PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : Markus Andika Nurcahya NIM : 121134198
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi yang peneliti lakukan ini dipersembahakan untuk: 1. Tuhan Allah di surga yang selalu menyertaiku dengan limpahan berkat-Nya. 2. Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menjadi perantaraku dan membimbingku untuk selalu berjalan lurus kepada Tuhan. 3. Kedua orangtuaku, Bapak Paulus Kartana dan Ibu Maryam Kristyani Suharsi yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa yang selalu menyertai perjalanan hidupku ini demi menuju kesuksesan. 4. Novie Lita Istiqomah yang selalu menjadi motivator dan inspirasiku sehingga membuatku lebih termotivasi dalam menyelesaikan skripsi. 5. Lorensius Dede Setiawan yang telah menjadi pedoman dan motivasiku untuk terus menjalani kehidupan ini. 6. Dosen-dosenku
khususnya
dosen pembimbing skripsi
yang selalu
membimbingku sehingga dapat menyelesaikan skripsi. 7. Cagur Family yang menjadi teman-teman seperjuanganku dari semester awal hingga akhir. 8. Kepala Sekolah dan seluruh staff SD Kasih yang bersedia memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 9. Orangtua siswa yang senantiasa bersedia memberikan informasi. 10. Universitas Sanata Dharma yang telah mendidikku menjadi seorang calon pendidik yang berkualitas.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Orang yang kuat itu bukanlah orang yang tidak pernah menangis, melainkan orang yang selalu dapat berdiri tegak pada saat orang lain menyakitinya. (Markus Andika Nurcahya)
Menowo duwe kekarepan utawa niat iku kudu “Mantep Madep Marep” (Mbah Cermo Parjono)
Berpikirlah efisien, maka kesuksesan akan ada di belakangmu (Bapa Ranchodas)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Februari 2016 Penulis,
Markus Andika Nurcahya
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma, Nama
: Markus Andika Nurcahya
NIM
: 121134198 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK HIPERAKTIF Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan penelitinya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yogyakarta, 18 Februari 2016 Penulis,
Markus Andika Nurcahya
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK PERSEPSI GURU TERHADAP PERKEMBANGAN EMOSI ANAK HIPERAKTIF KELAS II DI SD KASIH Markus Andika Nurcahya NIM : 121134198 Tidak setiap anak mengalami perkembangan secara normal. Anak berkebutuhan khusus adalah seorang anak yang mengalami gangguan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SD Kasih terdapat satu anak yang terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas II SD Kasih dan perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitin ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti berasal dari lima partisipan. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, handphone sebagai alat perekam, dan anekdot. Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti lakukan di SD Kasih, terdapat tiga orang guru memiliki persepsi sama mengenai anak hiperaktif kelas II. Tingkah laku yang ditunjukkan siswa yang mengalami hiperaktif tampak berbeda dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Tingkah laku tersebut meliputi susah untuk diajak konsentrasi, banyak bergerak, keluar masuk kelas tanpaizin dan sebagainya. Selain itu, perkembangan emosi siswa tersebut juga tampak berbeda dibandingkan dengan anak lainnya karena siswa tersebut masih sering menunjukkan emosi yang tidak terkontrol sehingga dia sering membentak guru saat ditegur.
Kata Kunci: Persepsi guru, Perkembangan Emosi, Hiperaktif
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT TEACHERS PERCEPTION TOWARD EMOTIONAL DEVELOPMENT OF SECOND GRADE HYPERACTIVE STUDENT IN KASIH ELEMENTARY SCHOOL Markus Andika Nurcahya NIM: 121134198
Not every chlid experiences normal development. Children with special needs are those who experience troubles to reach optimal development. Based on the reseacher‟s observation result in primary school Kasih, one student in the second grade is indicated to possess hyperactivity. Based on the bacground, this research aims to investigate teachers‟ perception toward second grade hyperactive students in primary school Kasih and their emotional development. This research is a type of qualitative research in the form of description. The data gathering techniques used in this research were interview, observation, and documention. The data gathered were from five participants. The instrument of this research was the researcher as the main instrument with the help of interview guidelines, observation guidelines, a phone as a recoder device, and anectdot. The data validity checking in this research used source triangulation. Based on the research‟s result and discussion done through obesrvation, interview, and documentation that the researcher did in primary school Kasih, there were three teacher who had the same perception toward the second grade hyperactive student. Behaviour shown by the student who possessed hyperactivity seemed to be different than other students. The behaviour incuded difficult to concentrate, to much mobility, entering and going out of the class without permission, and etc. Apart from above, the student‟s emotional development also seemed to be different than other students because he often showed uncontrolable emotion so that he often shouted back at the teacher when being reminded.
Keywords: Perception of teachers, Emotional, Hyperactivity
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala mukjuzat dan berkat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Guru Terhadap Perkembangan Emosi Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih” dengan lancar dan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini, penulis masih banyak menemui hambatan keterbatasan waktu, kesempatan, pengetahuan, dan pengalaman. Namun dengan adanya pemberian semangat dan motivasi dari berbagai pihak, pada akhirnya penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Ucapan terima kasih juga peneliti ucapkan kepada Christiyanti Aprinastuti, S.Si, M. Pd. selaku ketua program studi PGSD Universitas Sanata Dharma serta seluruh dosen yang telah membimbing penulis agar menjadi calon guru yang berkualitas. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada kedua dosen pembimbing yaitu Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing I dan Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai dengan baik.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peneliti juga berterima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah SD Kasih atasizin yang diberikan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas IIA SD Kasih. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada guru kelas IIA, guru kelas IA, dan guru olahraga yang telah bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini dengan memberikan informasi yang berguna bagi peneliti. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua siswa yang bersedia melakukan wawancara dengan peneliti dalam penelitian ini. Terima kasih peneliti ucapakan kepada orangtua yaitu Bapak Paulus Kartana dan Ibu Maryam Kristiyani Suharsi yang selalu memberikan kasih sayang dan cinta kasih, semangat, dukungan, dan doa selama peneliti mulai menempuh pendidikan. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Novie Lita Istiqomah yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan selalu menjadi inspirasi bagi peneliti sehingga peneliti mampu menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tak lupa peneliti juga ucapkan terima kasih kepada Lorensius Dede Setiawan yang selalu menjadi pedoman dan motivasiku untuk terus menjalani kehidupan ini. Terima kasih peneliti ucapakan juga kepada Cagur Family yang telah menjadi teman-teman seperjuangan di PGSD sejak peneliti memulai pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini. Peneliti juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Universitas Sanata Dharma atas bimbingan yang telah diberikan selama ini danizin untuk menjadi mahasiswa di PGSD. Dengan kerendahan hati peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu berbagai kritik, saran, serta masukan akan sangat bermanfaat bagi peneliti untuk melakukan perbaikan dalam skripsi ini.
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, peneliti berharap agar penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
Markus Andika Nurcahya
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv MOTTO ..................................................................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .......................................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI....................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvi DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvii DAFTAR TABEL.............................................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 1.1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2
Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
1.3
Pembatasan Masalah ................................................................................ 4
1.4
Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.5
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.6
Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
1.7
Definisi Operasional ................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................7 2.1
Kajian Pustaka .......................................................................................... 7 xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.1.1
Deskripsi Partisipan Penelitian ......................................................... 7
2.1.2
Persepsi Guru .................................................................................. 10
2.1.3
Perkembangan Emosi ...................................................................... 12
2.1.4
Hiperaktif ........................................................................................ 16
2.2
Penelitian yang Relevan ......................................................................... 22
2.3
Kerangka Teori ....................................................................................... 27
2.4
Pernyataan Penelitian ............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................30 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 30 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 31 3.2.1 Waktu Penelitian ................................................................................... 31 3.2.2 Tempat Penelitian ................................................................................. 31 3.3 Partisipan Penelitian .................................................................................... 32 3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 33 3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 35 3.6 Teknik Keabsahan Data............................................................................... 38 3.6.1 Uji Kredibilitas ..................................................................................... 38 3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan ................................................................. 39 3.6.1.2 Triangulasi ......................................................................................... 39 3.6.2 Uji Transferabilitas ............................................................................... 41 3.6.3 Uji Dependabilitas ................................................................................ 41 3.6.4 Uji Konfirmabilitas ............................................................................... 42 3.7 Teknik Analisis Data ................................................................................... 42 3.7.1 Reduksi Data ......................................................................................... 43 3.7.2 Display Data ......................................................................................... 43 xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .................................................. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................45 4.1
Hasil Penelitian....................................................................................... 45
4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian ......................................... 45 4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................. 46 4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA) .............................................................. 46 4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA) .............................................................. 50 4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga) ............................................................ 54 4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa) .......................................................... 59 4.2
Pembahasan ............................................................................................ 68
4.3
Temuan Lain dalam Penelitian ............................................................... 77
BAB V PENUTUP................................................................................................81 5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 81 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 82 5.3 Saran ............................................................................................................ 82 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................84
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.1 Teks Anekdot ..................................................................................87 Lampiran 2.1 Hasil Triangulasi ............................................................................91 Lampiran 3.1 Pemetaan ........................................................................................99 Lampiran 4.1 Memo Tertulis ..............................................................................101 Lampiran 5.1 Riwayat Peneliti ............................................................................103
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Perbedaan Ciri-Ciri Emosi Anak Dengan Orang Dewasa .................14 Gambar 2.2 Literature Map Penelitian Yang Relevan ..........................................27 Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik ..................................................................40 Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber .................................................................40 Gambar 3.5 Teknik Analisis Data ..........................................................................44 Gambar 4.1 Temuan Lain Penelitian.....................................................................80
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian ......................................................................31 Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian ........................................................38
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup baik melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa. Pada jaman ini sudah banyak anak yang bisa mendapat pendidikannya sejak mereka masih dini dalam pembelajaran-pembelajaran yang diberikan melalui sekolah formal yang tersebar di setiap wilayah di dunia ini. Pembelajaran di Indonesia dapat dimulai dari anak usia dini lalu melanjutkan ke TK, SD, SMP, SMA/SMK, dan bisa langsung bekerja atau bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Tidak hanya sekolah-sekolah tersebut yang tersebar di Indonesia namun juga ada sekolah khusus seperti SLB (Sekolah Luar Biasa) yang diselenggarakan negara bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan. Tidak berkebutuhan
setiap khusus
anak
mengalami
adalah
mereka
perkembangan yang dalam
normal.
Anak
perkembangannya
mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko
sehingga
untuk
mencapai
perkembangan
optimal
diperlukan
penanganan atau intervensi khusus. Anak berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu individuindividu memiliki problem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi permanen. Salah satu anak berkebutuhan khusus yang biasanya banyak terdapat di sekolah adalah anak hiperaktif. Zaviera (2014:11) menjelaskan anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa disebut dengan hiperkinetik. Hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Anak hiperaktif tentunya memiliki perbedaan dalam perkembangan emosi dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
lingkungannya (Soetjiningsih, 1995). Istilah emosi berasal dari kata emotus atau emovere atau mencerca (to stir up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu, misal emosi gembira mendorong untuk tertawa, atau dengan perkataan lain emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu (Sujiono, 2005). Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya. Persepsi adalah proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik yang berasal dari dalam maupun luar individu (Sunaryo, 2013:96). Hasil observasi peneliti di SD Kasih terdapat satu anak yang terindikasi mengalami hiperaktif di kelas II dan terlihat anak tersebut memiliki perbedaan dalam aspek perkembangan emosi dengan anak yang lain. Perbedaan perkembangan emosi tersebut yaitu terlihat pada perilaku anak yang sering meledak-ledak emosinya saat dia ditegur oleh guru. Hasil observasi tersebut membuat peneliti untuk melakukan penelitian mengenai persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Selain itu, alasan peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti memang tertarik menghadapi anak yang susah untuk dikendalikan. Penelitian ini diharapkan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
menjelaskan dan menggambarkan dalam masalah pendidikan formal mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif dari segi pandangan guru. 1.2 Identifikasi Masalah Ditemukan siswa yang mengalami hiperaktif di SD Kasih dan belum diketahui tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada di latar belakang, maka peneliti akan membatasi masalah tersebut oleh persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif kelas II di SD Kasih. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1.4.1
Bagaimana persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas II di SD Kasih?
1.4.2
Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif di SD Kasih?
1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut: 1.5.1
Untuk mengetahui persepsi guru terhadap anak yang mengalami hiperaktif
1.5.2
Untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan pada dunia pendidikan tentang memahami anak hiperaktif, serta untuk menambah pengetahuan mengenai penanganan yang yang tepat untuk menangani anak hiperaktif, dan untuk menambah pengetahuan tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif.
1.6.2
Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Peneliti Hasil dan proses penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif. 1.6.2.2 Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberi pembelajaran,
pembinaan,
bimbingan,
dan
pertimbangan
dalam
membangun perkembangan belajar anak hiperaktif di kelas. 1.6.2.3 Bagi Orangtua yang Memiliki Anak Hiperaktif Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk orangtua yang memiliki anak hiperaktif agar dapat selalu memperhatikan, membimbing, dan mengembangkan emosi anaknya ketika di rumah. 1.6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu masukan untuk melakukan studi lanjutan tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.7 Definisi Operasional a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing,
mengarahkan,
melatih,
menilai,
dan
mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. b. Persepsi adalah proses memahami, menerima, mengkoordinasi, menginterpretasikan rangsangan di lingkungan sekitar melalui panca indera sehingga menyadari dan mengerti apa yang diinderakan. c. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perubahan sikap dari suatu aktivitas yang dilakukan. d. Perkembangan emosi adalah perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) mengenai perasaan/pikiran dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati yang muncul dari perilakunya. e. Hiperaktif adalah disfungsi neurologis dengan gejala gangguan pemusatan perhatian terhadap suatu hal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II ini, peneliti memaparkan empat topik yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan pernyataan penelitian. Pada kajian teori, peneliti membahas tentang teori-teori yang masih berkaitan dengan persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Pada penelitian yang relevan, peneliti memaparkan hasil penelitian yang pernah dilakukan dan penelitian tersebut masih berkaitan dengan judul penelitian ini. Sedangkan pada kerangka teori, peneliti menunjukkan kepada para pembaca agar dapat memahami penelitian yang dilakukan, serta pernyataan penelitian yang masih memiliki kaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1
Deskripsi Partisipan Penelitian Partisipan awal dalam penelitian ini adalah seorang siswa laki-laki kelas II
di SD Kasih bernama M.F.S yang biasa dipanggil dengan nama Marka (nama disamarkan). Peneliti menggunakan siswa tersebut karena sesuai hasil pengamatan dan wawancara, anak tersebut mengalami hiperaktif. Marka lahir pada tanggal 23 Mei 2008 dan menurut guru wali kelas IIA yang setiap harinya mengajar, anak ini masih memiliki keturunan dari suku Batak. Marka tinggal bersama dengan kedua orang tuanya yang masih utuh serta dengan satu kakak kandungnya yang saat ini juga masih berstatus sebagai siswa di SD Kasih tepatnya di kelas IV. Marka merupakan anak kedua dari pasangan suami istri H.M.S dan F.H.P. Marka tinggal bersama keluarganya di salah satu daerah 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
wilayah Kabupaten Bantul. Kondisi perekonomian keluarga Marka termasuk ke dalam golongan menengah ke atas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil observasi peneliti dari data sekolah yang menyatakan bahwa Ayah Marka bekerja sebagai wiraswasta, dan ibunya tidak bekerja. Data mengenai tanggal lahir dan kondisi perekonomian Marka tersebut peneliti dapatkan dari hasil observasi data sekolah. Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti karena peneliti tidak melakukan wawancara terhadapnya. Peneliti melakukan penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi langsung dan mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti mengobservasi tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan sampai lari-lari di saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam kelas dengan barangbarang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya saat pelajaran berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di kelas. Peneliti sempat masuk di kelas Marka untuk memberikan pembelajaran sebagai tugas peneliti juga untuk mengajar dalam melaksanakan PPL. Selama peneliti melakukan proses pembelajaran, Marka susah untuk bisa diajak diam dan bahkan saat ditegur dia lari meninggalkan kelas. Saat peneliti mengajak siswa secara klasikal untuk memperhatikan dan mencoba mengerjakan tugas-tugas dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
peneliti, terlihat Marka sedang asyik bermain-main dengan barang yang ada di sekitarnya seperti pensil atau penghapus. Dengan kejadian tersebut dapat dikatakan bahwa Marka sangat sulit untuk memusatkan perhatian terutama pada saat diajak untuk melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan berpikir atau dengan hal yang tidak disukainya. Selama peneliti mengamati, terlihat bahwa Marka lebih cenderung menyukai bermain dan aktivitas-aktivitas fisik karena peneliti telah mencoba untuk menggunakan sebuah media untuk mengajak siswa kelas IIA untuk bermain sambil belajar. Saat itulah Marka terlihat dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Selama peneliti melakukan observasi terhadap Marka, memang perilaku Marka terlihat berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Tingkah laku Marka cenderung sulit untuk diatur karena seringkali Marka terlihat mengganggu temannya pada saat pembelajaran berlangsung. Peneliti juga melihat bahwa Marka ternyata memiliki emosi yang cukup tinggi karena peneliti pernah melihat saat pembelajaran di kelas berlangsung, Marka malah berkelahi dengan teman sebangkunya hanya karena Marka mengganggu teman sebangkunya dan temannyapun membalas dengan menganggunya. Setelah Marka diganggu dengan temannya, Marka langsung marah dan malah berkelahi dengan temannya tersebut. Sewaktu kegiatan pembelajaran di kelas Marka terlihat selalu keluar kelas tanpa izin dan tanpa alasan sama sekali. Selain itu, Marka juga sering terlihat tidak rapi dalam mengenakan seragamnya dan sering terlihat berkeringat karena aktivitas-aktivitas fisik yang dia lakukan. Bedasar hasil pengamatan dengan partisipan, Marka kemungkinan mengalami hiperaktif. Gangguan yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Marka secara tidak langsung berpengaruh pada perilaku Marka di sekolah, perubahan emosi, dan interaksinya. Kesimpulan peneliti mengenai Marka ternyata didukung oleh guru kelas IIA sebagai wali kelas Marka serta didukung oleh guru-guru lain. Saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas, guru kelas menjelaskan bahwa Marka memang sangat sulit diatur, mudah marah, sering keluar masuk kelas tanpa izin dan alasan yang jelas, sering mengganggu teman-temannya sampai dianggap sebagai anak nakal. 2.1.2
Persepsi Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (KBBI, 2005: 863)
persepsi adalah tanggapan (penerima) langsung dari sesuatu. Menurut Dakir (dalam Moedjanto, dkk 1987:15) persepsi adalah suatu proses untuk memberi arti pada tanda-tanda dari objek atau fakta objektif yang diterima oleh individu setelah ia memperoleh stimulasi lewat indera-inderanya. Thoha (2005: 141-142) mengemukakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Walgito (dalam Sunaryo, 2013:95) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004 : 93). Ada 2 macam persepsi menurut Sunaryo (2004 : 94) yaitu: 1) Eksternal perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. 2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari diri sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah individu itu sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan persepsi adalah tanggapan dari penerima secara langsung dengan proses memahami pada suatu objek melalui indera penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman terhadap suatu informasi yang diperoleh sehingga dapat mengerti dan menyadari apa yang diinderakan. Selain itu, dapat dikatakan bahwa persepsi bersifat individu karena persepsi setiap orang terhadap suatu objek belum tentu sama dengan orang atau individu lain. Dengan adanya persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Guru adalah salah satu dari bagian dalam sebuah kegiatan pembelajaran yang bertugas untuk memberikan pembelajaran dan memiliki posisi untuk menentukan suatu pembelajaran. Fungsi utama guru adalah marancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.1.3
Perkembangan Emosi Sarwono (dalam Yusuf, 2011: 115) berpendapat emosi adalah setiap
keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Menurut Beaty
(2013: 92), perkembangan
emosional anak agak berbeda dari aspek perkembangan lainnya. Meskipun pertumbuhan emosional terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif dan saling bergantung di antara mereka, sepertinya seolah-olah anak–anak belum terlihat mantap. Seperti yang LeDoux (dalam Beaty , 2013: 92) jelaskan: “ Sebuah emosi merupakan pengalaman subjektif, invasi kesadaran yang bersemangat, sebuah perasaan adalah respons terhadap perasaan ini yang mungkin berubah pada anak kecil sejalan waktu karena kedewasaannya, lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya, atau pembimbingan yang diterima”. Beaty
(2013: 92) juga menjelaskan bahwa perkembangan emosional
memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi adalah setiap keadaan pada diri anak yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas mempunyai perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif yang berbeda. Perkembangan emosi juga memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Izard (dalam Beaty , 2013: 92) berpendapat emosi memiliki tiga dimensi yang saling berinteraksi internal yaitu: a. Perasaan sadar atau pengalaman emosional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b. Proses di otak dan sistem saraf c. Pola atau reaksi ekspresif yang bisa diamati Beaty (2013: 94) juga memaparkan bagaimana cara membantu anak-anak mengelola reaksi emosional tidak sesuai, diantaranya: a. Singkirkan atau kurang penyebab emosi b. Redakan respons negatif anak dengan membiarkannya “mengeluarkannya” melalui tangisan, bicara, atau memindahkan perasaannya menjadi tindakan nondestruktif c. Tawarkan dukungan, kenyamanan, dan ide untuk kontrol diri d. Contohkan sendiri perilaku terkendali e. Beri anak kesempatan untuk membicarakan perasaan negatif secara sesuai Yusuf (2011: 115) memaparkan ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut: a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi) c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam berbicara d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain Yusuf (2011: 116) juga memaparkan ciri-ciri emosi, diantaranya: a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berpikir b. Bersifat fluktuatif (tidak tetap) c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera Ada tiga ciri-ciri emosi yang telah diungkapkan oleh ahli seperti di atas. Namun untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri-ciri emosi, emosi juga dapat dibedakan menjadi emosi anak dengan emosi orang dewasa. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut. EMOSI ANAK 1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba 2. Terlihat hebat/kuat 3. Bersifat sementara/dangkal 4. Lebih sering terjadi 5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya
EMOSI ORANG DEWASA 1. Berlangsung lebih lama dan berakhir lambat 2. Tidak terlihat hebat/kuat 3. Lebih mendalam dan lama 4. Jarang terjadi 5. Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya
Tabel 2.1 Perbedaan ciri-ciri emosi anak dengan orang dewasa Yusuf (2011: 117) menjelaskan bahwa emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan (psikis). a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, sakit, lelah, kenyang, dan lapar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini diantaranya adalah: 1) Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. 2) Perasaan Sosial, yaitu perasan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. 3) Perasaan Susila, yaitu perasan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral). 4) Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian. 5) Perasaan Ketuhanan, manusia dikaruniai insting religius (naluri beragama) kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo Religius” yang berarti sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama. James dan Lange (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa, emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Menurut Lindsley (dalam Yusuf, 2011: 118) menyatakan bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak. Sedangkan Waston (dalam Yusuf, 2011: 118) mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi yaitu takut, marah, dan cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons tertentu pada stimulus tertentu juga, tetapi kemungkinan terjadi juga perubahan. Menurut pendapat para ahli tersebut emosi muncul disebabkan kegiatan individu yang terlampau keras dari susunan syaraf otak dan rasa takut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
marah serta cinta menunjukkan respons tertentu sehingga terjadi sebuah perubahan. 2.1.4
Hiperaktif Marlina (2008: 2) berpendapat istilah ADHD diadaptasi dari bahasa
inggris yaitu Attention Deficit/Hiperactifity Disorder. Seorang ADHD akan mengalami kesulitan dalam perilaku, kesulitan bersosial, dan kesulitan lain yang berkaitan. Zaviera (2014:11), anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas. Hiperaktif juga biasa disebut dengan hiperkinetik. Hiperkenitik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Hermawan (dalam Zaviera, 2014:14) menjelaskan ditinjau secara psikologis, hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal. Disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hiperaktif adalah perilaku yang berkembang secara tidak sempurna dan timbul pada anak-anak dan orang dewasa yang disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu memusatkan perhatian. Barkley (dalam Martin, 2008:21) mengungkapkan ciri-ciri anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri, ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi. 2.1.3.1 Ciri-ciri Hiperaktif Zaviera (2014:15) menjelaskan ciri-ciri hiperaktif: 1. Tidak fokus Anak dengan gangguan hiperaktivitas tidak bisa berkonsentrasi lebih dari lima menit. Dengan kata lain, ia tidak bisa diam dalam waktu lama dan mudah teralihkan perhatiannya kepada hal lain. Tidak hanya itu, anak dengan gangguan hiperaktvitas tidak memliki fokus yang jelas. dia berbicara semaunya berdasarkan apa yang ingin diutarakan tanpa ada maksud jelas sehingga kalimatnya sering sulit dipahami. Biasanya anak selalu cuek ketika dipanggil. 2. Menentang Anak dengan gangguan hiperaktivitas umumnya memiliki sikap menentang atau tidak mau dinasehati. Penolakannya juga bisa ditujukan dengan sikap cuek. 3. Destruktif Perilaku anak hiperaktivitas bersifat destruktif atau merusak, biasanya merusak barang yang ada disekitarnya. Oleh karena itu, anakhiperaktif sebaiknya dijauhkan dari barang-barang yang mudah dipegang dan dirusak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
4. Tidak kenal lelah Anak dengan gangguan hiperaktivitas sering tidak menunjukkan sikap lelah. Sepanjang hari dia akan selalu bergerak kesana kemari, lompat, lari, berguling, dan sebagainya. 5. Tanpa tujuan Semua aktivitas dilakukan tanpa tujuan yang jelas. 6. Tidak sabar dan usil Anak dengan gangguan hiperaktivitas memiliki sifat yang tidak sabar. Selain itu anak dengan gangguan hiperaktivitas sering mengusili teman-temannya tanpa alasan yang jelas. 7. Intelektualitas rendah Seringkali intelektualitas anak dengan gangguan hiperaktivitas berada dibawah rata-rata anak normal. Mungkin karena secara psikologis mentalnya sudah terganggu sehingga ia tidak bisa menunjukkan kemampuan kreatifnya. Dari pernyataan di atas dapat lihat bahwa ada banyak ciri-ciri hiperaktif yaitu tidak fokus, menentang, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, tidak sabar dan usil, dan intelektualitas rendah. 2.1.3.2 Tipe Hiperaktif Zaviera (2014:12) juga menyebutkan tipe hiperaktif adalah: 2. Tipe sulit berkonsentrasi Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe sulit berkonsentrasi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Sering melakukan kecerobohan atau gagal menyimak hal yang teperinci dan sering membuat kesalahan karena tidak cermat b. Sering sulit memusatkan perhatian secara terus-menerus dalam suatu aktivitas c. Sering tampak tidak mendengar kalau diajak bicara d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas e. Sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas f. Sering menghindar, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang butuh pemikiran yang cukup lama g. Sering kehilangan barang yang dibutuhkan untuk melakukan tugas h. Sering mudah beralih perhatiannya oleh rangsangan dari luar i. Sering lupa dalam mengerjakan kegiatam sehari-hari 3. Tipe hiperaktif-impulsif Berikut adalah ciri anak hiperaktif tipe hiperaktif-impulsif: a. Sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat. b. Seing meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
e. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Tenaganya juga tidak habis f. Sering terlalu banyak bicara g. Sering terlalu cepat memberi jawaban ketika ditanya, padahal pertanyaan belum selesai h. Sering sulit meninggu giliran i. Sering memotong atau menyela pembicaraan 4. Tipe kombinasi Ciri anak hiperaktif tipe kombinasi mencakup kedua ciri dari tipe sulit berkonsentrasi dan tipe hiperaktif-impulsif. 2.1.3.3 Kriteria Diagnosis ADHD Berdasarkan karakteristik anak hiperaktif, ada tiga tipe kriteria anak hiperaktif, yaitu tipe inatensi, tipe hiperaktif-implusif, dan tipe kombinasi berlebihan dibandingkan anak-anak lain yang sebaya (Wood, 2003). DSM-IV® - TR (2003) menjelaskan tiga tipe kriteria anak hiperaktif: 1. Tipe Inatensi; Perilaku yang muncul pada anak, diantaranya (1) anak sulit memberikan perhatian pada setiap detail pekerjaan, tugas sekolah, atau aktivitas lain (ceroboh), (2) sulit berkonsentrasi saat mengerjakan tugas atau bermain, (3) tampak tidak mendengarkan jika diajak berbicara, (4) sering tidak mengikuti perintah dan gagal dalam menyelesaikan tugas, (5) tidak teratur dalam mengerjakan tugas, (6) menghindari aktivitas mental (berpikir), (7) sering
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kehilangan barang milik pribadi, seperti buku, pensil, mainan, dan sebagainya, (8) perhatiannya mudah teralih, dan (9) sering lupa. 2. Tipe Hiperaktif dan Impulsif; Perilaku yang muncul pada hiperaktif (1) sering gelisah (selalu menggerak-gerakkan tangan atau menggoyang-goyangkan badan), (2) sering meninggalkan tempat duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang, (5) melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul pada impulsif (7) sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering menyela pembicaraan orang lain. 3. Tipe kombinasi; Perilaku yang muncul pada anak dengan tipe kombinasi mencakup kedua karakteristik anak hiperaktif dari tipe inatensi dan tipe hiperaktif-implusif. Beberapa kriteria tipe anak hiperaktif yang dikemukakan oleh DSM-IV® TR dijadikan pedoman secara umum untuk menentukan seseorang mengalami hiperaktif. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktif apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir. Delphie (2006: 74) mengemukakan bahwa kesulitan belajar anak hiperaktif disebabkan juga adanya kontrol diri yang kurang dan sering impulsif dalam setiap kegiatan yang dia lakukan, sangat mudah untuk marah dan seringkali suka berkelahi. Penyebab hiperaktif telah banyak diteliti dan dipelajari, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai faktor penyebab hiperaktif (Zaviera, 2014:52-53). 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian pertama adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin tahun 2009 pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dalam bentuk jurnal penelitian. Judul yang penulis ambil dalam jurnal penelitiannya adalah “Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya”. Penelitian dilakukan karena perilaku buruk pada masa kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa, sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari latar belakang di atas, penulis memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang anak yang berperilaku hiperaktif dan upaya yang dilakukan guru dalam membantu kedua anak tersebut, dimana kedua anak secara umum memiliki karakteristik dan perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu proses pembelajaran di kelas dan bertujuan agar para guru TK/Pendidik anak usia dini lainnya memahami bentuk perilaku anak hiperaktif serta memahami upaya yang seharusnya dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hiperaktif. Hasil penelitian yang penulis dapat adalah perilaku anak yang hiperaktif tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian penulis dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak dapat duduk tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif, kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang mengalami hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan modifikasi perilaku yang didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil melakukannya. Penelitian kedua adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zaezara pada tahun 2014 di SD Bercahaya. Peneliti ini mengambil judul “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya”. Penelitian ini dilakukan atas dasar masing-masing guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang dialami anak. Ada sebagian guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi, tingkah laku dan permasalahan lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran. Hasil penelitian yang didapat adalah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH, berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
memiliki kesamaan dengan teori tentang anak GPPH, namun persepsi guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami GPPH tidak memiliki kesamaan dengan teori anak GPPH. Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan perilakunya yang tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru sebagai langkah awal dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang anak GPPH disebabkan karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara terbaik menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH. Penelitian ketiga adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati pada tahun 2013 dalam sebuah jurnal penelitian. Judul penelitian yang dia ambil adalah “Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment pada Ibu dari Anak GPPH”. Penelitian ini dilakukan atas dasar data yang diperoleh dari hasil preliminary study yang dilakukan, menunjukkan bahwa hasil dari wawancara dengan ibu yang memiliki anak terdiagnosa GPPH menunjukkan bahwa ibu sering tidak sabar dan jengkel menghadapi perilaku anak yang tidak pernah dapat tenang, suka memporak porandakan mainan atau barangbarang yang ada di rumah, berguling-guling ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sikap ibu menjadi lebih kasar dan terkadang berbuat kasar, mencubit dan memukul, menyeret ketika anak tidak segera melakukan instruksi yang diberikan, ibu merasa anak merepotkannya. Sikap keras yang dilakukan oleh ibu dalam upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
mengendalikan perilaku anak, namun kenyataan justru sebaliknya, anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak dengan GPPH merasa tertekan dan sering mengalami kesulitan ketika menghadapi perilaku dan emosi anaknya, dan terkadang ibu harus menahan emosinya sendiri ketika menghadapi perilaku anaknya. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berpikir perlu ada upaya yang dapat memberikan manfaat praktis dan segera dirasakan agar ibu tidak merasa tertekan sehingga menjadi lebih tenang dan sabar dalam menghadapi anak dengan GPPH. Upaya yang bisa dilakukan oleh penulis antara lain dengan pendampingan pada ibu yang memiliki anak dengan GPPH untuk mengatur emosinya atau melakukan regulasi emosi. Menurut penulis regulasi emosi perlu dilakukan ibu agar dapat melatih dan mengendalikan emosinya terutama selama berinteraksi dengan anak dengan GPPH. Ibu dengan kemampuan regulasi emosi yang baik, diharapkan memiliki reaksi emosional yang positif. Pendampingan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan informasi mengenai GPPH dan kedua model proses regulasi emosi melalui kelima aspeknya (pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan kognitif dan modulasi respon). Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai GPPH dan beberapa cara regulasi emosi secara jelas, ibu lebih bisa mengelola emosi secara baik karena persepsi ibu yang semula negatif terhadap perilaku anak dengan GPPH berubah lebih positif, ibu lebih memahami dinamika perilaku anak dengan GPPH, lebih bisa menerima kondisi anak dan dapat memberikan pengasuhan yang lebih positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pendampingan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku maltreatment fisik yaitu perilaku mencubit pada kedua subjek. Kedua subjek dalam penelitian ini menggunakan kedua model strategi regulasi emosi yaitu strategi
reappraisal
(antecedent-focused)
dan
strategi
Response-Focused
(Expressive Suppression) tergantung situasi, namun lebih sering menggunakan strategi Response-Focused (Expressive Suppression). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua subjek dalam melakukan regulasi emosi, tanpa melalui seluruh proses atau tahap dari kelima model proses regulasi emosi. Kedua subyek pada saat berada dalam situasi yang akan memunculkan emosi akibat perilaku anak dengan GPPH yang sulit dikendalikan dapat memilih model yang memungkinkan dilakukan saat itu. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian yang telah dilakukan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Pada penelitian pertama dan kedua menyatakan tentang perilaku hiperaktif dan persepsi guru tehadap anak berkebutuhan khusus. Peneliti akan melakukan penelitian mengenai persepsi guru terhadap anak hiperaktif dan tentunya peneliti juga membutuhkan informasi mengenai perilaku serta cara penanganan anak hiperaktif. Sedangkan penelitian ketiga menerangkan mengenai regulasi emosi terhadap perilaku maltreatment pada ibu dari anak GPPH. Dari penelitian ketiga ini juga telah menggambarkan perkembangan emosi yang terjadi pada anak hiperaktif terkait dengan perilaku maltreatment pada orang tua anak. Hal ini terlihat pada saat anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Peneliti membuat sebuah literature map atau kerangka berpikir yang memuat penelitian-penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Berdasar pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai subjek seorang anak yang tergolong dalam anak yang berkebutuhan khusus yaitu hiperaktif, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa anak yang mengalami hiperaktif kelas II di SD Kasih. Kerangka berpikir penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut: PERILAKU HIPERAKTIF
PERKEMBANGAN EMOSI
PERSEPSI GURU
Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Kelas II di SD Bercahaya
Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya
Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment pada Ibu dari Anak GPPH
Persepsi Guru Terhadap Perkembangan Emosi Anak Hiperaktif Kelas II di SD Kasih 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan 2.3 Kerangka Teori Pendidikan
sekolah
dasar
adalah
sebuah
cabang
pendidikan
yang
diselenggarakan untuk mencerdaskan anak bangsa ditingkat awal setelah anak menyelesaikan pendidikan anak usia dini. Pendidikan sekolah dasar menjadi tempat untuk anak-anak belajar seusai lulus dari sebuah cabang pendidikan tingkat kanak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kanak. SD Kasih adalah sebuah sekolah dasar yang memiliki cukup banyak siswa. Ada berbagai karakteristik siswa di SD tersebut, akan tetapi tidak ada perlakuan khusus bagi siswa yang sekolah di SD tersebut. Di SD Kasih terdapat juga beberapa anak yang dapat digolongkan dalam anak berkebutuhan khusus bertipe hiperaktif. Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah seorang siswa kelas II di SD Kasih yang bernama Marka. Selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, seringkali terjadi permasalahan yang diakibatkan oleh Marka. Dengan adanya permasalahan tersebut membuat kegiatan pembelajaran menjadi tidak nyaman bahkan membuat hasil pembelajaran menjadi tidak sesuai dengan yang telah direncanakan oleh guru. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, permasalahan yang terjadi ini terlihat saat seorang siswa dijahili oleh Marka yang tergolong hiperaktif dan saat ditegur, Marka terbawa emosi sehingga pada akhirnya menjadi sebuah konflik. Saat di kelas Marka selalu susah untuk diajak konsentrasi, sering meninggalkan tempat duduknya, sering berlari-lari kesana kemari, sering keluar masuk kelas tanpa izin dan tanpa alasan yang jelas, dan sering sulit menunggu jawaban. Perbedaan yang Marka tunjukkan tidak hanya dalam tingkah laku, namun terlihat juga dalam perkembangan emosionalnya. Perkembangan emosi yang terlihat pada anak-anak seumuran Marka dapat dikatakan masih labil atau belum stabil, namun mereka masih memiliki pengendalian pada saat guru mengingatkan mengenai tingkah laku mereka. Berbeda dengan Marka yang susah sekali untuk dikendalikan karena seringkali Marka meluapkan emosinya pada saat keinginannya tidak dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif di SD tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.4 Pernyataan Penelitian Pada bagian ini peneliti menyajikan beberapa pertanyaan penelitian yang dapat membantu pada saat melakukan penelitian: -
Bagaimana perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif di SD Kasih?
-
Bagaimana persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif di SD Kasih?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODE PENELITIAN Bab III menjelaskan metode penelitian yang berisi tentang jenis penelitian, tempat penelitian, partisipan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, keabsahan data, dan teknik analisis data. 3.1 Jenis Penelitian Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 208: 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pendapat ini didukung oleh Moleong (2008: 5) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Mulyatiningsih (2014: 44) berpendapat data kualitatif berupa sekumpulan hasil wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar foto, dan sebagainya sehingga data penelitian kualitatif memiliki banyak variasi. Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Penelitian yang dilakukan ini, peneliti memilih untuk menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif deskriptif karena peneliti hendak mendeskripsikan dan menarik kesimpulan dari fenomena sosial yang terjadi secara alami. Fenomena sosial yang peneliti maksud
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
adalah seperti fenomena sosial yang dialami oleh salah seorang siswa di SD Kasih. Pada penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan situasi mengenai partisipan yang diteliti yaitu persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa hiperaktif. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai dari pertengahan bulan Juli sampai bulan Desember 2015. Waktu penelitian dapat dilihat pada tabel jadwal penelitian berikut:
No.
Waktu Penelitian (dalam bulan)
Jenis Kegiatan
06 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
07
08
09
10
11
12
01
02
Observasi Keadaan Lapangan Pengumpulan Data Menyusun Proposal Pengecekan Data dan Informasi Pengolahan Data Menyusun Laporan Ujian Skripsi Gambar 3.1 Tabel Waktu Penelitian
3.2.2 Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di kelas II SD Kasih. Karena alasan kerahasiaan, peneliti menggunakan nama SD Kasih sebagai pseudonym. SD Kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak geografis SD Kasih berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih juga memiliki letak geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan, dan kantor desa. Lingkungan SD Kasih ini tidak begitu luas namun cukup maju. SD Kasih ini memiliki halaman yang cukup luas untuk melakukan olah raga dan memiliki sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila membutuhkan lapangan yang cukup luas siswa di ajak ke lapangan luas yang letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas pararel kecuali kelas III dan IV. 3.3 Partisipan Penelitian Penelitian kualitatif dikenal dengan adanya partisipan/informan. Ahmadi (2014:83) menjelaskan informan dalam penelitian kualitatif tidak berfungsi untuk mewakili populasi, tetapi mewakili informasi. Oleh sebab itu penentuan subyek penelitian bukan pada besarnya jumlah orang yang diperlukan untuk memberikan informasi, melainkan siapa saja diantara mereka yang lebih banyak atau paling banyak terlibat dalam peristiwa atau memiliki informasi penting yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan beberapa orang informan sebagai partisipan yaitu guru kelas IIA, guru kelas IA yang pernah mengajar siswa hiperaktif tersebut sewaktu kelas I, guru mata pelajaran olahraga, dan orang tua siswa yang memiliki persepsi terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Tidak hanya informan, namun disini dikenal istilah key informan atau kunci sumber informasi. Key informan disini adalah anak hiperaktif kelas II SD Kasih yaitu Marka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Peneliti memilih beberapa guru tersebut sebagai partisipan karena peneliti mencari guru yang pernah terlibat mengajar dan sedang mengajar siswa hiperaktif tersebut. Alasan peneliti memilih beberapa guru karena mereka yang selama ini telah mengamati dan mengajar siswa tersebut saat berada di kelasnya. Guru tersebut yang selalu menghadapi dan menangani siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan peneliti melakukan wawancara terhadap orangtua siswa karena informasi yang didapat dari orangtua, peneliti gunakan untuk menyeimbangkan informasi dari guru. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Langkah awal yang dilakukan peneliti adalah meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian di SD Kasih dan memberikan surat izin penelitian kepada kepala sekolah. Setelah izin diterima peneliti melakukan perkenalan kepada guru-guru di SD Kasih dan melakukan wawancara kepada beberapa guru untuk mencari informasi mengenai anak hiperaktif di SD tersebut. Setelah mendapat beberapa informasi dari guru ternyata ada tiga anak yang mengalami hiperaktif di SD tersebut yaitu siswa kelas VI, kelas IV, dan kelas II. Setelah peneliti melakukan observasi langsung kepada beberapa anak hiperaktif tersebut secara langsung, peneliti memilih untuk meneliti siswa kelas II yang bernama Marka. Peneliti memilih siswa kelas II tersebut karena siswa tersebut memenuhi kriteria anak hiperaktif dibandingkan dengan dua siswa lainnya. Selain itu, peneliti memilih siswa tersebut karena dia seringkali meluapkan emosinya pada saat keinginannya tidak dapat dia capai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Untuk memperoleh data tentang persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Kartono (dalam Gunawan, 2013: 171) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului dengan beberapa pertanyaan informal. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014:228). Selanjutnya teknik untuk mengumpulkan data yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian apa pun, termasuk penelitian kualitatif. Arikunto (dalam Gunawan, 2013:143) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti serta mencatat secara sistematis. Patton (dalam Ahmadi, 2014: 161) menjelaskan tujuan observasi untuk mendeskripsikan latar yang diobservasi; kegiatan-kegiatan yang terjadi di latar itu; orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan; makna latar, kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka dalam orang-orangnya. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipan. Observasi partisipan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden (Noor, 2011: 140). 3.5 Instrumen Penelitian Sugiyono (2014: 372-373) mengemukakan instrumen penelitian dalam sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Sedangkan Nasution (dalam Sugiyono, 2014: 373-374) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Selain peneliti, instrumen penelitian yang digunakan antara lain wawancara tidak terstruktur, perekam, alat tulis, dan catatan pengamatan langsung ketika observasi. Peneliti sebagai instrumen harus memiliki kemampuan dalam melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Peneliti dulunya adalah tipe orang yang cukup sulit untuk berkomunikasi di depan umum karena rasa malu. Beberapa pengalaman telah membuat peneliti untuk terus berusaha membiasakan diri menyampaikan pendapat yaitu ketika peneliti di semester 1 hingga semester 7. Ketika di semester 6 peneliti menjadi seorang koordinator perlengkapan dalam kegiatan Fakultas yaitu Dekan Cup 2014. Melalui kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tersebut peneliti diminta untuk sering memimpin rapat divisi perlengkapan sehingga peneliti mulai terbiasa untuk menyampaikan pendapat. Pada semester 6 peneliti juga dihadapkan dengan beberapa mata kuliah yang membuat peneliti harus melawan rasa malu yaitu dalam mata kuliah seni drama, seni musik, dan seni tari. Setiap mata kuliah tersebut menuntut untuk mempersembahkan sebuah karya yang ditampilkan di depan umum. Dimulai dari kegiatan perkuliahan tersebut peneliti mulai mencoba keberanian dengan mengikuti sendra tari reog wayang yang diselenggarakan di desa untuk menyambut dinas pertanian yan hendak melakukan penilaian lomba hasil tani desa tingkat nasional. Melalui pengalaman yang peneliti tersebut, peneliti dapat memiliki cukup keberanian untuk melawan rasa malu. Pada saat peneliti memasuki perkuliahan di semester 7, peneliti melakukan kegiatan PPL yang diselenggarakan oleh kampus untuk mempertajam kemampuan peneliti dalam menjadi seorang guru. Selama kegiatan PPL berlangsung, peneliti merasakan bahwa adanya lingkungan baru sehingga membuat peneliti untuk lebih pandai beradaptasi dan menjalin hubungan di sekitar melalui komunikasi dengan siswa dan pihak sekolah yaitu Kepala Sekolah serta guru. Melalui pengalaman yang dilalui tersebut membuat peneliti untuk lebih siap dalam melakukan pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini. Kesulitan yang peneliti rasakan dalam melakukan pengumpulan data ini adalah pada saat melakukan wawancara dengan guru maupun orangtua. Pada awalnya peneliti merasa bingung dengan apa yang harus dilakukan dan hendak ditanyakan pada saat wawancara karena dalam penelitian ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menggunakan metode wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara secara improvisasi. Selain itu, peneliti merasa gugup untuk melakukan wawancara dengan orangtua menurut peneliti melakukan wawancara dengan orangtua siswa merupakan hal yang tidak biasa. Peneliti berpikir mengenai cara untuk melakukan pendekatan yang tepat dengan orangtua siswa. Pada awalnya, peneliti berniat untuk berkunjung ke rumah siswa untuk bertemu orangtua siswa yang mengalami hiperaktif tersebut. Pertemuan peneliti dengan orangtua siswa berlangsung cukup lama dan membuat peneliti lebih merasa akrab untuk melakukan pembicaraan dengan orangtua mengenai penelitian yang hendak peneliti lakukan. Akhirnya peneliti dapat memveranikan diri untuk meminta izin kepada orangtua bahwa menjadikan anaknya untuk menjadi objek penelitian. Setelah peneliti mendapat izin, peneliti mencoba untuk membuat janji melakukan wawancara di hari lain. Peneliti merasa belajar sebuah hal yang baru dalam melakukan pengumpulan data ini yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Selain itu pembelajaran bagi peneliti yang lain adalah peneliti mengetahui bahwa persepsi setiap orang memang berbeda. Pengumpulan data yang peneliti lakukan dari awal hingga akhir yaitu pertama kali peneliti melakukan observasi terhadap tingkah laku dan perkembangan emosi siswa yang mengalami hiperaktif. Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan beberapa guru yang telah peneliti pilih untuk menjadi partisipan. Pada akhir pengumpulan data, peneliti melakukan wawancara dengan orangtua siswa. Berikut adalah alur wawancara dan observasi yang akan dilakukan oleh peneliti:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
No
Partisipan
Aspek yang diteliti
Teknik pengumpulan data
Sumber data
1.
Anak hiperaktif
Perkembangan emosi siswa.
Observasi
Siswa hiperaktif
2.
Wali kelas siswa hiperaktif
Persepsi perkembangan emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak terstruktur dan observasi
Wali kelas siswa hiperaktif
3
Guru kelas I yang pernah mengajar siswa hiperaktif saat kelas I
Persepsi perkembangan emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak terstruktur dan observasi
Guru kelas 1 yang pernah mengajar siswa saat kelas 1
4
Guru Penjaskes
Persepsi perkembangan emosi siswa hiperaktif
Wawancara tidak terstruktur dan observasi
Guru Penjaskes
5
Orangtua anak yang mengalami hiperaktif (ibu siswa)
Wawancara tidak terstruktur dan observasi
Orangtua siswa anak yang mengalami hiperaktif (ibu siswa)
Persepsi perkembangan emosi siswa hiperaktif
Gambar 3.2 Tabel Alur Instrumen Penelitian 3.6 Teknik Keabsahan Data 3.6.1 Uji Kredibilitas Mahdi, dkk (2014:140) menjelaskan bahwa sebuah penelitian bisa dikatakan kredibel apabila hasil penelitiannya sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Uji kredibilitas data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, menggunakan bahan referensi, analisis kasus negatif, dan member check. Pada penelitian ini tidak digunakan uji validitas dan reliabilitas karena keabsahan data dilihat dari keakuratan data yang berupa data deskriptif dari partisipan dan peneliti sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.6.1.1 Perpanjangan Pengamatan Sugiyono (2014: 436) menyatakan dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk dan semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Perpenjangan pengamatan ini digunakan untuk menguji kembali data yang diperoleh benar atau tidak. Apabila data yang diperoleh sudah benar dan kredibel, perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengamatan beberapa kali terhadap Marka untuk memperoleh kebenaran data yang telah diperoleh. Selain melakukan pengamatan terhadap Marka, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa partisipan seperti yang telah direncanakan sebelumnya. 3.6.1.2 Triangulasi Moleong (2008: 330) berpendapat bahwa, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaanperbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dari berbagai pandangan. Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik adalah teknik untuk menguji kredibilitas data yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2010: 373). Pada triangulasi teknik peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. Pertama kali data diperoleh dari dokumentasi lalu dicek dengan cara observasi partisipatif dan wawancara. Data yang diperoleh dapat dikatakan kredibel apabila pengujian dari ketiga teknik tersebut memiliki hasil yang sama. Berikut adalah bagan mengenai triangulasi teknik: Observasi Partisipatif Sumber Data
Dokumentasi
Sama Wawancara Gambar 3.3 Bagan Triangulasi Teknik Sedangkan triangulasi sumber adalah teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2010: 373). Peneliti melakukan wawancara yang mendalam kepada tiga guru di SD Kasih untuk dijadikan triangulasi sumber. Berikut peneliti paparkan bagan triangulasi sumber yang peneliti lakukan: Guru Kelas IIA
Wawancara mendalam
Guru Kelas IA
Guru Olahraga Gambar 3.4 Bagan Triangulasi Sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.6.2 Uji Transferabilitas Sugiyono (2014: 443) berpendapat bahwa transferabilitas dalam penelitian kualitatif, adalah derajat keterpakaian hasil penelitian untuk diterapkan di situasi yang baru dengan orang-orang yang baru. Peneliti membuat sebuah hasil penelitian yang berupa uraian rinci. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjadi daya transfer bagi pembaca dalam berpersepsi mengenai anak yang mengalami hiperaktif. Kemampuan daya transfer ini juga memiliki tujuan agar pembaca dapat mengerti dan memahami ketika menemui anak hiperaktif dengan perkembangan emosi yang berbeda. Peneliti dapat membuat laporan dengan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya, sehingga peneliti juga dapat memberi referensi yang berarti bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian yang sama. 3.6.3 Uji Dependabilitas Sugiyono (2014:444) menjelaskan uji dependabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Cara melakukan uji dependabilitas dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian dinilai dependabilitas apabila pendekatan yang digunakan konsisten dan dapat diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (Mahdi, dkk, 2014: 141). Langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan pengujian dependabilitas, yaitu peneliti menentukan fokus masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, dan membuat kesimpulan berdasar hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
3.6.4 Uji Konfirmabilitas Sugiyono (2014: 445) menyatakan dalam penelitian kualitatif, uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependabilitas, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengujian kesesuaian antara hasil penelitian dengan proses penelitian yang sudah dilakukan. 3.7 Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses penghimpunan atau pengumpulan, pemodelan, dan transformasi data dengan tujuan untuk menyoroti dan memperoleh informasi yang bermanfaat, memberikan saran, kesimpulan, dan mendukung pembuatan keputusan (Widi, 2010:253). Menurut Gunawan (2013:209), analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode/tanda, dan mengkategorikan sehingga diperoleh temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Menurut Taylor (dalam Mulyatiningsih, 2014: 43), analisis data adalah cara atau usaha untuk menemukan jawaban dari masalah yang telah dirumuskan berdasarkan data penelitian. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah sebuah proses atau kegiatan pengumpulan data, pemodelan, transformasi, mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode/tanda, dan mengkategorikan secara sistematis sehingga mudah dipahami dan mudah diinformasikan kepada orang lain. Menurut Noor (2011: 163), teknik analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk digunakan dalam penelitian. Proses analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
data menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010: 337) dilakukan melaui tiga tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi. 3.7.1 Reduksi Data Sugiyono (2010: 338) mengungkapkan bahwa reduksi data adalah proses dimana dilakukannya pemilihan data pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk disimpulkan dan diverifikasi. Pada penelitian ini, peneliti membuat sebuah rangkuman kemudian disusun secara sistematis untuk mempermudah apabila dilakukan pengecekan kembali jika suatu ketika data diperlukan kembali. Pada proses reduksi data ini peneliti mencari data hingga peneliti mendapatkan data yang penting dan valid untuk digunakan. 3.7.2 Display Data Display data atau penyajian data ini dilakukan dengan tujuan memudahkan untuk memahami dan mempermudah peneliti dalam melihat keseluruhan hasil penelitian. Penyajian data ini dilakukan dengan menyusun informasi mengenai persepsi guru terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif kelas II di SD Kasih. Pada proses display data ini setelah peneliti mendapatkan data yang penting sesudah proses reduksi data, peneliti mengkategorikan masing-masing data berdasarkan kategori atau tema masing-masing. Proses ini dilakukan oleh peneliti agar memudahkan untuk mencari, membaca, dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Miles and Huberman (Sugiyono, 2010: 345) menjelaskan langkah dalam analisis data yang ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan penelitian masih bersifat sementara dan dapat mengalami perubahan jika tidak memiliki bukti yang kuat untuk mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Pada proses ini peneliti melakukan tahap akhir yaitu penarikan kesimpulan atas data yang telah dikumpulkan, didisplay, dan direduksi. Berdasarkan uraian diatas, teknik analisis data dapat dipaparkan dalam bagan di bawah ini: Pengumpulan Data
Reduksi Data
Verifikasi Gambar 3.5 Teknik Analisis Data
Display Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas dua topik yaitu mengenai penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisikan tentang partisipan penelitian, setting penelitian dan deskripsi partisipan penelitian. Deskripsi penelitian terdiri dari latar belakang informan yang disebut partisipan (ada empat partisipan) dan problematika anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Pembahasan dalam penelitian ini berisi tentang kesimpulan dari kegiatan yang telah peneliti lakukan selama penelitian dan sesuai dengan hasil triangulasi data. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Partisipan Penelitian dan Setting Penelitian SD Kasih terletak di sebuah desa yang tidak terlalu terpencil. Letak geografis SD Kasih berseberangan dengan sebuah pasar tradisional. SD Kasih juga memiliki letak geografis yang berdekatan dengan sekolah lain, panti asuhan, dan kantor desa. SD Kasih ini memiliki halaman yang cukup luas untuk melakukan olah raga dan memiliki sebuah taman kecil untuk bermain siswa, bila membutuhkan lapangan yang cukup luas siswa di ajak ke lapangan luas yang letaknya tidak terlalu jauh dari SD Kasih ini. SD Kasih memiliki beberapa kelas pararel kecuali kelas III dan IV. Peneliti melaksanakan penelitian ini di kelas IIA dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA, ada beberapa siswa yang terindikasi mengalami kebutuhan khusus ini, namun peneliti hanyafokus
45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
pada salah satu siswa saja. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami hiperaktif, guru kelas IIA, guru kelas IA yang sudah pernah mengajar si anak yang mengalami hiperaktif ini, dan guru olahraga. Partisipan awal dalam penelitian ini adalah Marka (nama disamarkan), Marka merupakan siswa kelas IIA yang mengalami hiperaktif. Partisipan lainnya yang ada dalam penelitian ini adalah
guru olahraga, guru yang pernah mengajar anak tersebut dikelas
sebelummya yakni guru kelas IA, serta orangtua Marka. 4.1.2 Deskripsi Partisipan Penelitian 4.1.2.1 Partisipan I (guru kelas IIA) Latar Belakang Partisipan I Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan I sebanyak satu kali yang dilakukan pada 14 November 2015 pukul 08.50-09.24 dengan guru kelas IIA di dapur sekolah. Guru kelas IIA SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang bernama A.K.W yang biasa dipanggil dengan nama Bu Agni dan saat ini berusia 24 tahun. Bu Agni mengajar di SD Kasih baru selama 4 bulan karena baru mulai masuk di SD Kasih pada tahun ajaran baru ini. Sebelumnya Bu Agni mengajar di suatu SD Negeri di daerah Bantul dan karena suatu alasan tertentu beliau pindah ke SD Kasih ini. Saat beliau masuk sebagai guru baru di SD Kasih ini, Bu Agni langsung ditempatkan untuk langsung mengajar dan menjadi wali kelas IIA. Selama beberapa bulan ini Bu Agni telah menemukan beberapa siswanya yang mengalami hiperaktif, namun peneliti dalam melakukan penelitian ini hanya terfokus pada salah satu siswa saja yang bernama Marka yang saat ini baru berusia 7 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Agni yang peneliti dapatkan, Bu Agni memang berpendapat sama dengan peneliti bahwa Marka memang berbeda dengan murid yang lainnya. Perbedaan ini beliau lihat dari kesehariannya setiap hari yang sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan dunianya sendiri. Bu Agni juga berpendapat bahwa Marka memiliki emosi yang tinggi dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah Bu Agni sampaikan dalam wawancara bersama peneliti yaitu, “Ee kalo dengan guru lainnyapun seperti saat dia bersama saya. Yaa dia berani membantah, dia berani ee ngeyel gitu ya kalau dalam bahasa jawa, dengan temen-temen yang lainnya pun dia memiliki emosi yang tinggi ketika ada anak yang tidak sengaja mengganggunya dia itu langsung emosinya naik dan cenderung untuk marah-marah”. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan guru kelas IIA yaitu Bu Agni tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa Bu Agni benar-benar sudah memahami mengenai si Marka. Dalam menemui anak hiperaktif seperti ini sempat peneliti bertanya mengenai persepsi guru mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif yang terlihat dalam pertanyaan dari peneliti, “Ee untuk perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif tersebut bagaimana bu?”, lalu guru menjawab, “Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan seharihari memang susah ya mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. . .untuk menikmati dirinya sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. . .membantu care terhadap temennya itu dia berkembang, Dia selalu membantu temennya atau gurunya saat mengalami kesusahan”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Problematika anak yang mengalami Hiperaktif Pada saat di sekolah anak selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik dengan dunianya sendiri. Perilaku tersebut secara tidak langsung telah mengganggu proses pembelajaran di dalam kelas. Perilaku yang tidak biasa itu selalu saja terulang setiap harinya, sehingga guru menemui permasalahan yang sama setiap harinya dengan tingkah yang dilakukan Marka tersebut. Berdasarkan cerita dan problematika yang ditemui guru tersebut peneliti bertanya kepada guru, “Apakah ibu pernah melakukan penanganan terhadap anak-anak tersebut?”, lalu guru menjawab, “Beberapa hal pernah saya coba ee untuk selalu mee. . . .selalu. . . .Nyelelek ki boso indonesiane. . .Memusatkan perhatiannya kepada pembelajaran yang sedang berlangsung tetapi hanya berlaku untuk beberapa menit saja selebihnya pusat perhatian mereka terpecah dan susah untuk konsentrasi terhadap pelajaran”. Hasil wawancara dengan guru kelas IIA tersebut cukup menjelaskan bahwa guru belum bisa yakin 100% untuk dapat menanganinya. Kurangnya keyakinan guru ini terlihat dalam pernyataan yang diberikan dari peneliti setelah peneliti bertanya, “Lalu dengan penanganan yang telah ibu lakukan seperti itu apakah sudah membuahkan hasil?”,lalu guru menjawab, “Belum 100%”. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan setelah peneliti bertanya, “Eee lalu bagaimana perubahan anak tersebut setelah ibu melakukan penanganan tersebut?”, lalu guru menjawab, “Yaa hanya berubah sesaat saja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
setelah saya melakukan penanganan tersebut tapi setelahnya ketika saya melakukan hal yang lain mungkin menerangkan atau. . .Eee. . .Menerangkan ke murid yang lain itu Marka tersebut yaa. . .anu lagi ee rame lagi, jalan-jalan lagi”. Dalam segi perkembangan emosi, Bu Agni berpendapat bahwa Marka emosinya berkembang dan ini terlihat dalam pernyataan yang telah diberikan Bu Agni yaitu, “Ya pasti berkembang tapi hanya untuk beberapa hal saja. Yaa. . . .Mungkin dari segi tingkah laku, dari segi kegiatan sehari-hari memang susah ya mengendalikan dirinya sendiri, dia lebih asyik untuk. . .untuk menikmati dirinya sendiri apa yang dia suka tetapi dari segi. . .ee. . .membantu care terhadap temennya itu dia berkembang. Dia selalu membantu temennya atau gurunya saat mengalami kesusahan”. Menurut beliau anak ini emosinya terlihat ada yang belum
berkembang
seperti
susah
mengendalikan
dirinya
sendiri
dan
perberkembangannya terlihat saat anak ini selalu membantu teman dan guru saat mengalami kesusahan. Bu Agni juga mengutarakan bahwa perkembangan emosi anak hiperaktif berbeda dengan anak yang lainya. Pendapat tersebut terlihat dalam pernyataan yang diungkapkan oleh beliau yaitu, “Tidak, karena ya itu tadi, emosinya kan berbeda-beda jadi ya tetep aja beda perkembangannya dengan anak-anak yang lainnya”. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru kelas IIA yaitu Bu Agni, dapat disimpulkan bahwa memang Marka selalu menunjukkan perilaku yang tidak biasa seperti sulit untuk diajak konsentrasi dalam belajar, sering keluar masuk kelas tanpa izin, sering mengganggu teman sekelasnya, dan sering asyik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan dunianya sendiri. Perkembangan emosinya cukup berkembang, meskipun terlihat
sering
susah
dikendalikan
tapi
Marka
sudah
terlihat
dapat
mengimbanginya dengan sering membantu temannya yang sering kesusahan. 4.1.2.2 Partisipan II (guru kelas IA) Latar Belakang Partisipan II Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak satu kali yang dilakukan pada 17 November 2015 pukul 08.35-08.49 dengan guru kelas IA di perpustakaan sekolah. Guru kelas IA SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang bernama Y.F.B.U yang biasa dipanggil dengan nama Bu Tamtam dan saat ini berusia 53 tahun. Bu Tamtam mengajar di SD Kasih selama 8 tahun dan Bu Tamtam adalah guru kelas Marka saat Marka masih berada di kelas I dulu. Sebelum mengajar di SD Kasih ini, Bu Tamtam mengajar di sebuah TK yang tempatnya tidak jauh dengan SD Kasih. Bu Tamtam sudah mengenal Marka sejak Marka masih kelas I dan tentunya Bu Tamtam memiliki pengalaman lebih mengenai si Marka. Tidak hanya dengan Marka, tapi Bu Tamtam juga sudah cukup berpengalaman dalam hal mengajar karena sudah 8 tahun beliau mengajar di SD Kasih ini. Hasil wawancara yang peneliti dapat adalah memang diperlukan pendekatan khusus untuk menangani Marka karena tingkah anak yang sangat berbeda dengan anak lain. Problematika anak yang mengalami Hiperaktif Hasil wawancara yang saya dapat dengan Bu Tamtam sedikit berbeda dengan Bu Agni mengenai cara pandangnya tentang si Marka. Bu Tamtam perpendapat bahwa beliau kurang yakin Marka mengalami hiperaktif atau tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
namun beliau mengatakan bahwa Marka memang terlihat berbeda dengan anak yang lain. Pernyataan yang menunjukkan pendapat Bu Tamtam terlihat dalam pernyataannya yaitu, “Saya sendiri kurang yakin tapi ee saya sendiri kurang begitu yakin apakah itu termasuk dalam hiperaktif atau tidak tapi ee Marka itu. . .M itu. . . .eee anaknya lebih dari yang lain dalam arti ee dia agak sulit dikendalikan ee bahkan orang lain akan mengecap dia nakal. Gitu. . .Dia sulit konsentrasi. . .Hanya itu setau saya ya tapi kalau yang hiperaktif murni hiperaktif saya belum pernah melihat hanya dia ee lain daripada teman-temannya ee tidak biasa gitu”. Namun dalam menyatakan definisi hiperaktif Bu Tamtam memiliki pendapat yang sama dengan Bu Agni yang terlihat dalam pernyataannya, “Yaa sedikit tau kalau hiperaktif itu ee itu semacam gangguan kejiwaan pada anak yang eee keaktifannya berelebihan gitu ya. Jadi hiperaktif itu aktif yang lebih”. Beliau memiliki pendapat sama dengan Bu Agni juga mengenai apakah Marka dapat duduk diam di dalam kelas. Bu Tamtam berpendapat Marka memang susah duduk diam di dalam kelas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikatakan guru secara langsung dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Eeee pertama kali saya lihat memang dia tidak bisa duduk diam di diam, jadi dia selalu jalan-jalan kemana saja, selalu melakukan aktivitas misalnya disuruh memperhatikan dia itu pasti ada-ada aja main-main bolpen, mainan setip semuaa bisa dimainkan dan itu kan nggak bisa konsentrasi belajar. Yang dia lakukan pokoknya dia harus obah, harus bergerak nggak tau apakah itu yang digerakkan jarinya atau tangannya kalau duduk sudah bisa tapi masih aja melakukan hal-hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
yang sebetulnya mengganggu konsentrasi dia”. Pernyataan yang diutarakan Bu Tamtam tersebut terlihat bahwa Marka memang sulit untuk duduk diam di dalam kelas, selalu saja bermain-main dengan benda di sekitarnya dan beliau berpendapat bahwa Marka harus terus bergerak entah itu yang digerakkan jari atau tangannya sehingga mengganggu konsentrasinya. Dengan ditemukannya problem seperti itu Bu Tamtam memberikan sedikit penanganan seperti yang ada dalam pernyataannya, “Iya, hampir setiap hari saya sewaktu saya mengajar dia selalu Marka itu saya tangani secara khusus. Jadi, eee ya apa misalnya mau belajar saya selalu menyiapkan kamu harus perhatikan bahkan secara klasikal supaya dia konsentrasi setiap kali absen saya selalu pakek password, jadi misalnya hari ini passwordnya, Ok Bu! Kalau dipanggil namanya, Ok Bu! Jadi setiap hari ganti, supaya pada saat anak itu dipanggil tapi kalau dia nggak konsentrasi berarti njawabnya salah. Kalau salah pasti akan ditertawakan oleh temannya. Jadi sebelum saya absen saya katakan passwordnya hari ini, Ok Bu! Lain hari, hari ini passwordnya, Siap Ibu! Ya itu sebetulnya saya hanya ingin mengajak Marka khususnya supaya latihan konsentrasi, gitu. Jadi cara apapun saya tempuh supaya dia ikut gitu karena pada awal-awalnya dia nggak pernah berhasil untuk menjawab panggilan saya. Jadi pernah suatu kali hanya itu saya panggil Marka dia jawab, Ada bu, lho rak nggak tau to. Jadi berkali-kali saya bilang, itu kalau kamu nggak konsentrasi, makanya kalau ibu ngomong diperhatikan! Dan kamu harus siap itu, kamu akibatnya ditertawakan oleh tementemen kamu kan? Karena kamu lain. Beda. Yang lain mengatakan Ok Ibu! Siap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Ibu! Kamu ada Gitu, salah satu cara yang saya tempuh sebelum belajar melatih konsentrasi” Dengan penanganan Bu Tamtam yang telah dilakukan ternyata telah membuahkan sedikit hasil sedikit demi sedikit. Hasil yang beliau berikan ini terlihat dalam pernyatannya, “Ee prubahannya ya lama-lama bisa konsentrasi terus nilainya semakin membaik. Dulu pas UTS pertama itu remidi semua, saya bilang, Nah ini kalau, seperti ini kalau kamu nggak perhatikan. Nilainya jelek, kamu kalau nilainya seperti ini ya nanti nggak naik. Kamu pilih naik atau nggak? tanya Bu Tamtam Saya pengen naik bu, jawab si Marka. Kalau kamu mau naik berubah kamu! Harus berubah nggak boleh seperti ini! Kalau nanti temennya naik ke kelas 2, kamu tetep mbegogok kelas 1, malu kan? Dan itu saya upayakan, bekerjasama dengan orangtuanya”. Penanganan yang telah Bu Tamtam terlihat dapat membuahkan hasil berupa sebuah perkembangan dalam pengendalian diri anak. Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan guru, peneliti juga menanyakan mengenai bagaimana perkembangan emosi Marka menurut Bu T. Bu Tamtam berpendapat sama dengan Bu Agni bahwa ternyata Marka emosinya sudah berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil wawancara yang telah peneliti lakukan yaitu, “Kalau saya lihat, saat saya tangani dulu itu menurut saya ada perkembangan”. Namun Bu Tamtam juga menjelaskan bahwa perkembangan emosinya memang berbeda dengan anak-anak lain dan ini terlihat dalam pernyataannya yaitu, “Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia”.Bu Tamtam juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif sesuai dalam pernyataannya yaitu, “Agak berbeda ya. Ho.oh. Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia. Iya sampai teman-temannya dikejar-kejar”. Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang beliau utarakan tersebut dapat disimpulkan bahwa Marka memang mengalami hiperaktif. Marka memang susah dikendalikan dan memang susah untuk duduk diam di kelas. Menurut Bu Tamtam, Marka memang memiliki perkembangan emosi yang berbeda dengan teman-temannya yang lain karena Marka masih meledak-ledak emosinya saat dia marah. 4.1.2.3 Partisipan III (guru Olahraga) Latar Belakang Partisipan III Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan III sebanyak satu kali yang dilakukan pada 21 November 2015 pukul 10.06-10.39 dengan guru mata pelajaran olahraga di perpustakaan sekolah. Guru olahraga SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang bernama Y.E.S yang biasa dipanggil dengan nama Bu Enen. Bu Enen mengajar di SD Kasih sudah selama 7 tahun dan Bu Enen adalah guru mata pelajaran olahraga yang mengajar dari kelas I-VI di SD Kasih sehingga beliau juga memiliki pengalaman mengajar Marka. Sebelum mengajar di SD Kasih ini, Bu Enen mengajar di sebuah SMP yang tempatnya tidak jauh dengan SD Kasih. Sama seperti Bu Tamtam, Bu Enen juga sudah mengenal Marka sejak dia masih kelas I meskipun tidak setiap hari Bu Enen mengajar karena beliau hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mengajar pada mata pelajaran olahraga saja di SD Kasih. Bu Enen juga mempunyai pengalaman yang cukup karena sudah 7 tahun beliau mengajar di SD Kasih sehingga ada bermacam-macam karakter siswa yang telah beliau lihat seperti pendiam hingga yang selalu memiliki aktivitas. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan adalah memang diperlukan sebuah penanganan khusus untuk menghadapi Marka karena setiap guru tidak mungkin akan terfokus hanya pada salah satu siswa saja agar siswa yang lain tidak tertinggal dalam menerima pembelajaran. Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif Sudah selama 7 tahun, Bu Enen mengajar sebagai guru olahraga di SD Kasih. Beliau cukup memahami karakteristik Marka setiap kali mengajar olahraga. Saat peneliti bertanya mengenai apakah Marka mengalami hiperaktif beliau berpendapat, “Untuk Marka itu ya memang ada kecenderungan hiperaktif karna dia tidak bisa diam. Upacara pun, pada saat upacara hari senin itu juga dia itu nggak bisa sikapnya sikap siap itu nggak bisa jadi dia ngganggoni temantemannya ada yang njewer, ada yang itu sampek-sampek itu yang jaga di belakang, kakak kelas yang jaga di belakang itu sampek lapor ke guru “itu Marka nggak bisa diam” sampek-sampek aku juga apa memberi apa ancaman, ya bukan ancaman ya tapi untuk biar tidak banyak gerak itu “nanti tak, kakinya tak taleni lho” sampek saya bilang gitu “kalo kamu nggak bisa diam” gitu. Dia ya bilang “ Ya ya” tapi nanti kalo sudah ditinggal udah anu lagi”. Jadi menurut Bu Enen Marka memang memiliki kecenderungan hiperaktif karena diam bahkan saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
upacara bendera berlangsung.
Marka tidak pernah menurut saat Bu Enen
memberikan teguran kepada anak tersebut. Bu Enen mengatakan Marka mengalami hiperaktif juga terlihat dari jawaban beliau yaitu, “Yaa kalo untuk keyakinan itu ya sedikit memang anak itu eee kalo dilihat dari ciri-ciri atau gejalanya memang ada kayak kecenderungan ke hiperaktif”. Ciri-ciri anak hiperaktif yang dimaksudkan beliau adalah, “Menurut saya banyak bergerak, kemudian susah diatur, kemudian tidak bisa konsentrasi dalam hal apa saja misalnya dalam belajar, kemudian sering menggangu ketenangan orang lain, setiap kali berbuat masalah misalnya apa megang temennya nggak disengaja tetapi itu hal yang mungkin dari temennya itu seperti apa ya? Anak itu nggak bisa diem” dan mengganggu ketenangan yang dimaksudkan adalah, “Ee mengganggu ketenangan misalnya dalam hal olahraga ya ini karena saya mengajar olahraga. Anak-anak semuanya sudah ee berbaris, sudah mau mulai ee pendahuluan materi, sudah mau berdoa tapi anak tersebut masih lari-lari. Setelah lari kemudian apa, tau-tau temennya itu digoda dengan cara meninju atau dengan cara kakinya ditendang.” Sampai saat ini Bu Enen belum pernah memberikan penanganan secara khusus untuk Marka akan tetapi saat Marka sedang mengalami masalah, beliau mencoba memberikan penanganan dengan cara menegurnya. Penanganan yang beliau sampaikan terlihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu, “Ya, pernah misalnya contohnya Marka itu berkelahi, berkelahi dengan temannya kemudian saya apa panggil anak tersebut itupun kalo dinasehati anak tersebut itu maunya menangnya sendiri jadi nggak mau apa ini masukan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
“kenapa kamu harus berkelahi? Alesane opo?” bilang gitu, dia cuman “ha aku cuman main-main kok buk” jawab si Marka. Lha itu lho kayaknya itu jawabannya itu nggak, nggak apa ya. Nggak cuman dibuat-buat itu”. Dalam melakukan wawancara ini peneliti juga menanyakan mengenai perkembangan emosi Marka menurut Bu Enen. Menurut beliau Marka belum dapat dikatakan emosinya berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil wawancara yang telah peneliti lakukan yaitu, “Kalau menurut saya, dia masih belum bisa dikatakan berkembang karena masih belum ada perubahan. Ya maksudnya masih itu tadi, maunya sendiri tetapi kemungkinan kalo apa. . .eee kan juga proses to mas itu untuk perkembangan emosi itu, itu ya stiap kali dia diberi opo. . .tanggung jawab agar supaya dia bisa tau dan kalo diberi tanggung jawab maka dia akan bisa mengontrol emosinya misalnya contohnya saja sebagai pemimpin upacara dalam upacara di sekolah itu dia diberi tanggung jawab seperti itu mungkin dia merasa “wah aku kok diberi tugas, saya harus bisa dan harus tanggung jawab” lha ini dengan cara seperti ini anak dari sedikit ya memang proses mas nggak sekali jadi itu ber. . .ulang-ulang”. Bu Enen berpendapat bahwa perkembangan emosi antara anak hiperaktif dengan anak-anak lain memang berbeda karena menurutnya, “Nggak sama, lebih cepat berkembang yang anak-anak biasa dibandingkan yang Marka itu”. Bu Enen juga mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif sesuai dalam pernyataannya yaitu, “Menurut saya persepsi dalam perkembangan emosi pada siswa yang mengalami hiperaktif itu jelas emosinya tidak stabil, kemudian selalu mau menangnya sendiri, kalau berbicara selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
ngotot dan keras. Misalkan dengan contoh ya eee pas waktu pemanasan, dalam pemanasan Marka tersebut tidak melakukan gerakan yang dilakukan yang sama dilakukan dengan teman-temannya tetapi dia sendiri justru malah bermain sendiri lha kan ditegur sama gurunya “Marka kenapa kamu tidak melakukan gerakan?”, “aaaa nggak mau, capek!” seperti itu kalo ditegur”. Selain itu persepsi Bu Enen mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif juga terlihat dalam pernyataan sebelumnya yaitu, “Ya yang jelas yang anak biasa itu siswa, bisa mengontrol emosinya sendiri dan bisa berteman, tetapi kalo yang emosinya opo tidak bisa dikontrol ya itu tadi sering marah-marah yang nggak ada opo. . .nggak ada sebabnya tau-tau dia marah padahal eee kalo anak itu sudah marah biasanya sulit untuk emosi tersebut dikontrol. Karena emosi itu tidak stabil to, iyaa dan biasanya anak itu selalu ngotot kalau berbicara dan keras, dan mau menangnya sendiri”. Melalui pernyataan yang diutarakan oleh Bu Enen tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi Marka dengan anak yang lain berbeda karena emosinya masih belum dapat terkontrol dan masih sering marah-marah tanpa sebab. Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan partisipan IV dapat disimpulkan bahwa Marka memang cenderung mengalami hiperaktif karena dia banyak bergerak, susah diatur, susah konsentrasi, sering mengganggu ketenangan, dan setiap kali berbuat masalah dengan temannya. Perkembangan emosi Marka juga belum dapat dikatakan berkembang. Emosi Marka masih susah untuk dikontrol dan mengakibatkan seringnya marah-marah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4.1.2.4 Partisipan IV (Orangtua siswa) Latar Belakang Partisipan IV Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan IV sebanyak satu kali yang dilakukan pada 19 November 2015 pukul 10.28-10.58 WIB dengan orangtua siswa khususnya dengan ibu siswa. Wawancara yang peneliti lakukan bertempat di sebuah ruangan yang digunakan untuk memproduksi sebuah tas untuk dijual yang berada di dalam rumah beliau. Ibu Marka adalah seorang perempuan yang bernama F.H.P. yang biasa dipanggil dengan nama ibu Hati yang saat ini berumur 38 tahun. Beliau merupakan seorang ibu rumah tangga yang membantu ayah Marka menjual dagangan berupa tas perempuan di rumahnya. Sebelum menjadi ibu rumah tangga sekaligus pengusaha bersama suaminya, beliau bekerja di sebuah bank di daerah Jakarta lalu pindah di Yogyakarta lalu setelah memiliki anak kedua yaitu Marka beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Bu Hati adalah ibu dari Marka, jadi tentunya beliau lebih kenal dan memahami betul bagaimana sifat Marka sejak dia masih kecil. Sejak Marka lahir bu Hati memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga agar dapat sambil mengasuh Marka. Bu Hati tentunya juga lebih berpengalaman dalam menghadapi Marka. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan adalah bu Hati memiliki pendapat bahwa Marka memang berbeda dengan anak-anak lain karena Marka tidak dapat duduk diam, banyak sekali bergerak, dan emosinya mudah meluapluap saat terbawa suasana. Namun pada akhir wawancara beliau mengurtarakan bahwa setelah beliau mengamati Marka dari TK hingga sekarang, memang Marka telah lumayan mengalami perkembangan dalam hal emosionalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif Bu Hati memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga sejak memiliki anak kedua yaitu Marka saat dia masuk SD. Dalam wawancara yang peneliti lakukan, peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai tingkah laku sehari-hari Marka saat di rumah dan beliau menjawab, “Anaknya aktif kalo di rumah, memang anaknya tidak bisa diem. Jadi tu dia selalu aktif, tapi justru kreatif banyak hal yang dikerjakan, terus rajin kalau dimintain tolong pasti cepet melakukannya. Itu kalo Marka”. Bu Hati menjelaskan bahwa memang Marka adalah tipe anak yang aktif saat di rumah dan tidak bisa diam. Beliau berpendapat Marka anak yang selalu aktif tapi kreatif. Kreatif yang bu Hati maksud adalah anak ini suka membantu ayahnya saat ayahnya sedang melakukan sesuatu karena apabila Marka tidak diberi aktivitas dia cenderung lari-larian atau melakukan aktivitas lain yang tidak terkontrol. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan saat bertanya kreatifnya seperti apa yaitu, “Kreatifnya tu misalnya seneng misalkan papahnya itu ngutak atik mobil dia ikutan, papahnya misalkan mberesin apa dia slalu bantuin anaknya karena dia nggak bisa diem, ya dia memang harus beraktivitas kalau tidak dikasih aktivitas dia cenderung mungkin lari-larian atau apa yang tidak terkontrol untuk Marka karena anaknya susah untuk diam, kita slalu kasih aktivitas bantu ini atau bantu ini gitu”. Tingkah Marka yang tidak bisa diam tersebut telah bu Hati temui sejak Marka masih kecil. Peneliti dapat berkata begitu karena peneliti juga sempat bertanya dengan beliau mengenai apakah Marka sudah seperti itu sejak masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kecil dan beliau menjawab, “Memang dari kecil kalo dibanding sama kakaknya jauh, Marka lebih banyak bergerak. Kalau kakaknya kan dia lebih banyak diem, dia bisa duduk manis, dan mainan anteng kalo Marka nggak bisa. Dia cepet bosen main ini nanti pindah mainan apa. Tergantung permainannya kalo seperti sepak bola dia bakal, apa namanya? Betah lama karna memang butuh aktif, tapi kalo mainan yang main game atau ini dia justru nggak bertahan lama”. Sejak Marka kecil memang dia lebih banyak bergerak menurut bu Hati berbeda dengan kakaknya yang dapat diam dan serius. Marka juga cepat sekali merasa bosan saat melakukan permainan yang dalam permainan itu tidak melibatkan dirinya secara langsung. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, bu Hati menyangkal bahwa Marka adalah seorang anak yang hiperaktif meskipun peneliti hanya bertanya sebatas persepsi beliau mengenai tingkah Marka yang tidak bisa diam itu. Menurut bu Hati, “Kalau menurut saya dibilang hiperaktif juga tidak karna dia masih bisa mengikuti aturan. Saya bilang misalnya suruh tunggu duduk dia tidak kemana-mana juga dia bisa, kalo anak hiperaktif yang setau saya misalnya saya sedang mungkin pas lagi kemana kemudian misalnya di Mall. Saya kalo anak hiperaktif kadang-kadang tau-tau dah nggak kliatan dimana. Kalau Marka masih bisa, masih bisa dikasih ini saya dipesen ”tunggu di sini nggak boleh kemana-mana!” dia masih tetap disitu. Atau misalnya mainan ndak boleh lebih dari jangkauan pandangan mata mama dia masih bisa ngikutin, jadi hanya seputar mana gitu. Misalnya pas kita lagi ketemu mungkin ada ketemu sama apa namanya, biasanya reseller atau yang lain dia masih tetap terlihat tidak sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kemana-mana. Di rumah pun misalnya bersepeda, kalau main sepeda atau keluar itu hanya masih bisa dijangkau jadi tidak di luar yang saya tidak tau. Itu nggak susah nyarinya”. Bu hati berpendapat bahwa Marka tidak mengalami hiperaktif karena Marka masih dapat mengikuti aturan yang beliau berikan. pernyataan yang beliau sampaikan tersebut, beliau berpendapat bahwa Marka dapat mengikuti setiap aturan yang bu Hati berikan kepada Marka seperti bu Hati meminta Marka untuk menunggu beliau saat sedang di mall maupun saat Marka sedang bermain bersepeda di sekitar rumahnya. Bu Hati memiliki pendapat tersendiri mengenai anak hiperaktif. Sesuai hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pendapat yang diungkapkan bu Hati mengenai anak hiperaktif adalah, “Setau saya anak hiperaktif bener-bener yang nggak bisa diem, yang nggak bisa diem yang tidak bisa dikendalikan susah dikendalikan, kalau Marka masih bisa dikendalikan saya bisa mengendalikan Marka. Untuk awal saya memang agak susah tapi saya mempelajari tipe-tipenya Marka. Kalau saya marahin dia saya bentak dia, dia pasti marah jadi anak itu tidak bisa dibentak. Setelah saya coba ohh saya pakek cara lain untuk menghadapi Marka saya pake cara lain. Saya ajak bicara baik-baik, saya ajak halus-halus, ternyata dia bisa. Seperti itu”. Beliau berpendapat bahwa anak hiperaktif adalah anak yang benar-benar tidak bisa diam dan susah untuk dikendalikan. Pendapat yang beliau ungkapkan tersebut mengatakan bahwa memang Marka pada awalnya susah untuk dikendalikan, namun setelah beliau mencoba mengatasi cara lain akhirnya Marka dapat dikendalikan. Hal ini membuat beliau memiliki persepsi bahwa Marka bukanlah anak hiperaktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Perilaku Marka yang setiap saat tidak bisa diam ini membuat bu Hati berpikir untuk menangani agar tingkah lakunya tersebut dapat berjalan seperti biasa namun memiliki manfaat tersendiri. Penanganan yang beliau lakukan dapat dilihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu, “Kalo membatasi tingkahnya justru saya alihkan. Dia susah kalo suruh diem. Saya mengalihkan dengan hal kain, misalnya saya lagi beresin kamar “Dek bantuin mama!” gitu, karena memang harus dialihkan nggak bisa kalo langsung diem nggak bisa dia, harus dialihkan tapi untuk hal yang misalnya ya memang ada manfaatnya daripada dia lari-lari capek sama-sama ini, saya minta bantuannya dia aja mau kok dia”. Pernyataan yang beliau ungkapkan di atas adalah cara untuk mengalihkan aktivitas Marka agar aktivitas yang dilakukannya dapat bermanfaat. Pengalihan aktivitas yang beliau lakukan adalah dengan cara meminta Marka untuk membantu beliau melakukan sesuatu. Penanganan ini dilakukan untuk menghindari aktivitas-aktivitas Marka seperti lari-larian yanng tidak ada manfaatnya bagi diri Marka. Pengalihan perhatian lain yang bu Hati berikan apabila bu Hati hendak pergi menjemput kakak Marka adalah dengan cara memberikan tanggung jawab. Bu Hati berpendapat, “Makanya sampe waktu di.. . .saya sering BBMan sama Bu Agni, ee maksudnya untuk ngatasin Marka gimana saya coba “Bu kalo misalnya dia rame nggak bisa diem, coba dia dikasih tanggung jawab nyatetin tementemennya yang rame! Dengan begitu mungkin dia akan justru merasa „oh aku dikasih tanggung jawab, jadi aku nggak boleh seperti ini‟ seperti itu”, karna di rumah saya selalu begitu. Kalo apa dia “Mama pesen sama adek nanti mama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
mau kasih tanggung jawab tolong adek bisa tanggung jawab!” seperti itu kalo misalnya saya mau kemana saya nitip pesen nanti tolong ini ini ini bisa. Dia bisa kok dikasih tanggung jawab. “Saya mau jemput abang dulu, adek coba kerjain PR sebisa adek dulu! Mama pulang sudah harus selesai, sebisa adek nanti setelah itu baru kita bahas lagi yang gak bisa yang mana” gitu”. Beliau memberikan tanggung jawab bagi Marka agar mengerjakan PR sebisanya dan harus dapat selesai. Pesan yang diberikan beliau tersebut bersifat mutlak untuk Marka agar dia dapat melakukan aktivitas lain selain bermain dan agar dapat belajar mandiri untuk menyelesaikan tugas yang dia dapatkan dari sekolah. Wawancara yang peneliti lakukan ini juga dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pendapat orangtua mengenai emosi dan perkembangan emosi Marka. Peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai definisi emosi secara umum dan pendapat beliau adalah “Emosi itu kalo menurut saya itu luapan perasaan kayak termasuk sedih itu juga emosi, seneng itu juga emosi, ee kalo menurut saya itu sih emosi itu luapan perasaan. Jadi bukan berarti emosi itu marah-marah, bukan itu luapan perasaan menurut saya seperti itu. Sedih itu juga emosional kita, jadi kita bagaimana mengekspresikan sedih kita, seneng kita, marah kita seperti apa gitu”. Pendapat yang beliau utarakan mengenai emosi adalah sebuah luapan perasaan seseorang berupa sedih, senang, maupun marah. Sedangkan perkembangan emosi menurut beliau adalah seseorang yang dapat mengendalikan emosinya. Pendapat tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut, “Kalo emosi yang berkembang ya, kalo menurut saya eee bisa mengekspresikan artinya ada luapan perasaan ketika dia sedih ya dia bisa ekspresi sedih kalo memang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ekspresi sedihnya. Kalo misalnya dia lagi seneng ya seperti apa kelihatan. Iya, mengendalikan diri saat dia sedih harus bagaimana, saat dia seneng harus bagaimana”. Marka memiliki pengendalian emosi yang cukup susah dikontrol. Susah dikontrol yang peneliti maksud disini adalah disaat Marka merasa diganggu atau terganggu. Pendapat tersebut adalah pernyataan yang bu Hati sampaikan dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Iya nggak suka diganggu, itu Marka. Dia main asyik kalo selama ndak ada yang mengganggu dia bisa bermain dengan asik, temennya juga kayaknya malah lebih banyak dia lebih cepet berteman”. Pendapat bu Hati dalam mengutarakan Marka susah mengontrol emosinya saat merasa terganggu juga dapat dilihat dalam pernyataannya yang lain yaitu, “Kalo Marka saya lihat lebih ini kok, mungkin ya itu awalnya saya belum menemukan cara. Memang dari TK, memang mudah sekali marah. Artinya dia kalo misalkan ada yang ganggu itu dia cepet emosi cepet marah gitu”. Bu Hati juga berpendapat mengenai perbedaan perkembangan emosi yang Marka alami dengan kakaknya yang tidak mengalami hiperaktif. Pendapat beliau terlihat dalam pernyataan yang telah disampaikan yaitu, “Tidak sama, beda. Kalo Alva itu ya sampek dari mulai TK sampek sekarangpun saya tidak pernah ya mendengar yang namanya Alva itu berantem sama temennya itu nggak pernah. Makanya saya kalo sampe dia berantem sama temennya mesti ada yang mulai karna saya tau Alva itu orangnya bagaimana. Sampek dia saking terlalu hatihatinya, saking antengnya kadang-kadang ada temennya main dia tidak ikut terlibat tapi dia, seneng melihat temennya main. Dia ikut heboh tapi jarang dia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ikut main kalo Alva. Jadi sebenarnya Alva itu justru kalo ada permainan yang seru-seru itu justru sama adeknya”. Beliau berpendapat perbedaan dalam perkembangan emosi yang Marka dan Alva yaitu kakaknya saat kakaknya berusia sama dengannya saat ini memang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada pernyataan beliau yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah mendapat laporan bahwa Alva tidak pernah berantem dengan temannya sejak TK hingga saat ini. Apabila Alva berantem beliau menyimpulkan kalau temannya yang memulai lebih dulu karena Alva memiliki sifat pendiam dan jarang mengikuti permainan saat teman-temannya sedang bermain. Marka memiliki sifat yang susah sekali mengontrol emosinya terutama saat merasa diganggu sehingga terkadang emosinya meluap-luap. Disaat emosinya meluap-luap, perlu dilakukan penanganan untuk mengatasi dan meredam emosi Marka. Penanganan yang bu Hati lakukan dapat dilihat dalam hasil wawancara yaitu, “Saya lebih banyak ngajak dia berbicara. Sering ajak ngobrol berdua”. Apabila bu Hati menemui Marka emosinya meluap-luap penanganan yang beliau lakukan adalah dengan mengajaknya berbicara berdua. Penanganan lain yang beliau lakukan dapat dilihat juga dalam hasil wawancara yaitu, “Untuk awal pada saat dia seperti itu dulu biasanya itu karena saya marahin dia seperti itu. Misalnya saya larang dia apa, dia masih asyik main dia nggak mau denger akhirnya dia marah. Marah sama marah pada akhirnya tidak ketemu. Akhirnya saya pakek cara lain, saya coba pada saat dia emosinya sedang naik pada saat dia marah saya coba ajak bicara dia baik-baik. Atau saya “sini dek sini dek!” saya pangku saya elus-elus dulu baru ngomongnya belakangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Saya gitu”. Penanganan yang pertama kali beliau lakukan adalah dengan cara memarahi marka. Namun beliau menyadari bahwa dengan memarahi tidak dapat menyelesaikan dan meredam emosi Marka sehingga beliau menggunakan cara lain yaitu diajak berbicara, diberi pangkuan, dan ditenangkan. Pada saat Marka terlihat tenang, saat itu beliau menasehati Marka. Penanganan dalam mengatasi emosi tidak cukup karena bu Hati adalah orangtua Marka. Dengan demikian sebagai orangtua, bu Hati harus dapat mengembangkan emosional Marka agar lebih berkembang dan terkontrol. Penaganan yang dilakukan bu Hati sesuai pernyataannya adalah “Pelan, maksudnya jadi harus pelan. Tapi sebenernya Marka itu anaknya asik. Justru dia lebih banyak bisa mengikuti aturan daripada kakaknya. Ikutin jam-jamnya saya kasih jam, jam segini harus begini jam segini harus begini. Dia itu malah justru Marka itu bisa mengikuti daripada kakaknya. Kalo kakaknya ada aja alasannya”. Pernyataan
yang beliau sampaikan tersebut menjelaskan bahwa untuk
mengembangkan emosi anak adalah dengan pelan-pelan dan memberikan aturanaturan seperti pada jam tertentu untuk melakukan aktivitas yang telah ditentukan. Penaganan ini dilakukan agar Marka dapat belajar mengikuti aturan yang telah dibuat oleh orangtua dan agar dia juga dapat mengendalikan emosinya. Bu Hati memiliki persepsi bahwa Marka emosinya sudah lumayan membaik sejak TK hingga saat ini. Persepsi yang beliau ungkapkan tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu, “Perkembangannya kalo dibandingkan dengan TK dan kelas I sama kelas II semester awal ini sudah agak lumayan. Sudah ada, grafiknya sudah lumayan naik lah. Saya lihat kalo mulai dari TK ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SD itu belum terlalu signifikan, maksudnya memang agak-agak ini tapi yaa masih mungkin masih terbawa suasana waktu masih di TK kan banyak bermain jadinya dia istilahnya kalo dulu dia sambil bermain lompat-lompat atau apa memang dia menikmati waktu di TK karna itu memang banyak menggunakan gerak banyak bermainnya. Kalo sekarang kan dia lebih banyak belajar gimana caranya aku harus fokus duduk manis”. Pendapat bu Hati adalah Marka saat ini dapat banyak belajar mengenai bagaimana caranya untuk fokus dan duduk diam karena sudah masuk kelas II SD semester 2. 4.2 Pembahasan Peneliti melakukan penelitian di SD Kasih tepatnya di kelas IIA yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pada saat peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas IIA di kelas tersebut, peneliti menemukan ada beberapa anak yang mengalami hiperaktif. Namun peneliti disini dalam melakukan penelitian hanya fokus pada salah satu anak lakilaki berusia 7 tahun. Anak tersebut bernama Marka (pseudonym). Peneliti memilih Marka karena dia memiliki tingkah laku yang berbeda dengan siswa lain. Dia terlihat tidak bisa diam, lari-larian saat pembelajaran berlangsung dan sulit berkonsentrasi saat pembelajaran. Dia juga mengganggu temannya dan bermainmain dengan benda di sekitarnya. Peneliti sebelumnya sudah mengetahui bahwa Marka adalah seorang anak yang mengalami hiperaktif pada saat peneliti melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Kasih selama kurang lebih tiga bulan. Peneliti tidak membuat jadwal untuk melakukan wawancara dengan Marka karena peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dalam melakukan penelitian ini tidak melakukan wawancara kepada si Marka. Peneliti melakukan penelitian ini dengan melakukan pengamatan atau observasi langsung dan mewawancarai beberapa guru mengenai Marka saat melakukan pembelajaran di kelas atau saat di luar kelas. Pada awal kegiatan PPL peneliti mengobservasi tingkah laku Marka yang tidak bisa duduk diam di kelas bahkan sampai lari-lari di saat pembelajaran berlangsung, bermain-main saat di dalam kelas dengan barang-barang yang ada di sekitarnya, dan menganggu temannya saat pelajaran berlangsung sehingga Marka memiliki kesan sebagai anak nakal di kelas. Interaksi sosial Marka dengan teman-temannya sangat baik karena setiap orang yang ditemuinya, dia selalu dapat berteman dengan orang yang ditemuinya tersebut. Menurut pengamatan peneliti anak tersebut tidak memiliki kesulitan dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Dilihat dalam aspek
emosionalnya, anak ini belum dapat dikatakan berkembang emosinya karena masih sering meledak-ledak atau tidak terkontrol saat dia sedang emosi. Berdasarkan pada perkembangan motorik halusnya, Marka terlihat berkembang seperti anak pada umumnya. Perkembangan ini terlihat saat Marka dapat mengerjakan tugas di sekolah seperti saat diberi soal oleh peneliti, namun memang perlu pendampingan khusus untuk melihat perkembangan motorik halusnya karena Marka terlalu banyak bergerak dan selalu asyik dengan bermainmain. Berdasarkan aspek kognitifnya, Marka mendapat nilai yang cukup. Mendapat nilai yang cukup maksudnya adalah seringkali nilai yang didapat Marka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tidak dibawah KKM. Informasi tersebut peneliti dapat melalui pengamatan saat peneliti memberikan pembelajaran di kelas. Kebiasaan Marka terlihat hampir sama saat di sekolah yaitu dia terlihat berbeda dengan teman-teman di kelasnya. Marka terlihat tidak bisa diam dan maunya bermain saja sehingga sulit untuk diajak berkonsentrasi mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Kebiasaan-kebiasaan lain yang ditunjukkan Marka adalah seringkali dia keluar kelas tanpa izin dan bermain-main di depan pintu. Saat bermain di luar kelas susah sekali untuk diatur dan diajak kembali di dalam kelas untuk mengikuti pembelajaran kembali. Marka selalu berbicara dengan nada yang lantang dan keras saat percakapan biasa maupun saat ditegur. Informasi yang peneliti dapat tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan guru yang pernah mengajar Marka. Melihat karakteristik Marka, maka peneliti menyimpulkan bahwa Marka memang anak yang mengalami hiperaktif sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Barkley (dalam Martin, 2008:21). Barkley mengatakan bahwa ciri-ciri anak yang mengalami gangguan hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, tidak berhasil menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri, ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela pembicaraan orang, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi. Peneliti menyimpulkan bahwa Marka menunjukkan hampir seluruh ciriciri yang disebutkan di atas. Ciri-ciri yang terlihat dari tingkah laku Marka di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sekolah adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah terganggu, impulsivitas, sulit antri, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit mematuhi peraturan dan instruksi, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, dan usil. Sudah selama 3 bulan peneliti mengamati Marka dalam kegiatan PPL yang dilaksanakan sehingga peneliti benar-benar yakin bahwa Marka memang anak yang mengalami hiperaktif. Pernyataan ini diperkuat oleh pernyataan yang diungkapkan Zaviera (2014:15). Zaviera berpendapat ciri-ciri hiperaktif adalah (1) tidak fokus, (2) menentang, (3) destruktif, (4) tidak kenal lelah, (5) tanpa tujuan, (6) tidak sabar dan usil, dan (7) intelektualitas rendah. Seorang anak yang dapat dikatakan hiperaktif adalah anak yang menunjukkan hampir dan bahkan semua ciri-ciri yang telah disebutkan di atas. Setiap manusia memiliki cara pandang tersendiri dan perbedaan pandangan ini terlihat dari hasil wawancara terhadap tiga orang guru yang memiliki persepsi berbeda mengenai perilaku dan perkembangan emosi anak. Dengan persepsi, individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan. Menurut Sunaryo (2004 : 93) persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Data yang diperoleh dari peneliti yang berupa persepsi guru kelas IIA adalah jenis persepsi eksternal perception. Peneliti menggunakan eksternal perception karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
persepsi guru muncul terhadap rangsangan yang datang dari luar individu dan itu terlihat dari pengamatan yang dilakukan guru kelas IIA pada saat mengajar sampai sekarang. Menurut Sunaryo (2004 : 94) eksternal perception adalah persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Pengamatan yang didapat oleh guru adalah terlihat Marka selalu tidak bisa duduk diam di kelas, sulit diajak berkonsentrasi, selalu asyik dengan dunianya sendiri, kadang memanjat pohon, destruktif, tidak kenal lelah, tanpa tujuan, dan usil. Guru kelas IIA memiliki pandangan bahwa Marka memang memiliki sikap yang berbeda dengan teman-temannya di kelas. Perbedaan yang dimaksud oleh guru kelas adalah Marka memiliki emosi yang lebih dari anak-anak lain dan dia masih susah mengontrol emosinya. Di kelas IIA terlihat anak-anak lain dapat duduk diam, namun berbeda dengan Marka yang tidak dapat duduk diam saat di kelas. Peneliti mendapatkan informasi tersebut saat melakukan wawancara dengan guru kelas IIA. Pada saat wawancara berlangsung peneliti bertanya, “Apakah Marka dapat duduk diam di dalam kelas?” dan guru kelas IIA menjawab, “Untuk beberapa saat bisa tetapi Marka lebih banyak menghabiskan waktu di kelas untuk jalan-jalan, untuk bermain-main bersama teman-temannya atau menganggu temen-temen yang lain”. Guru kelas IIA memiliki perbedaan persepsi mengenai anak hiperaktif dengan guru kelas IA dan guru mata pelajaran olahraga. Guru kelas IIA memiliki pandangan bahwa hiperaktif adalah sebuah kekurangan atau kelebihan dari anak tersebut. Persepsi tersebut terlihat dari pernyataan yang diungkapkan oleh guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yaitu, “Menurut saya stiap anak memang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing mungkin itu bisa dikatakan kekurangan atau kelebihan ya yang namanya hiperaktif”. Menurut guru mata pelajaran olahraga anak hiperaktif memang perlu sebuah penanganan khusus. Persepsi tersebut terlihat dari pernyataan guru yang diungkapkan yaitu, “Yaa kalo menurut saya itu memang ada penanganan khusus ya untuk anak tersebut karena kan ndak mungkin 1 guru menangani seluruh anak”. Sedangkan menurut guruu kelas IA berpendapat bahwa anak hiperaktif secara emosional terkadang sulit untuk dikendalikan. Beliau menyatakan bahwa, “Emmm menurut saya ya. . .anak hiperaktif itu anak yang. . .ee. . .secara emosional kadang-kadang sulit untuk dikendalikan”. Menurut guru kelas IIA Marka hanya dapat duduk diam untuk beberapa saat saja tetapi setelah itu Marka menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan, bermain dengan teman-temannya atau akan mengganggu teman-temannya yang lain. Guru kelas IIA juga berpendapat bahwa Marka memang termasuk anak yang mengalami hiperaktif tapi dia memiliki interaksi yang bagus saat berkomunikasi dengan beliau. Pernyataan ini ditunjukkan pada jawaban yang guru berikan saat wawancara yaitu, “Ee sebenernya interaksinya bagus kita sering ngobrol saya sering bertanya-tanya tentang dirinya tentang keluarganya”. Peneliti menduga bahwa Marka memiliki kemungkinan mengalami hiperaktif karena dia seringkali terlihat menunjukkan ciri-ciri hiperaktif yang sesuai dengan ciri-ciri tipe hiperaktif-impulsif yaitu sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat, sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis, sering berlari-lari atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak selayaknya, sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang, selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin, dan tenaganya juga tidak habis. Kesimpulan peneliti tersebut diperkuat oleh pernyataan DSM-IV® - TR (2003) mengenai tipe anak hiperaktif-impulsif diantaranya (1) sering gelisah (selalu menggerak-gerakkan tangan atau menggoyang-goyangkan badan), (2) sering meninggalkan tempat duduk, (3) berlari dan memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat, (4) sulit bermain dengan tenang saat waktu luang, (5) melakukan aktivitas motorik secara berlebihan, (6) sering berbicara berlebihan, dan perilaku yang muncul pada impulsif (7) sering menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai diberikan, (8) sulit menunggu giliran, dan (9) sering menyela pembicaraan orang lain. Seseorang dinyatakan mengalami hiperaktivitas apabila memenuhi minimal 6 kriteria diagnosis selama tiga bulan terakhir. Sebagai seorang anak hiperaktif, secara fisik Marka terlihat seperti anak pada umumnya. Perbedaan dengan anak lain yang peneliti lihat adalah dalam aspek tingkah lakunya. Tingkah laku Marka saat di kelas selalu tidak bisa diam, berlari-larian di dalam kelas sampai keluar kelas, sering mengganggu temantemannya, suka memainkan barang-barang yang ada di sekitarnya, terkadang memanjat pohon, dan tidak mudah lelah. Peneliti melakukan pengamatan pada saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas dan melakukan praktek mengajar di kelas. Saat peneliti mengamati terlihat Marka sangat sulit untuk memusatkan perhatian karena merasa bosan sehingga peneliti mencoba untuk mengajaknya bermain menggunakan media yang sudah peneliti siapkan. Saat diberikan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
permainan
dengan
menggunakan
media
tersebut
terlihat
Marka
dapat
berkonsentrasi dengan media yang peneliti berikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Marka memang sulit diajak berkonsentrasi terlebih dalam aspek kognitifnya sehingga harus dapat menarik minatnya untuk belajar melalui aspek motoriknya dengan media yang tepat untuk digunakan. Berdasarkan informasi yang peneliti dapat dari guru kelas, Marka lebih memiliki keterampilan dalam bidang non akademik seperti olahraga terutama pada saat materi sepak bola. Selain mata pelajaran olahraga Marka seringkali terlihat bosan dan saat Marka merasa bosan, dia akan bermain atau berlari-larian di dalam maupun di luar kelas. Perubahan ini terjadi karena aspek emosinya yang secara tiba-tiba berubah dan membuatnya menjadi ingin bermain, berlari kesana kemari, dan mengganggu temannya. Saat Marka menjadi tidak bisa diam saat itu juga suasana kelas akan menjadi lebih tidak kondusif. Hasil wawancara yang peneliti dapat dengan guru kelas, perkembangan emosi Marka sudah dapat dikatakan berkembang untuk beberapa hal saja. Beliau mengungkapkan emosi Marka berkembang dalam segi tingkah laku dan dari segi kegiatan sehari-hari. Guru kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi Marka tidak sama dengan perkembangan emosi anak lain. Perkembangan emosional memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional (Beaty , 2013: 92). Informasi yang peneliti dapatkan tersebut, peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru kelas IIA dan hasil pengamatan yang peneliti lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Menghadapi tingkah laku dan emosi Marka, guru kelas pernah mencoba memberikan penanganan dengan cara menegurnya dan memusatkan perhatiannya meskipun itu hanya berlaku untuk beberapa menit saja. Guru kelas juga memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan emosi anak yang mengalami hiperaktif apabila emosinya belum berkembang. Cara yang guru kelas gunakan adalah dengan selalu berusaha menjadi keluarganya dan memantau perkembangan emosi anak tersebut. Mencari cara yang terbaik untuk mengembangkan emosinya. Selama observasi yang peneliti lakukan berlangsung, peneliti mengamati perilaku, konsentrasi, dan perkembangan emosi anak selama pembelajaran berlangsung di kelas. Peneliti melihat bahwa Marka memiliki tingkat konsentrasi yang masih kurang serta perubahan perilaku yang selalu berubah. Terlihat saat diberikan tugas anak ini sedang asyik bermain dengan barang-barang di sekitarnya dan berjalan atau berlari kesana kemari sehingga dia tertinggal dalam mengerjakan tugas. Pada saat teman-temannya selesai mengerjakan, anak ini baru akan memulai mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Faktanya, pada saat guru memberikan penjelasan dan tugas saat itu Marka langsung keluar kelas. Apabila guru melarang Marka untuk tidak keluar kelas dia akan langsung marahmarah dan terkadang membentak guru. Saat dia hendak masuk kelas, guru pernah mencoba mengunci dari dalam dan yang terjadi adalah Marka berteriak di luar kelas dan menggedor-gedor pintu agar pintu dibuka. Perbedaan tingkah laku Marka dengan teman-teman lainnya yang ditunjukkan saat di kelas membuat guru untuk memberikan penanganan dan pendampingan khusus kepadanya. Beliau selalu memberikan motivasi kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Marka agar dia dapat berkembang emosinya. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru kelas saat peneliti menanyakan penanganan yang pernah dilakukan oleh guru kepada Marka. Guru kelas tidak hanya berjuang sendiri karena beliau juga sering berkomunikasi dengan orang tua Marka agar selalu dipantau sat di rumah dan di bimbing. Segala upaya sudah beliau tempuh untuk kebaikan Marka agar ada perkembangan lebih baik lagi terhadap Marka seperti perkembangan emosinya. Guru berpendapat bahwa perkembangan emosi pada Marka memang susah untuk dikendalikan. Dia lebih asyik untuk menikmati dunianya sendiri. Namun Marka memiliki perkembangan dalam emosinya yang terlihat melalui beberpa hal salah satunya dia lebih peduli dengan orang lain dan selalu tergerak untuk membantu teman-teman atau gurunya yang sedang mengalami kesulitan. Guru kelas juga berpendapat bahwa perkembangan emosi anak hiperaktif memang berbeda dengan anak lainnya yang tidak mengalami hiperaktif. Guru hanya berharap agar setiap siswa emosinya dapat berkembang karena emosi dapat mempengaruhi dirinya sendiri dan masa depannya. 4.3 Temuan Lain dalam Penelitian Peneliti menemukan temuan lain dari orangtua Marka yang bernama Bu Hati. Peneliti mendapatkan informasi mengenai pendekatan dan penanganan khusus dalam menangani perilaku Marka. Marka adalah seorang anak yang selalu dimanja oleh neneknya saat di rumah. Saat Marka dimarahi oleh Bu Hati, neneknya selalu melindungi Marka dengan cara memberikan apa yang Marka inginkan atau memberikan sesuatu yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tidak hanya nenek Marka, tapi ayah Marka juga terkadang memberikan perilaku yang sama dengan neneknya yaitu memanjakannya. Namun, Bu Hati melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah ayah Marka memanjakannya. Bu Hati berpikir bahwa apabila Marka terlalu dimanjakan akan berdampak bagi masa depannya. Pada saat Marka menginginkan sesuatu dengan cara menangis dan Bu Hati tetap tidak memberikannya, dia akan cenderung lari ke ayah atau neneknya. Oleh karena itu, Bu Hati melakukan antisipasi dengan cara menegur ayahnya agar tidak selalu mewujudkan keinginan Marka. Temuan lain yang peneliti temukan adalah adanya pendekatan khusus yang dilakukan oleh Bu Hati. Pendekatan khusus yang Bu Hati lakukan adalah dengan cara mendekati anak dan memahami sifat anak. Adanya pendekatan ini membuat Bu Hati untuk lebih mengerti dan memahami sifat Marka. Selain itu, pendekatan ini juga berguna untuk melihat perkembangan emosi yang dialami Marka dan dapat berguna untuk menentukan penanganan yang tepat untuk menanganai tingkah laku anak. Penanganan yang Bu Hati lakukan adalah dengan cara memberikan beberapa peraturan kepada Marka yang harus ditaati setiap harinya. Peraturan yang diberikan Bu Hati diantaranya tidak boleh minum es, bermain game, dan bermain-main selain di hari sabtu. Tidak hanya itu, Bu Hati juga selalu mengingatkan Marka untuk selalu tidur siang dan belajar selama 30 menit efektif selain di hari sabtu. Masih ada banyak peraturan yang diberikan Bu Hati kepada Marka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Peraturan yang diberikan ini dilakukan Bu Hati untuk mengontrol tingkah laku yang dilakukan Marka setiap harinya agar dia tidak beraktivitas secara berlebihan. Selain itu Bu Hati memberikan peraturan ini karena mengingat Marka adalah seorang siswa, maka beliau harus selalu memantau aktivitas-akitivtasnya. Penanganan yang beliau berikan ini juga berguna untuk mengembangkan emosional anak agar anak dapat melakukan pengendalian diri pada saat emosinya sedang meluap-luap. Peraturan yang diberikan oleh Bu Hati membuat Marka memiliki kebiasaan baru yaitu dengan menjalankan peraturan tersebut setiap hari di rumah. Kebiasaan tersebut juga Marka lakukan setiap hari di sekolah. Marka tidak pernah membeli jajanan pada saat di sekolah karena mengingat peraturan yang diberikan oleh ibunya. Namun, Bu Hati juga memberikan antisipasi untuk menghindarkan Marka dari jajanan di sekolah dengan cara tidak pernah memberi uang saku. Bu Hati berkata, “Saya nggak pernah ngasih sangu, saya kalo ngasih uang untuk ditabung”. Bu Hati menanamkan kebiasaan pada Marka untuk menabung pada saat memiliki uang. Pemberian penanganan yang diberikan orangtua memiliki perbedaan dengan penanganan yang guru lakukan di sekolah. Pada saat di sekolah, Bu Agni seringkali hanya sebatas menegur kepada Marka sehingga dia melakukan aktivitas-aktivitas tanpa ada pengendalian diri. Perbedaan penanganan ini membuat Marka memiliki kebiasaan yang sedikit berbeda dengan kebiasaannya di rumah. Saat di rumah Marka seringkali dapat mengontrol diri, sedangkan saat di sekolah Marka cenderung susah untuk melakukan pengendalian diri. Namun, Bu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Agni juga memiliki penanganan lain untuk Marka setiap harinya, yaitu memberikan masukan dan motivasi kepada Marka untuk selalu berusaha melakukan pengendalian diri. Penanganan yang Bu Agni berikan berbeda dengan guru lain yaitu Bu Tamtam dan Bu Enen. Pada saat Marka kelas I dan diajar oleh Bu Tamtam sebagai guru kelas, Bu Tamtam seringkali memberikan penanganan yang sama dengan orangtua siswa yaitu meberikan aturan kepada seluruh siswa di kelas. Sedangkan penanganan yang diberikan Bu Enen berbeda dengan penanganan yang diberikan oleh Bu Tamtam. Bu Enen cenderung menegur dan mendiamkannya setiap kali Marka berbuat ulah. Namun, Bu Enen seringkali memberikan Marka sebuah tanggung jawab untuk mengontrol tingkah laku Marka. Seluruh penanganan tersebut dilakukan guru dan orangtua agar adanya perkembangan dalam pengendalian diri Marka. Berikut peneliti paparkan bagan temuan lain dari orangtua dan guru: Guru
Orangtua
Tingkah Laku Anak di Sekolah
Tingkah Laku Anak di Rumah
Penanganan
Pendekatan khusus dengan anak
Penanganan khusus mengontrol anak
Perkembangan Emosi Perkembangan Emosi Penanganan Khusus Gambar 4.1 Temuan lain dalam penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP Bab V ini berisi tentang kesimpulan secara keseluruhan dari kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan berisi tentang rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, keterbatasan penelitian berisi mengenai keterbatasan yang dihadapi dalam penelitian yang dilakukan ini, dan saran berisi tentang masukan untuk pembaca, peneliti selanjutnya, guru yang memiliki siswa hiperaktif, ataupun orang tua yang memiliki anak hiperaktif. 5.1 Kesimpulan Guru berpersepsi bahwa Marka memiliki tingkah laku yang berbeda dengan anak lain. Beliau berpendapat bahwa ada kemungkinan Marka mengalami hiperaktif karena seringkali dia terlihat menunjukkan ciri hiperaktif-impulsif yaitu sering menggerak-gerakan tangan atau kaki ketika duduk atau sering menggeliat, sering meninggalkan tempat duduknya, sering berlari kesana kemari, selalu bergerak, sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas, dan tenaganya juga tidak habis. Guru juga memiliki persepsi bahwa perkembangan emosi Marka memang berbeda dengan anak lain karena dia masih susah untuk dikendalikan. Tanpa adanya pelatihan khusus atau guru pendamping khusus membuat guru kelas memberikan perlakuan dengan caranya sendiri yaitu dengan cara membiarkan atau mendiamkan siswa terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit guru mencoba memberikan teguran dan motivasi untuk mengajak anak lebih konsentrasi dalam belajar di kelas serta agar emosinya sedikit demi sedikit
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
berkembang. Treatment yang guru berikan memperlihatkan bahwa masih kurangnya pengetahuan guru mengenai anak hiperaktif dan cara penanganannya. Temuan batu dalam penelitian ini menjadikan cerminan bagi peneliti sebagai calon guru. Jika peneliti yang nantinya menjadi guru perlu untuk lebih mengenal dan memahami secara mendalam mengenai anak yang mengalami hiperaktif serta cara penanganannya. Selain itu, peneliti perlu untuk memperdalam mengenai faktor-faktor yang membuat anak hiperaktif mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi saat melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan pengetahuan yang dimiliki peneliti sebagai calon guru, dapat menjadi acuan untuk melakukan sebuah pembelajaran bagi anak hiperaktif secara lebih optimal. 5.2 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang peneliti temui adalah peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Keterbatasan lain yang peneliti temukan dalam melakukan penelitian ini yaitu peneliti hanya dapat melakukan wawancara dengan salah satu orangtua. Kesulitan ini terkait dengan kesesuaian jadwal antara peneliti dan kedua orang tua Marka. Selain itu, keterbatasan dalam penelitian ini juga tidak adanya dokumen dari diagnosis psikologi bahwa anak tersebut hiperaktif. Artinya, secara legal, Marka belum teridentifikasi sebagai anak hiperaktif. 5.3 Saran Mengingat penelitian ini masih sangat terbatas baik sumber maupun partisipannya, maka dalam penelitian ini masih perlu dikembangkan baik mengenai anak yang sama oleh peneliti yang berbeda atau peneliti yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terhadap anak yang berbeda dengan kondisi yang sejenis. Keterbatasan penelitian ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu untuk menggali pengetahuan dan informasi yang mendalam tentang anak hiperaktif. Peneliti juga perlu meluangkan waktu yang seluas-luasnya sehingga waktu berinteraksi dengan partisipan yang bersangkutan juga menjadi lebih intensif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
DAFTAR REFERENSI Ahmadi, R. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR. Ruzz Media. Allen, D. 2003. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth Edition. Washington DC: The American Pshychiatric Associantion. Amin, R. 2013. Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwifm47EuJDLAhXOCY4KHfm6 AD8QFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.lpmpsulsel.net%2Fv2% 2Fattachments%2F196_PERILAKU%2520HIPERAKTIF.pdf&usg=A FQjCNFYRkFcprC1k7yaQbIRDET6_ur5g&sig2=masccoPsNJ4nI14sqTlEkQ (diakses pada tanggal 15 November 2015) Beaty, J. J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini Edisi Ketujuh. Jakarta: Kencana Delphie, B. 2006. Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: PT Refika Aditama Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara Hidayati, E. 2013. Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment pada Ibu dari Anak GPPH. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd =1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjf7pPvuJDLAhVQjo4KHcbyDZ YQFggaMAA&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.php %2FHUMANITAS%2Farticle%2Fdownload%2F337%2F227&usg=AF QjCNH4jZdnJWszo7N9r8V90ZPNocJ7HQ&sig2=LmNSH_9rGLyWs 03d_xuzVA (diakses pada tanggal 15 November 2015) Mahdi, dkk. 2014. Panduan Penelitian Praktis, Untuk Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta Marlina. 2008. Gangguan Pemusatan Pehatian dan Hiperaktivitas Pada Anak. Padang: Universitas Negeri Padang Martin, G. 2008. Terapi Untuk Anak ADHD, Anak Hiperaktif, Sulit Konsentrasi, Tidak Aktif, Kurang Perhatian dll. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Moedjanto, G., dkk. 1987. Laporan Penelitian Persepsi Mahasiswa IKIP Sanata Dharma Terhadap Penataran P-4 Tahun 1986/1987. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyatiningsih, E. 2014. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Prastowo, A. 2014. Memahami Metode-Metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kedokteran EGC. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta Sujiono, B. 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini . Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC Jakarta : 93-98 Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk Keperawatan. Ed 2. Jakarta: Kedokteran EGC. Thoha, M. 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada UNP Press. Widi, R.K. 2010. Asas Metode Penelitian. Yogyakarta : Graha Ilmu. Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. Jogjakarta: Kata Hati Yusuf, H. S. 2011. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Zaviera, F. 2014. Anak Hiperaktif. Yogyakarta: Kata Hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN 1 TEKS ANEKDOT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
LAMPIRAN 1.1 TEKS ANEKDOT
Nama
: Marka
Umur
: 7 tahun
Lokasi
: Ruang kelas IIA SD Kasih
Observer
: Markus Andika Nurcahya
Aspek yang diamati
: Fisik, Psokomotorik, dan afektif
Peneliti melakukan obseravasi secara langsung di dalam kelas IIA SD Kasih yang dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Oktober 2014. Pertama kali yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini, yaitu memberikan suratizin penelitian kepada Kepala Sekolah SD Kasih. Setelah memberikan suratizin penelitian, peneliti menemui guru kelas IIA, guru kelas IA, guru olahraga, dan orangtua siswa untuk memintaizin melakukan observasi. Peneliti melakukan observasi terhadap partisipan yang telah peneliti rencanakan karena aspek yang hendak peneliti amati adalah aspek perkembangan emosi anak yang mengalami hiperaktif. Hasil penelitian secara keseluruhan akan peneliti deskripsikan sebagai berikut. Peneliti melakukan observasi di dalam ruang kelas IIA pada awalnya untuk mengamati proses pembelajaran di kelas, karena pada saat itu peneliti sedang melaksanakan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dari Universitas. Pertama kali masuk ruangan kelas, peneliti melihat ada seorang anak laki-laki yang terlihat bermain-main pada saat pembelajaran berlangsung. Anak tersebut bernama Marka. Tidak hanya Marka, namun ada beberapa siswa lain yang terlihat susah untuk diam dan berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Saat Marka ramai di dalam kelas, guru mencoba untuk menegurnya dan pada akhirnya terlihat Marka tidak mau menuruti katakata guru kelasnya. Marka juga sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas sehingga guru mencoba mengunci pintu dari dalam agar dia tidak dapat masuk ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kelas. Usaha yang guru lakukan malah membuat Marka marah dan dia pun menggedorgedorkan pintu sampai guru membukakan pintunya. Akhirnya, peneliti memilih Marka untuk menjadikannya sebagai objek penelitian karena perkembangan emosi dan tingkah lakunya yang terlihat berbeda dengan siswa lain. Setelah peneliti melihat tingkah laku Marka, peneliti mencoba untuk melakukan wawancara dengan guru kelas. Peneliti juga mencoba untuk melakukan wawancara dengan guru lain yaitu guru kelas IA yang dulu pernah mengajar Marka saat kelas I dan guru olahraga. Hasil wawancara dengan ketiga guru yang peneliti lakukan pada saat peneliti menanyakan mengenai anak hiperaktif, ketiga guru mengatakan bahwa ada beberapa anak yang tidak bisa diam di kelas IIA salah satunya adalah Marka. Ketiga guru yang peneliti wawancara juga menyebutkan perkembangan emosi Marka berbeda dengan siswa lain karena emosinya masih sering meledak-ledak. Peneliti juga mencoba melakukan pendekatan dengan Marka untuk melihat tingkah laku dan perkembangan emosinya. Saat peneliti melakukan pendekatan kepada Marka, peneliti diajak untuk menemani Marka bermain sepakbola dengannya. Marka sangat menyukai permainan sepakbola, namun peneliti tidak dapat menghadapi stamina Marka sepenuhnya karena terlihat dia memang memiliki stamina yang luar biasa dalam bermain. Peneliti juga mencoba untuk mengajak Marka bermain puzzle, namun dia mudah sekali bosan saat diajak bermain yang melibatkan aspek kognitifnya. Setelah peneliti
melakukan
beberapa
kali
pendekatan,
akhirnya
peneliti
mencoba
memberanikan diri untuk berkunjung ke rumahnya. Sesampai di rumahnya, pertama kali peneliti bertemu dengan ibu Marka yang pada saat itu memang sedang di rumah. Peneliti melakukan perbincangan dengan ibu Marka untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Marka adalah seorang anak yang selalu terlihat tidak pernah susah dan selalu bersemangat. Dia selalu beraktivitas yang melibatkan psikomotornya untuk selalu bergerak. Dia selalu susah untuk diajak konsentrasi pada saat pembelajaran berlangsung di dalam maupun di luar kelas. Perhatian Marka mudah sekali terpecah saat dia merasa bosan. Saat di kelas, dia juga selalu berjalan atau berlarian kesana kemari. Dia sering keluar masuk kelas tanpa alasan yang jelas. Dia juga sering mengganggu temannya pada saat di kelas, namun dia adalah tipe anak yang tidak suka diganggu. Saat dia merasa terganggu, emosinya langusng naik drastis sehingga menyebabkan dia sering terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
konflik dengan temannya. Selain itu, dia juga sering menggerak-gerakkan kakinya pada saat duduk, tidak bisa tenang saat diberi tugas, memainkan barang yang ada di sekitarnya dan dia juga merasa ada suatu mesin yang membuatnya tidak dapat berhenti bergerak. Marka selalu berbicara dengan nada lantang dan keras pada saat diajak ngobrol dengan teman maupun guru. Marka juga seringkali terlihat berkeringat. Jam istirahat adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh Marka, karena dia senang sekali berlarian kesana kemari. Marka tidak pernah jajan di sekolah karena memang tidak pernah diberi uang saku oleh orangtuanya untuk mengantisipasi kandungan tidak baik bagi tubuh yang ada dalam jajanan di sekolah. Marka juga diberi aturan oleh ibunya bahwa dia boleh minum es hanya pada hari sabtu. Kesharian Marka setelah pulang sekolah adalah makan siang dan dilanjutkan dengan tidur siang. Setelah menjelang malam, Marka diberi waktu 30 menit efektif untuk belajar bersama ibunya. Saat Marka hendak tidur, tidak mudah bagi Marka untuk dapat langsung tidur karena dia memang tipe yang tidak bisa diam. Marka selalu diajak berbincang-bincang oleh ibunya pada saat hendak tidur mengenai kegiatan yang dilakukannya saat di sekolah. Saat hari sabtu, Marka diberi waktu bebas untuk tidak tidur siang, main game, minum es, bermain, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN 2 HASIL TRIANGULASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
LAMPIRAN 2.1 TRIANGULASI TRANSKRIP HASIL WAWANCARA PARTISIPAN Persepsi Hiperaktif
Guru Kelas IIA
Guru Kelas IA
Guru Olahraga
Untuk eeee hiperaktif itu kan terdiri dari kata hiper yang artinya itu lebih atau lebih sedangkan aktif itu sifat atau kegiatan atau kelakuan. . . dari si anak.
Yaa sedikit tau kalau hiperaktif itu ee itu semacam gangguan kejiwaan pada anak yang eee keaktifannya berelebihan gitu ya.
Yaaa. . . kalau keseluruhan itu mungkin nggak tau yang sesungguhnya tapi cuman sedikit tau aja, mungkin bisa untuk apa ya
Eeee ada beberapa ciri yang pertama anak tersebut tidak. . .mampu untuk berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, asik dengan dunianya sendiri, susah diatur dan memiliki aktivitas jauh lebih tinggi dari anak-anak. . . .di sekitarnya.
Ee gambaran aja, kalau sepengetahuan Jadi hiperaktif itu saya ya tentang hiperaktif itu motorik aktif yang lebih. anak berlebihan Eee ciri-cirinya anak itu sulit Iya, jadi anak itu untuk fokus, banyak bergerak, diajak fokus untuk sulit untuk melakukan dikendalikan dan sesuatu ya sulit untuk diarahkan misalnya eee misalnya suruh mengerjakan soal duduk itu anaknya atau belajar itu itu maunya jalaaan fokusnya sulit terus. Itu menurut buanget karena saya. dia ee saya nggak Menurut saya banyak tau apa yang dipikirkan dia tapi bergerak, kemudian diatur, dia anunya gerak- susah kemudian tidak bisa gerak terus gitu konsentrasi dalam hal apa saja misalnya dalam belajar, kemudian sering menggangu ketenangan orang lain, setiap kali berbuat masalah misalnya apa megang temennya nggak disengaja
Ibu Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
tetapi itu hal yang mungkin dari temennya itu seperti apa ya? Anak itu nggak bisa diem Yaa. . .
Penanganan Tingkah Laku Anak
Beberapa hal pernah saya coba ee untuk selalu mee. . . .selalu. . . . Nyelelek ki boso indonesiane. . . Memusatkan perhatiannya kepada pembelajaran yang sedang berlangsung tetapi hanya berlaku untuk beberapa menit saja selebihnya pusat perhatian mereka terpecah
Ee mengganggu ketenangan misalnya dalam hal olahraga ya ini karena saya mengajar olahraga. Anak-anak semuanya sudah ee berbaris, sudah mau mulai ee pendahuluan materi, sudah mau berdoa tapi anak tersebut masih lari-lari. Setelah lari kemudian apa, tautau temennya itu digoda dengan cara meninju atau dengan cara kakinya ditendang. Iya, hampir setiap Sampek saat ini Kalo saya cuma hari saya sewaktu belum pernah mesennya eee mainan saya mengajar dia tetapi yang tidak Iya belum pernah selalu Marka itu membahayakan. saya tangani Hindari listrik, Karena lebih apa hindari manjat kalo secara khusus satu kelas itu kan saya justru perlu Jadi, eee ya apa lebih membiasakan kan misalnya mau penanganan apapun yang bisa hanya belajar saya daripada diambil sendiri tidak selalu menyiapkan menangani satu anak boleh minta tolong kamu harus ya mungkin kalo harus diambil sendiri perhatikan bahkan untuk menangani ee kecuali harus manjat secara klasikal di luar jam pelajaran atau harus colokin supaya dia itu ya misalnya kalo listrik. Saya nggak konsentrasi setiap pas ada masalah biarin memang tapi untuk kali absen saya gitu, Marka harus misale khusus selalu pakek menangani nyalain kompor atau belum pernah password, jadi apa yang nuang air misalnya hari ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan susah untuk passwordnya “Ok konsentrasi Bu!”, kalau terhadap dipanggil namanya “Ok pelajaran. Bu!” jadi setiap hari ganti, supaya pada saat anak itu dipanggil tapi kalau dia nggak konsentrasi berarti njawabnya salah. Kalau salah pasti akan ditertawakan oleh temannya. Jadi sebelum saya absen saya katakan passwordnya hari ini “Ok Bu!”. Lain hari, hari ini passwordnya “Siap Ibu!”. Ya itu sebetulnya saya hanya ingin mengajak Marka khususnya supaya latihan konsentrasi, gitu. Jadi cara apapun saya tempuh supaya dia ikut gitu karena pada awal-awalnya dia nggak pernah berhasil untuk menjawab panggilan saya. Jadi pernah suatu kali hanya itu saya panggil Marka dia jawab “Ada bu” “lho rak nggak tau to”
Ya, pernah misalnya contohnya Marka itu berkelahi, berkelahi dengan temannya kemudian saya apa panggil anak tersebut itupun kalo dinasehati anak tersebut itu maunya menangnya sendiri jadi nggak mau apa ini masukan, “kenapa kamu harus berkelahi? Alesane opo?” bilang gitu, dia cuman “ha aku cuman main-main kok buk” jawab si Marka. Lha itu lho kayaknya itu jawabannya itu nggak, nggak apa ya. Nggak cuman dibuatbuat itu.
panas yang itu bahaya saya memang larang. Tapi kalo saya membiasakan kalo apapun yang bisa diambil sendiri, apapun yang bisa dilakukan sendiri harus lakukan sendiri tidak boleh minta tolong kecuali kepepet. Sedang apa, mungkin sedang misalnya harus jalan kakinya sakit atau gimana itu beda. Saya selalu biasain gitu. Kalo membatasi tingkahnya justru saya alihkan. Dia susah kalo suruh diem. Saya mengalihkan dengan hal kain, misalnya saya lagi beresin kamar “Dek bantuin mama!” gitu, karena memang harus dialihkan nggak bisa kalo langsung diem nggak bisa dia, harus dialihkan tapi untuk hal yang misalnya ya memang ada manfaatnya daripada dia lari-lari capek sama-sama ini, saya minta bantuannya dia aja mau kok dia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Jadi berkali-kali saya bilang “itu kalau kamu nggak konsentrasi, makanya kalau ibu ngomong diperhatikan! Dan kamu harus siap itu, kamu akibatnya ditertawakan oleh temen-temen kamu kan? Karena kamu lain. Beda. Yang lain mengatakan Ok Ibu! Siap Ibu! Kamu ada” Gitu, salah satu cara yang saya tempuh sebelum belajar melatih konsentrasi Yak itu Emosi
Emosi itu suatu perasaan yang timbul dari dalam diri siswa berdasarkan perasaa....pengala man yang mereka alami ya mungkin bisa sedih, senang, marah, dan lain-lainnya
Kalau anak hiperaktif biasanya emosinya kadangkadang sih meluap-leuap jadi sulit untuk dikendalikan.
Emosi itu ehem untuk mengontrol, untuk mengontrol apakah dia itu bisa mengendalikan apa enggak gitu, tapi batasan emosi itu kok. . .
Emosi itu kalo menurut saya itu luapan perasaan kayak termasuk sedih itu juga emosi, seneng itu juga emosi, ee kalo menurut saya itu sih emosi itu luapan perasaan. Jadi bukan berarti emosi itu marah-marah, bukan itu luapan perasaan menurut saya seperti itu. Sedih itu juga emosional kita, jadi kita bagaimana mengekspresikan sedih kita, seneng kita, marah kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
seperti apa gitu. Kalo emosional itu ya mungkin dari sikap, dari ekspresi wajah. Perkemban gan Emosi
Perkembangan emosi yaa menurut saya itu perkembangan perasaanperasaan yang kuat karena berbagai kondisi yang dialaminya. Ee menurut saya faktor yang pertama itu keadaan anak disini lebih ke fisik mungkin anak tersebut memiliki cacat tubuh jadi dia emm malu dia tidak percaya diri pada dirinya sendiri, faktor belajar ee dia memiliki kekurangan saat belajar, konflikkonflik dalam perkembangan pada berbagai masalah-masalah dalam dia menjalani proses perkembangan yang harusnya dia alami Dan faktor lingkungan mungkin gaya
Oh begitu, emosi yang berkembang itu sebetulnya emosi yang perkembangannya sesuai dengan ee bertambahnya umur. Semakin bertambahnya usia biasanya emosinya semakin matang, terkendali, tidak meledak-ledak menurut saya lho. Ee faktor lingkungan, ee faktor lingkungan di rumah lingkungan di sekolah pergaulan itu sangat mempengaruhi faktor emosional anak perkembangan anak.
Menurut saya perkembangan emosi itu adalah dulunya itu emosi itu belum bisa di apa ya, masih sering tidak bisa terkontrol misalnya untuk olahraga itu kalo kalah tidak mau mengakui kekalahannya. Tapi sekarang kalo sudah di apa beritahukan ke anak-anak bahwa yang namanya bermain itu mesti ada menang dan kalah kamu harus bisa mengakui kekalahan dan kemenangan. Yang menang jangan sombong, yang kalah jangan terus tidak mau mengakui kekalahannya. Harus ee lapang dada. Yaa kalo menurut saya ya faktor perkembangan emosi tu yang jelas adalah situasi kondisi di kelas ya. Kemudian lingkungan, kemudian lingkungan itu ya bisa di lingkungan di sekolah, bisa di lingkungan rumah.
Iya kliatan di situ. Kalo emosi yang berkembang ya, kalo menurut saya eee bisa mengekspresikan artinya ada luapan perasaan ketika dia sedih ya dia bisa ekspresi sedih kalo memang ada ekspresi sedihnya. Kalo misalnya dia lagi seneng ya seperti apa kelihatan. Iya, mengendalikan diri saat dia sedih harus bagaimana, saat dia seneng harus bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
pengasuhan dari orang tuanya sendiri. Yang pasti emosinya berkembang dari yang kurang baik, dari malu menjadi percaya diri, dari yang eee mudah marah menjadi lebih kalem, dari yang susah untuk berkonsentrasi menjadi lebih fokus
Perbedaan Perkemban gan Emosi
Berkembang menjadi lebih baik. Tidak Karena ya itu tadi, emosinya kan berbeda-beda jadi ya tetep aja beda perkembangannya dengan anak-anak yang lainnya.
Mungkin kalo apa, di rumah itu kan teman bermain kemudian di rumah sendiri dalam keluarga itukan juga berpengaruh sekali untuk perkembangan emosi. Kemudian sosialisasi dengan teman-temannya, ini juga mempengaruhi perkembangan emosi
Nggak sama, lebih cepat berkembang Ho.oh yang anak-anak biasa dibandingkan Bedanya ya itu yang Marka itu terkadang dia masih meledakledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia. Agak berbeda ya
Iya sampai temantemannya dikejarkejar.
Tidak sama, beda. Kalo Alvi itu ya sampek dari mulai TK sampek sekarangpun saya tidak pernah ya mendengar yang namanya Alvi itu berantem sama temennya itu nggak pernah. Makanya saya kalo sampe dia berantem sama temennya mesti ada yang mulai karna saya tau Alvi itu orangnya bagaimana. Sampek dia saking terlalu hati-hatinya, saking antengnya kadang-kadang ada temennya main dia tidak ikut terlibat tapi dia, seneng melihat temennya main. Dia ikut heboh tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
jarang dia ikut main kalo Alvi. Jadi sebenarnya Alvi itu justru kalo ada permainan yang seruseru itu justru sama adeknya. Kalo nggak sama adeknya dia malah cenderung. . .Bedanya jauh Penanganan Emosi
Ya saya selalu berusaha untuk menjadi walaupun menjadi guru tetep menjadi keluarganya sering memantau apa yang dia lakukan, bagaimana perkembangan emosinya. Ee mencari cara agar apa sih yang terbaik buat dia supaya kedepannya itu menjadi lebih baik dan bisa mengontrol emosi yang ada dalam dirinya.
Mungkin lebih pada pendekatan secara pribadi Ho.oh pendekatan secara pribadi ee saya lebih banyak memberikan pengarahan “kalau kamu seperti ini, akibatnya seperti ini. Kalau seperti itu, perkembangannya eh hasilnya seperti itu. Lha kamu pilih!” saya selalu, selalu mee. . . .menyodorkan pilihan pada anak. “Kamu mau apa? Kalau mau seperti A nanti akibatnya ini, kalau mau seperti B akibatnya dan konsekuensinya ini” Jadi anak berpikir “aku mau yang mana ya?”
Yaa itu tadi, menurut saya ya anak diberi tanggung jawab dan anak tersebut selalu dikontrol maksudnya selalu didampingi dalam hal apa saja baik itu dalam hal pelajaran di kelas maupun pendampingan khusus dalam pelajaran di luar.
Kalo Marka saya lebih cenderung lebih baik kalo Marka diajak ngomong baikbaik. Dia tidak bisa dikerasin anaknya. Pada saat dia marah kita bentak tambah jadi. Pelan, maksudnya jadi harus pelan. Tapi sebenernya Marka itu anaknya asik. Justru dia lebih banyak bisa mengikuti aturan daripada kakaknya. Ikutin jam-jamnya saya kasih jam, jam segini harus begini jam segini harus begini. Dia itu malah justru Marka itu bisa mengikuti daripada kakaknya. Kalo kakaknya ada aja alasannya. Positifnya disitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
LAMPIRAN 3 PEMETAAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN 3.1 PEMETAAN Guru Kelas IIA
Guru Kelas IA
Guru Olahraga
Persepsi terhadap Anak Hiperaktif
Ibu Siswa
Perilaku Anak
Penanganan yang diberikan
Perkembangan Emosi Anak
Penanganan agar Emosi Anak Lebih Berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
LAMPIRAN 4 MEMO TERTULIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN 4.1 MEMO TERTULIS Pada penelitian ini terdapat lima partisipan yaitu Marka, Bu Agni, Bu Tamtam, Bu Enen, dan Bu Hati (Ibu Marka). Namun peneliti melakukan wawancara hanya kepada guru dan orangtua saja. Marka tidak diminta informasi oleh peneliti karena peneliti hanya ingin melihat persepsi guru dan orangtua terhadap perkembangan emosi anak hiperaktif. Sedangkan informasi yang didapat dari orangtua hanya digunakan untuk menyeimbangkan informasi dari guru saja. Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh persepsi guru mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif yang dalam hal ini adalah Marka. Persepsi mereka terbentuk oleh pengamatan yang dilakukan sehari-hari selama kegiatan belajar mengajar di dalam kelas maupun saat di luar kelas. Menurut mereka anak hiperaktif adalah anak yang memiliki tingkah laku yang berbeda dengan anak lain. Perbedaan tingkah laku anak hiperaktif menurut mereka cenderung susah untuk diajak berkonsentrasi, tidak dapat duduk diam, dan selalu bergerak. Keempat partisipan mengungkapkan bahwa emosi adalah sebuah perasaan yang muncul dari diri seseorang melalui pengalaman yang dialami. Mereka juga mengungkapkan bahwa emosi yang berkembang adalah adanya pengendalian diri dari diri sendiri pada saat emosi tersebut muncul. Maksudnya adalah pada saat seseorang menunjukkan luapan perasaannya, pada saat itulah orang tersebut memiliki pengendalian diri untuk mengontrol luapan perasaannya. Mereka juga mengungkapkan perkembangan emosi setiap anak berbeda. Adanya perbedaan perkembangan tersebut menimbulkan adanya persepsi pada setiap partisipan. Guru mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi diperlukan adanya pendampingan khusus dan mencoba untuk memberikan tanggung jawab kepada siswa agar emosi tersebut dapat berkembang meskipun secara perlahan. Sedangkan orangtua mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan emosi anak, diperlukan pendekatan khusus dari orangtua. Orangtua tentunya harus dapat memahami anak sepenuhnya untuk memberikan penanganan yang tepat agar tidak terjadi maltreatment yang akan berakibat pada sikap anak di masa depannya. Oleh karena itu peran guru sebagai orangtua di sekolah dan orangtua siswa sangat berpengaruh dalam pengembangan emosi siswa agar siswa mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN 5 RIWAYAT PENELITI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
RIWAYAT PENELITI
Markus Andika Nurcahya, lahir di kota Bantul Yogyakarta pada tanggal 23 April 1994. Peneliti telah menempuh pendidikan formal yang dimulai dari tahun 1999-2001 di TK Immaculata Ganjuran. Kemudian peneliti melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar pada tahun 2001-2006 di SD Kanisius Ganjuran. Setelah peneliti menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah pertama yaitu SMP N 3 Bantul pada tahun 2006-2009. Setelah peneliti lulus dari jenjang menengah pertama, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang menengah atas yaitu SMA N 3 Bantul pada tahun 2009-2012. Setelah lulus dari jenjang menengah atas, peneliti melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi lagi di Universitas Sanata Dharma dan terdaftar sebagai mahasiswa S1 pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dengan NIM 121134198. Selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma, peneliti pernah mengikuti kepanitiaan di sebuah acara Fakultas yaitu Dekan Cup 2014 sebagai koordinator perlengkapan. Peneliti juga telah menempuh berbagai kegiatan wajib tingkat Universitas, Fakultas, dan Prodi seperti Inisiasi, PPKM I dan II, Weekend Moral, Diseminasi Hasil Magang Dosen, dan masih banyak kegiatan lain.