PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Lilis Sri Mulyawati
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2008
Lilis Sri Mulyawati NRP A253050211
RINGKASAN Dalam era otonomi daerah dan globalisasi saat ini, keunggulan daya saing wilayah menjadi suatu tuntutan dalam pengembangan wilayah. Keunggulan daya saing dapat digali dari potensi sumberdaya yang dimiliki suatu wilayah baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Kegiatan pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat dijadikan daya saing wilayah karena sarat dengan muatan lokal dan dapat berkompetisi di era globalisasi. Pengembangan pariwisata di suatu daerah juga dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan wilayah seperti peningkatan perekonomian wilayah. Dampak positif dari pariwisata akan memperkuat perekonomian wilayah melalui peningkatan pendapatan orang-orang yang berada di sekitar daerah pariwisata karena adanya aktivitas wisata. Adanya peningkatan pendapatan penduduk di suatu wilayah dapat memberikan indikasi yang baik bagi pengembangan wilayah secara keseluruhan. Banten sebagai provinsi baru yang ditetapkan dengan UU Nomor 23 Tahun 2000, memiliki potensi pariwisata yang beraneka ragam baik potensi alam maupun potensi budaya. Salah satu wilayah yang menjadi primadona pariwisata Banten adalah Koridor Cilegon-Pandeglang dengan daya tarik utamanya wisata pantai. Koridor Cilegon-Pandeglang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Banten terbagi ke dalam tiga kawasan yaitu Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan Kawasan Wisata Pantai Sumur dengan batas-batas pengelolaan kawasan yang masih belum diketahui dengan pasti. Dalam penelitian ini, dilakukan upaya penggalian potensi melalui pemetaan lokasi wisata dengan batas-batas kawasannya beserta gambaran kondisi eksisting seperti aksesibilitas, daya tarik wisata dan kelengkapan fasilitas/sarana dan prasarana di masing-masing kawasan. Dari hasil pemetaan tersebut, dengan dukungan kebijakan, hasil survey primer berupa pengamatan lapang dan foto-foto eksisting, serta pengolahan data kuesioner dan wawancara, teridentifikasi faktor-faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesess), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Faktorfaktor tersebut kemudian dianalisis dalam matrik Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), matrik External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) dan matrik Profil Kompetitif. Pemberian nilai rating dilakukan melalui mekanisme diskusi dengan pihak pemda serta standar pariwisata dari Departemen Kehutanan, sedangkan nilai bobot diperoleh dari tiga pakar (planologi, arsitektur landskap dan pengembangan wilayah) dengan menggunakan program Criterium Decision Plus (CDP). Dengan menggunakan Program CDP diharapkan jawabanjawaban pertanyaan yang diberikan untuk pemberian bobot dapat lebih terukur karena program akan secara otomatis menunjukkan nilai Concistency Ratio (CR). Nilai CR merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten, dan jika penilaian yang dilakukan telah konsisten maka besarnya nilai CR tidak lebih dari 0,10. Dari hasil penilaian bobot oleh pakar, nilai CR yang diperoleh berkisar antara 0,004 - 0,010.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang berasal dari data kuantitatif dalam matrik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif serta ketersediaan lahan dan kebijakan, teridentifikasi bahwa masing-masing kawasan memiliki prospek pengembangan yang cukup baik. Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang yang saat ini memang sudah cukup berkembang dan dikenal secara luas oleh wisatawan harus terus membenahi kawasannya agar faktor distinctive competence yang dimilikinya tetap memiliki nilai jual sebagai ODTW yang spesifik seperti memperkenalkan suatu model city tour atau wisata ilmu pengetahuan di kawasan industri Cilegon. Prospek pengembangan wisata di Pantai Barat Cilegon-Serang harus memanfaatkan faktor eksternalnya karena jika dibandingkan dengan dua kawasan lainnya memiliki total nilai EFAS paling tinggi (3,199). Dalam matrik EFAS Pantai Barat Cilegon-Serang, pengembangan kawasan industri menjadi ancaman, akan tetapi peluang sebagai kawasan pengembangan utama wisata Banten serta kelengkapan sarana dan prasarana wisata yang dimilikinya harus menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata pantai dengan brand image yang sudah banyak dikenal yaitu kawasan industri Cilegon dan Anyer. Kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan dua kawasan lainnya dengan nilai profil kompetitif yang paling tinggi (3,733). Dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif yaitu faktor promosi dan kelengkapan sarana dan prasarana, kawasan ini memiliki prospek dan nilai jual yang tinggi jika dibandingkan dua kawasan lainnya, didukung aksesibilitas yang baik, ODTW yang khas seperti taman laut dan wisata ziarah (wisata pilgrim), lokasi-lokasi wisata yang sudah banyak dikenal seperti Carita dan Tanjung Lesung memberikan dampak yang positif bagi pengembangan kegiatan wisata. Prospek pengembangan Kawasan Pantai Barat Pandeglang semakin tinggi dengan dukungan kebijakan dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai salah satu kawasan pengembangan pariwisata dengan pusat pengembangan Tanjung Lesung. Prospek pengembangan Kawasan Pantai Sumur harus digali dari faktor internalnya karena dibandingkan dengan dua kawasan lainnya kawasan ini memiliki total nilai IFAS paling tinggi (3,702). Faktor internal kawasan yang besar ini terutama karena potensi alam yang masih asli dan terus dipacu oleh pengembangan Pulau Umang dan kedekatannya dengan Ujung Kulon. Prospek pengembangan wisata di kawasan ini juga didukung oleh kebijakan dalam RTRW Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai kawasan pengembangan pariwisata. Jika melihat kondisi eksistingnya saat ini yang mungkin dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual kawasan adalah dengan melakukan promosi pada segmen pasar menengah atas terkait dengan keunggulan bersaing fokus, yaitu menetapkan segmen pasar yang akan dijangkau sebagai target promosi. Segmen pasar yang demikian akan memberikan peluang kawasan ini untuk berkembang sebagai kawasan eksklusif terutama dukungan dua lokasi di sekitarnya (Tanjung Lesung dan Ujung Kulon) yang sudah bertaraf internasional.
ABSTRACT LILIS SRI MULYAWATI. The Prospect of Tourism Region Development in Cilegon-Pandeglang Corridor Banten Province. Supervised by KOMARSA GANDASASMITA and ISKANDAR. In Autonomy era, regional competitive advantage is necessity in regional development, by managing natural and human resources. Tourism activity is one of the sectors of regional competitiveness due to the competition of local contain and ability in globalization era. According to UU 23/2000, Banten Province is one of new region, has various tourism potency either natural or cultural. One of region that has excellent tourism location is the beach on Cilegon-Pandeglang Corridor. Based on The Master Plan of Banten Province Tourism Development, Cilegon-Pandeglang Corridor divided into three region there are Pantai Barat Cilegon-Serang Region, Pantai Barat Pandeglang Region and Pantai Sumur Region. This research make the effort to investigate the tourism potency by mapping of tourism location and accessibility condition, tourism advantage, and facilities delivery in each region. Based on field survey, questioner distribution and interview identified strengths, weaknesses, opportunities, and threats factors are conducted. Those factors are analyzed in Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS), External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS), and Competitive Profile Matrix. Mechanism of rating is determined by discussing to Local Government side and Tourism Standard from Forestry Department, whereas weight resulted by expert view by using Criterium Decision Plus (CDP) program. Based on IFAS, EFAS, Competitive Profile Matrix, availability of land and spatial planning policy the prospect of each region development analyzed by descriptive method. Analysis result showed that Pantai Barat Cilegon Serang Region has good prospect of development by using External Factor (3,199), such as the growth of people in Jabodetabek and the development of Cilegon industry zone. Pantai Barat Pandeglang by using Competitive Profile (3,733) such as tourism promotion and good accessibility to the region. Pantai Sumur Region by using Internal Factor (3.702) such as indigenous natural potency and the development of Umang island. Keyword: Competitiveness, Mapping, Region, Internal and External Factor, Competitive Profile
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PROSPEK PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DI KORIDOR CILEGON-PANDEGLANG PROVINSI BANTEN
Lilis Sri Mulyawati
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Tesis
:
Prospek Pengembangan Kawasan Wisata Di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten
Nama
:
LILIS SRI MULYAWATI
NRP
:
A.253050211
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. Ketua
Dr. Ir. Iskandar Anggota
Diketahui
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Ketua,
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr.
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal Ujian : 22 Januari 2008
Tanggal Lulus :
Tuhan memberikan kebijaksanaan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang diberi-Nya kebijaksanaan itu, berarti ia telah mendapat banyak kebaikan. Hanya orang-orang yang mau berfikir saja yang dapat mengambil pelajaran ini. (Q.S. Al Baqarah: 269)
Tulisan sederhana ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta: Suamiku, Ir. Edy Mulyadi, MT. Putriku Dhea Rifa Rahmah Edyawati. Emak (Ibu Hj. Ayunah) dan Bapak (Alm) H. Armajaya.
PRAKATA Seraya mengucapkan syukur Alhamdulillah, akhirnya tesis yang berjudul “Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten” dapat penulis selesaikan dengan lancar dan baik. Tesis ini dibuat berdasarkan hasil penelitian penulis sebagai bagian terakhir dalam rangkaian menyelesaikan studi S2 di Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan tesis, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini sudah selayaknya disampaikan ucapan terima kasih yang dalam kepada: 1. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc. dan Dr. Ir. Iskandar sebagai Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti bagi tesis ini, serta selalu meluangkan waktu untuk berdiskusi di selasela kesibukannya. 2. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S, sebagai penguji luar komisi, yang telah memberikan koreksi dan masukan bagi penyempurnaan tesis ini. 3. Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr. dan Dr. Ir. Baba Barus M.Sc. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan kerjasamanya. 4. Rektor Universitas Pakuan beserta jajarannya yang telah memberikan izin belajar dan biaya pendidikan kepada penulis. 5. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah memberikan beasiswa BPPS on going selama dua semester. 6. Dinas Pendidikan Provinsi Banten yang telah memberikan beasiswa dana penelitian yang sangat membantu dalam penyelesaian tesis ini. 7. Seluruh pimpinan Fakultas Teknik Universitas Pakuan terutama teman-teman sekaligus guru penulis di Program Studi Teknik Planologi, Ibu Ir. Indarti Komala Dewi, M.Si, Ibu Ir. Janthy T. Hidayat, M.Si, Bapak Ir. Noordin Fadholie, M.Si., Bapak Ir. Gde Ngurah Purnamajaya, MT. dan Bapak Dr. Ir. Soekmana Soma, MSP., M.Eng., yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. 8. Segenap dosen pengajar, asisten dan tenaga administrasi pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah membantu kelancaran dalam menyelesaikan studi. 9. Dinas Pariwisata dan BAPEDA Provinsi Banten yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan bagi penelitian. 10. Suami tercinta Ir. Edy Mulyadi MT., yang selalu memberikan doa, semangat, pengertian dan perhatian yang luar biasa pada penulis. Putriku tersayang Dhea Rifa Rahmah Edyawati yang selalu menjadi inspirasi dan penyemangat di hari-hari berat menyelesaikan studi. 11. Emak dan Bapak (Alm) yang selalu menjadikan hidup ini lebih berarti dan menyongsong masa depan yang lebih baik.
12. Keluarga besar penulis di Balaraja dan Bogor, mertua, semua kakak, adik dan keponakan atas doa, dorongan serta bantuannya baik moril maupun materil terutama buat Ida Farida S.Farm. yang selalu menemani selama studi. 13. Rekan-rekan mahasiswa PWL angkatan 2005, Suci, Arman, Cici, Sammy, Mbak Made dan Pak Maman atas kebersamaannya dalam suka dan duka. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan dukungannya. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT., semoga semua kekurangan dan kesalahan dalam tesis ini dapat memberikan inspirasi dan ide bagi para pemerhati dan peneliti ilmu perencanaan wilayah untuk melakukan penelitian yang lebih baik. Terakhir, semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama ilmu perencanaan dan pengembangan wilayah. Bogor, Januari 2008 LILIS SRI MULYAWATI
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Tangerang Banten pada tanggal 28 Oktober 1969, sebagai putri bungsu dari tujuh bersaudara buah pernikahan Bapak H. Armadjaya dan Ibu Hj. Ayunah. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan penulis di Kota kecil Balaraja Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Tahun 1988, penulis mulai menempuh pendidikan tinggi di Bogor pada Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan dan lulus tahun 1994. Tahun 2003 penulis mengikuti kursus Training for Trainer di Geographic Information System Center University Of San Carlos, Cebu Philippines dengan bantuan biaya dari Pemerintah Belanda. Pendidikan S2 penulis, dimulai pada tahun 2005 pada Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa dari Universitas Pakuan dan BPPS. Semenjak lulus sarjana S1 tahun 1994, selain bekerja sebagai asisten dosen di Jurusan Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan, penulis juga menjadi tenaga perencana di sebuah Konsultan Perencanaan. Akhirnya tahun 1997, penulis memutuskan untuk menjadi tenaga dosen tetap di Fakultas Teknik Universitas Pakuan dan mengabdi di Program Studi Teknik Planologi sampai sekarang. Penulis menikah pada tanggal 9 Desember 1995 dengan seorang Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Bogor bernama Ir. Edy Mulyadi, MT. dan dikarunia seorang putri yang diberi nama Dhea Rifa Rahmah Edyawati, yang saat ini berusia 11 tahun.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL …………………………………………………... DAFTAR GAMBAR ……………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………... PENDAHULUAN ......……………………………………………..... Latar Belakang ........................................................................ Perumusan Masalah ................................................................ Tujuan Penelitian .................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... Pengertian Pariwisata, Wisatawan, Obyek dan Daya Tarik Wisata ..................................................................................... Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pariwisata ...................... Sumberdaya Fisik dalam Perencanaan Pariwisata .................. Pariwisata dalam Perspektif Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah ......................................................... Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Perencanaan Pariwisata ................................................................................ Pemetaan Lokasi Wisata ......................................................... Penilaian Prospek Pengembangan Pariwisata ......................... Analisis Cluster ....................................................................... BAHAN DAN METODE …………………………………………... Kerangka Pemikiran ………………………………………... Bahan dan Alat ……………………………………………… Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………….. Pengolahan Data dan Analisis ................................................ Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data .................... Penyusunan Basis Data Digital ..................................... Analisis Prospek Kawasan Wisata dengan Menggunakan Faktor-faktor SWOT ............................................................... Kerangka Analisis ................................................................... GAMBARAN UMUM ........................................................................ Kebijakan Pengembangan Wilayah......................................... Karakteristik Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang ............ Kondisi Fisik ........................................................................... Letak dan Posisi Geografis Koridor CilegonPandeglang ................................................................... Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang ..... Sebaran Jenis Tanah Wilayah Koridor CilegonPandeglang ................................................................... Penggunaan Lahan Wilayah Koridor CilegonPandeglang ................................................................... Kondisi Perekonomian ............................................................
xiv xvi xviii 1 1 5 6 7 8 8 12 13 14 15 19 20 22 25 25 27 27 29 29 33 33 37 40 40 42 42 42 43 45 47 50
Kondisi Sosial Budaya Wilayah Koridor CilegonPandeglang ............................................................................ Kependudukan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Wisatawan ..................................................................... Kebudayaan ................................................................... Sistem Transportasi dan Aksesibilitas .................................... Sistem Transportasi Darat ............................................. Sistem Transportasi Laut ............................................... Sistem Transportasi Udara ............................................ Kondisi Kegiatan Pariwisata di Masing-masing Kawasan ..... Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang.......................... Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............................... Kawasan Pantai Sumur .................................................. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... Pemetaan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang... Rating dan Bobot Penilaian Faktor-faktor SWOT untuk Setiap Kawasan ....................................................................... Analisis Prospek Pengembangan Pariwisata Setiap Kawasan Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang .... Prospek Kawasan Wisata Pantai Sumur ........................ KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ Kesimpulan ............................................................................. Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN ........................................................................................
52 52 56 58 63 63 67 68 70 70 74 79 82 82 91 106 115 116 117 120 120 122 123 126
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15.
16. 17. 18.
19.
20. 21. 22. 23. 24.
25. 26. 27.
Teks Halaman 12 Faktor Makro dan Mikro dalam Kegiatan Pariwisata .............. 17 Kemampuan SIG ...................................................................... 18 Masalah Pariwisata dan Potensi SIG ........................................ Jenis ODTW di Koridor Cilegon-Pandeglang (angka 28 menunjukkan jumlah jenis) ...................................................... 32 Jenis dan Kelengkapan data untuk keperluan penelitian .......... 32 Jenis Peta yang Dibutuhkan untuk Keperluan Penelitian ........ 34 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary ............... 35 EFAS (ExternalStrategic Factors Analysis Summary ……….. Matrik Profil Kompetitif Kawasan Wisata di Koridor 36 Cilegon-Pandeglang ………………………………………... 43 Lingkup Wilayah dan Luas di Koridor Cilegon-Pandeglang . 45 Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang ……........ 45 Sebaran Jenis Tanah Koridor Cilegon-Pandeglang ………… 48 Penggunaan Lahan Koridor Cilegon-Pandeglang ………….. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 51 2005 (dalam jutaan dan persentase) ......................................... Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Tahun 2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000 dirinci menurut 51 Sektor/Lapangan Usaha (dalam jutaan dan persentase) ........... Laju Pertambahan Penduduk Provinsi Banten Tahun 196152 2005 .......................................................................................... Jumlah Penduduk di Koridor Cilegon-Pandeglang Tahun 2000, 2003 dan 2006 ................................................................ 53 Jumlah Penduduk yang Bekerja pada Lapangan Pekerjaan Utama di Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2005 .................................................................. 54 Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk Yang Bekerja di Lapangan Pekerjaan Utama di Wilayah di Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2005 ............ 54 Jumlah Wisatawan Provinsi Banten Tahun 2001-2005............ 56 Jumlah Wisatawan ke Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Tahun 2001, 2003 dan 2005 ............................... 57 Jenis Atraksi Kesenian dan Budaya di Provinsi Banten .......... 59 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Serang-Cilegon .......... 73 Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan Pantai Barat Serang-Cilegon (angka menunjukkan jumlah unit) .......................................................................................... 73 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............... 78 Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan Pantai Barat Pandeglang ......................................................... 78 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Sumur .................................. 81
28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata di Kawasan Pantai Sumur ............................................................................ Batas dan Letak Kawasan Wisata Koridor CilegonPandeglang ............................................................................. Letak Geografis Masing-masing Lokasi Wisata Pantai di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten ....................... Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang)........................................................................ Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Barat Pandeglang ) ........................................................................... Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Sumur) ...................................................................................... Matrik Penentuan Nilai Rating Faktor Profil Kompetitif ........ IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Cilegon-Serang) ........................................................ EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Pantai Barat Cilegon-Serang) ….......................................................... IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang ……..................... EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Pantai Barat Pandeglang …………………………………………… IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Sumur ……………………………… EFAS (External Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Sumur………………...….................. Matrik Profil Kompetitif KAwasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang ………………………………………... Rangkuman Nilai Marik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif di Kawasan Wisata Cilegon-Pandeglang……………………..
81 86 87 92 96 99 101 108 109 110 111 112 113 114 115
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25 26
Gambar Halaman 12 Faktor-Faktor Pariwisata .......................................................... 26 Kerangka Berfikir ..................................................................... Lokasi Penelitian di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi 28 Banten........................................................................................ Diagram Alir Analisis Prospek Pengembangan Kawasan 39 Wisata................................. ...................................................... 41 Pembagian Kawasan Wisata di Provinsi Banten ...................... 44 Peta Administrasi dan Letak Geografis..................... ............... 46 Peta Kelerengan...........................................................……….. Persentase Penggunaan Lahan di Koridor Cilegon47 Pandeglang................................................................................ 49 Peta Penggunaan Lahan............................................................ Komposisi Jumlah Penduduk yang Bekerja di Lapangan 55 Pekerjaan Utama..................................................... ……........ Aktivitas Wisatawan di Lokasi Obyek Wisata di Koridor 56 Cilegon-Pandeglang.................................................................. Laju Perkembangan Jumlah Wisatawan di Provinsi Banten 57 Tahun 2001-2005......................................................………… Jumlah Wisatawan di Wilayah Pandeglang, Serang dan 58 Cilegon Tahun 2001,2003 dan 2005......................................... Pintu Keluar Tol Cilegon Barat sebagai Jalur Masuk ke 63 Kawasan Wisata Cilegon-Serang ............................................. Jaringan Jalan yang Menjadi Salah Satu Akses ke Kawasan Wisata Serang-Cilegon.............................................................. 64 Kondisi Jalan yang Buruk di Kawasan Pantai Sumur .............. 65 Angkutan Umum yang Melayani Penumpang Menuju Koridor Cilegon-Pandeglang..................................................... 65 Kendaraan yang Digunakan Para Wisatawan Menuju Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang..................... 66 Prasarana Transportasi Kereta Api Lintas Cilegon-Anyer Kidul yang Digunakan Sebagai Alat Angkut Hasil Industri..... 66 Transportasi Laut yang Menjadi Bagian dari Aksesibilitas Koridor Cilegon-Pandeglang..................................................... 67 Prasarana Pelabuhan dan Terminal Terpadu Merak yang Mendukung Pergerakan dari dan ke Koridor CilegonPandeglang................................................................................. 68 Keberadaan Bandara Soekarno-Hatta Menjadi Pintu Gerbang ke Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang.................... 69 Kondisi ODTW di Pantai Anyer dan Pantai Cibeureum........... 70 Keunikan ODTW dengan Terumbu Karang di Pantai Karang Bolong....................................................................................... 71 Kawasan Industri Cilegon Sebagai Salah Satu ODTW............. 71 ODTW Gunung Ciwandan dan Mercusuar............................... 72
27 28 29 30 31
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Fasilitas Restoran dan Hotel di Kawasan Cilegon-Serang........ Keunikan ODTW di Pantai Carita dan Pantai Tanjung Lesung Keunikan ODTW di Pantai Caringin dan Pantai Panimbang.... ODTW Makam dan Masjid Caringin........................................ Tanah Kosong yang Sering Dijadikan Lokasi Kegiatan Atraksi Olahraga dan Lahan Pertanian yang Berpotensi Wisata Agro............................................................................... Pemandangan Perahu Nelayan yang Banyak Terdapat di Kawasan Pantai Barat Pandeglang............................................ Fasilitas Pendukung Wisata Berupa Hotel yang Berada di Kawasan Pantai Barat Pandeglang............................................ Kondisi Pantai di Kawasan Pantai Sumur yang Masih Asli...... Gambaran Lain Keaslian ODTW di Kawasan Pantai Sumur.... Jalan yang Rusak dan Petunjuk Arah Lokasi ODTW yang Tidak Memadai.......................................................................... Kondisi Dermaga yang Sangat Buruk Menuju Pulau Umang... Proses Analisis Spasial Penentuan Batas Koridor CilegonPandeglang................................................................................ Peta Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten........................................................................................ Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang.......................................................................... Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Barat Pandeglang................................................................................ Peta Sebaran Lokasi Wisata di Kawasan Pantai Sumur .......... Bobot Internal Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang Bobot Ekternal Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang.................... Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang................. Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur..................................... Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur................................... Bobot Faktor Profil Kompetitif.................................................
72 74 75 75
76 76 77 79 80 80 81 83 85 88 89 90 102 102 102 103 103 103 104
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1.
2.
3.
4. 5.
Teks Halaman Kuesioner dan Panduan Wawancara Responden (Wisatawan, 126 Masyarakat, Pengusaha, Pemerintah) ...................................... 126 A. Kuesioner Untuk Responden Wisatawan ......................... 130 B. Kuesioner Untuk Responden Masyarakat ........................ C. Panduan Wawancara dengan Responden 132 Pengelola/Pengusaha ........................................................ 133 D. Panduan Wawancara dengan Responden Pemerintah....... 134 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner ............................................. 134 A. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Wisatawan.................... 134 A.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang ..................... 138 A.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............................ 142 A.3 Kawasan Pantai Sumur ............................................. 146 B. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Masyarakat................... 146 B.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang ..................... 148 B.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang ............................ 150 B.3 Kawasan Pantai Sumur ............................................. 152 Hasil Analisis Cluster ............................................................. A. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Jarak dan 152 Kepadatan Penduduk ........................................................ 155 B. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Utilitas .............. 158 Perhitungan Cluster Analisis .................................................... Hasil Pemberian Bobot oleh Ahli/Pakar dengan Program 160 Criterium Decision Plus (CDP) ................................................ 160 A. Ahli Planologi ................................................................... 163 B. Ahli Arsitektur Landskap ................................................. 166 C. Ahli Pengembangan Wilayah ...........................................
PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan paradigma pengembangan wilayah dari era comparative advantage ke competitive advantage, menjadi suatu fenomena baru dalam perencanaan wilayah saat ini. Di era kompetitif, pembangunan ekonomi wilayah yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan mengandalkan keunggulan wilayah berupa kekayaan alam berlimpah, upah buruh murah dan posisi strategis, sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Michael E. Porter dalam bukunya The Competitive Advantage Nation (1990) menggambarkan bahwa faktor keunggulan komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi (Alkadri et al., 2001). Lahirnya undang-undang otonomi daerah saat ini menjadikan persaingan antar wilayah semakin meningkat. Daerah-daerah yang miskin dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi (tiga pilar pengembangan wilayah) berusaha keras melaksanakan berbagai strategi untuk meningkatkan daya saingnya (Alkadri et al., 2001). Ida dalam Saragih (2003) mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga esensi dari otonomi daerah. Pertama, pengelolaan kekuasaan berpusat pada tingkat lokal yang berbasis pada rakyat. Kedua, dimensi ekonomi artinya dengan otonomi daerah, maka daerah-daerah diharapkan mampu menggali dan mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang ada di wilayahnya. Adanya kemampuan daerah untuk membiayai dirinya sendiri paling tidak memperkecil ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Ketiga dimensi budaya, artinya dengan otonomi daerah masyarakat lokal harus diberikan kebebasan untuk berekspresi dalam mengembangkan kebudayaan lokal. Di sinilah pentingnya memikirkan kembali strategi pembangunan secara mendasar, yakni pada upaya membangun ekonomi berbasis komunitas lokal. Salah satu daya saing wilayah yang sarat dengan muatan lokal dan dapat berkompetisi di era keterbukaan saat ini adalah sektor pariwisata. Dalam skala nasional, peningkatan peran sektor pariwisata semakin membuka peluang dalam pembangunan di Indonesia saat ini, baik secara ekonomi maupun sosial budaya.
Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang sangat signifikan pada pendapatan devisa negara, selain tentunya juga terhadap peningkatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pada era otonomi saat ini sektor pariwisata juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian lokal maupun regional. Potensi wisata yang cukup besar pada suatu daerah otonom masih memungkinkan bagi peningkatan pendapatan/penerimaan daerah dari sektor pariwisata. Meskipun demikian, sektor pariwisata sangat rentan terhadap faktor-faktor lingkungan alam, keamanan dan aspek aspek global lainnya. Permasalahan yang juga merupakan subyek utama dalam pembangunan kepariwisataan adalah mengenai pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata. Sumberdaya pariwisata ini selain dalam bentuk masalah kelangkaan, juga dalam konteks pemanfaatan yang sesuai dengan peruntukan dan kepemilikan. Pembangunan pariwisata yang harus tetap memperhatikan faktor lingkungan
ini sejalan dengan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan
(sustainable tourism development). Dalam sustainable tourism development, pembangunan pariwisata diharapkan dapat mengurangi kerusakan lingkungan akibat kegiatan ekonomi lain seperti industrialisasi dan pertambangan (Holden, 2000). Oleh karena itu pengelolaan pembangunan pariwisata memiliki keterkaitan dengan sektor lain yang menyangkut banyak stakeholder seperti swasta, pemerintah dan masyarakat, baik sebagai wisatawan maupun penduduk asli. Pengembangan pariwisata di suatu daerah juga dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan wilayah seperti peningkatan perekonomian wilayah. Menurut Frechtling dalam Gunn (1988) dampak positif dari pariwisata akan memperkuat perekonomian wilayah melalui peningkatan pendapatan orang-orang yang berada di sekitar daerah pariwisata karena adanya aktifitas wisata. Adanya peningkatan pendapatan penduduk di suatu wilayah dapat memberikan indikasi yang baik bagi pengembangan wilayah secara keseluruhan. Walaupun demikian kegiatan pariwisata juga dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian maupun sosial pada masyarakat di daerah wisata.
Perubahan dari masyarakat dengan latar belakang ekonomi pertanian menjadi tenaga kerja di sektor pariwisata menyebabkan terjadinya beberapa hal sebagai berikut (Gunn, 1988) : 1. Tenaga kerja yang terserap oleh investasi sektor pariwisata lebih rendah 23 % dari tenaga kerja yang terserap dalam investasi di sektor pertanian; 2. Walaupun rata-rata pendapatan keluarga meningkat tetapi
sebenarnya
pendapatan setiap tenaga kerja menurun. 3. Pariwisata memerlukan lebih banyak tenaga kerja per keluarga
untuk
menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan pendapatan dari sektor pertanian. 4. Sektor pariwisata memerlukan lebih sedikit tenaga trampil dibandingkan sektor pertanian. 5. Walaupun memberikan peluang bagi tenaga kerja yang beralih dari pertanian ke pariwisata tetapi membutuhkan tambahan biaya untuk perumahan, transportasi dan rekreasi. 6. Pariwisata memerlukan investasi yang lebih besar untuk infrastruktur jika dibandingkan dengan industrialisasi pertanian. 7. Jika tenaga kerja non pertanian dan non pedesaan tertarik bekerja sebagai tenaga pariwisata di pedesaan tidak akan memberikan pendapatan yang terusmenerus bagi buruh migran tersebut. Kegiatan pengembangan pariwisata juga akan berdampak negatif pada keadaan sosial masyarakat yang menimbulkan permasalahan sosial seperti obatobatan terlarang, homoseksual, nudis, dan anak-anak muda yang meniru budaya “wisatawan asing” yang tidak sesuai dengan status sosial ekonomi mereka (Gunn, 1988). Oleh karena itu pengembangan kegiatan pariwisata harus benar-benar dilakukan sesuai dengan potensi yang ada di wilayah tersebut, baik dari segi fisik, maupun sosial ekonomi sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan wilayah. Dalam era otonomi daerah saat ini, pengelolaan pariwisata yang tidak tepat akan menyebabkan konflik dan tumpang tindih kepentingan antar stakeholders. Provinsi Banten yang ditetapkan dengan UU No. 23 Tahun 2000 sebagai provinsi baru, memiliki potensi pariwisata yang sangat potensial untuk
dikembangkan dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Banten secara keseluruhan. Posisi Provinsi Banten yang berbatasan langsung dengan Ibukota Negara memberikan keuntungan terhadap perkembangan perekonomian wilayah, sehingga peluang ini perlu dimanfaatkan dengan maksimal terutama melalui upaya peningkatan promosi dan aksesibilitas ke lokasi-lokasi wisata yang berada tidak jauh dari DKI Jakarta ini. Dari sisi lain keuntungan lokasi ini juga didukung dengan letaknya yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan menjadi penghubung antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera serta memiliki akses langsung ke Samudera Indonesia. Dengan lokasinya yang sangat strategis tersebut dan sebagai pintu gerbang pergerakan barang dan jasa antar pulau yang sangat potensial, maka peluang ini perlu dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pariwisata di Provinsi Banten. Kondisi tersebut juga ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan sebesar 11 % tahun 2002 dan 13,23 % tahun 2003 untuk wisatawan nusantara. Sementara itu pada tahun yang sama, walaupun menunjukkan penurunan, jumlah wisatawan mancanegara memiliki prosentase yang lebih tinggi dibanding dengan wisatawan nusantara yaitu sebesar 26, 83 % pada tahun 2002 dan 24,04 % pada tahun 2003 (RIPP Provinsi Banten, 2004). Dalam upaya
mengembangkan sektor pariwisatanya secara maksimal,
Provinsi Banten menerbitkan Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) yang mengelompokkan daerah wisatanya menjadi beberapa kawasan wisata. Di Provinsi Banten, kawasan wisata yang menjadi primadona adalah kawasan wisata pantai, yang salah satunya berada di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang. Pengembangan pariwisata di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang sebenarnya telah dilakukan ketika Banten masih merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Meskipun demikian pada kenyataannya kegiatan pariwisata yang ada saat ini di wilayah tersebut masih belum memperlihatkan perkembangan yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sejalan dengan pembentukan Banten sebagai provinsi baru. Melihat kenyataan tersebut dan perkembangan kegiatan pariwisata yang semakin berkembang di era pasar bebas saat ini Provinsi Banten sudah seharusnya
melakukan terobosan untuk mencari dan menggali potensi pariwisata
untuk
mendukung pembangunan wilayahnya. Potensi pariwisata yang ada di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang ini meliputi kegiatan pariwisata yang berbasis pantai/laut dengan dukungan kesenian daerah seperti debus, gendreh, pencak silat, dan lain-lain yang berkembang karena adanya budaya keagamaan yaitu agama Islam. Beraneka ragamnya kegiatan pariwisata di sepanjang koridor CilegonPandeglang
ini
belum
terpetakan
dengan
baik,
sehingga
dibutuhkan
pengembangan dan perencanaan yang komprehensif agar dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan wilayah Provinsi Banten. Pemetaaan potensi kawasan wisata yang baik dan informatif dapat memberikan masukan positif untuk mengetahui prospek pengembangan pariwisata di Provinsi Banten yang pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi masyarakat
Banten secara
keseluruhan.
Perumusan Masalah Koridor Cilegon-Pandeglang dalam RIPP Provinsi Banten Tahun 2005 terdiri dari 3 kawasan wisata, yaitu
Kawasan Wisata Pantai Barat Serang-
Cilegon, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan Kawasan Wisata Pantai Sumur. Semua lokasi wisata yang ada sangat mengandalkan potensi pantai/laut yang memang berada di sepanjang koridor tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan lahan-lahan di sepanjang pantai menjadi sangat penting dalam mengembangkan kegiatan pariwisata yang ada, dengan dukungan kondisi fisik kawasan serta asset wisata lain seperti budaya asli yang dapat dipromosikan. Hal ini menyebabkan eksploitasi terhadap sumberdaya fisik menjadi sangat berlebihan misalnya dengan pembangunan hotel-hotel yang jaraknya kurang dari 75 meter dari bibir pantai dan menutup akses masyarakat yang bukan pengunjung hotel. Kondisi demikian telah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama pada saat Banten masih menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat karena adanya pemberian HGU (Hak Guna Usaha) yang mencapai waktu 90 tahun untuk pengembang pariwisata dan lemahnya pengawasan oleh pemerintah di wilayah tersebut.
Di sisi lain pembangunan yang saat ini dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Banten, masih belum menemui bentuk dan arah yang jelas dalam upaya pengembangan pariwisata dalam mendukung pembangunan wilayah. Adanya RIPP masih merupakan bentuk kebijakan yang secara nyata belum dapat dijalankan karena tidak adanya dukungan langsung baik dari pemerintah sendiri maupun dari masyarakat yang ada di sekitar kawasan wisata.
Keterbatasan
sumberdaya manusia yang ada saat ini menjadi salah satu kendala mengapa asset pariwisata Banten yang cukup banyak tidak termanfaatkan secara optimal. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka permasalahan yang timbul dalam pengembangan kawasan wisata yang ada di sepanjang koridor CilegonPandeglang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana memetakan setiap kawasan wisata dengan baik dan informatif sehingga memiliki keterkaitan dan orientasi antar satu dengan lainnya. 2. Bagaimana prospek pengembangan setiap kawasan wisata berdasarkan sumberdaya yang dimilikinya.
Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan dalam prospek pengembangan
kawasan wisata di sepanjang koridor
Cilegon-Pandeglang,
maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memetakan kawasan wisata dengan masing-masing keunggulannya sehingga memiliki orientasi dan keterkaitan satu dengan lainnya. 2. Mengetahui prospek pengembangan
masing-masing kawasan
wisata
berdasarkan sumberdaya yang dimilikinya dilihat dari faktor internal, eksternal dan kompetitif kawasan.
Manfaat Penelitian Sebagai sebuah tesis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Provinsi Banten dapat menjadi masukan dalam mengkaji potensi dan prospek pengembangan pariwisata yang ada di wilayahnya,
terutama di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang serta dapat menjadi model pengembangan wisata di lokasi lain. 2. Bagi pihak swasta/masyarakat dapat menjadi masukan dan peluang untuk melakukan investasi pembangunan
di bidang pariwisata dalam rangka mendorong
wilayah Provinsi Banten
serta menjadi salah satu
pertimbangan bagi penggalian potensi wisata di masa datang. 3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan diharapkan dapat menambah perbendaharaan kajian terhadap pengembangan pariwisata, terutama dalam era otonomi yang memungkinkan daerah mengelola sendiri sumberdayanya untuk pembangunan daerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pariwisata, wisatawan, obyek dan daya tarik wisata Pengertian pariwisata dapat bermacam-macam
tergantung dari sudut
mana mengartikannya. Dalam Pendit (1999) terdapat beberapa definisi pariwisata seperti berikut : • Menurut Tourism Society in Britain, pariwisata adalah kepergian orang-orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar tempat tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama di tempat tujuan-tujuan tersebut mencakup kepergian untuk berbagai maksud termasuk kunjungan seharian atau darmawisata. • Menurut McIntosh dan Gupta, pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawanwisatawan ini serta para pengunjung lainnya. • Menurut Wahab, pariwisata adalah salah satu jenis industri yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. • Menurut E. Guyer-Freuler, pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat perangkutan. Sementara itu menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan yang dimaksud dengan pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Menurut Mathinson and Wall dalam Gunn (1988) Pariwisata adalah pergerakan sementara orang-orang ke
tujuan di luar tempat bekerja dan tempat tinggal mereka, melakukan aktivitas selama mereka dalam lokasi tersebut, dan menciptakan kesenangan sesuai dengan kebutuhan mereka. Soemarwoto (1997), berpendapat bahwa pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Kegiatan pariwisata ini sangat peka terhadap kerusakan lingkungan misalnya pencemaran oleh limbah domestik yang berbau dan nampak kotor, sampah yang bertumpuk dan sikap penduduk yang tidak ramah. Adapun jenis-jenis pariwisata menurut Pendit (1999) terdiri dari : 1. Wisata Budaya: pariwisata yang dilakukan untuk mempelajari dan melihat keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka; 2. Wisata Kesehatan: pariwisata yang dilakukan dengan maksud untuk upaya kesehatan seperti mata air yang mengandung mineral untuk kesehatan atau iklim udara yang menyehatkan; 3. Wisata olahraga: pariwisata yang dimaksudkan untuk tujuan berolahraga seperti berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olahraga air atau di atas pegunungan; 4. Wisata Komersial:
pariwisata untuk mengunjungi pameran-pameran atau
pekan raya yang bersifat komersial seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya. 5. Wisata Industri: pariwisata yang dilakukan ke daerah-daerah perindustrian atau pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar untuk tujuan peninjauan ataupun penelitian; 6. Wisata Politik: pariwisata untuk mengunjungi atau mengambil dengan aktif dalam peristiwa kegiatan politik seperti konferensi, musyawarah, kongres atau konvensi politik; 7. Wisata Konvensi: jenis pariwisata yang sangat erat dengan wisata politik yaitu mengadakan konvensi di gedung-gedung konvensi yang megah serta menampilkan atraksi yang menggiurkan; 8. Wisata Sosial: pariwisata murah serta mudah untuk memberikan kesempatan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan contohnya wisata buruh juga wisata remaja
9. Wisata Pertanian: pariwisata yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang-ladang pembibitan dan sebagainya; 10. Wisata Maritim atau bahari: pariwisata yang dilakukan di daerah maritim seperti laut, pantai dan teluk; 11. Wisata Cagar Alam: pariwisata yang dilakukan ke daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya; 12. Wisata Buru: pariwisata yang banyak dilakukan pada daerah atau hutan yang memiliki
tempat berburu yang dijinkan oleh pemerintah, biasanya diatur
dalam bentuk safari buru yang dilakukan atas ijin pemerintah; 13. Wisata Pilgrim: pariwisata yang dikaitkan dengan kegiatan keagamaan seperti kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap suci atau keramat seperti pura, makam wali songo dan lain sebagainya; 14. Wisata Bulan Madu: kegiatan pariwisata yang dilakukan untuk pasanganpasangan yang baru menikah yang sedang berbulan madu dengan dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri. Hal penting yang sangat berkaitan dengan pariwisata adalah wisatawan, yang dalam Undang-undang No.9 Tahun 1990 dinyatakan bahwa wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Sammeng (2000) menyebutkan wisatawan merupakan orang yang melakukan perjalanan/ kunjungan sementara secara sukarela ke suatu tempat di luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari untuk suatu maksud tertentu dan tidak memperoleh penghasilan tetap ditempat yang dikunjungi. Sementara itu Norwal dalam Lia (2001) mendefinisikan wisatawan adalah seseorang yang memasuki wilayah negara asing dengan maksud tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan yang mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjungi, uang yang dikeluarkannya bukan hasil dari negeri tersebut melainkan di negeri asalnya. Lebih rinci PATA (Pasific Area Travel Association) menyatakan istilah wisatawan pada prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan merupakan negeri biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi :
1. orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya, 2. orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, olahraga, keagamaan dan sebagainya) 3. orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis, Wisatawan melakukan perjalanan wisata untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang ada di lokasi tujuan wisata. Marpaung dalam Rina (2006) mengatakan bahwa obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktifitas dan fasilitas yang berhubungan dan dapat menarik wisatawan untuk datang ke suatu daerah tertentu. Dalam Undang-undang
No. 9 Tahun 1990
disebutkan bahwa Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata, dan terdiri atas : a. objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam, serta flora dan fauna; b. objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreaksi, dan tempat hiburan. Dalam
Undang-undang
No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan
terdapat pula istilah yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata yaitu kawasan pariwisata yang diartikan sebagai kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pariwisata Pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara sederhana dapat diiliustrasikan sebagai berikut :
Faktor Mikro
INPUT
PROSES
OUTPUT
Faktor Makro Sumber : Suyitno, 2001 Gambar 1 Faktor-Faktor Pariwisata
Faktor makro adalah faktor komponen yang bersifat global dan tidak secara khusus diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata, sedangkan faktor mikro adalah komponen yang secara khusus dan langsung terlibat dalam mewujudkan kegiatan wisata. Secara rinci mengenai faktor makro dan mikro dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1 Faktor Makro dan Mikro dalam Kegiatan Pariwisata Faktor Makro - Faktor Ekonomi
Faktor Mikro - Wisatawan
- Faktor Sosial Budaya
- Profil wisatawan
- Faktor Geografi
- Motivasi wisatawan
- Faktor Teknologi
- Waktu
- Sarana dan Parasarana
- Harga
- Sumberdaya manusia - Pemerintah Sumber : Diolah dari Suyitno, 2001
Sumberdaya Fisik dalam Perencanaan Pariwisata Sumberdaya adalah segala sesuatu yang ada dalam geosistem yang bernilai bila diolah dan digunakan oleh manusia (Blunden, 1985). Sumaatmadja
(1996) membedakan sumberdaya menjadi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Sumberdaya alam merupakan komponen-komponen yang ada di alam yaitu air, tanah, udara, mineral, flora dan fauna. Sumberdaya manusia adalah segala kemampuan dan potensi yang ada dalam diri manusia dapat berupa tenaga (man power), keahlian atau kemampuan intelektual (expertise) dan kepribadian (personality). Robinson (1976) mengemukakan komponen geografi yang bernilai bagi pariwisata dapat berupa : (1) lokasi dan aksesibilitas (location and accesibility); (2) ruang (space); (3) pemandangan alam (scenery) berupa landform, seperti gunung, danau, air terjun, air panas dan laut, tumbuhan seperti hutan dan rumput; (4) iklim berupa sinar matahari, awan, suhu, curah hujan; (5) kehidupan binatang berupa binatang liar seperti burung cagar alam dan kebun binatang dan binatang hasil penangkaran untuk keperluan berburu dan memancing; (6) kenampakan pemukiman seperti kota, desa, peninggalan sejarah monumen dan peninggalan arkeologi; (7) kebudayaan berupa cara hidup, tradisi, cerita rakyat , seni dan kerajinan tangan. Seluruh sumberdaya baik sumberdaya alam, manusia maupun sumberdaya buatan berperan dalam perencanaan pariwisata. Sumberdaya manusia mencakup perkembangan demografi, letak pemusatan penduduk, jenis rekreasi yang diperlukan, kerlintasan lokasi, daya tarik dan gangguan terhadap penduduk setempat. Sedangkan sumberdaya alam yang bersifat fisik meliputi pantai, hutan, danau, pegunungan, lokasi sejarah dan budaya yang penting. Kegiatan pariwisata melibatkan bentang lahan dan bentang budaya yang dapat diangkat menjadi sebuah obyek wisata (Windoatmoko, 2006). Pengelolaan sumberdaya fisik dalam pariwisata termasuk juga didalamnya strategi pemanfaatan sumberdaya seperti pemahaman yang baik terhadap prosesproses eko-hidrologis yang terjadi pada suatu kawasan wisata dan prospek pengembangan kawasan di masa yang akan datang. Pariwisata dalam Perspektif Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilayah
dan menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah sangat diperlukan karena kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah bersangkutan. Konsep pengembangan wilayah berbeda dengan konsep pembangunan sektoral, karena pengembangan wilayah sangat berorientasi pada issues (permasalahan) pokok wilayah secara saling terkait, sementara pembangunan sektoral sesuai dengan tugasnya, bertujuan untuk mengembangkan sektor tertentu, tanpa memperhatikan kaitannya dengan sektorsektor lainnya (Riyadi, 2005). Tujuan utama pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang ada di dalamnya dapat optimal mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang diharapkan. Optimal berarti dapat dicapai tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan dalam alam lingkungan yang berkelanjutan. Penataan ruang pada dasarnya merupakan sebuah pendekatan dalam pengembangan wilayah yang bertujuan untuk mendukung peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat dan lingkungan hidup (Akil, 2005). Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang menyebutkan bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam kegiatan pariwisata, penataan ruang tidak hanya memberikan arahan lokasi investasi tetapi juga memberikan jaminan terpeliharanya ruang yang berkualitas dan mempertahankan keberadaan obyekobyek wisata sebagai aset bangsa (Akil, 2005). Menurut Akil (2005), hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengembangan pariwisata dalam perspektif penataan ruang adalah sebagai berikut : 1. pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan arahan dalam rencana tata ruang 2. Pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan daya dukung lingkungan
3. Dalam menyelengggarakan kegiatan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat 4. Untuk mencapai keberhasilan pengembangan kegiatan pariwisata harus dilakukan secara koordinatif dan terpadu antar semua pihak yang terkait sehingga terwujud keterpaduan lintas sektoral dan menghindari terjadinya konflik antar sektor 5. Mengingat pariwisata sebagai sektor tersier dimana preferensi wisatawan sangat ditentukan oleh tingkat kenyamanan, maka dukungan sarana dan prasarana untuk meningkatkan aksesibilitas ke lokasi obyek wisata mutlak dibutuhkan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Perencanaan Pariwisata
Sistem Informasi Geografis (SIG) selama ini dilihat oleh sebagian besar orang sebagai kasus khusus dari sistem informasi secara umum (Dangermond, 1990). Informasi diturunkan dari interpretasi data yang secara simbolis merepresentasikan suatu features. Nilai suatu informasi bergantung pada banyak hal termasuk waktu, konteksnya, biaya pengumpulan, penyimpanan, manipulasi dan presentasi. Informasi sekarang telah menjadi asset yang sangat mahal, merupakan komoditi yang dapat diperjualbelikan dengan harga yang tinggi (Roche and Humeau, 1999). Informasi dan komunikasi adalah satu dari kunci proses pembangunan dan merupakan karakteristik dari "contemporary societies". Dalam SIG Terdapat dua macam sistem informasi yang dapat diidentifikasikan (Maguire, 1991), yaitu: transaction processing system dan decision
support
system.
Pada
transaction
processing
system,
penekanannya adalah pencatatan/recording dan "manipulasi" pada setiap kegiatan. Contoh populer adalah pada kegiatan perbankan dan reservasi penerbangan. Pada decision support system, penekanannya adalah pada manipulasi, analisis dan secara khusus pada pemodelan untuk kepentingan
mendukung pengambil keputusan seperti manajer perusahaan, politisi dan pejabat pemerintahan. Sistem informasi mempunyai beberapa atribut yang penting. Informasi di dalam sistem harus diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mempunyai fungsi jika digunakan. Akses pada informasi di dalam sistem harus diatur dengan baik dan secara benar diperbaharui, harus ada suport yang menerus dalam merawat informasi dan teknologi, staf dan pengguna membutuhkan pendidikan dan pemahaman pemanfaatan. Secara mudah SIG mencakup kedua sistem informasi baik yang manual maupun yang berbasiskan komputer. Secara praktis, semua sistem informasi adalah berbasiskan komputer. Komputer sudah digunakan secara ekstensif dalam perencanaan kota. Menurut Martin (1996), ada 6 faktor utama yang menyebabkannya ledakan pertumbuhan aplikasi SIG untuk perencanaan , yaitu 1). perhatian yang sangat besar akan kemampuan SIG, 2). teknologi yang semakin maju untuk mendukung aplikasi, 3). data yang lebih murah, 4). semakin mudah penggunaannya, 5).
semakin murah
harganya, dan 6). ketersediaan aplikasi. Sementara itu menurut Webster (1994), ada 3 hal yang dapat
dikemukakan mengenai manfat SIG untuk perencanaan , yaitu : • Visualisasi : SIG digunakan secara terbatas untuk analisis perbandingan statis (paling umum dilakukan di perencanaan) SIG sangat bermanfaat untuk memperlihatkan proses dinamis (tetapi sangat jarang digunakan dalam perencanaan) • Organisasi Data dan Manajemen : Secara khusus SIG tidak efisien untuk menerapkan model prediktif karena ketidaksesuaian dalam struktur datanya • Analisis Keruangan : SIG sangat bermanfaat jika definisi geometrik data berubah selama pemodelan. SIG sangat bermanfaat dalam penyerasian
perbedaan
kerangka
pencatatan
dalam
analisis
yang
menerus
(menyambung). Menurut Bahaire dan Elliott (1999), Solusi yang dapat dipecahkan dengan SIG dalam Perencanaan Pariwisata adalah : (1) lokasi pengembangan pariwisata, (2) dampak pengembangan pariwisata, (3) model-model dalam pengambilan keputusan pengembangan pariwisata. Secara detail Bahaire dan Elliott (1999), membuat suatu matrik mengenai aplikasi yang dapat dimanfaatkan dalam pariwisata seperti disajikan pada Tabel 2. Sementara itu menurut Butler dalam Bahaire dan Elliot (1999) membuat matrik yang berbeda mengenai aplikasi SIG yang dapat memecahkan permasalahan dalam perencanaan pariwisata seperti diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 2 Kemampuan SIG Contoh Fungsional Kemampuan SIG Input, penyimpanan dan manipulasi data Produksi Peta Managemen dan Keterpaduan database Query dan pencarian data
Contoh Permasalahan Dasar yang dapat diteliti menggunakan SIG (After Rhind, 1990) Lokasi Ada apa ?
Kondisi
Dimana ?
Kecenderungan
Apa yang telah berubah? Rute Mana Yang Terbaik ? Apa polanya?
Rute Pola
Analisis Spasial Model Spasial Membantu pengambilan keputusan
Model
Sumber : Bahaire dan Elliot, 1999.
Akibatnya bagaimana jika….?
Contoh Aplikasi Pariwisata Inventarisasi Sumber daya Pariwisata Mengidentifikasi lokasi yang paling layak untuk pembangunan Mengukur dampak pariwisata Manejemen/Aliran Pengunjung Menganalisis Hubungan yang berkaitan dengan penggunaan sumberdaya Menilai dampak potensial dari pembangunan pariwisata
Tabel 3 Masalah Pariwisata dan Potensi SIG Masalah Sifat Masalah Aplikasi SIG Pariwisata Ketidaktahuan Ketidaktahuan terhadap dimensi, sifat, kemampuan Titik kuncinya adalah bahwa stakeholder tidak memiliki jenis informasi pariwisata seperti oleh pengambil keputusan dan yang dibutuhkan untuk menyatakan sudut pandangnya. Penggunaan SIG masyarakat untuk penyelidikan sistematik terhadap sumberdaya pariwisata dan analisis trend untuk membantu memperbaiki masalah tersebut Ketidakmampuan Untuk menentukan tingkat pengembangan SIG dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol aktivitas pada pariwisata berkelanjutan yang cenderung satu tingkat pembangunan yang mempertimbangkan kecukupan dan menghasilkan ketidakjelasan konsep mampu diterima oleh stakeholder yang telah ditentukan. Dengan mengintegrasikan data pariwisata, lingkungan, social budaya, dan ekonomi, SIG memudahkan identifikasi dan monitoring indikator pembangunan berkelanjutan. Ketidakmampuan Untuk mengelola dan mengontrol pembangunan SIG dapat digunakan untuk mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk berhubungan dengan penggunaan, kemampuan dan pembangunan pariwisata, mengidentifikasi zona kendala/potensi kapasitas. Kurang Apresiasi Bahwa pariwisata merupakan suatu industri dan SIG dapat digunakan untuk simulasi dan model spasial akibat dari dapat menyebabkan dampak yang tidak dapat pembangunan yang diusulkan. Untuk membuat tanggap stakeholder dikembalikan seperti semula dengan mudah terhadap dampak yang berhubungan dengan tindakannya, misalnya analisis kelayakan, analisis jaringan, model gravitasi. Kurang Apresiasi Bahwa pariwisata merupakan suatu yang dinamis SIG memungkinkan mengintegrasikan sekelompok data yang dan menyebabkan perubahan juga respon terhadap menunjukkan pembangunan sosial ekonomi dan modal lingkungan di perubahan, seperti pariwisata hanya merupakan dalam lokasi spasial tertentu. SIG menempatkan posisi tertinggi dari bagian dari proses pembangunan yang dapat perencanaan spasial strategis dan terpadu. menghasilkan konflik intra dan interindustri yang merusak sumberdaya pariwisata Kurang Dukungan Melebihi tingkatan pembangunan, kontrol dan Fungsi SIG sebagai system yang mendukung keputusan – untuk arahan yang sesuai. menghasilkan argumen yang lebih terinformasi dan memudahkan pengambilan keputusan dan pemecahan bersama. Bagaimanapun, ini mensyaratkan keberadaan dari suatu logika kerangka pengawasan pengembangan dan perencanaan terpadu. Sumber : Butler dalam Bahaire dan Elliot (1999)
Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa aplikasi SIG memiliki bidang yang sangat relevan dalam perencanaan pariwisata seperti : (1) akses data dan pekerjaan rutin, (2) pengintegrasian data dan manajemen, (4) inventarisasi sumberdaya pariwisata, (5)
tujuan wisata dan penggunaan overlay peta,
(6)
perbandingan penggunaan lahan dan analisa dampak, (7) analisa terhadap gangguan visual, (7) keterlibatan dan partisipasi masyarakat. Walaupun begitu banyak aplikasi SIG yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan pariwisata
masih sangat
dibutuhkan social innovation: (1) peningkatan interaksi antara perencana dan pembuat kebijakan, (2) integrasi pengetahuan yang dimiliki dengan keahlian teknis, (3) Representasi spasial yang sesuai dengan pengetahuan local (4) kemampuan masyarakat dalam mengakses teknologi tingkat tinggi, (5) pengetahuan perencanaan tentang pentingnya partisipasi publik
Pemetaan Lokasi Wisata Pemetaan merupakan metoda yang efektif dalam menentukan lokasi suatu kegiatan dengan tepat. Pemetaan secara spasial dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan GPS (Global Positioning System). GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca ini, didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga-dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh dunia. Saat ini GPS telah sangat banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang untuk bermacam ragam keperluan (Abidin, 2000). Salah satu dari aplikasi GPS ini adalah dalam bidang survey dan pemetaan terutama untuk keperluan penentuan koordinat dari titik-titik di permukaan bumi. Survey penentuan posisi dengan (survey GPS ) secara umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan metode penentuan posisi diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase (carrier phase) dari sinyal GPS. Pada suatu survey dengan GPS (Abidin, 2000), pengamatan GPS dengan selang waktu tertentu dilakukan baseline per baseline dalam suatu jaringan
dari titik-titik yang akan ditentukan posisinya. Seandainya lebih dari dua receiver GPS yang digunakan, maka pada satu sesi pengamatan (observing session) dapat diamati lebih dari satu baseline sekaligus. Pada survey GPS, proses pengolahan data untuk penentuan koordinat dari titik-titik dalam suatu jaringan pada dasarnya terdiri atas tiga tahap, yaitu : • Pengolahan data dari setiap baseline dalam jaringan, • Perataan jaringan yang melibatkan semua baseline untuk menentukan koordinat final dari titik-titik dalam jaringan, • Transformasi koordinat titik-titik tersebut dari datum WGS84 ke datum yang diperlukan oleh pengguna. Lokasi wisata dalam pemetaan dengan GPS akan didefinisikan sebagai suatu titik/koordinat sehinggga dapat ditransformasikan ke dalam peta-peta secara digital untuk memudahkan dalam proses penyusunan informasi yang dibutuhkan. Pemetaan lokasi wisata dengan menggunakan GPS akan dapat mempermudah membuat suatu sistem informasi pariwisata baik dari segi fisik ataupun informasi-informasi potensi dari kawasan wisata.
Penilaian Prospek Pengembangan Pariwisata Penilaian prospek pengembangan pariwisata akan dilakukan dengan analisis deskriptif. Suratmo (2002) mengatakan metode deskriptif didasarkan pada data deskripsi dari suatu status, keadaan sikap, hubungan atau suatu sistem pemikiran suatu masalah. Analisis deskriptif dituntut interpretasi yang obyektif walaupun dalam penelitian sangat sulit untuk menghilangkan subyektifitas. Dalam Suratmo (2002) juga dikatakan biasanya obyek penelitian adalah individu manusia atau suatu masyarakat untuk mendapatkan deskripsi, gambaran atau suatu lukisan secara sistematis, faktual, detail dan akurat serta sifat-sifat atau perilaku hubungan antara berbagai fenomena. Dalam analisis deskriptif dituntut pula adanya nilai kuantitatif walaupun teknik pengumpulan data hanya melalui wawancara, observasi, angket/kuestioner, uji/testing (Suratmo, 2002) Oleh karena itu untuk mendukung analisis deskriptif yang akan dilakukan maka digunakan analisis SWOT yang memanfaatkan matriks internal, eksternal dan
profil kompetitif. Sementara untuk mengeliminir unsur subyektifitas pemberian bobot pada SWOT dilakukan dengan menggunakan Program CDP (Criterium Decision Plus). Dalam tutorial CDP Student Version disebutkan bahwa Program CDP dapat memberikan model analisis yang lebih simpel dan sederhana bagi penentu keputusan yang belum berpengalaman. Keanekaragaman informasi dari suatu kegiatan akan memberikan banyak peluang dalam menentukan suatu strategi perencanaan. Salah satu analisis yang dapat digunakan dalam membuat suatu strategi adalah Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Rangkuti (2001) menyatakan bahwa analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan
peluang
(opportunities),
namun
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threaths). Selanjutnya menurut Rangkuti (2001) proses penyusunan perencanaan strategis melalui 3 tahap analisis, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis dan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengumpulan data merupakan suatu kegiatan pengumpulan data tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Model yang digunakan dalam tahap ini terdiri dari tiga, yaitu matrik faktor strategi internal, matrik faktor strategi eksternal dan matrik profil kompetitif. Matrik faktor strategi internal akan diketahui dengan menyusun IFAS (internal strategic factors analysis summary), sedangkan matrik faktor strategi eksternal dapat diketahui dengan menyusun EFAS (external strategic factors analysis summary). Matrik profil kompetitif dipergunakan untuk mengetahui posisi relatif suatu kegiatan yang dianalisis dibandingkan dengan kegiatan lain yang sejenis. Keunggulan setiap kawasan akan terlihat dalam faktor-faktor kompetitif yang merupakan keunggulan daya saing wilayah yang dapat terlihat dari keunggulan faktor produksi, keunggulan inovasi, kesejahteraan rakyat dan besarnya investasi (Alkadri et al., 1999). Analisis Cluster
Analisis Cluster merupakan teknik mereduksi informasi. Informasi dari sejumlah obyek akan direduksi menjadi sejumlah kelompok, yaitu jumlah kelompok lebih kecil dari jumlah obyek. Obyek-obyek yang sama dikelompokkan dalam suatu kelompok sehingga mempunyai tingkat kesamaan yang tinggi dibandingkan dengan obyek dari kelompok lain. Subash Sharma (1996), mendefinisikan analisis cluster sebagai cara untuk menyatukan obyek ke dalam kelompok atau grup dengan alasan bahwa setiap kelompok homogen mempunyai sifat yang sama atau setiap kelompok berbeda dari kelompok lain. Pendefinisian kesamaan atau homogenitas kelompok yang ada sangat bergantung kepada tujuan studi atau penelitian. Tujuan utama teknik ini adalah melakukan pengelompokkan berdasarkan kriteria tertentu sehingga obyek-obyek tersebut mempunyai variasi di dalam cluster (within cluster) relatif kecil dibandingkan variasi antar cluster (between cluster). Metode analisis cluster yang populer adalah hierarchical method dan non hierarchical method atau positioning method. Dalam metode hirarki pembagian kelompok dilakukan berdasarkan hirarki yang ada, sehingga jumlah kelompok data yang terbentuk sangat bergantung pada karakteristik data, sedangkan pada metode pemisahan berlawanan dengan metode hirarki, yaitu jumlah kelompok ditentukan dahulu baru kemudian data dibagi sesuai dengan jumlah kelompok yang telah ditetapkan. Metode pengelompokan secara hirarkis secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu metode aglomeratif dan metode devisif. Metode aglomeratif berlangsung dengan menyusun satu seri penggabungan n obyek dalam kelompok œ kelompok, hasil akhirnya semua obyek tergabung menjadi satu cluster, sedangkan metode devisif berlangsung dengan membagi n obyek dalam beberapa clusternya sendiri. Dalam metode aglomeratif, langkah pertama, obyek membentuk cluster sendiri, langkah kedua, dua obyek yang saling berdekatan bergabung, langkah ketiga, obyek baru bergabung dengan cluster yang berisi dua obyek tadi atau dua obyek lain membentuk cluster baru dan seterusnya.
Ada empat kriteria penugasan dalam metode aglomeratif, yaitu: 1. Metode Single Linkage Metode ini lebih dikenal dengan metode hubungan atau nearest neighbor. Dalam metode hirarki tunggal (single linkage) atau metode tetangga terdekat pelaksanaannya didasarkan pada perhitungan jarak terpendek. Kedua obyek ini akan membentuk kelompok pertama. Pada tahap selanjutnya satu atau dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu pertama apakah obyek ketiga akan bergabung pada kelompok yang telah terbentuk atau kedua obyek ketiga ini akan bergabung dengan obyek lainnya membentuk kelompok kedua. Pembentukan kelompok tergantung apakah jarak dari obyek ke kelompok pertama lebih dekat dibandingkan dengan jarak obyek tersebut dengan obyek lainnya yang belum terkelompok. Proses ini berlangsung terus sampai semua obyek menjadi satu. 2. Metode Complete Linkage Metode ini juga disebut sebagai metode furtherst neighbor atau diameter method. Metode ini kebalikan dari metode single linkage dimana jarak antar cluster ditentukan sebagai jarak terjauh. 3. Metode Average Linkage Metode Average Linkage merupakan variasi dari algoritma single linkage dan complete linkage. Algoritma yang dipakai sama dengan kedua metode tersebut kecuali perhitungan jarak yang dipakai, yaitu bahwa jarak antar cluster-cluster didefinisikan sebagai jarak rata-rata antara seluruh pasangan obyek yang akan digabungkan. 4. Metode Ward’s Error Sum Of Square Metode ini membentuk cluster berdasarkan jumlah total kuadrat deviasi tiap pengamatan dari rata-rata cluster yang menjadi anggotanya. Dalam hal ini nilai Error Sum Of Square merupakan fungsi obyektif pada saat melakukan penggabungan.
Pelaksanaan analisis cluster dipilah menjadi tiga tahapan utama, yaitu : 1. Tahap Pembagian adalah proses untuk menentukan apa dan bagaimana cluster, dikembangkan dengan mempertimbangkan: variabel apakah yang digunakan untuk proses komputasi kemiripan obyek, bagaimana kemiripan antar obyek akan diukur, prosedur apa yang akan digunakan untuk menempatkan obyek yang mirip dalam cluster dan beberapa cluster yang diinginkan. 2. Tahap Interpretasi yaitu tahapan yang menyangkut pemerikasaan statement berkaitan dengan cluster yang dikembangkan, dengan tujuan memberi label pada cluster dengan akurat, misalnya apa yang disebut dengan light beer dan regular beer. Proses interpretasi biasanya memakai teknik centroid. Dalam hal ini, bila cluster dibentuk berdasarkan data mentah maka hasil akan berbentuk deskripsi logis. Bila data berbentuk komponen faktor maka analisis akan balik melihat data mentah dari variabel asli, kemudian mengkomputasi profil rata-rata dari data itu. Penggunaan profil modal juga bisa dipakai bila ingin mengetahui keragaman within cluster. 3. Tahap Validasi dan Profiling yaitu meliputi usaha analisis untuk mendapat keyakinan bahwa solusi cluster representatif terhadap populasi (mewakili semua obyek), dan karenanya stabil sepanjang waktu. Cara yang dilakukan adalah dengan menganalisis cluster pada sample terpisah, membandingkan solusi cluster dan mencocokkan hasilnya, atau dengan cara yang lebih praktis dapat juga dilakukan dengan memilah sample menjadi dua kelompok, masing-masing dianalisis dan hasilnya dibandingkan. Tahap profiling menggambarkan karakter tiap cluster dengan maksud menjelaskan bagaimana mereka berbeda pada dimensi relevan dengan membandingkan skor rata-rata dari profil cluster. Variabel tergantung yang katagorik, yang pertama akan mengidentifikasi cluster. Sedangkan variabel tak bebas berbentuk demografik, psikografik, dan seterusnya. Dari analisis atas dasar tingkat signifikansi statistik tertentu, analisis dapat menarik kesimpulan. Perbedaan karakteristik antar cluster yang utama adalah karena dapat dipakai untuk memprediksi perilaku anggota cluster.
BAHAN DAN METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian diawali dengan adanya pemikiran terhadap perubahan paradigma dalam perencanaan wilayah saat ini, terutama dikaitkan dengan otonomi daerah. Otonomi daerah selalu dikaitkan dengan penggalian potensi lokal untuk meningkatkan daya saing wilayah yang pada akhirnya akan terwujud suatu daerah otonom yang mandiri dan mampu bersaing di era globalisasi. Salah satu sektor yang memiliki muatan lokal yang sangat besar dan dapat dikembangkan sebagai sektor kompetitif, serta memiliki nilai jual yang tinggi adalah pariwisata. Provinsi Banten memiliki potensi pariwisata yang besar. Hal ini ditunjukkan dengan lokasi kawasan wisata yang sangat strategis, tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan yang tinggi serta keanekaragaman obyek dan daya tarik wisata. Permasalahan yang timbul dari kondisi di atas adalah besarnya potensi pariwisata yang ada di Provinsi Banten terutama di Koridor Cilegon-Pandeglang yang belum tergali secara maksimal dan memberikan kontribusi bagi pengembangan wilayah secara keseluruhan. Peningkatan kontribusi pariwisata dimaksud termasuk pula upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam dan budaya yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini mencoba menggali potensi pariwisata berdasarkan aspek fisik yang didukung dengan aspek sosial budaya untuk mendapatkan potensi pariwisata yang lebih besar. Dengan kajian terhadap aspek fisik dengan dukungan aspek sosial budaya tersebut diharapkan dapat diketahui prospek pengembangan pariwisata yang ada di Provinsi Banten, terutama di tiga kawasan pariwisata yang berada di Koridor Cilegon-Pandeglang Untuk lebih memahami secara rinci mengenai
kerangka pemikiran
penelitian prospek pengembangan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang ini dapat dilihat pada Gambar 2.
26
Perubahan Paradigma Pengembangan Wilayah Comparative advantageÆ Competitive advantage
Perlunya penggalian potensi wilayah dalam otonomi daerah
Pariwisata sebagai salah satu sektor yang dapat dikembangkan sebagai sektor kompetitif
Potensi pariwisata yang besar di Provinsi Banten - Letak kawasan wisata yang strategis - Tingkat pertumbuhan kunjungan wisatawan yang tinggi - Keanekaragaman obyek dan daya tarik wisata
Permasalahan : Potensi pariwisata di sepanjang Koridor CilegonPandeglang yang belum tergali secara maksimal
Aspek Fisik : - Letak Administrasi - Kelerengan - Penggunaan lahan - Aksesibilitas
Pemetaan Masing-masing Kawasan Wisata
Aspek Sosial Budaya - Kependudukan - Wisatawan - Atraksi budaya
Potensi Kawasan Wisata (faktor internal, eksternal dan kompetitif)
Prospek Pengembangan masing-masing kawasan wisata
Gambar 2 Kerangka Berfikir Prospek Pengembangan Kawasan Wisata
27
Bahan dan Alat Data yang digunakan terdiri dari : (1) data primer berupa data asli yang belum mengalami pengolahan, seperti data hasil survey lapangan dan (2) data sekunder, yaitu data penunjang berupa data spasial dalam bentuk peta-peta tematik dan data atribut berupa data PODES (Potensi Desa) Provinsi Banten tahun 2006, data demografi atau kependudukan, data sosial ekonomi dan data kebijakan pariwisata Provinsi Banten berupa Rencana Induk Pengembangan Pariwisata. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah Personal Computer Intel Core Duo yang dilengkapi dengan software ArcView GIS versi 3.2 dan Minitab 14. Peralatan penunjang lain meliputi alat tulis, kamera digital, kompas dan GPS (Global Positioning System) berasal dari Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB, serta kaset rekaman untuk melakukan wawancara jika diperlukan.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten yang terdiri dari tiga kawasan wisata, yaitu Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan Kawasan Wisata Pantai Sumur. Koridor Cilegon-Pandeglang secara administratif meliputi tiga wilayah administrasi, yaitu Kabupaten Serang, Kota Cilegon dan Kabupaten Pandeglang. Jumlah jenis obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang ada di koridor ini cukup bervariasi meliputi obyek wisata pantai, wisata ziarah dan atraksi budaya. Lokasi penelitian dan jenis ODTW di sepanjang koridor Cilegon-Pandeglang dapat dilihat pada pada Gambar 3 dan Tabel 4. Kegiatan pra survey dilakukan pada bulan Desember 2006 untuk memberikan gambaran mengenai lokasi secara umum, sebelum pelaksanaan penelitian. Penelitian utama dilaksanakan pada bulan Pebruari 2007 sampai dengan Juli 2007 dengan melakukan beberapa kali survey lapang untuk memperoleh gambaran lebih detail mengenai kondisi eksisting di lapangan.
28
KAWASAN WISATA PANTAI BARAT CILEGON-SERANG
KAWASAN WISATA PANTAI BARAT PANDEGLANG
KAWASAN WISATA PANTAI SUMUR
Gambar 3 Lokasi Penelitian di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten
Tabel 4 Jenis ODTW di Koridor Cilegon Pandeglang (angka menunjukkan jumlah jenis) Jenis ODTW A. Kategori Alam - Pantai - Pulau - Kawasan Gunung - Kawasan cagar Alam - Air terjun, Pemandian dan danau
Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang
Kawasan Pantai Barat Pandeglang
Kawasan Pantai Sumur
8 1 1 -
7 -
6 1 -
-
-
B. -
Kategori Sejarah &Budaya Sejarah, Budaya, Masjid Keraton, Benteng Makam raja/Ziarah Monumen, Museum
1
1 1 -
-
C. -
Kategori Wisata Buatan Pusat Perbelanjaan Agrowisata Bangunan Bendungan Kawasan Pelabuhan Sarana Olahraga
-
-
-
10 -
12
8 -
D. Kategori Kehidupan Masyarakat - Atraksi kesenian - Kerajinan tradisional
Sumber : RIPP Provinsi Banten, 2005.
29
Pengolahan Data dan Analisis Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan metode pengamatan langsung di lapangan. Unsur-unsur yang diamati yaitu meliputi aspek daya tarik wisata, misalnya: kondisi fisik yang berbentuk darat, pantai, pulau dan laut, potensi pasar, aksesibilitas, kondisi sosial ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana penunjang, serta karakteristik wisatawan. Pengamatan juga dilakukan dengan mengambil foto-foto di kawasan wisata agar lebih memudahkan dalam mendeskripsikan keadaan di lapangan. Karakteristik wisatawan dan respon masyarakat akan dikaji lebih mendalam dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner melalui teknik sampling. Agar dalam proses menggali informasi dapat lebih luwes, maka selain menggunakan alat bantu kuesioner juga dilakukan wawancara bebas yang tetap mengacu pada panduan wawancara untuk wisatawan maupun masyarakat. Wawancara menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000) merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dengan responden. Pengumpulan data melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa peneliti dapat menggali informasi selengkap mungkin, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dengan wawancara, peneliti dapat melakukan pendekatan secara personal misalnya dengan menggunakan bahasa daerah setempat atau diawali dengan pembicaraan yang sifatnya umum. Informasi-informasi yang berasal dari wisatawan,
masyarakat setempat,
pihak pengelola serta pemerintah terhadap kondisi eksisting kawasan wisata yang dianggap akan menunjang dalam pengembangan pariwisata juga dipertimbangkan didalam tahapan memilah mana yang termasuk kategori utama yang dapat mendukung pengembangan wilayah di Koridor Cilegon-Pandeglang secara keseluruhan, terutama dalam membentuk matriks kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam SWOT. Pengambilan sampel responden dalam penelitian ini dilakukan secara stratifikasi, yaitu terdiri dari beberapa jenis sampel responden seperti wisatawan, masyarakat, pengelola/pengusaha lokasi wisata, dan pemerintah. Data dari berbagai
30
strata tersebut diharapkan akan lebih memperkaya informasi yang akan diperoleh untuk mendukung penelitian. Suratmo (2002) mengatakan penetapan sampel haruslah didasarkan pada sifat populasi dan tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini tujuan penyebaran kuesioner adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam pembentukan faktor-faktor dalam analisis SWOT. Jumlah variabel yang akan diukur adalah 10 variabel yang berasal dari faktor makro dan mikro yang mempengaruhi kegiatan pariwisata. Dengan dasar besarnya variabel yang ingin diukur tersebut, maka jumlah sampel diambil sebesar 100, yaitu 10 kali jumlah variabel, sehingga diasumsikan jumlah tersebut akan dapat memberikan gambaran faktor-faktor pariwisata secara lebih jelas dan dapat mewakili keragaman dari populasi. Jumlah untuk masing-masing responden ditentukan sebagai berikut : 1. Responden Wisatawan Pengambilan responden wisatawan dilakukan secara acak, hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua responden memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, dengan demikian sampel yang terpilih dapat digunakan untuk menduga karakteristik populasi secara obyektif (Sugiarto et al., 2003). Besarnya jumlah sampel responden wisatawan adalah 78 orang. Agar teridentifikasi karakteristik tiga kawasan secara lebih obyektif dari sudut pandang wisatawan yang datang maka masing-masing kawasan akan diwakili oleh 26 orang responden. 2. Responden Masyarakat Untuk mengetahui tanggapan/respon masyarakat terhadap adanya kegiatan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang maka pengambilan responden masyarakat dilakukan secara acak yaitu masing-masing 6 orang per kawasan didasarkan pada jumlah kepadatan penduduk. Jadi total jumlah sampel untuk masyarakat adalah 18 orang. 3. Responden Pengelola Sampel responden
pengelola diambil berdasarkan kemudahan akses untuk
mendapatkannya (convenience sampling) karena sampel terpilih ada pada waktu dan tempat yang tepat (Sugiarto et al., 2003) yaitu sebanyak 1 orang
31
pengusaha/pengelola lokasi wisata di setiap kawasan. Jadi jumlah sampel untuk pengelola sebanyak 3 orang sesuai dengan jumlah kawasannya dengan asumsi bahwa pengusaha tersebut dapat mewakili pengusaha/pengelola lokasi wisata lainnya. 4. Responden Pemerintah Sebagai penentu kebijakan, maka responden pemerintah ditentukan secara purposive sampling (sampling dengan maksud tertentu). Menurut Sugiarto et. al. (2003) dalam purposive sampling pemilihan sampel bertitik tolak pada penilaian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representif. Sementara menurut Saaty (1991) jumlah sampel responden yang diperlukan untuk suatu pengambilan kebijakan tidak perlu besar. Responden yang dipilih yaitu Kasie Data Subdin Program Dinas Pariwisata Provinsi Banten Data sekunder diperoleh dari instansi berwenang yang ada di Provinsi Banten maupun nasional, seperti peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1:25.000 (Bakosurtanal), peta RePPProT skala 1: 250.000, dokumen RTRW Provinsi Banten (Bapeda Provinsi Banten), dokumen RIPP (Dinas Pariwisata Provinsi Banten), Data Potensi Desa (PODES) BPS 2006, Banten dalam Angka 2005 serta data dari instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Peta Rupa Bumi Indonesia dan peta RePPProt seperti tersebut di atas menjadi dasar dalam penyusunan informasi mengenai potensi fisik setiap kawasan wisata. Selain itu untuk mendukung kajian mengenai potensi fisik kawasan, juga dilakukan dengan tahapan studi pustaka yang diperoleh melalui berbagai literatur, penelitian sebelumnya, brosur-brosur, internet serta media elektronik lainnya. Setelah itu baru dilakukan verifikasi melalui observasi lapang untuk melihat secara nyata mengenai berbagai potensi fisik yang dimiliki setiap kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Data spasial yang berasal dari peta RBI, peta RePPProt dan peta-peta lain dalam penelitian ini diolah dan disajikan dalam format yang sama dengan menggunakan software ArcView GIS 3.2. Secara lengkap mengenai jenis dan kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 seperti berikut :
32
Tabel 5 Jenis dan Kelengkapan data untuk keperluan penelitian No
Jenis data
Bentuk data
Sumber data
1.
Kebijakan Pembangunan
Undang-undang, Peraturan Pemerintah Kepmen, RTRW, Renstra, RIPP
Internet, BAPEDA, Dinas Pariwisata Provinsi Banten
2.
Karakteristik Wilayah
Data Potensi desa 2006, Banten Dalam Angka 2005
BPS
3.
Kependudukan seperti: jumlah dan kepadatan penduduk, mata pencaharian
Data Kependudukan 2006, Banten Dalam Angka 2005
BPS
4.
Karakteristik ODTW
Jumlah dan Sebaran Lokasi Wisata
Dinas Pariwisata, Survey lapang
5.
Informasi tentang kondisi lokasi wisata, sarana dan prasarana, aksesibilitas, kondisi sosial budaya masyarakat
Data hasil survey lapang
Kuesioner dan Wawancara
6.
Karakteristik Wisatawan meliputi jumlah, asal, usia,jenis kelamin, status sosial, latar belakang pendidikan, pekerjaan dll
Banten Dalam Angka 2005
BPS, Dinas Pariwisata, Wawancara dan Kuesioner
Tabel 6 Jenis peta yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian No.
Jenis Peta
Skala
Sumber
1.
Peta Wilayah Administrasi
1:25.000
- RBI, Bakosurtanal - BAPEDA Provinsi Banten
2.
Peta Kemiringan
1:25.000 1:250.000
- RBI, Bakosurtanal - RePPProt
3.
Peta Land Use
1:25.000
- RBI, Bakosurtanal - BAPEDA Provinsi Banten
4.
Peta Jenis Tanah
1:250.000
RePPProt
6.
Peta Obyek Wisata
1:100.000
- RIPP, Dinas Pariwisata Provinsi Banten - Pemetaan dengan GPS
33
Penyusunan Basis Data Digital Data masukan yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini yaitu data spasial berupa data grafis peta dan data numerik berupa data tabular. Sebelum dapat dilakukan operasi tumpang tindih (overlay) dengan Sistem Informasi Geografis (SIG), diperlukan proses pemasukan data yang dapat diartikan untuk mengubah semua bentuk data dan informasi yang tersedia ke dalam bentuk data digital. Peta yang masih berwujud peta manual/analog dan hasil ploting diubah ke dalam bentuk digital dengan metode digitasi melalui layar (on screen digitation) dan diikuti dengan pemasukan data atribut. Terhadap peta yang memiliki sistem koordinat yang berbeda dilakukan transformasi koordinat, sehingga tersusun basis data spasial dengan sistem koordinat yang sama. Penggabungan data spasial dan data atribut akan menghasilkan suatu informasi yang lengkap untuk suatu cakupan (coverage) dengan deskripsi pada masing-masing peta. Perangkat lunak (software) SIG yang yang digunakan adalah ArcView GIS 3.2.
Analisis Prospek Pengembangan Kawasan Wisata dengan menggunakan Faktor-faktor SWOT Faktor-faktor SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, treaths) dalam penelitian ini disusun dari hasil wawancara dan kuesioner serta data sekunder yang menggambarkan kondisi kawasan wisata. Dalam SWOT terdapat dua faktor yang sangat penting yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Selain itu juga terdapat faktor-faktor kompetitif yang dapat digunakan untuk membandingkan keunggulan kompetitif. Masing-masing kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang memiliki faktor internal dan eksternal yang berbeda karena perbedaan karakteristik wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana serta aksesibilitas.
Faktor internal,
eksternal dan kompetitif inilah yang digunakan untuk analisis deskriptif bagi prospek pengembangan kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Faktor internal
yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan elemen-
elemen/komponen pariwisata
yang dimiliki
oleh kawasan wisata di Koridor
Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten. Elemen-elemen yang dimiliki setiap kawasan
34
untuk
pengembangan
pariwisata
dianalisis
kekuatannya
(strengths)
dan
kelemahannya (weaknesses). Komponen yang dianalisis meliputi komponen produk (ODTW, fasilitas dan infrastruktur), manajemen, sumberdaya manusia, promosi, pemasaran dan dampak lingkungan. Faktor internal ini dapat dibangun menjadi matrik IFAS. Matrik IFAS untuk kawasan wisata disusun dalam Tabel 7 seperti berikut : Tabel 7. IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategi Internal (Kolom 1)
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Komentar
(Kolom 2)
(Kolom 3)
(Kolom 4)
(Kolom 5)
Kekuatan Kelemahan Total
1,00
Sumber : Rangkuti, 2001
Tabel IFAS akan disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategis internal dengan tahapan sebagai berikut : - menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan kawasan wisata serta kelemahannya dalam kolom 1 - memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis kawasan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00 - menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi kawasan wisata - kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masingmasing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor) - kolom 5 dibuat untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tersebut terpilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
35
- jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan wisata. Nilai total ini menunjukkan bagaimana kawasan wisata tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Faktor eksternal
yaitu
faktor-faktor pendukung pariwisata yang tidak
dimiliki oleh kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten. Faktor-faktor inilah yang menurunkan peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dan dibangun menjadi matrik EFAS. Matrik EFAS untuk kawasan wisata ini disusun dalam Tabel 8 seperti berikut: Tabel 8 EFAS (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Komentar
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
(Kolom 4)
(Kolom 5)
Peluang Ancaman Total
1,00
Sumber : Rangkuti, 2001
Tabel EFAS akan disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi eksternal dengan tahapan sebagai berikut : - menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman dalam kolom 1 - memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis kawasan. - menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi kawasan wisata. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya misalnya jika nilai ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1, sebaliknya jika ancamannya sedikit ratingnya 4 - kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-
36
masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,00 (poor) - kolom 5 dibuat untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tersebut terpilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. - jumlahkan skor pembobotan (kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan bagi kawasan wisata. Nilai total ini menunjukkan bagaimana kawasan wisata tersebut bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya. Selain itu untuk mengetahui posisi relatif masing-masing kawasan wisata maka dipergunakan matrik profil kompetitif yaitu dengan menyusun faktor-faktor strategis dengan bobot sama untuk semua kawasan wisata tetapi dengan rating yang berbeda. Matrik pofil kompetitif akan disusun seperti Tabel 9 berikut:
Tabel 9 Matrik Profil Kompetitif Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Faktor Strategis
Total
Kawasan Pantai Barat
Kawasan Pantai Barat
Kawasan Pantai
Cilegon-Serang
Pandeglang
Sumur
Bobot
Rating
Bobot Skor
Rating
Bobot Skor
Rating
Bobot Skor
1,00
Sumber: Rangkuti, 2001
Tabel Matrik Profil Kompetitif disusun dengan langkah-langkah berikut: -
Total nilai bobot untuk faktor strategis harus sama dengan 1,00
-
Nilai rating dimulai dari 1 yang diberikan pada kawasan dengan kondisinya yang sangat lemah dilihat dari faktor strategis, nilai 2 diberikan jika kondisinya sedikit lebih lemah, nilai 3 diberikan jika kondisinya sedikit lebih kuat dan nilai 4 diberikan jika kondisinya paling kuat.
-
Selanjutnya untuk masing-masing kawasan wisata nilai rating dikalikan dengan nilai bobot dari variabel yang digunakan.
-
Terakhir jumlahkan bobot skor sehingga akan diketahui kawasan yang menduduki posisi tertinggi dalam kompetisi.
37
Kerangka Analisis Dalam rangka menjawab tujuan penelitian, maka analisis dimulai dengan membuat peta koridor Cilegon-Pandeglang dengan memanfaatkan program Arc View GIS 3.2 yaitu membuat buffer dari peta garis pantai Provinsi Banten dan menggabungkannya dengan perintah intersect dalam geoprocessing wizard. Untuk mendukung hasil analisis spasial tersebut digunakan pula cluster analysis dari data Potensi Desa 2006. Setelah peta koridor terbentuk maka dimulailah penyusunan basis data digital yang terdiri dari peta batas administarasi, peta kelerengan, peta penggunaan lahan dan peta sebaran obyek wisata. Dengan peta digital dan didukung data atribut serta foto-foto lokasi maka tujuan pertama penelitian ini terjawab yaitu memetakan/menampilkan peta masing-masing kawasan wisata di Koridor CilegonPandeglang secara lengkap dan informatif. Selanjutnya untuk menjawab tujuan studi yang kedua yaitu mengetahui prospek pengembangan kawasan wisata digunakan analisis deskriptif yang dilandasi oleh faktor internal dan eksternal dalam SWOT melalui pembentukan matrik IFAS, matrik EFAS dan matrik profil kompetitif. Faktor-faktor SWOT (matrik IFAS dan EFAS) serta matrik profil kompetitif diperoleh dari data sekunder berupa kondisi fisik kawasan dan data
primer yaitu data hasil penyebaran kuesioner dan
wawancara. Penentuan bobot untuk masing-masing faktor dalam matriks EFAS, IFAS dan Profil kompetitif dilakukan dengan menggunakan Program CDP (Criterium Decision Plus) dengan metode analisis full pairwise comparison dengan skala penilaian 1-9. Dengan menggunakan Program CDP diharapkan jawaban-jawaban pertanyaan yang diberikan untuk pemberian bobot dapat lebih terukur karena program akan secara otomatis menunjukkan nilai Concistency Ratio (CR). Nilai CR merupakan parameter yang digunakan untuk memeriksa apakah perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsisten atau tidak (Marimin, 2004). Selanjutnya Marimin (2004) juga mengatakan jika penilaian kriteria yang dilakukan telah konsisten maka besarnya nilai CR tidak lebih dari 0,10. Untuk menghindari subyektifitas dalam pemberian bobot maka diminta 3 orang tenaga ahli (ahli planologi, ahli arsitektur landskap dan ahli pengembangan
38
wilayah) untuk memberikan bobot pada faktor-faktor internal, eksternal dan kompetitif. Sedangkan pemberian rating dilakukan berdasarkan observasi lapang, wawancara dengan Kasie Data Subdin Program Dinas Pariwisata Provinsi Banten dan kriteria-standar penilaian ODTWA-ADO (Obyek dan Daya Tarik Wisata AlamAnalisis Daerah Operasi) dari Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. Dengan pemberian bobot dan rating yang demikian diharapkan akan mengurangi tingkat subyektifitas dalam penelitian ini, sehingga analisis deskriptif yang dilakukan dapat lebih dipertanggungjawabkan karena didukung dengan adanya pengolahan data kuantitatif dari data kualitatif hasil survey primer. Dengan kerangka analisis demikian diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebuah tulisan ilmiah yang baik dan komprehensif sehingga akan menambah khasanah ilmu pengetahuan yang akan terus berkembang. Secara rinci kerangka analisis penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
39
Peta Garis Pantai
Buffer
Data Atribut : Potensi Desa 2006 (Desa-desa Pantai)
Intersect
Cluster Analysis
Peta Koridor Cilegon-Pandeglang
Peta Administrasi Prov Banten Peta Administrasi Peta Kelerengan Peta Penggunaan Lahan
Basis Data Digital
Data Atribut
Foto-foto lokasi wisata
Data Primer dan Sekunder
Peta Kawasan Wisata
Matrik IFAS Matrik EFAS Matrik Profil Kompetitif
Penentuan rating - observasi lapang - kriteria ODTWA-ADO - wawancara
Pemberian Bobot dengan Program CDP oleh Ahli
Analisis Prospek (Deskriptif)
Prospek Pengembangan Kawasan Wisata
Gambar 4 Diagram Alir Analisis Prospek Pengembangan Kawasan Wisata
40
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Kebijakan Pengembangan Wilayah Dalam Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 36 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten 2002 – 2017, arahan pengembangan wilayah Provinsi Banten salah satunya adalah Pengembangan Fungsional Wisata. Pengembangan fungsional wisata ini melalui pengelolaan kawasan-kawasan wisata. Kriteria yang digunakan dalam pengembangan wisata ini adalah adanya
pengelompokan daya tarik wisata potensial yang dapat
dikembangkan dan dijual kepada wisatawan, memiliki jalur utama sebagai koridor regional yang menghubungkan satu wilayah pengembangan dengan wilayah pengembangan lainnya, memiliki pusat pengembangan yang sekaligus mampu menjadi gerbang dan tempat transit sebelum menyebar ke objek wisata di wilayah pengembangan dan didukung oleh ketersediaan fasilitas yang ada. Arahan kegiatan pemanfaatan ruang dalam RTRW merupakan arahan yang bersifat umum sehingga harus ada tindak lanjut kebijakan yang lebih detail dan dapat dijadikan pedoman bagi penetapan ijin yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang wilayah.
Arahan pemanfaatan ruang kegiatan pariwisata diarahkan pada
lokasi-lokasi : 1. Kawasan Wisata Pantai Barat terdiri dari Anyar, Labuan, Carita, Tanjung Lesung, dan Sumur 2. Komplek Banten lama dan Pelabuhan Karangantu 3. Kawasan Wisata Pantai Selatan yaitu sepanjang pantai selatan dari Pantai Muara Binuangeun-Panggarangan-Bayah 4. Permukiman Baduy yaitu Leuwidamar dan Cimarga 5. Taman Nasional Ujung Kulon yaitu Cigeulis, Cimanggu, Sumur, Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, Tamanjaya, Pantai Ciputih, dan Gunung Honje. Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Provinsi Banten Tahun 2005, struktur perwilayahan pengembangan pariwisata dibagi dalam bentuk hirarki perwilayahan, yang terdiri dari :
41
1.
Satuan
Wilayah
Pengembangan
Pariwisata
(SWPP),
yaitu
tingkat
perwilayahan pariwisata di atas SKPP yang merangkum beberapa SKPP dalam satu kesatuan struktur SWPP, terdiri dari 3 SWPP yaitu SWPP A, SWPP B dan SWPP C. 2.
Satuan Kawasan Pengembangan Pariwisata (SKPP), merupakan
tingkat
perwilayahan di atas Kawasan Wisata, yang merupakan gabungan beberapa kawasan wisata dalam satu kesatuan kawasan pengembangan pariwisata, terdiri dari 8 SKPP dan diantaranya adalah SKPP Cilegon dan SKPP Pantai Barat. 3.
Kawasan Wisata, yaitu suatu area yang di dalamnya merupakan gabungan atau himpunan beberapa obyek dan daya tarik wisata (ODTW), terdiri dari 18 kawasan wisata dan diantaranya adalah Kawasan Wisata Pantai Barat SerangCilegon, Pantai Barat Pandeglang dan Pantai Sumur yang berada di Koridor Cilegon-Pandeglang. Sebaran kawasan wisata di Provinsi Banten dapat dilihat pada Gambar 5.
KAWASAN WISATA PROVINSI BANTEN KAWASAN WISATA BATEN KEPULAUAN
KAWASAN WISATA TANGERANG UTARA KAWASAN WISATA SERANG UTARA
KAWASAN WISATA PANTAI BARAT SERANG - CILEGON
KAWASAN WISATA CIOMAS
KAWASAN WISATA KOTA PANDEGLANG KAWASAN WISATA UJUNG KULON KAWASAN WISATA PANTAI BARAT PANDEGLANG
KAWASAN WISATA TIGARAKSA KAWASAN WISATA KOTA TANGERANG
KAWASAN WISATA PANTAI SUMUR
KAWASAN WISATA RANGKASBITUNG KAWASAN WISATA LEUWIDAMAR
KAWASAN WISATA LEBAK TENGAH
KAWASAN WISATA SAWARNA
SUMBER : RIPPDA PROVINSI BANTEN
KAWASAN WISATA KOTA SERANG
KAWASAN WISATA PANTAI SELATAN LEBAK
KAWASAN WISATA TANGERANG SELATAN
Gambar 5 Pembagian Kawasan Wisata di Provinsi Banten
42
Karakteristik Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten merupakan Provinsi baru yang berada di urutan ke-30 dari jumlah keseluruhan provinsi di Indonesia. Terpisahnya
Provinsi Banten dari
Provinsi Jawa Barat didasarkan pada kemampuan ekonomi yang cukup kuat dan potensi
sumberdaya alam yang besar. Dari aspek ruang, Provinsi Banten berada
pada jalur sistem hubungan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera lewat jalur darat dan laut, melalui pelabuhan Merak. Terkait dengan jalur hubungan transportasi, Provinsi Banten juga merupakan daerah hilir atau hinterland dari jalur transportasi Jabodetabek (Jakarta- Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi). Posisi demikian akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan wilayah di Provinsi Banten, termasuk perkembangan sektor pariwisata yang memanfaatkan potensi ekologi yang cukup bervariasi seperti ekologi pantai, ekologi pedesaan, ekologi perkotaan dan lain-lain. Kondisi Fisik Gambaran kondisi fisik di koridor Cilegon-Pandeglang ditinjau dari aspekaspek letak dan posisi geografis, kelerengan, jenis tanah dan penggunaan lahan. Peta-peta kondisi fisik yang ditampilkan merupakan peta-peta hasil olahan spasial dengan menggunakan software Arc-View GIS 3.2 yang bersumber dari Peta Rupa Bumi Indonesia Bakosurtanal (1996) dan Peta Landsistem (RePPProt, Tahun 1989).
Letak dan Posisi Geografis Koridor Cilegon-Pandeglang Secara geografis koridor Cilegon-Pandeglang berada pada 05o 59’- 06o 44’ LS, dan pada 105o 30’ – 106o 02’ BT, memanjang arah utara selatan dan berada di jalur kegiatan lalu lintas ekonomi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Daerah ini memiliki lautan terbuka dengan pelabuhan lautnya, yang secara ekonomis sangat menguntungkan dan berpotensi untuk terus dikembangkan. Secara administrasi Koridor Cilegon-Pandeglang berada pada 3 wilayah administrasi yaitu Kota Cilegon, Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang. Pengelolaan kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang secara administrasi dikelola oleh masing-masing wilayah dengan
koordinasi Pemerintah Daerah
43
Provinsi Banten sehingga perkembangan dan kemajuan masing-masing kawasan tergantung kebijakan masing-masing daerah otonom, dalam hal ini Kabupaten/Kota dimana lokasi kawasan berada. Koridor Cilegon-Pandeglang meliputi 14 kecamatan yaitu 2 kecamatan di Kota Cilegon, 2 kecamatan di Kabupaten Serang dan 8 kecamatan di Kabupaten Pandeglang. Sementara itu luas masing-masing kawasan adalah 23.711 Ha untuk Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Pantai Barat Pandeglang seluas 43.579 Ha, dan Kawasan Pantai Sumur seluas 25.180 Ha. Mengenai luas wilayah dan letak geografis Koridor Cilegon-Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 6. Tabel 10 Lingkup Wilayah dan Luas di Koridor Cilegon-Pandeglang No 1
Kabupaten/Kota Cilegon
2
Serang
3
Pandeglang
Kecamatan Ciwandan Citangkil Anyar Cinangka Carita Jiput Cikedal Labuhan Patia Pagelaran Panimbang Cigeulis Cimanggu Sumur
Luas Koridor Cilegon-Pandeglang Sumber : RBI dan PODES BPS, 2006, digeneralisasi
Luas Wilayah (Ha) 3318 1918 5935 12540 8386 7666 2410 2583 3536 3679 15319 13612 2380 9188 92470
Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Koridor Cilegon-Pandeglang memiliki kelerengan yang cukup beragam dari 0-3 % hingga 15- 30 % . Berdasarkan tingkat kelerengannya sebagian besar berada pada kelerengan 8-15 % yaitu seluas 64.963 Ha (70,25 %). Areal tersebut berupa daerah landai agak berbukit yang berada pada ujung utara dan selatan koridor tepatnya di Kawasan Cilegon-Serang dan Kawasan Sumur. Di bagian tengah kawasan tepatnya di kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki
44
Gambar 6 Batas administrasi
.
45
kelerengan 0-3 % dan 3-8 %. Sedangkan wilayah dengan kelerengan 15-30 % sangat kecil yaitu hanya 0,10 % dari total luas wilayah. Gambaran kondisi kelerengan dapat dilihat pada Tabel 11 dan Gambar 7. Tabel 11 Kelerengan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang No 1 2 3 4
Kelas Lereng (%) 0-3 3-8 8-15 15-30 Luas Total
Luas Lahan (Ha) 16.754 10.664 64.963 89 92.470
(%) 18, 12 11, 53 70,25 0,10 100
Sumber : Peta RePPProt dan Hasil Analisis, digeneralisasi
Keragaman karakteristik wilayah yang dimiliki Koridor Cilegon-Pandeglang memberikan gambaran potensi fisik dasar yang cukup besar terutama daerah-daerah dengan kemiringan lereng 0-3 %, 3-8 % dan 8-15 % yang dapat dikembangkan lebih besar lagi termasuk pengembangan kegiatan pariwisata pantai beserta pendukungnya.
Sebaran Jenis Tanah Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Berdasarkan data jenis tanah yang bersumber dari peta landsistem (RePPProt 1989) dan hasil analisis maka sebaran jenis tanah di Koridor Cilegon-Pandeglang disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran Jenis Tanah Koridor Cilegon-Pandeglang No 1 2 3 4 5
Jenis Tanah Endoaquepts Hapludults Hapludands Udipsamments Dystrudepts Luas Total
Luas lahan (Ha) 9.990 45.554 29.982 4.113 2.831 92.470
Sumber : Peta RePPProT, 1989 (digeneralisasi)
(%) 10,81 49,26 32,42 4,45 3,06 100,00
46
Gambar 7 Kelerengan
47
Dua jenis tanah yang menempati area cukup luas yaitu Hapludults sebesar 45.554 Ha (49,26 %) dan Hapludands sebesar 29.982 Ha (32,42 %). Sebaran kedua jenis tanah tersebut cukup merata di seluruh wilayah, yaitu Hapludults tersebar di wilayah bagian tengah dan selatan Kabupaten Pandeglang, sementara Hapludands menyebar di wilayah utara Kabupaten Serang dan Kota Cilegon serta sebagian Kecamatan Carita dan Jiput di Kabupaten Pandeglang. Jenis tanah Endoaquepts memiliki luas sebesar 9.990 Ha (10,81 %) dan terdapat di bagian tengah Kabupaten Pandeglang, terutama di Kecamatan Patia dan Pagelaran, serta sebagian di Kecamatan Labuhan, Cikedal dan Panimbang. Jenis tanah Udipsamments memiliki luas 4.113 Ha (4,45 %) berada di lahan yang berbatasan langsung dengan laut terutama tersebar di sebagian di Kecamatan Carita, Labuhan, Pagelaran, Cigeulis, Cimanggu dan Sumur.
Jenis tanah yang memiliki prosentase paling kecil di
Koridor Cilegon-Pandeglang adalah Dystrudepts sebesar 2.831 Ha (3,06 %) dan berada di Kecamatan Cinangka dan Anyar.
Penggunaan Lahan Wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Berdasarkan data dasar dari peta RBI, RTRW Provinsi Banten dan hasil survey, penggunaan lahan di Koridor Cilegon-Pandeglang terdiri dari pemukiman, hutan, sawah, tegalan/kebun, rawa dan sebagian masih merupakan tanah kosong/belukar seperti terlihat pada Gambar 8 dan Tabel 13. Penggunaan Lahan di Koridor Cilegon Pandeglang 42.72% 14.78%
Pemukiman Hutan Rawa Tegalan Tanah Kosong
1.04%
Sawah Lain-lain
12.27%
22.88% 5.89%
0.42%
Gambar 8 Persentase Penggunaan Lahan di Koridor Cilegon-Pandeglang
48
Dari total luas lahan di Koridor Cilegon-Pandeglang, tegalan/kebun memiliki luas paling besar yaitu 39.501 Ha (42.72 %) yang tersebar merata di seluruh kawasan, yang kemudian diikuti oleh penggunaan lahan sawah sebesar 21.156 Ha (22,88 %). Penggunaan lahan saat ini yang juga cukup besar adalah tanah kosong/ belukar yaitu 13.666 Ha (14,78 %) serta hutan sebesar 11.346 Ha (12,27 %). Jumlah luas lahan pemukiman hanya 5,89 % (5.449 Ha) dari total luas lahan, sedangkan sisanya sebesar 963 Ha (1,04 %) adalah rawa dan 389 Ha
(0,42 %) penggunaan
lahan lain-lain. Tabel 13 Penggunaan Lahan Koridor Cilegon-Pandeglang No
Penggunaan Lahan
Luas Lahan (Ha) % 1 Pemukiman 5.449 5,89 2 Hutan 11.346 12,27 3 Rawa 963 1,04 4 Tegalan/Kebun 39.501 42,72 5 Tanah Kosong/Belukar 13.666 14,78 6 Sawah 21.156 22,88 7 Lain-lain 389 0,42 Luas Total 92.470 100,00 Sumber : RBI, RTRW dan hasil survey dan analisis (digeneralisasi)
Gambaran sebaran spasial penggunaan lahan di Koridor Cilegon Pandeglang diilustrasikan pada Gambar 9. Dari peta penggunaan lahan tersebut kawasan pemukiman yang ada di Koridor Cilegon-Pandeglang tersebar dalam bentuk poligon-poligon kecil sehingga tidak tampak jelas dalam gambar. Sementara pengunaan lahan lainya seperti tegalan/kebun, tanah kosong/belukar, sawah dan hutan tampak terlihat jelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa Koridor CilegonPandeglang masih sangat potensial dikembangkan untuk kegiatan-kegiatan budidaya lain yang sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Dalam RTRW Provinsi Banten, arahan kegiatan yang dijinkan di koridor ini adalah kunjungan dan pelancongan, olahraga dan rekreasi, pertunjukan dan hiburan, menginap/bermalam. Berdasarkan hal tersebut maka jenis bangunan yang diijinkan adalah bangunan-bangunan atau fasilitas penunjang kegiatan pariwisata seperti hotel, restoran, cottage dan lain-lain.
49
Gambar 9 Peta Penggunaan lahan
50
Jika dilihat dari komposisi penggunaan lahan saat ini dan rencana pengembangan dalam RTRW maka masih sangat memungkinkan lahan-lahan yang saat ini masih merupakan lahan kosong/belukar dapat dikembangkan untuk kegiatan pariwisata. Selain itu tidak menutup kemungkinan lahan-lahan tegalan/kebun yang merupakan tanah pertanian lahan kering dikembangkan untuk fasilitas pendukung pariwisata. Dalam RTRW juga disebutkan untuk mempertahankan fungsinya sebagai kawasan pariwisata diperlukan pengawasan dan pengendalian daya tampung kegiatan pariwisata agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur regional. Selain itu sebagai kawasan wisata, koridor Cilegon-Pandeglang harus mampu mengusai dan mengendalikan pemanfaatan ruang pariwisata yang tidak menimbulkan pengrusakan lingkungan, sosial dan budaya setempat. Koridor Cilegon-Pandeglang merupakan wilayah dengan lingkungan ekosistem pantai yaitu pantai utara Banten dengan daerah pemukiman agraris dan nelayan memungkinkan pengembangan wisata pantai yang sangat potensial. Pengembangan wisata
terpadu juga bisa diterapkan pada Kawasan Pantai Barat
Cilegon-Serang karena adanya kawasan industri baja, yang juga menjadi ciri khas dari kawasan. Dari gambaran kondisi di atas dengan ekosistem pantai yang luas dan besar, membentang dari utara sampai selatan koridor memberikan peluang untuk dikembangkan menjadi berbagai kegiatan yang mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan wilayah Banten secara keseluruhan.
Kondisi Perekonomian Struktur ekonomi wilayah dapat diketahui dari kontribusi masing-masing sektor kegiatan ekonomi/lapangan usaha terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk mengetahui sebaran ekonomi wilayah di Provinsi Banten dapat dilihat dari kontribusi PDRB masing-masing kabupaten/kota dalam pembentukan PDRB Provinsi Banten. Sebaran ekonomi wilayah di Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 14 berikut :
Tabel 14 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000
51
di Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2005 (Dalam Jutaan dan Persentase) No Kabupaten/Kota 1 Kabupaten Pandeglang 2 Kabupaten Tangerang 3 Kabupaten Serang 4 Kabupaten Lebak 5 Kota Tangerang 6 Kota Cilegon Total PDRB 6 Kota/Kabupaten Sumber : Banten Dalam Angka Tahun 2005
PDRB (Rp) 3.366.087,75 16.186.459,50 7.973.370,70 3.289.215,00 21.011.284,00 9.530.456,74 61.356.873,69
Persentase (%) 5,49 26,38 13,00 5.36 34.24 15.53 100,00
Koridor Cilegon-Pandeglang secara administrasi meliputi 3 kabupaten/kota yaitu Pandeglang, Serang dan Cilegon, yang dalam PDRB Provinsi Banten memberikan kontribusi sebesar 34,02 %, seperti terlihat pada tabel di atas. Kontribusi tiga wilayah tersebut
hanya selisih + 0,2 % dari sumbangan yang
diberikan oleh Kota Tangerang sebesar 34,24 %. Jika dilihat dari struktur PDRB Provinsi Banten berdasarkan harga konstan, sektor yang paling dominan memberikan kontribusi yaitu sektor industri pengolahan sebesar 49,87 %, sementara sektor yang terkait dengan pariwisata yaitu perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa hanya berkontribusi sebesar 22,73 %. Mengenai struktur PDRB Provinsi Banten terlihat pada Tabel 15 berikut: Tabel 15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten 2005 Atas Dasar Harga Konstan 2000 dirinci menurut Sektor/Lapangan Usaha (Dalam Jutaan dan Prosentase) No
Lapangan Usaha
PDRB (Rp)
Prosentase (%)
1
Pertanian
2
Pertambangan dan Penggalian
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas dan Air Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
7
Pengangkutan dan Komunikasi
8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
1.744.477,29
3,00
9
Jasa-Jasa
2.508.156,40
4,32
58.106.948,22
100,00
Total Sumber : Banten Dalam Angka Tahun 2005
5.061.650,42
8,71
59.286,02
0,10
28.975.547,08
49,87
2.567.049,93
4,42
1.580.487,68
2,72
10.699.437,65
18,41
4.910.855,75
8,45
Dari gambaran kondisi perekonomian di Provinsi Banten yang demikian, maka pengembangan sektor pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang menjadi
52
sangat penting. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kontribusi PDRB wilayah kabupaten/kota yang ada di dalam Koridor Cilegon-Pandeglang (Cilegon, Serang, Pandeglang). Peningkatan perekonomian wilayah dapat terus tumbuh jika peningkatan kapital/investasi di semua sektor kegiatan berkembang pesat, salah satunya yang harus terus didorong adalah investasi sektor pariwisata, baik investasi asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Kondisi Sosial BudayaWilayah Koridor Cilegon-Pandeglang Kondisi sosial budaya yang berkaitan dengan pariwisata diantaranya kondisi penduduk setempat, wisatawan dan jenis-jenis kebudayaan yang ada. Kependudukan Wilayah Koridor Cilegon Pandeglang Perkembangan jumlah penduduk Provinsi Banten terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun dengan laju pertumbuhan penduduk paling tinggi terjadi pada periode 1980-1990, yang dipicu oleh tumbuhnya sektor industri di Kabupaten dan Kota Tangerang. Oleh karena itu sumbangan terbesar dari pertumbuhan penduduk berasal dari urbanisasi selain pertumbuhan secara alamiah. Perkembangan laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama 5 tahun terakhir (20002005) mencapai 2,83 % per tahun, terlihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16 Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Banten Tahun1961-2005 No
Kabupaten/Kota 1961-1971
1971-1980
1980-1990
1990-2000
2000-2005
1
Kabupaten Pandeglang
2,60
2,17
2,14
1,71
1,81
2
Kabupaten Lebak
2,48
2,51
2,49
1,72
2,05
3
Kabupaten Tangerang
4,07
4,07
5,00
4,35
3,63
4
Kabupaten Serang
2,69
2,63
2,54
2,98
2,46
5
Kota Tangerang
2,96
4,11
8,77
3,83
3,00
6
Laju Pertumbuhan (%)
Kota Cilegon
2,59
4,71
4,85
2,79
2,54
Provinsi Banten
2,25
3,12
4,04
3,21
2,83
Sumber : Banten Dalam Angka 2005
Perkembangan jumlah penduduk di Koridor Cilegon Pandeglang juga turut mempengaruhi pemekaran wilayah administrasi seperti Kecamatan Jiput dimekarkan
53
menjadi 2, yaitu Kecamatan Jiput dan Cikedal. Hal tersebut terjadi pula di Kecamatan Labuhan yang dimekarkan menjadi Kecamatan Labuhan dan Carita. Sedangkan Kecamatan Pagelaran dimekarkan menjadi Kecamatan Pagelaran dan Patia. Besarnya jumlah penduduk di masing-masing kecamatan yang berada di Koridor Cilegon Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 17 berikut : Tabel 17
Jumlah Penduduk di Koridor Cilegon Pandeglang dirinci per Kecamatan Tahun 2000, 2003 dan 2006
No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Citangkil Ciwandan Anyar Cinangka Cikedal Jiput Carita Labuhan Patia Pagelaran Panimbang Cigeulis Cimanggu Sumur Total Kepadatan (jiwa/ha)
Luas Wilayah (Ha) 3318 1918 5935 12540 8386 7666 2410 2583 3536 3679 15319 13612 2380 9188 92470
Jumlah Penduduk 2003 50.058 81.329 33.827 39.936 42.752 50.266 50.729 17.083 49.278 32.271 29.329 67.018 43.296 53.417 85.342 31.373 70.263 71.443 32.592 36.621 30.235 33.157 18.164 19.206 524.423 544.562 2000
6
6
2006 54.523 38.002 48.372 54.332 29.407 33.524 30.716 49.200 58.620 33.138 71.499 37.040 36.211 20.372 594.956 6
Sumber : RTRW Provinsi Banten dan Podes BPS, 2006, Hasil Analisis
Tabel di atas memperlihatkan bahwa kepadatan penduduk di Koridor Cilegon-Pandeglang masih sangat rendah hanya 6 jiwa/ha. Hal ini juga tercermin pada luas pemukiman yang hanya 5,89 % dari total luas wilayah. Dari kondisi tersebut dapat diidentifikasi bahwa wilayah Koridor Cilegon-Pandeglang masih sangat dimungkinkan bagi pengembangan sektor-sektor kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah, baik bagi perekonomian wilayah maupun pengembangan wilayah umumnya. Dari data Banten dalam angka 2005 penduduk di tiga wilayah Kabupaten dan Kota (Cilegon, Serang dan Pandeglang) yang menjadi wilayah administrasi
54
Koridor Cilegon-Pandeglang, umumnya
bekerja di
9 (sembilan) lapangan
pekerjaan utama seperti terlihat pada Tabel 18 berikut: Tabel 18 Jumlah Penduduk yang Bekerja pada Lapangan Pekerjaan Utama Di Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2005 Kabupaten/ Kota
Pertambangan & Galian
Industri
Jenis Lapangan Pekerjaan Listrik, Bangunan Perdagangan, Gas Hotel & & Air Restoran 1.866 8.616 33.116
4.227
1.409
29.755
18.740
Bank & Lembaga Keuangan 3.850
Serang
190.325
13.173
100.685
1.965
36.017
142.685
77.347
4.863
625.131
Pandeglang
218.456
1.026
43.552
-
12.780
68.338
29.426
1.472
37.752
Jumlah
413.008
15.608
173.962
3.831
57.413
244.139
125.513
9.185
681.278
Cilegon
Pertanian
Angkutan
JasaJasa 18.422
Sumber : Banten Dalam Angka 2005
Sebagian besar penduduk di ketiga wilayah administrasi tersebut bekerja di sektor jasa sebesar 681.278 jiwa (39,52 %). Penduduk yang bekerja di sektor pertanian menempati urutan kedua sebesar 413.008 jiwa (23,96 %). Sedangkan sektor Perdagangan, hotel dan restoran yang erat kaitannya dengan kegiatan pariwisata menempati urutan ketiga sebesar 244.139 jiwa (14,16 %). Mengenai persentase jumlah penduduk yang bekerja di lapangan pekerjaan utama lihat Tabel 19 dan Gambar 10 berikut: Tabel 19 Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk yang bekerja di Lapangan pekerjaan Utama wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang Provinsi Banten Tahun 2005
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Listrik,Gas& Air Bangunan Perdagangan, hotel dan restoran Angkutan Bank Jasa-jasa Total Sumber : Banten dalam Angka 2005
Jumlah (Jiwa) 413.008 15.608 173.962 3.831 57.413 244.139 125.513 9.185 681.278 1.723.937
Persentase (%) 23,96 0,91 10,09 0,22 3,33 14,16 7,28 0,53 39,52 100,00
di
55
Komposisi Jumlah Penduduk y ang bekerja pada lapangan pekerjaan utama
Pertanian
39.52%
Pertambangan
0.53% Industri
7.28%
Listrik,Gas& Air Bangunan
14.16%
Perdagangan, hotel dan restoran Angkutan Bank
3.33% 0.22%
23.96%
Jasa-jasa
10.09% 0.91%
Gambar 10 Komposisi Jumlah Penduduk yang bekerja di lapangan pekerjaan utama
Jika dilihat dari gambar di atas maka penduduk yang bekerja di sektor yang berkaitan dengan pariwisata yaitu perdagangan, hotel & restoran serta jasa-jasa memiliki luas pie cukup besar mencapai 53,68 %. Dari data tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata dengan pendukungnya dapat menjadi salah satu lapangan pekerjaan yang memberikan penghasilan yang baik bagi penduduk yang berada berdekatan dengan kawasan wisata. Oleh karena itu pengembangan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang ini menjadi sangat penting bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi seperti diuraikan di atas menunjukkan adanya suatu fenomena baru bagi kehidupan bermasyarakat di Koridor Cilegon-Pandeglang, misalnya telah dapat lebih terbuka terhadap perubahan yang terjadi. Perubahan yang terjadi hendaknya disikapi lebih bijaksana dengan tetap mempertahankan sektor-sektor mata pencaharian andalan seperti pertanian sudah mulai ditinggalkan, yang sebelum terbentuknya Provinsi Banten, masyarakat yang bekerja sebagai petani mencapai angka 25 %- 30 % (Bapeda Provinsi Banten 2002). Sektor pertanian, jika dikelola dengan baik sebenarnya bisa menjadi pendukung bagi pengembangan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang di masa yang akan datang.
56
Wisatawan Wisatawan yang datang berkunjung atau berekreasi (seperti terlihat pada Foto1 dan Foto 2) ke kawasan wisata di Provinsi Banten terdiri dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Gambar 11 Aktivitas wisatawan di lokasi obyek wisata di Koridor CilegonPandeglang Di Koridor Cilegon-Pandeglang yang banyak memiliki ODTW pantai menjadi salah satu tujuan utama wisatawan untuk berekreasi, baik hanya sekedar menikmati pemandangan pantai dengan laut yang indah ataupun melakukan kegiatan rekreasi lainnya seperi berenang, berlayar memancing dan sebagainya. Sebagai gambaran peningkatan jumlah wisatawan yang datang berkunjung pada
kurun
waktu 2001-2005 ke Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 20 dan Gambar 12.
Tabel 20 Jumlah Wisatawan Provinsi Banten Tahun 2001-2005 Tahun
Jumlah Wisatawan (orang)
2001 145.457 2002 6.721.365 2003 10.635.154 2004 1.687.138 2005 10.358.439 Sumber : Banten Dalam Angka 2005 Kenaikan jumlah wisatawan
di Provinsi Banten terus mengalami
peningkatan seperti terlihat dalam gambar, terutama terjadi pada tahun 2002 dan 2003 dan mengalami penurunan pada tahun 2004. Tahun 2005 jumlah wisatawan
57
yang datang ke Provinsi Banten kembali meningkat mencapai angka 10.354.439 orang. Perkembangan Jumlah Wisatawan Di Provinsi Banten Tahun 2001-2005 (dalam jutaan) Jumlah Wisatawan
12 10 8 Laju Perkembangan
6 4 2 0 2001
2002
2003 Tahun
2004
2005
Gambar 12 Laju Perkembangan Jumlah Wisatawan di Provinsi Banten Tahun 2001-2005
Sementara itu jumlah wisatawan ke Kabupaten Pandeglang dan Serang serta Kota Cilegon tahun 2001, 2003 dan 2005 yang secara administrasi merupakan wilayah tempat keberadaan lokasi Koridor Cilegon-Pandeglang, dapat dilihat pada Tabel 21 berikut :
Tabel 21 Jumlah Wisatawan ke Wilayah Cilegon, Serang dan Pandeglang 2001, 2003 dan 2005 No Kabupaten/Kota Jumlah Wisatawan (orang)
Tahun
Tahun 2001
Tahun 2003
Tahun 2005
8.623
691.168
685.065
1
Kabupaten Pandeglang
2
Kabupaten Serang
90.019
479.734
517.323
3
Kota Cilegon
16.684
154.449
17.249
115.326 1.325.351 Sumber : RIPP 2005 dan Banten Dalam Angka 2005
1.219.637
Total
Secara grafis (Gambar 13 ) total jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah Pandeglang, Serang dan Cilegon pada tiga tahun pengamatan terlihat pada tahun 2003 jumlah wisatawan cukup tinggi mencapai jumlah 1.325.351 orang. Sementara
58
tahun 2005 jumlah wisatawan
mengalami penurunan hanya mecapai angka
1.219.637 orang, akibat adanya kekhawatiran kondisi alam yang tidak menentu seperti adanya isue tsunami, gempa dan sebagainya.
Jumlah Wsataw an di Wilay ah Pandeglang, Serang dan Cilegon Tahun 2001, 2003 dan 2005 (dalam ribuan) Jumlah 1325.351
1400
1219.637
1200 1000
Jumlah Wisataw an
800 600 400
115.326
200 0 2001
2003
2005
Tahun
Gambar 13 Jumlah Wisatawan di Wilayah Pandeglang, Serang dan Cilegon Tahun 2001, 2003 dan 2005
Gambaran kondisi wisatawan seperti diuraikan di atas, menunjukkan adanya daya tarik wisata yang cukup potensial seperti terlihat dari
besarnya minat
wisatawan datang ke Koridor Cilegon-Pandeglang. Wisatawan dalam kegiatan wisata memiliki peran ganda, yakni sebagai konsumen dan sebagai komponen produksi pariwisata. Wisatawan sebagai konsumen karena wisatawan yang membeli dan menikmati, sedangkan sebagai komponen produksi karena ia terlibat langsung dalam proses pembentukan wisata. Oleh karena itu perencanaan produk wisata yang menarik di Koridor Cilegon-Pandeglang akan memberikan dampak yang besar terhadap prospek pengembangan pariwisata di masa yang akan datang.
Kebudayaan Kehidupan dan budaya penduduk di Provinsi Banten yang bercirikan islam cukup beraneka ragam, mulai dari acara adat, atraksi kesenian serta kehidupan masyarakat tradisional (living culture). Kekayaan budaya ini berkaitan dengan sejarah Banten sebagai salah satu pusat perkembangan sejarah islam di Indonesia.
59
Mengenai jenis atraksi kesenian dan keunikannya yang terdapat di Provinsi Banten terutama di Kabupaten Serang dan Pandeglang serta Kota Cilegon dapat dilihat pada Tabel 22 berikut: Tabel 22 Jenis Atraksi Kesenian dan Budaya di Provinsi Banten No. 01
Jenis Atraksi Kesenian Debus
02
Patingtung
Seni silat bela diri biasa disebut silat berisi artinya ilmu silat yang disertai dengan ilmu kebatinan
03
Ubrug
- Atraksi kesenian yang hampir sama dengan opera, dilengkapi dengan satu set gamelan dan penyanyi (sinden) - Biasanya memuat suatu cerita rakyat yang menonjolkan unsur bodoran (lawak)
04
Syaman
- Atraksi kesenian yang dirangkaikan dengan upacara keagamaan - Hampir sama dengan upacara kurban pada animisme tapi pelaksanaannya disesuaikan dengan ajaran agama - Atraksi kesenian yang diiringi dengan menyanyikan puji-pujian
05
Beluk
Berupa kesenian yang menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan dengan suara yang keras sekali dan bersahut-sahutan dan diiringi bunyibunyian
06
Terbang Gede
- Atraksi kesenian yang memainkan seperangkat alat yang terdiri dari sejumlah terbang (gendang), dari yang besar hingga yang kecil - Biasa dimainkan pada upacara perkawinan atau sunatan
07
Wawacan
- Mengisahkan Syekh Abdul Kodir Jaelani atau Umar Maya dengan menyanyikan dalam lagu sunda (pupuh) - Dinyanyikan sambil memasukkan beberapa wejangan yang baik kepada para pendengar
08
Mawalan (Qasidah)
- Atraksi kesenian yang paling populer dan disenangi oleh banyak pihak - Berupa nyanyian yang syairnya menggunakan bahasa arab dan diidringi oleh rebana - Sering dipertunjukan pada pagelaran upacara perkawinan atau sunatan.
No.
Jenis Atraksi Kesenian Gacle
Keunikan
09
Keunikan - Diciptakan pada abad ke-16 (1651-1682) pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa - Permainan ini dibuat untuk menguji keimanan dan ketabahan prajurit Banten pada masa itu - Permainan ini merupakan kombinasi dari kesaktian, seni tari, seni suara, olahraga serta konsentrasi batin
Hampir sama dengan atraksi sulap, dimana seseorang diikat dengan tambang kemudian dimasukkan ke dalam kurungan. Beberapa saat
60 Tabel 22 lanjutan kemudian talinya bisa membuka sendiri tanpa dibantu oleh orang lain. 10
Rampak Bedug
Berupa kesenian yang menyanyikan puji-pujian kepada tuhan YME, dan diiringi dengan suara bedug.
11
Tasyakuran Laut
- Atraksi kesenian yang dirangkaikan dengan upacara keagamaan. - Biasanya dilaksanakan bersaman dengan malam bulan purnama.
12
Segeng
Atraksi kesenian yang memainkan sejumlah calung (angklung), diiringi tari-tarian
13
Calung Renteng
Atraksi kesenian yang memainkan sejumlah calung (angklung), diiringi tari-tarian.
14
Angklung Rancak
- Merupakan atraksi kesenian yang memainkan seperangkat alat yang terdiri dari sejumlah angklung dari yang besar sampai kecil. - Biasa dimainkan pada saat upacara perkawinan dan sunatan.
15
Terebang Deken
- Merupakan atraksi kesenian yang memainkan seperangkat alat yang terdiri dari sejumlah terbang (gendang), dari yang besar sampai yang kecil dan dikombinasikan dengan Tandak. - Biasa dimainkan pada saat upacara perkawinan dan sunatan.
16
Terebang Tandak
- Merupakan atraksi kesenian yang memainkan seperangkat alat yang terdiri dari sejumlah terbang (gendang), dari yang besar sampai yang kecil dan dikombinasikan dengan Tandak. - Biasa dimainkan pada saat upacara perkawinan dan sunatan.
17
Gendreh
Hampir sama dengan atraksi sulap, dimana seseorang di ikat dengan tambang, kemudian dimasukkan kedalam kurungan. Beberapa saat kemudian talinya bisa membuka sendiri tanpa bantuan orang lain.
18
Dodod
Berupa kesenian yang menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan YME, dengan suara keras sekali dan bersahut-sahutan dan diiringi dengan alunan suara musik.
19
Terebang Gedebug
- Merupakan atraksi kesenian yang memainkan seperangkat alat yang terdiri dari sejumlah terbang (gendang), dari yang besar sampai yang kecil ditambah bedug. - Biasa dimainkan pada saat upacara perkawinan dan sunatan.
20
Tari Ronggeng
- Atraksi kesenian berupa tari-tarian renggong yang dikombinasikan dengan berbagai alat musik. - Biasa dimainkan pada saat bulan purnama dan acara-acara perkawinan dan sunatan.
21
Atraksi Maulud
No.
Jenis Atraksi Kesenian Marhaban
- Dilaksanakan pada saat perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW - Dilaksanakan berupa perlombaan membuat dan menghias berbagai jenis makanan, yang kemudian diarak keliling kota untuk kemudian dibagi-bagikan kepada seluruh warga. - Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun Keunikan
22
Panjang
- Dilaksanakan pada saat acara cukuran dan sunatan bagi salah satu anggota keluarga.
61 Tabel 22 lanjutan - Kegiatan dilaksanakan dengan cara membacakan dan mengucapakan serangkaian kalimat yang berupa doa dalam bahasa arab. 23
Dalail (Burdahan)
- Biasanya dilaksanakan pada acara selamatan, misalnya sehari sebelum pelaksanaan sunatan atau perkawinan. - Dilaksanakan dengan cara pembacaan ayat suci Al-Quran secara bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga. - Diperuntukan sebagai ajang silaturahmi seluruh anggota keluarga dan untuk meningkatkan iman kepada Tuhan YME.
24
Sorogan
- Merupakan bagian dari serangkain dari acara pernikahan, yang dilaksanakan pada pagi hari sebelum acara pernikahan dimulai. - Pihak penganti wanita menghantarkan keperluan pengantin pria, berupa seperangkat pakaian serta pelengkapannya.
25
Yalil
- Merupakan bagian dari serangkaian acara pernikahan, yang dilaksanakan pada pagi hari setelah acara sorogan. - Pihak keluarga pria meminta pihak keluarga wanita untuk membukakan pintu bagi pihak keluarga pria, dengan cara membacakan sejumlah puisi yang diiringi dengan alunan musik tradisional.
26
Membaca Syekh
- Membacakan Riwayat Syekh Abdul Kadir Djaelani - Dilaksanakan dalam menyambut perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW.
27
Rudat
- Merupakan kesenian tradisional yang menyanyikan syair-syair agama islam dan dipadukan dengan tarian, nyanyian dan alunan musik tradisional. - Alat musik yang mengiringi disebut dengan ketimpring, terebang dan kecrek. - Biasanya dilaksankan pada perayaan Maulid Nabi SAW, sunatan dan hantaran pengantin.
28
Pencak Silat
- Merupakan seni gerak tubuh dengan gerak-gerak dan aturan tertentu, sehingga menghasilkan gerakan yang bisa mempertahankan tubuh. - Dikenal juga sebagai bagian dari seni bela diri. - Saat melaksankan atraksi biasanya diiringi dengan alunan musik gendang dan seruling.
29
Tabuh Bedug Takbir
- Merupakan kegiatan yang dilakukan pada saat malam takbir untuk memperingati kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. - Dilakukan dengan cara menabuh bedug dari berbagai ukuran sambil diarak keliling kota.
Sumber : RIPP Provinsi Banten, 2005
Dari Tabel 22 di atas, terlihat bahwa banyak sekali jenis kebudayaan dan atraksi kesenian asli Banten yang dapat dikembangkan dan menjadi produk penunjang kegiatan pariwisata. Kebudayaan sebagai milik masyarakat merupakan manifestasi
62
dan pengucapan karya serta kreasi yang spiritual dan artistik dari manusia-manusia yang membentuk rakyat negeri itu menjadi sasaran utama perasaan ingin tahu seseorang asing akan negeri tersebut (Pendit,1999). Untuk kepentingan pengembangan pariwisata, kebudayaan jangan hanya ditinjau dari hubungan wisatawan dengan benda atau kreasi hasil kerja kebudayaan tersebut. Seringkali terjadi perusakan budaya karena adanya kegiatan pariwisata, tetapi hal ini harus dilihat sebagai suatu masukan, dalam arti yang baik akan memperkaya budaya dan kreasi yang dimiliki dan yang buruk tidak perlu menjadi masalah yang akan merusak budaya yang ada. Pendit (1999) menyatakan bahwa implikasi sosial yang ditimbulkan oleh hubungan antara kebudayaan dan pariwisata adalah keuntungan yang positif dari hasil pendekatan rakyat-rakyat mempunyai
latar
di dunia yang berasal dari berbagai peradaban yang
belakang
kebudayaan
berbeda-beda.
Keuntungan
tersebut
diantaranya adalah keuntungan politis yang mengakibatkan tumbuhnya saling mengerti, kerjasama dan perdamaian. Dengan didukung oleh keanekaragaman budaya berupa atraksi kesenian Banten tersebut perkembangan sektor pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang akan menjadi lebih berkembang, misalnya dengan upaya-upaya membawa budaya tersebut pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perjamuan-perjamuan di hotel yang merupakan tempat wisatawan menginap. Hal tersebut terutama akan berdampak sangat positif jika dilakukan secara bersamaan dalam suatu paket wisata dengan tujuan-tujuan utama ODTW di Koridor Cilegon-Pandeglang. Potensi kekayaan budaya masyarakat Banten yang sangat besar dapat menjadi salah satu aset pariwisata yang penting di masa yang akan datang, sehingga diperlukan perencanaan pariwisata yang baik untuk menjamin kelangsungan dan keberlanjutan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang khususnya dan Provinsi Banten secara umum.
63
Sistem Transportasi dan Aksesibilitas Kegiatan pariwisata sangat erat berkaitan dengan transportasi dan aksesibiltas, sehingga aspek transportasi ini menjadi sangat penting dalam mendukung perkembangan pariwisata yang ada di Provinsi Banten. Sistem transportasi yang baik harus dapat mendukung aksesibilitas dari berbagai arah. Sistem transportasi yang terdapat di Provinsi Banten meliputi sistem transportasi darat, sistem transportasi laut dan sistem transportasi udara. Ketiga sistem transportasi tersebut memiliki peran yang penting bagi perkembangan dan pembangunan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi dan letak geografis wilayah ini serta ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang tersedia.
Sistem Transportasi Darat Sistem transportasi darat meliputi prasarana jaringan jalan, terminal, angkutan umum, dan rel kereta api. Jaringan jalan merupakan prasarana transportasi yang mendominasi pelayanan pergerakan barang dan penumpang di Koridor Cilegon-Pandeglang. Keberadaan jalan tol Jakarta-Merak sebagai pintu masuk ke kawasan wisata menjadi salah satu faktor yang memungkinkan pariwisata di koridor ini terus tumbuh dan berkembang. Pintu keluar tol Cilegon Barat (terlihat pada Gambar 14) langsung memasuki kawasan wisata pantai barat Cilegon-Serang yang dapat dtempuh dari Jakarta selama + 1 jam.
Gambar 14 Pintu keluar tol Cilegon Barat sebagai jalur masuk ke kawasan wisata Cilegon-Serang
64
Jaringan jalan kolektor (seperti terlihat pada Gambar 15) yang merupakan jalan Provinsi di koridor ini menjadi salah satu akses yang dapat ditempuh menuju kawasan wisata
pantai barat Serang-Cilegon, kawasan wisata pantai barat
Pandeglang dan pantai Sumur. Panjang jaringan jalan kolektor 42,18 km (ruas Cilegon-Pasauran) dan 16,15 km (ruas Labuan-Pasauran) dengan kondisi pada umumnya baik terutama sampai kawasan pantai barat Pandeglang.
Gambar 15 Jaringan jalan yang menjadi salah satu akses ke kawasan wisata Serang - Cilegon
Kondisi jaringan jalan yang masih buruk (seperti pada Gambar 16) adalah jalan menuju kawasan pantai sumur yang perkerasannya masih tanah sehingga akses ke kawasan ini harus melewati ibukota Kabupaten Pandeglang. Oleh karena itu jarak tempuh ke kawasan Pantai Sumur menjadi sangat panjang bisa mencapai + 3 jam setelah keluar dari gerbang tol cilegon maupun melewati jalan ke ibukota Kabupaten Pandeglang. Kondisi sangat buruk terbentang mulai dari kawasan pantai barat Pandeglang sampai dengan pantai sumur. Sementara itu trayek angkutan umum (seperti pada Gambar 17) yang melalui Koridor Cilegon-Pandeglang dari arah Cilegon adalah angkutan kota dengan trayek Cilegon-Mancak, dari Pandeglang ke kawasan sumur terdapat angkutan umum PS sampai terminal sumur. Selain itu di Kota Cilegon telah beroperasi angkutan umum taksi yang dapat melayani sampai ke kawasan wisata di Koridor CilegonPandeglang.
65
Gambar 16 Kondisi jalan yang buruk di kawasan Pantai Sumur
Gambar 17 Angkutan umum yang melayani penumpang menuju Koridor Cilegon-Pandeglang. Kondisi sarana dan prasarana jalan yang demikian, menjadi salah satu faktor yang cukup mempengaruhi perkembangan dan tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan wisata di koridor ini. Umumnya para wisatawan yang datang ke kawasan wisata menggunakan kendaraan pribadi maupun bis-bis wisata secara rombongan (lihat Gambar 18). Oleh karena itu kondisi jaringan jalan baik dari dan ke kawasan-kawasan wisata harus selalu mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah daerah sebagai pengelola sarana dan prasarana tersebut.
66
Gambar 18
Kendaraan yang digunakan para wisatawan menuju kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang.
Sistem transportasi darat yang juga terdapat di koridor ini adalah jalur kereta yaitu lintas Cilegon-Anyer Kidul untuk kereta penumpang dan kereta barang (Gambar 19) untuk mengangkut hasil industri seperti besi baja, batu bara dan peti kemas dari Cilegon menuju Jakarta. Saat ini lintas Cilegon-Anyer Kidul sepanjang 17,30 km dalam kondisi tidak operasi, dikarenakan kerusakan sarana dan prasarana. Gambar 19 Prasarana transportasi kereta api lintas Cilegon–Anyer Kidul yang digunakan sebagai alat angkut hasil industri.
Sistem Transportasi Laut Koridor Cilegon-Pandeglang yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda memiliki aksesibilitas yang tinggi dalam sistem transportasi laut (seperti terlihat pada Gambar 20).
67
Gambar 20
Transportasi laut yang menjadi bagian dari aksesibilitas Koridor Cilegon-Pandeglang
Pada kawasan perairan Selat Sunda yang berakses langsung ke koridor ini adalah Pelabuhan Umum Ciwandan (PT Pelindo II), Pelabuhan Penyeberangan Merak (PT ASDP), Pelabuhan Bojonegara dan Pelabuhan Karangantu. Selai pelabuhan terdapat pula dermaga-dermaga kecil (DUKS) yang berlokasi di Anyer, Gerem, Lebak Gede serta Bojonegara. Kawasan perairan di wilayah ini memiliki karakteristik perairan dalam dan kondisi laut yang lebih tenang yang tidak terpengaruh musim barat, memiliki kedalaman perairan rata-rata di atas 10 meter. Pada wilayah Teluk Banten, gelombang relatif kecil karena tidak terpengaruh angin barat sehingga sepanjang tahun relatif aman untuk keselamatan pelayaran kapal cepat dan atau kapal-kapal berukuran kecil (dibawah 500 GT). Kondisi sebaliknya yaitu di perairan wilayah Cilegon memiliki tinggi gelombang lebih dari 2 meter pada saat angin barat sehingga kurang kondusif untuk keselamatan kapal cepat dan atau kapal-kapal berukuran kecil. Saat ini sedang dilaksanakan program pengembangan Pelabuhan Ciwandan yang dapat disingggahi oleh fery guna mengantisipasi besarnya arus lalu lintas atau pergerakan di Pelabuhan Merak (lihat Gambar 21). Program ini perlu diantisipasi dengan adanya rencana pembangunan terminal regional terpadu tipe A di pelabuhan Ciwandan untuk mendukung pergerakan barang dan penumpang. Pembangunan
68
terminal regional terpadu ini juga perlu diintegrasikan dengan keberadaan Bandar Udara International Sukarno Hatta.
Gambar 21 Prasarana pelabuhan dan terminal terpadu Merak yang mendukung pergerakan dari dan ke Koridor Cilegon-Pandeglang
Dengan pengembangan pelabuhan laut ini aksesibilitas ke kawasan-kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang dapat menjadi lebih baik lagi terutama untuk menampung pergerakan wisatawan dari pulau Sumatera dan sekitarnya.
Sistem Transportasi Udara Pengembangan
sistem
transportasi
udara
lebih
diarahkan
untuk
meningkatkan interaksi antar kawasan. Keberadaan Bandara Internasional Soekarno Hatta (Gambar 22) di Kabupaten Tangerang secara tidak langsung memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pariwisata,
terutama untuk promosi
kawasan-kawasan wisata yang berada di Provinsi Banten khususnya kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang.
69
Gambar 22 Keberadaan Bandara Soekarno-Hatta menjadi pintu gerbang ke kawasan wisata Koridor Cilegon-Pandeglang Sebagai bandara internasional, keberadaan Bandara Soekarno Hatta akan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke kawasan wisata di koridor Cilegon-Pandeglang khususnya dan umumnya Provinsi Banten, karena letaknya yang sangat dekat dan dapat ditempuh selama + 1 jam melalui jalan tol Jakarta-Merak. Untuk kebutuhan kegiatan pariwisata terdapat pula beberapa pelabuhan udara skala kecil yang biasanya digunakan untuk kepentingan swasta dan pribadi seperti pelabuhan udara swasta di Carita. Di kawasan wisata pantai Sumur terdapat pelabuhan udara swasta di Pagelaran yang dipergunakan untuk kepentingan kegiatan wisata. Pelabuhan udara skala kecil ini dimasa datang dapat dikembangkan untuk pelabuhan udara komersil jika memiliki potensi demand yang cukup tinggi. Keberadaan Bandara Internasional SoekarnoHatta dan pelabuhan udara skala kecil perlu terus dikembangkan agar dapat mendukung kelancaran pergerakan orang dan barang dari dan ke Provinsi Banten umumnya dan khususnya ke Koridor Cilegon-Pandeglang. Di masa yang akan datang dibutuhkan perencanaan transportasi yang terpadu dan terintegrasi antara sistem transportasi darat, laut dan udara, sehingga diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Koridor Cilegon-Pandeglang maupun Provinsi Banten secara keseluruhan.
70
Kondisi Kegiatan Pariwisata di masing-masing Kawasan Kondisi kegiatan pariwisata di masing-masing kawasan wisata disajikan dalam uraian berikut ini.
Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang Kawasan Cilegon-Serang memiliki potensi wisata yang terbentang dari ujung Kabupaten Serang (Anyer) dan Kota Cilegon. Beberapa lokasi wisata di kawasan ini meliputi Pantai Anyer, Pantai Karang Bolong, Pantai Anyer Kidul, Pantai Bandulu, Pantai Sirih, Pantai Cibeureum, Pantai Pasauran dan Pantai Pulau Sangiang. Kondisi pantai di kawasan ini umumnya pantai berpasir dengan sedikit terumbu karang. Pantai yang dijadikan lokasi wisata memiliki keunikan seperti : -
Panorama alam pantai yang sangat indah
-
Keadaan pantai sangat baik dan mendukung untuk kegiatan rekreasi pantai
-
Di beberapa lokasi terdapat karang-karang besar yang berlubang di tengahnya dan menghadap ke pantai dan sekitarnya dipenuhi banyak batu karang yang indah
-
Terdapat pula beberapa lokasi dengan tebing-tebing tinggi dan gua-gua alam
-
Kondisi arus gelombang laut tidak berbahaya
-
Kondisi dasar air laut tidak curam
-
Tersedia sarana dan prasarana olahraga dan rekreasi pantai
-
Fasilitas akomodasi tersedia secara lengkap Mengenai kondisi dan keunikan lokasi wisata pantai beserta kelengkapannya
di kawasan dapat dilihat pada Gambar 23 dan Gambar 24.
Gambar 23 Kondisi ODTW di Pantai Anyer dan Pantai Cibeureum
71
Gambar 24 Keunikan ODTW dengan terumbu karang di Pantai Karang Bolong
Obyek wisata lain yang juga terdapat di kawasan ini adalah kawasan industri Krakatau Steel Cilegon (lihat Gambar 25) yang dapat dijadikan sebagai obyek wisata minat khusus (pendidikan/iptek). Selain dikenal sebagai kawasan industri baja, terdapat pula jenis industri lainnya yang bisa dijadikan wisata minat khusus. Untuk pengembangan di masa yang akan datang, kawasan ini dapat dikembangkan sebagai lokasi industry city tour.
Gambar 25 Kawasan industri Cilegon sebagai salah satu ODTW Selain obyek wisata pantai terdapat pula obyek wisata gunung yaitu Gunung Ciwandan (Gambar 26) yang memiliki lingkungan alam dan udara yang relatif masih bersih. Obyek wisata ini merupakan bagian dari kawasan Gunung Gede dengan ketinggian 595 meter di atas permukaan laut. Panorama alam pegunungan yang indah dengan arah pandangan ke kawasan industri Cilegon dan Kota Cilegon, terutama pada malam hari dengan kemilau lampu yang gemerlap. Lokasi obyek wisata Gunung Ciwandan ini berada + 55 km dari pusat Kota Cilegon.
72
Gambar 26 ODTW Gunung Ciwandan dan Mercusuar Kawasan Cilegon- Serang juga dikenal memiliki mercusuar (Gambar 26) yang berada di Pantai Anyer Kidul. Mercusuar ini didirikan pada tahun 1885 dan sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh dan difungsikan dengan baik. Tinggi mercusuar mencapai 75,5 meter dan terdiri dari 18 tingkat. Jika kita berdiri di tingkat yang paling tinggi maka akan terlihat panorama laut yang sangat indah juga pemandangan anak Gunung Krakatau nun jauh di tengah laut. Kawasan Cilegon-Serang sudah sejak lama dikenal sebagai lokasi tujuan wisata baik oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sehingga kelengkapan sarana dan prasarana pendukung wisata seperti hotel dan restoran (Gambar 27) cukup tersedia dan tersebar di sepanjang jaringan jalan raya CilegonAnyer. Hotel dan restoran yang ada memiliki variasi yang beraneka ragam baik dari segi harga sewa serta jenis makanan dan minuman yang dijual, sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat yang akan menikmati obyek wisata sambil menginap dan berwisata kuliner.
Gambar 27 Faslitas restoran dan hotel di Kawasan Cilegon-Serang
73
Jenis obyek dan daya tarik wisata serta kelengkapannya di kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang dapat dilihat pada Tabel 23 dan Tabel 24. Tabel 23 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang No
Jenis ODTW
Jumlah
Keterangan
1
Pantai
8
Level pemasarannya meliputi lokal, dan nasional serta beberapa lokasi telah dikenal secara internasional dengan status perkembangan potensial
2
Pulau
1
Level pemasarannya meliputi lokal, nasional dengan status perkembangan sedang berkembang
3
Kawasan Gunung
1
Level pemasarannya meliputi lokal, dengan status perkembangan potensial
4
Kawasan Industri Cilegon
1
Level pemasarannya meliputi lokal, nasional dan internasional dengan status perkembangan potensial
5
Monumen
1
Level pemasarannya meliputi lokal, dan nasional dengan status perkembangan dalam kondisi berkembang
6
Atraksi Kesenian
10
Level pemasarannya lokal dengan status perkembangan dalam kondisi berkembang dan dapat mendukung kekhasan lokasi wisata yang ada
Sumber : RIPP Provinsi Banten 2005 dan Hasil Survey
Tabel 24 Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata Di Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (angka menunjukkan jumlah unit) Kecamatan
Hotel& Motel
Restoran& Kedai Makmin
Wartel
Mini Market
Warung/ Kios
Pasar
Citangkil
0
57
26
9
3
264
Ciwandan
2
169
30
1
0
267
Anyar
28
121
30
3
1
232
Cinangka
33
38
15
0
0
530
Sumber : PODES, 2006
74
Kawasan Pantai Barat Pandeglang Wisata Pantai di Kawasan Pantai Barat Pandeglang terdiri dari Pantai Carita, Pantai Caringin, Pantai Panimbang, Pantai Bama dan Pantai Tanjung Lesung. Sebagai ODTW, kondisi pantai di kawasan ini memiliki keunikan sebagai berikut : -
Panorama alam pantai yang sangat indah
-
Keadaan pantai sangat baik dan mendukung untuk kegiatan rekreasi pantai
-
Di beberapa lokasi wisata, pantai telah dimanfaatkan untuk atraksi wisata seperti speed boad, banana boat, berperahu, berselancar, berlayar, dll.
-
Di lokasi khusus seperti Tanjung Lesung terdapat atraksi wisata lain yang lebih lengkap seperti agro Lesung, golf, sailing, shipping, dll.
-
Terdapat budidaya rumput laut dan budidaya burung walet seperti di lokasi Pantai Bama
-
Kondisi arus gelombang laut tidak berbahaya
-
Kondisi dasar air laut tidak curam
-
Tersedia sarana dan prasarana olahraga dan rekreasi pantai
-
Fasilitas akomodasi tersedia secara lengkap Kondisi pantai dengan keunikan yang demikian memberikan gambaran
bahwa kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai yang potensial. Mengenai kondisi dan keunikan lokasi wisata pantai beserta kelengkapannya di kawasan dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29.
Gambar 28 Keunikan ODTW di Pantai Carita dan Pantai Tanjung Lesung
75
Gambar 29 Keunikan ODTW di Pantai Caringin dan Pantai Panimbang Di Kawasan Pantai Barat Pandeglang terdapat pula obyek wisata ziarah berupa makam raja yang biasa disebut Makam Caringin (Gambar 30) yang merupakan bangunan peninggalan dan makam raja pada masa pemerintahan kerjaan caringin di sisi selatan Pandeglang. Di Caringin selain terdapat makam Caringin juga terdapat Masjid Agung Caringin (Gambar 30) yang biasa digunakan untuk pelaksanaan kegiatan keagamaan secara besar-besaran seperti Maulid Nabi dan hari besar islam lainnya.
Gambar 30 ODTW Makam dan Masjid Caringin Selain didominasi kegiatan wisata pantai, untuk menarik wisatawan di kawasan ini juga sering digelar kegiatan-kegiatan lain seperti ajang balap motor off road sebagai event yang digelar oleh para sponsor untuk mempromosikan suatu produk. Kegiatan ini memberikan dampak yang positif bagi promosi kawasan pantai barat Pandeglang, karena secara tidak langsung bisa mengundang wisatawan untuk datang dan menonton terutama wisatawan lokal. Kegiatan-kegiatan seperti carita
76
super grasstrack
2006 (Gambar 31) dimungkinkan pelaksanaannya di kawasan
wisata pantai barat Pandeglang dikarenakan di sepanjang koridor ini masih banyak lahan-lahan terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tersebut. Sementara itu di sepanjang jalan menuju lokasi pantai Tanjung Lesung masih banyak terdapat lahan pertanian (Gambar 31), yang dapat dikembangkan sebagai potensi wisata agro. Gambar 31 Tanah kosong yang sering dijadikan lokasi kegiatan atraksi olahraga dan lahan pertanian yang berpotensi wisata agro
Potensi lain yang juga dapat dikembangkan untuk pariwisata adalah kegiatan usaha masyarakat nelayan, karena di sepanjang kawasan pantai barat Pandeglang banyak terlihat pemandangan perahu nelayan (Gambar 32) yang sedang ditambatkan dengan kegiatan pelelangan ikannya.
Gambar 32 Pemandangan perahu nelayan yang banyak terdapat di Kawasan Pantai Barat Pandeglang
Sarana dan prasarana pendukung pariwisata juga tersedia dengan lengkap di kawasan ini, mulai dari penginapan tanpa bintang sampai dengan hotel berbintang. Hotel yang dilengkapi dengan fasilitas parkir yang cukup luas dan memadai, sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang berkunjung.
77
Demikian pula halnya dengan restoran dan kedai makanan minuman tersedia dengan lengkap mulai dari kedai di pinggir jalan maupun pantai sampai restoran mewah yang berada di dalam hotel. Mengenai kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pariwisata dapat dilihat Gambar 33.
Gambar 33
Fasilitas pendukung wisata berupa hotel yang berada di Kawasan Pantai Barat Pandeglang
Kelengkapan pariwisata yang dimiliki kawasan wisata pantai barat Pandeglang memberikan peluang kawasan ini untuk dijadikan sebagai pusat pengembangan utama pariwisata Banten. Hal tersebut perlu ditunjang dengan peningkatan pelayanan bagi wisatawan baik oleh pengelola pariwisata maupun masyarakat setempat serta keterpaduan pengelolaan dengan kawasan lain yang berada di luar kawasan. Kedekatan kawasan pantai barat Pandeglang dengan kawasan pantai barat Cilegon-Serang harus dapat dijadikan peluang dalam mengembangkan kegiatan pariwisata terutama dengan menonjolkan potensi alam yang lebih baik misalnya tingkat kebersihan air laut karena jauh dengan lokasi kawasan industri Cilegon. Selain faktor promosi pariwisata, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung pariwisata sangat diperlukan untuk dapat memberikan gambaran pada wisatawan yang akan berkunjung. Mengenai jenis ODTW dan jumlah sarana dan prasarana pendukung pariwisata di kawasan pantai barat Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 25 dan Tabel 26. Tabel 25 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Barat Pandeglang
78
No
Jenis ODTW
Jumlah
Keterangan
1
Pantai
7
Level pemasaran meliputi lokal dan nasional serta beberapa lokasi telah dikenal secara internasional dengan status perkembangan dalam kondisi berkembang
3
Masjid Bersejarah
1
Level pemasarannya meliputi lokal dengan status perkembangan sangat potensial untuk dikembangkan
4
Makam Raja dan Ziarah
1
Level pemasarannya meliputi lokal dengan status perkembangan sangat potensial untuk dikembangkan
5
Atraksi Kesenian
12
Level pemasarannya meliputi lokal dengan status perkembangan sangat potensial untuk dikembangkan Sumber : RIPP Provinsi Banten 2005 dan Hasil Survey
Tabel 26 Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata Di Kawasan Pantai Barat Pandeglang Hotel& Motel
Restoran& Kedai Makmin
Wartel
Cikedal
0
7
9
Jiput
0
2
Carita
28
Labuhan
Kecamatan
Mini Market
Pasar
Warung/ Kios
0
1
482
4
0
3
44
309
10
2
0
11
8
321
16
3
1
140
Patia
2
495
7
0
2
119
Pagelaran
4
446
9
0
0
12
Panimbang
5
216
34
2
2
1501
Sumber : PODES, 2006
79
Kawasan Pantai Sumur Kawasan Pantai Sumur berlokasi di bagian barat wilayah Kabupaten Pandeglang yang berdekatan dengan Kawasan Wisata Ujung Kulon. ODTW di yang berada di Kawasan Pantai Sumur diantaranya Pantai Ciputih, Pantai Cemara/Mega Cemara, Pantai Kertamukti dan Pantai Tamanjaya, Pantai Sumur, Pantai Legon dan Pulau Umang. Kawasan Pantai Sumur sebagai lokasi wisata memiliki keunikan berupa: - Panorama alam pantai yang sangat indah - Keadaan pantai sangat baik dan mendukung untuk kegiatan rekreasi pantai - Di beberapa lokasi wisata terdapat pula pulau-pulau kecil yang dapat ditempuh dengan berperahu. - Kondisi pantai yang berpasir putih kecoklatan, bertekstur halus dan di beberapa lokasi bercampur dengan kerang dan pecahan karang. - Kondisi arus gelombang laut tidak berbahaya - Kondisi dasar air laut tidak curam Kondisi pantai dengan keunikan yang demikian memberikan gambaran bahwa kawasan Pantai Sumur di masa yang akan datang memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai yang potensial, terutama saat ini mulai berkembangnya Pulau Umang sebagai ODTW dengan berbagai macam keunikan dan tema-tema wisata yang ditawarkan. Mengenai kondisi dan keunikan lokasi wisata pantai yang masih asli di kawasan dapat dilihat pada Gambar 34 sampai dengann Gambar 35.
Gambar 34 Kondisi pantai di Kawasan Pantai Sumur yang masih asli
80
Gambar 35 Gambaran lain keaslian ODTW di Kawasan Pantai Sumur Potensi wisata yang cukup besar di kawasan Pantai Sumur ini tidak didukung dengan kelengkapan sarana dan prasarana pariwisata yang memadai. Kondisi ini tergambarkan secara jelas dalam Gambar 36, jalan menuju ODTW sangat buruk dan sulit menemukan restauran/warung makan hanya untuk sekedar melepas dahaga.
Gambar 36 Jalan yang rusak dan petunjuk arah lokasi ODTW yang tidak memadai
Saat ini, Pulau Umang sebagai ODTW andalan di Kawasan Pantai Sumur mulai dipasarkan dalam skala nasional dan internasional. Hal tersebut tidak didukung dengan kondisi sarana dan prasarana yang ada, baik di lokasi wisatanya sendiri maupun di sepanjang jalan menuju lokasi wisata. Buruknya sarana dan prasarana di kawasan ini juga terlihat dari kondisi dermaga (Gambar 37) menuju Pulau Umang yang sangat sederhana. Promosi yang dilakukan mengenai Pulau Umang
lewat televisi ataupun majalah-majalah penerbangan domestik, sebagai
81
salah satu tujuan wisata nasional tidak diiringi dengan pembenahan sarana dan prasarana yang memadai.
Gambar 37 Kondisi dermaga yang sangat buruk menuju Pulau Umang Mengenai jenis ODTW serta jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki oleh kawasan wisata pantai sumur dapat dilihat pada Tabel 27 dan Tabel 28. Tabel 27 Jenis ODTW di Kawasan Pantai Sumur No 1
Jenis ODTW Pantai
Jumlah 6
Keterangan Level pemasaran meliputi lokal dan nasional, status perkembangan di beberapa lokasi dalam kondisi potensial dan berkembang serta lainnya sedang berkemang
2
Pulau
1
Pulau Umang, saat ini sedang dipasarkan untuk pasar nasional dan internasional dan merupakan ODTW yang sedang berkembang
5
Atraksi Kesenian
8
Level pemasarannya meliputi lokal dengan status perkembangan sangat potensial untuk dikembangkan Sumber : RIPP Provinsi Banten 2005 dan Hasil Survey Tabel 28 Jumlah Fasilitas Pendukung Kegiatan Pariwisata Di Kawasan Pantai Sumur Kecamatan
Hotel& Motel
0 Cigeulis 1 Cimanggu 7 Sumur Sumber : PODES, 2006
Restoran& Kedai Makmin
397 94 18
Wartel
4 1 20
Mini Market
Warung/ Kios
Pasar
0 0 0
0 0 1
32 8 304
82
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Pemetaan kawasan wisata akan didahului dengan penentuan batas koridor dengan tiga kawasan wisatanya, yang kemudian akan dipetakan secara geografis berdasarkan hasil survey dengan GPS (Global Positioning System) dilengkapi dengan foto-foto setiap kawasan. Batas
koridor
Cilegon-Pandeglang
ditentukan
berdasarkan
batasan
pengelolaan wilayah pesisir, yaitu untuk kepentingan perencanaan dan pengelolaan. Adapun yang menjadi pertimbangan penentuan batas Koridor Cilegon-Pandeglang adalah sebagai berikut : 1. Batas pesisir ke arah darat dapat ditetapkan melalui dua cara yaitu batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas wilayah pengaturan (regulation zone). Oleh karena itu batas ke arah darat ini bisa sangat jauh ke arah hulu (Dahuri et al., 2004). 2. Dalam Proyek MREP (Marine Resources Evaluation and Planning), batas ke arah darat mencakup batas administrasi seluruh desa pantai sesuai dengan ketentuan Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum dan Otonomi Daerah Departemen Dalam Negeri. 3. Batas wilayah pesisir berdasarkan garis pantai yang digunakan oleh beberapa negara sangat bervariasi, seperti 1 km (Afrika Selatan), 2 km (Brazilia), 10 km (Cina), 100 km (Australia Selatan) dari garis pantai. Berdasarkan hal tersebut diambil jarak yang paling moderat yaitu jarak 10 km dari garis pantai dengan asumsi dapat menggambarkan kondisi umum koridor Cilegon Pandeglang Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, selanjutnya batas koridor Cilegon Pandeglang dibuat dengan memanfaatkan Software Arcview GIS 3.2 melalui proses buffer dan geoprocessing. Dengan proses geoprocessing tersebut, sebaran spasial dari desa-desa pantai yang berada di koridor Cilegon-Pandeglang dan merupakan wilayah perencanaan lebih mudah teridentifikasi, sehingga dapat memberikan
83
gambaran yang lebih jelas bagi penyusunan basis data digital yang dibutuhkan. Secara grafis penentuan batas Koridor Cilegon-Pandeglang terlihat pada Gambar 38.
Peta Garis Pantai
Buffer 10 Km Intersect
Peta Administrasi Banten
Peta Koridor Cilegon-Pandeglang
Data Atribut : Potensi Desa 2006 (Desa-desa Pantai)
Gambar 38 Proses Analisis Spasial Penentuan Batas Koridor Cilegon-Pandeglang
Selain dengan analisis spasial di atas, pertimbangan lain yang digunakan untuk mendukung pengelompokkan kawasan wisata yaitu : 1. Penamaan kawasan wisata berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Provinsi Banten 2. Metode Analisis Cluster. Dalam RIPP Provinsi Banten
tahun 2005, Koridor Cilegon-Pandeglang
terbagi dalam 3 kawasan wisata yaitu Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang dan Kawasan Wisata Pantai Sumur, tetapi batasnya belum jelas, sehingga untuk memperoleh batas yang nyata di lapangan dan dapat digambarkan secara spasial maka digunakan metode analisis cluster. Data yang digunakan untuk analisis cluster berasal dari data PODES tahun 2006 yaitu data jarak ke pusat kota yang dikombinasi dengan kepadatan penduduk, dan data utilitas berupa jumlah pelanggan listrik dan telepon serta ada tidaknya sinyal telepon seluler di wilayah penelitian. Dengan menggunakan software Minitab 13 dan jumlah cluster 3 menyesuaikan dengan jumlah kawasan yang ingin dibentuk, maka hasil yang diperoleh dapat memberikan gambaran pengelompokkan kawasan yang diinginkan (Lampiran 3 dan Lampiran 4).
84
Dari hasil analisis cluster dengan data jarak ke pusat kota diperoleh 12 desa yang masuk ke dalam cluster 1, sedangkan 44 desa masuk ke dalam cluster 2 dan 96 desa masuk dalam cluster 3. Kelompok cluster 1 berada di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, kelompok
cluster 2 meliputi
Kecamatan Cigeulis, Panimbang,
Pagelaran, Patia, Labuan, Carita, Jiput, dan Cikedal, sedangkan cluster 3 meliputi Kecamatan Cinangka, Anyar, Citangkil dan Ciwandan. Hasil analisis cluster dengan variabel utilitas diperoleh kombinasi cluster yang cukup berbeda dengan variabel jarak, cluster 1 mengelompok pada kecamatankecamatan yang berada di Kabupaten Pandeglang seperti Sumur, Cimanggu, Cigeulis, Pagelaran, Patia, Labuan, Carita, Jiput dan Cikedal. Cluster 2 berada pada Kecamatan Cinangka, Anyar, Ciwandan dan Citangkil di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon. Sementara itu cluster 3 hanya terdapat di Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang. Dari kondisi demikian Kecamatan Panimbang menjadi pembatas yang sangat jelas antara kawasan Pantai Sumur dengan Kawasan Pantai Barat Pandeglang. Dalam hasil analisis cluster yang dilakukan di Koridor Cilegon-Pandeglang terdapat beberapa pencilan data yang dalam analisis ini diabaikan dengan asumsi kenampakan secara spasial lebih terlihat kompak dan mewakili karakteristik yang ada serta sesuai dengan pengelompokan RIPP Provinsi Banten. Setelah batas koridor dan kawasan diketahui melalui analisis spasial dan cluster, selanjutnya dilakukan pemetaan posisi geografis kawasan wisata beserta lokasi ODTW yang ada di Koridor Cilegon-Pandeglang. Letak Koridor CilegonPandeglang dengan masing-masing kawasan wisatanya secara geografis diketahui dengan melakukan pemetaan menggunakan GPS. Untuk mengetahui batas geografis kawasan di lapangan, digunakan landmark sebagai penciri bagian ujung kawasan. Lokasi wisata yang menjadi landmark adalah lokasi-lokasi wisata/ODTW yang berada paling ujung di dalam kawasan. Berdasarkan hasil analisis spasial dan cluster serta hasil pemetaan, Koridor Cilegon Pandeglang berada pada posisi geografis 05o59’09”-06o44’45” LS, dan 105o30’30”-106o05’26” BT. Mengenai luas dan batas masing-masing kawasan wisata beserta letak geografisnya dapat dilihat pada Gambar 39 dan Tabel 29
85
Gambar 39 Batas wilpen berdasarkan cluster dan analisis spasial
86
Tabel 29 Batas dan Letak Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Kecamatan
Luas (Ha)
Kawasan Wisata dan Posisi Geografis
Ciwandan Citangkil Anyar Cinangka
3318 1918 5935 12540
Pantai Barat Cilegon-Serang 05o59’09” LS; 106o02’26”BT 06o13’14” LS; 105o49’49”BT
Kws. Industri Cilegon Pantai Carita
Carita Jiput Cikedal Labuhan Patia Pagelaran Panimbang
8386 7666 2410 2583 3536 3679 15319
Pantai Barat Pandeglang 06o13’14” LS; 105o49’49”BT 06o29 30” LS; 105o40’40”BT
Pantai Carita Pantai Tanjung Lesung
Cigeulis Cimanggu Sumur Luas Koridor Cilegon-Pandeglang
13612 2380 9188 92470
Pantai Sumur 06o29 30” LS; 105o40’40”BT 06o44’45” LS; 105o30’30”BT
Pantai Tanjung Lesung Pantai Legon
No
Kabupaten/ Kota
1
Cilegon
2
Serang
3
Pandeglang
Landmark
Sumber : Hasil Analisis dan Pemetaan, 2007
Selanjutnya setiap kawasan wisata dipetakan sesuai dengan jumlah ODTW yang ada dilengkapi dengan foto-foto eksisting berupa aksesibilitas dan fasilitas/sarana prasarana yang dimiliki. Lokasi-lokasi wisata yang dipetakan adalah lokasi-lokasi yang pengelolaannya jelas dan tercantum dalam RIPP Provinsi Banten. Hal tersebut dilakukan karena dari hasil survey lapang teridentifikasi banyak sekali lokasi-lokasi ODTW di kawasan wisata, terutama di Kawasan Cilegon-Serang yang bukan dikelola oleh pemilik tetapi oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar mengelola lahan-lahan kosong di sepanjang pantai yang belum dipergunakan oleh pemilik dengan kesepakatan atau kerjasama jika pemilik akan menggunakan, maka pengelola harus mau melepaskan pengelolaan lahan-lahan tersebut kepada pemiliknya. Dengan pemetaan secara geografis diharapkan dapat menunjukkan lokasi ODTW dengan tepat beserta kelengkapan yang dimiliki oleh masing-masing kawasan dan dimaksudkan untuk memberikan informasi serta gambaran yang jelas mengenai kondisi kawasan saat ini. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa ketiga kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang memiliki potensi dan keunggulan wisata yang sangat besar dengan masing-masing keunikan yang dapat saling menguatkan satu dengan lainnya.
87
Secara rinci mengenai hasil pemetaan untuk setiap lokasi wisata pantai pada masing-masing kawasan dapat dilihat pada Tabel 30 dan Gambar 40, 41, dan 42. Tabel 30 Letak Geografis Masing-masing Lokasi Wisata Pantai Di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten Kawasan Wisata
Nama Lokasi Wisata
Letak Geografis
Pantai Barat Cilegon-Serang
Pantai Sangiang Pantai Anyer Pantai Anyer Kidul Mercusuar Pantai Bandulu Pantai Cibeureum Pantai Karang Bolong Pantai Sirih Pantai Pasauran
06° 00' 01" LS ; 105° 55' 55" 06° 02' 03" LS ; 105° 55' 55" 06° 03' 04" LS ; 105° 54' 54" 06° 04' 05" LS ; 105° 53' 53" 06° 06' 07" LS ; 105° 53' 53" 06° 11' 12" LS ; 105° 50' 50" 06° 08' 07" LS ; 105° 51' 51" 06° 10' 11" LS ; 105° 50' 50" 06° 12' 13" LS ; 105° 49' 49"
BT BT BT BT BT BT BT BT BT
Pantai Barat Pandeglang
Pantai Carita Pantai Matahari Carita Pantai Caringin Makam Caringin Masjid Caringin Pantai Bama Pantai Panimbang Pantai Lada Pantai Tanjung Lesung
06° 13' 14" LS ; 105° 49' 49" 06° 16' 17" LS ; 105° 49' 49" 06° 19' 20" LS ; 105° 49' 49" 06° 20' 21" LS ; 105° 49' 49" 06° 20' 21" LS ; 105° 49' 49" 06° 22' 23" LS ; 105° 49' 49" 06° 28' 29" LS ; 105° 47' 47" 06° 31' 32" LS ; 105° 44' 44" 06° 29' 30" LS ; 105° 40' 40"
BT BT BT BT BT BT BT BT BT
Pantai Sumur
Pantai Mega Cemara Pantai Ciputih Pantai Kertamukti Pantai Sumur Pantai Tamanjaya Pantai Legon
06° 34' 35" LS ; 105° 37' 37" 06° 39' 40" LS ; 105° 34' 34" 06° 40' 41" LS ; 105° 34' 34" 06° 41' 42" LS ; 105° 33' 33" 06° 43' 43" LS ; 105° 31' 31" 06° 44' 45" LS ; 105° 30' 30"
BT BT BT BT BT BT
Sumber : Hasil Survey, 2007
Potensi wisata yang tergali dari hasil pemetaan berupa keanekaragaman ODTW, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung wisata serta aksesibilitas di dalam dan di luar kawasan dapat dijadikan aset dalam melakukan perencanaan wisata di koridor ini. Keunikan ODTW pantai yang menyajikan suns, sand and sea (3S) di Koridor Cilegon-Pandeglang, dapat dikembangkan menjadi paket-paket wisata yang berbeda dan menarik serta adanya saling keterkaitan antar ODTW. Masing-masing kawasan di Koridor Cilegon-Pandeglang memiliki ikon/brand yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan perencanaan dan penyusunan paket wisatanya.
88
Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang dengan Anyer yang sudah banyak dikenal baik skala lokal, nasional maupun internasional harus terus dikembangkan dengan dukungan budaya masyarakat lokal yang cukup kental di kawasan ini. Kawasan Pantai Barat Pandeglang dengan Carita dan Tanjung Lesung di ujung kawasan dapat memberikan nilai tambah yang sangat signifikan bagi pengembangan wilayah yang berbasis wisata terutama karena kawasan ini memiliki pantai yang masih bersih dengan pemandangan bawah laut yang masih dapat dinikmati dengan nyaman oleh wisatawan. Sementara itu, kawasan Pantai Sumur dengan Pulau Umang sebagai ikon dapat terus dikembangkan terutama dengan dukungan infrastruktur yang lebih baik serta kedekatannya dengan Ujung Kulon dapat menjadi kawasan transit yang sangat menarik dalam perencanaan dan pengembangan paket wisata di Koridor CilegonPandeglang. Perencanaan pariwisata yang terpadu dan terencana dengan baik pada akhirnya akan memberikan dampak yang positif bagi pengembangan wilayah di Koridor Cilegon-Pandeglang khususnya dan Provinsi Banten pada umumnya.
Rating dan Bobot Penilaian Faktor-Faktor SWOT untuk Setiap Kawasan Berdasarkan hasil pemetaan yang didukung dengan analisis cluster dan spasial, Koridor Cilegon-Pandeglang terbagi menjadi tiga kawasan wisata yaitu kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang, Pantai Barat Pandeglang dan Pantai Sumur dengan masing-masing keunikan ODTW dan kelengkapan sarana dan prasarana yang dimilikinya. Selanjutnya untuk mengetahui keunggulan masing-masing kawasan dilakukan analisis SWOT, yang didasarkan pada data potensi fisik, sosial ekonomi, kebijakan dan hasil observasi lapang yang dilakukan (wawancara dan kuesioner, foto-foto potensi wisata). Dari data tersebut disusun faktor internal (strengths dan weaknesses) dan faktor eksternal (opportunities dan threaths) serta faktor profil kompetitif. Pembuatan matrik internal dan eksternal serta matrik profil kompetitif didahului dengan mempertimbangkan penilaian secara obyektif faktorfaktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman sehingga tidak terjadi konflik dalam penilaian.
89
Penentuan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman dan kompetitif di atas bersumber dari 10 faktor pariwisata yang dikemukan oleh Suyitno (2001) yang kemudian berkembang dan teridentifikasi di lapangan berdasarkan hasil kuesioner, wawancara dan pengamatan lapang secara langsung. Data hasil kuesioner dan wawancara berasal dari beberapa stakeholder, seperti masyarakat sekitar, wisatawan, aparat pemerintah daerah dan pengusaha juga pengamatan lapang secara langsung yang membentuk faktor-faktor tersebut. Masing-masing faktor yang teridentifikasi berdasarkan data fisik (sekunder), pengamatan langsung di lapangan, wawancara dan kuesioner di atas, sebelum dibuat matrik internal, eksternal dan profil kompetitifnya secara lengkap, terlebih dahulu ditentukan
nilai rating dan bobotnya. Mekanisme diskusi dengan stakeholder
terutama dengan tiga ahli/pakar (planologi, arsitektur landskap dan pengembangan wilayah) dan aparat pemerintah daerah dilakukan untuk menyamakan persepsi agar penilaian bobot dan rating yang dihasilkan tidak terlihat subyektif tetapi tergambar secara obyektif berdasarkan kenyataan dan kondisi di lapangan. Penentuan nilai rating atau skala (1 sampai dengan 4) dari masing-masing faktor internal dan eksternal di setiap kawasan, serta faktor kompetitif dapat dilihat pada Tabel 31 sampai dengan Tabel 34. Kriteria atau aspek yang diperhatikan dalam menentukan nilai rating atau skala tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria penilaian obyek dan daya tarik wisata alam (Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, 2002), hasil pengamatan lapang dan diskusi dengan pihak pemerintah daerah.
Tabel 31 Matrik Penilaian Faktor-faktor SWOT (Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang)
No 1
Faktor-Faktor SWOT
Penilaian
Rating
Faktor-Faktor Kekuatan - Potensi pantai yang landai Hal ini terlihat dari kemiringan
dengan ombak yang tidak wilayah yang berkisar antara 0-3 %, dan 8-15 % serta posisi pantai terlalu besar terhadap laut lepas, juga tidak adanya pengaruh angin barat.
4
90
Tabel 31 lanjutan - ODTW pantai yang sudah Sangat beraneka ragamnya ODTW
3
dikenal oleh semua mulai dari pantai yang hanya dipagari sederhana dengan biaya golongan masyarakat. tiket masuk yang murah sampai dengan ODTW yang dikelola swasta besar. Diterbitkannya Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) dan rencana pengembangan wisata di Cilegon dan Serang.
3
- Akses
transportasi yang Adanya jaringan jalan tol dan jalan tinggi dengan dukungan provinsi yang didukung pula kondisi jaringan yang baik denagn adanya angkutan umum ke lokasi wisata.
4
- Tersedianya
3
- Adanya
kebijakan dan rencana tata ruang yang berkaitan dengan pengembangan kawasan wisata.
sarana dan Di sepanjang jaringan jalan menuju prasarana pendukung kawasan wisata terdapat penginapan wisata yang memadai. seperti hotel dan motel, restoran, dan lahan parkir yang luas di setiap ODTW investasi dalam objek sarana
Hampir semua ODTW dikembangkan oleh swasta memiliki kelengkapan sarana dan parasarana yang sangat memadai sebagai obyek wisata.
3
masyarakat terhadap pariwisata yang positif dengan dukungan kondisi yang kondusif.
Masyarakat Banten yang terkenal sebagai jawara dapat menerima dan terbuka terhadap sikap dan perilaku wisatawan yang terkadang berbeda dengan keseharian mereka. Secara tidak langsung faktor keamanan berwisata di kawasan ini jadi lebih terjaga.
3
- Memiliki atraksi kesenian Beraneka ragamnya jenis atraksi
2
- Berkembangnya
oleh pengelola mengembangkan wisata dan prasarananya - Respon
yang sangat dikembangkan ODTW budaya
potensial kesenian yang dimiliki terutama sebagai yang berkaitan dengan acara keagamaan dan sesekali ditampilkan di lokasi wisata jika ada permintaan dari wisatawan
91 Tabel 31 lanjutan 2
3
Faktor-Faktor Kelemahan - Kurangnya informasi dan Belum
adanya pusat sistem promosi oleh pengelola informasi terpadu yang dikelola mengenai keunikan ODTW baik oleh swasta atau pemerintah di tempat khusus. dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan, terutama dalam memberikan informasi tentang kelengkapan sarana prasarana. Umumnya wisatawan mengetahui ODTW yang ada hanya dari mulut ke mulut, sedikit sekali yang mengetahuinya dari surat kabar, televisi, internet atau lainnya
2
- Semua ODTW memiliki Semua ODTW umumnya pantai daya tarik yang relatif dan tidak adanya wahana wisata yang spesifik sebagai penunjang sama dan homogen. ODTW sehingga kurang menarik wisatawan terutama wahana wisata permainan dan petualangan. - Tidak ada pengaturan oleh Hampir semua lokasi ODTW sudah pemerintah terhadap menjadi milik-milik pribadi/privat ruang-ruang publik untuk sehingga pengaturan ruang publik masyarakat sekitar ODTW sangat tergantung dengan tujuan beserta prasarananya dan kebutuhan pemilik semata tanpa memperhatikan kebutuhan dengan areal-areal privat. masyarakat di sekitar ODTW.
1
-
ODTW yang dikembangkan saat ini baru yang bersifat memanfaatkan pantai sebagai obyek wisata belum dikombinasikan dengan atraksi kesenian yang mengekspoloitasi budaya masyarakat setempat yang cukup beraneka ragam
1
- Perkembangan penduduk di Peningkatan jumlah penduduk di
4
Belum berkembangnya paket wisata yang memadukan antara potensi pantai dengan budaya atau atraksi kesenian yang dimiliki.
1
Faktor-Faktor Peluang
wilayah kabupaten/provinsi di sekitar kawasan (Jabodetabek) yang membutuhkan wisata alam terutama pantai
wilayah Jabodetabek dan Provinsi Banten sendiri harus dimanfaatkan sebagai pasar yang potensial untuk memasarkan ODTW yang ada
92 Tabel 31 lanjutan - Lokasi yang dekat dengan Keuntungan lokasi terutama bagi
kota-kota utama di Jabodetabek dan sekitarnya memungkinkan wisatawan untuk berkunjung ke kawasan pantai - Peluang usaha masyarakat Banten yang menjadi ciri khas Provinsi Banten
- Dekatnya
lokasi dengan pelabuhan internasional dan regional yang memudahkan wisatawan menjangkau kawasan pantai
- Berkembangnya
investasi dalam pengembangan prasarana pariwisata di luar kawasan
- Kawasan termasuk dalam
pengembangan wisata utama Banten
4
kawasan wilayah
wisatawan domestik yang tinggal di wilayah Jabodetabek harus didukung dengan promosi dan informasi yang baik dari para pengelola ODTW Kerajinan atau usaha home industri yang tumbuh di Serang dan Cilegon seperti usaha-usaha pengolahan hasil laut dan kerajinan yang berasal dari sumberdaya laut dan pantai dapat dijadikan salah satu pendukung bagi perekonomian masyarakat Banten. Keberadaan Pelabuhan Merak dan Bojonegoro yang sangat dekat dengan kawasan ini dapat dijadikan sebagai peluang untuk menarik wisatawan antar pulau seperti dari Sumatera. Peluang ini harus didukung dengan kemudahan perijinan yang diberikan pemerintah kepada swasta yang akan mengelola ODTW, sehingga upaya-upaya peningkatan sarana dan prasarana akan terus bertambah Sejak masih menjadi bagian Jawa barat sampai saat ini, pemerintah lebih banyak memberikan perhatian khusus bagi perkembangan kawasan ini sebagai ODTW terutama kawasan Anyer dan sekitarnya.
4
2
3
2
2
Faktor-Faktor Ancaman - Terjadinya
penyimpangan pelaksanaan tata ruang di lapangan yang dilakukan oleh pengelola/swasta dan Pemerintah Provinsi.
Pengelolaan kawasan wisata pantai oleh swasta dengan tanpa memperhatikan garis sempadan pantai, lamanya pemberian HGU kepada pengelola/swasta dapat menurunkan kualitas lingkungan dan semakin berkurangnya ruangruang publik yang ditawarkan sehingga dapat memberikan pilihan kepada wisatawan untuk menikmati wisata pantai.
3
93 Tabel 31 lanjutan kawasan industri Cilegon dan sekitarnya dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan di pantai sekitarnya.
2
Kemampuan SDM (pemerintah dan masyarakat) Banten serta wisatawan masih rendah dalam mengelola dan menjaga keindahan ODTW khususnya wisata pantai dapat menyebabkan potensi pantai yang dimiliki menjadi tidak berkembang.
1
- Berkembangnya industri di Perkembangan
sekitar kawasan pantai
- Kurangnya
kemampuan SDM Banten termasuk wisatawan dalam mengelola dan menata kegiatan pariwisata khususnya wisata pantai.
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 32 Matrik Penilaian Faktor-Faktor SWOT (Pantai Barat Pandeglang) No 1
Faktor-Faktor SWOT
Penilaian
Rating
Faktor –Faktor Kekuatan - Potensi pantai yang landai Hal ini terlihat dari kemiringan
4
dengan ombak yang tidak wilayah yang berkisar antara 0-3 %, 3-8 % dan 8-15 % serta posisi terlalu besar pantai terhadap laut lepas, juga tidak adanya pengaruh angin barat sehingga sangat nyaman sebagai lokasi wisata. terhadap keberadaan dikenal oleh semua kawasan dengan ODTW yang sudah dikenal oleh masyarakat dan golongan masyarakat menjadi tujuan wisata dalam berbagai kegiatan dan waktu tertentu, menjadi pilihan utama wisatawan.
3
Dukungan Pemda Kabupaten Pandeglang dalam pengembangan pariwisata sangat membantu dalam perkembangan wisata terutama peningkatan ketersediaan prasarana sebagai pendorong kegiatan pariwisata.
3
- ODTW pantai yang sudah Image
- Adanya
kebijakan dan rencana tata ruang yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata seperti visi Pandeglang unggul wisata di Propinsi Banten
94 Tabel 32 lanjutan Keberadaan jaringan jalan dengan kondisi cukup baik yang menghubungkan Cilegon dan Labuan menjadi jalur utama menuju kawasan pantai dan didukung dengan adanya angkutan umum yang menghubungkan kedua kawasan tersebut. Selain itu jalur Serang-Pandeglang dan jalur tengah melalui Ciomas menjadi alternatif menuju kawasan pantai.
4
sarana dan Di sepanjang jaringan jalan prasarana pendukung wisata kawasan wisata banyak terdapat penginapan seperti hotel dan yang memadai motel, restoran, dan lahan parkir yang luas di setiap ODTW. Selain itu di beberapa lokasi terdapat fasilitas rekreasi pantai yang lengkap sebagai daya tarik wisata
4
Besarnya minat pengelola dalam penyediaan sarana dan prasarana wisata dalam kawasan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan terutama wisatawan asing yang akan berkunjung.
4
- Obyek wisata pantai yang Terdapat beberapa obyek wisata
3
- Akses
transportasi yang tinggi dengan dukungan kondisi jaringan jalan yang baik.
- Tersedianya
- Berkembangnya
oleh pengelola mengembangkan wisata dan prasarananya
investasi dalam objek sarana
khas di kawasan Pantai Barat Pandeglang menjadi tujuan utama wisatawan ke wilayah Banten
- Penduduk
yang khas seperti Tanjung Lesung dengan taman lautnya yang sangat indah atau wisata pantai yang digabung dengan wisata ziarah, dan lain-lain
lokal yang Penduduk yang memiliki mata mengandalkan kegiatan di pencaharian di sektor perikanan sektor perikanan dapat menunjang pariwisata melalui penyediaan hasil laut maupun olahannya bagi pengelola pariwisata dan wisatawan.
3
95 Tabel 32 lanjutan 2
3
Faktor-Faktor Kelemahan - Kurangnya informasi dan Belum
adanya pusat sistem promosi oleh pengelola informasi terpadu yang dikelola pantai mengenai keunikan baik oleh swasta atau pemerintah ODTW di tempat khusus dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan, terutama dalam memberikan informasi tentang kelengkapan sarana prasarana. Umumnya wisatawan mengetahui ODTW yang ada hanya dari mulut ke mulut, sedikit sekali yang mengetahuinya dari surat kabar, televisi, internet atau lainnya
2
- Semua ODTW memiliki Semua ODTW umumnya pantai dan
1
daya tarik yang relatif tidak adanya wahana wisata yang spesifik sebagai penunjang ODTW sama dan homogen sehingga kurang menarik wisatawan terutama wahana wisata permainan dan petualangan Faktor-Faktor Peluang - Berkembangnya investasi Tumbuhnya investasi swasta dalam
3
dalam pengembangan pengembangan sarana dan prasarana prasarana pariwisata di wisata dapat mendorong wisatawan luar kawasan untuk berkunjung ke kawasan ini - Kemungkinan memadukan Keanekaragaman obyek dan daya
3
dengan obyek wisata lain tarik wisata yang berada di yang berada di dalam Kabupaten Pandeglang terutama maupun di luar kawasan.. yang berdekatan dengan kawasan ini akan dapat memberikan alternatif kunjungan wisata yang sangat menarik bagi wisatawan.
4
Faktor-Faktor Ancaman - Kurangnya kemampuan SDM Banten termasuk wisatawan dalam mengelola dan menata kegiatan pariwisata khususnya wisata pantai.
Kemampuan SDM (pemerintah dan masyarakat) Banten serta wisatawan masih rendah dalam mengelola dan menjaga keindahan ODTW khususnya wisata pantai dapat menyebabkan potensi pantai yang dimiliki menjadi tidak berkembang.
1
96 Tabel 32 lanjutan - Terjadinya penyimpangan Pengelolaan kawasan wisata pantai
pelaksanaan tata ruang di lapangan yang dilakukan oleh pengelola/swasta dan Pemerintah Provinsi.
1
oleh swasta dengan tanpa memperhatikan garis sempadan pantai, lamanya pemberian HGU kepada pengelola/swasta dapat menurunkan kualitas lingkungan dan semakin berkurangnya ruang-ruang publik yang ditawarkan sehingga dapat memberikan pilihan kepada wisatawan untuk menikmati wisata pantai.
Sumber : Hasil Analisis Tabel 33 Matrik Penilaian Faktor-Faktor SWOT (Kawasan Pantai Sumur) No 1
Faktor-Faktor SWOT
Penilaian
Rating
Faktor –Faktor Kekuatan - Potensi alam yang masih asli Kemiringannya antara 0-3 % dan
4
dengan topografi yang relatif 8-15 %, dan banyak lokasi-lokasi datar ODTW yang masih alami dan belum banyak faktor buatan karena letaknya yang jauh dari kegiatan komersial seperti industri yang berdekatan Akan menjadi suatu paket wisata dengan obyek wisata alam yang sangat menarik dengan Ujung Kulon kawasan ujung kulon karena letaknya berdekatan dengan perbedaan keunikan masingmasing
4
- Adanya pengembangan Pulau Saat ini yang menjadi primadona
4
- Lokasi
Umang resort
2
dengan
fasilitas kawasan adalah pengembangan Pulau Umang yang mulai banyak dipromosikan dalam skala nasional dan internasional Faktor-Faktor Kelemahan - Lokasi ODTW yang jauh dari Faktor jarak yang jauh dan waktu
pusat-pusat Jabodetabek
permukiman tempuh yang cukup lama membuat wisatawan kurang tertarik untuk datang ke kawasan ini
2
97 Tabel 33 lanjutan - Kondisi
3
jaringan jalan Kondisi jaringan jalan menuju menghubungkan pantai- kawasan umumnya sangat rusak pantai sekitarnya dalam berat, sehingga aksesibilitas dari kondisi rusak berat dan menuju kawasan menjadi sangat rendah. - Belum berkembangnya Masih banyak ODTW yang kawasan-kawasan pantai belum dikelola dengan baik dengan sarana prasarananya karena belum adanya investasi dari pemerintah maupun swasta, sebagian ODTW hanya berskala lokal dan dikunjungi oleh masyarakat sekitarnya saja - Informasi dan promosi yang Pengelola dan Pemda Kabupaten terbatas tentang keberadaan Pandeglang belum memiliki ODTW di kawasan rencana yang baik tentang bagaimana mengenalkan kawasan ini pada masyarakat luas Faktor-Faktor Peluang
2
4
- Sebagai
Kedekatan lokasi dengan dua ODTW yang sudah berskala internasional dapat memberikan peluang bagi pengembangan di masa yang akan datang
3
- Rencana
Saat ini sedang diupayakan pembukaan jalan ke kawasan pantai sumur yang akan dibangun sejajar dengan garis pantai seperti kawasan-kawasan lain di koridor Cilegon-Pandeglang sehingga diharapkan aksesibilitas menuju kawasan ini menjadi lebih baik
4
alternatif lokasi wisata yang berdekatan dengan kawasan Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon dibukanya akses jalan oleh Pemerintah Provinsi Banten yang akan menghubungkan kawasan pantai barat Pandeglang dengan kawasan wisata sumur.
4
4
Faktor-Faktor Ancaman - Akses transportasi yang Kondisi jaringan jalan menuju rendah menuju kawasan kawasan saat ini sangat buruk, jika upaya pembukaan jalan tembus tidak terealisasi maka kawasan ini akan terus tertinggal dengan kawasan lainnya di koridor Cilegon-Pandeglang - Promosi oleh Pemerintah Kurangnya upaya dan dukungan Provinsi yang masih kurang pemerintah Provinsi Banten dalam melakukan promosi terhadap kawasan ini
1
2
98
Tabel 33 lanjutan - Terpusatnya
pengembangan wisata ke lokasi/kawasan lain, sehingga kawasan ini kurang memiliki daya tarik.
3
Baik investor maupun pemerintah masih belum memberikan perhatian serius terhadap pengembangan kawasan wisata pantai sumur
Sumber : Hasil Analisis Tabel 34 Matrik Penentuan Nilai Rating Faktor Profil Kompetitif Rating No
Faktor Kompetitif
1 2 3
Kondisi fisik Jumlah dan Jenis ODTW Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung wisata Aksesibilitas Kondisi Sosial dan budaya masyarakat Keamanan dan Kenyamanan Promosi Pengembangan Perekonomian masyarakat lokal Pelaku Investasi Kebijakan Pemerintah dalam tata ruang
4 5 6 7 8 9 10
Pantai Barat CilegonSerang 4 4 3
Pantai Barat Pandeglang
Pantai Sumur
4 3 4
4 2 2
4 3
4 3
1 3
4 3 4
4 4 4
4 2 1
4 2
4 2
2 2
Sumber : Hasil Analisis Sama halnya dengan penentuan rating, untuk menghindari subyektifitas dalam pemberian bobot, maka penentuan bobot masing-masing faktor baik internal, eksternal maupun profil kompetitif didasarkan pada hasil penilaian ketiga orang pakar
(planologi, arsitektur landskap dan pengembangan wilayah) dengan
menggunakan Program CDP (Criterium Decision Plus). Bobot yang digunakan dalam matrik merupakan bobot yang diperoleh dengan melihat rata-rata modus yaitu nilai bobot yang sering muncul dalam perhitungan dengan CDP yang dilakukan para ahli, dan nilai CR (Consistency Ratio) tidak lebih dari 0,10. Hasil pembobotan faktor internal dan eksternal di setiap kawasan serta profil kompetitif dapat dilihat pada Gambar 43 sampai dengan Gambar 49.
99
Gambar 43 Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR=0,010)
Gambar 44 Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Cilegon Serang (CR=0,008)
Gambar 45 Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR=0,007)
100
Gambar 46 Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR=0,004)
Gambar 47 Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur (CR=0,008)
Gambar 48 Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur (CR=0,006)
101
Gambar 49 Bobot Faktor Profil Kompetitif (CR= 0,009) Dari hasil penilaian bobot dengan nilai CR berkisar antara 0,004 - 0,010 di atas, dapat diidentifikasi beberapa hal penting yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Dalam faktor internal di ketiga kawasan Koridor Cilegon-Pandeglang, potensi fisik seperti kondisi pantai dan potensi alam masing-masing ODTW memiliki bobot paling tinggi berkisar antara 0,173 sampai dengan 0,283. Urutan berikutnya dalam faktor internal di dua kawasan yaitu Pantai Barat Cilegon-Serang dan Pantai Barat Pandeglang yang memiliki bobot cukup tinggi adalah akses transportasi, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung wisata serta kebijakan pemerintah dengan bobot berkisar antara 0,103 – 0,172. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketiga faktor di atas memiliki peran yang sangat penting bagi pengembangan kegiatan pariwisata. Hal tersebut
juga
memperlihatkan bahwa kedua kawasan ini memiliki keunggulan dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung wisata dan transportasi (memiliki banyak hotel dan restoran, tempat parkir yang memadai, dekat dengan pelabuhan udara maupun laut, akses jalan tol dan kondisi jaringan jalan yang bagus). Di kawasan Pantai Sumur faktor internal yang memiliki bobot tinggi setelah faktor fisik adalah kedekatan dengan Ujung Kulon (0,279) dan pengembangan Pulau Umang (0,153). Secara jelas hal tersebut memperlihatkan dampak yang sangat positif bagi pengembangan wisata di kawasan Pantai Sumur. Fenomena tingginya bobot
faktor
fisik
kawasan
dalam
faktor
internal
menunjukkan
bahwa
102
pengembangan pariwisata pantai sangat mengandalkan potensi alam yang dimiliki dan perlunya kelengkapan sarana dan prasarana pendukung wisata dan transportasi serta kebijakan pemerintah sebagai penentu kebijakan terutama berkaitan dengan pemberian
ijin
pengelolaan
wisata
pantai
kepada
swasta
dengan
tetap
memperhatikan kaidah-kaidah lingkungan. Pada faktor eksternal untuk bobot tertinggi terdapat variasi faktor yang berbeda di setiap kawasan, tetapi jika diamati, semuanya berujung pada wisatawan sebagai penikmat kegiatan wisata dan dapat direspon oleh pengelola sehingga mampu menyajikan ODTW beserta paket kegiatan wisatanya untuk memberikan kepuasan berwisata di koridor Cilegon Pandeglang. Wisatawan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata, tanpa wisatawan maka pariwisata tidak akan terbentuk (Suyitno, 2001). Hal lain yang juga cukup menarik dalam faktor eksternal di Kawasan Pantai Sumur adalah rencana dibukanya akses menuju kawasan langsung dari kawasan pantai barat oleh Pemda Provinsi Banten yang merupakan bobot tertinggi sebesar 0,349, walaupun realisasinya masih dalam tahap persiapan yaitu pengukuran volume dan lebar jaringan jalan yang dibutuhkan dalam pembangunannya di masa yang akan datang. Sementara itu dalam bobot profil kompetitif terlihat faktor aksesibilitas (0,239), promosi (0,206) serta keamanan dan kenyamanan (0,175) berturut-turut menempati urutan 1-3. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pariwisata akan berkembang jika didukung oleh aksesibilitas dan promosi yang baik, serta faktor keamanan dan kenyamanan dalam berwisata. Faktor aksesibilitas sangat mempengaruhi kegiatan pariwisata, seperti kemudahan pencapaian, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi akan memberikan dampak yang positif bagi pertumbuhan dan perkembangan sektor pariwisata. Faktor yang juga memegang peranan penting dalam pariwisata adalah faktor promosi, seperti dikatakan Pendit (1999) bahwa promosi/publisitas perlu mendapat sorotan demi memperoleh neraca seimbang antara permintaan wisatawan dan persediaan fasilitas serta pelayanan pariwisata yang ada. Sementara itu sebagai gambaran pentingnya faktor keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan oleh wisatawan dalam berwisata dapat dilihat pada kasus bom Bali 2002, yang sangat
103
merugikan kegiatan pariwisata Indonesia dengan turunnya jumlah kunjungan wisatawan yang mencapai 23,04 % pada tahun 2003 (Tempo Interaktif 01 agustus 2003) karena wisatawan merasakan ketidakamanan dan ketidaknyamanan berwisata di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Jika melihat kondisi seperti diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa antara faktor-faktor yang teridentifikasi baik dalam penentuan rating maupun bobot memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Nilai rating dan bobot faktor internal dan eksternal serta faktor profil kompetitif di atas akan menjadi dasar bagi penyusunan matrik internal, eksternal dan profil kompetitif yang akan menggambarkan lebih detail keadaan di masing-masing kawasan wisata Koridor Cilegon-Pandeglang dengan analisis yang lebih mendalam.
Analisis Prospek Pengembangan Pariwisata Setiap Kawasan Analisis prospek dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu didasarkan pada data deskripsi dari suatu keadaan, sikap, hubungan atau suatu sistem pemikiran dari suatu masalah yang menjadi obyek penelitian (Suratmo; 2002). Dengan metode deskriptif akan diperoleh gambaran suatu kondisi secara faktual, detail dan akurat serta adanya hubungan antara berbagai fenomena. Metode deskriptif biasanya difokuskan pada masalah aktual yang terjadi dan hasil pengamatan di lapangan. Kekuatan metode deskriptif sangat tergantung pada teknik-teknik analisis kuantitatif yang dihasilkan dari pengolahan data hasil observasi lapang, kuesioner dan wawancara. Dengan teknik analisis yang baik maka akan dihasilkan interpretasi yang obyektif, walaupun dalam kenyataannya sangat sulit untuk menghilangkan subyektifitas dalam analisis deskriptif. Analisis prospek pengembangan pariwisata di setiap kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang dengan metode deskriptif didasarkan pada data kuantitatif hasil pengolahan dalam matrik IFAS (Internal Strategic Factor Analysis Summary) yang terdiri dari faktor kekuatan dan kelemahan serta matrik EFAS (Ekternal Strategic Factor Analysis Summary) yang terdiri dari faktor peluang dan faktor hambatan. Selain matrik IFAS dan EFAS yang juga akan menentukan
104
prospek pengembangan kawasan adalah data kuantitatif dalam matrik profil kompetitif. Matrik IFAS, EFAS dan profil kompetitif dengan bobot dan rating yang telah dianalisis pada sub bab sebelumnya memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana kondisi masing-masing kawasan. Total nilai yang diperoleh dari hasil perkalian rating dan bobot masing-masing faktor dalam setiap matrik (IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif) menjadi dasar bagi analisis deskriptif prospek pengembangan setiap kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Matrik IFAS menggambarkan distinctive competence yaitu kekuatan yang dimiliki oleh korporate, dalam hal ini kawasan wisata yang tidak mudah ditiru oleh korporate/kawasan lainnya. Rangkuti (2001) mengatakan bahwa distinctive competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu korporate, yang dalam hal ini adalah
kawasan
wisata
di
Koridor
Cilegon-Pandeglang.
Matrik
EFAS
menggambarkan situasi lingkungan eksternal kawasan yang akan mempengaruhi perkembangan kawasan saat ini maupun di masa yang akan datang. Dengan mengetahui lingkungan eksternal kawasan maka dapat dijadikan dasar dalam perencanaan pengembangan pariwisata di masa yang akan datang. Matrik profil kompetitif menggambarkan keunggulan masing-masing kawasan dalam pengembangan kegiatan pariwisata yang dimiliki. Menurut Porter (1991 dalam Alkadri et al., 1999) untuk memperoleh keunggulan bersaing harus dilakukan tiga strategi, yaitu cost leadership, diferensiasi dan fokus. Cost leadership menyangkut biaya murah yang dikeluarkan oleh konsumen, dalam hal ini adalah wisatawan untuk menikmati pariwisata dan memperoleh kenyamanan yang diinginkan. Diferensiasi dilakukan dengan menciptakan persepsi pada wisatawan terhadap kawasan wisata masing-masing, misalnya dengan keunggulan paket wisata yang ditawarkan dan brand image yang lebih unggul. Sedangkan keunggulan fokus yaitu dengan menetapkan segmentasi pasar sesuai dengan sasaran yang diharapkan. Keunggulan kompetitif tersebut harus terus dikembangkan dan digali secara maksimal untuk mengembangkan kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang. Secara rinci mengenai matrik IFAS, EFAS dan profil kompetitif di Kawasan Wisata Cilegon-Pandeglang dapat dilihat pada Tabel 35 sampai dengan Tabel 41.
Tabel 35 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
Bobot x Rating (Kolom 4)
0.192 0.101 0.13 0.172 0.103 0.075 0.059
4 3 3 4 3 3 2
0.768 0.303 0.39 0.688 0.309 0.225 0.118
0.059
3
0.177
0.035 0.033 0.022 0.019
2 1 1 1
0.07 0.033 0.022 0.019
Kekuatan - Potensi pantai yang landai dengan ombak yang tidak terlalu besar - ODTW pantai yang sudah dikenal oleh semua golongan masyarakat. - Adanya kebijakan dan rencana tata ruang yang berkaitan dgn pengembangan kawasan wisata - Akses transportasi yang tinggi dengan dukungan kondisi jaringan jalan yang baik. - Tersedianya sarana dan prasarana pendukung wisata yang memadai - Respon masyarakat thdp pariwisata yang positif dgn dukungan kondisi yang kondusif. - Memiliki atraksi kesenian yang sangat potensial dikembangkan sebagai ODTW budaya - Berkembangnya investasi oleh pengelola dalam mengembangkan objek wisata dan sarana prasarananya Kelemahan - Kurangnya informasi dan promosi oleh pengelola mengenai keunikan ODTW di tempat khusus - Semua ODTW memiliki daya tarik yang relatif sama dan homogen. - Tidak ada pengaturan oleh pemerintah terhadap ruang-ruang publik untuk masyarakat sekitar ODTW - Belum berkembangnya paket wisata yg memadukan antara potensi pantai dgn budaya. TOTAL Sumber : Tabel 31, Gambar 43 dan Hasil Analisis
1.000
3.122
26
Tabel 36
EFAS (Ekternal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
Bobot x Rating (Kolom 4)
- Perkembangan penduduk di wilayah kabupaten/provinsi di sekitar kawasan (Jabodetabek)
0.17
4
0.68
- Lokasi yang dekat dengan kota-kota utama di Jabodetabek dan sekitarnya
0.236
4
0.944
- Peluang usaha masyarakat Banten dan menjadi ciri khas Provinsi Banten
0.155
2
0.31
- Dekatnya lokasi dengan pelabuhan internasional dan regional
0.161
4
0.644
- Berkembangnya investasi dalam pengembangan prasarana pariwisata di luar kawasan
0.061
3
0.183
- Kawasan termasuk dalam pengembangan kawasan wisata utama wilayah Banten
0.084
3
0.252
- Terjadinya penyimpangan pelaksanaan tata ruang di lapangan
0.053
2
0.106
- Berkembangnya industri di sekitar kawasan pantai
0.052
1
0.052
- Kurangnya kemampuan SDM Banten/wisatawan dlm pengelolaan dan menata kegiatan wisata.
0.028
1
0.028
TOTAL
1.000
Peluang
Ancaman
Sumber : Tabel 31, Gambar 44 dan Hasil Analisis
3.199
27
Tabel 37 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
(Kolom 4)
- Potensi pantai yang landai dengan ombak yang tidak terlalu besar
0.173
4
0.692
- Obyek wisata pantai yang khas dan menjadi tujuan utama wisatawan ke wilayah Banten
0.164
3
0.492
- Adanya kebijakan dan rencana tata ruang yang berkaitan dgn pengembangan kawasan wisata
0.153
3
0.459
- Tersedianya sarana dan prasarana pendukung wisata yang memadai
0.156
4
0.624
- Akses transportasi yang tinggi dengan dukungan kondisi jaringan jalan yang baik.
0.154
4
0.616
- Penduduk lokal yang mengandalkan kegiatan di sektor perikanan
0.083
3
0.249
- Berkembangnya investasi oleh pengelola dalam mengembangkan objek wisata dan sarana prasarananya
0.039
4
0.156
- ODTW pantai yang sudah dikenal oleh semua golongan masyarakat.
0.037
3
0.111
- Kurangnya informasi dan promosi oleh pengelola mengenai keunikan ODTW di tempat khusus
0.021
2
0.042
- Semua ODTW memilki daya tarik yang relatif sama dan homogen
0.02
1
0.02
Kekuatan
Kelemahan
TOTAL Sumber : Tabel 32, Gambar 45 dan Hasil Analisis
1.000
3.461
28
Tabel 38 EFAS (Ekternal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
Bobot x Rating (Kolom 4)
- Kemungkinan memadukan dengan obyek wisata lain yang berada di luar maupun di dalam kawasan
0.511
3
1.533
- Berkembangnya investasi dalam pengembangan prasarana pariwisata di luar kawasan
0.274
3
0.822
- Kurangnya kemampuan SDM Banten/wisatawan dalam pengelolaan dan menata kegiatan wisata
0.147
1
0.147
- Terjadinya penyimpangan pelaksanaan tata ruang di lapangan
0.068
2
0.136
TOTAL
1.000
Peluang
Ancaman
Sumber : Tabel 32, Gambar 46 dan Hasil Analisis
2.638
29
Tabel 39 IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Sumur Faktor-faktor Strategi Internal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
(Kolom 4)
- Potensi alam yang masih asli dengan topografi yang relatif datar
0.285
4
1.14
- Lokasi yang berdekatan dengan obyek wisata alam Ujung Kulon
0.279
4
1.116
- Adanya pengembangan Pulau Umang dengan fasilitas resort
0.153
4
0.612
- Lokasi ODTW yang jauh dari pusat-pusat permukiman Jabodetabek
0.066
2
0.132
- Kondisi jaringan jalan yang menghubungkan pantai-pantai sekitarnya rusak berat
0.093
4
0.372
- Belum berkembangnya kawasan-kawasan pantai dengan sarana prasarananya
0.083
2
0.166
- Informasi dan promosi yang terbatas tentang keberadaan ODTW di kawasan
0.041
4
0.164
TOTAL
1.000
Kekuatan
Kelemahan
Sumber : Tabel 33, Gambar 47 dan Hasil Analisis
3.702
30
Tabel 40 EFAS (Ekternal Strategic Factors Analysis Summary) Kawasan Wisata Pantai Sumur Faktor-faktor Strategi Eksternal
Bobot
Rating
Bobot x Rating
(Kolom 1)
(Kolom 2)
(Kolom 3)
(Kolom 4)
- Sebagai alternatif lokasi wisata yang berdekatan Tanjung Lesung dan Taman Nasional Ujung Kulon
0.321
3
0.963
- Rencana dibukanya akses jalan yang menghubungkan kawasan Pantai Barat dengan kawasan Sumur.
0.349
4
1.396
- Akses transportasi yang rendah menuju kawasan
0.188
1
0.188
- Promosi oleh Pemerintah Provinsi yang masih kurang
0.095
2
0.19
- Terpusatnya pengembangan wisata ke lokasi/kawasan lain, shg kawasan ini kurang memiliki daya tarik
0.047
2
0.094
Peluang
Ancaman
TOTAL Sumber : Tabel 33 dan Gambar 48 dan Hasil Analisis
1.000
2.831
31
Tabel 41 Matrik Profil Kompetitif Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang
Faktor Strategis
No
Bobot
Kawasan Pantai Barat CilegonSerang
Kawasan Pantai Barat Pandeglang
Kawasan Pantai Sumur
Rating
Bobot Skor
Rating
Bobot Skor
Rating
Bobot Skor
1
Kondisi fisik
0.049
4
0.196
4
0.196
4
0.196
2
Jumlah dan jenis ODTW
0.048
4
0.192
3
0.144
2
0.096
3
Kelengkapan sarana dan prasarana pendukung wisata
0.026
3
0.078
4
0.104
2
0.052
4
Aksesibilitas
0.239
4
0.956
4
0.956
2
0.478
5
Kondisi sosial dan budaya masyarakat
0.057
3
0.171
3
0.171
3
0.171
6
Keamanan dan kenyamanan
0.175
4
0.7
4
0.7
4
0.7
7
Promosi
0.206
3
0.618
4
0.824
2
0.412
8
Pengembangan perekonomian masyarakat lokal
0.027
4
0.108
4
0.108
1
0.027
9
Pelaku Investasi
0.092
4
0.368
4
0.368
2
0.184
10
Kebijakan pemerintah dalam tata ruang
0.081
2
0.162
2
0.162
2
0.162
Total
1.000
Sumber : Tabel. 34, Gambar 49 dan Hasil Analisis
3.549
3.733
2.478
Berdasarkan matrik-matrik tersebut di atas maka untuk memudahkan analisis selanjutnya, hasil atau jumlah total dari masing-masing matrik di setiap kawasan dirangkum dalam Tabel 42 berikut : Tabel 42 Rangkuman Nilai Matrik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif di Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang No
Kawasan Wisata IFAS
Total Nilai EFAS Profil Kompetitif
1
Pantai Barat Cilegon-Serang
3,122
3,199
3,549
2
Pantai Barat Pandeglang
3,461
2,638
3,733
3
Pantai Sumur
3,702
2,831
2,478
Sumber : Tabel 35,36,37,38,39,40,41. Menurut Rangkuti (2001), total nilai IFAS dan EFAS dapat digunakan untuk membandingkan antara korporate satu dengan lainnya dalam kelompok kegiatan yang sama, sedangkan total nilai profil kompetitif dapat dipergunakan untuk mengetahui posisi relatif korporate dibandingkan dengan pesaingnya. Berdasarkan hal tersebut maka total nilai IFAS, EFAS dan profil kompetitif dari tabel di atas dapat digunakan untuk membandingkan antara ketiga kawasan dan bagaimana posisi relatif masing-masing kawasan terhadap kawasan lainnya, sehingga akhirnya dapat diketahui bagaimana prospek pengembangan masing-masing kawasan di masa yang akan datang. 1. Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon Serang Kawasan Pantai Barat Cilegon-Pandeglang memiliki skor IFAS 3,122 sebagai skor terendah jika dibandingkan dengan kawasan lainnya, sedangkan skor EFAS-nya berada pada peringkat tertinggi sebesar 3,199. Hal tersebut menunjukkan bahwa kawasan Pantai Barat Cilegon Serang yang sudah banyak dikenal oleh wisatawan harus terus membenahi kawasannya agar faktor distinctive competence yang dimilikinya tetap memiliki nilai jual sebagai ODTW yang spesifik, seperti kawasan industri Cilegon dan Kawasan Gunung Ciwandan. Di masa yang akan datang dengan adanya pengembangan kawasan industri Cilegon, prospek Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang dapat
26
dikembangkan sebagai suatu kawasan wisata minat khusus seperti wisata ilmu pengetahuan tentang industri yang berupa city tour. Skor IFAS yang rendah terjadi karena faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam matrik IFAS memiliki nilai bobot yang tidak jauh berbeda. Skor EFAS kawasan dapat menunjukkan adanya peluang yang cukup tinggi bagi kawasan untuk terus berkembang terutama jika dilihat dari skor kedekatan kawasan dengan Jabodetabek (nilai skor 0,944) yang merupakan pusat pemukiman sehingga dapat terus menarik wisatawan yang berkunjung. Skor profil kompetitif kawasan ini 3,549 berada pada urutan kedua diantara dua kawasan lainnya. Hal ini dimungkinkan terjadi karena semua faktor strategis dalam profil kompetitif memiliki rating yang tinggi. Di Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang, baik dari IFAS, EFAS dan profil kompetitif, faktor aksesibilitas kawasan memiliki rating dan bobot tinggi karena kawasan ini diuntungkan dengan adanya kemudahan pencapaian seperti jalan tol, pelabuhan laut dan jaringan jalan yang memadai. Faktor aksesibilitas inilah yang harus terus menjadi kekuatan dan peluang bagi perkembangan wisata di kawasn Pantai Barat Cilegon-Serang. Jika dilihat dari ketersediaan
lahan, saat
ini penggunaan
lahan umumnya
merupakan
belukar/tanah kosong dan kebun/ladang, sehingga dengan demikian masih dimungkinkan untuk berkembang, meskipun kawasan ini dalam RTRW Provinsi Banten 2002-2017 ditetapkan sebagai kawasan industri terutama Kecamatan Ciwandan dan Citangkil di Kota Cilegon. Dalam RTRW yang masih dapat terus dikembangkan untuk kegiatan wisata di kawasan ini adalah Kecamatan Anyar dan Cinangka di Kabupaten Serang. 2. Prospek Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang Kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki skor IFAS 3,461 dan merupakan urutan kedua dari tiga kawasan yang ada di Koridor Cilegon-Pandeglang, sedangkan skor EFAS-nya adalah 2,638 dan merupakan skor terendah dibandingkan dua kawasan lainnya. Fenomena demikian terjadi karena faktor kekuatan internal yang dimiliki sebagai distinctive competence berada pada potensi alam dengan skor 0,692 dengan adanya peluang memadukan ODTW pantai dengan ODTW lainnya (skor 1,533) yang berada di sekitar kawasan.
27
Kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki juga ODTW yang khas seperti adanya kegiatan wisata pantai yang digabung dengan wisata ziarah (wisata pilgrim), dan hal ini dapat menjadi kekuatan kawasan. Keberadaan Pantai Tanjung Lesung yang mulai dikembangkan dengan skala pelayanan dan pemasaran internasional juga menjadi kekuatan internal kawasan yang perlu didukung dengan keunggulan bersaing diferensiasi dan fokus. Kawasan ini bisa mengembangkan paket-paket wisata yang menarik dengan fokus segmentasi pasar menengah ke atas sehingga daya tarik kawasan akan lebih menonjol dibandingkan kawasan lainnya. Jika dilihat dari skor profil kompetitif kawasan ini memiliki skor paling tinggi yaitu 3,733 dengan keunggulan faktor strategis promosi (0,824) dan aksesibilitas (0,956). Faktor promosi dan aksesibilitas sangat dibutuhkan bagi berkembangnya suatu kegiatan wisata dan faktor inilah yang membuat kawasan Pantai Barat Pandeglang menjadi terkenal baik dalam skala lokal maupun internasional. Kemampuan pengelola kawasan (pemerintah dan swasta) dalam mengelola keunggulan bersaing yang sangat potensial akan menjadikan faktor-faktor kekuatan dan peluang yang dimiliki akan mampu menutupi faktor kelemahan dan ancaman. Sementara itu jika dilihat dari ketersediaan lahan untuk pengembangan, saat ini umumnya penggunaan lahan didominasi oleh sawah dan kebun/tegalan, jadi kemungkinan diferensiasi kegiatan wisata juga dapat dilakukan dengan mengembangkan kegiatan pertanian sebagai daerah wisata agro. Kemungkinan diferensiasi demikian di kawasan ini juga didukung oleh RTRW Provinsi Banten 2002-2017 yang menetapkannya sebagai kawasan pengembangan pariwisata dengan secara tegas menyatakan Pantai Tanjung Lesung sebagai salah satu pusat pengembangan kegiatan wisata di kawasan ini. 3. Prospek Kawasan Wisata Pantai Sumur Kawasan Pantai Sumur memiliki skor IFAS tertinggi (3,702) dan skor EFAS sebesar 2,831. Kondisi demikian menunjukkan bahwa sebenarnya kawasan ini memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk berkembang dan menjadi maju sebagai suatu kawasan wisata, walaupun saat ini keadaan eksisting kawasan terutama faktor aksesibilitas sangat buruk dan sulit untuk dijangkau. Kekuatan
28
yang dimiliki kawasan ini berada pada potensi alam dengan skor 1,14 dan dukungan lokasi yang berdekatan dengan Ujung Kulon (1,116) serta pengembangan Pulau Umang dengan skor 0.612. Dari skor EFAS dapat dilihat yang menyumbangkan skor tertinggi adalah adanya faktor rencana dibukanya jaringan jalan (skor 1,396). Keunggulan bersaing yang dapat dikembangkan di kawasan ini adalah fokus yaitu penentuan segmentasi pasar yang jelas, dengan kata lain faktor kelemahan yang ada saat ini terutama menyangkut aksesibilitas akan tertutupi jika segmen pasar yang akan dituju adalah kalangan menengah atas. Segmen pasar yang demikian akan memberikan peluang kawasan ini untuk berkembang sebagai kawasan eksklusif
terutama dukungan dua lokasi di
sekitarnya (Tanjung Lesung dan Ujung Kulon) yang sudah bertaraf internasional. Dari skor profil kompetitif kawasan ini memiliki skor paling rendah yaitu 2,478, karena faktor-faktor strategis yang ada di kawasan ini memiliki rating rendah. Hal ini dikaitkan dengan kondisi eksisting saat ini yang memang masih sangat kurang dalam mendukung kegiatan pariwisata. Jika dilihat dari ketersediaan lahan untuk pengembangan, umumnya penggunaan lahan saat ini didominasi oleh lahan kosong/belukar, hutan dan kebun/tegalan, sehingga kemungkinan pengembangan fasilitas/sarana dan prasarana pendukung pariwisata masih sangat besar. Dalam RTRW Provinsi Banten 2002-2017 Kecamatan Cimanggu, Cigeulis dan Sumur ditetapkan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Banten, sehingga seluruh kawasan merupakan daerah yang potensial dikembangkan untuk kegiatan pariwisata yang lebih maju dengan dukungan kebijakan tersebut. Dari uraian kemungkinan dan prospek pengembangan yang demikian maka Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang di masa yang akan datang dapat menjadi tujuan utama wisatawan untuk berwisata, sehingga dapat dikatakan memiliki prospek cukup baik. Kondisi ini didukung oleh faktor strategis dalam profil kompetitif yaitu faktor keamanan dan kenyamanan yang menjadi tujuan utama berwisata memiliki skor tinggi yaitu 0,7 setelah aksesibilitas, terutama di dua kawasan (Cilegon-Serang dan Pandeglang).
29
Hasil analisis deskriptif prospek pengembangan di atas akan sangat bermanfaat jika dikaitkan secara sinergis dengan hasil pemetaan masing-masing kawasan, terutama berkaitan dengan pengelolaan wilayah secara administratif. Faktor strategis kekuatan dan peluang yang dimiliki masing-masing kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang harus dapat dijadikan potensi yang tinggi dalam menunjang perkembangan wilayah terutama untuk meningkatkan kehidupan perekonomian masyarakat setempat. Keunggulan faktor strategis yang dimiliki tersebut harus dapat meminimalisasi faktor kelemahan dan ancaman, sehingga bisa lebih memberikan manfaat bagi kawasan khususnya dan Koridor CilegonPandeglang secara keseluruhan. Peta-peta yang dihasilkan berupa sebaran lokasi ODTW yang telah terpetakan secara geografis dapat dijadikan sebagai salah satu alat promosi wisata yang bisa diperbaharui terus menerus sesuai dengan perubahan dan perkembangan di lapangan. Promosi wisata yang dilakukan harus menonjolkan kekuatan dan peluang yang dimiliki kawasan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang serta memanfaatkan kelemahan dan ancaman untuk dijadikan suatu paket wisata yang saling menguntungkan. Adanya jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata di Koridor Cilegon-Pandeglang, juga dapat dijadikan sebagai suatu aset yang besar untuk menjaring wisatawan mancanegara maupun lokal yang memang sangat ingin berwisata dalam keadaan aman dan nyaman. Perencanaan dan pengelolaan pariwisata yang baik serta perumusan strategi yang sesuai dengan kaidah-kaidah pengembangan wilayah, di masa yang akan datang dapat menjadikan Koridor Cilegon-Pandeglang sebagai kawasan wisata pantai yang sangat menarik dan tetap berwawasan lingkungan.
30
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemetaan kawasan wisata dilakukan untuk mengetahui secara nyata kecamatan-kecamatan yang termasuk dalam wilayah perencanaan pengembangan wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang beserta batas antar ketiga kawasannya, untuk kemudian dipetakan secara geografis. Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon Serang terdiri dari Kecamatan Ciwandan, Citangkil, Anyar dan Cinangka, memiliki batas geografis 05o59’09”- 106o13’14” LS dan 105o49’49”-106o02’26” BT, dengan keunggulan berasal dari faktor strategi eksternalnya seperti kedekatan dengan kotakota utama di Jabodetabek dan sekitarnya sebagai pusat pertumbuhan penduduk dan pengembangan kawasan industri di Kota Cilegon. Kawasan Wisata Pantai Barat Pandeglang meliputi Kecamatan Carita, Jiput, Cikedal, Labuhan, Patia, Pagelaran dan Panimbang dengan batas geografis 06o13’14”-06o29’30”LS dan 105o40’40”105o49’49”BT, memiliki keunggulan dalam faktor profil kompetitifnya berupa promosi dan aksesibilitas yang baik. Kawasan Wisata Pantai Sumur terdiri dari Kecamatan Cigeulis, Cimanggu dan Sumur dengan batas geografis
06o29’30”-
06o44’45” LS dan 105o30’30”-105o40’40”BT, memiliki keunggulan pada faktor strategi internalnya berupa potensi alam yang masih asli dan lokasi yang sangat dekat dengan Kawasan Wisata Ujung Kulon serta pengembangan Pulau Umang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang berasal dari data kuantitatif dalam matrik IFAS, EFAS dan Profil Kompetitif serta ketersediaan lahan dan kebijakan, teridentifikasi bahwa masing-masing kawasan memiliki prospek pengembangan yang cukup baik. Kawasan Wisata Pantai Barat Cilegon-Serang yang saat ini memang sudah cukup berkembang dan dikenal secara luas oleh wisatawan harus terus membenahi kawasannya agar faktor distinctive competence yang dimilikinya tetap memiliki nilai jual sebagai ODTW yang spesifik seperti memperkenalkan suatu model city tour atau wisata ilmu pengetahuan di kawasan industri Cilegon. Prospek pengembangan wisata di Pantai Barat Cilegon-Serang harus memanfaatkan
31
faktor eksternalnya karena jika dibandingkan dengan dua kawasan lainnya memiliki total nilai EFAS paling tinggi. Dalam matrik EFAS Pantai Barat Cilegon-Serang pengembangan kawasan industri menjadi ancaman, akan tetapi peluang sebagai kawasan pengembangan utama wisata Banten serta kelengkapan sarana dan prasarana wisata yang dimilikinya harus menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata pantai dengan brand image yang sudah banyak dikenal yaitu kawasan industri Cilegon dan Anyer. Kawasan Pantai Barat Pandeglang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan dua kawasan lainnya dengan nilai profil kompetitif yang paling tinggi. Dengan memanfaatkan keunggulan kompetitif yaitu faktor promosi dan kelengkapan sarana dan prasarana, kawasan ini memiliki prospek dan nilai jual yang tinggi jika dibandingkan dua kawasan lainnya, didukung aksesibilitas yang baik, ODTW yang khas seperti taman laut dan wisata ziarah (wisata pilgrim), lokasilokasi wisata yang sudah banyak dikenal seperti Carita dan Tanjung Lesung memberikan dampak yang positif bagi pengembangan kegiatan wisata. Prospek pengembangan Kawasan Pantai Barat Pandeglang semakin tinggi dengan dukungan kebijakan dalam RTRW Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai salah satu kawasan pengembangan pariwisata dengan pusat pengembangan Tanjung Lesung. Prospek pengembangan Kawasan Pantai Sumur
harus digali dari faktor
internalnya karena dibandingkan dengan dua kawasan lainnya kawasan ini memiliki total nilai IFAS paling tinggi. Faktor internal kawasan yang besar ini terutama karena potensi alam yang masih asli dan terus dipacu oleh pengembangan Pulau Umang dan kedekatannya dengan Ujung Kulon. Prospek pengembangan wisata di kawasan ini juga didukung oleh kebijakan dalam RTRW Provinsi Banten yang menetapkannya sebagai kawasan pengembangan pariwisata. Jika melihat kondisi eksistingnya saat ini yang mungkin dikembangkan untuk meningkatkan nilai jual kawasan adalah dengan melakukan promosi pada segmen pasar menengah atas terkait dengan keunggulan bersaing fokus, yaitu menetapkan segmen pasar yang akan dijangkau sebagai target promosi. Segmen pasar yang demikian akan memberikan peluang kawasan ini untuk berkembang sebagai kawasan eksklusif
32
terutama dukungan dua lokasi di sekitarnya (Tanjung Lesung dan Ujung Kulon) yang sudah bertaraf internasional.
Saran Berkaitan dengan pemetaan lokasi wisata yang dilakukan dalam penelitian, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alat promosi pariwisata yang nantinya akan sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah terutama dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Dalam rangka terus meningkatkan pelayanan pada wisatawan, kajian ini juga perlu ditindak lanjut dengan studi khusus mengenai suatu sistem informasi pariwisata dengan dukungan data base
yang lebih detail dan
lengkap, serta menarik bagi wisatawan, selain itu dapat menjadi pemikat bagi pelaku investasi untuk menanamkan modalnya, yang pada akhirnya dapat terus meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah dan berujung pada kesejahteraan masyarakat. Setiap kawasan wisata memiliki keunggulan yang berbeda-beda, sehingga hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah maupun pengelola wisata terutama dalam melakukan upaya pengembangan kawasan. Perlakuan pada masing-masing kawasan harus berbeda sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya sehingga upaya meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Banten dapat tercapai dan bermanfaat bagi pengembangan wilayah secara keseluruhan termasuk di dalamnya meningkatkan perekonomian masyarakat Banten ke arah yang lebih baik lagi. Selain perlakuan yang berbeda terhadap masing-masing kawasan wisata, dapat pula dilakukan suatu sinergi atau kerjasama dalam rangkaian kegiatan wisata berupa penciptaan atau kreasi paket wisata yang melibatkan keunggulan masingmasing kawasan sehingga semua potensi yang dimiliki dapat lebih dimanfaatkan secara maksimal. Paket wisata yang beragam dan menarik wisatawan akan menjadi daya tarik yang baik untuk meningkatkan daya saing wisata di Koridor CilegonPandeglang khususnya dan Provinsi Banten secara umum.
33
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Anonim. 1990. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Anonim. 2000. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten. Anonim. 2002. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 36 Tahun 2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten. Anonim. 2005. Peraturan Daerah Provinsi Banten Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Provinsi Banten.
Anonim. 2002. Kriteria-Standar Penilaian Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (Analisis Daerah Operasi), Bogor: Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan. Abidin, Hasanuddin Z. 2000. Penentuan Posisi dengan GPS dan Aplikasinya. Cetakan Kedua, Jakarta: PT Pradnya Paramita. Akil, Syarifuddin. 2005. Implementasi Kebijakan Sektoral Dalam Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan dari Perspektif Penataan Ruang. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Alkadri, Dodi D.S, Muchdie, Siswanto S, dan Fathoni M. 2001. Manajemen Teknologi untuk Pengembangan Wilayah. Jakarta: Direktorat Kebijaksanaan Teknologi untuk Pengembangan Wilayah BPPT. Arronof S. 1989. Geographic Information System : A Management Perspective. Ottawa Canada: WDL Publication. [Bapeda] Badan Perencanaan Daerah Provinsi Banten. 2002. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 2002-2007. Banten: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Banten [BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Potensi Desa Provinsi Banten Tahun 2006. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Banten Dalam Angka Tahun 2005. Banten: Badan Pusat Statistik
34
Bahaire, Tim and Martin Elliott-White. 1999. The Application of Geographical Information Systems (GIS) in Sustainable Tourism Planning: A Review. Journal of Sustainable Tourism Vol 7 No.2, Department of Tourism and Environment, University of Lincolnshire and Humberside, Brayford Pool: Lincoln LN6 7TS. Blunden. 1985. Mineral Resources And Their Management. London: Longman. Dahuri, et al. 2004. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Dangermond, Jack. 1990. Geographic Information System Technology and Development Planning. Regional Development Dialogue Vol.11 No.3
Gunn, C. 1994. Tourism Planning. Second Edition : Revised and Expanded, New York, Philadelpia, London: Taylor and Francis. Holden, Andrew. 2000. Environment and Tourism, Routledge introduction to environment series, London and New York: Taylor and Francis. Lia lupia Hayati. 2001. Identifikasi Tingkat Perkembangan Pariwisata di Kabupaten Cianjur. Tugas Akhir, Bogor: Program Studi Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Marimin.2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Martin, D. 1996. GIS:Socioeconomics Application, London: Routledge. Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Cetakan Keenam, Jakarta: PT Pradnya Paramita. Rina Sutantie. 2006. Analisis Penggunaan Lahan, Kunjungan Wisata dan faktorfaktor Penunjang Perkembangan Wilayah (Studi Kasus:Kabupaten Ciamis, Propinsi Jawa Barat). Skripsi, Bogor: Program Studi Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor. Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Riyadi, Bratakusumah. DS. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah, Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Robinson, H. 1976. A Geography of Tourism. London: Mac Donald.
35
Roche, Stephane and Jean-Baptiste Humeau. 1999. GIS Development and Planning Collaboration: A Few Examples from France. URISA Journal Vol. 11 No. 1. Saaty, Thomas L. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Penerbit PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sammeng, Andi. M. 2000. Cakrawala Pariwisata. Jakarta: Penerbit Departemem Pariwisata dan Telekomunikasi.
Saragih, Juli P. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Sharma, Subash. 1996, Applied Multivariate Technique, New York: John Wiley & Sons Inc. Smith, Stephen L.J. 2001. Tourism Analysis: A Handbook, New York: Copublished in the United States With John Wiley & Sons Inc. Soemarwoto, O. 1997. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Penerbit Djembatan. Subagyo,H. Nata S. dan Agus .S. 2000.Tanah-Tanah Pertanian di Indonesia. Adimihardja, et. al. (ed), Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Sugiarto, Dergibson S, Lasmono T.S, Deny S.O. 2003. Teknik Sampling, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sumaatmadja, N. 1996. Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup, Bandung: Alfabet. Suratmo, F. Gunarwan. 2002. Panduan Penelitian Multidisiplin, Bogor:IPB Press. Suyitno. 2001. Perencanaan Wisata. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Windoatmoko. 2006. Evaluasi Sumberdaya Fisik Untuk Pengembangan Pariwisata Pada Lokasi Wisata di Magelang, Tesis, Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Webster, C. J. 1994. GIS And The Scientific Inputs To Planning. Part-2: Prediction And Prescription. Environment and Planning B: Planning and Design Vol. 21: 145-157.
36
LAMPIRAN 1 KUESIONER DAN PANDUAN WAWANCARA RESPONDEN (WISATAWAN, MASYARAKAT, PENGUSAHA, PEMERINTAH)
A. Kuesioner Untuk Responden Wisatawan Yth. Pengunjung Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang (Pantai Barat Serang-Cilegon, Pantai Barat Pandeglang, Pantai Sumur Bersama ini kami sampaikan daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai bahan penunjang penelitian tentang ” Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten”. Oleh Karena itu, kami mohon keikhlasan dan kesediannya untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan benar. KUESIONER RESPONDEN WISATAWAN No Responden Nama Responden
Tanggal (hari, bulan, tahun) Waktu wawancara
Pewawancara Hari Biasa
Week end
Waktu Puncak
Penulis
I. Data Pribadi Wisatawan 1. Umur :.............................. tahun 2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Kota/Daerah Tempat Tinggal : a.Jabodetabek b. Pandeglang c.Serang f.Jakarta g.Sumatera h. Luar negeri
d. Cilegon i.Lain-lain
4. Pekerjaan Saat ini : a. Pegawai negeri b. ABRI c.Swasta d. Pedagang f. Petani g. Lain-lain,sebutkan............. 5. Pendidikan Terakhir : a. Tidak Sekolah b. SD e. Perguruan Tinggi f. Lain-lain 6. Pendapatan Perbulan a. < Rp.250.000 b. Rp.250.000 – Rp.750.000 c. Rp.760.000 – RP.1.500.000 d. Rp. 1.510.000 –Rp. 2.500.000 e. Rp. 2.510.000 – Rp. 5.000.000 f. > Rp.5.000.000
c. SLTP
e.Lebak
e. Pelajar/Mahasiswa
d. SLTA
37
II. Pertanyaan Umum 1. Dari mana anda mengetahui kawasan wisata ini a. Teman/Keluarga b. Koran/Majalah/Brosur c. Radio/TV/Internet d. Lain-lain, Sebutkan..................... 2. Sudah berapa kali datang ke kawasan ini a. satu kali b. dua kali c. tiga kali d. > tiga kali 3. Berapa lama biasanya berada di kawasan wisata a. satu hari b. dua hari c. tiga hari d. > tiga hari 4. Berapa jumlah orang yang pergi berwisata bersama anda a. >10 orang b. 5-10 orang c. 2-4 orang d. Sendirian 5. Berapa harga tiket masuk orang ke lokasi wisata a. < Rp. 5000/orang b. Rp. 5000 – Rp. 10.000/orang c. Rp. 10.000 - Rp. 20.000/orang d. > Rp. 20.000/orang 6. Berapa harga tiket masuk kendaraan ke lokasi wisata a. < Rp. 5000/kendaraan b. Rp. 5000 – Rp. 10.000/kendaraan c. Rp. 10.000 - Rp. 20.000/kendaraan d. > Rp. 20.000/kendaraan 7. Obyek dan daya tarik wisata yang disukai di Pantai a. Pasir Pantai b. Pulau-pulau di tengah laut c. Terumbu karang d. Taman laut e. Pemandangan (sun set dan sun shine) f. Lain-lain,sebutkan................ 8. Kegiatan wisata yang disukai di kawasan wisata a. Jalan-jalan b. Berenang c. Menyelam d. Berselancar e. Berlayar
38
f. Memancing g. Lain-lain,sebutkan................
9. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata (restoran, hotel, tempat parkir, MCK) yang ada di kawasan wisata saat ini a. Sangat Baik b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk 10. Apakah jumlah prasarana pendukung wisata tersebut sudah mencukupi a. Sudah, jika sudah langsung ke pertanyaan no. 12 dan seterusnya b. Belum, jika belum lanjut ke pertanyaan no 11 dan seterusnya 11. Jika belum mencukupi prasarana apa yang perlu ditambahkan a. Hotel b. Restoran c. Parkir d. MCK e. Lainnya, sebutkan..................... 12. Moda angkutan yang digunakan untuk menuju ke kawasan wisata a. Sepeda Motor b. Mobil Pribadi c. Bus d. Angkutan Umum (Bus) e. Angkutan Umum (Non Bus) 13. Bagaimana kondisi sarana transportasi (jaringan jalan) di kawasan wisata a. Sangat Baik b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk 14. Bagaimana penerimaan dan pelayanan yang diberikan oleh pengelola wisata a. Sangat Baik b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk 15. Bagaimana kesan anda terhadap penerimaan masyarakat setempat a. Sangat ramah b. Biasa saja c. Kurang Ramah d. Kasar e. Lain-lain Sebutkan ............................................ 16. Bagaimana kondisi keamanan dan kenyamanan di kawasan wisata a. Sangat Baik
39
b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk 17. Tahukah anda tentang kesenian daerah Banten terutama yang berada di sekitar kawasan wisata a. Tahu, jika tahu lanjut ke pertanyaan no. 18 b. Tidak tahu, jika tidak pertanyaan bagian II selesai 18. Jika tahu sebutkan jenis kesenian daerah Banten yang anda ketahui : .....................................................................................................................................
III. Pertanyaan Khusus (Pemahaman Terhadap Koridor Cilegon-Pandeglang) 1. Tahukah anda bahwa bahwa di Koridor Cilegon-Pandeglang terdapat tiga kawasan pengembangan wisata (Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang, Kawasan Pantai Barat Pandeglang, Kawasan Pantai Sumur) a. Tahu, jika tahu lanjut ke pertanyaan no. 2 b. Tahu sebagian, sebutkan......................(pertanyaan selesai) c. Tidak tahu, jika tidak pertanyaan selesai 2. Diantara ketiga kawasan tersebut, kawasan mana yang paling anda sukai a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur 3. Kawasan mana yang sarana dan prasarana pendukung wisatanya (hotel, restoran, parkir, MCK,dll) yang paling lengkap a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur 4. Kawasan mana yang sarana dan prasarana pendukung wisatanya (hotel, restoran, parkir, MCK,dll) yang paling tidak lengkap a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur 5. Kawasan mana yang jaringan jalan dan aksesibilitasnya paling baik a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur 6. Kawasan mana yang jaringan jalan dan aksesibilitasnya paling buruk a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur 7. Jika Pemda Banten akan melakukan pengembangan kegiatan wisata, kawasan mana sebaiknya yang perlu mendapatkan prioritas pembangunan a. Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang b. Kawasan Pantai Barat Pandeglang c. Kawasan Pantai Sumur
40
8. Jika Pemda Banten akan melakukan pengembangan kegiatan wisata, faktor apa yang perlu mendapatkan prioritas pembangunan a. Aksesibilitas/sarana dan prasarana transportasi b. Prasarana pendukung wisata (hotel, restoran, dll) c. Pomosi d. Lainnya, sebutkan.................................. B. Kuesioner Untuk Responden Masyarakat Yth. Masyarakat di Kawasan Wisata Koridor Cilegon-Pandeglang (Pantai Barat Serang-Cilegon, Pantai Barat Pandeglang, Pantai Sumur) Bersama ini kami sampaikan daftar pertanyaan (kuesioner) sebagai bahan penunjang penelitian tentang ” Prospek Pengembangan Kawasan Wisata di Koridor Cilegon-Pandeglang Provinsi Banten”. Oleh Karena itu, kami mohon keikhlasan dan kesediannya untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan benar. KUESIONER RESPONDEN MASYARAKAT No Responden Nama Responden
Tanggal (hari, bulan, tahun) Waktu wawancara
Pewawancara Hari Biasa
Week end
Waktu Puncak
Penulis
I. Data Pribadi Masyarakat 1. Umur :.............................. tahun 2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Pekerjaan Saat ini : a.Pegawai negeri b.ABRI c. Swasta d. Pedagang e. Pelajar/Mahasiswa f. Petani g. Nelayan h. Lain-lain,sebutkan............. 4. Pendidikan Terakhir : a.Tidak Sekolah b.SD e. Perguruan Tinggi f. Lain-lain 5. Pendapatan Perbulan a. < Rp.250.000 b. Rp.250.000 – Rp.750.000 c. Rp.760.000 – RP.1.500.000 d. Rp. 1.510.000 –Rp. 2.500.000 e. Rp. 2.510.000 – Rp. 5.000.000 f. > Rp.5.000.000
c. SLTP
d. SLTA
41
II. Pertanyaan 1. Sebagai penduduk yang tinggal di sekitar kawasan wisata, setujukah jika kawasan ini banyak dikunjungi wisatawan a. Setuju b. Tidak setuju 2. Bagaimana menurut anda, perilaku wisatawan/pengunjung yang datang ke lokasi wisata a. Sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat b. Kurang sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat c. Tidak sesuai dengan adat istiadat masyarakat setempat 3. Bila ada perilaku wisatawan yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat setempat bagaimana respon yang anda berikan a. Bila Tidak peduli b. Memperingatkan dengan cara baik c. Memperingatkan dengan cara kasar 4. Kapan biasanya wisatawan ramai mengunjungi lokasi wisata a. Libur hari minggu b. Libur sekolah c. Libur hari besar/nasional 5. Manfaat apa yang anda peroleh sebagai masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata a. bisa menjadi sumber mata pencaharian tambahan, sebagai......................... b. bisa membuka usaha baru seperti kios makanan dan minuman c. Lain-lain, sebutkan................. 6. Adakah jenis kesenian daerah Banten yang pernah ditampilkan/dipertunjukkan oleh masyarakat kepada wisatawan a. Ada, sebutkan nama keseniannya............................... b. Tidak ada 7. Adakah kerjasama atau bantuan yang diberikan oleh pengelola wisata kepada masyarakat setempat: a. Ada, sebutkan...................... b. Tidak ada 8. Bagaimana kondisi keamanan dan kenyamanan di kawasan wisata ini a. Sangat Baik b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk
42
9. Jika Pemda Banten akan melakukan pengembangan kegiatan pariwisata di wilayah anda, hal apa yang harus menjadi prioritas pembangunan a. Aksesibilitas/sarana dan prasarana transportasi b. Prasarana pendukung wisata (hotel, restoran, dll) c. Promosi d. Lainnya, sebutkan..................................
C. Panduan Wawancara dengan Responden Pengelola/Pengusaha 1. Status pengelolaan lokasi wisata terkait dengan perijinan yang diberikan oleh Pemda Provinsi Banten 2. Data Karyawan yang bekerja di lokasi wisata 3. Hubungan dengan masyarakat setempat 4. Kegiatan yang berkaitan dengan promosi (leaflet, brosur, website, dll) 5. Investasi yang dibutuhkan dalam mengelola lokasi wisata 6. Kebijakan pengelola/pengusaha dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk wisatawan 7. Jenis dan daya tarik wisata yang paling banyak digemari wisatawan 8. Kesenian daerah Banten yang pernah dipertunjukkan di lokasi wisata (Jenis dan waktu pertunjukan) 9. Wisatawan yang datang umumnya dari dalam atau luar negeri 10. Keluhan yang pernah disampaikan oleh wisatawan dan masyarakat sekitar 11. Bentuk-bentuk kerjasama yang pernah dilakukan dengan masyarakat atau pemda dalam mengelola lokasi wisata 12. Prospek ketiga kawasan wisata (kawasan pantai barat Cilegon-Serang, kawasan pantai barat Pandeglang, kawasan Pantai Sumur) dalam hubungannya dalam pengembangan usaha 13. Permasalahan yang dihadapi dalam mengelola lokasi wisata di Provinsi Banten
43
14. Kebijakan pemerintah daerah apa yang diperlukan oleh pengelola/pengusaha dalam mengembangkan kawasan wisata.
D. Panduan Wawancara dengan Responden Pemerintah 1. Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan pariwisata di Koridor
Cilegon-Pandeglang (prioritas program, aksesibilitas antar kawasan
serta penyediaan sarana dan prasarana wisata) 2. Perkembangan jumlah ODTW 3. Insentif dan disinsentif terhadap pengelolaan kawasan wisata 4. Jumlah dan perkembangan kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun 5. Upaya-upaya yang dilakukan pemda berkaitan dengan promosi 6. Potensi SDM di Provinsi Banten yang dan memahami perencanaan dan pengembangan pariwisata 7. Upaya-upaya
yang
sudah
dan
akan
dilakukan
untuk
meningkatkan
pengembangan SDM Banten 8. Upaya-upaya yang sudah dan akan dilakukan untuk mendorong perekonomian masyarakat di sekitar kawasan wisata 9. Upaya-upaya yang dilakukan dalam memberikan keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan, masyarakat dan pengelolalokasi wisata.
44
LAMPIRAN 2 Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
A. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Wisatawan A.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (26 Responden) No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah I. Data Wisatawan 1. Umur 17 - 40 tahun 2. Jenis Kelamin a. Laki-laki 11 b. Perempuan 15 5 3. Kota/Daerah tempat a. Jakarta 2 tinggal b. Pandeglang 1 c. Serang 1 d. Cilegon e. Lebak 16 f. Bodetabek 1 g. Sumatera h. Luar negeri i. Lainnya 6 4. Pekerjaan a. Pegawai negeri 1 b. ABRI 10 c. Swasta 2 d. Pedagang 7 e. Pelajar/Mahasiswa f. Petani g. Nelayan h. Lain-lain 5. Pendidikan a. Tidak sekolah 2 b. SD 1 c. SLTP 14 d. SLTA 9 e. Perguruan Tingi f. Lain-lain 6. Pendapatan Perbulan a. < 250 rb b. 250 rb - 750 rb 15 c. 760 rb - 1,5 jt 2 d. 1,5 jt - 2,5 jt 2 e. 2,5 jt – 5 jt f. > 5 jt II. Pertanyaan Umum 20 1. Informasi mengenai a. Teman/Keluarga 4 kawasan wisata b. Koran/Majalah/Brosur 2 c. Radio/TV/Internet d. Lain-lain
Persentase
42 % 58 % 19 % 8 % 4 % 4 % 61 % 4 % 23 % 4 % 38 % 8 % 27 % 8 % 4 % 53 % 35 % 58 % 8 % 8 % 77 % 15 % 8 % -
45
2. Kedatangan ke kawasan wisata
3. Lamanya berada di kawasan wisata
4 Jumlah yang pergi berwisata
5 Tiket masuk per orang
6 Tiket masuk per kendaraan
7 ODTW yang disukai
8 Kegiatan wisata yang disukai
9 Kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata
10 Sudahkah Jumlah sarana dan prasarana pendukung wisata 11 Prasarana pendukung wisata yang harus ditambah
a. satu kali b. dua kali c. tiga kali d. > tiga kali a. Satu hari b. Dua hari c. Tiga hari d. > tiga hari e. >10 orang f. 5-10 orang g. 2-4 orang h. Sendirian e. < Rp. 5000 f. Rp 5000 – Rp.10.000 g. Rp10.000 – Rp.20.000 h. > Rp. 20.000 a. < Rp. 5000 b. Rp 5000 – Rp.10.000 c. Rp10.000 – Rp.20.000 d. > Rp. 20.000 a. Pasir Pantai b. Pulau-pulau c. Terumbu karang d. Taman laut e. Pemandangan f. Lain-lain a. Jalan-jalan b. Berenang c. Menyelam d. Berselancar e. Berlayar f. Memancing g. Lain-lain a. Sangat Baik b. Baik c. Sedang d. Buruk i. Sangat Buruk a. Sudah b. Belum
12 9 3 2 19 7 9 5 12 26 6 20 26 1 5 6 26 26 12 2 1 5 2 20 4 20 6
46 % 35 % 11 % 8 % 73 % 27 % 35 % 19 % 46 % 100 % 23 % 77 % 100 % 4 % 19 % 23 % 100 % 100 % 46 % 8 % 4 % 19 % 8 % 77 % 15 % 77 % 23 %
a. b. c. d. e.
4 2 -
15 % 8 % -
Hotel Restoran Parkir MCK Lainnya
46
12 Moda Angkutan yang a. Sepeda Motor b. Mobil Pribadi digunakan ke c. Bus kawasan wisata d. Angkutan Umum (Bus) e. Angkutan Umum (Non Bus)
6 14 6 -
23 % 54 % 23 % -
-
-
13 Kondisi sarana dan a. Sangat Baik prasarana transportasi b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat Buruk
2 16 8 -
8 % 61 % 31 % -
14 Pelayanan yang diberikan pengelola wisata
a. b. c. d. e.
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
26 -
100 % -
15 Kesan terhadap penerimaan masyarakat
a. b. c. d. e. a. b. c. d. e. a. b.
Sangat ramah Biasa saja Kurang Ramah Kasar Lain-lain Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Tahu Tidak tahu
5 20 1 2 22 2 10 16
19 % 77 % 8 %
6 4 16 1 4 1 4 2 -
23 % 15 % 62 % 16,5 % 67 % 16,5 % 67 % 33 % -
16 Kondisi keamanan dan kenyamanan
17 Pengetahuan tentang kesenian daerah Banten 18 Jenis kesenian yang diketahui III Pertanyaan Khusus 1 Pengetahuan tentang tiga kawasan wisata 2 Kawasan yang paling disukai 3 Kawasan yang prasarananya paling lengkap
8 % 84 % 8 % 38 % 62 %
Debus
a. b. c. a. b. c. a. b. c.
Tahu Tahu Sebagian Tidak Tahu Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur
47
4 Kawasan yang prasarananya paling tidak lengkap 5 Kawasan yang jaringan jalan dan aksesnya paling baik 6 Kawasan yang jaringan jalan dan aksesnya paling buruk 7 Kawasan yang perlu mendapat prioritas pembangunan
Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur
6 2 4 6
100 % 33 % 67 % 100 %
a. Kws Cilegon-Serang b. Kws Pandeglang c. Kws Sumur
6
100 %
a. b. c. a. b. c. a. b. c.
A.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang (26 Responden) No I.
Pertanyaan
Data Wisatawan 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Kota/Daerah tempat tinggal
4. Pekerjaan
5. Pendidikan
Pilihan Jawaban
17 – 40 tahun c. Laki-laki d. Perempuan j. Jakarta k. Pandeglang l. Serang m. Cilegon n. Lebak o. Bodetabek p. Sumatera q. Luar negeri r. Lainnya i. Pegawai negeri j. ABRI k. Swasta l. Pedagang m. Pelajar/Mahasiswa n. Petani o. Nelayan p. Lain-lain g. Tidak sekolah h. SD i. SLTP
Jumlah
Persentase
8 18 7 8 3 4 4 1 25 4
31 % 69 % 27 % 30 % 11 % 16 % 16 % 4 % 96 % 15 %
48
j. k. l. g. h. i. j. k. l.
SLTA Perguruan Tingi Lain-lain < 250 rb 250 rb - 750 rb 760 rb - 1,5 jt 1,5 jt - 2,5 jt 2,5 jt – 5 jt > 5 jt
15 7 4 15 7 -
58 % 27 % 15 % 58 % 27 % -
e. f. g. h. e. f. g. h. e. f. g. h.
Teman/Keluarga Koran/Majalah/Brosur Radio/TV/Internet Lain-lain satu kali dua kali tiga kali > tiga kali Satu hari Dua hari Tiga hari > tiga hari
19 5 2 12 5 4 5 21 5 -
73 % 19 % 8 % 47 % 19 % 15 % 19 % 81 % 19 % -
4 Jumlah yang pergi berwisata
i. j. k. l.
>10 orang 5-10 orang 2-4 orang Sendirian
5 8 13 -
19 % 31 % 50 % -
5 Tiket masuk per orang
j. k. l. m.
< Rp. 5000 Rp 5000 – Rp.10.000 Rp10.000 – Rp.20.000 > Rp. 20.000
26 -
100 % -
6 Tiket masuk per kendaraan
e. f. g. h.
< Rp. 5000 Rp 5000 – Rp.10.000 Rp10.000 – Rp.20.000 > Rp. 20.000
3 23 -
12 % 88 % -
7 ODTW yang disukai
f. g. h. i. j. f. g. h.
Pasir Pantai Pulau-pulau Terumbu karang Taman laut Pemandangan Lain-lain Jalan-jalan Berenang
16 2 6 2 26 20 6
62 % 8 % 23 % 8 % 100 % 77 % 23 %
6. Pendapatan Perbulan
II. Pertanyaan Umum 1. Informasi mengenai kawasan wisata
2. Kedatangan ke kawasan wisata
3. Lamanya berada di kawasan wisata
8 Kegiatan wisata yang disukai
49
9
10
11
12
13
i. Menyelam j. Berselancar k. Berlayar l. Memancing g. Lain-lain e. Sangat Baik Kondisi sarana dan prasarana pendukung f. Baik g. Sedang wisata h. Buruk n. Sangat Buruk Sudahkah Jumlah c. Sudah sarana dan prasarana d. Belum pendukung wisata e. Hotel Prasarana f. Restoran pendukung wisata yang harus ditambah g. Parkir h. MCK e. Lainnya f. Sepeda Motor Moda Angkutan g. Mobil Pribadi yang digunakan ke h. Bus kawasan wisata i. Angkutan Umum (Bus) j. Angkutan Umum (Non Bus) f. Sangat Baik Kondisi sarana dan g. Baik prasarana h. Sedang transportasi i. Buruk j. Sangat Buruk
12 8 2 2 18 6 25 1
46 % 31 % 8 % 8 % 69 % 23 % 96 % 4 %
1 3 20 3 -
4 % 11.5 % 77 % 11.5 % -
-
-
20 6 -
77 % 23 % -
14 Pelayanan yang diberikan pengelola wisata
f. g. h. i. j.
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
26 -
100 % -
15 Kesan terhadap penerimaan masyarakat
f. g. h. i. j. f. g. h. i.
Sangat ramah Biasa saja Kurang Ramah Kasar Lain-lain Sangat Baik Baik Sedang Buruk
2 24 26 -
8 % 92 % 100 % -
16 Kondisi keamanan dan kenyamanan
50
j. Sangat Buruk 17 Pengetahuan tentang kesenian daerah Banten 18 Jenis kesenian yang diketahui III. Pertanyaan Khusus 1 Pengetahuan tentang tiga kawasan wisata 2 Kawasan yang paling disukai 3 Kawasan yang prasarananya paling lengkap 4 Kawasan yang prasarananya paling tidak lengkap 5 Kawasan yang jaringan jalan dan aksesnya paling baik 6 Kawasan yang jaringan jalan dan aksesnya paling buruk 7 Kawasan yang perlu mendapat prioritas pembangunan
-
-
26 -
100 % -
Tahu Tahu Sebagian Tidak Tahu Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur
10 4 12 1 5 4 1 9 10 2 8 10
39 % 15 % 46 % 10 % 50 % 40 % 10 % 90 % 100 % 20 % 80 % 100 %
d. Kws Cilegon-Serang e. Kws Pandeglang f. Kws Sumur
10
100 %
c. Tahu d. Tidak tahu Debus
d. e. f. d. e. f. d. e. f. d. e. f. d. e. f. d. e. f.
A.3 Kawasan Pantai Sumur (26 Responden) No Pertanyaan I. Data Wisatawan 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Kota/Daerah tempat tinggal
Pilihan Jawaban 17-35 tahun e. Laki-laki f. Perempuan s. Jakarta t. Pandeglang
Jumlah
17 9 15 4
Persentase
65 35 57 15
% % % %
51
4. Pekerjaan
5. Pendidikan
6. Pendapatan Perbulan
II. Pertanyaan Umum 1. Informasi mengenai kawasan wisata 2. Kedatangan ke kawasan wisata
3. Lamanya berada di kawasan wisata
4 Jumlah yang pergi berwisata
5 Tiket masuk per orang
u. Serang v. Cilegon w. Lebak x. Bodetabek y. Sumatera z. Luar negeri å. Lainnya q. Pegawai negeri r. ABRI s. Swasta t. Pedagang u. Pelajar/Mahasiswa v. Petani w. Nelayan x. Lain-lain m. Tidak sekolah n. SD o. SLTP p. SLTA q. Perguruan Tingi r. Lain-lain m. < 250 rb n. 250 rb - 750 rb o. 760 rb - 1,5 jt p. 1,5 jt - 2,5 jt q. 2,5 jt – 5 jt r. > 5 jt
2 18 8 2 8 16 7 5 6
8 % 4 % 8 % 8 % 69 % 31 % 8 % 31 % 61 % 27 % 19 % 23 %
i. j. k. l. i. j. k. l. i. j. k. l. m. n. o. p. o. p.
15 5 6 23 3 24 2 8 18 8 18
57 % 19 % 23 % 88 % 12 % 92 % 8 % 31 % 69 % 31 % 69 %
Teman/Keluarga Koran/Majalah/Brosur Radio/TV/Internet Lain-lain satu kali dua kali tiga kali > tiga kali Satu hari Dua hari Tiga hari > tiga hari >10 orang 5-10 orang 2-4 orang Sendirian < Rp. 5000 Rp 5000 – Rp.10.000
2 1 2 -
52
q. Rp10.000 – Rp.20.000 r. > Rp. 20.000
-
26 -
100 % -
6 Tiket masuk per kendaraan
i. j. k. l.
7 ODTW yang disukai
k. Pasir Pantai l. Pulau-pulau m. Terumbu karang n. Taman laut o. Pemandangan f. Lain-lain
2 20 1 14 26 -
8 % 77 % 8 % 54 % 100 % -
8 Kegiatan wisata yang disukai
m. Jalan-jalan n. Berenang o. Menyelam p. Berselancar q. Berlayar r. Memancing g. Lain-lain i. Sangat Baik j. Baik k. Sedang l. Buruk s. Sangat Buruk e. Sudah f. Belum
26 2 3 5 23 4 22 26
100 % 8 % 12 % 19 % 88 % 15 % 85 % 100 %
i. Hotel j. Restoran k. Parkir l. MCK e. Lainnya k. Sepeda Motor l. Mobil Pribadi m. Bus n. Angkutan Umum (Bus) o. Angkutan Umum (Non Bus) k. Sangat Baik l. Baik m. Sedang
12 25 15 16 2 2 24 -
46 % 96 % 57 % 61 % 8 % 8 % 92 % -
-
-
2
-
9 Kondisi sarana dan prasarana pendukung wisata
10 Sudahkah Jumlah sarana dan prasarana pendukung wisata 11 Prasarana pendukung wisata yang harus ditambah 12 Moda Angkutan yang digunakan ke kawasan wisata
13 Kondisi sarana dan prasarana transportasi
< Rp. 5000 Rp 5000 – Rp.10.000 Rp10.000 – Rp.20.000 > Rp. 20.000
-
8 %
53
n. Buruk o. Sangat Buruk
6 18
23 % 69 %
14 Pelayanan yang k. Sangat Baik diberikan pengelola l. Baik wisata m. Sedang n. Buruk o. Sangat Buruk
26 -
100 % -
15 Kesan terhadap penerimaan masyarakat
k. l. m. n. o.
Sangat ramah Biasa saja Kurang Ramah Kasar Lain-lain
17 8 1 -
65 % 31 % 4 % -
16 Kondisi keamanan dan kenyamanan
k. l. m. n. o. e. f.
Sangat Baik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk Tahu Tidak tahu
25 1 20 6
96 % 8 % 77 % 23 %
Tahu Tahu Sebagian Tidak Tahu Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur Kws Cilegon-Serang Kws Pandeglang Kws Sumur
26 6 20 2 24 26
100 % 23 % 77 % 8 % 92 % 100 %
g. Kws Cilegon-Serang h. Kws Pandeglang i. Kws Sumur
6 20 -
23 % 77 % -
g. Kws Cilegon-Serang h. Kws Pandeglang
-
-
17 Pengetahuan tentang kesenian daerah Banten 18 Jenis kesenian yang diketahui III Pertanyaan Khusus 1 Pengetahuan tentang tiga kawasan wisata 2 Kawasan yang paling disukai 3 Kawasan yang prasarananya paling lengkap 4 Kawasan yang prasarananya paling tidak lengkap 5 Kawasan yang jaringan jalan dan aksesnya paling baik 6 Kawasan yang jaringan jalan dan
Debus
g. h. i. g. h. i. g. h. i. g. h. i.
54
aksesnya paling buruk 7 Kawasan yang perlu mendapat prioritas pembangunan
i. Kws Sumur
26
100 %
g. Kws Cilegon-Serang h. Kws Pandeglang i. Kws Sumur
26
100 %
B. Rekapitulasi Jawaban Kuesioner Masyarakat B.1 Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (6 Responden) No Pertanyaan Pilihan Jawaban Jumlah I.
Data Masyarakat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan
4. Pendidikan
5. Pendapatan Perbulan
Persentase
15-50 tahun g. Laki-laki h. Perempuan i. Pegawai negeri j. ABRI k. Swasta l. Pedagang y. Pelajar/Mahasiswa z. Petani å. Nelayan ä. Lain-lain
2 4 3 1 2 -
s. Tidak sekolah t. SD u. SLTP v. SLTA w. Perguruan Tingi x. Lain-lain s. < 250 rb t. 250 rb - 750 rb u. 760 rb - 1,5 jt v. 1,5 jt - 2,5 jt w. 2,5 jt – 5 jt x. > 5 jt
2 3 1 2 3 1 -
33 % 67 % 50 % 17 % 33 % 33 % 50 % 17 % 33 % 50 % 17 % -
a. Setuju b. Tidak Setuju
6 -
100 % -
II. Pertanyaan 1
Setujukah jika kawasan wisata
55
2
banyak dikunjungi wisatawan Bagaimana perilaku wisatawan
a. b. c. a. b. c.
Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Tidak peduli Memperingatkan dg baik Memperingatkan dg kasar
3
Respon terhadap perilaku wisatawan menyimpang
4
a. Libur hari minggu Waktu yang ramai dengan wisatawan di b. Libur sekolah c. Libur hari besar/nasional lokasi wisata Manfaat yang a. mata pencaharian diperoleh berada di tambahan sekitar kawasan b. buka usaha baru wisata c. Lain-lain Jenis kesenian a. Ada daerah yang pernah b. Tidak ada dipertunjukkan a. Ada Kerjasama/bantuan yang diberikan oleh b. Tidak ada pengelola wisata Kondisi keamanan a. Sangat baik dan kenyamanan b. Baik c. Sedang d. Buruk e. Sangat buruk a. Aksesibilitas Yang menjadi b. Prasarana pendukung prioritas wisata pembangunan c. Promosi pariwisata d. Lain-lain
5
6
7
8
9
6 1 5
100 % 17 % 83 %
2 6 6 5
33 % 100 % 100 % 83 %
1 6 -
17 % 100 % -
6 -
100 % -
6 2
100 % 33 %
4 -
67 % -
Jumlah
Persentase
2 4 -
33 % 67 % -
B.2 Kawasan Pantai Barat Pandeglang (6 Responden) No I.
Pertanyaan
Data Masyarakat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan
Pilihan Jawaban
15-30 tahun m. Laki-laki n. Perempuan ö. Pegawai negeri aa. ABRI
56
50 % 33 % 17 % 50 % 33 % 17 % -
bb. Swasta cc. Pedagang dd. Pelajar/Mahasiswa ee. Petani ff. Nelayan gg. Lain-lain
3 2 1 -
4. Pendidikan
y. Tidak sekolah z. SD å. SLTP ä. SLTA ö. Perguruan Tingi aa. Lain-lain
3 2 1 -
5. Pendapatan Perbulan
y. < 250 rb z. 250 rb - 750 rb å. 760 rb - 1,5 jt ä. 1,5 jt - 2,5 jt ö. 2,5 jt – 5 jt aa. > 5 jt
1 4 1
17 % 66 % 17 % -
c. Setuju d. Tidak Setuju
6 -
100 % -
d. e. f. d. e. f.
6 6 -
100 % 100 %
II. Pertanyaan 1
2
3
4
5
6
7
Setujukah jika kawasan wisata banyak dikunjungi wisatawan Bagaimana perilaku wisatawan Respon terhadap perilaku wisatawan menyimpang
Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Tidak peduli Memperingatkan dg baik Memperingatkan dg kasar
d. Libur hari minggu Waktu yang ramai dengan wisatawan di e. Libur sekolah f. Libur hari besar/nasional lokasi wisata d. mata pencaharian Manfaat yang tambahan diperoleh berada di e. buka usaha baru sekitar kawasan f. Lain-lain wisata c. Ada Jenis kesenian d. Tidak ada daerah yang pernah dipertunjukkan Kerjasama/bantuan c. Ada yang diberikan oleh d. Tidak ada pengelola wisata
2 4 3
33 % 67 % 50 %
3 6 -
50 % 100 % -
6 -
100 % -
57
8
Kondisi keamanan dan kenyamanan
9
Yang menjadi prioritas pembangunan pariwisata
f. g. h. i. j. e. f.
Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Aksesibilitas Prasarana pendukung wisata g. Promosi h. Lain-lain
6 -
100 % -
6 -
100 % -
B.3 Kawasan Pantai Sumur (6 Responden) No I.
Pertanyaan
Jumlah
Persentase
20-35 tahun o. Laki-laki p. Perempuan hh. Pegawai negeri ii. ABRI jj. Swasta kk. Pedagang ll. Pelajar/Mahasiswa mm. Petani nn. Nelayan oo. Lain-lain
4 2 1 1 4 -
4. Pendidikan
bb. Tidak sekolah cc. SD dd. SLTP ee. SLTA ff. Perguruan Tingi gg. Lain-lain
1 4 1 -
67 % 33 % 17 % 17 % 66 % 17 % 66 % 17 % -
5. Pendapatan Perbulan
bb. < 250 rb cc. 250 rb - 750 rb dd. 760 rb - 1,5 jt ee. 1,5 jt - 2,5 jt ff. 2,5 jt – 5 jt gg. > 5 jt
1 4 1 -
17 % 66 % 17 % -
Data Masyarakat 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan
II. Pertanyaan
Pilihan Jawaban
58
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Setujukah jika kawasan wisata banyak dikunjungi wisatawan Bagaimana perilaku wisatawan Respon terhadap perilaku wisatawan menyimpang
e. Setuju f. Tidak Setuju
5 1
83 % 17 %
g. h. i. g. h. i.
5 1 1 5 -
83 % 17 % 17 % 83 %
Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Tidak peduli Memperingatkan dg baik Memperingatkan dg kasar
Waktu yang ramai g. Libur hari minggu dengan wisatawan di h. Libur sekolah lokasi wisata i. Libur hari besar/nasional Manfaat yang g. mata pencaharian diperoleh berada di tambahan sekitar kawasan h. buka usaha baru wisata i. Lain-lain e. Ada Jenis kesenian f. Tidak ada daerah yang pernah dipertunjukkan Kerjasama/bantuan e. Ada yang diberikan oleh f. Tidak ada pengelola wisata Kondisi keamanan k. Sangat baik dan kenyamanan l. Baik m. Sedang n. Buruk o. Sangat buruk i. Aksesibilitas Yang menjadi j. Prasarana pendukung prioritas wisata pembangunan k. Promosi pariwisata l. Lain-lain
1 6 6 1
17 % 100 % 100 % 17 %
5 6 -
83 % 100 % -
5 1
83 % 17 %
5 1 6 -
83 % 17 % 100 % -
59
LAMPIRAN 3 HASIL ANALISIS CLUSTER A. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Jarak dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan
Desa
SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG
UJUNGJAYA TAMANJAYA CIGORONDONG TUNGGALJAYA KERTAMUKTI KERTAJAYA SUMBERJAYA RANCAPINANG CIBADAK BATUHIDEUNG TUGU KRAMATJAYA MANGKUALAM PADASUKA CIBURIAL WARINGINKURUNG CIJARALANG CIMANGGU TANGKILSARI BANYUASIH KARANGBOLONG KARYABUANA KATUMBIRI WARINGINJAYA SINARJAYA CISEUREUHEUN CIMANIS CIGEULIS TARUMANAGARA KUTAMEKAR SOBANG PANGKALAN BOJEN KERTARAHARJA TELUKLADA MEKARJAYA GOMBONG PANIMBANGJAYA MEKARSARI
Kepadatan (Jiwa/Ha) 4 4 4 6 5 7 9 2 2 2 1 2 2 2 4 2 1 2 4 1 1 4 1 1 3 2 2 4 4 2 11 12 6 3 16 11 4 14 6
Jarak Ke Pusat Kota 146.1 143.6 137.3 134 127.3 122.1 123.1 121.7 137.8 137.4 134.2 131.2 132.1 105.2 108.8 119.3 131.4 119.8 121.4 98.4 94.2 95.4 98.8 98.8 90.2 94.4 77.6 91.3 89.3 93 98 88 90 92 88 83 91 80.3 83
Cluster 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
60
PANIMBANG PANIMBANG PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA
CITEUREUP TANJUNGJAYA TEGALPAPAK MARGAGIRI BAMA PAGELARAN SUKADAME BULAGOR SURAKARTA HARAPAN KARYA MONTOR KARTASANA SENANGSARI SINDANGLAYA MARGASANA SIDAMUKTI KUBANGKAMPIL SUKARESMI PERDANA SEUSEUPAN KARYASARI PASIRKADU TURUS PASIRGADUNG PATIA BABAKANKEUSIK CIMOYAN IDAMAN CIAWI SURIANEUN RAHAYU WERU CIBUNGUR CIKUYA CIGONDANG SUKAMAJU RANCATEUREUP KALANGANYAR LABUAN TELUK BANYUMEKAR BANYUBIRU CARINGIN PEJAMBEN TEMBONG BANJARMASIN CARITA SUKAJADI
5 2 5 12 6 7 5 6 5 5 21 7 13 9 16 8 5 5 3 3 3 7 5 5 5 5 8 3 5 9 10 5 9 8 44 16 12 80 183 93 13 7 18 8 4 12 28 3
88 88 68 62 63 66 69 72 64.5 63 62 64 63 63 64 75 75 76 84 82 83 94 86 85 74 76 83 81 74 74 74 70 65 73 63 66 64 63 60 58.2 65 62 56 66 73 70 40 45
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3
61
CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR
SUKARAME SUKANAGARA KAWOYANG CINOYONG SINDANGLAUT BANYURESMI SALAPRAYA PAMARAYAN SAMPANGBITUNG JIPUT SUKACAI TENJOLAHANG BABADSARI JANAKA SUKAMANAH SUKARAJA SIKULAN CITAMAN JAYAMEKAR KARYAUTAMA TEGAL CIPICUNG KARYASARI DAHU BABAKANLOR MEKARJAYA PADAHAYU BANGKUYUNG CENING UMBUL TANJUNG PASAURAN BANTARWANGI BANTARWARU BULAKAN KARANG SURAGA CINANGKA KUBANG BAROS RANCASANGGAL CIKOLELET MEKARSARI SINDANGLAYA KAMASAN BANDULU SINDANGMANDI BANJARSARI BUNIHARA TANJUNGMANIS CIKONENG
1 6 8 1 5 14 12 14 10 12 9 9 6 6 8 5 3 2 4 10 7 16 17 11 27 12 13 11 13 10 7 3 2 10 6 7 3 4 5 3 9 8 9 6 7 7 14 4
42 60 40 72.2 45 75 75.5 70 71.5 71.5 75 79 77 78.5 76 75 77 82 81 63 72 69 69 68 70 70 74 69 73 45 44 53 44 41 37 35 39 48 39 34 31 28 25 25 21 25.5 28 28
3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
62
ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL
ANYAR KOSAMBI RONYOK SINDANGKARYA MEKARSARI GUNUNGSUGIH KEPUH RANDAKARI TEGALRATU BANJAR NEGARA KUBANGSARI DERINGO LEBAKDENOK TAMANBARU CITANGKIL KEBONSARI WARNASARI SAMANGRAYA
33 9 7 20 4 8 13 18 19 15 20 15 17 96 29 45 57
19 27 28 28 36 27 27 29 28 29 29 23 17 23 28 24 22
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
karakter = cluster 1 : jauh sekali dari kota cluster 2 : jauh dari kota cluster 3 : dekat kota
B. Hasil Analisis Cluster dengan Variabel Utilitas
Kecamatan
SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR SUMUR CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU
Desa
UJUNGJAYA TAMANJAYA CIGORONDONG TUNGGALJAYA KERTAMUKTI KERTAJAYA SUMBERJAYA RANCAPINANG CIBADAK BATUHIDEUNG TUGU KRAMATJAYA MANGKUALAM PADASUKA CIBURIAL WARINGINKURUNG
Jml Pelanggan Listrik 123 156 162 208 221 243 312 564 700 200 200 175 500 635 300
Jumlah Pelanggan Telepon 0 0 0 0 0 7 18 0 0 0 0 0 0 7 0 0
Sinyal Telepon Seluler 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Cluster 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
63
CIMANGGU CIMANGGU CIMANGGU CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS CIGEULIS PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PANIMBANG PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PAGELARAN PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA
CIJARALANG CIMANGGU TANGKILSARI BANYUASIH KARANGBOLONG KARYABUANA KATUMBIRI WARINGINJAYA SINARJAYA CISEUREUHEUN CIMANIS CIGEULIS TARUMANAGARA KUTAMEKAR SOBANG PANGKALAN BOJEN KERTARAHARJA TELUKLADA MEKARJAYA GOMBONG PANIMBANGJAYA MEKARSARI CITEUREUP TANJUNGJAYA TEGALPAPAK MARGAGIRI BAMA PAGELARAN SUKADAME BULAGOR SURAKARTA HARAPAN KARYA MONTOR KARTASANA SENANGSARI SINDANGLAYA MARGASANA SIDAMUKTI KUBANGKAMPIL SUKARESMI PERDANA SEUSEUPAN KARYASARI PASIRKADU TURUS PASIRGADUNG PATIA
120 471 150 175 321 960 300 200 324 600 788 312 210 10 817 1300 1300 300 998 765 937 2921 1112 786 203 310 382 262 419 361 182 168 158 543 253 162 123 492 499 80 312 174 350 300 153 314 197
0 3 0 0 0 0 0 1 0 0 7 20 0 800 1131 1589 2300 984 1213 932 937 2921 2907 1882 1052 3 27 0 25 21 0 0 0 25 68 39 18 72 111 0 0 11 0 10 0 0 0 0
3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
64
PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA PATIA LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN LABUAN CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA CARITA JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT JIPUT CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL
BABAKANKEUSIK CIMOYAN IDAMAN CIAWI SURIANEUN RAHAYU WERU CIBUNGUR CIKUYA CIGONDANG SUKAMAJU RANCATEUREUP KALANGANYAR LABUAN TELUK BANYUMEKAR BANYUBIRU CARINGIN PEJAMBEN TEMBONG BANJARMASIN CARITA SUKAJADI SUKARAME SUKANAGARA KAWOYANG CINOYONG SINDANGLAUT BANYURESMI SALAPRAYA PAMARAYAN SAMPANGBITUNG JIPUT SUKACAI TENJOLAHANG BABADSARI JANAKA SUKAMANAH SUKARAJA SIKULAN CITAMAN JAYAMEKAR KARYAUTAMA TEGAL CIPICUNG KARYASARI DAHU BABAKANLOR
0 260 70 76 612 109 96 524 132 948 379 344 914 2064 1358 198 416 450 900 150 700 800 700 2474 1700 300 563 500 294 227 360 155 448 227 227 110 239 469 432 95 131 138 465 367 859 577 461 935
0 0 0 0 0 1 0 8 0 79 57 30 126 278 102 5 7 47 1 0 25 150 50 0 0 0 0 14 15 10 17 0 67 10 9 0 0 0 16 0 0 0 30 5 54 37 6 130
1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2
65
CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CIKEDAL CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA CINANGKA ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR ANYAR CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CIWANDAN CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL CITANGKIL
MEKARJAYA PADAHAYU BANGKUYUNG CENING UMBUL TANJUNG PASAURAN BANTARWANGI BANTARWARU BULAKAN KARANG SURAGA CINANGKA KUBANG BAROS RANCASANGGAL CIKOLELET MEKARSARI SINDANGLAYA KAMASAN BANDULU SINDANGMANDI BANJARSARI BUNIHARA TANJUNGMANIS CIKONENG ANYAR KOSAMBI RONYOK SINDANGKARYA MEKARSARI GUNUNGSUGIH KEPUH RANDAKARI TEGALRATU BANJAR NEGARA KUBANGSARI DERINGO LEBAKDENOK TAMANBARU CITANGKIL KEBONSARI WARNASARI SAMANGRAYA
karakter = cluster 1 : utilitas rendah cluster 2 : utilitas sedang cluster 3 : utilitas tinggi
297 378 340 453 970 408 401 639 575 1128 874 877 546 876 556 834 1140 1436 791 773 605 472 974 1722 1063 754 510 2194 2268 900 1550 1500 1600 756 1130 1228 3549 2306 1400 1901
7 0 0 55 15 19 0 22 20 47 70 0 0 0 0 25 76 113 27 9 0 15 52 191 15 0 22 121 27 120 100 39 71 40 200 300 612 700 150 260
2 2 3 3 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2
66
LAMPIRAN 4 PERHITUNGAN CLUSTER ANALISIS
————— 7/29/2000 5:12:55 PM ———————————————————— K-means Cluster Analysis: X1.3, X3 (jarak dan penduduk) Final Partition
Number of clusters: 3
Cluster1 Cluster2 Cluster3
Number of observations 19 88 45
Within cluster sum of squares 2211.341 12209.622 55328.430
Average distance from centroid 9.254 10.241 23.971
Maximum distance from centroid 22.939 23.944 162.517
Cluster Centroids
Variable X1.3 (kepadatan) X3 (jarak)
Cluster1 3.4211 128.0947
Cluster2 7.6818 76.4818
Distances Between Cluster Centroids
Cluster1 Cluster2 Cluster3
Cluster1 0.0000 51.7885 95.0424
Cluster2 51.7885 0.0000 44.0502
Cluster3 95.0424 44.0502 0.0000
Cluster3 22.4222 34.9711
Grand centroid 11.5132 70.6441
67
K-means Cluster Analysis: X4.1, X4.2, X4.3 (utilitas) Final Partition
Number of clusters: 3
Cluster1 Cluster2 Cluster3
Number of observations 109 34 9
Within cluster sum of squares 6818686.936 8972141.618 1.41432E+07
Average distance from centroid 189.530 434.637 1144.289
Maximum distance from centroid 1023.705 1212.213 2163.085
Cluster Centroids
Variable X4.1 (listrik) X4.2 (telfon) X4.3 (hp)
Cluster1 336.0734 36.9817 1.7982
Cluster2 1269.9706 140.6176 1.2647
Cluster3 1676.5556 1695.0000 1.7778
Distances Between Cluster Centroids
Cluster1 Cluster2 Cluster3
Cluster1 0.0000 939.6301 2132.1157
Cluster2 939.6301 0.0000 1606.6786
Cluster3 2132.1157 1606.6786 0.0000
Grand centroid 624.3421 158.3355 1.6776
68
LAMPIRAN 5 HASIL PEMBERIAN BOBOT OLEH AHLI/PAKAR DENGAN PROGRAM CRITERIUM DECISION PLUS (CDP)
A. AHLI PLANOLOGI
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,011)
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,007)
69
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,020)
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,090)
Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,061)
70
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,040)
Bobot Profil Kompetitif (CR = 0,015)
71
B. AHLI ARSITEKTUR LANDSKAP
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,024)
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,020)
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,029)
72
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,017)
Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,018)
73
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,026)
Bobot Profil Kompetitif (CR = 0,042)
74
C. AHLI PENGEMBANGAN WILAYAH
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,037)
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Cilegon-Serang (CR = 0,018)
Bobot Internal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,024)
75
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Barat Pandeglang (CR = 0,005)
Bobot Internal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,021)
76
Bobot Eksternal Kawasan Pantai Sumur (CR = 0,023)
Bobot Profil Kompetitif (CR = 0,037)
77