JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
ANALISIS PENGARUH PEREKONOMIAN MAKRO DAN MIKRO YANG BERPENGARUH PADA RISIKO SISTEMATIS SAHAM Ming Chen STIE Musi Palembang
[email protected] Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perekonomian makro (kurs, inflasi, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar) dan mikro (Asset Growth dan Debt to Equity) terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tahunan untuk variabel makroekonomi selama tahun 2006-2012 dan data bulanan yang akan diolah menjadi data tahunan untuk variabel mikro dan risiko sistematis selama periode januari 2006 sampai Desember 2012. Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat inflasi, kurs, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI, DER dan Aset Growth berpengerahu secara simultan terhadap risiko sistematis saham. Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham sedangkan DER dan asset growth berpengaruh secara parsial terhadap risiko sistematis saham. Kata Kunci : Makro, Mikro, Risiko Sistematis Saham Abstract: This research was conducted to determine the influence of mcro economy (exchange rate, inglation, interest rate of SBI and the amount of supplied money) and micro economy (asset growth and debt to equity) to the systematic risk in LQ-45 companies listed in Indonesia Stock Exchange. Annual data for macro economic variables during the period of 2006-2012 and monthly data were processed into annual data for micro variables and systematic risk during the period of January 2006 to December 2012. The data were analyzed by multiple regression analysis. The result showed that inflation and exchange rate, money supply, interest rate of SBI, DER and Asset growth simultaneously influence the systematic risk of stocks. Thus, the inflation n exchange rate and money suplly do not partially affect the systematic risk of stock. Meanwhile, DER and Asset growth partially influence the systematic risk of stocks. Key words : Macro, Micro, The Systematic Risk of Stocks.
PENDAHULUAN
sekuritas di antara sekuritas-sekuritas lainnya
Latar Belakang
yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi.
Pasar
modal
pada
Risiko tinggi tercermin dari ketidakpastian
prinsipnya merupakan pasar untuk sekuritas
return yang akan diterima oleh investor di
jangka panjang baik berbentuk hutang
masa datang. Terdapat dua aspek yang
maupun
serta
melekat dalam suatu investasi yaitu tingkat
berbagai produk turunannya. (Tandelilin,
pengembalian (return) yang diharapkan dan
2010).
risiko
ekuitas
Saham
(capital
market)
(modal
merupakan
sendiri)
salah
satu
75
tidak
tercapainya
return
yang
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 diharapkan. Risiko yang tinggi pada saham
merupakan terjadinya penyimpangan atas
berhubungan
keuntungan
dengan
kondisi
ekonomi
yang
diharapkan.
Misalkan
makro, seperti resesi ekonomi, gejolak
terdapat suatu perusahaan yang tidak efisien
politik, dan lain sebagainya serta industri dan
dalam
karakteristik perusahaan. (Hamzah, 2005).
menyebabkan
Pasar modal laksana pendulum petunjuk
menggunakan hutang yang tinggi dalam
arah, dimana naik dan turunnya umumnya
produksinya yang mengakibatkan biaya tetap
mengekspresikan realitas gambaran dari
perusahaan menjadi tinggi dan apabila suatu
kondisi
saat
ekonomi,
politik
sekaligus
operasi
produksinya.
Hal
perusahaan
perusahaan
tersebut
gagal,
ini
tersebut
maka
optimisme menatap masa depan (Susanto,
kepentingan investor dalam mendapatkan
2002). Pasar modal di Indonesia pernah
laba
mengalami tantangan yang cukup berat sejak
terancam. Oleh karena itu, investor juga
akhir
dengan
perlu melihat seberapa besar risiko yang
perekonomian
harus ditanggungnya dalam berinvestasi.
tahun
1997,
terguncangnya
bersamaan
sendi-sendi
diperusahaan
tersebut
Indonesia akibat hantaman krisis ekonomi
Beberapa
yang melanda hampir seluruh kawasan Asia.
melakukan penelitian untuk mengetahui
Krisis ini ditandai dengan menurunnya nilai
pengaruh variabel ekonomi makro dan mikro
kurs, meningkatnya suku bunga deposito,
terhadap
dan SBI yang berada diatas 60 persen per
Makaryanawati dan Ulum (2008), Hamzah
tahun, serta jumlah uang beredar yang
(2005), Haryanto dan Riyatno (2007), Ocran
meningkat
(2010), dan Tandelilin (1997). Penelitian
cukup
signifikan
diikuti
peneliti
risiko
sebelumnya
menjadi
sistematik
Makaryanawati
Selama periode krisis ini kondisi pasar
menemukan bahwa tingkat suku bunga
modal pun ikut terpuruk, Indeks Harga
berpengaruh
Saham Gabungan mengalami koreksi yang
sistematik saham namun tingkat likuiditas
cukup besar dari kisaran harga 726 pada
yang ditunjukkan oleh rasio lancar (current
pertengahan tahun 1997 menjadi kurang
ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap
lebih 260. Penurunan laba yang dialami
risiko investasi saham.
Dalam penelitian
sebagian besar emiten, penurunan aktivitas,
yang
Hamzah
nilai transaksi, dan kesulitan finansial yang
menemukan bahwa secara simultan variabel
dialami
yang
makro, karakteristik perusahaan dan industri
diperoleh dari krisis ekonomi yang terjadi.
berpengaruh terhadap beta saham syariah.
Faktor yang secara teoritis dipertimbangkan
Dalam
dalam investasi saham adalah risiko. Risiko
menemukan bahwa variabel fundamental
konsekuensi
76
Ulum
seperti
peningkatan inflasi yang cukup tajam.
merupakan
dan
telah
signifikan
dilakukan
oleh
penelitian
terhadap
Tandelilin
(2008)
risiko
(2005)
(1997)
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 secara simultan berpengaruh terhadap beta
1. Apakah terdapat pengaruh antara kurs,
saham sedangkan variabel makro secara
inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang
simultan tidak berpengaruh terhadap beta
beredar, DER dan asset Growth secara
saham.
Dalam penelitian yang dilakukan
simultan (bersama-sama) terhadap risiko
oleh Haryanto dan Riyatno (2007) selain
sistematis saham pada perusahaan LQ-
menemukan bahwa tingkat suku bunga
45?
berpengaruh
risiko
2. Apakah terdapat pengaruh antara kurs,
sistematik saham, ditemukan juga pengaruh
inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang
yang signifikan antara nilai kurs dan risiko
beredar, DER dan asset growth secara
sistematik. Penelitian yang dilakukan Ocran
parsial (sendiri-sendiri) terhadap risiko
(2010) menemukan bahwa Perekonomian
sistematis saham pada perusahaan LQ-
Negara Ghana tidak berpengaruh pada resiko
45?
sistematik
signifikan
saham
terhadap
karena
saham
yang
terdaftar di Ghana Bursa Efek adalah saham
Tujuan Penelitian
defensive dengan tingkat beta kurang dari
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
satu. Adanya pertentangan dalam kajian-
dinyatakan diatas, maka tujuan dari peneltian
kajian
ini adalah sebagai berikut:
sebelumnya
dan
berdasarkan
fenomena yang ada, dirasakan perlu untuk
1.
Ingin menganalisis pengaruh kurs,
melakukan penelitian lain yang mengkaji
inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang
mengenai pengaruh kurs, inflasi, tingkat
beredar, debt to equity dan asset
suku bunga SBI, jumlah uang beredar, debt
growth
to equity dan asset growth terhadap risiko
sama) terhadap risiko sistematis saham
sistematis saham pada perusahaan LQ-45.
pada perusahaan LQ-45.
Berdasarkan uraian diatas maka judul dari
2.
secara
simultan
(bersama-
Ingin menganalisis pengaruh kurs,
penelitian ini adalah Analisis Pengaruh
inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang
Perekonomian Makro dan Mikro Terhadap
beredar, debt to equity dan asset
Risiko Sistematis Saham :Studi Empiris
growth secara parsial (sendiri-sendiri)
Pada Perusahaan LQ-45 di Bursa Efek
terhadap risiko sistematis saham pada
Indonesia.
perusahaan LQ-45.
Rumusan Masalah Penelitian
Manfaat Penelitian
Terkait dengan beberapa hal di atas maka
Hasil
dapa
memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
dirumuskan
pertanyaan
penelitian
sebagai berikut :
penelitian
antara lain : 77
ini
diharapkan
dapat
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 1. Secara Teoritis
Teori Portofolio
Sebagai input dan bahan perbandingan
Konsep dari resiko portofolio pertama kali
mengenai
diperkenalkan oleh Markowitz (1950). Teori
konsep
pengetahuan
dan
teori
akuntansi
ilmu
keuangan,
portofolio
merupakan
teori
khususnya mengenai faktor-faktor yang
berhubungan
mempengaruhi risiko sistematis saham.
portofolio yang diharapkan dan tingkat risiko
2. Secara Praktis
portofolio
1) Investor
mengenai
yang
yang
dapat
pengembalian
diterima,
serta
menunjukkan cara pembentukan portofolio
Sebagai bahan pertimbangan bagi
yang optimal. Teori portofolio ini saling
investor
membuat
berkaitan dengan teori pasar modal yang
mengenai
berdasar pada pengaruh keputusan investor
pemilihan jenis saham perusahaan
terhadap harga sekuritas serta menunjukkan
dan waktu berinvestasi dengan tepat
hubungan yang seharusnya terjadi antara
di pasar modal Indonesia.
pengembalian dan risiko sekuritas jika
agar
keputusan
dapat
investasi
2) Regulator/Pemerintah
investor membentuk portofolio yang sesuai
Sebagai bahan pertimbangan bagi
dengan teori portofolio.
pemerintah
menentukan
Dalam membentuk suatu portofolio terdapat
mempengaruhi
permasalahan yakni terdapat banyak sekali
makroekonomi
kemungkinan portofolio yang dibentuk dari
kebijakan
dalam yang
variabel-variabel terkait pasar modal.
kombinasi aktiva beresiko yang tersedia di
3) Bursa Efek Indonesia
pasar. Portofolio yang dipilih oleh investor
Sebagai bahan pertimbangan bagi
adalah portofolio optimal. Portofolio optimal
para pialang yang bekerja di Bursa
ditentukan dengan menggunakan model
efek Indonesia dalam melakukan
Markowitx atau model indeks tunggal.
analisis saham.
Untuk menentukan portofolio yang optimal
4) Bagi Peneliti
dengan model-model ini yang pertama kali
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dibutuhkan adalah menentukan portofolio
dibermanfaat bagi semua pihak dan
optimal.
dapat
memberikan
bukti
empiris
mengenai analisis pengaruh faktor-
Risiko Sistematis Saham
faktor
Dalam melakukan investasi, investor selalu
yang
berpengaruh
terhadap
risiko sistematis.
memperhatikan
return
yang
diharapkan
dengan risiko yang harus ditanggung atas investasinya. Hubungan risiko dan return 78
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 yang
diharapkan
dari
suatu
investasi
return yang diharapkan pada suatu periode
merupakan hubungan searah dan linier.
tertentu tidak dapat direaliasikan.
Semakin besar risiko yang ditanggung, semakin besar pula tingkat return yang
Inflasi dan Risiko Sistematis Saham
diharapkan.
yang
Inflasi merupakan kenaikan harga-harga
investor
secara umum dan terus menerus untuk
Hubungan
menyebabkan
tidak
inilah semua
berinvestasi pada aset yang menawarkan
periode
tingkat return yang tinggi. Di samping
variabel makroekonomi yang dapat sekaligus
memperhatikan return yang tinggi, investor
menguntungkan
juga harus mempertimbangkan tingkat risiko
perusahaan. Pada dasarnya inflasi yang
yang harus ditanggung. Risiko ini timbul
tinggi tidak disukai oleh pelaku pasar modal
karena adanya ketidakpastian.
karena akan meningkatkan biaya produksi
Investor yang tidak terlalu menyukai risiko
yang akan berdampak buruk pada harga
akan menempatkan sebagian investasinya
produk yang dijual dan pendapatan. Namun
pada
SBI
disisi lain inflasi juga akan meningkatkan
(Sertifikat Bank Indonesia). Investasi pada
harga jual produk perusahaan tersebut. Jika
SBI dapat dikatakan tidak berisiko karena
margin pendapatan lebih tinggi daripada
Bank
margin
aset
risiko
Indonesia
rendah
dapat
seperti
dipastikan
akan
waktu
biaya
tertentu.
dan
maka
Inflasi
adalah
merugikan
perusahaan
suatu
akan
melunasi kewajibannya pada saat jatuh
memperoleh keuntungan dari inflasi tetapi
tempo.
hal sebaliknya yang lebih sering terjadi.
Karena
resikonya
yang
sangat
rendah, maka investasi pada SBI hanya dapat
Hooker (2004) menemukan bahwa tingkat
memberikan
inflasi
return
yang
relatif
kecil.
mempengaruhi
secara
signifikan
Investasi pada obligasi mempunyai risiko
terhadap harga saham. Makin tingginya
yang lebih tinggi, tetapi masih lebih rendah
inflasi
dibandingkan risiko saham. Investasi pada
perusahaan.
obligasi mempunyai risiko tidak dapat
perusahaan merupakan informasi yang buruk
dilunasi kewajibannya pembayaran bunga
bagi para investor di bursa saham sehingga
dan/atau
dapat mengakibatkan turunnya harga saham
pelunasan
obligasi
apabila
makin
menurunkan
profitabilitas
Turunnya
profitabilitas
perusahaan yang mengeluarkan obligasi
perusahaan
mengalami kesulitan keuangan. Sedangkan
menurunnya risiko yang akan ditanggung
investasi pada saham mempunyai risiko yang
oleh investor.
lebih tinggi lagi. Investasi pada saham mempunyai risiko yang tinggi dikarenakan
79
tersebut,
sehingga
akan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tingkat Suku Bunga SBI dan Risiko
Jumlah
Sistematis
Sistematis
Tingkat bunga merupakan alat penyimpan
Jumlah
kekayaan dan sebagai variabel penghubung
keseluruhan uang yang berada di tangan
antara pasar uang dan pasar barang atau
masyarakat. Semakin tinggi jumlah uang
harga dari penggunaan uang untuk jangka
beredar dalam masyarakat maka masyarakat
waktu tertentu. Kaum klasik berpendapat,
memiliki kelebihan dana untuk melakukan
bunga merupakan harga dari penggunaan
investasi. Jumlah uang beredar dengan
loanable funds atau harga yang terjadi di
pertumbuhan
pasar dana investasi dalam suatu periode
pengaruh positif terhadap ekonomi dan pasar
tertentu.
modal
Kenaikan
menyebabkan
suku
investor
bunga
Beredar
uang
beredar
yang
secara
dan
adalah
wajar
jangka
Risiko
nilai
memberikan
pendek.
Namun
berminat
pertumbuhan yang drastis akan memicu
melakukan investasi karena bunga pinjaman
inflasi yang tentunya memberikan pengaruh
yang harus dibayarkan menjadi lebih tinggi.
negatif terhadap pasar modal (Nugroho,
Pada kondisi ini investor lebih tertarik untuk
2008).
menyimpan dana di bank dan memperoleh
Jumlah uang beredar memiliki pengaruh
pendapatan dari bunga tabungan sehingga
terhadap risiko sistematik dimana jika
pasar
menarik.
jumlah uang beredar dalam masyarakat
Peningkatan suku bunga akan mendorong
cukup tinggi, maka terjadi peningkatan daya
peningkatan biaya pada perusahaan yang
beli masyarakat. Peningkatan daya beli yang
memiliki jumlah kewajiban yang besar.
didukung
Peningkatan biaya ini akan menurunkan laba
produk
perusahaan dan kemampuan perusahaan
pendapatan
untuk
dikarenakan
saham
menjadi
membagikan
menurunnya perusahaan mengurangi berinvestasi
kurang
akan
Uang
laba
tidak
dividen. dan
membagikan minat pada
Dengan
kemampuan dividen
investor perusahaan
oleh akan
peningkatan
penawaran
memberikan
tambahan
bagi
perusahaan.
produk
yang
Hal
ini
dihasilkan
perusahaan dapat diserap penuh oleh pasar.
akan
Dengan
meningkatnya
pendapatan
untuk
perusahaan maka perusahaan akan memiliki
tersebut
laba bersih yang ikut meningkat. Laba bersih
sehingga banyak investor yang melepaskan
yang
investasinya. Semakin banyak investor yang
mendorong terjadinya peningkatan terhadap
melepaskan atau menjual saham maka harga
dividen yang akan dibagikan kepada para
saham perusahaan tersebut akan turun dan
investor. Hal ini akan memancing investor
akhirnya berimbas pada penurunan return
untuk membeli saham perusahaan tersebut
serta risiko sistematik. (Kewal, 2011)
dengan 80
mengalami
maksud
peningkatan
untuk
akan
memperoleh
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 pembagian dividen. Tingginya permintaan
menunjukkan proporsi ekuitas yang
terhadap saham akan mendorong terjadinya
rendah untuk membiayai aktiva. (Ang,
peningkatan harga saham. Harga saham yang
1997).
meningkat akan mendorong peningkatan return ekspektasi investor sekaligus risiko
2. Asset Growth dan Risiko Sistematis
sistematik saham yang harus ditanggung
Variabel
investor.(Nugroho, 2008)
asset
growth
didefinisikan sebagai perubahan atau tingkat perubahan tahunan dari aktiva total. Asset Growth adalah rata-rata
1. Debt to Equity Ratio dan Risiko
pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila
Sistematis Salah satu proksi yang digunakan
kekayaan awal suatu perusahaan adalah
untuk mencerminkan financial leverage
tetap jumlahnya, maka pada tingkat
berpengaruh terhadap risiko sistematis
pertumbuhan asset yang tinggi berarti
adalah Debt to equity Ratio (DER). DER
besarnya kekayaan akhir perusahaan
merupakan komponen rasio leverage.
tersebut semakin besar, demikian pula
Rasio
sebaliknya.
ini
menunjukkan
kekuatan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban
Tingkat pertumbuhan asset yang
jangka pendek dan jangka panjangnya.
cepat menunjukkan bahwa perusahaan
Debt
menjelaskan
sedang melakukan ekspansi. Apabila
hubungan perbandingan total hutang
ekspansi ini mengalami kegagalan maka
terhadap total modal sendiri. Variabel
akan meningkatkan beban perusahaan
ini dirumuskan sebagai berikut :
untuk menutup pengembalian biaya
to
equity
ratio
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒉𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈
ekspansi yang pada akhirnya akan
DER = 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊 ………………
menyebabkan
(6) Debt
to
memberikan
equity
ratio
gambaran
tertagihnya
para investor menjual sahamnya di perusahaan tersebut karena minat dan harapan para pemodal turun. Hal ini
hutang
menyebabkan perubahan return saham
perusahaan. Semakin tinggi debt to equity
ratio,
ditanggung
maka
investor
risiko akan
itu
kurang prospektif maka menyebabkan
mengenai
sehingga dapat diberikan gambaran tidak
perusahaan
menjadi kurang prospektif. Apabila
dapat
struktur modal yang dimiliki perusahaan
risiko
nilai
yang besar yang berakibat pada beta
yang
saham perusahaan yang besar. Asset
semakin
Growth diprediksi akan mempunyai
tinggi. Debt to equity ratio yang tinggi
hubungan yang positif dengan beta 81
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 saham.
Asset
growth
menunjukkan
terhadap
risiko
sistematis
saham
pada
pertumbuhan per tahun pemakian aktiva.
perusahaan LQ-45. Penelitian ini termasuk
Asset
ke
growth
yang
tinggi
akan
dalam
jenis
penelitian
kausalitas,
berimplikasi pada tingkat resiko yang
penggolongan penelitian ditinjau dari sifat
tinggi pula. Hal ini dapat dijelaskan
eksplanasi
bahwa pemakaian aktiva yang tinggi
Eksplanasi ilmu adalah jenis penjelasan ilmu
akan memberikan tanggungan terhadap
yang dihasilkan dari suatu penelitian. Sifat
pengembalian investasi yang tinggi dan
eksplanasi ilmu dapat dibedakan menjadi
merupakan resiko yang tinggi apabila
penelitian
tidak
kausalitas komparatif. Penelitian kausalitas
dapat
menutup
pengembalian
investasi tersebut. (Muljono, 2002).
ilmu
(Ferdinand,
kausalitas
dan
2006).
penelitian
merupakan penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat antara beberapa konsep/variabel atau
Kurs (X1)
beberapa
strategi
yang
dikembangkan
manajemen. Penelitian ini mencari hubungan
Inflasi (X2)
sebab akibat antara indikator-indikator faktor
Risiko Sistem atis (Y)
SBI (X3) JUB (X4)
yang berpengaruh terhadap risiko sistematis pada perusahaan LQ-45.
DER (X5)
Jenis dan Sumber Data
AS (X6)
Jenis data penelitian termasuk ke dalam data
Gambar 2.1. Kerangka Teoritis
kuantitatif dengan periode pengamatan dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Sumber data
Hubungan Antara Tingkat Inflasi, Jumlah
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Uang Beredar, Tingkat Suku Bunga SBI,
data sekunder berupa data yang mendukung
Debt to Equity dan Asset Growth terhadap
variabel
Risiko Sistematis.
eksogen penelitian ini, yaitu : tingkat inflasi,
penelitian.
Data
dari
variabel
tingkat bunga SBI, kurs rupiah, Jumlah uang METODE PENELITIAN
beredar, DER dan Asset Growth.
Ruang Lingkup Penelitian
Data dari variabel endogen adalah risiko
Penelitian
ini
ingin
melihat
pengaruh
sistematis saham. Objek penelitian, yaitu
variabel-variabel makroekonomi yaitu kurs,
Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian dari
inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang
tahun 2006 sampai tahun 2012. Data
beredar, debt to equity dan asset growth
diperoleh dari informasi dan laporan dari 82
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia dan
tahun tersebut kondisi ekonomi dalam
Biro Pusat Statistik.
keadaan stabil, sedangkan pada tahun 2006 terjadi gejolak bursa saham yang
Populasi dan Sampel
menyebabkan Indonesia terkena dampak
Di Bursa Efek Indonesia terdapat berbagai
yang cukup signifikan yang dilanjutkan
perusahaan go public dalam berbagai bidang
dengan 2008 terjadi krisis global, 2010
usaha antara lain pertanian, pertambangan,
dengan adanya krisis eropa. Hal ini
industri dasar dan kimia, aneka industri,
menyebabkan harga saham berfluktuasi
industri barang konsumsi, property dan real
sehingga
estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi,
sampai 2012.
keuangan, perdagangan, jasa dan investasi.
Indonesia,
2006
periode 2006 sampai 2012.
perusahaan-
3. Perusahaan yang menjadi sampel adalah
perusahaan yang memenuhi kriteria ranking
perusahaan yang masuk dalam indeks
tinggi pada: (1) total transaksi, (2) nilai
LQ-45 minimal selama 6 kali selama
transaksi,
transaksi.
periode 2006 sampai dengan 2012.
Saham-saham ini lalu dikumpulkan menjadi
Pemilihan sampel ini diambil karena
satu dan disebut sebagai LQ45. Pada
risiko
penelitian ini perusahaan LQ45 dipilih
perusahaan-perusahaan
sebagai populasi.
perdagangan yang teraktif.
dan
dipilih
periode
2. Menerbitkan laporan keuangan selama
Dari sejumlah saham yang terdaftar di Bursa Efek
diambilnya
(3)
frekuensi
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
secara
purposive
yang
sampling
perusahaan
adalah
perusahaan
masuk
dalam
melakukan
dijadikan yang
indeks
sampel
dilihat
dari
mempunyai
yang stock
tidak split.
pernah
Stock
split
merupakan salah satu cara perusahaan
sahamnya
LQ-45
dapat
4. Perusahaan yang menjadi sampel adalah
berdasarkan kriteria-kriteria: 1. Perusahaan
saham
untuk
yang
meningkatkan
sahamnya
dengan
perdagangan melakukan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
pemecahan saham sehingga harga saham
periode 2006 sampai 2012. Alasan
menjadi rendah. Tujuan dari pemilihan
mengapa
2006
sampel ini adalah jika perusahaan
sampai dengan 2012 adalah karena pada
melakukan stock split maka harga saham
tahun
2005
perusahaan tersebut menjadi bias dan
Indonesia sedang melakukan perbaikan
tidak bisa mencerminkan risiko yang
dari
ditanggung.
diambilnya
2000
krisis
sampai
moneter
periode
dengan
yang
melanda
Indonesia pada tahun 1998 dan pada 83
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat 30
kuantitatif
dari
variabel-variabel
perusahaan yang menjadi sampel penelitian
mempengaruhi,
yang memenuhi kriteria yang diatas.
simultan terhadap beta saham. Alat bantu
secara
parsial
yang
maupun
yang digunakan dalam penelitian ini adalah software komputer program SPSS 13.0
Metode Pengumpulan Data Metode
pengumpulan
data
menggunakan teknik dokumentasi
dengan
(Statistical Package for Social Science).
yaitu
Pengujian
teknik pengumpulan data yang dilakukan
dilakukan
dengan
regresi
berganda dengan model sebagai berikut :
dengan cara mencatat data dari laporanlaporan yang ada dari beberapa sumber.
Y = bo+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+e
Sumber tersebut dapat berupa informasi atau
Dimana :
laporan dari Bursa Efek Indonesia, Bank
Y
= Risiko sistematis
Indonesia ataupun dari Biro Pusat Statistik.
X1
= Kurs
Data dari variabel kurs, inflasi, suku bunga
X2
= Inflasi
SBI dan jumlah uang beredar yang akan
X3
= tingkat suku bunga
diolah merupakan data bulanan dengan
X4
= jumlah uang beredar
melakukan metode interpolasi linier, data
X5
= debt to equity (DER)
dari variabel DER dan Asset Growth akan
X6
= Asset Growth
diambil
b1-b6 = koefisien regresi dari tiap-tiap
dari
laporan
keuangan
yang
diterbitkan oleh perusahaan setiap tahunnya
variabel independen
sedangkan
e
risiko
sistematis
akan
= error term.
menggunakan perhitungan model indeks Uji Asumsi Klasik
tunggal.
a. Pengujian Normalitas Data Teknik Analisis Data
Menurut Ghozali (2011) uji normalitas
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
bertujuan untuk menguji apakah dalam
mengetahui
antara
model regresi, variabel penggangu atau
variabel independen dan variabel dependen
residual memiliki distribusi normal. Uji t dan
dengan skala pengukuran atau rasio dalam
uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
sebuah persamaan linier, oleh karena itu
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi
dalam penelitian ini digunakan analisis
ini dilanggar maka uji statistic manjadi tidak
regresi linier berganda. Metode analisis
valid untuk jumlah sampel yang kecil. Uji
dalam penelitian ini menggunakan data
normalitas dilakukan dengan menggunakan
kuantitatif
Kolmogrov Smirnov Tes dengan ketentuan:
pengaruh
untuk
hubungan
memperkirakan
secara 84
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 1. Jika probabilitas > 0,05 maka data
jika
berdistribusi normal
berbeda
disebut
heteroskedastisitas
(Ghozali, 2011). Model regresi yang baik
2. Jika probabilitas < 0,05 maka data tidak
jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
berdistribusi nol
penelitian
ini
untuk
menguji
heteroskedastisitas dengan menggunakan uji b. Pengujian Multikolinieritas
park. Uji park mengemukakan metode
Menurut
Ghozali (2011) multikolinieritas
bahwa variance (S2) merupakan fungsi dari
bertujuan untuk menguji apakah model
variabel-variabel independen. Dasar analisis
regresi ditemukan adanya korelasi antar
dalam uji park, apabila koefisien parameter
variabel bebas (independen). Untuk menguji
untuk variabel independen dari persamaan
asumsi multikolonieritas digunakan VIF
regresi signifikan secara statistik hal ini
(Variance
menunjukkan bahwa dalam data model
Inflation
Factor).
Dasar
pengambilan keputusan:
empiris
1.)
Besarnya VIF dan tolerance
heteroskedastisitas
a) Mempunyai nilai VIF disekitar
parameter untuk variabel independen tidak
angka 1 nilai
tolerance
dan
terdapat
sebaliknya
jika
homoskedastisitas pada model tidak dapat
mendekati 1 Besarnya
diestimasi
signifikan secara statistik maka asumsi
b) Mempunyai
2.)
yang
korelasi
ditolak. antarvariabel
independen
d. Pengujian Hipotesis Statistik
Koefisien korelasi antarvariabel independen
Pengujian
haruslah lemah (dibawah 0,5) jika korelasi
memperhatikan dua pengujian, yaitu uji
kuat
parsial (uji t) dan uji Anova (uji F).
maka
terjadi
problem
multikolinieralitas.
a.
hipotesis
dilakukan
dengan
Uji Parsial (uji t) Untuk mengetahui seberapa besar
c. Pengujian Heteroskedastisitas
pengaruh variabel independen secara
Heteroskedastisitas adalah suatu situasi yang
individu diukur dengan menggunakan
menunjukkan setiap residual yang dibatasi
uji t statistik. Uji t adalah uji yang
oleh nilai tertentu merupakan nilai varians
digunakan untuk menguji hubungan
konstan. Uji heteroskedastisitas bertujuan
regresi secara parsial. Pengujian ini
menguji apakah dalam model regresi terjadi
dilakukan untuk mengukur tingkat
ketidaksamaan varians dari residual satu
signifikasi
pengamatan ke pengamatan lain tetap, yang
terhadap variabel terikat. Pengaruh
dapat disebut sebagai homoskedastisitas dan
hipotesis terhadap koefisien regresi 85
setiap
variabel
bebas
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
b.
secara parsial menggunakan uji t
memberikan hampir semua informasi
pada tingkat kesalahan α. Dasar
yang
pengambilan
memprediksikan
keputusan
dengan
dierlukan
untuk
variabel-variabel
melihat tingkat probabilitas.
dependen.
Jika probabilitas < 0,05 : H0 ditolak
koefisien
Jika probabilitas > 0,05 : H0 diterima
memiliki suatu kelemahan, yaitu
Uji anova (uji F)
terdapatnya
Untuk mengetahui seberapa besar
jumlah variabel independen yang
pengaruh
independen
dimasukkan kedalam model. Agar
terhadap variabel dependen. Uji F
terhindar dari bias tersebut, maka
adalah uji yang dilakukan untuk
digunakan nilai adjusted R2, dimana
membuktikan
variabel-
nilai adjusted R2 mampu naik atau
variabel bebas secara keseluruhan
turun apabila terjadi penambahan
terhadap variabel terikat pada analisis
satu variabel independen (Ghozali,
regresi. Pengujian dilakukan pada uji
2011).
variabel
pengaruh
Tetapi
penggunaan
determinasi
suatu
bias
tersebut
terhadap
F dengan tingkat keyakinan 95%.
c.
Dasar pengambilan keputusan dengan
HASIL
melihat tingkat probabilitas.
PEMBAHASAN
Jika probabilitas < 0.05 : H0 ditolak
Statistik Dekriptif
dan Ha diterima
Analisis deskriptif adalah analisis yang
Jika probabilitas > 0.05 : H0 diterima
menggambarkan suatu data yang akan dibuat
dan Ha ditolak
baik sendiri maupun secara kelompok.
Koefisien Determinasi (R2)
Tujuan analisis deskriptif untuk membuat
Koefisien
determinasi
(R2)
pada
PENELITIAN
DAN
gambaran secara sistematis data yang faktual
dasarnya mengukur seberapa jauh
dan
kemampuan
hubungan antar fenomena yang diselidiki
menerangkan
model
dalam
variabel
dependen.
akurat
mengenai
fakta-fakta
serta
atau diteliti.
Nilai koefisien determinasi adalah
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan
diantara nol dan satu. Nilai R2 yang
melakukan pengujian statisktik deskriptif
kecil memperlihatkan kemampuan
dapat diketahui karakteristik data penelitian
variabel
dalam
yang digunakan. Statistik deskriptif untuk
menjelaskan variabel-variabel sangat
masing-masing variabel, yaitu inflasi, kurs,
terbatas. Nilai yang mendekati satu
tingkat suku bunga BI, jumlah uang beredar,
independen
berarti variabel-variabel independen 86
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 DER, asset growth dan risiko sistematis
1,06302. Tingkat inflasi memiliki nilai
saham (beta) disajikan dalam Tabel 4.1.
minimum sebesar -0,96%, nilai maksimum sebesar 1,11%, mean sebesar -0,001% dan
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Ketera
N
ngan
deviasi standar sebesar 0,60690%. Kurs
Mini
Maksi
Me
Std.
mum
mum
an
Devi
memiliki nilai minimum sebesar -0,17, nilai maksimum sebesar 0,13, mean sebesar
ation Beta
Inflasi
Kurs
1
-
1,063
Jumlah
7
0,0
02
minimum sebesar -0,88, nilai maksimum
1
077
1
-3,24
memiliki
nilai
sebesar 0,71, mean sebesar 0,0019 dan deviasi standar sebesar 0,36209. Debt to
7
0,0
90
equity memiliki nilai minimum sebesar -
1
010 0,13
7
2,92, nilai maksimum sebesar 2,84, mean
0,0
0,071
sebesar 0,0085 dan deviasi standar sebesar
002
46
0,65556. Asset growth
1 JUB
beredar
0,606
-0,17
1,11
uang
-
1
-0,96
3,59
0,0002 dan deviasi standar sebesar 0,07146.
1
memiliki nilai
minimum sebesar -8,7, nilai maksimum -0,88
0,71
7
0,0
0,362
sebesar 8,96, mean sebesar 0,0008 dan
019
09
deviasi standar sebesar 1,05670.
0,0
0,655
Uji Asumsi Klasik
085
56
a. Pengujian Normalitas Data
1 DER
1
-2,92
2,84
7 1 AS
1
Uji normalitas bertujuan untuk menguji -08,7
7
8,96
0,0
1,056
apakah
008
70
pengganggu atau residual memiliki distribusi
dalam
model
regresi,
variabel
1
normal. Uji statistik yang digunakan untuk
Sumber : data diolah
menguji normalitas residual adalah uji statistik nonparametrik Kolmogorov-Smirnof
Berdasarkan data pada tabel di atas, terlihat
(K-S).
jumlah data penelitian sebanyak 171 data
normalitas
yang dikumpulkan per tahun selama 7 tahun
berdistribusi secara normal maka perlu
dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Beta
dilakukanya
saham memiliki nilai minimum sebesar -
menggunakan
3,24, nilai maksimum sebesar 3,59, mean
pengujian setelah dilakukannya tranformasi
sebesar -0,0077 dan deviasi standar sebesar
data tetap data tidak berdistribusi secara 87
Dalam
melakukan
terjadi
masalah
pengujian data
transformasi
data
logaritma
natural.
tidak
dengan Hasil
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 normal
sehingga
data
outlier
perlu
logaritma natural. Hasil pengujian setelah
dikeluarkan. Hasil pengujian menyatakan
dilakukannya tranformasi data tetap terjadi
bahwa data berdistribusi secara normal
multikolinearitas sehingga data outlier perlu
setelah data outlier dikelaurkan sebanyak 47
dikeluarkan.
data. Berikut ini hasil pengujian normalitas
Hasil pengujian setelah data outlier
dengan menggunakan Kolmogorof-Smirnof
dikeluarkan teryata masih menunjukkan
(K-S).
terjadinya multikolinearitas sehingga perlu mengeluarkan
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas Keterangan
Kolmogorov-
memiliki
BI. Setelah dikeluarkan variabel tingkat suku
Signifikansi
1,287
yang
kolerasi yang tinggi yaitu tingkat suku bunga
bunga BI hasil pengujian dinyatakan tidak
Smirnof (K-S) Residual
variabel
terjadi multikolinearitas. Berikut ini hasil
0,073
pengujian
Sumber : data diolah
multikolinearitas
setelah
dikeluarkannya variabel tingkat suku bunga. Berdasarkan Tabel 4.2, nilai signifikansi
Hasil
pengujian
multikolinieritas
sebesar 1,287 atau probabilitas diatas 5%
substruktur 1 terlihat pada Tabel 4.3.
pada
(0,073 > 0,05). Maka dapat disimpulkan data Tabel 4.3. Hasil Uji Multikoliearitas
residual berdistribusi normal.
Variabel
Tolerance
VIF
DIFF
0,472
2,117
DIFF (ln_kurs,1)
0,936
1,068
DIFF (ln_jub,1)
0,487
2,052
asumsi
DIFF (ln_der,1)
0,977
1,024
multikolonieritas digunakan VIF (Variance
DIFF (ln_AS,1)
0,938
1,066
Inflation Factor) dan nilai tolerance. Dasar
Sumber: data diolah
b. Pengujian Multikolinearitas
(ln_inflasi,1)
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi
(independen).
pengambilan
antar
Untuk
variabel menguji
keputusan
adalah
bebas
variabel
eksogen mempunyai nilai VIF disekitar
Pada Tabel 4.3 terlihat nilai Tolerance untuk
angka 1 dan mempunyai nilai tolerance
semua variabel eksogen mendekati angka 1
mendekati 1. Dalam melakukan pengujian
dan nilai VIF berada disekitar angka 1
multikolinearitas
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi
masalah
multikolinearitas
maka
diperlukannya
transformasi
dengan
menggunakan
data
terjadi masalah multikolinieritas.
88
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 versi 13.0. Dari tabel 4.5 persamaan regresi
c. Pengujian Heterokedastisitas Uji
heteroskedastisitas
bertujuan
untuk
sebagai berikut: Y = -0,005 – 0,163 DIFF(ln_infl,1) + 2,154
menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu
DIFF(ln_kurs,1)
–
0,369
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model
DIFF(ln_JUB,1)
–
0,276
regresi yang baik adalah homoskedastisitas
DIFF(ln_DER,1)
+
0,220
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam
DIFF(ln_AS,1)
model ini untuk menguji heteroskedastisitas Tabel 4.5. Hasil Persamaan Regresi
menggunakan uji park.
Model
zed
Tabel 4.4. Hasil Uji Heterokedastisitas Variabel
T-test
Signifikansi
DIFF(ln_inf,1)
-0,109
0,913
DIFF(ln_kurs,1)
0,537
0,592
DIFF(ln_JUB,1)
-1,486
0,139
DIFF(ln_DER,1)
1,729
0,086
DIFF(ln_AS,1)
1,342
0,181
Coeficients B
4.4
di
atas
menunjukkan
(Contants)
memiliki tingkat signifikan di atas 5% atau Variabel
independen
DIFF(ln_infl,1), DIFF(ln_JUB,1),
baik
DIFF(ln_kurs,1), DIFF(ln_DER,1),
T
di atas 0,05 atau signifikan pada tingkat 5%,
-
0,0
0,0
05
70
l,1)
0,1
0,8
63
70
0,187
1,131
-
DIFF(ln_ku
2,1
rs,1)
54
DIFF(ln_JU
-
B,1)
0,3
1,1
69
94
1,9
0,309
ER,1)
0,2
2,2
76
85
,1)
20
0,121
-
-
DIFF(ln_AS 0,2
0,944
0,385
0,059
05
DIFF(ln_D
hal ini berarti model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.
0,078
-
dan
DIFF(ln_AS,1) memiliki tingkat signifikan
-
Signifik ansi
DIFF(ln_inf
nilai
koefisien parameter untuk variabel eksogen
0,05.
Std.er ror
Sumber : data diolah
Tabel
Unstandardi
0,076
-
2,8
0,234
0,024
0,005
77
Sumber : data diolah
Hasil Persamaan Regresi Penelitian ini menggunakan analisis regresi
Hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa
berganda dengan bantuan program SPSS
variabel inflasi, jumlah uang beredar, debt to 89
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 equity
mempunyai
hubungan
yang
simultan dilakukan dengan uji F. Untuk
negatif/berlawanan dengan risiko sistematis
menentukan
saham. Sedangkan kurs dan asset growth
diterima/ditolak
mempunyai hubungan positif dengan risiko
pengambilan keputusannya. Jika tingkat
sistematis saham. Kontanta sebesar -0,005
signifikan < atau sama dengan 0,05 maka
menyatakan bahwa jika tidak ada variabel
hipotesis
inflasi, kurs, JUB, DER dan Asset growth
signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak.
maka risiko sistematis saham sebesar -0,005.
1.
Koefisien
-0,163
Hipotesis pertama dalam penelitian ini
setiap
menggunakan uji F. Dari pengujian tersebut
penambahan/kenaikan 1% tingkat inflasi
secara keseluruhan diperoleh hasil seperti
akan menurunkan beta saham sebesar 0,163.
yang terlihat pada tabel 4.6 bahwa F hitung
Koefisien kurs sebesar 2,154 menunjukkan
dari
bahwa setiap penambahan/kenaikan Rp. 1
serentak
kurs maka akan meningkatkan beta saham
signifikansi
sebesar
hipotesis pertama diterima.
inflasi
menunjukkan
sebesar bahwa
2,154.
Koefisien
jumlah
uang
apakah
suatu
maka
diterima
hipotesis
ada
namun
jika
dasar
tingkat
Hipotesis pertama
keempat
variabel
tersebut
secara
3,970
dengan
tingkat
adalah
sebesar
0.002
ini
berarti
beredar sebesar -0,369 menunjukkan bahwa setiap penambahan/kenaikan Rp.1 jumlah
Tabel 4.6. Hasil Uji F
uang beredar maka akan menurunkan beta
Keterangan
F
Signifikansi
saham sebesar 0,369. Koefisien debt to
Residual
3,970
0,002
equity sebesar -0,276 menunjukkan bahwa
Sumber : data diolah
setiap penambahan/kenaikan 1% DER maka akan menurunkan beta saham sebesar 0,276.
Berdasarkan hasil pengujian uji F maka
Demikian juga dengan koefisien dari asset
dapat
growth sebesar 0,220 menunjukkan bahwa
signifikan antara variabel-variabel inflasi,
setiap penambahan/kenaikan 1 asset growth
kurs, jumlah uang beredar, debt to equity dan
akan meningkatkan beta saham sebesar
asset growth terhadap risiko sistematis
0,220.
saham pada perusahaan LQ-45.
disimpulkan
ada
pengaruh
yang
2. Hipotesis Kedua Pengujian Hipotesis
Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan uji t. Uji t ini dapat dilihat dari
dillakukan
secara parsial dan simultan.
harga t-tabel dan nilai signifikansi. Harga t-
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan
tabel untuk df dengan jumlah sampel 171
dengan uji t, sedangkan hipotesis secara 90
kedua
dalam
penelitian
ini
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 adalah 1,9739.Dari tabel 4.7. didapat dari uji
tidak berpengaruh secara signifikan
t:
terhadap risiko sistematis saham. b. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung
Tabel 4.7. Hasil Uji t Variabel
DIFF(ln_infl,
dari variabel kurs adalah 1,905. Jadi
Standardi
t_te
Signifika
t-hitung
1,905<1,9739
kemudian
zed
st
nsi
pengujian ini juga bisa dilihat dari
Coefficie
tingkat signifikansi. Pada tabel 4.8.
nts Beta
didapat tingkat signifikansi 0,059
-0,093
-
yang teryata lebih besar dari 0,05.
0,385
0,87
Berdasarkan hasil pengujian yang
0
didapat disimpulkan bahwa kurs
DIFF(ln_kurs 0,145
1,90 0,059
tidak berpengaruh secara signifikan
,1)
5
terhadap risiko sistematis saham.
1)
DIFF(ln_JU
-1,194
B,1)
DIFF(ln_DE
-0,17
R,1)
DIFF(ln_AS,
0,218
1)
-
c. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung
0,234
1,19
dari variabel jumlah uang beredar
4
adalah
-
1,194.
Jadi
t-hitung
1,194<1,9739 kemudian pengujian
0,024
2,28
ini juga bisa dilihat dari tingkat
5
signifikansi. Pada tabel 4.8. didapat
2,87 0,005
tingkat
signifikansi
7
teryata
lebih
besar
0,234
yang
dari
0,05.
Berdasarkan hasil pengujian yang
Sumber: data diolah
didapat disimpulkan bahwa jumlah uang
a. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung
beredar
tidak
berpengaruh
dari variabel inflasi adalah 0,87. Jadi
secara signifikan terhadap risiko
t-hitung
sistematis saham.
0,87<1,9739
kemudian
pengujian ini juga bisa dilihat dari
d. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung
tingkat signifikansi. Pada tabel 4.8.
dari variabel debt to equity adalah
didapat tingkat signifikansi 0,385
2,285. Jadi t-hitung 2,285<1,9739
yang teryata lebih besar dari 0,05.
kemudian pengujian ini juga bisa
Berdasarkan hasil pengujian yang
dilihat dari tingkat signifikansi. Pada
didapat disimpulkan bahwa inflasi
tabel 4.8. didapat tingkat signifikansi 0,024 yang teryata lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian 91
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 yang didapat disimpulkan bahwa debt
dari bias tersebut, maka digunakan nilai
to equity (DER) berpengaruh secara
adjusted R2, dimana nilai adjusted R2 mampu
signifikan terhadap risiko sistematis
naik atau turun apabila terjadi penambahan
saham.
satu
e. Dari tabel 4.8. diatas didapat t-hitung
variabel
independent.
Hasil
dari
koefisien determinasi :
dari variabel asset growth adalah 2,877. Jadi t-hitung 2,877<1,9739
Tabel 4.8. Hasil Koefisien Determinasi
kemudian pengujian ini juga bisa
Model
R2
dilihat dari tingkat signifikansi. Pada
1
0,054
tabel 4.8. didapat tingkat signifikansi
Sumber : data diolah
0,005 yang teryata lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil pengujian
Pada tabel 4.8. didapat nilai R2 sebesar 0,054
yang didapat disimpulkan bahwa
yang menjelaskan bahwa sebesar 5,4%
asset growth berpengaruh secara
variasi dari beta saham dijelaskan oleh
signifikan terhadap risiko sistematis
variabel inflasi, kurs, jumlah uang beredar,
saham.
debt to equity dan asset growth, sedangkan sisanya sebesar 94,6% dijelaskan oleh faktor
Koefisien Determinasi
diluar model. 2
Koefisien determinasi (R ) pada dasarnya mengukur seberapa jauh kemampuan model
Analisis Ekonomi
dalam menerangkan variabel dependen. Nilai
Perkembangan pasar modal sangat
koefisien determinasi adalah diantara nol dan
dipengaruhi
satu. Nilai R2 yang kecil memperlihatkan
suatu
kemampuan
dalam
perkembangan
sangat
dipengaruhi
menjelaskan
variabel
independen
variabel-variabel
oleh
negara
kondisi
perekonomian
termasuk pasar
oleh
Indonesia
modal
Indonesia
kondisi
perekonomian
kondisi
perekonomian
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
Indonesia.
Jika
variabel-variabel independen memberikan
Indonesia
dalam
hampir semua informasi yang dierlukan
perkembangan pasar modal menunjukkan
untuk
prospek yang baik. Hal ini tercermin dari
memprediksikan
dependen. determinasi
Tetapi
variabel-variabel
penggunaan
tersebut
koefisien
memiliki
kondisi
stabil
maka
perkembangan indeks harga saham gabungan
suatu
(IHSG)
yang
ada
di
bursa
efek.
kelemahan, yaitu terdapatnya suatu bias
Perkembangan
terhadap jumlah variabel independen yang
gabungan (IHSG) sangat tergantung dari
dimasukkan kedalam model. Agar terhindar 92
indeks
harga
saham
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 ketertarikan
para
menginvestasikan dimana
investor
modalnya
semakin
di
banyak
dalam
Suardana (2006) suku bunga merupakan alat
saham,
untuk menekan inflasi. Dengan naiknya suku
investor
bunga
diharapkan
pemilik
uang
akan
menanamkan modalnya di pasar modal maka
menabungkan uangnya di bank. Uang akan
harga saham akan semakin tinggi sehingga
masuk ke dalam kas bank umum. Hal itu
indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
berarti jumlah uang yang beredar akan
dihasilkan juga mengalami kenaikan.
berkurang. Berkurangnya jumlah uang yang
Sebelum pasar
modal
melakukan para
investasi
investor
di
beredar akan dapat meredakan inflasi.
seharusnya
Inflasi merupakan kenaikan harga-
melakukan analisis ekonomi karena analisis
harga secara umum dan berlangsung terus
ekonomi
menerus
merupakan
analisis
berbagai
untuk
jangka
waktu
tertentu.
indikator yang biasanya digunakan oleh
Umumnya inflasi terjadi karena masyarakat
pengambil
dalam
bidang
terlalu
tingkat
inflasi,
kelangkaan. Apabila terjadi inflasi yang
kurs,tingkat suku bunga SBI, dan berbagai
terlalu tinggi maka menyebabkan daya beli
indikator perekonomian lainnya. Karena
masyarakat menurun, untuk mengatasi hal
perekonomian yang baik secara umum
ini pemerintah akan mengeluarkan kebijakan
menunjukkan tingkat perbaikan kesejateraan
moneter. Kebijakan moneter yang paling
masyarakat yang biasanya diikuti dengan
umum dikeluarkan oleh pemerintah untuk
peningkatan kegiatan pasar modal. Dengan
mengatasi
perekonomian yang baik maka risiko yang
meningkatkan suku bunga. Peningkatan suku
ditanggung oleh investor akan kecil. Dalam
bunga ini bertujuan untuk menarik minat
melakukan investasi kecenderungan investor
masyarakat
menginginkan tingkat pengembalian yang
tabungan, deposito, maupun SBI. Dengan
tinggi dengan risiko yang rendah, tetapi pada
demikian diharapkan kebiasaan konsumtif
kenyataannya tingkat pengembalian yang
masyarakat dapat menurun dan inflasi
tinggi akan juga meningkatkan risiko yang
kembali stabil.
perekonomian
kebijakan seperti
harus ditanggung oleh investor.
konsumtif
inflasi
untuk
sehingga
adalah
berinvestasi
terjadi
dengan
pada
Peningkatan suku bunga yang terlalu
Dalam pengujian ini ada 1 variabel
tinggi juga dapat memberikan dampak buruk
makro yang dibuang karena adanya kolerasi
bagi perekonomian suatu negara. Apabila
yang kuat dengan variabel lain khususnya
suku bunga terlalu tinggi maka masyarakat
inflasi dan jumlah uang beredar. Berdasarkan
akan cenderung menginvestasikan uangnya
teori yang ada memang ada kolerasi antara
pada bank daripada melakukan kegiatan
inflasi dan tingkat bunga BI. Menurut
ekonomi. 93
Hal
ini
akan
menyebabkan
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 terjadinya deflasi atau penurunan harga-
deposito, maupun SBI. Penurunan suku
harga
akan
bunga SBI ini akan menurunkan minat
ekonomi
masyarakat untuk berinvestasi pada SBI dan
menjadi lambat dan tidak mampu menarik
pada akhirnya jumlah uang beredar kembali
minat investor untuk berinvestasi. Dengan
meningkat.
secara
umum.
mengakibatkan
Deflasi
pertumbuhan
demikian terdapat hubungan yang saling
Setelah dibuangnya 1 variabel makro
mempengaruhi antara inflasi dan suku bunga
yaitu tingkat suku bunga SBI maka diperoleh
SBI dan merupakan hubungan yang positif.
bahwa inflasi, kurs dan jumlah uang beredar
Sedangkan adanya hubungan antara
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat bunga SBI dan jumlah uang beredar
beta saham sedangkan variabel mikro yaitu
sesuai dengan teori dan penelitian yang
debt to equity dan asset growth berpengaruh
dilakukan oleh Paul dan Maurice (2005)
secara signifikan terhadap beta saham. Hasil
dimana kenaikan tingkat penawaran uang
yang diperoleh berbeda dengan penelitian
akan menurunkan suku bunga, sedangkan
sebelumnya.
penurunan tingkat penawaran uang akan
(2008) menemukan bahwa tingkat suku
meningkatkan suku bunga. Apabila suku
bunga
bunga SBI mengalami peningkatan maka
terhadap beta saham sedangkan tingkat
masyarakat
berpengaruh
secara
dan
Ulum
signifikan
cenderung
melakukan
likuiditas tidak berpengaruh terhadap beta
kegiatan
konsumtif.
saham.
yang
dilakukan
menemukan bahwa kurs dan tingkat bunga
masyarakat pada SBI akan menurunkan
SBi berpengaruh terhadap beta saham. Ocran
jumlah uang beredar yang ada didalam suatu
(2010) menemukan bahwa perekonomian
negara.
makro di Ghana tidak berpengaruh terhadap
investasi Kegiatan
akan
Makaryanawati
daripada investasi
Haryanto
dan
Riyatno
(2007)
Jumlah uang beredar juga dapat
beta saham. Hamzah (2005) menemukan
mempengaruhi suku bunga Sertifikat Bank
bahwa kurs dan PBD berpengaruh terhadap
Indonesia.
beta saham.
Apabila
pemerintah
menilai
bahwa jumlah uang beredar yang ada di masyarakat menggerakkan
terlalu
Dalam penelitian ini variabel makro
sedikit
untuk
yang diwakili oleh inflasi, kurs, dan jumlah
perekonomian,
maka
uang
yang
beredar
tidak
signifikan
pemerintah akan mengeluarkan kebijakan
berpengaruh
terhadap
risiko
sistematis
moneter. Salah satu kebijakan moneter
saham dikarenakan investor Indonesia tidak
adalah menurunkan suku bunga. Penurunan
menyukai risiko dalam berinvestasi. Ketika
suku bunga ini akan dialami oleh hampir
adanya kenaikan inflasi, kurs dan jumlah
seluruh produk perbankan baik tabungan,
uang beredar cenderung investor tidak 94
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 tertarik berinvestasi di pasar modal karena
perusahaan.
risiko yang harus ditanggung oleh investor
melalui hutang peningkatkan tersebut terjadi
juga tinggi. Hasil penelitian ini sejalan
akibat dari efek tax deductible, artinya
dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan yang
Tandelilin (1997) dimana variabel makro
membayar bunga pinjaman yang dapat
tidak berpengaruh terhadap beta saham
mengurangi penghasilan kena pajak dan
dikarenakan periode, sampel yang diambil
dapat memberi manfaat bagi pemegang
dan kondisi ekonomi yang sedang stabil.
saham. Selain itu, penggunaan dana ekstenal
Dalam berinvestasi selain melihat
Apabila
pendanaan
didanai
memiiki hutang akan
akan menambah pendapatan perusahaan
dari sisi makro investor juga harus melihat
yang
dari sisi mikro perusahaan, karena ketika
kegiatan investasi yang menguntungkkan
kondisi perusahaan dalam kondisi yang tidak
bagi perusahaan. Sehingga dapat dikatakan
baik maka akan meningkatkan risiko yang
bahwa debt to equity berpengaruh signifikan
harus ditanggung oleh investor. Dalam
dengan arah yang negatif terhadap risiko
penelitian ini variabel mikro yang diambil
sistematis saham dimana jika debt to equity
diwakili oleh debt to equity dan asset growth
meningkat 1% maka akan menurunkan risiko
dimana hasil yang didapat bahwa debt to
sistematis sebesar 0,27 atau 27%. Koefisien
equity
berpengaruh
ini relatif kecil karena seharusnya debt to
terhadap risiko sistematis saham. Hasil
equity berpengaruh positif terhadap risiko
penelitian ini memiliki koefisien sebesar
sistematis, dimana rasio DER tinggi maka
27,6% dimana angka ini relatif kecil debt to
akan meningkatkan risiko yang ditanggung
equity berpengaruh signifikan dengan arah
oleh investor. Hal ini juga bisa dilihat dari
yang negatif terhadap risiko sistematis
trend data dan berhubungan dengan kondisi
saham.
dengan
ekonomi yang ada. Dari trend data pada
penelitian sebelumnya dimana debt to equity
tahun 2008 pada saat kondisi ekonomi
berpengaruh positif terhadap beta saham.
sedang tidak stabil. Dimana pada tahun
Dalam penelitian ini didapat bahwa debt to
tersebut terjadi krisis global dan trend data
equity memiliki hubungan yang negatif dan
rasio DER perusahaan meningkat.
dan
asset
Penelitian
growth
ini
berbeda
nantinya
akan
digunakan
untuk
berpengaruh signifikan terhadap beta saham.
Asset growth menunjukkan rata-rata
Debt to equity menunjukkan kemampuan
pertumbuhan kekayaan perusahaan, dimana
perusahaan
kemampuan perusahaan dalam mengolah
untuk
memenuhi
kewajiban
jangka panjang dan pendeknya. Menurut
asset
Komariah, Julenah dan Chuderi (2011)
menunjukkan sebesar 22% asset growth
dimana pendanaan dapat meningkatkan nilai
berpengaruh terhadap beta saham. Koefisien 95
perusahaan. dalam
penelitian ini
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 asset growth ini relatif kecil, dikarenakan
SIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhan asset yang tinggi akan menbuat
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
investor percaya terhadap perusahaan dalam
yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
mengembangkan bisnisnya tetapi dalam
penelitian ini mengambil beberapa simpulan
penelitin ini dihasilkan asset growt memiliki
yang
hubungan yang positif terhadap beta saham.
permasalahan, simpulan dari penelitian ini
Koefisien asset growth ini relatif kecil. Hal
yaitu :
ini sejalan dengan teori yang ada,dimana
1.
ditujukan
untuk
menjawab
Tingkat inflasi, kurs, jumlah uang
asset growth yang tinggi akan berimplikasi
beredar,
pada tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini
berpengaruh secara serentak terhadap
dapat dijelaskan bahwa pemakaian aktiva
risiko sistematis saham.
yang tinggi akan memberikan tanggungan
2.
DER
dan
asset
growth
Tingkat inflasi, kurs, dan jumlah uang
terhadap pengembalian investasi yang tinggi
beredar tidak berpengaruh terhadap
dan merupakan resiko yang tinggi apabila
risiko sistematis saham sedangkan DER
tidak dapat menutup pengembalian investasi
dan asset growth berpengaruh terhadap
tersebut. (Muljono, 2002).
risiko
cepat
sistematis
saham.
Dapat
Tingkat pertumbuhan asset yang
disimpulkan bahwa variabel makro yang
menunjukkan
diatur oleh kebijakan pemerintah tidak
sedang
bahwa
melakukan
melakukan
perusahaan
ekspansi.
ekspansi
perusahaan
Dalam
bepengaruh terhadap risiko karena pada
harus
dasarnya kebijakan pemerintah telah
menanggung 2 risiko yaitu ekspansi yang
diumumkan
dilakukan
yang
pemerintah dan dapat dilihat trend
dilakukan tidak berhasil. Jika ekspansi yang
pergerakannya oleh investor sehingga
dilakukan berhasil maka perusahaan akan
investor
tetap bertahan sedangkan jika ekspansi yang
ketidakstabilan kondisi ekonomi dan
dilakukan gagal maka akan meningkatkan
menarik sahamnya dibursa efek. Hal ini
biaya perusahaan yang tinggi dan berakibat
disebabkan karena investor di Indonesia
kepada risiko yang harus ditanggung oleh
tidak tertarik dengan risiko yang tinggi.
investor juga tinggi. hasil pengujian ini
sedangkan variabel mikro perusahaan
didukung oleh penelitian yang dilakukan
yang diwakili oleh DER dan asset
oleh Tandelilin (1997) dimana variabel
growth
mikro
sistematis. Debt to equity berpengaruh
berhasil
perusahaan
berpengaruh
dan
ekspansi
(faktor
terhadap
fundamental)
risiko
sistematis
terlebih
telah
dahulu
siap
oleh
dengan
berpengaruh terhadap risiko
signifikan dan memiliki arah yang
saham.
negatif 96
terhadap
risiko
sistematis
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 dikarenakan
pendanaan
dapat
variabel mikro berpengaruh terhadap
meningkatkan nilai perusahaan. Apabila
risiko sehingga sebaiknya ditambah
pendanaan
variabel
didanai
melalui
hutang
mikro
peningkatkan tersebut terjadi akibat dari
mengambarkan
efek tax deductible, artinya perusahaan
ditanggung investor.
yang memiiki hutang akan membayar
3.
yang
risiko
dapat
yang
akan
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya
bunga pinjaman yang dapat mengurangi
menambahkan variabel makro yang lain
penghasilan kena pajak dan dapat
seperti
memberi manfaat bagi pemegang saham.
pengumuman kebijakan pemerintah, dan
Selain itu, penggunaan dana ekstenal
harga emas karena dalam penelitian ini
akan menambah pendapatan perusahaan
semua variabel makro tidak berpengaruh
yang nantinya akan digunakan untuk
terhadap risiko sistematis dan peneliti
kegiatan investasi yang menguntungkan
selanjutnya
bagi
semakin
periode penelitian yang dikhawatirkan
yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian
ditanggung semakin kecil. Perusahaan
seperti krisis ekonomi yang melanda
yang memiliki asset yang banyak dapat
Indonesia.
perusahaan,
tinggi
DER
sehingga
maka
risiko
Produk
harus
Domestik
Bruto,
memperhatikan
juga meningkatkan risiko yang akan ditanggung
oleh
investor
DAFTAR PUSTAKA
jika
perusahaan tidak dapat menggunakan
Auliyah dan Hamzah,Ardi. 2006. Analisa
asset tersebut dan gagal melakukan
Karakter Perusahaan, Industri dan
ekspansi.
Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek
Saran
Jakarta.
1.
Varibel makro dan mikro berpengaruh
Akuntansi IX Padang Agustus 2006
secara
hal 1-16.
signifikan
terhadap
risiko
sistematis tetapi memiliki koefisien determinasi
yang
kecil
sehingga
Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia Jakarta.
mempengaruhi risiko. Variabel
makro
terhadap
risiko
tidak
Nasional
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar : Pasar
perlunya mencari varibael lain yang
2.
Simposium
Dornbusch, R., Fischer, S., and Richard berpengaruh
sistematis
Starz. 2008. Makro Ekonomi.
sehingga
Terjemahan oleh : Roy Indra
perlunya memasukan variabel lain yang
Mirazudin, SE. PT Media Global
berpengaruh terhadap risiko. Sedangkan
Edukasi, Jakarta. 97
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Fabozzi, EJ. and Francis, J.C. 1996. Capital
Returns: A Bayesian Model Selection
Market and Institution and
Approach. Emerging Markets Review
Instrument. Upper Saddle River New
5:379-387.
Jersey.
Kewal, Suramaya Suci. 2011. Pengaruh
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode
Tingkat
Inflasi,
Suku
Bunga
Penelitian Manajemen (Edisi 1). BP
Sertifikat Bank Indonesia, Kurs dan
Undip. Semarang.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto
Frank, J, Fabozzi, franco, Modigliani dan G,
Terhadap Harga Saham Sektoral dan
Michael, Ferri. 1999. Pasar dan
Indeks Harga Saham Gabungan di
Lembaga Keuangan.
Bursa Efek Indonesia. Tesis Sarjana
Buku Satu.
Jakarta. Salemba Empat.
S2 Universitas Sriwijaya. Program
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Studi Magister Sains. Universitas
Multivariat dengan Program SPSS.
Sriwijaya, Palembang.
Badan Penerbit Universitas
Komariah, Julenah, Chudori. 2011. Return
Diponegoro, Semarang. Hamzah,Ardi,
2005,
Analisa
Saham, Ekonomi
Inflasi,
Kepemilikan
dan
Struktur
Terhadap
Makro, Industri dan Karakteristik
Investasi.
Perusahaan terhadap Beta Saham
Perbankan.
Syariah,
September2011 hal 376-391.
Simposium
Nasional
Akuntansi VIII Solo September 2005
Krugman,Paul R.
hal 367-378.
Suku
Keuangan
Vol
15
No.
dan 3
dan Maurice Obstfeld.
2005. Ekonomi Internasional Teori
Haryanto, M.Y Dedi dan Riyatno. 2007. Pengaruh
Jurnal
Risiko
Bunga
dan Kebijakan. Edisi kelima, jilid
Sertifikat
kedua, Penerbit Indeks. Jakarta.
Bank Indonesia dan Nilai Kurs
Makaryanawati dan Ulum, Misbachul. 2009.
terhadap Risiko Sistematik Saham
Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan
Tingkat
dan Bisnis Vol 5 No 1 Maret 2007
terhadap Risiko Investasi Saham
hal 24-40.
yang Terdaftar pada Jakarta Islamic
Husnan,Suad.
2001.
Dasar-dasar
Teori
Kedua.
AMP
Perusahaan
Index, Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun
Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
Likuiditas
14 No 1 Maret 2009 hal 49-59.
YKPN.
Muljono. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang
Yogyakarta.
Mempengaruhi
Hooker, Mark A. 2004. Macroeconomic
Dalam
Factors and Emerging Market Equity
Risiko
Industri
Sistematis
Barang-Barang
Konsumsi Pada Bursa Efek Jakarta. 98
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tesis
Sarjana
S-2
Universitas
Sukirno, Sadono. 2004, Makroekonomi Teori
Diponegoro. Magister Manajemen.
Pengantar, edisi ketiga, PT, Grafindo
Universitas Diponegoro Semarang.
Persada, Jakarta.
Mutia, Evi dan Muhammad, Arfan. 2010.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS :
Analisis Pengaruh Deviden Payout
Statistik Non Parametrik. PT Elex
Ratio dan Capital Structure Terhadap
Media Komputindo, Jakarta.
Beta Saham : (Studi Pada Saham
Sufiyati dan Ainun Na’im. 1998. Pengaruh
Syariah dan Saham Non Syariah
Leverage Operational dan Leverage
Perusahaan Non Keuangan di Bursa
Finansial Terhadap Risiko Sistematis
Efek
Saham : Studi Pada Perusahaan
Indonesia).
SNA
XIII
Purwokerto 2010.
Publik di BEJ. Jurnal Ekonomi dan
Nanga, Muana. 2001. Makroekonomi, Edisi
Bisnis Indonesia 1998, vol 13, No3,
1. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
57-69.
Nachrowi, D.N, dan Usman, Hardius. 2006. Pendekatan
Populer
Ekonometrika
dan
Susanto,Yudhistira. 2002. Sinyal Positif dari
Praktis
Untuk
Lantai Bursa. Investor No.53/IV.
Analisis
Jakarta.
Ekonomi dan Keuangan. Fakultas Ekonomi
Universitas
Tandelilin, Eduardus. 1997. Determinants if
Indonesia,
Systematic Risk : The Experience of
Jakarta.
Some
Nugroho,Heru. 2008. Analisis Pengaruh
Uang
Beredar
Common
Stock,
Kelola, No. 16/IV, 101-114.
Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Jumlah
Indonesia
Tandelilin,
terhadap
Eduardus.
2001.
Analisis
Investasi dan Manajemen Portofolio.
Indeks LQ45 (Studi Kasus Pada BEI
BPFE Yogyakarta, Yogyakarta.
Periode 2002-2007). Tesis Sarjana S-
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan
2 Magister Manajemen, Program
Investasi : Teori dan Aplikasi. Edisi
Studi
1. Kanisius, Yogyakarta.
Magister
Manajemen
Universitas Diponegoro, Universitas
Tjahjawandita,Ari
Diponegoro Semarang. Ocran,Karl.
2010.
Systematic
Of
Submitted
Departement
of
2005.
The
Dollar Amerika Serikat Melalui Suku
Companies
Bunga SBI, Sosiosains, Oktober hal
Listed On The Ghana Stock Exhange. Dissertation
Dumairy.
Pengendalian Kurs Rupiah Terhadap
Measuring
Risk
dan
to
639-656.
The
Umar,Husein. 2003, Riset Bisnis, Cetakan
Business
kedua, PT, Gramedia Pustaka Utama,
Administration, Ashesi University.
Jakarta. 99
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Widjaja,Emilia. 2004. Analisis Pengaruh Inflasi
terhadap
Tingkat
Risiko
Saham (Studi Kasus Pada SahamSaham Kategori LQ45 Tahun 20012002). Atma nan Jaya Januari-Juni 2004 hal 55-67. Yamin,Sofyan dan Kurniawan, Heri. 2009. SPSS
Complete
Teknik
Analisis
Statistik Terlengkap. Salemba Empat. Jakarta. Bank Indonesia. Bank Central Republik Indonesia. Online. www.bi.co.id. 14 Maret 2013. Saham Ok. Realistis Berinvestasi Saham di Bursa
Efek
Indonesia.
Online.
www.sahamok.com. 12 April 2013.
100