POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Download perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasu...

0 downloads 486 Views 607KB Size
` POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANGAN MERPATI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh : PUJA SUKMA PRAYEKA NIM : 133110254

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG TAHUN 2017

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANGAN MERPATI RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SA’ANIN PADANG

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

PUJA SUKMA PRAYEKA NIM: 133110254

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG TAHUN 2017

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG JURUSAN KEPERAWATAN Karya Tulis Ilmiah, Juni 2017 Puja Sukma Prayeka Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Isi : viii + 57 Halaman + 8 Lampiran ABSTRAK Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada lingkungan (Depkes RI,2006). Berdasarkan data yang didapat dari Rekam Medis Ruangan Merpati RSJ Prof. HB. Saanin Padang didapatkan data jumlah pasien perilaku kekerasan yang dirawat pada bulan Maret 2017 sebanyak 21 orang. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2017. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dalam bentuk deskriptif. Penelitian dilakukan pada 2 partisipan di Ruangan Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Proses penyusunan dimulai dari bulan Januari sampai Juni 2017 dengan waktu penelitian selama 10 hari. Analisa terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan dibandingkan dengan teori. Hasil pengkajian didapatkan keluhan utama yaitu klien tidak mampu mengontrol cara bicaranya yang kasar, klien merasa melihat ada dirinya nya yang lain, klien hanya mau berinteraksi jika penting. Diagnosa keperawatan jiwa yang didapatkan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial, dan harga diri rendah. Rencana keperawatan jiwa yang dilaksanakan sudah terstandar, semua rencana tindakan keperawatan jiwa dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan dapat teratasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran bagi perawat di Ruang Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dalam melakukan asuhan keperawatan dan memaksimalkan implementasi yang dilakukan. Kata Kunci (Key Word) : Perilaku Kekerasan, Asuhan Keperawatan Daftar Pustaka: 21 (1997-2016)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan di Ruangan Merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2017. penulis mengucapkan terima kasih :

1. Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa selaku pembimbing I dan Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku pembimbing II

yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 2. H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang 3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang 4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang 5. Ibu Dr. Lily Gracediani, M.Kes selaku kepala RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang beserta staf yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian 6. Bapak Ibu dosen serta staff Prodi Keperawatan Padang yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan. 7. Teristimewa kepada orang tua saya yang telah memberikan semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun. 8. Rekan - rekan seperjuangan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang Program Studi D-III Keperawatan Padang, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 9. Kepala ruangan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. 10. Perawat ruangan rawat inap RSJ Prof. HB. Saanin Padang yang telah membantu untuk melakukan penelitian awal.

11. Sahabat saya Yulan, Dini, Devi, Rifki, Jimmy, Gusra, Hasbi, Gian, indah dan Dino yang telah membantu saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Padang, 25 April 2017 Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama NIM Tempat / Tanggal Lahir Status Perkawinan Agama Orang Tua Alamat

: : : : : :

Puja Sukma Prayeka 133110254 Padang / 13 September 1994 Belum Menikah Islam Ayah : Buskarni Ibu : Yeni Febri Aspur : Jalan intan XI no. 258 Pegambiran Ampalu Kec. Lubuk Begalung Padang

Riwayat Pendidikan No

Pendidikan

Tahun Ajaran

1

TK Pertiwi V

1999 – 2000

2

SDN 35 Pegambiran Padang

2000 - 2006

3

SMP N 24 Padang

2006 - 2009

4

SMAS Pertiwi 1 Padang

2009 - 2012

5

Prodi Keperawatan Padang, Jurusan D III Keperawatan, Poltekkes Kemenkes RI Padang

2013 - 2017

DAFTAR ISI ABSTRAK..........................................................................................................i KATA PENGANTAR.........................................................................................ii LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................iii DAFTAR ISI.......................................................................................................iv DAFTAR TABEL...............................................................................................vi DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.........................................................................................1 B. Rumusan Masalah....................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5 D. Manfaat Penelitian...................................................................................6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar...........................................................................................8 1. Pengertian..........................................................................................8 2. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.................................................8 3. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan...............................................9 4. Psikodinamika Terjadinya Perilaku Kekerasan..................................11 5. Tandadan Gejala Perilaku Kekerasan................................................12 6. Mekanisme Koping............................................................................12 7. Penatalaksanaan Perilaku Kekerasan.................................................13 B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Perilaku Kekerasan..............14 1. Pengkajian..........................................................................................14 2. Pohon masalah...................................................................................22 3. Masalah keperawatan.........................................................................22 4. Intervensi keperawatan......................................................................22 5. Implementasi keperawatan.................................................................31 6. Evaluasi keperawatan.........................................................................32 7. Dokumentasi keperawatan.................................................................33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian.....................................................................................34 B. Tempat dan waktu....................................................................................34 C. Populasi dan sampel.................................................................................34 D. Instrument pengumpulan data..................................................................35 E. Jenis dan pemgumpulan data...................................................................36 F. Analisa Data.............................................................................................37

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi kasus.........................................................................................38 1. Pengkajian...........................................................................................38 2. Diagnosa keperawatan........................................................................44 3. Intervensi Keperawatan......................................................................45 4. Implementasi keperawatan.................................................................45 5. Evaluasi keperawatan.........................................................................46 B. Pembahasan..............................................................................................47 1. Pengkajian...........................................................................................47 2. Diagnosa keperawatan........................................................................49 3. Intervensi keperawatan.......................................................................51 4. Implementasi keperawatan.................................................................53 5. Evaluasi keperawatan.........................................................................54 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...............................................................................................56 B. Saran.........................................................................................................57 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan................................................................22 Tabel 4.1 Deskripsi Penelitian.....................................................................38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon perilaku kekerasan..........................................8 Gambar 2.2 Psikodinamika terjadinya perilaku kekerasan..........................11 Gambar 2.3 Pohon masalah....... .................................................................22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Inform consent responden Lampiran 2. Asuhan keperawatan jiwa Partisipan 1 dan Partisipan 2 Lampiran 3. Lembar konsultasi proposal penelitian Lampiran 4. Surat pengambilan data dan melakukan studi awal di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang Lampiran 5. Surat izin melakukan penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang Lampiran 6. Surat telah selesai melakukan penelitian dari RSJ Prof. HB Saanin Padang Lampiran 7. Daftar hadir penelitian Lampiran 8. Ganchart Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk komunitasnya. Sehat jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia (Badan PPSDM, 2013). Ciri-ciri sehat jiwa yaitu seseorang mampu menghadapi kenyataan, mendapat kepuasan dari usahanya, bebas dari rasa cemas, mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif (Herman Ade, 2011) Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal atau budaya setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Ruti,dkk 2010). Gangguan jiwa ditemukan di semua negara, pada perempuan dan laki-laki, pada semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun perkotaan mulai dari yang ringan sampai yang berat (Abdul,dkk 2013).

World

Heatlh

Organisation

(2009)

dalam

Fitria

Nita

(2012)

memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental, terdapat sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk di perkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa

mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya akibat gangguan jiwa, ini termasuk dampak dari gangguan jiwa yg mana dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Badan PPSDM, 2012)

Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,4%. Hal ini berarti terdapat lebih dari satu juta orang di indonesia yang mengalami gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui 11,6%

penduduk indonesia mengalami gangguan mental

emosional (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2013

jumlah penderita

gangguan jiwa berat mencapai 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 jiwa (Riskesdas, 2013). Begitu juga di Sumatera Barat Jumlah penderita gangguan jiwa pada tahun 2008 data Dinas Provinsi Sumatera Barat dari jumlah penduduk 3.198.726 orang ada 0,26 % yang menderita gangguan jiwa. Data Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2009 dari jumlah penduduk di kota Padang 839.190 orang, yang mengalami gangguan jiwa di kota Padang sebanyak 0,75 %.

World Health Organisation (WHO) menyebutkan masalah utama gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan pada otak dan pola pikir, skizofrenia mempunyai karateristik dengan gejala positif dan negatif. Gejala positif antara lain : delusi, halusinasi, waham,disorganisasi pikiran. Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara jarang, afek tumpul, menarik diri dari masyarakat dan rasa tidak nyaman (Ruti,dkk 2010).

Menurut Stuart dan Sundeen,1995 dalam Fitria Nita 2012, salah satu gejala positif dari skizofrenia yang sering muncul adalah Perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun secara psikologis (Keliat,

dkk 2011). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Setiap aktivitas bila tidak di cegah dapat mengarah pada kematian.

Beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik. Tanda dan gejala verbal yang muncul biasanya mengancam, mengumpat dengan katakata kotor, berbicara dengan nada keras, dan kasar (Fitria Nita, 2012). Sedangkan

tanda

dan

gejala

fisik

nya

dapat

berupa

mata

melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku, serta riwayat melakukan perilaku kekerasan (Badan PPSDM, 2013).

Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung dan lekas marah. Akibatnya frustasi tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam, individu berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung. Dampak atau perubahan yang terjadi dapat berupa perasaan tidak sabar, cepat marah, dari segi sosial kasar, menarik diri, dan agresif (Dalami, dkk 2009).

Melihat dampak dan

kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan yang profesional, salah satunya yaitu keperawatan jiwa.

Menurut

Gail W.Stuart.

2006 Keperawatan

jiwa adalah proses

interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses Association

(ANA), mendefenisikan

keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi praktik

keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.

Menurut Suliswati, dkk 2005 dalam Abdul, dkk 2013, keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional di dasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang mal adaptif yang disebabkan oleh gangguan biopsiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.

Hasil penelitian Elita,dkk di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun 2010, mencatat bahwa ada sebanyak 1.310 pasien dengan alasan dirawat di rumah sakit jiwa adalah dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi sebesar 49,77%, gangguan proses pikir: waham sebesar 4,66%, perilaku kekerasan sebesar 20,92%, isolasi sosial sebesar 8,70%, gangguan konsep diri: harga diri rendah sebesar 7,02%, defisit perawatan diri sebesar 3,66%, dan risiko bunuh diri sebesar 5,27%. Berdasarkan hasil data rekam medik yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa persentase gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan memiliki persentase tertinggi kedua setelah halusinasi, yaitu sebesar 20,92.

Berdasarkan survey awal didapatkan data dari medical record pada tahun 2016 di RS.Jiwa Prof. HB. Sa’anin Padang pasien dengan gangguan jiwa sebanyak 10.365 jiwa dengan pasien rawat inap baru sebanyak 1.106 jiwa dan pasien lama sebanyak 1.174 jiwa, sedangkan pasien rawat jalan baru sebanyak 4.478 jiwa dan pasien lama sebanyak 3.607 jiwa. Survey awal yang dilakukan ke salah satu ruangan rawat inap RSJ. Prof. HB, Saanin Padang yaitu ruangan Merpati, berdasarkan data 3 bulan terakhir dimulai

dari bulan Desember tahun 2016 sampai dengan bulan Februari 2017 jumlah

pasien

dengan

gangguan

perilaku

kekerasan

mengalami

peningkatan, bulan Desember 2016 di dapatkan data sebanyak 41 orang mengalami gangguan perilaku kekerasan, pada bulan Januari sebanyak 33 orang, dan bulan Februari 2017 sebanyak 44 orang. Sedangkan pasien perilaku kekerasan di bulan maret sementara 21 orang dari total 27 pasien.

Data yg ditemukan di semua ruangan RSJ. Prof. HB Saanin Padang pada 3 bulan terakhir ruangan yang memiliki pasien dengan perilaku kekerasan terbanyak yaitu di ruangan merpati dengan 129 orang pasien perilaku kekerasan dari total 155 orang pasien yang dirawat di ruangan tersebut, merupakan jumlah terbanyak dari semua ruangan yg ada.

Hasil wawancara dengan perawat pelaksana diruangan merpati RSJ. Prof. HB Saanin Padang di temukan masalah asuhan keperawatan dari intervensi yang diberikan berupa strategi pelaksanaan pada pasien perilaku kekerasan, dimana pasien masih kurang patuh dalam mengikuti dan atau melaksanakan minum obat. Biasanya pasien menaruh obat dibawah lidah dan dimuntahkan kembali, masalah ini ditemukan pada beberapa orang pasien. Berdasarkan pemaparan yang telah di jelaskan di atas maka peneliti tertarik mengangkat kasus tentang Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Dengan Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2017

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka permasalahan peneliti adalah bagaimana cara menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada Pasien Perilaku Kekerasan Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang Pada Tahun 2017.

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui Penerapan asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien dengan Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. HB. Sa’anin Padang Tahun 2017. 2. Tujuan Khusus a) Mampu mendeskripsikan

pengkajian

pada

pasien

dengan

Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang. b) Mampu mendeskripsikan masalah Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang. c) Mampu mendeskripsikan perencanaan Intervensi pada pasien dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang. d) Mampu mendeskripsikan pelaksanaan Implementasi pada pasien dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang. e) Mampu mendeskripsikan hasil Evaluasi pada pasien dengan Gangguan Perilaku kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Kegiatan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit Prof.HB.Saanin Padang Pada Tahun 2017. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan

Rumah Sakit Prof. HB, Saanin Padang dalam

meningkatkan mutu pelayanan dan Profesionalitas khususnya dalam kasus Perilaku Kekerasan. Di samping itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai data pembanding dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. 3. Bagi Institusi Pendidikan

Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien dengan Gangguan Perilaku Kekerasan di RSJ. Prof. HB, Saanin Padang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1. Pengertian Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditujukan pada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan dan pada lingkungan. (Depkes RI,2006). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993 dalam Dermawan,Deden, 2013). Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat, dkk, 2011). Sedangkan, Stuart dan Laraia (2005), menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik berupa ancaman serangan fisik ataupun konsep diri. 2. Rentang Respon

Adaptif

Asertif

Maladaptif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

Gambar 2.1: Rentang Respon Perilaku Kekerasan Menurut (Keliat, 1996)

a. Respon Adaptif 1) Asertif

:

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa

menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.

2) Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternative. b. Respon Maladaptif 1) Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan nya. 2) Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih terkontrol. 3) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang nya control.

3. Proses Terjadinya Masalah Perilaku Kekerasan Menurut Badan PPSDM (2013) Proses terjadinya perilaku kekerasan dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi Struart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi, a. Faktor Predisposisi 1) Faktor Biologis Meliputi adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. 2) Faktor Psikologis Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat, seperti kesehatan fisik terganggu, hubungan social yang terganggu. Salah satu kebutuhan manusia adalah “berprilaku” apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku

konstruktif, maka yang akan muncul adalah individu tersebut berperilaku destruktif. 3) Faktor Sosiokultural Fungsi

dan hubungan

social

yang

terganggu

disertai

lungkungan social yang mengancam kebutuhan individu, yang mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma dan budaya dapat mempengaruhi individu untuk berperilaku asertif atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara lansung melalui proses sosialisasi, merupakan proses meniru dari lingkungan yang menggunakan perilaku kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.

b. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan pada setiap individu bersifat unik, berbeda satu orang dengan orang

yang lain. Stressor tersebut dapat merupakan penyebab

yang bersifat faktor eksternal maupun internal dari individu. Faktor internal meliputi keinginan yang tidak terpenuhi, perasaan kehilangan

dan

kegagalan

dalam

kehidupan

(pekerjaan,

pendidikan, dan kehilangan orang yang dicintai), kekhawatiran terhadap penyakit fisik. Faktor eksternal meliputi kegiatan atau kejadian social yang berubah seperti serangan fisik atau tindakan kekerasan, kritikan yang menghina, lingkungan yang terlalu ribut, atau putusnya hubungan social/kerja/sekolah

ANCAMAN ATAU KEBUTUHAN

4. Psikodinamika Terjadinya Perilaku Kekerasan STRES ANSIETAS

MARAH

MERASA BERKUASA

MENANTANG TIDAK ADA PENYELESAIAN MASALAH

MARAH BERKEPANJANGAN

MENGUNGKAPKAN KEMARAHAN

MERASA KEBUTUHAN NYA TIDAK TERPENUHI

MENYADARKAN AKAN KEBUTUHANNYA

MEMAKSAKAN KEHENDAK

MEMENUHI KEBUTUHANNYA

MARAH TERATASI

MENARIK DIRI DARI KEHIDUPAN

MENANTANG DAN MENGANCAM

KEBUTUHAN TIDAK TERPENUHI

MENARIK DIRI DARI KEHIDUPAN

MENGATAKAN DIRINYA TIDAK BERHARGA DAN TIDAK BERGUNA

PENGEMBANGAN KEMARAHAN

BERMUSUHAN KRONIK

PERILAKU KEKERASAN

KEMARAHAN DIARAHKAN PADA DIRI SENDIRI

KEMARAHAN DIARAHKAN KELUAR

RESIKO BUNUH DIRI

Gambar 2.2

RESIKO MENCEDERAI ORANG LAIN DAN LINGKUNGAN

Proses Terjadinya Masalah Perilaku Kekerasan (Rawlins et all,

1993 dalam Depkes RI, 2000)

Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan menurut Rusdi (2013) adalah sebagai berikut: a. Muka merah dan tegang. b. Pandangan tajam. c. Mengatup rahang dengan kuat. d. Mengepalkan tangan. e. Biacara kasar. f. Suara tinggi, menjerit atau berteriak. g. Mengancam secara verbal dan fisik. h. Melempar atau memukul benda/orang lain. i. Merusak barang atau benda. j. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

5. Mekanisme Koping Menurut Eko Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada pasien perilaku kekerasan untuk melindungi diri antara lain: a. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. b. Proyeksi Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.

c. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.

d. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan. Dengan melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan nya sebagai rintangan. e. Deplacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi.

6. Penatalaksanaan Menurut Eko Prabowo (2014) penatalaksanaan pada klien dengan perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: a. Terapi Farmakologi Pasien dengan perilaku kekerasan perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya: Clorpromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperazine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat antipsikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi. b. Terapi Okupasi

Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan

kegiatan

dan

mengembalikan

kemampuan

berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca Koran, bemain catur. Terapi ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petugas terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan nya program kegiatannya.

c. Peran serta keluarga Keluarga merupakan system pendukung utama yang memberikan perawatan lansung pada setiap keadaan pasien. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat mencegah perilaku maladatif, menanggulangi perilaku maladaptive, dan memulihkan perilaku maladaptif ke perilaku adaptif sehingga derajat kesehatan pasien dapat ditingkatkan secara optimal. d. Terapi somatic Menurut Depkes RI (2000) menerangkan bahwa terapi somatik terapi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang ditunjukkan pada kondisi fisik pasien, tetapi target terapi adalah perilaku pasien. e. Terapi kejang listrik (ECT) Terapi kejang listrik atau electronic convulsive therapy (ECT) adalah bentuk terapi yang diberikan kepada pasien dengan menimbulkan kejang dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempatkan di pelipis pasien. Terapi ini awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah setiap 2-3 kali sehari dalam seminggu (seminggu 2 kali).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan a. Identitas 1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan dibicarakan. 2) Usia dan No. Rekam Medik. b. Alasan Masuk Biasanya alasan utama pasien untuk masuk ke rumah sakit yaitu pasien sering mengungkapkan kalimat yang bernada ancaman, kata-kata kasar, ungkapan ingin memukul serta memecahkan perabotan rumah tangga. Pada saat berbicara wajah pasien terlihat memerah dan tegang, pandangan mata tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan. Biasanya tindakan keluarga pada saat itu yaitu dengan mengurung pasien atau memasung pasien. Tindakan yang dilakukan keluarga tidak dapat merubah kondisi ataupun perilaku pasien c. Faktor Predisposisi Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan sebelumnya pernah mendapat perawatan di rumah sakit. Pengobatan yang dilakukan masih meninggalkan gejala sisa, sehingga pasien kurang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Biasanya gejala sisa timbul merupakan

akibat

trauma

yang

dialami

pasien

berupa

penganiayaan fisik, kekerasan di dalam keluarga atau lingkungan, tindakan kriminal yang pernah disaksikan, dialami ataupun melakukan kekerasan tersebut. d. Pemeriksaan Fisik Biasanya saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah meningkat, nadi cepat, pernafasan akan cepat

ketika pasien marah, mata merah, mata melotot, pandangan mata tajam, otot tegang, suara tinggi, nada yang mengancam, kasar dan kata-kata kotor, tangan menggepal, rahang mengatup serta postur tubuh yang kaku. e. Psiokososial 1) Genogram Biasanya menggambarkan tentang garis keturunan keluarga pasien, apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh pasien. 2) Konsep diri a) Citra tubuh Biasanya tidak ada keluhan mengenai persepsi pasien terhadap tubuhnya, seperti bagian tubuh yang tidak disukai. b) Identitas diri Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan merupakan anggota dari masyarakat dan keluarga. Tetapi karena pasien mengalami gangguan jiwa dengan perilaku kekerasan maka interaksi antara pasien dengan keluarga maupun masyarakat tidak efektif sehingga pasien tidak merasa puas akan status ataupun posisi pasien sebagai anggota keluarga dan masyarakat. c) Peran diri Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang dapat melakukan peran dan tugasnya dengan baik sebagai anggota keluarga dalam masyarakat. d) Ideal diri Biasanya

pasien

diperlakukan

dengan

dengan

baik

perilaku oleh

kekerasan keluarga

ingin ataupun

masyarakat sehingga pasien dapat melakukan perannya sebagai anggota keluarga atau anggota masyarakat dengan baik. e) Harga diri

Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa dikucilkan di lingkungan sekitarnya. f. Hubungan social Biasanya pasien dekat dengan kedua orang tuanya terutama dengan ibunya. Karena pasien sering marah-marah, bicara kasar, melempar atau memukul orang lain, sehingga pasien tidak pernah berkunjung ke rumah tetangga dan pasien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. g. Spiritual 1) Nilai keyakinan Biasanya pasien meyakini agama yang dianutnya dengan melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya. 2) Kegiatan ibadah Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang (jarang) melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya. h. Status mental Penampilan ,biasanya pasien berpenampilan kurang rapi, rambut acak-acakan, mulut dan gigi kotor, badan pasien bau. i. Pembicaraan Biasanya pasien berbicara cepat dengan rasa marah, nada tinggi, dan berteriak (menggebu-gebu). j. Aktivitas Motorik Biasanya pasien terlihat gelisah, berjalan mondar-mandir dengan tangan yang mengepal dan graham yang mengatup, mata yang merah dan melotot. k. Alam Perasaan Biasanya pasien merasakan sedih, putus asa, gembira yang berlebihan dengan penyebab marah yang tidak diketahui. l. Afek Biasanya pasien mengalami perubahan roman muka jika diberikan stimulus yang menyenangkan dan biasanya pasien mudah labil

dengan emosi yang cepat berubah. Pasien juga akan bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat. m. Interaksi selama wawancara Biasanya pasien memperlihatkan perilaku yang tidak kooperatif, bermusuhan, serta mudah tersinggung, kontak mata yang tajam serta pandangan yang melotot. Pasien juga akan berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya. n. Persepsi Biasanya pasien mendengar, melihat, meraba, mengecap sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui dan tidak nyata.

o. Proses atau Arus Pikir Biasanya pasien berbicara dengan blocking yaitu pembicaraan yang terhenti tiba-tiba dikarenakan emosi yang meningkat tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali. p. Isi Pikir Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki phobia atau ketakutan patologis atau tidak logis terhadap objek atau situasi tertentu. q. Tingkat Kesadaran Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tingkat kesadarannya yaitu stupor dengan gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh pasien dalam sikap yang canggung serta pasien terlihat kacau. r. Memori Biasanya klien dengan perilaku kekerasan memiliki memori yang konfabulasi yaitu pembicaraan yang tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan yang dialaminya. s. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan tidak mampu berkonsentrasi,

pasien

selalu

meminta

agar

pernyataan

diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan. Biasanya pasien pernah menduduki dunia pendidikan, tidak memiliki masalah dalam berhitung (penambahan maupun pengurangan). t. Kemampuan penilaian Biasanya pasien memiliki kemampuan penilaian yang baik, seperti jika disuruh untuk memilih mana yang baik antara makan atau mandi terlebih dahulu, maka ia akan menjawab mandi terlebih dahulu. u. Daya tilik diri Biasanya pasien menyadari bahwa ia berada dalam masa pengobatan untuk mengendalikan emosinya yang labil. v. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Makan Biasanya pasien makan 3x sehari dengan porsi (daging, lauk pauk, nasi, sayur, buah). 2) BAB/BAK Biasanya pasien menggunakan toilet yang disediakan untuk BAB/BAK dan membersihkannya kembali. 3) Mandi Biasanya pasien mandi 2x sehari dan membersihkan rambut 1x2 hari. Ketika mandi pasien tidak lupa untuk menggosok gigi. 4) Berpakaian Biasanya pasien mengganti pakaiannya setiap selesai mandi dengan menggunakan pakaian yang bersih. 5) Istirahat dan tidur Biasanya pasien tidur siang lebih kurang 1 sampai 2 jam, tidur malam lebih kurang 8 sampai 9 jam. Persiapan pasien sebelum tidur cuci kaki, tangan dan gosok gigi. 6) Penggunaan obat

Biasanya pasien minum obat 3x sehari dengan obat oral. Reaksi obat pasien dapat tenang dan tidur. 7) Pemeliharaan kesehatan Biasanya pasien melanjutkan obat untuk terapinya dengan dukungan keluarga dan petugas kesehatan serta orang disekitarnya. 8) Kegiatan di dalam rumah Biasanya

klien

melakukan

kegiatan

sehari-hari

seperti

merapika kamar tidur, membersihkan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur kebutuhan sehari-hari. 9) Kegiatan di luar rumah Biasanya klien melakukan aktivitas diluar rumah secara mandiri

seperti

menggunakan

kendaraan

pribadi

atau

kendaraan umum jika ada kegiatan diluar rumah. w. Mekanisme Koping Biasanya

data

yang

didapat

melalui

wawancara

pada

pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi masalah: 1) Koping Adaptif a)

Bicara dengan orang lain

b)

Mampu menyelesaikan masalah

c)

Teknik relaksasi

d)

Aktifitas konstrutif

e)

Olahraga, dll. 2) Koping Maladaptif a) Minum alkohol b) Reaksi lambat/berlebihan c) Bekerja berlebihan d) Menghindar e) Mencederai diri

x. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah dengan psikososial dan lingkungannya, seperti pasien yang tidak dapat berinteraksi dengan keluarga atau masyarakat karena perilaku pasien yang membuat orang sekitarnya merasa ketakutan. y. Aspek Medik Biasanya pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat. Adapun dengan pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi contohnya Clorpromazine

HCL

yang

berguna

untuk

mengendalikan

psikomotornya. Bila tidak ada dapat digunakan dosis efektif rendah, contohnya Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga tidak maka dapat digunakan Transquilizer bukan obat anti psikotik seperti

neuroleptika,

tetapi

meskipun

demikian

keduanya

mempunyai efek anti tegang, anti cemas dan anti agitasi. z. Daftar Masalah Keperawatan 1) Resiko Perilaku Kekerasan 2) Resiko tinggi cidera 3) Defisit perawatan diri 4) Hambatan komunikasi 5) Gangguan proses piker 6) Hambatan interaksi social 7) Gangguan identitas diri 8) Distres spiritual 2. Diagnosa a. Pohon Masalah Perilaku Kekerasan Menurut Prabowo Eko (2014) :

Core Problem

Harga Diri Rendah

b. Diagnosa Keperawatan 1) Perilaku Kekerasan 2) Resiko Bunuh Diri 3) Harga Diri Rendah

3. Tindakan Keperawatan Perilaku Kekerasan

Berdasarkan

Nursing

Interventions

Classification

&

Nursing

Outcomes Classification (2016) :

MASALAH KEPERAWATAN Resiko Perilaku Kekerasan Internal

NOC

NIC

Outcome untuk MANAJEMEN PERILAKU : mengukur dan menilai 1. Tentukan motif atau alasan kejadian aktual : tingkah laku 1. Menahan diri dari 2. Kembangkan harapan tingkah perilaku kekerasan laku yang tepat dan 2. Menahan diri dari konsekuensinya, berikan agresifitas pasien tingkat fungsi kognitif 3. Menahan diri dari dan kapasitas untuk kemarahan mengontrol diri Outcome yang 3. Komunikasikan tingkah laku Berhubungan dengan yang diharapkan dari pasien Faktor Resiko : dan konsekuensinya bagi 1. Penghentian pasien terhadap kekerasan 4. Pindahkan barang berbahaya 2. Perlindungan dari lingkungan sekitar pasien terhadap kekerasan 5. Berikan pengekangan atau 3. Pemulihan terhadap pembebat dengan cara yang kekerasan: emosi tepat untuk membatasi 4. Pemulihan terhadap pergerakan dan kemampuan kekerasan: fisik untuk mulai menyakiti diri 5. Pemulihan terhadap sendiri

kekerasan: seksual 6. Tingkat agitasi 7. Perilaku penghentian kekerasan 8. Kognisi 9. Tingkat delerium 10. Tingkat dimensia 11. Kontrol diri terhadap distorsi pemikiran 12. Perilaku penghentian penyalahgunaan obat terlarang 13. Tingkat hiperaktifitas 14. Kontrol terhadap impuls 15. Status Neourologi 16. Kontrol resiko 17. Kontrol resiko: penggunaan obat 18. Kontrol resiko: penggunaan alkohol 19. Deteksi resiko 20. Tingkat stress 21. Menahan diri dari bunuh diri 22. Resolusi rasa bersalah 23. Harapan 24. Identitas 25. Fungsi keluarga 26. Integritas keluarga 27. Kesadaran diri 28. Fungsi seksual 29. Identitas seksual 30. Keterampilan interaksi sosial 31. Keterlibatan sosial 32. Dukungan sosial 33. Keinginan untuk hidup 34. Menahan diri dari kemarahan 35. Kesejahteraan

6. Sediakan terus menerus pengecekan terhadap pasien dan lingkungannya 7. Komunikasikan resiko kepada petugas kesehatan lain 8. Instruksikan pasien untuk melakukan strategi koping dengan cara yang tepat 9. Antisipasi situasi pemicu yang mungkin membuat pasien menyakiti diri dan lakukan pencegahan 10. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi dan atau perasaan yang mungkin memicu perilaku menyakiti diri 11. Lakukan kontrak dengan pasien untuk tidak menyakiti dir, dengan cara yang tepat 12. Dukung pasien untuk mencari penyedia perawatan dan membicarakan dengan penyedia perawatan saat kejadian menyakiti diri terjadi 13. Ajarkan dan kuatkan pasien untuk melakukan tingkah laku koping yang efektif dan untuk mengekspresikan perasaan dengan cara yang tepat 14. Berikan pengobatan, dengan cara yang tepat, untuk menurunkan cemas, menstabilkan alam perasaan/mood, dan menurunkan stimulasi diri 15. Gunakan pendekatan yang tenang dan tidak menghukum pada saat menghadapi perilaku menyakiti diri 16. Hindari memberikan penguatan positif pada perilaku menyakiti yang dilakukan pasien 17. Sebelumnya menetapkan

pribadi 36. Kualitas hidup

konsekuensi apabila pasien masih melakukan tingkah laku menyakiti diri 18. Tempatkan pasien pada lingkungan yang lebih terlindungi misalnya area terbatas atau seklusi jika impuls menyakiti diri/tingkah laku menyakiti diri muncul 19. Bantu pasien, dengan cara yang tepat, untuk mengetahui tingkat fungsi kognitifnya dalam rangka mengidentifikasi dan mengansumsikan tanggung jawab terhadap konsekuensi dari perilaku yang dilakukan 20. Bantu pasien untuk mengidentifikasi koping strategi yang lebih tepat yang dapat digunakan dan bagaimana konsekuensinya 21. Monitor pasien terkait dengan efek samping pengobatan dan hasil yang diinginkan 22. Sediakan pendidikan pengobatan untuk pasien atau standar operasional 23. Sediakan petunjuk bagaimana jika tingkah laku menyakiti diri terjadi diluar lingkungan perawatan bagi keluarga diri sendiri dan orang lain 24. Monitor pasien untuk adanya impuls menyakiti diri yang mungkin memburuk menjadi pikiran atau sikap bunuh diri

Menurut Badan PPSDM, (2013) tindakan keperawatan perilaku kekerasan pada pasien dan keluarga yaitu: A. Diagnosa Perilaku Kekerasan a. Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada pasien 1) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada pasien:

Mengidentifikasi

perilaku

kekerasan,

dan

melatih

cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2. a) Membina hubungan saling percaya. b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2. c) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik 1 & 2. 2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada pasien Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat (6 benar) a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2. b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat (6 benar). c) Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. d) Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat (6 benar) 3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada pasien Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal yaitu: mengungkapkan, cara meminta, dan menolak dengan benar. a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2 dan minum obat (6 benar) b) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar. c) Berikan pujian setelah melakukan kegiatan. d) Tanyakan bagaiaman perasaan klien setelah melakukan kegiatan.

e) Masukkan pada jadwal kegiatan harian

mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara verbal. 4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 4 pada pasien Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual (2 kegiatan) a) Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2, minum obat (6 benar), dan cara verbal. b) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan) c) Berikan pujian setelah klien melakukan kegiatan. d) Tanya perasaan klien setelah melakukan kegiatan. e) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.

b. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada keluarga 1) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 1 pada keluarga a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala beserta proses terjadinya perilau kekerasan. c) Menjelaskan cara merawat perilaku kekerasan. d) Melatih salah satu cara merawat perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2. e) Anjurkan keluarga membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian. 2) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 2 pada keluarga a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta merawat dan melatih pasien fisik 1 & 2. b) Beri pujian pada keluarga.

c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara memberikan obat (6 benar). d) Anjurkan keluarga membantu pasien dalam memberikan obat (6 benar) sesuai jadwal. 3) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan 3 pada keluarga a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, dan minum obat (6 benar). b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga. c) Menjelaskan dan melatih keluarga cara membimbing pasien perilaku kekerasan dengan cara verbal (mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik). d) Anjurkan keluarga melatih pasien dengan cara verbal sesuai jadwal. 4) Strategi pelaksanaan (SP) pertemuan ke 4 pada keluarga a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi serta merawat, melatih pasien fisik 1 & 2, minum obat (6 benar), dan cara verbal. b) Beri pujian atas upaya yang telah dilakukan keluarga. c) Jelaskan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, tanda kambuh, dan rujuk pasien segera. d) Anjurkan keluarga membantu pasien melakukan kegiatan sesuai jadwal dan berikan pujian.

B. Diagnosa Harga Diri Rendah a.

Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada pasien 1) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada pasien : Pengkajian dan latihan kegiatan pertama a) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain,

harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi b) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif paasien ( buat daftar kegiatan) c) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan) d) Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini e) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih f) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan nya) g) Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal kegiatan untuk latihan 2) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada pasien : Latihan kegiatan kedua a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah b) Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama d) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih e) Latih kegiatan kedua (alat dan cara) f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan 3) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada pasien : Latihan kegiatan ketiga a) Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian c) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua d) Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih e) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) f) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan 4) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada pasien :

Latih kegiatan keempat a)

Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah

b) Validasi kemampuan melakukan kegiatan ertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian c)

Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga

d) Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih e)

Latih kegiatan keempat (alat dan cara)

f)

Masukkan padajadwal

kegiatan untuk latihan empat

kegiatan

b. Tindakan Keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP) pada keluarga 1) Strategi pelaksanaan pertemuan 1 pada keluarga : Mengenal masalah harga diri rendah dan latihan cara merawat melatih kegiatan pertama a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien harga diri rendah, jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya, dan akibat harga diri rendah b) Berikan pujian terhadap semua hal positif yang dimilik pasien c) Latih keluarga memberi tanggung jawab kegiatan yang dipilih pasien , bimbing memberikan bantuan pada pasien d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian 2) Strategi pelaksanaan pertemuan 2 pada keluarga : Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan kedua a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien

d) Anjurkan

membantu

pasien

sesuai

jadwal

dan

memberikan pujian 3) Strategi pelaksanaan pertemuan 3 pada keluarga : Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan ketiga a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien d) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian 4) Strategi pelaksanaan pertemuan 4 pada keluarga : Latihan cara merawat dan membimbing melakukan kegiatan keempat a) Evaluasi kemampuan keluarga mengidentifikasi gejala harga diri rendah. b) Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. c) Evaluasi manfaat yang dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian, bersama keluarga melatih pasien dalam melakukan kegiatan keempat yang dipilih pasien. d) Jelaskan follow up ke puskesmas, tanda kambuh dan rujukan e) Anjurkan

membantu

pasien

sesuai

jadwal

dan

memberikan pujian.

4. Implementasi Keperawatan Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan utnuk menciptakan saling percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan teknik, psikomotor, kemampuan

melakukan observasi sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan evaluasi.

5. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkerlanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir. (S) merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat dikur dengan menanyakan “ bagaimana persaan ibuk setelah latihan fisik nafas dalam ?” , (O) merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat di ukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. (A) merupakan analisis ulang atas data subjektif atau objektif utnuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data kontra indikasi dengan maslah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dan tujuan. (P) merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.

Menurut Badan PPSDM (2013), evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk pasien dan keluarga perilaku kekerasan adalah sebagai berikut: a. Pasien mampu 1) Menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang dilakukan, dan akibat dari perilaku kekerasan. 2) Mengontrol perilaku kekerasan sesuai jadwal: a) Secara fisik: Tarik nafas dalam dan pukul bantal/kasur. b) Terapi psikofarmaka: minum obat (6 benar).

c) Secara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik. d) Secara spiritual. 3) Mengidentifikasi manfaat latihan yang dilakukan dalam mencegah perilaku kekerasan. b. Keluarga mampu 1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat perilaku kekerasan (pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya perilaku kekerasan). 2) Mencegah terjadinya perilaku kekerasan. 3) Menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien. 4) Memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku kekerasa. 5) Menciptakan

suasana

keluarga

dan

lingkungan

yang

mendukung pasien dalam mengontrol perilaku kekerasan. 6) Mengevaluasi manfaat asuhan keperawatan dalam mencegah perilaku kekerasan pasien. 7) Melakukan follow up ke pelayanan kesehatan masyarakat, mengenal tanda kambuh, dan melakukan rujukan.

6. Dokumentasi Menurut Rusdi (2013), dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Peneltian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu studi kasus.

Penelitian

ini

diarahkan

untuk

mendeskripsikan

atau

menggambarkan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan diruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Penelitian dilakukan pada bulan Januari s/d Juni 2017.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien skizofrenia yang didiagnosa mengalami perilaku kekerasan pada bulan Mei 2017 di ruangan merpati RSJ. Prof. HB Sa’anin Padang sebanyak 39 orang.

2. Sampel Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel penelitian ini adalah pasien perilaku kekerasan yang berada diruangan merpati RSJ. Prof. HB Sa’anin Padang pada tanggal 21 s/d 30 Mei tahun 2017. Pengambilan sampel dilakukan secara accidential yaitu pasien yang sedang dirawat dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan saat dilakukan

penelitian. Sampel yang diambil adalah 2 orang pasien dari jumlah total populasi 39 orang. Dari 39 sampel yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel adalah sebanyak 22 orang, yang bersedia menjadi responden sebanyak 15 orang sampel. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara pengambilan lot nama - nama pasien dan didapatkan 2 orang sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi 1) Klien bersedia menjadi responden 2) Klien yang sudah kooperatif dan sudah bisa berkomunikasi verbal dengan cukup baik b. Kriteria eksklusi 1) Klien mengundurkan diri sebelum proses wawancara selesai 2) Klien gangguan jiwa berat yang mengalami cacat fisik yang dapat mengganggu proses penelitian

D. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah format pengkajian keperawatan,

diagnosa

keperawatan,

perencananaan

keperawatan,

implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensimeter, stetoskop, termometer. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara dan studi dokumentasi. 1. Format pengkajian keperawatan terdiri dari: identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, genogram, konsep diri, dan program pengobatan. 2. Format analisa data terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, data, masalah, dan etiologi (pohon masalah). 3. Format diagnosa keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik,

diagnosa keperawatan, tanggal dan paraf ditemukannya

masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkannya masalah.

4. Format rencana asuhan keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, diagnosa keperawatan, intervensi. 5. Format implementasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi keperawatan. 6. Format evaluasi keperawatan terdiri dari: nama pasien, nomor rekam medik, hari dan tanggal, diagnosa keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang mengevaluasi tindakan keperawatan.

E. Jenis dan Pengumpulan Data 1. Jenis Data a. Data Primer Data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dari

responden berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Data primer pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi secara langsung dengan responden. b. Data Sekunder Data pasien perilaku kekerasan yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

2. Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi langsung, wawancara dan studi dokumentasi.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang

dilakukan oleh peneliti adalah: a. Peneliti meminta izin penelitian dari institusi asal peneliti yaitu Poltekkes Kemenkes Padang. b. Meminta surat rekomendasi ke Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang c. Meminta izin ke Kepala Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang d. Meminta izin ke Kepala Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang

e. Melakukan pemilihan sampel dengan mencatat jumlah pasien yang sedang dirawat di ruangan merpati didapatkan 39 orang. Memilih sampel sesuai dengan kriteria didapatkan 22 orang, yang bersedia menjadi responden sebanyak 15 orang. Dilakukan random sampling dan didapatkan 2 orang pasien. f. Mendatangi responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian i. Informed Consent diberikan kepada responden dan keluarga j. Responden menandatangani Informed Consent, peneliti meminta waktu responden untuk melakukan asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian sampai evaluasi dan dokumentasi.

F. Analisis Data Analisis terhadap proses keperawatan yang dilakukan peneliti pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan. Data yang ditemukan saat pengkajian dikelompokan dan dianalisis berdasarkan data subjektif dan objektif, sehingga dapat dirumuskan diagnosa keperawatan, kemudian menyusun rencana keperawatan serta melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan. Analisis selanjutnya akan membandingkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 lalu dibandingkan dengan teori yang sudah ada.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN Tabel 4.1 Deskripsi penelitian Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang tahun 2017 Pengkajian Keperawatan Identitas pasien

Alasan masuk

Partisipan 1

Partisipan 2

Tn. J, laki – laki berumur 38 tahun, suku pasien adalah

Tn. I

laki-laki berumur 24 tahun, suku pasien adalah

minang. Pasien beragama islam pendidikan terakhir adalah

minang. Pasien beragama islam pendidikan terakhir adalah

SMP. Pasien tinggal di kampung tangah bayang Pesisir

SMA. Pasien tinggal di lubuk aur bayang Pesisir Selatan

Selatan. Pasien dirawat sejak tanggal 15 Mei 2017 Sumber

tinggal dirumah bersama orang tua nya. Pasien dirawat

data pengkajian ini adalah pasien, petugas di ruangan

sejak tanggal 7 Mei 2017 Sumber data pengkajian ini

merpati, dan status pasien. Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang

adalah pasien, petugas ruangan merpati, dan status pasien. Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada

Pada tanggal 15 Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang

tanggal 7 Mei 2017. Pasien diantar untuk yang kelima

kedua kalinya. Pasien sudah pernah dirawat terakhir 5

kalinya dengan keluhan, meninju kaca rumahnya, memukul

tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau

orang tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat, bicara dan

meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum

tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi NAPZA sebelum

dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan

dirawat. Terakhir dirawat yaitu pada bulan September 2016.

tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab, bicara-bicara sendiri,

banyak

menghancurkan

Keluhan utama

bermenung, barang-barang

kurang yang

tidur, ada

Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2011.

dan

didalam

rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi alkohol. Pasien mengeluhkan bingung ingin melakukan kegiatan

Pasien mengeluhkan ia tidak bisa mengontrol cara bicara

apa diruangan, klien senang berbicara dengan dirinya

nya yang

sendiri, merasa kesal apabila ada keributan selama

pasien membentak teman nya yg ada diruangan, pasien

diruangan, pasien juga mengatakan susah berinteraksi

mengaku selama di rawat sejak tanggal

dengan teman-teman diruangan karna pasien marah apabila

Pandangan mata pasien tajam dan pasien tampak banyak

perkataan nya tidak di dengarkan. Pandangan mata pasien

bicara. Pasien mengeluhkan ingin segera pulang dan cepat

tajam, pasien mengatakan lebih senang berbicara dengan

sembuh.

kasar

terhadap orang lain, kadang-kadang

7 Mei 2017.

perawat atau dokter di ruangan. Klien mengatakan lebih

Faktor Predisposisi

senang sendiri. 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu :

1. Pernah Mengalami gangguan jiwa di masa lalu :

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun

Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2011 dengan

2012 dengan alasan berbicara dan tertawa sendiri serta

alasan memukul orang tuanya dan menghancurkan

menghancurkan barang-barang dirumahnya. pasien

barang-barang yang ada disekitarnya. Terakhir dirawat

mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya,

sejak September 2016. Pasien dirawat untuk kelima

sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan

kalinya dengan keluhan yang hampir sama yaitu

dia sudah tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di

memukul orang tuanya. Pasien diantar keluarga ke IGD

rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang yaitu pada tahun

RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 7 Mei 2017

2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ

untuk mendapatkan perawatan. Dari pengakuan pasien

Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017

dan keluarga bahwa pasien mengkonsumsi NAPZA

dengan keluhan yang hampir sama. 2. Pengobatan Sebelumnya :

seperti sabu-sabu, ganja, dan berbentuk pil.

2. Pengobatan Sebelumnya :

Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu

Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama dua

bulan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang sekitar 5 tahun

minggu di RSJ. Prof HB Saanin Padang sekitar 8 bulan

yang lalu. Setelah keluar dari RSJ Prof. HB Saanin

yang lalu. Setelah keluar dari RSJ Prof. HB Saanin

Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol di

Padang pasien kontrol ditemani kakak nya dan pasien

awasi oleh keluarga`

teratur minum obat di awasi keluarga.

3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan :

3. Trauma dan masa lalu yang tidak menyenangkan :

Pasien mengatakan ketika dirawat beberapa tahun

Pasien mengatakan dirinya pernah menjadi pelaku

yang lalu karena putus dari pekerjaan nya, pasien

tindak kekerasan, pasien memukul orang tua nya

bekerja sebagai petani dikampungnya, oleh karena

jika pasien tidak diberi uang saat diminta. Pasien

itu pasien merasa bingung dan tidak tau harus

juga pernah mengalami aniaya fisik oleh kakak nya

bagaimana membiayai keluarga nya yang mengarah

saat masih SMA ketika pasien ketahuan mabuk

pada konsumsi alkohol karna diajak teman-teman

bersama teman-teman di dekat rumahnya. Pasien

nya. Pasien mengatakan tidak pernah menjadi

tidak pernah menjadi pelaku aniaya seksual. Pasien

korban aniaya fisik maupun seksual.

mengatakan tidak mau dirawat lagi karna dia merasa malu dikampungnya dan jadi bahan pembicaraan serta dikucilkan dari pergaulan

4. Riwayat Penggunaan NAPZA :

4. Riwayat Konsumsi NAPZA dan Alkohol : Pasien mengatakan lebih sering mengkonsumsi

Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi sabu-

alkohol apabila tidak ada hal yang bisa dikerjakan

sabu, ganja, dan pil dalam jumlah banyak. Pasien

nya,

memiliki

mulai mengkonsumsi NAPZA ketika masih kuliah,

pekerjaan. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani

pasien diajak oleh teman-teman nya. Sejak saat itu

dan pengasah batu. Sehabis mabuk bersama teman-

pasien mulai sering mengkonsumsi nya dan jika

teman nya pasien mengatakan tidak tau dengan

pasien tidak dapat minta kiriman uang dari orang

dirinya nya lagi atau dirinya menjadi dua, pasien

tua nya pasien sering marah-marah tidak jelas.

seperti berbicara dengan dirinya yang lain. Oleh

Pasien mengkonsumsi hampir setiap hari terutama

karna itu pasien mengatakan tidak pernah sadar jika

ganja.

apalagi

ketika

pasien

tidak

pasien mengamuk dirumah. Pasien mengatakan menyesal sudah kecanduan alkohol dan ingin segera berubah. Pemeriksaan fisik

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn.J didapatkan

Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada Tn. I di dapatkan

hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/80 mmHg,

hasil tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg,

nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,60C, dan pernapasan 18 x/i.

nadi 81 x/I, suhu tubuh 36,80C, dan pernapasan 19 x/i.

Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 168 cm, dan

Hasil pengukuran tinggi badan didapatkan 165 cm, dan

berat badan 60 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan

berat badan 62 kg. Pasien tidak ada merasakan keluhan

fisik saat ini.

fisik saat ini.

Psikososial

1. Genogram

1. Genogram

Pasien Tn.J (38 tahun) merupakan anak ketiga dari

Tn.I adalah anak bungsu atau terakhir dari delapan

empat orang bersaudara. Ayah pasien sudah meninggal

orang bersaudara. Dari delapan orang 6 orang adalah

dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah

laki-laki dan 2 orang perempuan. Klien lebih dekat

dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua

dengan kedua orang tua nya dan kakak nya anak ke 6

pasien memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul

yang sekarang menjadi polisi. Sejak satu tahun yang

dengan siapa saja. Kakak dan adik klien tidak ada yang

lalu pasien tinggal dengan kakak nya anak ke 6 karna

mengalami gangguan jiwa, anggota keluarga yang lain

orang tua pasien tidak sanggup mengasuh pasien karna

juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.

sudah sering memukul kedua orang tua nya. Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah mengalami gangguan jiwa. Kakak dan orang tua pasien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. 2. Konsep Diri :

2. Konsep Diri : Pasien mangatakan menyukai semua anggota tubuh

Pasien mengatakan bahwa tubuhnya merasa kuat.

nya. Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya

Pasien tidak terlalu mempermasalahkan bentuk dan

sebagai kepala keluarga dan anak dari kedua orang

struktur tubuhnya. Pasien menganggap dirinya biasa

tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak

saja. Pasien mengatakan ia belum puas sebagai seorang

berguna

setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan orang

anak

karna

tuanya, pasien ingin segera berubah dari masa lalu nya

mengatakan dirinya tidak mempunyai peran apapun di

dan segera bertemu keluarganya. Pasien merasa belum

masyarakat. Pasien ingin cepat sembuh dan segera

maksimal dalam membiayai istri dan anak-anak nya.

kembali

ke

selalu

rumah.

membuat

Pasien

masalah.

mengatakan

Pasien

merasa

Pasien merasa lebih senang sendiri, berinteraksi dengan orang jika hal-hal yang penting saja. 3. Status Mental :

dikucilkan di kampung nya oleh masyarakat sekitar. 3. Status Mental :

Penampilan pasien cukup rapi. Pasien berbicara dengan

Penampilan pasien cukup rapi. Pasien terlihat banyak

tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan yang

bicara

diberikan. Pasien melakukan aktivitas mandiri seperti

pertanyaan yang diberikan. Pasien melakukan aktivita

mandi, makan, beribadah, kadang-kadang menyapu.

mandiri seperti makan, mandi, berolahraga tiap pagi.

Saat ini pasien merasa tenang tapi jarang bersosialisasi

Saat ini pasien merasa gelisah dan banyak bicara. Isi

dengan teman satu ruangan nya. Isi pikir pasien ingin

pikir pasien ingin cepat sembuh dan segera pulang.

cepat sembuh dan segera pulang. Persepsi pasien

Persepi pasien ketika mengkonsumi napza ia lupa diri

mengatakan bahwa ada dirinya yang lain. Pasien

dan segala hal. Pasien mengetahui orientasi waktu,

mengetahui orientasi waktu, tempat dan orang. Pasien

tempat, dan orang. Pasien bisa mengingat kejadian di

bisa mengingat kejadian di masa lalu. Pasien mengakui

masa lalu. Pasien mengakui penyakit yang sedang

penyakit yang sedang dideritanya. Afek pasien tumpul

dideritanya. Afek pasien luas karena pasien mampu

karena ekspresi perasaan berkurang. 4. Aktifitas dan latihan :

tetapi

pasien

mampu

menjawab

semua

mengekspresikan semua perasaan nya. 4. Aktifitas dan latihan :

Pasien mampu makan dengan mandiri dan mampu

Pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri.

menghabiskan makanannya, makan 3x sehari. Pasien

Pasien makan 3x sehari sesuai jadwal makan di rumah

mampu BAB dan BAK tanpa bantuan perawat. Pasien

sakit. Pasien mampu BAB dan BAK tanpa bantuan

dapat mandi secara mandiri, mandi 2x sehari pagi dan

perawat. Pasien bisa mandi sendiri 2x seari pagi dan

sore hari serta mengganti pakaiannya sehabis mandi,

sore serta mengganti pakaian nya sehabis mandi, pasien

pasien memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien

memakai pakaiannya dengan rapi. Pasien mengatakan

mengatakan istirahat/tidur siang kadang-kadang saja,

istirahat/tidur siang 3 jam paling lama, tidur malam

tidur malam lebih kurang 6-8 jam. Pasien saat ini

lebih kurang 8-9 jam. Saat ini pasien mengkonsumsi

mengkonsumsi obat yang diberikan dari rumah sakit.

obat yang diberikan rumah sakit. Pasien mau minum

Pasien minum obat di awasi oleh perawat. Pasien

obat dalam pengawasan perawat. Pasien biasanya

biasanya sholat tetapi tidak 5 waktu. Pasien biasanya

mengikuti

melakukan senam tiap pagi, terapi aktivitas kelompok. 5. Mekanisme koping dan masalah psikosial :

kegiatan

diruangan

seperti

senam,

penyuluhan, terapi aktivitas kelompok. 5. Mekanisme koping dan masalah psikososial :

Pasien mampu berbicara dengan orang lain tapi jarang

Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain. Pasien

melakukan nya. Pasien tampak banyak bermenung dan

tampak lebih banyak bicara, gelisah, dan bingung.

menyendiri. Pasien mampu menyelesaikan masalah nya

Pasien tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri

sendiri selama ada diruangan. Pasien memiliki masalah

selama ada diruangan. Pasien mempunyai masalah

dengan pekerjaan, masalah ekonomi, dan masalah

berhubungan dengan lingkungan, dan masyarakat di

berhubungan dengan lingkungan. Pasien melampiaskan

lingkungan rumahnya. Pasien melampiaskan marah

marah pada objek lain jadi koping yang digunakan

pada objek lain jadi koping yang digunakan pasien

pasien adalah sublimasi. 6. Aspek medik :

adalah sublimasi. 6. Aspek medik :

Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki

Pasien di diagnosa skizofreni. Skizorenia memiliki

karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah

karakteristik dengan gejala positif dan negatif. Salah

satu gelaja positif skizofrenia adalah perilaku kekerasan,

satu

pada kasus ini ditemukan gejala tersebut pada Tn. J.

kekerasan, pada kasus ini ditemukan gejala tersebut

gelaja

positif

skizofrenia

adalah

perilaku

Rumusan Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Terapi medis yang diberikan pada pasien saat ini adalah

pada Tn. J. Terapi medis yang diberikan pada pasien

ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x1 mg, dan merlopam

saat ini adalah ladomer 5 mg (IM), risperidon 2x2 mg,

1x1 mg. Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan

dan merlopam 1x2 mg. Sesuai dengan analisa data terlampir di dapatkan rumusan

diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku

diagnosa keperawatan prioritas pertama adalah perilaku

kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan

kekerasan, sedangkan prioritas kedua adalah halusinasi, dan

diagnosa prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Berdasarkan

diagnosa prioritas ketiga adalah harga diri rendah.

pohon masalah perilaku kekerasan sebagai core problem,

Berdasarkan pohon masalah perilaku kekerasan sebagai

halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai

core problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri

akibat. Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi

rendah sebagai akibat. Penulis membuat rencana keperawatan dengan strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan

kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing

kepada pasien, 4 strategi pelaksanaan pada masing-masing

diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi,

diagnosa keperawatan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi,

dan iolasi sosial. Perawat melatih pasien secara bertahap

dan harga diri rendah. Perawat melatih pasien secara

dan membangun hubungan saling percaya diantara perawat

bertahap dan membangun hubungan saling percaya diantara

dan

terlampir,

perawat dan pasien. Dari rencana keperawatan terlampir,

direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari

direncanakan akan dilakukan selama 9 hari dimulai dari

tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017.

tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan tanggal 30 Mei 2017.

Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti

Pasien juga mengikuti TAK diruangan dan mengikuti

serangkaian acara penyuluhan selama dirawat. Selama

penyuluhan selama dirawat. Selama pasien dirawat tidak

pasien.

Dari

rencana

keperawatan

Tindakan Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

pasien dirawat tidak ada kunjungan yang dilakukan oleh

ada kunjungan yang dilakukan oleh keluarga, oleh sebab itu

keluarga, oleh sebab itu strategi pelaksanaan kepada

strategi pelaksanaan kepada keluarga tidak dapat dilakukan.

keluarga tidak dapat di lakukan. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan

tindakan keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan

yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria

yang telah dilakukan oleh penulis sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan

yang telah ditetapkan dengan membuat strategi pelaksanaan

tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa

tindakan keperawatan pada pasien Implementasi diagnosa

keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22

keperawatan perilaku kekerasan dilakukan dari tanggal 22

Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan

Mei 2017 s/d tangga 24 Mei 2017. Penulis juga melakukan

implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua

implementasi pada diagnosa keperawatan prioritas kedua

halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang

halusinasi. Implementasi dilakukan sesuai dengan yang

dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei

dengan rencana yang telah dibuat yaitu dari tanggal 25 Mei

2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa

2017 s/d 27 Mei 2017. Implementasi pada diagnosa

keperawatan isolasi sosial dilakukan tanggal 28 Mei 2017

keperawatan harga diri rendah dilakukan tanggal 28 Mei

s/d tanggal 30 Mei 2017. Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan

2017 s/d tanggal 30 Mei 2017. Evaluasi dilakukan setiap selesai tindakan keperawatan

pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa

pada pasien. Evaluasi dilakukan pada ketiga diagnosa

keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan

keperawatan yang penulis angkat. Dari rencana dan

tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang

tindakan keperawatan pada tiga diagnosa keperawatan yang

telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan

telah dilakukan kepada pasien, pasien menunjukkan

kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada

kemajuan dengan melakukan latihan dengan mandiri pada

masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan

masing-masing strategi pelaksanaan. Sehingga diharapkan

penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan

penyebab dari masalah utama pasien dapat teratasi dan

tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang

tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir.

telah ditetapkan dalam evaluasi keperawatan terlampir.

B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada Tn.J (Partisipan 1) dan Tn.I (Partisipan 2) dengan Perilaku Kekerasan di ruangan merpati Rumah Sakit Jiwa Prof. HB Saanin Padang, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kenyataan yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus. Penulis juga akan membahas kesulitan yang di temukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan, dalam penyusunan asuhan keperawatan penulis melakukan suatu proses yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:

1. Pengkajian Keperawatan a. Keluhan utama Penelitian yang dilakukan pada partisipan 1 ditemukan data pasien dirawat karena tidak mau meminum obat, menghancurkan barang dirumah, marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan, berbicara dan tertawa sendiri. Sedangkan data yang ditemukan pada Partisipan 2 adalah memukul kedua orang tuanya, meninju kaca rumahnya, bicara dan tertawa sendiri, pasien gelisah dan kebingungan. Keluhan utama yang ditemukan pada kedua Partisipan sesuai dengan teori Dermawan (2013) yang menjelaskan bahwa pasien dengan perilaku kekerasan pada awalnya bisa melakukan tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Berdasarkan data yang didapatkan pada kedua partisipan sesuai dengan teori yang ada dan asumsi peneliti tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang ditemukan selama penelitian. b. Faktor predisposisi Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 1 didapatkan faktor predisposisi yang menyebabkan Partisipan 1 mengalami gangguan jiwa (perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor Psikologis seperti pasien menemui hambatan karna tidak ada nya pekerjaan yang mengakibatkan pasien mengkonsumsi alkohol yang menyebabkan pasien kehilangan kendali atas dirinya dan mengamuk, serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Dari data yang di temukan

tindakan pasien terjadi sebagai hasil akumulasi dari

frustasi. Teori ini mengatakan bahwa pengalaman marah adalah akibat dari

respon psikologis terhadap stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu menemui kegagalan atau terhambat (Badan PPSDM, 2013). Penelitian yang dilakukan pada Partisipan 2

didapatkan faktor

predisposisi yang menyebabkan Partisipan 2 mengalami gangguan jiwa (perilaku kekerasan) yaitu adanya faktor biologis seperti riwayat penggunaan NAPZA serta riwayat gangguan jiwa dimasa lalu. Riwayat penggunaan NAPZA dan riwayat gangguan jiwa di masa lalu merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa pasien saat ini (Badan PPSDM, 2013). Teori ini mengatakan bahwa kelainan struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik dapat menyebabkan skizofrenia (Muhith, 2015). Disini sudah terdapat kesesuaian antara resume kasus dengan konsep teori, serta sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Elita,dkk di Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekan Baru tahun 2010

mengatakan bahwa faktor

predisposisi yang menyebabkan pasien perilaku kekerasan adalah biologis, psikologis dan sosiokultural. Sedangkan faktor presipitasi yang ditemukan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2, meliputi stressor, keinginan yang tidak terpenuhi serta putusnya atau hilangnya pekerjaan. Namun yang menjadi penyebab utama pada kedua pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah faktor biologis, karena ditemukan riwayat penggunaan NAPZA dan stressor yang menyebabkan penggunaan alkohol dan mengamuk yang menyebabkan pasien mengalami gangguan. Berdasarkan tanda dan gejala yang ditemukan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Fitria Nita (2012) bahwa biasanya tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan dapat berupa verbal dan fisik. Salah satu gejala positif dari skizofrenia adalah perilaku kekerasan, teori ini dipaparkan oleh Stuart dan Sundeen di dalam bukunya. Tidak ditemukan adanya faktor herediter pada kedua pasien yang diteliti. Pada konsep diri kedua pasien juga sama-sama merasa ingin cepat berubah dari sikap yang telah dilakukan nya selama ini dan ingin segera sembuh untuk memperlihatkan perubahan yang mungkin akan dilakukan kepada keluarga masing-masing. Hal ini mungkin saja terjadi karena faktor herediter tidak selal muncul pada pasien gangguan jiwa khususnya perilaku kekerasan.

c. Status Mental Pada status mental terdapat beberapa perbedaan antara Partisipan 1 dan Partisipan 2 dimana afek pada Partisipan 1 adalah afek tumpul, ini terjadi karena pasien kurang mampu mengekspresikan perasaannya. Sedangkan pada Partisipan 2 afek nya luas karena semua perasaan diekspresikan penuh. Afek: adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat. Saam Zulfan, dkk (2012) Asumsi peneliti adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang peneliti temukan di lapangan. Peneliti menemukan bahwa faktor predisposisi yang menyebabkan kedua pasien Tn.J dan Tn.I gangguan jiwa adalah faktor biologis dan faktor psikologis.

2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pohon masalah

pada kedua pasien yang diteliti yaitu

Partisipan 1 dan Partisipan 2. Pada Partisipan 1 dengan Perilaku Kekerasan yaitu halusinasi

sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan

isolasi sosial sebagai akibat. Partisipan 2 dengan perilaku kekerasan sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri rendah sebagai akibat. Hal ini tidak sesuai dengan teori menurut Prabowo Eko (2014) pohon masalah pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu harga diri yang rendah sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan resiko bunuh diri sebagai akibat. Peneliti menemukan rumusan diagnosa keperawatan di kasus Partisipan 1 dengan perilaku kekerasan sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai akibat. Partisipan 2

ditemukan rumusan diagnosa

keperawatan dengan perilaku kekerasan sebagai core problem, halusinasi sebagai penyebab dan harga diri rendah sebagai akibat. Asumsi peneliti bahwa temuan pada Partisipan 2 tidak sesuai dengan teori Prabowo Eko (2014) yang menyatakan pohon masalah pada pasien dengan perilaku kekerasan yaitu harga diri yang rendah sebagai penyebab, perilaku kekerasan sebagai core problem, dan resiko bunuh diri sebagai akibat. Sementara itu prioritas diagnosa keperawatan yang pertama yaitu perilaku kekerasan. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa

perilaku kekerasan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 yaitu dengan data objektif, subjektif, dan alasan masuk Rumah Sakit Jiwa seperti pasien merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan, berbicara kasar, pandangan tajam, dan mengancam secara verbal dan fisik. Pernyataan dan respon pasien tersebut sesuai dengan teori menurut Rusdi (2013) tentang tanda dan gejala perilaku kekerasan. Prioritas kedua diagnosa keperawatan yang diambil pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 yaitu halusinasi. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa halusinasi yaitu data subjektif seperti terkadang pasien mengatakan tidak tau dengan dirinya setelah menggunakan NAPZA dan alkohol, merasa seperti dirinya ada 2 atau berbicara dengan dirinya yang lain. Temuan peneliti pada diagnosa prioritas kedua sesuai dengan teori yang dikemukakan Dermawan (2013) bahwa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan salah satunya adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi. Prioritas ketiga diagnosa keperawatan yang diambil pada kedua pasien Partisipan 1 dan Partisipan 2 terdapat perbedaan. Pada Partisipan 1 diagnosa prioritas ketiga adalah isolasi sosial. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa ini adalah berdasarkan pengakuan pasien dan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti. Pasien mengatakan bahwa dia lebih nyaman berbicara dengan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain jika ada hal yang memang perlu untuk di bicarakan atau membicarakan hal yang penting-penting saja. Pasien tampak banyak bermenung dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Partisipan 2 ditemukan rumusan diagnosa prioritas ketiga adalah harga diri rendah yang disebabkan oleh perilaku yang dilakukan pasien selama berada dirumah dan dimasyarakat. Pasien mengatakan bahwa dia merasa dikucilkan dan merasa tidak bisa membahagiakan siapapun termasuk orang tuanya. Pasien mengatakan dia sering jadi bahan pembicaraan oleh masyarakat dan ia merasa sedih, sedangkan teman-teman nya tidak ada lagi yang mau bergaul dengan dirinya karna penyakit yang dideritanya, membuatnya merasa tidak berguna dan ingin tinggal ditempat lain. Asumsi peneliti adalah terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang peneliti temukan di lapangan. Perbedaan terdapat pada penyebab dan akibat dari

perilaku kekerasan, yaitu halusinasi sebagai penyebab, isolasi sosial dan harga diri rendah sebagai akibat yang ditimbulkan. 3. Rencana Keperawatan Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi sosial dan harga diri rendah. Peneliti tidak melampirkan strategi pelaksanaan pada pasien dan keluarga pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 di perencana keperawatan. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada perilaku kekerasan terdiri dari empat yaitu, pada strategi pelaksanaan 1 pasien, perawat membina hubungan saling percaya dan perawat menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 dan 2, membantu pasien melatih cara mengontrol perilaku kekerasan. Strategi pelaksanaan 2 pasien, perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara 6 benar minum obat. Strategi pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik dan benar. Strategi pelaksaan 4 pasien, perawat melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual: beribadah, mengaji, berdzikir, berdoa. Diagnosa keperawatan prioritas kedua adalah halusinasi. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien terdiri dari empat, yaitu pertama perawat membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi, kedua perawat melatih pasien minum obat secara teratur, ketiga perawat melatih pasien mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain, keempat perawat melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal. Diagnosa keperawatan prioritas ketiga pada Partisipan 1 isolasi sosial, sedangkan pada Partisipan 2 di dapatkan diagnosa Harga diri rendah. Strategi pelaksanaan pasien Partisipan 1 diagnosa prioritas ketiga nya adalah isolasi sosial terdiri dari empat, yaitu pada strategi pelaksanaan 1 pasien, perawat membina hubungan saling percaya, membantu pasien menyadari masalah isolasi sosial, melatih bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga. Strategi pelaksanaan 2 pasien, perawat melatih pasien berinteraksi secara bertahap (pasien dengan 2 orang lain), latihan bercakap-cakap. Strategi

pelaksanaan 3 pasien, perawat melatih pasien

berinteraksi secara bertahap

(pasien dengan 4-5 orang), latihan bercakap-cakap. Strategi pelaksanaan 4 pasien, perawat mengevaluasi kemampuan berinteraksi, melatih cara bicara saat melakukan kegiatan sosial. Diagnosa keperawatan prioritas ketiga pada Partisipan 2 adalah harga diri rendah. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada pasien terdiri dari empat, yaitu pertama perawat membantu pasien memilih beberapa kegiatan yang dapat dilakukannya, pilih salah satu kegiatan yang dapat dilatih saat ini, kedua yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan kedua, latih kegiatan kedua, ketiga yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan ketiga, latih kegiatan ketiga, keempat yaitu perawat membantu pasien memilih kegiatan keempat, latih kegiatan keempat. Penyusunan rencana keperawatan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 telah sesuai dengan rencana teoritis menurut Keliat & dkk (2013).

Namun tetap

disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dapat tercapai. Penulis juga mengikuti langkah-langkah perencanaan yang telah disusun mulai dari menentukan prioritas masalah sampai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Faizah (2013) yang menyatakan bahwa perencanaan dilakukan berdasarkan teori

dan disesuaikan kembali dengan kondisi pasien demi

tercapainya tujuan penulis. Dalam perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam memprioritaskan masalah dan perencanaan tindakan keperawatan. Disini peneliti berusaha memprioritaskan masalah sesuai dengan pohon masalah yang telah ada baik itu dari penyebab maupun akibat yang muncul.

4. Tindakan Keperawatan Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Hasil penelitian pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan perilaku kekerasan terdapat beberapa tindakan keperawatan yang sudah dilakukan diantaranya: strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 halusinasi, strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 isolasi sosial untuk Partisipan 1, dan strategi pelaksanaan 1 sampai dengan 4 harga diri rendah untuk Partisipan 2. Penulis hanya berfokus kepada masalah

pasien karena strategi pelaksanaan keluarga tidak bisa dilakukan disebabkan tidak ada keluarga yang mengunjungi Partisipan 1 dan Partisipan 2. Dalam pemberian implementasi perawat juga memberikan reinforcement positif kepada pasien. Dengan itu pasien tampak lebih bersemangat dalam melakukan strategi pelaksanaan yang dilakukan. Reinforcement posistif memiliki power atau kemampuan yang jika di beri secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan akan memberikan dampak positif (Ngadiran, 2010). ). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Faizah (2013) dimana reinforcement positif dapat memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dan dapat memberikan memotivasi pada pasien. Penulis tidak menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap Partisipan 1 dan Partisipan 2, pasien kooperatif dan mau bekerjasama dengan perawat dalam pelaksanaan tindakan.

5. Evaluasi Keperawatan Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas tindakan yang diberikan. Pada teori maupun kasus dalam membuat evaluasi disusun berdasarkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai. Dimana pada kasus penulis melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 9 hari. Ketiga masalah Partisipan 1 dan Partisipan 2 dapat teratasi. Menurut Trimelia (2011), evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Evaluasi yang penulis lakukan meliputi hubungan saling percaya antara perawat dan klien tercapai ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan penulis, klien bersedia berkenalan dan menjabat tangan penulis, klien bersedia menyebutkan nama dan

nama panggilan yang disukai yaitu Tn.J (Partisipan 1) dan Tn.I

(Partisipan 2), klien bersedia menceritakan tentang masalah yang dialaminya, selain itu klien juga bersedia diajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien juga mampu memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar dan mampu melakukan nya secara mandiri. Evaluasi yang dilakukan pada Partisipan 1 pada diagnosa isolasi sosial, pasien menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan. Pasien mau berinteraksi dengan orang lain, pasien sudah mau bercakap-cakap dengan 4-5 orang atau lebih selama penulis melakukan evaluasi. Tetapi pasien masih banyak bermenung. Sedangkan hasil evaluasi pada diagnosa halusinasi Partisipan 1

menunjukkan kemajuan, pasien mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan baik dan benar serta mengetahui penyebab halusinasi yang dialaminya. Pasien mengatakan halusinasi lebih sering timbul ketika pasien mengkonsumsi alkohol dan pasien menjadi lupa diri dan merasa berbicara dengan dirinya sendiri. Hasil evaluasi Partisipan 2 dari diagnosa keperawatan harga diri rendah pasien juga menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Pasien tidak lagi malas melakukan kegiatan sehari-hari yang bisa ia lakukan. Sedangkan pada diagnosa keperawatan halusinasi

juga menunjukkan

kemajuan

pasien

mengatakan merasa tenang, pasien juga mampu memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar sehingga diharapkan halusinasi tidak terjadi. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2015) mengatakan bahwa pasien mampu melakukan semua strategi pelaksanaan dengan mandiri namun pasien masih membutuhkan observasi lebih lanjut. Sikap pasien yang sangat kooperatif

merupakan

faktor pendukung bagi penulis

dalam

menilai

perkembangan pasien. Penulis tidak menemukan adanya faktor penghambat dalam melakukan evaluasi keperawatan, ini dikarenakan kedua pasien sangat kooperatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan dan hasil dari pembahasan pada Partisipan 1 dan Partisipan 2 dengan Perilaku Kekerasan di RSJ Prof. HB Saanin Padang tahun 2017, maka di dapatkan kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan 1. Pengkajian keperawatan Pada pengkajian penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Pada etiologi disebutkan faktor predisposisi dari perilaku kekerasan meliputi faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural. Berdasarkan hasil pengkajian pada Partisipan 1 ditemukan faktor predisposisinya adalah biologis yaitu adanya penggunaan Alkohol, sedangkan pada Partisipan 2 ditemukan faktor predisposisinya adalah biologis yaitu adanya penggunaan NAPZA. 2. Analisa data dan Diagnosa keperawatan Diagnosa yang muncul pada pada kedua pasien berbeda. Pada Partisipan 1 ditemukan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan sebagai masalah utama, halusinasi sebagai penyebab, dan isolasi sosial sebagai akibat. Sedangkan Partisipan 2 perilaku kekerasan sebagai masalah utama, halusinasi sebagai penyebab, dan harga diri rendah sebagai akibat. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang ditemukan, karena pada teori dikatakan bahwa biasanya diagnosa yang muncul adalah perilaku kekerasan sebagai masalah utama, harga diri rendah sebagai penyebab, dan resiko bunuh diri sebagai akibat. 3. Intervensi keperawatan Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah perilaku kekerasan, sedangkan pada kasus Partisipan 1 dan Partisipan 2 core problem yg ditemukan adalah perilaku kekerasan. Jadi dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang muncul antara teori dan kasus yang ditemukan pada kedua pasien. 4. Implementasi keperawatan Tahap ini tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan yang telah penulis susun pada asuhan keperawatan terlampir dan teori. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada Partisipan 1 adalah diagnosa perilaku kekerasan, halusinasi, dan isolasi sosial. Sedangkan pada Partisipan 2 pelaksanaan keperawatan yang dilakukan adalah pada diagnosa perilaku kekerasan, halusinasi, dan harga diri rendah. Pada tahap pelaksanaan ini penulis menemukan hambatan berupa tidak terlaksananya strategi pelaksanaan kepada keluarga karena tidak adanya kunjungan keluarga selama Partisipan 1 dan Partisipan 2 dirawat di ruang merpati

RSJ Prof. HB, Saanin Padang. Penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan. 5. Evaluasi keperawatan Pada tahap evaluasi ini semua tujuan telah tercapai, Partisipan 1 dan Partisipan 2 sudah mampu mengontrol perilaku kekerasan nya dengan latihan yang telah diajarkan dan yang dilakukan sesuai dengan strategi 4 strategi pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan. B. SARAN 1. Bagi penulis Menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dan atau agar dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien jiwa secara optimal sesuai SOAP yang telah ada. 2. Rumah sakit Diharapkan pada rumah sakit khususnya perawat ruangan agar dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa lebih bersungguh-sungguh sesuai dengan SOAP yang telah ada sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. 3. Akademik/Institusi Pendidikan Untuk institusi pendidikan diharapkan supaya melengkapi perpustakaan tentang buku-buku keperawatan yang terbaru khususnya buku tentang keperawatan jiwa. 4. Pembuat studi kasus berikutnya Dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam membuat studi kasus selanjutnya yang berkaitan dengan perilaku kekerasan.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang REPUBLIK INDONESIA No. 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Badan PPSDM. (2012). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Herman Ade, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Nuha Medika, Yogyakarta, Desember 2010. Wiyati Ruti, dkk, Pengaruh Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Gangguan Jiwa, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.2, Juli 2010

Wahit, Abdul, dkk. (2013). Penerapan Terapi Latihan Keterampilan Sosial Pada Klien Isolasi Sosial Dengan Pendekatan Model Hubungan Interpesonal Peplau di RS DR. Marzoeki Mahdi Bogor, Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah Badan PPSDM. (2013). Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Fitria, Nita. (2012). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP), Jakarta: Salemba Medika Stuart,Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Dalami, Ermawati, dkk, (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa, Jakarta- TIM, 2009. Keliat, B.A, dkk, (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara Emzir. (2012). Analis Data: Metdologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers Supardi, Sudibyo. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. TIM, 2013 Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV Andi Offset Dermawan ,deden .2013. Konsep dan kerangka kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2013

Prabowo, Eko. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Elita,dkk. (2010). Persepsi Perawat Tentang Perilaku Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Pasien Gangguang Jiwa

Di RSJ Tampan

Pekanbaru. Gloria Bulecheck, Howard Butcher, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights. Sue Moorhead, Marion Johnson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Singapore : Elsevier Global Rights. Notoadmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. Pengkajian Ruang Rawat: Merpati I.

Identitas Klien Inisial Klien Umur No. Rekam Medik Tanggal Pengkajian Informan Alamat Lengkap

II.

Tanggal Dirawat: 15 Mei 2017

: Tn.J : 38 Tahun : 03.05.87 : 21 Mei 2017 : Klien, Status dan Perawat Ruangan : Kampung tangah, Bayang, Pesisir Selatan

Alasan Masuk Pasien masuk melalui IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang Pada tanggal 15 Mei 2017 diantar keluarganya untuk yang kedua kalinya. Pasien sudah pernah dirawat terakhir 5 tahun yang lalu. Alasan pasien masuk adalah tidak mau meminum obat sejak 5 bulan yang lalu, 2 minggu sebelum dirawat pasien mondar-mandir tidak tau arah, jalan-jalan tanpa tujuan, marah-marah tanpa sebab, bicara-bicara sendiri, banyak bermenung, kurang tidur, dan menghancurkan barang-barang yang ada didalam rumahnya. Pasien juga sering mengkonsumsi alkohol.

III. Faktor Predisposisi a. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya, sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan yang hampir sama.

b. Pengobatan Sebelumnya Pasien sebelumnya menjalani perawatan selama satu bulan di RSJ. Prof. HB Saanin Padang sekitar 5 tahun yang lalu. Setelah keluar dari RSJ Prof. HB Saanin Padang pasien teratur minum obat dan rutin kontrol di awasi oleh keluarga` c. Trauma 

Aniaya Fisik Klien mengatakan tidak pernah menjadi korban aniaya fisik



Aniaya Seksual Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya



Penolakan Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya



Kekerasan Dalam Keluarga Klien mengatakan tidak pernah melihat atau mengalami kekerasan dalam keluarga



Tindakan Kriminal Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya

d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebelumnya. e. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan sering putus dari pekerjaan nya dan bingung bagaimana harus membiayai keluarganya. IV. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda Vital Ukuran Keluhan Fisik V.

Psikososial a. Genogram

Keterangan :

: TD: 120/80 mmHg N: 81 x/menit S: 36,6 oC P: 18 x/ menit : TB: 168 cm BB: 60 kg : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik

Pasien merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, Ayah pasien sudah meninggal dunia, ibu pasien masih hidup, pasien tinggal serumah dengan istri dan anak-anak nya. Sejak kecil orang tua pasien memberikan kebebasan termasuk dalam bergaul dengan siapa saja. Kakak dan adik klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa, anggota keluarga yang lain juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Konsep Diri 

Citra Tubuh Klien menyatakan menyukai semua anggota tubuhnya



Identitas Diri Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai kepala keluarga dan anak dari kedua orang tuanya. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna setiap mabuk-mabuk, menyusahkan kakak dan orang tuanya, pasien ingin segera berubah dari masa lalu nya dan segera bertemu keluarganya



Peran Diri Klien mengatakan ia bekerja sebagai petani, ia berperan sebagai seorang ayah dan kepala keluarga.



Ideal Diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera berubah untuk bertemu keluarganya.



Harga Diri Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan orang lain jika ada hal yang penting-penting saja.

b. Hubungan Sosial 

Orang Terdekat Klien mengatakan dekat dengan anak pertamanya. Ia ingin segera bertemu dengan anaknya.



Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat Klien mengatakan jarang atau tidak pernah berinteraksi atau ikut daam kegiatan kelompok/masyarakat disekitar rumahnya.



Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan lebih senang sendiri dan berinteraksi dengan orang lain jika ada hal yang penting-penting saja c. Spiritual 

Nilai dan Keyakinan Klien mengatakan bahwa ia beragama islam



Kegiatan Ibadah Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit tapi masih ada sholatnya yang bolong atau tidak dilakukan 5 waktu.

VI. Status Mental a. Penampilan Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti bajunya 2x sehari dan mandi 2x sehari. b. Pembicaraan Klien berbicara dengan tenang dan mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan c. Aktivitas motorik Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan beribadah. Klien jarang bersosialisasi dengan teman-teman nya selama diruangan. d. Alam perasaaan Klien mengatakan perasaannya sangat tenang saat ini dan tidak ada yang ditakutkan. e. Afek Afek klien tumpul karena ekspresi perasaan berkurang. f. Interaksi selama wawancara Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan. g. Persepsi Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan bahwa ada dirinya yang lain. Klien mengira mungkin karna pengaruh alkohol dan stress yang dialaminya.

h. Proses pikir Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya. i.

Isi pikir Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang untuk bertemu keluarganya.

j.

Tingkat kesadaran Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.

k. Memori Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang terganggu dari memori klien. l.

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.

m. Kemampuan penilaian klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana. n. Daya tilik diri klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan siapapun atas penyakit yang dideritanya. VII. Kebutuhan Pasien Pulang a. Makan Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat alergi makanan. b. BAB/BAK Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah BAB/BAK. c. Mandi Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan. d. Berpakaian/Berhias Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut acak-acakan. e. Istirahat/tidur

Klien mengatakan selama dirumah susah tidur, selama dirawat klien mengaku tidur cukup dan teratur. f.

Penggunaan obat Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.

g. Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis akan melanjutkannya. h. Kegiatan didalam rumah Klien mampu merencanakan, mengelola dan menyajikan makanan, merapikan tempat tidur, mencuci pakaian sendiri dan mengatur biaya sehari-hari sendiri. i.

Kegiatan/aktivitas di luar rumah Klien mampu berbelanja sendiri.

VIII. Mekanisme Koping a. Koping adaptif Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan. b. Koping maldaptif Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan adalah sublimasi. IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan a. Masalah dengan dukungan kelompok Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok. b. Masalah berhubungan dengan lingkungan Klien mengatakan hanya bergaul dengan orang yang dikenal nya saja. c. Masalah dengan pendidikan Klien tidak ada masalah dengan pendidikan. d. Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan sering putus dari pekerjaannya, oleh karna itu klien sering merasa bingung dan stress.

e. Masalah dengan perumahan Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama keluarganya. f.

Masalah ekonomi Klien mengatakan saat putus bekerja klien merasa bingung untuk membiayai keluarganya. Klien bekerja sebagai petani.

g. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien mengaku tidak mau dirawat dirumah sakit. X.

Pengetahuan Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya.

XI. Aspek Medik Diagnosa Medik : Skizofrenia Ytt. Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM) Risperidon 2x1 mg Merlopam 1x1 mg. XII. Analisa Data No 1.

Data Masalah DS : - Klien mengatakan akan marah Perilaku kekerasan apabila diajak berobat oleh keluarganya Klien mengatakan sering mengamuk apabila tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan - Klien merasa gelisah apabila tidak ada uang - Klien suka berteriak apabila sedang pusing DO : - Pandangan mata klien tajam. - Klien merusak barang-barang dirumahnya - Klien marah-marah tanpa sebab sebelum dirawat - Klien mengamuk dirumah apabila tidak ada pekerjaan

2.

DS : - Klien mengatakan ada dirinya Halusinasi yang lain - Klien mengatakan merasa kehilangan dirinya saat mabukmabuk DO : - Klien tampak lebih tenang dan banyak diam - Klien tampak berbicara sendiri - Klien tampak tertawa sendiri sebelum dirawat - Klien berjalan tanpa tujuan

3.

Isolasi Sosial DS : - Klien mengatakan berinteraksi hanya dengan orang yang dikenalnya saja - Klien mengatakan berinteraksi jika ada hal yang penting saja - Klien mengatakan lebih senang sendiri DO : - Klien tampak hanya berdiam diri saja - Klien tampak suka menyendiri - Klien tampak jarang bicara dengan teman satu ruangan nya

I.

Daftar Masalah 1. Respon pasca trauma 2. Harga diri rendah 3. Hambatan komunikasi verbal 4. Intoleransi aktivitas 5. Hambatan interaksi sosial 6. Isolasi sosial 7. Gangguan persepsi sosial 8. Gangguan proses pikir 9. Gangguan pola tidur 10. Pola koping tidak efektif 11. Kurang pengetahuan

II. Pohon Masalah Isolasi SosialResiko Bunuh Diri

Perilaku kekerasanPerilaku kekerasan

Halusinasi

III. Daftar Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan 2. Halusinasi 3. Isolasi Sosial

INTERVENSI KEPERAWATAN

No 1.

Nama klien

: Tn.J

No. MR

: 03.05.87

Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan

Tujuan

Kriteria Hasil

Pasien mampu : Mengontrol perilaku kekerasan sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan pertemuan 2 - 4 x klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara : 1. Mengontrol cara latihan dan 2 2. Minum obat prinsip 6 minum obat 3. Mengontrol cara verbal 4. Mengontrol cara spiritual

dengan fisik 1 dengan benar dengan

Intervensi

Rasional

SP Pasien SP1 Pasien : Mengidentifikasi Perilaku Kekerasan dan Latihan Fisik 1 dan 2 1. Membina hubungan saling percaya 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2. 3. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik 1 & 2.

dengan SP 2 Pasien : Melatih cara mengontrol Perilaku Kekerasan dengan cara 6 benar minum obat 1. Evaluasi

cara

mengontrol

perilaku

kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2. 2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat (6 benar) 3. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat (6 benar) SP 3 Pasien : Mengontrol Kekerasan dengan Cara Verbal

Perilaku

1. Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2 dan minum obat (6 benar) 2. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar 3. Tanyakan bagaiaman perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal SP 4

Pasien

:

Mengontrol

Perilaku

Kekerasan dengan cara Spiritual

2.

Halusinasi

Pasien mampu : Mengontrol halusinasi sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga klien merasa nyaman

Setelah dilakukan pertemuan 2–4 x klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara : 1. Menghardik suara yang palsu 2. Minum obat dengan prinsip 6 benar minum obat 3. Mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap 4. Melakukan aktivitas yang terjadwal

1. Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2, minum obat 6 benar, dan cara verbal 2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan) 3. Tanya perasaan klien setelah melakukan kegiatan 4. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual SP Pasien SP 1 pasien : pengkajian dan mengenal halusinasi 1. Mengkajikesadaranpasienakanhalusinasiny adanpengenalanakanhalusinasi : Isi, frekuensi, waktuterjadi, situasipencetus, perasaan, responpasien, sertaupaya yang telahdilakukanpasienuntukmengontrolhalu sinasi 2. Menjelaskancaramengontrolhalusinasideng anmengahardik 3. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan menghardik

SP 2 pasien : 6 benarminumObat 1. Evalusitandadangejalahalusinasi 2. Validasikemampuanpasienmengenalhalusi nasi yang dialamidankemampuanpasienmengontrolh alusinasidenganmenghardik, berikanpujian 3. Evalusimanfaatmengontrolhalusinasidenga ncaramenghardik 4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganpatu hminumobat (jelaskan 6 benar : jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitasminumobat) 5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukminum obatsesuaijadwal Berikut ini tindakan keperawatan yang harus dilakukan agar pasien patuh minum obat : a. Jelaskanpentingnyapenggunaanobatpad agangguanjiwa b. Jelaskanakibatbilaobattidakdigunakanse suai program c. Jelaskanakibatbilaputusobat d. Jelaskancaraendapatkanobatatauberobat e. Jelaskancaramenggunakanobatdenganpr insip 6 benar (jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitasminumobat)

SP 3pasien : Bercakapcakap 1. Evaluasigejalahalusinasi 2. Validasikemampuanpasiendalammengontr olalusiansidenganmenghardik, minumobat, berikanpujian 3. Evaluasimanfaatemngontrolhalusinasideng anmenghardik, minumobatsesuaijadwal 4. Latihcaramengontrolhalusinasidenganberc akapcakapsaatterjadihalusinasi 5. Masukkanpadajadwalkegiatanuntuklatihan SP 4 pasien Melakukanaktifitasseharihari

:

Padatindakankeempatinidapatdiulanguntukbe berapakegiatanharian. Semakinbanyakkegiatan yang dilakukansemakinsedikitkemungkinanberhalu sinasi. Berikutbeberapakegiatan yang dapatdilatih 1. Membereskankamar a. Evalusitandadangejalahalusinasi b. Validasikemampuanpasiendalammengo

ntrolhalusiansidenganmenghardik, minumobat, danbercakapcakapdengan orang lain, berikanpujian c. Latihcaramengontrolhalusinasidengank egiatanharian (mulai 2 kegiatan) d. Masukkanpadajadwalkegiatanuntukmel akukankegiatanharian 2. Melakukanaktifitasseharihari : Mencucipiring

3.

Isolasi Sosial

Pasien Mampu : Setelah berinteraksi dengan pertemuan: orang lain sehingga tidak terjadi menarik Klien berkenalan diri dari lingkungan berinteraksi cara: 1. melatih

2-4x SP 1 Pasien : Melatih Pasien Bercakap cakap mampu dan dengan

pasien

1. Membina hubungan saling percaya 2. Membantu pasien menyadari masalah isolasi social 3. Melatih pasien bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan anggota keluarga 4. Masukkan dalam jadwal kegiatan harian

bercakap-cakap untuk latihan secara bertahap antara pasien dan SP 2 Pasien : Berkenalan dengan 2-3 orang perawat atau satu 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi social orang lain 2. melatih pasien 2. Validasi kemampuan pasien dalam berkenalan, beri pujian bercakap-cakap 3. Latih cara berbicara saat melakukan dengan 2-3 orang kegiatan harian (2-3 orang) 3. melatih pasien 4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian bercakap-cakap dengan 4-5 orang SP 3 Pasien : berkenalan dengan 4-5 orang 4. melatih pasien bercakap-cakap 1. Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial dengan 4-5 orang 2. Validasi kemampuan berkenalan dan sambil melakukan bicara saat melakukan kegiatan harian, kegiatan berikan pujian 3. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan (2 kegiatan baru dengan 4-5 orang) 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan SP 4 Pasien : Berkenalan 4-5 orang dan melakukan kegiatan 1. Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial 2. Validasi kemampuan pasien dalam

berkenalan dan bicara saat melakukan empat kegiatan harian, berikan pujian 3. Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan 4. Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan 5. Masukkan pada jadwal kegiatan harian

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn.J

Ruangan : Merpati

HARI/TGL

DIAGNOSA

21 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 dan 2)

No. MR : 03.05.87 EVALUASI S : Klien mengatakan marah apabila tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan dan jika pasien terlalu banyak mengkonsumsi alkohol

a) Membina hubungan saling percaya b) Mengidentifikasi penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada pasien c) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak tenang dan mampu cara latihan fisik (memukul bantal) melakukan latihan fisik (memukul

PARAF

d) Mencontohkan kepada pasien latihan fisik (memukul bantal) e) Menanyakan perasaan pasien sesudah dilatih f) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan pasien

bantal) seperti yang sudah dijelaskan.

A : Perilaku kekerasan tidak tampak. SP 1 Pasien tercapai, pasien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik

P : Lanjutkan SP 2 Perilaku kekerasan dan Evaluasi SP 1 22 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum minum obat) obatnya. Klien merasa lebih mengantuk setelah minum obat. 1. Evaluasi pertemuan sebelumnya dengan pasien SP1 mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik O : Klien tampak tenang setelah 2. Latih cara mengontrol halusinasi minum obat dan tidak ada perilaku dengan patuh minum obat. (Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada pentingnya penggunan obat, akibat pasien. Klien tampak tidur 15 menit bila obat tidak digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara setelah minum obat. mendapatkan obat/berobat. Jelaskan

prinsip 6 benar minum obat: jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara dan A : Klien tidak bisa minum obat kontinuitas minum obat. 3. Menanyakan perasaan dan pendapat sendiri dan selalu diawasi perawat. klien setelah minum obat. SP 2 belum optimal

P : Lanjutkan SP 3 Perilaku kekerasan dan evaluasi kegiatan 1 dan 2 23 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan kurang pandai perilaku kekerasan dengan cara verbal) dalam mengungkapkan apa yang dirasakan nya. Klien lebih memilih 1. Evaluasi cara mengontrol perilaku diam dan tidak mengungkapkan apa kekerasan dengan cara latihan fisik yang ada dalam fikiran nya. Oleh dan 6 benar minum obat. 2. Menjelaskan dan melatih cara sebab itu klien sering mengamuk jika mengontrol perilaku kekerasan dengan masalah nya menumpuk. cara verbal yaitu meminta, mengungkapkan, dan menolak dengan benar. 3. Berikan pujian dan tanya bagaimana O : Klien mampu menolak dan perasaan pasien setelah melakukan meminta dengan benar. Klien kurang bisa dalam mengungkapkan apa yang latihan. dirasakan nya.

A : Latihan SP 3 belum optimal

P : Lanjutkan SP 4 dan evaluasi kegiatan 1, 2 dan 3. 24 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama dirumah. Klien sudah mulai 1. Evaluasi cara mengontrol perilaku beribadah selama dirawat tetapi tidak kekerasan dengan cara latihan fisik, 6 benar minum obat, dan dilakukan penuh. cara verbal. 2. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah spiritual (beribadah, sholat, sholat diruangan. Klien berdoa, membaca kitab suci)

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

Strategi Pelaksanaan halusinasi)

1

(Menghardik S : Klien mengatakan melihat ada dirinya yang lain saat sebelum dirawat. Klien mengatakan tidak a) Membina hubungan saling percaya pernah berbicara dan tertawa sendiri. b) Mengidentifikasi jenis halusinasi Klien mengatakan tidak tau dengan klien c) Mengidentifikasi isi halusinasi dirinya ketika selesai mengkonsumsi

d) e) f) g)

klien Mengidentifikasi waktu terjadi halusinasi klien Mengidentifikasi situasi pencetus yang menimbulkan halusinasi Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik

alkohol.

O : Sebelum dirawat klien berbicara dan tertawa sendiri saat dirumah nya. Saat dilakukan latihan pasien tidak tampak berbicara dan tertawa sendiri.

A : SP 1 tercapai klien mampu membina hubungan saling percaya, klien dapat memperagakan cara menghardik jika terjadi halusinasi.

P : Lanjutkan SP 2 halusinasi, evaluasi kegiatan SP 1 25 Mei 2017

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada mendengar suara-suara aneh, melihat obat) bayangan dirinya. Klien mengaku a) Evaluasi manfaat mengontrol sudah tenang. halusinasi dengan cara menghardik

b) Latih

cara mengontrol halusinasi

dengan patuh minum obat. (Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat bila obat tidak digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara mendapatkan obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 benar minum obat: jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum obat.

O : Klien tidak tampak berbicara dan tertawa sendiro. Klien tampak tenang tetapi jarang berinteraksi.

A : SP 2 belum optimal, klien belum mampu meminum obat sendiri. Klien hanya tau waktu minum obat tidak tau dosis dan jenis obat nya.

P : Lanjutkan SP 3, evaluasi kegiatan SP 1 dan 2 26 Mei 2017

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat bayangan dirinya. Klien mengaku sudah tenang. Evaluasi gejala halusinasi

a) b) Validasi kemampuan pasien dalam c)

mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat, berikan O : klien tampak menyerndiri, klien tidak mau bersosialisasi dengan pujian Latih cara mengontrol halusinasi orang lain. dengan cara bercakap-cakap saat

terjadi halusinasi A : Halusinasi sudah terkontrol, SP 3 belum optimal

P : Lanjutkan SP 4, evaluasi kegiatan SP 1, 2 dan 3 Strategi Pelaksanaan aktivitas sehari-hari)

4

(melakukan

S : Klien mengatakan tidak ada mendengar suara-suara aneh, melihat mengontrol halusinasi dengan bayangan dirinya. Klien mengaku menghardik, minum obat, dan sudah tenang. bercakap-cakap dengan orang lain,berikan pujian

a) evaluasi kemampuan pasien dalam Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

b)

Latih cara halusinasi dengan kegiatan harian

mengontrol melakukan O : Klien tampak sudah berbicara dengan orang lain tetapi jarang. Klien melakukan aktivitas harian secara mandiri.

A : Klien dapat mengontrol dengan melakukan kegiatan diruangan

P : Optimalkan SP 4 dan evaluasi kegiatan SP 1 2 dan 3 27 Mei 2017

Isolasi Sosial

Strategi Pelaksanaan 1 : bercakap – cakap S : Klien mengatakan namanya dengan satu orang Juprianto dan klien mengatakan malas untuk berinteraksi jika tidak a) Membina hubungan saling hal yang penting. Klien lebih senang percaya b) Membantu pasien menyadari sendiri. masalah isolasi sosial c) Melatih pasien bercakap-cakap secara bertahap antara pasien dan O : Klien tampak banyak sendiri dan anggota keluarga bermenung, klien mempraktikan cara berkenalan.

A : SP 1 Isolasi Sosial teratasi, klien mampu berinteraksi dengan orang lain

P : Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2Isolasi sosial 28 Mei 2017

Isolasi Sosial

Strategi Pelaksanaan 2 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang bisa dengan 2-3 orang berkenalan dengan orang lain a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi social b) Validasi kemampuan pasien O : Klien tampak berkenalan dengan dalam berkenalan, beri pujian 2 orang teman lainnya c) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2-3 orang ) A : SP 2 isolasi sosial teratasi, klien mampu menjelaskan kembali cara berkenalan

P : Evaluasi SP 2 dan lanjut SP 3 isolasi sosial 29 Mei 2017

Isolasi Sosial

Strategi Pelaksanaan 3 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan dengan 4-5 orang berkenalan dengan 2-3 didalam ruangan a) Evaluasi tanda dan gejala isolasi sosial

sudah orang

b) Validasi kemampuan berkenalan dan bicara saat melakukan O : klien tampak ikut dalam kegiatan kegiatan harian, berikan pujian c) Latih cara berbicara saat di dalam ruangan dan mulai melakukan kegiatan (2 kegiatan berbicara dengan orang lain baru dengan 4-5 orang) A SP 3 Isolasi Sosial teratasi

P : Evaluasi SP 3 dan lanjut SP 4 Isolasi Sosial

30 Mei 2017

Isolasi Sosial

Strategi Pelaksanaan 4 : bercakap-cakap S : Klien mengatakan senang dengan 4-5 orang dan melakukan mengikuti kegiatan karena banyak kegiatan teman a. Mengevaluasi tanda dan gejala isolasi sosial b. Validasi kemampuan pasien dalam O : klien tampak tidak menyendiri berkenalan dan bicara saat lagi, klien mengikuti kegiatan melakukan empat kegiatan harian, diruangan berikan pujian c. Tanyakan perasaan saat melakukan kegiatan

d. Latih cara berbicara melakukan kegiatan sosial

saat A : SP 4 Isolasi Sosial teratasi

P : Evaluasi Kegiatan SP 4 Isolasi Sosial

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

B. Pengkajian Ruang Rawat: Merpati

Tanggal Dirawat: 7 Mei 2017

XIII. Identitas Klien Inisial Klien Umur No. Rekam Medik Tanggal Pengkajian Informan Alamat Lengkap

: Tn.I : 24 Tahun : 00.62.71 : 21 Mei 2017 : Klien, Status dan Perawat Ruangan : Lubuk aur, Bayang, Pesisir Selatan

XIV. Alasan Masuk Pasien masuk melalui IGD diantar oleh keluarganya pada tanggal 7 Mei 2017. Pasien diantar untuk yang kelima kalinya dengan keluhan, meninju kaca rumahnya, memukul orang tuanya, gelisah 2 hari sebelum dirawat, bicara dan tertawa sendiri. Pasien mengkonsumsi NAPZA sebelum dirawat. Terakhir dirawat yaitu pada bulan September 2016. Pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2011 XV. Faktor Predisposisi f. Gangguan Jiwa Dimasa Lalu Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012 dengan alasan berbicara dan tertawa sendiri serta menghancurkan barang-barang dirumahnya. pasien mengkonsumsi alkohol di beri oleh teman-teman nya, sejak mulai mengkonsumsi alkohol pasien mengatakan dia sudah tidak tau dengan dirinya lagi. Pasien pernah di rawat di RSJ. Prof. HB Saanin Padang yaitu pada tahun 2012. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 15 Mei 2017 dengan keluhan yang hampir sama.

g. Pengobatan Sebelumnya Pasien pertama kali dirawat pada tahun 2011 dengan alasan memukul orang tuanya dan menghancurkan barang-barang yang ada disekitarnya. Terakhir dirawat sejak September 2016. Pasien dirawat untuk kelima kalinya dengan keluhan yang hampir sama yaitu memukul orang tuanya. Pasien diantar keluarga ke IGD RSJ Prof. HB Saanin Padang pada tanggal 7 Mei 2017 untuk mendapatkan perawatan. Dari pengakuan pasien dan keluarga bahwa pasien mengkonsumsi NAPZA seperti sabusabu, ganja, dan berbentuk pil.

h. Trauma 

Aniaya Fisik Klien mengatakan pernah di pukuli oleh kakak nya dari pinggang kebawah sewaktu masih SMA



Aniaya Seksual Klien tidak pernah mengalami aniaya seksual sebelumnya



Penolakan Klien tidak pernah mengalami penolakan sebelumnya



Kekerasan Dalam Keluarga Klien mengatakan pernah dipukuli oleh kakak nya



Tindakan Kriminal Klien tidak pernah mengalami tindakan kriminal sebelumnya

i. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebelumnya. j. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Klien mengatakan pernah memukuli orang tua nya karna tidak diberi uang oleh orang tuanya. Pemeriksaan Fisik Tanda-tanda Vital : TD: 120/70 mmHg N: 89 x/menit S: 36,8 oC P: 19 x/ menit Ukuran : TB: 165 cm BB: 62 kg Keluhan Fisik : Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik XVI.Psikososial d. Genogram

Keterangan : Pasien merupakan anak ke 8 dari orang bersaudara, kedua orang tua masih hidup dan tinggal dikampung nya bayang pesisir selatan. Dari 8 orang bersaudara 6 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Kakak klien anak ketiga sudah meninggal dunia. Sebelum tinggal dengan kakak klien anak ke 6, klien tinggal bersama orang tua nya dipesisir selatan. Tidak ada anggota keluarga klien yang pernah mengalami gangguan jiwa. Konsep Diri 

Citra Tubuh Klien mengatakan tubuhnya merasa kuat dan menyukai semua anggota tubuhnya



Identitas Diri Pasien mangatakan tidak puas dengan peran nya sebagai anak dari orang tuanya karna selalu menyusahkan orang tua nya dan merasa tidak berguna karna selalu membuat masalah.



Peran Diri Klien mengatakan ia tidak memiliki pekerjaan dan klien ingin bekerja setelah sembuh agar dirinya bisa berguna bagi keluarga dan dirinya sendiri



Ideal Diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan bertemu kedua orang tuanya.



Harga Diri Klien mengatakan bahwa dirinya tidak berguna karna selalu membuat masalah. Klien juga mengatakan bahwa dia dikucilkan dikampung nya karna penyakit yang ia derita, oleh karna itu klien tinggal bersama kakaknya di padang.

e. Hubungan Sosial 

Orang Terdekat Klien mengatakan dekat dengan kakak nya anak ke 6 karna klien tinggal bersama kakak nya sejak satu tahun yang lalu.



Peran serta dalam kegiatan kelompok masyarakat

Klien mengatakan tidak pernah di ikutkan lagi dalam kegiatan pemuda dikampung nya sejak tahun 2013. Klien merasa dikucilkan dan tidak mempunyai teman. 

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Klien mengatakan tidak bisa mengontrol cara bicara nya yang kasar.

f. Spiritual 

Nilai dan Keyakinan Klien mengatakan bahwa ia beragama islam



Kegiatan Ibadah Klien mengatakan menjalankan ibadahnya selama dirumah sakit bahkan klien pernah menjadi imam saat sholat.

XVII. Status Mental o. Penampilan Selama dirumah sakit penampilan klien cukup rapi, klien mengganti bajunya 2x sehari dan mandi 1x sehari. p. Pembicaraan Klien banyak bicara tetapi mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan q. Aktivitas motorik Klien mampu melakukan aktivitas mandiri seperti makan, mandi, dan beribadah. Klien tampak sering berinteraksi dengan orang lain. r. Alam perasaaan Klien mengatakan merasa sangat gelisah karna tidak dijemput atau dijenguk oleh keluarganya s. Afek Afek klien luas karna klien mampu mengungkapkan semua isi perasaan nya t.

Interaksi selama wawancara Selama proses berinteraksi kontak mata klien ada, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Klien banyak bicara

u. Persepsi

Pada saat sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan hanya ingat saat mengkonsumsi NAPZA, klien mengatakan tidak tau apa-apa bahkan klien tidak sadar sudah memukuli kedua orang tuanya. Klien juga ingat bahwa klien melihat ada orang yang akan mengambil harta warisan keluarganya. v. Proses pikir Klien mengakui penyakit yang dideritanya dan akan mengikuti segala peraturan dan perawatan yang akan diberikan kepadanya. w.

Isi pikir Klien mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan segera pulang untuk bertemu orang tuanya.

x.

Tingkat kesadaran Klien mengetahui orientasi tempat, waktu, dan orang.

y. Memori Klien mampu mengingat semua kejadian dimasa lalu, tidak ada yang terganggu dari memori klien. z.

Tingkat konsentrasi dan berhitung klien dapat berkonsentrasi dalam berhitung.

aa. Kemampuan penilaian klien masih mampu melakukan penilaian akan hal yang sederhana. bb. Daya tilik diri klien menerima dan mengakui penyakitnya dan tidak menyalahhkan siapapun atas penyakit yang dideritanya. XVIII.Kebutuhan Pasien Pulang j. Makan Klien makan 3 kali/hari, hanya habis satu porsi, klien tidak ada riwayat alergi makanan. k. BAB/BAK Klien BAK/BAB pada tempatnya, klien bisa membersihkan setelah BAB/BAK. l. Mandi

Klien mandi 2 kali/hari, klien mandiri tanpa diarahkan. m. Berpakaian/Berhias Klien menganti pakaian 2x sehari, rambut klien rapi n. Istirahat/tidur Klien mengatakan selama dirumah sakit istirahat cukup, karna setelah minum obat klien mengaku sangat mengantuk. o.

Penggunaan obat Klien minum obat 3 kali sehari dengan pengawasan perawat.

p. Pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan merawat dirinya sendiri, Klien mengatakan jika sudah pulang nanti klien akan melanjutkan obat secara teratur dan jika habis akan melanjutkannya. q. Kegiatan didalam rumah Klien mengatakan bahwa dirumah hanya makan dan istirahat seperti biasa, pakaian klien di cucuikan oleh kakak iparnya. Kalau ingin keluar rumah klien harus mendapatkan izin dari kakak nya. r.

Kegiatan/aktivitas di luar rumah Klien mampu berbelanja sendiri ke kedai didekat rumah nya.

XIX. Mekanisme Koping c. Koping adaptif Klien mampu berbicara dengan orang lain didalam ruangan. d. Koping maldaptif Klien melampiaskan marah pada objek lain, koping yang digunakan adalah sublimasi. XX. Masalah Psikososial dan Lingkungan h. Masalah dengan dukungan kelompok Klien tidak ada masalah dalam dukungan kelompok. i. Masalah berhubungan dengan lingkungan

Klien mengatakan dulu ia mempunyai banyak teman dikampungnya, sejak dikucilkan klien tidak mempunyai teman dan klien lebih banyak dirumah j. Masalah dengan pendidikan Klien pernah kuliah lalu berhenti karna klien tidak membayarkan uang semester yang diberikan oleh orang tua nya. Klien menyesal karna kejadian tersebut. k. Masalah dengan pekerjaan Klien mengatakan belum bekerja l. Masalah dengan perumahan Klien tidak ada masalah dengan perumahan. Klien tinggal bersama kakaknya m.

Masalah ekonomi Klien mengatakan marah apabila dia tidak diberi uang jajan atau tidak diberi saat diminta

n. Masalah dengan pelayanan kesehatan Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan rumah sakit

XXI. Pengetahuan Klien menyadari akan penyakit yang dideritanya klien tidak mengetahui kegunaan obat yang didapatkannya dan tidak mengetahui nama obat yang dikonsumsinya. Klien hanya berharap proses penyembuhan pada dirinya. XXII. Aspek Medik Diagnosa Medik : Skizofrenia Tipe Campuran Terapi Medik : ladomer 5 mg (IM) Risperidon 2x2 mg Merlopam 1x2 mg. XXIII.Analisa Data No 1.

DS

Data Masalah : - Klien mengatakan mudah Perilaku kekerasan marah tanpa sebab Klien mengatakan tidak

mampu mengontrol cara bicaranya yang kasar - Klien marah apabila tidak diberi uang jajan - Klien mengatakan akan kasar apabila kehendaknya tidak dituruti DO : - Pandangan mata klien tajam. - Klien meninju kaca rumah nya - Klien memukul kedua orang tuanya - Klien mengamuk dirumah apabila tidak diberi uang - Klien mengkonsumsi NAPZA sebelum dirawat. - Klien dirawat dengan keluhan yang sama pada bulan september 2016 2.

DS : - Klien mengatakan melihat ada Halusinasi orang yang datang dan akan mengambil harta warisan keluarganya - Klien mengatakan tidak sadar sudah memukuli kedua orang tua nya - Klien hanya ingat saat mengkonsumsi NAPZA

DO : - Klien tampak banyak bicara - Klien berbicara sendiri sebelum dirawat dirumah sakit - Klien tampak tertawa sendiri sebelum dirawat dirumah sakit - Klien tampak gelisah 3.

DS : - Klien mengatakan ia merasa Harga Diri Rendah dikucilkan dikampung nya karna penyakit yang dideritanya - Klien mengatakan dijauhi oleh teman teman nya dirumah - Klien mengatakan merasa tidak berguna karna selalu membuat masalah untuk kedua orang tuanya

- Klien mengatakan merasa malu jika berada dikampungnya. DO : - Klien tampak banyak bicara - Klien bisa berinteraksi dengan orang lain - Klien tampak sedih dan gelisah saat menceritakan orang tua dan lingkungan rumahnya - Persepsi klien merasa tidak berguna dan selalu membuat masalah

IV. Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Perilaku kekerasan

Halusinasi

V. Daftar Diagnosa Keperawatan 4. Perilaku Kekerasan 5. Halusinasi 6. Harga Diri Rendah

INTERVENSI KEPERAWATAN

No 1.

Nama klien

: Tn.I

No. MR

: 00.62.71

Diagnosa Keperawatan Perilaku Kekerasan

Tujuan

Kriteria Hasil

Pasien mampu : Mengontrol perilaku kekerasan sesuai dengan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Setelah dilakukan pertemuan 2 - 4 x klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara : 5. Mengontrol cara latihan dan 2 6. Minum obat prinsip 6 minum obat 7. Mengontrol cara verbal 8. Mengontrol cara spiritual

dengan fisik 1 dengan benar dengan

Intervensi

Rasional

SP Pasien SP1 Pasien : Mengidentifikasi Perilaku Kekerasan dan Latihan Fisik 1 dan 2 5. Membina hubungan saling percaya 6. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 & 2. 7. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 8. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik 1 & 2.

dengan SP 2 Pasien : Melatih cara mengontrol Perilaku Kekerasan dengan cara 6 benar minum obat 5. Evaluasi

cara

mengontrol

perilaku

kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2. 6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat (6 benar) 7. Tanyakan bagaimana perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian minum obat (6 benar) SP 3 Pasien : Mengontrol Kekerasan dengan Cara Verbal

Perilaku

5. Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2 dan minum obat (6 benar) 6. Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal: mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan benar 7. Tanyakan bagaiaman perasaan klien setelah melakukan kegiatan. 8. Masukkan pada jadwal kegiatan harian mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal SP 4

Pasien

:

Mengontrol

Perilaku

Kekerasan dengan cara Spiritual

2.

Halusinasi

Pasien mampu : Mengontrol halusinasi sesuai strategi pelaksanaan tindakan keperawatan sehingga klien merasa nyaman

Setelah dilakukan pertemuan 2–4 x klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara : 5. Menghardik penglihatan yang palsu 6. Minum obat dengan prinsip 6 benar minum obat 7. Mengontrol halusinasi dengan bercakap – cakap 8. Melakukan aktivitas yang terjadwal

5. Evaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik 1 & 2, minum obat 6 benar, dan cara verbal 6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan cara spiritual (latih 2 kegiatan) 7. Tanya perasaan klien setelah melakukan kegiatan 8. Memasukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual SP Pasien SP 1 pasien : pengkajian dan mengenal halusinasi 4. Mengkaji kesadaran pasien akan halusinasinya dan pengenalan akan halusinasi : Isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon pasien, serta upaya yang telah dilakukan pasien untuk mengontrol halusinasi 5. Menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan mengahardik 6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik

SP 2 pasien : 6 benar minum Obat 6. Evalusi tanda dan gejala halusinasi 7. Validasi kemampuan pasien mengenal halusinasi yang dialami dan kemampuan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik, berikan pujian 8. Evalusi manfaat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik 9. Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat (jelaskan 6 benar : jenis, waktu, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat) 10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk minum obat sesuai jadwal Berikut ini tindakan keperawatan yang harus dilakukan agar pasien patuh minum obat : f. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa g. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program h. Jelaskan akibat bila putus obat i. Jelaskan cara endapatkan obat atau berobat j. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (jenis, waktu,

dosis, frekuensi, minum obat)

cara,

kontinuitas

SP 3pasien : Bercakap cakap 6. Evaluasi gejala halusinasi 7. Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol alusiansi dengan menghardik, minum obat, berikan pujian 8. Evaluasi manfaat emngontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat sesuai jadwal 9. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap saat terjadi halusinasi 10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan SP 4 pasien : Melakukan aktifitas sehari hari Pada tindakan keempat ini dapat diulang untuk beberapa kegiatan harian. Semakin banyak kegiatan yang dilakukan semakin sedikit kemungkinan berhalusinasi. Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilatih

3. Membereskan kamar e. Evalusi tanda dan gejala halusinasi f. Validasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusiansi dengan menghardik, minum obat, dan bercakap cakap dengan orang lain, berikan pujian g. Latih cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan) h. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk melakukan kegiatan harian 4. Melakukan aktifitas sehari hari : Mencuci piring 3.

Harga Rendah

Diri Pasien Mampu :Meningkatkan kepercayaan diri yang dimiiki klien dan melatih klien sesuai kemampuannya melalui tindakan keperawatan sehingga klien tidak lagi merasa putus asa dan lebih berarti

Setelah pertemuan:

2-4x SP 1 Pasien : Pengkajian dan latihan kegiatan pertama

Klien mampu meningkatkan harga diri dengan cara : 5. Mengkaji kemampuan yang dimiliki klien serta melatih kegiatan pertama 6. Latihan kegiatan kedua yang telah

5. Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi 6. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien (buat daftar kegiatan) 7. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat

disepakati 7. Latihan kegiatan ketiga 8. Latihan kegiatan ke empat yang telah disepakati klien

dilakukan saat ini 8. Buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini 9. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih 10. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan nya) 11. Masukkan kegiatan yang telahh dilatih pada jadwal kegiatan untuk latihan SP 2 Pasien : Latihan kegiatan kedua 5. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah 6. Validasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian 7. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama 8. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih 9. Latih kegiatan kedua (alat dan cara) 10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kegiatan SP 3 Pasien : Strategi pertemuan 3 pada pasien

pelaksanaan

5. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah 6. Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian 7. Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua 8. Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih 9. Latih kegiatan ketiga (alat dan cara) 10. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan tiga kegiatan SP 4 Pasien : Strategi pertemuan 4 pada pasien

pelaksanaan

6. Evaluasi tanda dan gejala harga diri rendah 7. Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian 8. Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih dan lakukan 9. Masukkan pada jadwal kegiatan harian untuk latihan empat kegiatan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Nama : Tn.I

Ruangan : Merpati

HARI/TGL

DIAGNOSA

21 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Strategi Pelaksanaan 1 (Latihan fisik 1 dan 2) g) Membina hubungan saling percaya h) Mengidentifikasi penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada pasien i) Menjelaskan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik (memukul bantal) j) Mencontohkan kepada pasien latihan fisik (memukul bantal) k) Menanyakan perasaan pasien sesudah dilatih l) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan pasien

No. MR : 00.62.71 EVALUASI S : Klien mengatakan mudah marah dan klien tidak bisa mengontrol cara bicaranya yang kasar.

O : Klien tampak banyak bicara dan mampu melakukan latihan fisik (memukul bantal) seperti yang sudah dijelaskan.

A : Perilaku kekerasan verbal tampak. SP 1 Pasien tercapai, pasien mampu mengontrol perilaku

PARAF

kekerasan dengan cara latihan fisik

P : Lanjutkan SP 2 Perilaku kekerasan dan Evaluasi SP 1

22 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 2 (mengontrol S : Klien mengatakan merasa tenang perilaku kekerasan dengan 6 benar dan nyaman setelah meminum minum obat) obatnya. Klien merasa lebih mengantuk setelah minum obat. 4. Evaluasi pertemuan sebelumnya Klien tidak tau nama obat yang dengan pasien SP1 mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan diminum. Dan tidak bisa minum obat sendiri fisik 5. Latih cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. (Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat O : Klien tampak tenang setelah bila obat tidak digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara minum obat dan tidak ada perilaku mendapatkan obat/berobat. Jelaskan gelisah dan bingung tampak pada prinsip 6 benar minum obat: jenis, pasien. Klien tampak tidur 15 menit waktu, dosis, frekuensi, cara dan setelah minum obat. kontinuitas minum obat. 6. Menanyakan perasaan dan pendapat klien setelah minum obat. A : Klien tidak bisa minum obat

sendiri dan selalu diawasi perawat. SP 2 belum optimal

P : Lanjutkan SP 3 Perilaku kekerasan dan evaluasi kegiatan 1 dan 2 23 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 3 (mengontrol S : Klien mengatakan tidak bisa perilaku kekerasan dengan cara verbal) mengontrol cara bicara nya yang kasar, seperti memaksa orang lain 4. Evaluasi cara mengontrol perilaku mengambilkan ia minum atau kekerasan dengan cara latihan fisik makan. Kasar saat meminjam handuk dan 6 benar minum obat. 5. Menjelaskan dan melatih cara atau sendal orang lain yang ada mengontrol perilaku kekerasan dengan diruangan. cara verbal yaitu meminta, mengungkapkan, dan menolak dengan O : Klien tampak banyak bicara. Klien mampu meminta dan menolak benar. 6. Berikan pujian dan tanya bagaimana dengan baik. Klien mengerti tujuan perasaan pasien setelah melakukan dari latihan yang diajarkan latihan. A : Latihan SP 3 belum optimal karna klien melakukan nya hanya

saat diawasi

P : Lanjutkan SP 4 dan evaluasi kegiatan 1, 2 dan 3. 24 Mei 2017

Perilaku Kekerasan

Strategi Pelaksanaan 4 (mengontrol S : Klien mengatakan jarang perilaku kekerasan dengan cara spiritual) melakukan ibadah sholat selama dirumah. Klien ada melakukanibadah 3. Evaluasi cara mengontrol perilaku selama dirawat, klien mengatakan kekerasan dengan cara latihan fisik, 6 benar minum obat, dan pernah menjadi imam saat sholat cara verbal. 4. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan O : Klien tampak melakukan ibadah spiritual (beribadah, sholat, sholat diruangan. Klien mampu berdoa, membaca kitab suci) istighfar dan berdoa sendiri saat akan merasa marah. Klien mampu melakukan latihan yang di ajarkan sendiri

A: SP 4 sudah optimal. Perhatikan SP 2 dan SP 3

P : Lanjutkan SP 2 dan SP 3 dan evaluasi semua kegiatan yang sudah dilakukan. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan

Strategi Pelaksanaan halusinasi)

1

(Menghardik S : Klien mengatakan melihat ada orang yang datang yang akan mengambil harta warisan h) Membina hubungan saling percaya keluarganya sebelum dirawat di i) Mengidentifikasi jenis halusinasi rumah sakit jiwa. Klien mengatakan klien j) Mengidentifikasi isi halusinasi tidak tau apa-apa saat memukul orang tuanya. klien k) Mengidentifikasi waktu terjadi halusinasi klien l) Mengidentifikasi situasi pencetus O : Sebelum dirawat klien berbicara yang menimbulkan halusinasi dan tertawa sendiri dan mengamuk m)Menjelaskan cara mengontrol saat dirumah nya. Saat dilakukan halusinasi dengan menghardik latihan pasien tidak tampak berbicara n) Melatih pasien mengontrol dan tertawa sendiri. halusinasi dengan menghardik A : SP 1 tercapai klien mampu

membina hubungan saling percaya, klien dapat memperagakan cara menghardik yg dilihat tersebut jika terjadi halusinasi.

P : Lanjutkan SP 2 halusinasi, evaluasi kegiatan SP 1 25 Mei 2017

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pennglihatan

Strategi Pelaksanaan 2 (6 benar minum S : Klien mengatakan tidak ada obat) melihat orang yang sering dilihatnya yg akan mengambil harta warisan c) Evaluasi manfaat mengontrol keluarganya. Klien mengaku sudah halusinasi dengan cara menghardik tenang dan tidak pernah melihatnya d) Latih cara mengontrol halusinasi lagi dengan patuh minum obat. (Jelaskan pentingnya penggunan obat, akibat bila obat tidak O : Klien tidak tampak berbicara dan digunakan sesuai program, akibat bila putus obat, cara mendapatkan tertawa sendiri. Klien tampak tenang banyak bicara. Klien obat/berobat. Jelaskan prinsip 6 tetapi benar minum obat: jenis, waktu, mengatakan tidak tau obat yang dosis, frekuensi, cara dan diminum nya kontinuitas minum obat.

A : SP 2 belum optimal, klien belum mampu meminum obat sendiri. Klien hanya tau waktu minum obat tidak tau dosis dan jenis obat nya.

P : Lanjutkan SP 3, evaluasi kegiatan SP 1 dan 2 26 Mei 2017

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi penglihatan

Strategi Pelaksanaan 3 (Bercakap-cakap S : Klien mengatakan tidak ada dengan orang lain) mendengar suara-suara aneh, melihat orang yg sering dilihatnya tersebut. Klien mengaku sudah tenang. Evaluasi gejala halusinasi

d) e) Validasi kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi dengan menghardik, minum obat, berikan O : klien tampak tenang, hari ini klien sudah tidak banyak bicara lagi pujian

f) Latih

cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi A : Halusinasi sudah terkontrol, SP 3 belum optimal

P : Lanjutkan SP 4, evaluasi kegiatan

SP 1, 2 dan 3 Strategi Pelaksanaan aktivitas sehari-hari)

c) Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran

4

(melakukan

S : Klien mengatakan tidak ada mendengar suara-suara aneh, melihat evaluasi kemampuan pasien dalam bayangan orang lain. Klien mengaku mengontrol halusinasi dengan sudah tenang. menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap dengan orang lain,berikan pujian

d)

Latih cara halusinasi dengan kegiatan harian

mengontrol melakukan O : Klien tampak tenang. Klien melakukan aktivitas harian secara mandiri.

A : Klien dapat mengontrol dengan melakukan kegiatan diruangan

P : Optimalkan SP 4 dan evaluasi kegiatan SP 1 2 dan 3

27 Mei 2017

Harga Diri Rendah

SP 1 Pasien : Pengkajian dan latihan kegiatan pertama a) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi b) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapat dilaksanakan) c) Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih d) Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukan nya)

S : Klien mengatakan merasa tidak berguna karena selalu membuat masalah dan meyusahkan orang tuanya. Klien mengatakan merasa dikucilkan oleh teman-teman dirukampungnya.

O : Klien merasa kurang percaya diri dan mengatakan tidak mau lagi tinggal dikampung bersama orang tuanya

A : Klien melakukan kegiatan yang dipilih secara mandiri dan merasa senang setelah melakukan kegiatan

P : Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2Harga diri rendah 28 Mei 2017

Harga Diri Rendah

SP 2 Pasien : Strategi pelaksanaan S : Klien mengatakan sudah pertemuan 2 melakukan kegiatan pertama yaitu a) Validasi kemampuan pasien

melakukan kegiatan pertama yang telah dilatih dan berikan pujian b) Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama c) Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih d) Latih kegiatan kedua (alat dan cara)

merapikan tempat tidur, klien dapat menyebutkan alat untuk kegiatan kedua menyapu ruangan

O : Klien tampak sudah bisa melakukan kegiatan, kontak mata sudah ada

A: Harga diri rendah masih ada, klien melakukan dengan arahan perawat

P: Optimalkan kegiatan SP 1 dan 2 29 Mei 2017

Harga Diri Rendah

SP 3 Pasien : Strategi pelaksanaan pertemuan 3 d) Validasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian e) Bantu pasien melih kegitan ketiga yang akan dilatih f) Latih kegiatan ketiga (alat dan cara)

S : Klien mengatakan drinya senang dapat melakukan kegiatan, klien mengatakan senang dan tenang O : Kien tampak sudah bisa menyiapkan makanan, klien sudah tampak bersemangat

A : Klien mampu kegiatan secara mandiri

melakukan

P : Optimal kegiatan SP 3 dan 1 dan 2 Harga diri rendah

30 Mei 2017

Harga Diri Rendah

SP 4 Pasien : Strategi pelaksanaan pertemuan 4 (2)Validasi kemampuan melakukan kegiatan ertama, kedua dan ketiga yang telah dilatih dan berikan pujian (3)Evaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua dan ketiga (4)Bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih (5)Latih kegiatan keempat (alat dan cara)

S : Klien mengatakan senang mengikuti kegiatan karena membuatnya lebih bersemangat

O : klien tampak bersemangat dan mengikuti kegiatan selama diruangan. Klien mampu melakukan kegiatan sendiri tanpa arahan perawat

A : klien mampu melakukan kegiatan

secara mandiri

P : Evaluasi Kegiatan yang sudah dilakukan sejak awal