STUDI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR PADA SALURAN DRAINASE KLENTENG KABUPATEN TUBAN Alfredo Dhilan Gozenda1, Suhardjono2, Ussy Andawayanti2 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 1
[email protected] ABSTRACT Pada studi ini dibahas tentang penanggulangan banjir pada saluran drainase Klenteng dimana selalu terjadi genangan di saat terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi. Saluran drainase Klenteng terdapat di bagian utara Kabupaten Tuban yang terdiri dari sebelas saluran yang terdiriatas 3 saluran primer, 2 saluran sekunder dan 6 saluran tersier. Saluran drainase ini memiliki cathment area seluas 62,3 ha. Pada studi ini menggunakan dua alternatif untuk mengatasi limpasan yang terjadi pada saluran dengan mempertimbangkan aspek biaya. 1
Dengan menggunakan perhitungan debit Q5 tahun didapati lima saluran yang tidak bisa menampung debit banjir tersebut, yaitu saluran Latsari II sebesar 0,009 m3/dt, saluran Latsari I Barat sebesar 0,002 m3/dt, saluran Klenteng R1 sebesar 0,214 m3/dt, saluran Buntu sebesar 0,070 m3/dt dan saluran Karangsari II sebesar 0,049m3/dt dengan durasi hujan selama 4 jam. Dengan melihat data tersebut maka aleternatif I yang digunakan adalah mengganti dimensi saluran eksisting dengan dimensi saluran yang baru. Pada alternatif II mengganti tiga dimensi saluran dengan debit limpasan terbesar yaitu saluran Klenteng R1, saluran Buntu dan saluran Karangsari II sedangkan sisanya menggunakan sumur resapan. Jumlah sumur resapan yang digunakan sejumlah 14 sumur . Ditinjau dari aspek teknis dapat disimpulkan alternatif I rehabilitasi saluran secara menyeluruh terhadap 5 saluran dengan panjang saluran total yang direabilitasi sepanjang 1069,64 m tentunya membutuhkan waktu dan perhitungan teknis yang lebih besar. Namun memiliki hasil jangka panjang yang baik. Alternatif II, salah satu produk pada alternatif II yaitu adanya sumur resapan yang digunakan untuk mengurangi debit limpasan pada dua saluran dengan debit limpasan yang kecil namun memiliki ukuran saluran yang panjang. Lahan memungkinkan, namun perlu diperlukan kajian kembali mengenai efektivitasnya. Dari segi pembiayaan Alternatif I relatif lebih mahal yaituRp. 4.551.683.535,07 , sedangkan alternatif II Rp. 2.316.927.787,20 Kata kunci : Drainase Klenteng, alternatif, biaya, sumur resapan. ABSTRACT In this study, we discuss the countermeasures for a flood in Klenteng drainage pipelines where the water always stagnates when there is a high intensity of rain. The drainage pipelines in Klenteng are located in the northern part of Tuban Regency and consists of 11 pipelines with 3 primary pipelines, 2 secondary pipelines, and 6 tertiary pipelines. These drainage pipelines have a catchment area of 62,3 ha. During this study, two alternatives are used to overcome the runoff that happens to the drainage pipes while taking into consideration the cost. By using the calculations of Q5 discharge, we found that there are 5 pipelines that cannot contain the flood discharge, these are Latsari II pipeline with 0,009 m 3/dt, Wastern Latsari I pipeline with 0,002 m3/dt, Klenteng R1 pipeline with 0,049 m3/dt with rain duration of 4 hours. Considering the previous data, it is concluded that the first alternative is for replacing the old pipelines for new ones. The second alternative will replace the 3 pipelines that has the highest flood discharge which are Klenteng R1 pipeline, Buntu pipeline and Karangsari II pipeline while the rest of the pipelines will use infiltration wells. 14 inflitration wells will be used . Taking the technical aspects into consideration, we can conclude that the first alternative, the rehabilitation of the pipelines with a total length of 1069,64 m, requires a large amount of time and technical calculation, far larger than the second alternative but will work better for the long-term. The second alternative which is, adding infiltration wells to reduce the flood discharge on two of the lengthier pipelines but has a low amount of discharge. It is possible, but needs its effectiveness to be researched again. Viewing this from its cost, the first alternative is relatively more expensive, costing Rp. 4.551.683.535,07 , while the second alternative costs Rp. 2.316.927.787,20 Keywords : Klenteng Drainage, alternative, cost, infiltration wells
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi air yang melimpah, yang secara berkelanjutan terjadi musim hujan selama lebih kurang enam bulan yang memberikan curah hujan cukup besar. Kondisi alam yang demikian ini, haruslah mendapat perhatian secara cermat, karena merupakan salah satu faktor yang mendasar dalam menata suatu daerah. Sebagai negara yang masih dan terus akan berkembang, pembangunan sarana fisik mutlak dilakukan untuk menjamin kesejahteraan sosial penduduknya. Pembangunan yang dilakukan berarti juga akan mengalihfungsikan penggunaan lahan. Lahan yang dulunya merupakan daerah terbuka maupun daerah resapan air, berubah menjadi daerah yang tertutup perkerasan dan bersifat kedap air. Perubahan penggunaan lahan seperti ini menyebabkan air hujan tidak dapat lagi meresap ke dalam tanah, sehingga menimbulkan limpasan di permukaan (surface runoff) yang kemudian menjadi genangan atau banjir. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi juga kelestarian dari airtanah (groundwater), karena air hujan yang meresap ke dalam tanah merupakan imbuhan airtanah secara alami (natural recharge). Dengan perkembanganya serta didorong oleh semangat antisipasi perubahan iklim maka konsep drainase paradigma lama yaitu mengalirkan air permukaan secepat-cepatnya ke badan air, perlu diubah menjadi konsep drainase ramah lingkungan yang merupakan paradigma baru perencanaan drainase perkotaan. Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengalirkan kelebihan air secara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah, menahan sebanyak-banyaknya di hulu dengan pembuatan tampungantampungan, dan baru mengalirkan
kelebihan air permukaaan ke sungai tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Sistem drainase ini akan menjadi salah satu alternatif dalam penanggulangan genangan selain memperlebar atau memperbaiki dimensi saluran. Identifikasi Masalah Kekhawatiran pihak pemerintah Dinas Pekerjaan Umum akan ketidakmampuan saluran eksisting untuk menampung dan mengalirkan debit sehingga menimbulkan masalah genangan yang berdampak pada pemukiman penduduk dan jalan raya yang dapat menghambat lalulintas transportasi. Pada saat hujan sering terjadi banjir di jalan Raya R.E. Martadinata yang berdampak pada dua desa yaitu Desa Karangsari dan Desa Latsari. Pembenahan saluran membutuhkan alternatif baru yang lebih murah dan ramah lingkungan. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam studi ini adalah sebagai berikut : 1. Daerah studi terletak dari hulu jalan Kembang Ijo hingga jalan R.E. Martadinata dengan luas area 62,56 Ha. 2. Meninjau jumlah debit yang harus dialirkan supaya tidak terjadi limpasan pada saluran yang mengakibatkan banjir. 3. Tidak membahas dampak lingkungan akibat pembangunan (AMDAL). Rumusan Masalah Permasalahan yang dibahas dalam studi ini adalah : 1. Berapakah debit rancangan dengan kala ulang 5 tahun? 2. Apakah debit rancangan dapat ditampung dan dialirkan oleh saluran eksisting? 3. Bagaimanakah hasil evaluasi kondisi drainase eksisting? 4. Bagaimanakah alternatif pengendalian banjir yang sesuai dengan mempertimbangkan kondisi daerah studi dan biaya?
Tujuan dan Manfaat Dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa identifikasi masalah yang harus dievaluasi terlebih dahulu. Sehingga didapatkan beberapa rumusan masalah yang dapat diselesaikan. Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk mengetahui debit rancangan dengan kala ulang yang telah ditentukan, mengevaluasi kemampuan saluran eksisting menampung air, serta memberikan alternatif desain penanggulangan banjir dengan mempertimbangkan kondisi daerah studi dan biaya yang terjadi akibat ketidakmampuan saluran untuk menampung dan mengalirkan debit yang ada pada saluran. TINJAUAN PUSTAKA Umum Drainase mempunyai arti membuang atau mengalirkan kelebihan air pada suatu wilayah atau daerah. Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sementara itu, drainase adalah tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air permukaan, maupun air bawah permukaan. Uji Kesesuaian Distribusi Uji kesesuaian distribusi bertujuan untuk mengetahui kesesuaian data yang tersedia dengan distribusi yang dipakai. Ada 2 macam uji yang akan dipakai yaitu uji Smirnov Kolmogorov dan Chi Square. 1.
2.
Uji Smirnov-Kolmogorov sering disebut juga uji kecocokan nonparametic, karena pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas tiap data, antara sebaran empiris dan sebaran teoritis, yang dinyatakan dalam D. Uji Chi-Square digunakan untuk menghitung besarnya simpangan vertikal antara data perhitungan dan
data teoritis. Uji ini didasarkan pada perbedaan nilai ordinat teoritis dan empiris pada sumbu vertikal yang merupakan data curah hujan rancangan. Uji Chi-Square dikatakan berhasil jika X2 hitung < X2 kritis. Debit Air Hujan Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran-saluran drainase adalah metode rasional. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah pengaliran yang kecil dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang sempit. Q = 0,278.C. I.A dengan: Q
= debit limpasan (m3/dtk)
C
= koefisien pengaliran
I
= intensitas hujan selama waktu tiba banjir (mm/jam)
A
= luas daerah (km2)
0,278 = faktor konversi Koefesien Pengaliran Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir disuatu daerah akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di daerah tersebut. Koefisien pengaliran pada suatu daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor penting : Keadaan hujan Luas dan bentuk daerah pengaliran dan kemiringan dasar sungai Daya infiltrasi dan perkolasi tanah Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar sungai Kebasahan tanah Suhu, udara, angin dan evaporasi yang berhubungan dengan itu Letak daerah aliran terhadap arah angin Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya
Intensitas Hujan Intensitas hujan rancangan adalah tinggi hujan yang jatuh pada suatu kurun waktu dimana air tersebut terkonsentrasi, dan dihitung sesuai periode ulang banjir. I = R24 24 24 t c dengan: I
2/3
= intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm/jam) tc
Bujur Timur dan 6040’-7018’ Lintang Selatan.
= waktu konsentrasi (jam)
Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan sumur resapan diantaranya adalah : 1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, 2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah. 3. Mengurangi atau menahan terjadinya kenaikan air laut bgi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai, 4. Mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan 5. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Studi Kabupaten Tuban merupakan wilayah yang berada di jalur pantai utara (Pantura) Pulau Jawa yang berada di bagian paling Barat Provinsi Jawa Timur, terletak pada koordinat 111030’-112035’
Gambar 1. Letak Geografis dan Pembagian Kecamatan Di Kabupaten Tuban Sistem drainase Klenteng memiliki luas daerah pematusan 71,94 Ha. Saluran ini di bagian hilir berada di sebelah kanan Klenteng Kwan Sing Bio yang berada di Jl. RE Martadinata. Di bagian hulu saluran berasal dari permukiman warga yang dimensinya menyempit serta dan kondisi saluran banyak tertutup oleh bangunan rumah seperti yang terlihat di Jl. Sunan Kalijaga. Permasalahan banjir yang terjadi diakibatkan saluran kurang mampu menampung dan mengaliran air hujan. Pengumpulan Data 1. Peta lokasi studi untuk mengetahui lokasi studi perencanaan. 2. Peta topografi. 3. Peta tata guna lahan. 4. Skema lokasi genangan untuk mengetahui titik letak genangangenangan yang terjadi di daerah studi. 5. Data curah hujan guna keperluan hidrologi. 6. Data penduduk untuk memproyeksikan jumlah penduduk dan menghitung kebutuhan air.
7. Data saluran drainase eksisting untuk evaluasi saluran dalam kemampuannya menampung debit rancangan yang ada. Gambaran Umum Dari hasil survey penelusuran alur drainase dan batas daerah pematusan yang telah dilakukan ternyata di Kota Tuban terdapat 9 (sembilan) sistem drainase utama (Sistem Drainase Primer) dan 6 (enam) sistem drainase lainnya (Sistem Drainase Sekunder dan Sistem Drainase Tersier) dengan luas total Sistem Drainase Kota Tuban 261,88 km2 (26188,808 Ha). Sistem drainase utama adalah sistem drainase primer yang diutamakan untuk direncanakan sedang sistem drainase lainnya adalah system dengan luas catchment area yang kecil atau sistem tersendiri yang langsung menuju ke laut.
atas permukaan laut. Ketinggian di atas 100 meter terdapat di Kecamatan Merakurak, Kecamatan Semanding, Kecamatan Montong, Kecamatan Grabagan, Kecamatan Rengel, Kecamatan Parengan, Kecamatan Bangilan dan Kecamatan Kenduruan.
Gambar 2. Saluran Eksisting
Sistem Drainase Klenteng memiliki luas catchment area 62,3 ha, dengan jumlah saluran sebagai berikut : a. Saluran Sekunder : 2 saluran ; Saluran Latsari II dan Saluran Karangsari b. Saluran Tersier : 6 saluran ; Saluran Latsari I Timur, Saluran Makam Sidorekso, Saluran makam Karangsari, Saluran Latsari I Barat, Saluran Buntu, dan Saluan Karangsari 2. Sistem Drainase Klenteng Sistem drainase Klenteng memiliki luas daerah pematusan 71,94 Ha. Saluran ini di bagian hilir berada di sebelah kanan Klenteng Kwan Sing Bio yang berada di Jl. RE Martadinata. Di bagian hulu saluran berasal dari permukiman warga yang dimensinya menyempit serta dan kondisi saluran banyak tertutup oleh bangunan rumah seperti yang terlihat di Jl. Sunan Kalijaga. Ketinggian Kabupaten Tuban berkisar antara 0-500 meter di atas permukaan laut (dpl). Bagian Utara dan Selatan Kabupaten Tuban berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-15 meter di
Gambar 4. Peta Ketinggian Kabupaten Tuban Tahapan Penyelesaian 1. Melakukan studi pustaka mengenai teori yang akan dipakai. 2. Mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk kepentingan perhitungan. 3. Analisa hidrologi - Menghitung curah hujan rancangan dengan metode Log Pearson Type III dengan kala ulang 5 tahun. - Menguji kesesuaian distribusi hujan dengan uji Smirnov-Kolmogorov dan uji Chi Square untuk mengetahui kebenaran hipotesa frequensi Log Pearson Type III.
4. Perhitungan debit banjir rancangan (Qr) untuk evaluasi saluran drainase : - Menghitung waktu konsentrasi. - Menghitung intensias hujan rencana (Ir) dengan rumus Mononobe. - Menentukan koefisien pengaliran (C) dari peta tata guna lahan wilayah studi. - Menentukan luas daerah pengaliran (A) dari peta topografi. - Menghitung debit air hujan (Qah) dengan metode rasional. - Menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk. - Menghitung debit air kotor(Qak). - Menghitung debit banjir rancangan (Qr) dengan kala ulang 5 tahun. 5. Evaluasi kapasitas saluran terhadap debit banjir rancangan: - Menghitung kapasitas saluran drainase eksisting (Qa) dengan rumus manning. - Melakukan analisa kapasitas saluran drainase eksisting (Qa) terhadap debit banjir rancangan (Qr). - Dari hasil analisa Qa terhadap Qr dapat diketahui apakah saluran drainase dapat menampung dan mengalirkan debit yang lewat. 6. Alternatif Penanggulangan Genangan - Penentuan alternatif penanggulangan genangan yang sesuai dengan kondisi daerah studi. - Perencanaan ulang dimensi saluran drainase yang mampu menampung dan mengalirkan debit banjir rancangan disertai kenaikan elevasi muka air dari outlet. - Perencanaan sumur resapan sebagai alternatif ekodrainase penggulangan genangan. - Penggabungan alternatif pengendalian banjir dengan asumsi awal : a. Perencanaan dimensi saluran drainase b. Sumur resapan 7. Kesimpulan dan Pembahasan.
Gambar 3. Diagram Alir Pengerjaan Skripsi DATA DAN ANALISIS DATA Perhitungan Curah Hujan Daerah Data utama yang digunakan untuk analisa hidrologi adalah data curah hujan yang berpengaruh di sistem drainase Kota Tuban meliputi 6 stasiun hujan yaitu Stasiun Hujan Jenu, Kerek, Sumurgung, Kepet, Tegalrejo dan Tuban. Karena stasiun hujan yang ada cukup banyak maka dilakukan penggambaran polygon Thiessen untuk menentukan daerah pengaruh stasiun curah hujan. Dari hasil analisa ternyata curah hujan rencananya sangat kecil sekali sehingga dalam perhitungan digunakan curah hujan rata-rata maksimum dari 6 (enam) stasiun tersebut dan hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan Maksimum Daerah Kabupaten Tuban No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Tahun Rerata CH Max 1997 86,33 1998 97,83 1999 89,17 2000 98,00 2001 115,33 2002 86,33 2003 78,33 2004 72,67 2005 70,83 2006 77,83 2007 76,5 2008 62,33 2009 72,67 2010 71 2011 94,67 2012 78,83 2013 71,17 Jumlah 1399,83 Rerata 82,34 Standart Deviasi (sd) 13,37 Koef Skewness (Cs) 0,924 Koef Kurtosis (Ck) 0,781 Pemilihan Distribusi Log Person III Sumber : Hasil Analisa
A
= (b + mh)h = (0,70 + 0 . 0,70). 0,70 = 0,49 m2
P
= b 2h 1 m 2 = 0,70 2 0,70 1 0 2 = 2,1 m =A/P = 0,49 m2 / 2,1 m = 0,23 m = 1 0,23 2 / 3 0,00191 / 2 0,025 = 0,66 m / det =VxA = 0,66 . 0,49 = 0,32 m3 / det
R
Vsal
Qsal
Analisa Kapasitas Saluran Drainase Evaluasi kapasitas saluran drainase eksisting adalah menganalisa kapasitas saluran drainase apakah sudah mampu menampung debit banjir rancangan atau tidak. Apabila tidak mampu menampung mampu menampung maka terjadi limpasan dan genangan. Genangan yang terjadi adalah selisih antara debit banjir rancangan dengan kapasitas saluran (Qsal). Tabel 2. Perhitungan Debit Limpasan
Perhitungan Kapasitas Saluran Drainase Apabila didapatkan kapasitas saluran drainase eksisting lebih besar daripada kapasitas saluran drainase rencana, maka saluran drainase masih bisa menampung debit yang ada.Dan sebaliknya maka saluran drainase eksisting perlu perbaikan dimensinya agar kapasitasnya memenuhi. b H n m s h
= 0,70 m = 0,70 m = 0,025 =0 = 0,0019 = 0,5 m
Salura n
Q banjir
Q kapasitas
Q limpasan
Sal. Latsari I Timur
T
0,29
0,32
-0,031
Sal. Makam Sidorekso
T
0,92
1,29
-0,372
Sal. Latasari II
S
1,31
1,30
0,009
Sal. Makam Karangsari
T
0,43
1,94
-1,517
Sal. Latsari I Barat
T
0,47
0,46
0,002
Sal. Karangsari 1
S
1,01
2,56
-1,543
Sal. Klenteng (R1)
P
2,49
2,28
0,214
Sal. Buntu
T
0,44
0,37
0,070
Sal. Klenteng (R2)
P
3,11
4,72
-1,605
Sal. Karangsari 2
T
0,20
0,15
0,049
Sal. Klenteng (R3)
P
3,88
30,15
-26,266
Sistem Drainase Klenteng
Total Limpasan
Sumber : Hasil Analisa
0,356
Alternatif I Perencanaan Dimensi Saluran Baru Pada alternatif ini penanggulangan banjir dilakukan dengan cara merubah dimensi saluran yang telah ada agar saluran yang baru dapat menampung debit banjir rencana yang telah ditentukan.Pada kasus ini terdapat lima saluran yang akan mendapat perbaikan. Pelebaran saluran menggunakan bahan yang sama dengan eksisting yaitu pasangan batu. Berikut adalah saluran yang perlu perubahan dimensi baru : 1. Saluran Latsari II (Sekunder) 2. Saluran Latsari I Barat (Tersier) 3. Saluran Klenteng I (Primer) 4. Saluran Buntu 5. Saluran Karangsari II Perhitungan Rancangan Biaya Alternatif I Tabel 3. Perhitungan Rancangan Biaya No. 1.
Uraian Kegiatan Pengukuran dan pas. Bouwplank
2.
Uitzet dengan
Volume
Jumlah Harga
1069,94 m
Rp.82.975.409,11
1069,94
Rp.3.445.228,199
waterpass/theodolit 3.
4.
Pembersihan
m 1663,66
Lokasi
5
Pembuatan
9
Rp.11.229.738,75
Rp.11.641.266,72
Gudang Semen &
Pembuatan
1069,94
KISDAM tinggi
Pemasangan Turap
1069,94
Papan tebal 3cm 7.
Pengangkutan
277,27
Beton PRECAST
m
Rp.1.418.328.361,5 0
(fabrikasi) U Gutter 1500/15001200 13.
Pekerjaan Saluran
670,65
Beton PRECAST
m
Rp.1.341.772.975,9 1
(fabrikasi) U Gutter 1000/10002500 14.
Pasang Rambu
100 m
Rp.87.708.800
257,58
Rp.23.623.305,75
Pengaman 15.
Pemasangan Paving
Total Biaya Rp. 4.551.683.535,07
Sumber : Hasil Analisa Alternatif II Perencanaan Dimensi Saluran Baru dan Sumur Resapan Pada alternatif ini digunakan perpaduan antara perubahan dimensi baru dan perencanaan sumur resapan untuk menanggulangi banjir. Pada studi ini sumur resapan akan dilakukan pada dua saluran yaitu saluran Latsari II dan saluran Latsari I Barat. Jumlah sumur yang dibutuhkan : 14 buah Volume galian :
Rp.171.207.786,5
Biaya galian per m3 = Rp. 33.325,-
m
1,0m tebal 0,6 m 6.
Pekerjaan Saluran
3,14 x 0,5 x 0,5 x 3 = 2,355 m3
alat-alat 5.
12.
Rp.258.017.528,9
m 339,888
Rp.20.690.682
339,888
Rp.10.307.103,6
182,58
Rp.10.095.213,36
1136,85
Rp.201.450.706
Maka untuk satu sumur = Galian x Biaya Galian + Pentup Beton + Psg. Bata
Tanah Keluar Proyek 8.
Galian Tanah
= (2,355 x Rp.33.325 ) + Rp.43.960 + Rp.923,160
Biasa 9.
Galian Perkerasan
= Rp 1.045.600,-
Jalan 10.
Pembongkaran Beton
11.
5
Pekerjaan Saluran
121,72
Beton PRECAST
m
Harga beton penutup sumur = Rp.43,960,-
Rp.899.189.428,77
Batu Bata = Rp. 923.160,-
(fabrikasi) BC 2000/1500-1200
Maka pembiayaan untuk pembuatan 14 sumur resapan adalah : Rp. 14.638.405,-
Tabel 4. Biaya Pengerjaan Alternatif II No. 1.
Uraian Kegiatan Pengukuran dan
Volume
Jumlah Harga
384,3 m
Rp.82.975.409,11
384,3 m
Rp.3.445.228,199
1663,665
Rp.11.229.738,75
pas. Bouwplank 2.
Uitzet dengan waterpass/theodolit
3.
Pembersihan Lokasi
4.
Pembuatan Gudang
9
Rp.11.641.266,72
Semen & alat-alat 5.
Pembuatan
384,3 m
Rp.171.207.786,5
384,3 m
Rp.258.017.528,9
KISDAM tinggi 1,0m tebal 0,6 m 6.
Pemasangan Turap Papan tebal 3cm
7.
Pengangkutan
218,28
Rp.20.690.682
218,28
Rp.10.307.103,6
Tanah Keluar Proyek 8.
Galian Tanah Biasa
9.
Galian Perkerasan
182,58
Rp.10.095.213,36
736,855
Rp.201.450.706
121,72 m
Rp.899.189.428,77
262,58 m
Rp.525.345.184,55
100 m
Rp.87.708.800
137,47
Rp.23.623.305,75
Jalan 10.
Pembongkaran Beton
11.
Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) BC 2000/1500-1200
12.
Pekerjaan Saluran Beton PRECAST (fabrikasi) U Gutter 1000/1000-2500
13.
Pasang Rambu Pengaman
14.
Pemasangan Paving
Total Biaya Rp. 2.316.927.382,20
Sumber : Hasil Analisa Biaya Total Alternatif II Sumur Resapan = Rp. 14.638.405,Rehabilitasi
= Rp.2.316.927.382,20
Total
= Rp.2.331.565.787,20
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan saluran drainase Klenteng Kabupaten Tuban yang terdiri dari sebelas saluran dengan rincian sebagi berikut : 6 (enam) saluran tersier, 2 (dua) saluran sekunder, 3 (tiga) saluran primer maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Analisis kapasitas saluran drainase dengan menggunakan debit rancangan 5 tahun. Debit total yang melimpas adalah sebesar 0,356 m3/dt dengan rincian, terdapat lima titik yang mengalami genangan akibat limpasan, antara lain saluran Latsari II sebesar 0,009 m3/dt, saluran Latsari I Barat sebesar 0,002 m3/dt, saluran Klenteng R1 sebesar 0,214 m3/dt, saluran Buntu sebesar 0,070 m3/dt dan saluran Karangsari II sebesar 0,049 m3/dt dengan durasi hujan selama 4 jam 2. Saluran drainase pada eksisting tidak dapat menampung seutuhnya dan terjadi genangan pada saluran Klenteng, Buntu, Latsari II, Latsari I Barat dan Karangsari. 3. Berdasarkan pengamatan langsung di lapangan, penyebab terjadinya genangan pada lokasi studi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya: a. Kapasitas saluran drainase yang kurang. b. Saluran tersumbat sampah pada saluran Latsari II dan Latsari I Barat. 4. Alternatif yang digunakan untuk mengatasi limpasan ada 2 macam, sebagai berikut. Alternatif pertama, dimensi saluran yang tidak dapat menampung debit rencana direhabilitasi dengan dimensi baru yang telah dihitung ulang. Yaitu saluran Latsari II, saluran Latsari I Barat, saluran Klenteng R1, saluran Buntu dan saluran Karangsari. Alternatif kedua, tiga saluran direhab sesuai dimensi yang seharusnya yaitu saluran Klenteng R1, saluran Buntu dan saluran Karangsari. Kemudian sebagian dari limpasan ditanggulangi
dengan membuat beberapa sumur resapan. Dibutuhkan volume total sumur resapan sebesar 8,26 m3. Dengan rincian, 1 buah sumur resapan memiliki tampungan sebesar 0,59 m3. Waktu yang dibutuhkan untuk meresapkan genangan ke dalam tanah di dalam sumur resapan, 1 buah sumur resapan membutuhkan waktu selama 62,50 menit. Sumur resapan yang direncanakan adalah 14 buah dengan rincian 11 sumur resapan terdapat di area saluran Latsari II dan 3 sumur resapan lainnya berada di area saluran Latsari I Barat. Sehingga ditinjau dari aspek teknis dapat disimpulkan alternatif I tentunya membutuhkan waktu pengerjaan dan perhitungan teknis yang lebih besar namun memiliki usia guna dengan jangka panjang yang baik. Ditinjau dari segi biaya alternatif I relatif lebih mahal dengan perhitungan pembiayaan sebesar Rp.4.551.683.535,07 . Alternatif II, adalah alternatif dengan memadukan antara pembenahan dimensi saluran baru dan pembuatan sumur resapan dengan tujuan mendapatkan alternatif penanggulangan banjir yang relatif lebih murah, yaitu Rp.2.316.927.787,20. Lahan untuk pembuatan sumur resapan cukup memungkinkan dan memberikan alternatif yang lebih murah dari alternatif I. Saran Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan dari bab sebelumnya, maka beberapa saran yang dapat diberikan antara lain:
2.
3.
4.
5.
6.
a.
b. 1. Dalam perencanaan drainase perkotaan, khususnya saluran drainase, perlu dilakukan peninjauan kondisi tata guna lahan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini untuk menjaga relevansi antara daya tampung
7.
saluran dengan limpasan permukaan yang diakibatkan oleh perubahan tata guna lahan. Terjadinya genangan disebabkan oleh beberapa masalah seperti sampah yang menumpuk di saluran dan kapasitas saluran yang kurang. Hal ini perlu pembenahan terkait masalah tersebut, yakni menambah jumlah inlet dan memelihara kondisi inlet agar tetap berfungsi dengan baik serta pembersihan sampah atau sedimen yang ada di saluran secara periodik. Perlunya sosialisasi tentang peran masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sebaiknya dalam perencanaan drainase di perkotaan, diperlukan juga alternatif sumur resapan, sehingga beban debit di saluran drainase dapat diminimalkan. Penggunaan sumur resapan dapat divariasikan dengan bangunanbangunan drainase yang lain seperti parit resapan atau kolam resapan agar penggunaannya lebih maksimal dalam mengatasi genangan di perkotaan. Penerapan sumur resapan hendaknya mengikuti standar yang ada pada SNI-03-2453-2002 tentang tata cara perencanaan sumur resapan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sumur resapan antara lain: Perlu dipasang trash rack atau penyaring sampah sebelum masuk sumur resapan. Agar tetap dapat berfungsi dengan baik, diperlukan pemeliharaan berkala, dengan menempatkan manhole pada jarak tertentu. Penggunaan alternatif II yaitu penggunaan sumur resapan sebagai salah satu cara untuk mengurangi limpasan cukup baik
terutama ditinjau dari segi biaya atau anggaran. 8. Daerah perkotaan padat akan penduduk biasanya mengalami hambatan pada penempatan lokasi sumur resapan akibat meluasnya lahan pembangunan yang menjadi kedap tertutup bangunan/jalan sehingga berkurangnya lahan resapan alami. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur selanjutnya, setiap rumah/gedung atau bangunan yang lain, diwajibkan membuat sumur resapan. DAFTAR PUSTAKA A.Z. Zainal. 2003. Analisis Bangunan Menghitung Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. Standart Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-03), Bandung. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. Standart Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-04), Bandung. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Pengairan. Standart Perencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP-07), Bandung. http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_T uban diakses pukul 15.05, 15 Desember 2013 Prasetijo, Hari. 2010. Diktat Perkuliahan Sistem Operasi dan Pemeliharaan. Malang : Jurusan Pengairan FT Universitas Brawijaya.
Sayekti, Rini Wahyu, 2006. Diktat Perkuliahan Irigasi Dasar. Malang : Jurusan Pengairan FT Universitas Brawijaya. RedaksiBumiAksara. 2008. Analisis Upah dan Bahan (Analisis BOW). Jakarta: PT Bumi Aksara