

2

Gambar 1.1 Diagram Penggambaran Student Centered Learning (sumber: dokumen Ir. Endrotomo, MT.) Tabel 1.1 Tabel Kebutuhan Ruang

II. METODE PERANCANGAN Dalam tahapan desain untuk menyelesaikan permasalahan, diambil beberapa langkah yang terbagi ke dalam beberapa fase, yaitu pengumpulan data (primer maupun sekunder), analisis dan sintesis, perancangan (prarancang dan rancang), serta evaluasi. Dalam pengumpulan data berserta paparan awal dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu memaparkan berdasarkan pengamatan secara objektif terkait dengan permasalahan dan fenomena yang diangkat. Penulisan menggunakan metode deskriptif untuk mengidentifikasi karakter lingkungan yang ditinjau serta teori dan standar perancangan yang diperlukan. Metode programatik digunakan pada analisis untuk mendapatkan hasil yang sistematis, rasional, dan analitis. Pada proses ini dilakukan analisis kualitatif untuk mendapatkan sintesis sebagai konsep dasar perancangan bangunan.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) Penerapan tema “Matahari” diterapkan dengan pendekatan intangible metaphor. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis melalui pendekatan perancangan untuk ruang dan kesesuaiannya dengan metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Untuk mendapatkan keterpaduan penyelesaian masalah secara keseluruhan dan mempermudah perancangan maka dilakukan dengan metode analisis yang terdiri atas: 1. Dimulai dari pemilihan lokasi yang akan tepat dengan tujuan sekolah ini sebagai sekolah alam 2. Menerapkan tatanan sekolah yang sudah ada dengan konsep sekolah alam 3. Menyesuaikan rancangan dengan kurikulum, metode pembelajaran dan perilaku pengguna 4. Rancangan yang evolutif dan mampu beradaptasi dengan faktor-faktor tersebut 2.3.2 Sintesa Sintesa adalah tahapan dimana hasil-hasil dari analisa digabungkan dan kemudian diambil kesimpulan yang akan menghasilkan usulan-usulan gagasan awal perancangan berupa alternatif-alternatif konsep desain. Konsep desain disini meliputi: a. Konsep Tatanan dan Gubahan Massa, - Sekolah dengan alam sebagai konteks pendekatannya, maka tatanan yang dihasilkan akan didominasi dengan lingkungan luar. - Area pembelajaran terdapat di alam dan di area kelas - Material yang dominan digunakan pun yang ramah lingkungan dan aman bagi anak, yaitu material yang organik, seperti bambu. b. Konsep Ruang Kelas - Terdapat ruang kelas outdoor dan indoor - Ruang kelas dibagi berkelompok dan kebutuhannya berdasarkan karakteristik perkembangan anak - Ruang kelas dibentuk sefleksibel mungkin karena proses pembelajaran yang diterapkan berbeda-beda berdasarkan kebutuhan c. Konsep Ruang Luar - Vegetasi yang ditanam harus sekaligus berfungsi untuk edukasi - Area parkir diletakkan jauh dari area pembelajaran. III. HASIL DAN EKSPLORASI 2.1 Konsep Tatanan dan Gubahan Massa Area sekolah ini dikelilingi jalan kolektor primer. Intensitas kendaraan tinggi baik menuju jembatan suramadu, maupun menuju jalan Raya Kenjeran. Maka diberi barrier sebagai penyaring kebisingan di sisi barat lahan. Di mulai dari masuk ke dalam site, sirkulasi kendaraan menuju site hanya satu arah, yakni dari utara. Area parkir hanya terdiri atas beberapa kendaraan untuk meminimalisasi polusi di area sekolah.

3 Lahan berbatasan dengan laut. Berdasarkan garis sempadan bangunan pinggir laut, ketentuan standart adalah sepanjang 20 meter dari bibir pantai. Maka area tersebut dipergunakan untuk area hijau yang terdiri atas kebun-kebun organik yang sekaligus berguna untuk edukasi anak-anak sekolah alam pesisir ini. Ada beberapa jalur sirkulasi. Akses masuk kendaraan dari arah utara, seperti yang terlihat pada jalur merah, aktivitas yang dilakukan sebatas drop off dan parkir di area barat lahan Untuk sirkulasi manusia, anak-anak dari akses masuk, langsung menuju area kelas, sedangkan untuk guru, dari akses masuk, menuju ke bangunan pengelola dan ke kelas-kelas saat melakukan aktivitas pembelajaran. Dan untuk pengunjung atau orangtua/ wali murid, dari akses masuk, melalui bangunan pengelola, lalu menuju ke ruang tunggu di sebelah utara pengelola. Sirkulasi servis langsung dari akses masuk menuju loading dock yang terdapat pada ruang penyimpanan kebun. Massa pada sekolah ini terdiri atas garis-garis lengkung yang terlihat pada denah. Garis-garis lengkung juga terlihat pada massa lengkung yang dibentuk oleh struktur material bambu. Lengkung menjadikan suasana pembelajaran tidak terlalu formal sehingga terkesan lebih santai untuk belajar. Namun, tetap disiplin dan teratur. Selain itu, kesan disiplin dan teratur tampak pada garisgaris penghubung antarruang yang tegas di antara bentukanbentukan lengkung yang terlihat pada gambar 3.2 dan 3.3

Gambar 3.1 Konsep Berdasarkan Analisa Lahan (sumber: dokumentasi pribadi)

2.2 Konsep Ruang Kelas Pada blok ruang kelas, memiliki perluasan ruang kelas luar yang dibatasi oleh pepohonan sebagai tempat pembelajaran di luar. Metode pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa diterapkan dengan pembagian kelas dua-dua (kelas 1-2, 3-4, 5 dan 6) yang memungkinkan diskusi antarkelas. Terdapat permainan level, gua dan labirin dalam masing-masing blok kelas, untuk memenuhi kebutuhan privasi dari anak-anak. Ruang kelas juga dirancang untuk memungkinkan segala macam cara pembelajaran yang berlangsung, baik yang satu arah, bentuk grup diskusi kecil, bentuk grup diskusi besar, maupun eksperimen. Peletakan perabot kursi dan meja yang

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2014)

4

mobile dan fleksibel, dapat dipindah sesuai kebutuhan pembelajaran. Bentuk meja pun dirancang fleksibel juga. Lantai plester sebagai media yang sangat luas yang memenuhi kebiasaan anak. 2.3 Konsep Ruang Luar Terdiri atas hardscape dan softscape. Softscape: Pohon-pohon yang berada di sekitar bangunan dan lewatan orang berfungsi sebagai peneduh, terdiri atas asam londo, flamboyan, johar, ketapang dan angsana pada area-area kelas, taman bermain dan pengelola. Contoh terlihat pada gambar 3.6. Tanaman yang berada pada area kebun merupakan tanamantanaman berpohon yang dapat dikonsumsi buahnya, seperti buah nangka, sirsak, srikaya, pala, alpukat, belimbing, jeruk, mangga, rambutan, kedondong, jambu air, jambu bol, jambu monyet, sawo kecik, kemiri, pepaya. Selain itu, di sampingnya terdapat area kebun sayur-mayur yang terdiri atas sawi, sawi putih, kubis, rebung, kailan, wortel, tomat, cabai, serai dan bawang. Tanaman-tanaman ini adalah sebagai pengenalan anak-anak tentang tanaman-tanaman yang menjadi sumber makanan kita sehari-hari. Ada juga tanaman yang berfungsinya sebagai pengarah pada area parkir, seperti bambu halus, dan pohon palm Hardscape: Perkerasan pada sekolah alam ini terdiri atas aspal yang dilapis bebatuan-bebatuan atau kerikil.

Sirkulasi manusia Sirkulasi servis Sirkulasi kendaraan

Gambar 3.2 Konsep Sirkulasi Sekolah Alam (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.3 Bentuk-bentuk lengkung pada bangunan (sumber: dokumentasi pribadi)

Gambar 3.4 Permainan Level pada Bangunan Kelas (sumber: dokumentasi pribadi)

IV KESIMPULAN Fokus perancangan sekolah alam ini terlihat pada tatanan massa, konsep ruang kelas dan ruang luar pada Sekolah Alam ini menghadirkan konsep kelas fleksibel untuk menyesuaikan pergerakan anak dengan menghadirkan bentuk lengkung dari tatanan massa dan massa yang dibentuk oleh struktur material bambu, sehingga objek rancang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.

Gambar 3.5 Konfigurasi-konfigurasi bentuk kelas (sumber: dokumentasi pribadi)

UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih terhadap Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmatnya. Kepada keluarga, Ir. Murtijas Sulistijowati, MT., selaku dosen pembimbing tugas akhir dan Ir. M. Salatoen Pudjiono, selaku koordinator tugas akhir, sahabat-sahabat, dan segenap dosen dan karyawan arsitektur ITS. Penulis mengucapkan terima kasih atas doa, kerjasama dan bantuannya yang telah diberikan selama proses penyelesaian Tugas Akhir dan jurnal ilmiah dengan baik.

Gambar 3.6 Pohon Peneduh (kiri ke kanan), Pohon Flamboyan dan Angsana

Gambar 3.7 Pohon yang Dapat Dikonsumsi Buahnya (kiri ke kanan) Pohon Rambutan, Pohon Pepaya dan Pohon Alpukat

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2014)

5

DAFTAR PUSTAKA [1] [2]

[3] [4] [5] [6]

Kuroyanagi, Tetsuko. 1996. Totto-Chan : The Little Girl At The Window Tjahjono, Gunawan. 2000. “Merancang dengan Tema sebagai Titik Awal Penyelesaian” dalam KILAS Jurnal Arsitektur FTUI Vol. 2 no. 1/Januari 2000 Andaninggar, Aninditya H. 2012. Model Pendidikan Montessori. Diakses dari http://slideshare.net Bustamin. 2013. Sekolah Alam (Sebagai Alternatif dan Inovasi dalam Pendidikan). Diakses dari http://fkipunikamamuju.blogspot.com Ismayanti. 2007. Sekolah Alam: Apa Sih Sekolah Alam Itu? Diakses dari http://ismadiary.blogspot.com Pradona, Andi. 2013. Penerapan Konstruksi Bambu pada Sekolah Alam Kecamatan Bayan Lombok Utara. Jurnal Arsitektur Universitas Brawijaya

Gambar 3.8 Tanaman sayur-mayur (kiri ke kanan) Rebung, Tomat dan Sawi

LAMPIRAN

Gambar Denah Ruang Kelas

Gambar Perspektif Bangunan

Gambar Perspektif Suasana

Gambar Perspektif Suasana