RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN DI KABUPATEN BONE oleh Sitti Nikmah Marzuki Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone Email:
[email protected] Abstrack
banyak. Namun hal ini tidak sejalan
The are many cases of adults who ended his life due to economic pressures. Even family life usually becomes quiet when the husband is not able to meet its obligations to provide for the family, cause prolonged conflict that will end in divorce. The divorce rate in Bone regency is very high, not least the economic factors. This situation triggered conflict in the family. The problem then arises is the welfare of the family, if husbend can not perform its responsibility to make a living. The wife is not able to help her husband to earn a living. But if it is constantly in progress, and the wife feels particularly a dual role then this problem can be more pointed and lead to conflict within the household and encourage the wife nor the husband decided to divorce. Therefore, the welfare of the family have relevance to the large number of divorces in Bone regency with reasons to leave for economic reasons.
dengan kesejahteraan masyarakatnya. Hal
ini
dibuktikan
banyaknya
pengangguran dan berbagai masalah dibidang ekonomi. Kondisi ekonomi masyarakat
yang
lemah
menuntut
adanya jalan keluar. Karena kondisi ekonomi masyarakat yang kurang baik, dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
kelangsungan
bermasyarakat,
dampak
diantaranya
hidup
negatif
itu
meningkatnya
pengangguran, banyaknya anak putus sekolah,
masyarakat
tidak
mampu
memenuhi kebutuahn pokok sehari-hari (papan, sandang, pangan). Kesejahteraan hidup merupakan dambaan setiap manusia, masyarakat yang sejahtera tidak akan terwujud jika
Kata
Kunci
:
Perceraian,
Kesejahteraan, Ekonomi Pendahuluan
para
masyarakatnya
keadaan
miskin.
Oleh
dalam
karena
itu
kemiskinan harus dihapuskan karena merupakan
Indonesia sebagai Negara yang
hidup
suatu
bentuk
ketidak-
sejahteraan yang menggambarkan suatu
memiliki penduduk yang padat dan
kondisi yang
memiliki potensi alam yang sangat
pemenuhan kebutuhan ekonomi.
serba kurang dalam
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
180 | Sitti Nikmah Marzuki
Tak
terkecuali
dalam
hal
gambaran
manfaat
langsung
dari
pemenuhan kebutuhan rumah tangga,
investasi tersebut pada tingkat individu,
masyarakat
keluarga dan penduduk
memiliki
menengah berbagai
memenuhi
kebawah
masalah
kebutuhan
dalam
Horwood
dan
(Ferguson,
Baeutrais,
1981).
hidupnya.
Kesejahteraan tidak hanya diukur dari
Keluarga yang tidak mampu memenuhi
besarnya pendapatan atai upah yang
kebutuhan kehidupnya tidak jarang
diterima, malainkan juga oleh sistem
memberikan masalah lain. Dampak
hubungan
negatif akibat krisis ekonomi yang
masyarakat adalah suatu kondisi yang
melanda
bangsa
dirasakan
Indonesia
sangat
mem
semua
lapisan
kehidupan dilihat
oleh
masyarakat.
Terutama
lapisan
masyarakat
mengengah
kebawah
mengakhiri
tentang
masyarakat dari
hidupnya
karena
keadaan
yang
standar
Dalam
dapat
kehidupan
pembahasan
ekonomi rumah tangga
Banyaknya kasus orang dewasa yang
perlihatkan
Kesejahteraan
masyarakat (Badrudin, 2012).
seperti yang dirasakan oleh masyarakat Kota Watampone.
kerja
pengelolaan
perilaku
tujuan dari
ekonomi rumah tangga
adalah kepuasan dan kemanfataan atau
tekanan ekonomi. Bahkan kehidupan
kegunaan
keluarga biasanya menjadi tidak tenang
kemanfaatan meruapakan istilah lain
ketika
suami
Kepuasan
dan
tidak
mampu
dari kesejahteraan (well – being) yang
kewajibannya
untuk
sering digunakan sosiologi dan home-
menimbulkan
ekonomist namun mengacu pada hal
konflik yang berkepanjangan yang akan
yang sama. Analisis perilaku ekonomi
berakhir pada perceraian.
membahas
Pembahasan
sumber daya rumah tangga, materi dan
Konsep Kesejahteraan
waktu, pengeluaran untuk berbagai
memenuhi menafkahi
yang
“utility”.
keluarga,
Kesejahteraan ekonomi sebagai tingkat
terpenuhinya
input
secara
bagaimana
kepentingan
pengelolaan
(konsumsi
pangan,
kesehatan, pendidikan dan hiburan)
financial oleh keluarga. Input yang
untuk
dimaksud baik berupa pendapatan, nilai
keseimbangan
asset keluarga maupun pengeluaran.
tangga. Selain itu juga membahas
Sementara indicator ouput memberikan
dampak
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
senantiasa
harga
menjaga
(equlibrum)
dan
rumah
perubahannya,
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 181
bahkan dampak harapan pendapatan
Indonesia.
masa
terhadap
masyarakat masih memerlukan uluran
pengeluaran masa kini. Pembahasan ini
tangan dari pemerintah untuk dapat
juga
keluarga
mempertahankan hidupnya, terutama
(rumah tangga) terhadap kerja dan
memenuhi kebutuhan yang paling dasar
liburan,
konsep
yaitu kebutuhan akan pangan.
capital
sebagai
yang
akan
meliputi
ekononmi
dating
pandangan
tabungan,
human
tabungan,
fertilitas,
nilai
nilai
ekonomi
Dengan
Adapun diperhatikan
kata
lain,
tahapan
yang
harus
dalam
meningkatan
perkawinan dan perceraian (Bryant,
kesejahteraan diantaranya: 1) Adanya
1990).
persediaan sumber-sumber pemecahan
Secara konseptual orang yang
masalah yang dapat digunakan. 2)
telah sejahtera adalah mereka yang
Pelaksanaan usaha dalam menggunakan
telah terpenuhi kebutuhan fisik maupun
sumber-sumber
kebutuhan
harus efisien dan tepat
nonfisiknya.
kesejahteraan merupakan
masyarakat sesuatu
samping
belum
standar.
Sehingga
memang
yang
ada
batasan-batasan kesejahteraan
Mengukur
sulit,
ukuran banyak
mengenai masyarakat
di
yang
difahami
guna. 3)
kesejahteraan harus
ekonomi
bersifat
masyarakat
demokratis.
4)
sekali
Menghindarkan atau mencegah adanya
kondisi
dampak buruk dari usaha tersebut.
Indonesia.
dijelaskan
masalah
Pelaksanaan usaha untuk meningkatkan
(Asriyah, 2007: 67)
Namun, indikator yang sederhana dan mudah
pemecahan
oleh
Sebaiknya usaha
tersebut
dalam tidak
melakukan menimbulkan
Moeljarto (1996:47) yang mencakup:
dampak negatif bagi masyarakat, tapi
tingginya
sebaliknya
tingkat
kesehatan,
gizi,
kesempatan
peningkatan memperoleh tingginya, keluarga
pendidikan
membantu
meningkatkan kesejahteraan ekonomi
setinggi-
masyarakat.
anak
dalam
Usaha
berpotensi
tinggi,
sedikitnya tetapi
dapat
kesejateraan
merupakan usaha untuk
sosial memenuhi
tersedianya lapangan kerja, dan mampu
kebutuhan-kebutuhan manusia. Oleh
berpartisipasi
karena
dalam
pembangunan.
itu
dalam
strategi
Kondisi tersebut pada saat ini tidak
pemenuhannya perlu tersedia sumber-
tampak pada sebagian besar masyarakat
sumber yang dapat dikelompokkan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
182 | Sitti Nikmah Marzuki
menjadi: 1) Uang atau barang, antara
Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka
lain tunjangan-tunjangan, pembagian
belum tergolong miskin, tetapi baru
kembali hasil pendapatan dan bahan
bisa
materialnya untuk keperluan bantuan.
minimal. Pada kondisi tersebut, mereka
2) Jasa pelayanan (service) berupa
mudah sekali jatuh menjadi miskin.
bimbingan penyuluhan. 3) Kesempatan-
Dalam
kesempatan seperti pendidikan, latihan-
Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga
latihan pekerjaan dan semacamnya.
Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
(Nurohman, 2011:123).
lebih tepat disebut sehagai Keluarga
memenuhi
kebutuhan
Program
fisik
Pembangunan
Salah satu penerapan konsep dan
Tertinggal. Karena yang disebut sebagai
definisi kemiskinan pernah dilakukan
Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga
oleh
Keluarga
yang belum dapat memenuhi kebutuhan
Berencana Nasional (BKKBN) pada
dasarnya, belum mampu melaksanakan
tahun
melakukan
ibadah berdasarkan agamanya masing-
pendataan keluarga secara lengkap.
masing, memenuhi kebutuhan makan
Pendataan
tersebut
minimal dua kali sehari, pakaian yang
konsep/pendekatan
berbeda untuk di rumah, bekerja,
Badan
Koordinasi
1999
dengan
keluarga
menggunakan kesejahteraan
keluarga.
BKKBN
sekolah, dan bepergian, memiliki rumah
membagi kriteria keluarga ke dalam
yang bagian lantainya bukan dari tanah,
lima tahapan,
dan belum mampu untuk berobat di
yaitu
Keluarga Pra
Sejahtera (Pra-KS), Keluarga Sejahtera I (KS I), Keluarga Sejahtera II (KS II), Keluarga Sejahtera III (KS III), dan Keluarga Sejahtera III Plus (KS IIIPlus).
(BKKBN,
2016,
www.bkkbn.go.id)
sarana kesehatan modern. Menurut
BKKBN
kriteria
keluarga yang dikategorikan sebagai keluarga miskin adalah Keluarga Pra Sejahtera
(Pra-KS)
dan
Keluarga
Sejahtera I (KS I). Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu keluarga dikategorikan
Indikator Kesejahteraan
sebagai
Keluarga
Sejahtera I, yaitu: 1) Anggota keluarga
Menurut Dr. Haryono Suyono,
melaksanakan ibadah sesuai agama
sekitar 56% keluarga di Indonesia
yang dianut masing-masing. 2) Seluruh
masih
anggota
berada
dalam
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
tingkat
Pra
keluarga
pada
umumnya
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 183
makan 2 kali sehari atau lebih. 3)
kebutuhan makan 2.100 kalori perhari
Seluruh anggota keluarga mempunyai
perkapita.
pakaian
tersebut
yang
berbeda
di
rumah,
Menurut sekarang
kriteria
BPS
tinggal
11,5%
yang
hidup
sekolah, bekerja dan bepergian. 4)
penduduk
Bagian terluas lantai rumah bukan dari
dibawah garis kemiskinan, sedangkan
tanah. 5) Bila anak sakit atau PUS
menurut
kriteria
(Pasangan Usia Subur) ingin mengikuti
40,33%
penduduk
KB pergi ke sarana/petugas kesehatan
belum sejahtera. Bahkan dari dengar
serta diberi cara KB modern.
pendapat di DPR-RI terungkap lebih
Mereka
yang
Indonesia
BKKBN
adalah
Indonesia
yang
dikategorikan
dari 50% penduduk Indonesia masih
sebagai Keluarga Pra-Sejahtera adalah
Pra Sejahtera gara-gara kriteria lantai
keluarga-keluarga yang tidak memenuhi
tanah.
salah satu dari 5 (lima) indikator di atas.
dicanangkanlah gerakan gotong royong
Pendekatan
melaksanakan
BKKBN
ini
dianggap
Oleh
sebab
itu
kemudian
pemelesteran
pada
masih kurang realistis karena konsep
rumah-rumah yang masih berlantai
keluarga Pra Sejahtera dan KS I
tanah.
sifatnya normatif dan lebih sesuai
Dalam
pembangunan
keluarga
dengan keluarga kecil/inti, disamping
sejahtera, yaitu upaya menanggulangi
ke 5 indikator tersebut masih bersifat
kemiskinan pada keluarga-keluarga pra
sentralistik dan seragam yang belum
sejahtera dan sejahtera I, diperlukan
tentu relevan dengan keadaan dan
kesabaran yang cukup tinggi. Pada
budaya lokal.
hakekatnya
indikator
pendataan
keluarga
sejahtera
tersebut
Keluarga Sejahtera I, urainya, adalah
keluarga
ekonominya
baru
yang
menggunakan
perumusan
konsep
memenuhi
“Keluarga Sejahtera” yang lebih luas
kebutuhan dasarnya secara minimal,
daripada sekadar definisi kemakmuran
tetapi
memenuhi
atau kebahagiaan. Undang-Undang No.
sosial
10 tahun 1992 menyebutkan bahwa
psikologisnya.Sedangkan kriteria yang
Keluarga Sejahtera adalah keluarga
ditetapkan BPS (Biro Pusat Statistik)
yang dibentuk berdasarkan perkawinan
tentang
ialah
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
kemampuan seseorang untuk memenuhi
hidup spiritual dan material yang layak,
belum
bisa
kondisi
mampu
kebutuhan
garis
kemiskinan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
184 | Sitti Nikmah Marzuki
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
yang dilakukan secara terus menerus
Esa, memiliki hubungan yang serasi,
untuk mempersatukan komitmen dan
selaras. dan seimbang antar anggota,
mendukung
serta
terpadu, minimal dengan sasaran yang
antara
keluarga
dengan
masyarakat dan lingkungannya. Hasil
pemetaan
pembangunan
sama.Anjuran
keluarga
di
dilakukan
perlu
kepada
secara
terus
menerus
keluarga
dengan
Indonesia mengisyaratkan bahwa kita
sasaran untuk menyesuaikan sikap,
perlu memusatkan perhatian kepada
kalau perlu merubah sikap dan tingkah
keluarga-keluarga yang masih berada
laku seluruh anggota keluarga. Sasaran
dalam tahap Pra Sejahtera dan Keluarga
harus
Sejahtera
untuk
mengambil prakarsa dan mencoba,
(KS)
I
di
desa
diusahakan
untuk
berani
diberdayakan
dengan
pendekatan
biarpun dalam bentuk yang sederhana,
pembangunan
yang
berwawasan
langkah-langkah konkrit sebagai awal
kependudukan.
Artinya
masyarakat,
dari perubahan tingkah laku dalam
disamping diajak untuk melanjutkan
bidang
pembinaan Gerakan KB yang telah
Secara sederhana mereka harus bisa
terlaksana dengan baik itu, sekarang
menindak lanjuti sikapnya yang positip
juga
dengan
harus
diajak
keluarganya
memberdayakan
menjadi
pelaku
pembangunan.
tindakan
nyata.
Keluarga
Indonesia yang tertinggal, yang relatif tidak
Dalam Pembangunan Keluarga
pembangunan ekonomi itu.
siap
pembangunan,
menjadi harus
secara
pelaku sabar
Sejahtera yang dikaitkan dengan upaya
dituntun dan dididik untuk dijadikan
untuk menanggulangi kemiskinan dari
kekuatan pembangunan.
keluarga-keluarga Pra Sejahtera dan
Konsep Perceraian
Sejahtera I diperlukan kesabaran yang tinggi.
Mereka
memerlukan
Sesungguhnya
islam
penanganan yang sabar dan contoh-
mengharuskan
contoh sederhana agar bisa mengikuti
mempertahankan
gerakan dengan irama yang cocok
selamanya. Pernikahan yang dilakukan
dengan irama mereka sendiri. Untuk itu
antara suami dan istri terus berlangsung
perlu dilakukan kegiatan komunikasi,
sehingga
informasi, dan edukasi serta advokasi
mereka. Namun karena berbagai hal
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
maut
manusia
untuk
pernikahannya
memisahkan
antara
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 185
dan
konflik
yang
maka
Jika kebaikan ini sudah tidak ada,
perceraian menjadi salah satu pilihan
niat dan janji antara keduanya telah
bagi pasangan suami istri.
pudar disebabkan perangai jelek dari
Perceraian
muncul,
adalah
salah
satu
perbuatan yang dibenci oleh Allah, namun pada berbagai kondisi hal tersebut dibolehkaan. Bentuk-bentuk Perceraian dalam Islam. Talak adalah melepaskan ikatan tali pernikahan atau sebagiannya. Kata thalaq dalam bahasa arab
berasal
dari
kata-kata
“thalaqayatlhuqu-thalaaqan”
yang
artinya melepas atau mengurai tali pengikat, baik tali pengikat itu bersifat
salah satu pihak diantara keduanya. Atau hubungan sudah sudah tidak harmonis
lagi
penyebab
lainnya
tali
pengikat
perkawinan.
Thalak
merupakan isim mashdar dari kata “thalaqa-yatlhuqu-thalaaqan” jadi kata ini semakna dengan kata tahliq yang bermakna “irsal” dan “tarku” yaitu melepaskan dan meninggalkan. (Proyek Pembinaan
Prasarana
dan
Sarana
Perguruan Tinggi/IAIN, 1985: 226). Allah
telah
mensyariatkan
pernikahan untuk membangun mahligai rumah tangga yang bahagia, terbangun atas dasar cinta kasih antara kedua mempelai dan kasih sayang antara kedua
belah
mendapatkan
pihak,
serta
keturunn
menyalurkan nafsu seksual.
untuk dan
faktor yang
–faktor
membawa
kepada perpecahan terus menerus yang sulit untuk tercipta dalam ikatan suami istri yang
harmonis.
Maka dalam
kondisi seperti ini Allah mensyariatkan talak sebagai rahmat dan jalan keluar bagi pasangan suami istri. (Nikmah dkk, 2013:12). Dalam bahasa hukum syari’ah,
kongkrit seperti tali pengikat kuda maupun yang bersifat abstrak seperti
dan
perceraian
berarti
perpisahan
yang
diinginkan oleh suami sebagai haknya. Ia bebas melaksanakan haknya. Ia boleh,
bilamana
disukainya,
hak-hak
perkawinannya
melepaskan
yang diperbolehnya
sebagai ganti
maskawinnya. Tetapi, syari’at tidak menyukai
perceraian.
Hadis
Nabi
Muhammad S.A.W. ”Kawin dan jangan bercerai, karena Allah tidak menyukai laki-laki dan wanita yang tujuannya hanya
untuk
seksnya.”Walau
memuaskan suami
nafsu bebas
melaksanakan haknya untuk bercerai, ia telah
diberi
kendali-kendali
yang
memperbolehkannya menggunakan hak ini sebagai tindakan terakhir. Perintah
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
186 | Sitti Nikmah Marzuki
Al-Qur’an adalah bahwa
seseorang
mereka yang ikut latihan secara nyata.
harus berusaha sedapat mungkin untuk
Dengan perubahan sikap, kemauan dan
bersatu dengan istrinya walau pun ia
ketrampilan yang makin tinggi untuk
tidak
rnembangun, maka mereka harus juga
menyukainya.
(Soemiyati,
1982:103).
diberikan
motivasi
untuk
Perceraian akan dilakukan jika hal
mempraktekkan latihannya. Bila telah
perkawinan tidak bisa dipertahankan
yakin maka mereka akan memerlukan
lagi. Namun cerai adalah jalan terakhir
dukungan modal, sehingga dana yang
yang
tersedia
ditempuh.
Islam
meletakkan
dapat
diberikan
sebagai
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
dukungan agar mereka bisa memulai
untuk
mempraktekkan gagasannya yang akan
pelaksanaan
talak
dan
menciptakan halangan-halangan yang
menguntungkan
sebisa mungkin mencegah terjadinya
dengan kata lain melaksanakan proyek-
talak. Namun jika perempuan dengan
proyek pembangunan yang dilakukan
alasan apapun sudah tidak dicintai dan
oleh keluarga mereka sendiri. Untuk
dia
membantu mengembangkan pemasaran,
dibenci
kondisi
oleh
suami
suami. yang
Ataupun
tidak
lagi
pemerintah
ketika
harus
dijual,
bisa
atau
mulai
memenuhi
kewajibannya
dapat
mengembangkan perdagangan di desa-
menyakitkan
istri.
yang
desa dan bisa mengembangkan pasar-
Kejadian
menyakitkan seperti ini merupakan
pasar
hinaan
penyiksaan
dikembangkan pusat rujukan sebagai
terhadap istri. Apakah maslahat kita
wahana bagi keluarga-keluarga yang
menjaga istri semacam ini di dalam
melakukan
rumah dengan paksaan hukum dan kita
perdagangan baru tapi menginginkan
mencegahnya dari penceraian.
konsultasi untuk mendapatkan nasehat
terbesar
dan
baru.
Demikian
kegiatan
pula
perlu
industri
dan
dan konsultasi teknis. Sedang untuk mengetahui
perkembangannya,
Tingkat Perceraian Di Kabupaten
disamping perlu dilakukan evaluasi
Bone
secara nasional diperlukan pula evaluasi Pendidikan dan latihan itu harus
dilakukan dengan contoh-contoh nyata yang
memberi
keuntungan
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
kepada
mandiri dari masing-masing keluarga sehingga
dapat
membantu
mereka
menilai apakah usahanya berhasil atau
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 187
masih perlu dipacu lagi. Evaluasi ini
Solusi
yang
akan ditawarkan
harus didasarkan pada indikator yang
dalam penelitian ini adalah pemahaman
setiap kemajuannya memberi motivasi
tujuan
positif untuk makin maju dan pandai
ekonomi
bersyukur
memutuskan
karena
kesejahteraannya
pernikahan calon
dan
kemapanan
pengantin untuk
sebelum menikah.
makin bertambah baik. Tabel 1 Jumlah Perceraian di Kabupaten Bone pada Pengadilan Agama Watampone Faktor penyebab No
Bulan
Tahun
Terus Moral Meninggalkan Menyakiti menerus 2014 14 25 7 28
Jumlah kasus
1
Oktober
80
2
Nopember 2014
13
36
7
21
83
3
Desember 2014
11
35
3
19
78
4
Januari
2015
28
43
6
41
122
5
Februari
2015
32
33
7
24
102
6
Maret
2015
17
31
19
23
90
7
April
2015
15
36
11
33
101
8
Mei
2015
19
24
4
21
73
9
Juni
2015
20
30
3
29
94
10
Juli
2015
12
29
9
19
69
11
Agustus
2015
16
22
2
19
59
12
September 2015
27
44
19
33
124
Sumber : Data Perceraian Pengadilan Agama, 2015.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
188 | Sitti Nikmah Marzuki
Berasarkan data di atas, dari sekian kasus
perceraian
yang
terjadi
Hal ini dilihat dari kondisi ekonomi
di
suami yang tidak memiliki penghasilan
Kabupaten Bone dapat dilihat jumlah
yang tetap. Demikian pula dengan istri
perceraian di Kabupaten Bone sangat
yang tidak memiliki penghasilan dan
tinggi. Pada tiap bulannya tidak kurang
kecenderungan
dari angka lima pulu kasus bahkan
mencari nafkah hanya urusan suami dan
sampai mencapai angka ratusan kasus
istri tidak memiliki tanggung jawab
perceraian.
membantu ekonomi keluarga.
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa faktor penyebab terbesar terjadinya perceraian ada pada item meninggalkan dan terus menerus. Dalam kolom moral terdapat beberapa
faktor
dan faktor terbesar yang mendominasi penyebab terjadinya perceraian adalah tidak ada tanggung jawab. Sedangkan pada item terus-menerus faktor penyebab paling dominan adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga.
Kabuapaten
masyarakat
pendidikan yang rendah, sehingga suami sangat susah untuk mencari pekerjaan yang
layak dengan berbekal ijazah
sekolah dasar. Hal ini menyebabkan suami bekerja hanya serabutan sehinga penghasilan kebutuhan
tidak
mampu
keluarga.
menutupi
Kecenderungan
yang terjadi bahwa ketika suami tidak mampu
memberikan
nafkah
kepada
tetap atau penghasilan yang minim, istri tidak berusaha untuk menjadi penopang, sehingga dengan pertimbangan yang tidak matang dan keadaaan istri yang
menjadi korban perceraian pada tahan
sudah tidak mampu bertahan, sehingga
keluarga pra sejahtera hal ini dilihat dari
jalan keluar yang dianggap paling muda
hasil penelitian yang dilakukan bahwa
adalah bercerai. (Hukmiah dkk, 2013:
dari 15 kasus perceraian yang dilakukan
56).
dengan
khususnya
Disamping itu kondisi tingkat
yang
obsevasi
Bone
urusan
keluarga karena pekerjaan yang tidak
Tingkat Kesejateraan Masyarakat Korban Perceraian di Kabupaten Bone Kesejahteraan
melimpahkan
alasan
ekonomi
Berdasarkan data tersebut, maka
memiliki tingkat ekonomi yang rendah.
dapat dipahami bahwa faktor ekonomi
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 189
sangat
terhadap
menjadi masalah lagi jika dalam sebuah
peningkatan jumlah perceraian. latar
rumah tangga memiliki ekonomi yang
belakang pendidikan yang rendah dan
baik. Bahkan sebuah rumah tangga yang
penghasilan yang tidak tetap dan tidak
baik ekonomimya juga bisa memberikan
mempu memenuhi kebutuhan keluarga
pengaruh yang baik pada keluarga besar.
akan
beropengaruh
menimbulkan
konflik.
Bahkan
Sudah menjadi tanggung jawab
muncul konflik yang lebih besar hingga
seorang
berakhir terhadap perceraian.
kebutuhan
Relevansi Kesejahteraan Ekonomi Keluarga dengan Tingkat Perceraian di Kabupaten Bone Kesejahteraan ekonomi keluarga
suami
untuk
keluarganya.
memenuhi Dan
sudah
menjadi kewajiban bagi istri untuk mampu
mengelola
dan
bertanggung
jawab terhadap keuangan rumah tangga. Meski seorang suami berkewajiban untuk
memiliki relevansi terhadap peningkatan
bekerja
jumlah perceraian di Kabupaten Bone,
ekonomi
hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian
perempuan atau para istri yang juga aktif
terhadap masyarakat yang mengalami
bekerja membantu suami. Hal ini masih
perceraian. Keadaan ekonomi yang tidak
bisa di lakukan selama ada kesepakatan
menentu memicu terjadi konflik dalam
antara dua pihak dan tidak kelalaian
keluarga sehingga pada akhirnya menjadi
mengenai
boomerang
masing pihak.
yang
bisa
mengurangi
keharmonisan keluarga.
demi
memenuhi
keluarga.
tanggung
Juga
jawab
kebutuhan terdapat
masing-
Masalah kemudian muncul jika dalam keluarga, kepala keluarga tidak
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami bahwa kesejahteraan ekonomi keluarga merupakan salah satu penunjang berlansungnya sebuah rumah tangga. Kesejahteraan ekonomi dalam sebuah rumah tangga bisa memberikan pengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga. Pemenuhan kebutuhan bukan
dapat melakukan tanggung jawabnya untuk mencari nafkah. Namun hal ini dapat di atasi jika pihak istri tdiak keberatan dan dapat membantu suami tuk mencari nafkah. Tetapi jika hal ini terus menerus berlangsung, dan pihak istri merasa meiliki peran ganda maka hal masalah ini bisa semakin meruncing dan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
190 | Sitti Nikmah Marzuki
menimbulkan
konflik
dalam
rumah
perceraian di Kabupaten Bone dapat di
tangga. Untuk melihat relevansi tingkat
dilihat pada hasil observasi terhadap
kesejahteraan
korban perceraian sebagai berikut:
ekonomi
terhadap
Tabel 2 Data Pengaruh Ekonomi terhadap Jumlah Perceraian di Kabupaten Bone No
1
2
3
4
Responden Asal Daerah
JK Usia Peker-jaan Pend. Kondisi Ekonomi Sebelum Menikah dan konflik yang muncul setelah pernikahan KMD P 19 Mahasiswa SLTA Kondisi ekonomi pra nikah Dusun Belu - Suami bekerja sebagai petani Desa dan penghasilan tidak tetap Tadang - Istri masih sementara kuliah Palie Konflik yang muncul Kec. - Tidak memperhatikan Ulaweng kebutuhan keluarga - Suami tidak memberikan nafkah dan orang tua istri yang menafkahi selama ini RBT P 45 URT MTs Kondisi ekonomi pra nikah Dusun Ellue - Suami bekerja pedagang kain Desa dan tidak memiliki penghasilan Walimpong tetap Kec. Bengo - Istri tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Tergugat sering marah persoalan sepele - Suami meninggalkan istri dan tidak memberikan jaminan - Suami lebih mementingkan kebutuhan keluarga suami dari pada istri TAK P 24 URT SD Kondisi ekonomi pra nikah Dusun - Suami Tidak miliki pekerjaan Lapatena tetap Desa Jompie - Istri Tidak memiliki pekerjaan Kec. Konflik yang muncul Ulaweng - Suami meninggalkan istri dan tinggal di rumah orang tuanya - Suami tidak memberikan nafkah HP 26 URT SMP Kondisi ekonomi pra nikah
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 191
Dusun Lerang Desa Abbumpunge ng Kec. Cina
5
SBA Dusun Arokke Desa Lili Riattang Kec. Lapri
23
URT
SD
6
EBT P Dusun Kalakkang Desa Ulaweng Riaja Kec. Amali
45
URT
SD
7
RNP Dusun Ulleu Desa Walimpong Kec. Bengo
P
45
URT
MTs
8
JBMS
L
48 Wiraswasta SMA
- Suami bekerja sebagai petani dan penghasilan tidak menentu - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami malas mencari nafkah sehingga tidak mampu menafkahi keluarga - Suami pergi meninggalkan istrinya dan memilih tinggal bersama orang tuanya Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai petani dan penghasilan tidak menentu - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami malas mencari nafkah sehingga tidak mampu menafkahi keluarga - Suami tidak memberikan nafkah selama 5 tahun. Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai petani dan penghasilan tidak menentu - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami memilih kembali ke rumah orang tua selama tiga tahun dua bulan - Suami tidak memberikan jaminan nafkah Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai pedagang dan penghasilan tidak menentu - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami sering marah walau masalah sepele - Suami pergi dengan wanita lain dan tidak mampu menafkahi keluarga. Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai Wiraswasta di bidang perikanan - Istri tidak memiliki pekerjaan
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
192 | Sitti Nikmah Marzuki
9
KBM P Jl. Husain Jeddawi Kel. Macege Kec. Tanete Riattang Barat
29
Guru Honor
S1
10
SST P Dusun Calimpo Desa Laccori Kec. Dua Boccoe
41
URT
SD
11
KAS Dusun Tange’e Desa Lebonge Kec. Cenrana
22
Tidak ada
SMA
P
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
Konflik yang muncul - Sering terjadi percekcokan dan pertengkaran - Istri boros dan tidak ada tanggung jawab dan tidak perhatian terhadap rumah tangga Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai supir mobil dan penghasilan tidak menentu - Istri bekerja sebagai guru honor Konflik yang muncul - Suami selingkuh dengan perempuan lain - Suami tidak mau hidup bersama dan mandiri bersama istri - Suami tidak pernah memberikan nafkah lahir dan batin selama 5 tahun. Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai petani - Istri tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami tidak memberikan kepercayaan istri untuk mengelolah keuangan keluarga - Suami sering marah dan memukul istri - Suami pergi dari rumah dan memilih pulang ke rumah orang tuannya selama hampir dua tahun dan tidak memberikan nafkah. Kondisi ekonomi pra nikah - Suami tidak memiliki pekerjaan - Istri tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami tidak pernah mencari nafkah sehingga tidak mampu menafkahi keluarga - Suami pergi merantau dan setelah pulang tidak menemui istrinya kembali
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 193
12
KBT P Tokaseng Kel. Tokaseng Kec. Tellu Siattinge
39
URT
SD
13
SBS P Dusun Lacigai Desa Palongki Kec. Tellu Siattinge
33
URT
SD
14
RMB P Dusun Lapatena Desa Jompie Kec. Ulaweng
27
URT
SD
15
RHN P Desa Ajjalireng Kec. Tellu Siattinge
35
URT
MTs
Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai tukang somel kayu - Istri tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami sering marah dan sering memukul - Sering terjadi perselisihan dan percekcokan karena suami terlalu kikir - Suami pergi tanpa permisi dan alasan yang jelas dan tidak memberikan nafkah selama satu tahun lebih. Kondisi ekonomi pra nikah - Suami tidak memiliki pekerjaan - Istri tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami tidak pernah mencari nafkah sehingga tidak mampu menafkahi keluarga - Suami pergi merantau dan setelah pulang tidak menemui istrinya kembali Kondisi ekonomi pra nikah - Suami Tidak miliki pekerjaan tetap - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami meninggalkan istri dan tinggal di rumah orang tuanya - Suami tidak memberikan nafkah Kondisi ekonomi pra nikah - Suami bekerja sebagai pedagang dan penghasilan tidak menentu - Istri Tidak memiliki pekerjaan Konflik yang muncul - Suami sering marah walau masalah sepele - Suami pergi dengan wanita lain dan tidak mampu menafkahi keluarga.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
194 | Sitti Nikmah Marzuki
Berdasarkan hal diatas, maka
Kesimpulan
dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan
Kesejahteraan
keluarga memiliki relevansi terhadap
dambaan setiap manusia, masyarakat
banyaknya
jumlah
yang sejahtera tidak akan terwujud jika
Kabupaten
Bone
meninggalkan
perceraian dengan
karena
di
alasan persoalan
para
hidup
masyarakatnya
keadaan miskin.
merupakan
hidup
dalam
Kasus perceraian
ekonomi disebabkan oleh : a) Suami
yang
belum memiliki pekerjaan yang tetap
didominasi oleh masalah ekonomi.
dan istri juga tidak memiliki pekerjaan.
Dari sekian kasus gugatan cerai oleh
Sehingga
memenuhi
istri, masalah suami yang tidak bekerja
kebutuhan hidup. b) Istri tidak mau
dan tidak sanggup memberikan nafkah
membantu suami memenuhi kebutuhan
adalah dasar ajuan mereka. Ditambah
keluarga, dengan anggapan memenuhi
adanya anak dan masih menumpang di
kebutuhan keluarga hanya tanggung
rumah keluarga semakin manambah
jawab suami dan ketika suami tidak
masalah. Tidak adanya rumah pribadi
mampu memenuhi kebutuhan keluarga,
baik dimiliki sendiri ataupun menyewa,
istri kemudian memutuskan bercerai. c)
kebutuhan anak yang semakin besar
Menikah
oleh
semakin bertambah, kebutuhan rumah
keinginan orang tua memiliki cucu,
tangga maupun kebutuhan pribadi istri
atau karena terjadi kehamilan sebelum
yang tidak terpenuhi merupakan faktor
menikah, sehingga mau tidak mau
masalah ekonomi yang terjadi dalam
harus menjalani pernikahan. d) Suami
rumah tangga yang dapat memincu
malas untuk bekerja karena karakter
perceraian. Sehingga dapat dikatakan
yang tidak mau bekerja keras. e)
bahwa tingkat kesejahteraan suami dan
Perilaku istri yang boros dan tidak
istri serta kondisi ekonomi rumah
mampu
tangga memiliki relevansi terhadap
tidak
mampu
muda
mengatur
disebabkan
keuangan
dan
keinginan berbelanja yang berlebihan atau besar pasak dari pada tiang.
ada
di
peningkatan Kabupaten maupun
jumlah Bone
istri
meninggalkan jalan
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016
Kabupaten
Bone
perceraian
di
sehingga
suami
memutuskan
untuk
pasangannya
dengan bercerai.
RELEVANSI KESEJAHTERAAN EKONOMI KELUARGA DENGAN PENINGKATAN PERCERAIAN ...| 195
Daftar Pustaka Aedy, Hasan. Teori dan Aplikasi Ekonomi Pembangunan Pespektif Islam : Sebuah Studi Komparasi”, (Cet. I; Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011. Al-Athar, Abd Nashr Taufik. 2000. Saat Anda Meminang, Terj. Abu Syarifah dan Afifah. Jakarta: Pustaka Azam. Basyir, Ahmad Azar. 1995. “Hukum Perkawinan Islam”, Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Indikator dan Kriteria Kesejahteraan Keluarga, dikutip di www.bkkbn.go.id. Akses 10 April 2016. Badrudin, Rudy. Ekonomika Otonomi Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2012. Fergusson, D.M. L.J. Horwood, A.L. Beautrais, 1981, The Measurement of Family Material Well Being, Journal of Marriage and the Family, 43 (3) hal. 715-725. Husain, Hukmiah. Marzuki, Sitti Nikmah. Hasanah, Uswatun. Karakteristik Orang Tua Tunggal dan Bentuk-Bentuk Pemberdayaanya dalam Meningkatkan Ekonomi Kelurga di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan, Penelitian Kolektif Pendidikan Tinggi Kementerian Agama RI, 2013. Karim, Adiwarman A. Ekonomi Makro Islam, (Cet. 4; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011. Marzuki, Sitti Nikmah, Hukmiah Husain, Uswatun Hasanah,. Problematika Perceraian Masyarakat Kabupaten Bone dalam Tinjauan Ekonomi Syariah, Penelitian Kolektif Pendidikan Tinggi Kementerian Agama RI, 2015. al-Maududi, Abu A’Ala. Pedoman Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, t.t. Moeljarto Tjokrowinoto. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1996. Nurohman, Dede Memahami Dasar-Dasar Ekonomi Islam (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2011. Wardatul Asriyah, Strategi Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Melalui Usaha Tambak di Desa Babalan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Jawa Tengah, “Skripsi”, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007, Tidak diterbitkan. Thalib, Muhammad, Manajemen Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Pro U, 2007. Satker Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Unit KIE, Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan (PPEP), 2006.
Jurnal Hukum Keluarga Islam Vol. II
| No.2
196 | Sitti Nikmah Marzuki
Soemiyati. Perkawinan Islam Dan Undang-undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty, 1982. Subhan, Zaitunah, Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: El- Kahfi, 20008. As-Subki, Ali Yusuf, Fiqih Keluarga, Pedoman Berkeluarga dalam Islam, Cet. I, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi/IAIN Jakarta. Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1985.
AL-RISALAH | Juli - Desember 2016