JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014
PENGARUH PENGALAMAN KERJA, SKEPTISME PROFESIONAL DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP KEMAMPUAN AUDITOR DALAM MENDETEKSI FRAUD (STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI DIY) Eko Ferry Anggriawan Prodi Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman kerja, skeptisme profesional dan tekanan waktu terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor independen di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 133 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Jumlah sampel yang terkumpul adalah 45 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah covenience sampling. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1) Pengalaman Kerja berpengaruh positif terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud. 2) Skeptisme Profesional berpengaruh positif terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud. 3) Tekanan Waktu berpengaruh negatif terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud. 4) Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional dan Tekanan Waktu secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud. Kata Kunci: Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional, Tekanan Waktu, Kemampuan Auditor, Mendeteksi Fraud. Abstract: The purpose of the research is to know about work experience, professional skepticism and time pressure towards auditor’s ability to detecting fraud. The population in this research are all independent auditor in DIY. Data collection techniques in this study is using questionnaires. The type of this research is a causal comparative. The number of samples collected was 45 people, sampling technique was used convenience sampling. These results indicate that: 1) work experience have positive effect towards auditor’s ability to detecting fraud. 2) professional skepticism have positive effect towards auditor’s ability to detecting fraud . 3) time pressure have negative effect towards auditor’s ability to detecting fraud . 4) work experience, professional skepticism and time pressure have the effect towards auditor’s ability to detecting fraud. Keywords: Work Experience, Professional Skepticism, Time Pressure, Auditor’s Ability, Detecting Fraud.
101
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 kesenjangan atau expectation gap antara
PENDAHULUAN Salah satu peran auditor eksternal
pemakai jasa auditor yang berharap agar
adalah untuk memberikan keyakinan kepada
auditor dapat memberi keyakinan bahwa
pihak yang berkepentingan bahwa laporan
laporan keuangan yang disajikan tidak
keuangan telah disusun sesuai standar yang
mengandung
berlaku serta mencerminkan keadaan yang
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
sebenarnya atas suatu entitas bisnis. Selain itu
peran
auditor
memastikan
eksternal
laporan
saji
dan
telah
Setiap auditor memiliki kemampuan
adalah
keuangan
salah
yang berbeda dalam mendeteksi kecurangan
tidak
disebabkan
karena
beberapa
faktor,
mengandung salah saji (misstatement) yang
misalnya tingkat pengalaman auditor yang
material
oleh
berbeda, sikap skeptis yang berbeda dan
(fraud).
situasi yang harus dihadapi auditor dalam
baik
kekeliruan Menurut
yang
atau
disebabkan
kecurangan
standar
audit,
faktor
yang
bekerja yaitu adanya tekanan waktu.
membedakan kekeliruan dan kecurangan
Menurut Sucipto (2007) pengalaman
adalah tindakan yang mendasarinya, apakah
adalah
kesalahan pada laporan keuangan terjadi
diperoleh dari suatu peristiwa melalui
karena
atau
pengamatan langsung maupun berpartisipasi
tindakan yang tidak disengaja. Peran auditor
dalam peristiwa tersebut. Pengalaman akan
adalah
mempengaruhi sensitivitas auditor terhadap
tindakan
yang
memeriksa
disengaja
laporan
keuangan
tersebut sehingga pemakai laporan keuangan
pengetahuan atau keahlian yang
isyarat-isyarat kecurangan.
akan percaya bahwa laporan keuangan
Seseorang
tersebut tidak akan menyesatkan mereka
auditor
dengan
jam
terbang yang tinggi serta biasa menemukan
Kecurangan atau fraud semakin
fraud dimungkinkan lebih teliti dalam
marak terjadi dengan berbagai cara yang
mendeteksi fraud dibanding auditor dengan
terus berkembang sehingga kemampuan
jam terbang yang rendah. Auditor yang
auditor dalam mendeteksi kecurangan juga
berpengalaman
harus terus ditingkatkan, bagaimanapun juga
mampu
auditor
mampu
bahkan mencari penyebab dari munculnya
mendeteksi kecurangan seandainya terjadi
kecurangan-kecurangan tersebut. Noviyani
kecurangan
tugas
dan Bandi (2002), menyebutkan bahwa
auditnya. Masalah yang timbul adalah
auditor yang berpengalaman akan memiliki
auditor juga memiliki keterbatasan dalam
pengetahuan
mendeteksi
kecurangan yang lebih banyak sehingga
dimiliki
dituntut
dalam
untuk
tetap
melaksanakan
fraud. Keterbatasan yang auditor
akan
menyebabkan
adalah
mendeteksi,
tentang
auditor
yang
memahami
dan
kekeliruan
dan
akan menghasilkan kinerja yang lebih baik 102
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan
suatu
dibandingkan dengan auditor yang tidak
diperolehnya dan juga mempertimbangkan
berpengalaman.
kecukupan dan kesesuaian bukti yang
Kecurangan atau fraud itu sendiri
pernah
terjadinya
mengalami
kecurangan,
atau
bukti
yang
telah
diperoleh.
frekuensi terjadinya jarang dan tidak semua auditor
asersi
Skeptisme auditor yang rendah akan
kasus
menyebabkan auditor tidak akan mampu
sehingga
mendeteksi
adanya
kecurangan
karena
pengalaman auditor yang berkaitan dengan
auditor percaya begitu saja terhadap asersi
kecurangan atau fraud tidak banyak. Auditor
yang
dengan pengalaman yang minim atau belum
mempunyai bukti pendukung atas asersi
pernah menemukan fraud akan lebih sulit
yang
untuk
fraud
profesional yang dimiliki auditor tinggi,
dengan
kemungkinan terjadinya kecurangan yang
pengalaman banyak dan sudah pernah
tidak terdeteksi semakin kecil. Semakin
menangani kasus fraud. Auditor junior atau
skeptis
magang tentunya pengalaman yang dimiliki
kemampuan untuk mendeteksi kecurangan
masih sangat minim, namun sebagai seorang
juga
auditor mereka juga diwajibkan untuk
menimbulkan masalah karena tanggung
mampu mendeteksi adanya fraud walaupun
jawab auditor untuk mampu mendeteksi
tanggung
jawab
fraud
dibanding
auditor
mampu
dibandingkan
merupakan
mendeteksi
dengan
auditor
mereka senior.
faktor
lebih
kecil
Pengalaman
penting
diberikan
tersebut.
seorang
semakin
manajemen
Jika
sikap
auditor
tinggi.
tanpa
skeptisme
kemungkinan
Perbedaan
ini
adalah sama walaupun tingkat
skeptisme mereka berbeda.
yang
Tekanan
waktu
adalah
ciri
mempengaruhi kemampuan auditor dalam
lingkungan yang biasa dihadapi auditor.
mendeteksi kecurangan. Pengalaman akan
Sososutikno (2003) mengemukakan tekanan
memberikan pelajaran terhadap jenis dan
anggaran
kecurangan-kecurangan
ditunjukan
yang
pernah
ditemukan auditor. Sikap
skeptisme
waktu
adalah
untuk
situasi
auditor
yang dalam
melaksanakan efisiensi terhadap waktu yang profesional
telah disusun atau terdapat pembatasan
dianggap penting bagi seorang auditor
waktu dan anggaran yang sangat ketat dan
dalam menilai bukti audit. Skeptisme adalah
kaku.
sikap kritis dalam menilai kehandalan asersi
Adanya
tekanan
waktu
akan
atau bukti yang diperoleh, sehingga dalam
membuat auditor memiliki masa sibuk
melakukan proses audit seorang auditor
karena menyesuaikan tugas yang harus
memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas
diselesaikan dengan waktu yang tersedia. 103
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Masalah akan timbul jika ternyata waktu
yang lebih akan kurang sensitif terhadap
yang direncanakan tidak sesuai dengan
isyarat
waktu yang yang dibutuhkan sebenarnya.
mungkin
Jika
kecurangan.
terjadi
demikian
seseorang
akan
kecurangan
sehingga
untuk
dapat
Dengan
kurang
mendeteksi
demikian
auditor
mengabaikan hal-hal kecil yang dianggap
mungkin saja akan kehilangan bukti yang
tidak penting agar waktu yang direncanakan
akan mempengaruhi hasil audit. Seorang
sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal-hal
auditor diharuskan untuk mampu bekerja di
kecil
akan
bawah tekanan waktu tanpa mengurangi
auditor
kualitas kerjanya, namun pada kenyataannya
bahwa laporan keuangan yang di audit
tidak semua auditor mampu melaksanakan
sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga
hal tersebut. Walaupun bekerja di bawah
memungkinkan celah terjadinya kecurangan.
tekanan waktu seorang auditor harus dapat
yang
mengurangi
dilewatkan tingkat
Seseorang
tentu
keyakinan
yang
bekerja
dalam
mendeteksi kecurangan dan bekerja secara
tekanan waktu maka tingkat keteletiannya
profesional serta bertindak sesuai standar
akan berkurang dibanding orang yang
yang berlaku.
bekerja tanpa tekanan. Penelitian oleh Braun (2000)
dalam
fraud
adalah sebuah kecakapan atau keahlian yang
dari
dimiliki auditor untuk menemukan indikasi
tekanan waktu atas kinerja auditor dalam
mengenai fraud. Menurut Kumaat (2011:
pendeteksian kecurangan, Braun menunjuk
156) mendeteksi kecurangan adalah upaya
bahwa pengauditan dilaksanakan dalam
untuk mendapatkan indikasi awal yang
suatu lingkungan multi tugas dimana auditor
cukup
yang bekerja di bawah tekanan waktu,
sekaligus mempersempit ruang gerak para
beberapa tugas akan lebih diprioritaskan
pelaku kecurangan.
salah
(2008:
mendeteksi
29),
mengilustrasikan
Koroy
Kemampuan
satu
efek
dibandingkan tugas lainnya. Braun menguji
mengenai
tindak
Menurut International on
ditingkatkan dalam lingkungan multi tugas,
didefinisikan
kinerja tugas yang lebih rendah/subsidiary
disengaja
(yaitu
isyarat
perusahaan, pihak yang berperan dalam
sedangkan
governance perusahaan, karyawan atau
dominan
pihak ketiga yang melakukan pembohongan
kecurangan) kinerja
akan tugas
terhadap menurun yang
(ISA) sebagai
oleh
240 fraud
tindakan
anggota
untuk
yang
manajemen
(mendokumentasi bukti) akan tetap tidak
atau
berubah. Hasil
penelitian menunjukkan
keuntungan yang tidak adil atau ilegal”. Dua
auditor yang berada di bawah tekanan waktu
ketegori yang utama mengenai kecurangan 104
penipuan
seksi
Standards
hipotesisnya yaitu bila tekanan waktu
sensitivitas
Auditing
kecurangan,
memperoleh
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 adalah pelaporan keuangan yang curang dan
manajemen atau pegawai untuk melakukan
penyalahgunaan aktiva (Arens, 2006: 430).
tindakan yang tidak jujur.
Pelaporan keuangan yang curang adalah
Tujuan penelitian ini adalah untuk
salah saji atau pengabaian jumlah atau
mengetahui pengaruh pengalaman kerja,
pengungkapan
dengan
skeptisme profesional dan tekanan waktu
maksud menipu para pemakai laporan
terhadap kemampuan auditor independen di
keuangan itu, sementara itu penyalahgunaan
Daerah
aktiva adalah kecurangan yang melibatkan
mendeteksi fraud .
yang
disengaja
Istimewa
Yogyakarta
dalam
pencurian aktiva entitas. Dalam sebagian
pendeteksian
kecurangan,
METODE PENELITIAN
bukti-bukti
kecurangan
Jenis Penelitian
besar
merupakan bukti-bukti yang sifatnya tidak langsung.
Petunjuk
kecurangan
asosiatif kausal, dan jenis data yang
biasanya ditunjukan oleh munculnya gejala-
digunakan dalam penelitian ini adalah data
gejala
kuantitatif.
(symptoms)
adanya
Penelitian ini merupakan penilitian
seperti
adanya
dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pegawai ataupun kecurigaan dari teman
Waktu dan Tempat Penelitian
sekerja. Pada awalnya kecurangan akan
Penelitian dilakukan di tujuh KAP di
tercermin melalui timbulnya karakteristik
DIY. Waktu penelitian dilaksanakan pada
tertentu atau yang biasa dikenal dengan red
bulan Februari sampai dengan Maret 2014.
flag, baik yang merupakan kondisi atau keadaan
lingkungan
maupun
perilaku
Populasi dan Sampel Penelitian
seseorang.
Populasi
Penyebab
terjadinya
fraud
adalah
seluruh
yang auditor
diambil
peneliti
independen
di
dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1)
wilayah DIY yang berjumlah 133 orang.
Tekanan
(pressure)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan
tersebut
mengalami
melakukan
dimana
individu
tekanan
kecurangan.
2)
untuk
peneliti
Peluang
adalah
convenience
sampling.
Dengan teknik tersebut diperoleh sampel
(opportunity) yaitu situasi yang membuka
sebanyak 45 responden.
kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan
kecurangan.
3)
Data,
Rasionalisasi atau kekurangan integritas
Instrumen,
dan
Teknik
Pengumpulan Data
(Ratinalization or lack of integrity) yaitu
Data yang diperoleh berupa jawaban
sikap atau karakter yang memperbolehkan
responden atas kuesioner dari keempat 105
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 variabel dalam penelitian ini. Instrumen
penelitian
yang digunakan untuk mengumpulkan data
yaitu:
berupa kuesioner dengan skala likert. Responden
akan
kesetujuannya
memilih
dan
Suraida
a) Lamanya
tingkat
(2005:
bekerja
119),
sebagai
auditor
ketidaksetuannya
b) Banyaknya penugasan yang
terhadap pertanyaan tertentu. Skala likert
diselesaikan dalam satu tahun
yang digunakan memiliki rentang nilai satu
c) Jenis
sampai dengan empat dengan asumsi untuk
perusahaan
yang
ditangani dalam satu tahun
pertanyaan positif jawaban “Sangat Tidak
3. Skeptisme Profesional
Setuju” diberi skor 1, jawaban “Tidak
Indikator untuk mengukur variabel
Setuju” diberi skor 2, jawaban “Setuju”
skeptisme profesional mengadopsi
diberi skor 3 dan jawaban “Sangat Setuju”
dari penelitian Hurt, Eining dan
diberi skor 4. Untuk pertanyaan negatif
Plumee, yaitu:
maka skor dibalik menjadi jawaban “Sangat
a) Interogatif
Tidak Setuju” diberi skor 4, jawaban
b) Kehati-hatian
“Tidak Setuju” diberi skor 3, jawaban
keputusan
mengambil
“Setuju” diberi skor 2 dan jawaban “Sangat
c) Rasa ingin tahu
Setuju” diberi skor 1.
d) Pemahaman interpersonal
Berikut
ini
indikator
yang
e) Percaya diri
digunakan untuk mengukur ketiga variabel
f) Keyakinan
dalam penelitin ini: 1. Kemampuan
4. Tekanan Waktu Auditor
Mendeteksi
Indikator untuk mengukur variabel
Fraud
tekanan
Indikator untuk mengukur variabel
penelitian Nugraha (2012) dengan
Kemampuan Auditor Mendeteksi
modifikasi, yaitu:
Fraud mengadopsi dari penelitian Fullerton
dan
Durtschi
waktu
mengadopsi
dari
a) Tipe fungsional, menyatakan
(2004),
bahwa sikap auditor yang
yaitu:
memanfaatkan waktu audit.
a) Lingkungan Perusahaan
b) Tipe
b) Catatan keuangan dan praktik
menyatakan
akuntansi
disfungsional, sikap
auditor
untuk mengurangi perhatian
2. Pengalaman Kerja
terhadap aspek kualitatif dari
Indikator untuk mengukur variabel
indikasi salah saji.
pengalaman kerja mengadopsi dari 106
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 diperoleh hasil bahwa data berdistribusi
Teknik Analisis Data Teknik
analisis
data
yang
normal,
dilakukan dalam penelitian ini adalah:
heterokedastisitas,
1. Statistik deskriptif untuk memberi gambaran
terhadap
tidak
objek
mengandung tidak
terjadi
multikolinearitas, dan data linear, sehingga
yang
dapat dilakukan pengujian hipotesis.
diteliti melalui data sampel atau populasi (Sugiyono, 2010: 29) dan
Hasil Penelitian
untuk
Pengalaman Kerja
melihat
kecenderungan
variabel.
Data yang telah diperoleh dari kuesioner
2. Uji asumsi klasik yang terdiri atas beberapa
pengujian,
yaitu
digolongkan kedalam kategori pengalaman
uji
kerja yang dibedakan menjadi tiga kategori,
normalitas, uji heterokedastisitas, uji
yaitu kategori tinggi, kategori sedang, dan
multikolinearitas, dan uji linearitas.
kategori
3. Uji hipotesis yaitu dengan regresi
rendah.
Berikut
adalah
tabel
kategori kecenderungan pengalaman kerja:
linear sederhana untuk H1, H2 dan H3 serta regresi liniear berganda
Tabel 1. Kategori Pengalaman Kerja
untuk H4.
No
Kategori
Interval
Frek
Persenta se
HASIL
PENELITIAN
DAN
1
Tinggi
X>9
11
24,4%
2
Sedang
6≤ X
30
66,7%
4
8,9%
45
100%
PEMBAHASAN Data dikumpulkan
pada dengan
penelitian cara
ini
≤9
menyebar 3
kuesioner pada responden. Kuesioner yang disebar
sebanyak
48.
Kuesioner
yang
Rendah
X<6
Total
kembali sebanayak 45 kuesioner, dengan
Sumber : data diolah
tingkat pengembalian 93,75%. Uji validitas dan
reliabilitas
sampel
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kategori
terpakai, sebanyak 30 responden. Ada
pengalaman kerja mayoritas adalah sedang
beberapa item pernyataan yang tidak valid,
dengan presentase 66,7% atau sejumlah 30
sehingga
responden.
harus
menggunakan
dihapus
dan
tidak
diikutsertakan dalam analisis selanjutnya. Keempat variabel dikatakan reliabel, karena menghasilkan nilai cronbach alpha>0,60. Setelah
dilakukan
uji
asumsi
klasik, 107
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tabel 3. Kategori Tekanan Waktu
Skeptisme Profesional Data yang telah diperoleh dari kuesioner
No
Kategori
Interval
Frek. Persenta
digolongkan kedalam kategori skeptisme
se
profesional yang dibedakan menjadi tiga
1
Tinggi
X > 18
2
4,4%
kategori, yaitu kategori tinggi, kategori
2
Sedang
12 ≤ X
43
95,6%
0
0%
45
100%
≤ 18
sedang, dan kategori rendah. Berikut adalah tabel kategori kecenderungan skeptisme
3
profesional.
Total
Rendah
X < 15
Sumber : data diolah Tabel 2. Kategori Skeptisme Profesional No
Kategori
Interval
Frek. Persenta
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kategori
se
tekanan waktu mayoritas adalah sedang
1
Tinggi
X > 33
24
53,3%
dengan presentase 95,6% atau sejumlah 43
2
Sedang
22 ≤ X
21
46,7%
responden.
0
0%
45
100%
≤ 33 3
Rendah
X < 22
Total
Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Fraud.
Sumber : data diolah
Data yang telah diperoleh dari kuesioner digolongkan kedalam kemampuan auditor
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kategori
dalam mendeteksi fraud yang dibedakan
skeptisme profesional mayoritas adalah
menjadi tiga kategori, yaitu kategori tinggi,
tinggi
kategori sedang, dan kategori rendah.
dengan
presentase
53,3%
atau
sejumlah 24 responden.
Berikut adalah tabel kategori kecenderungan kemampuan fraud.
Tekanan Waktu Data yang telah diperoleh dari kuesioner digolongkan kedalam tekanan waktu yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kategori
tinggi,
kategori
sedang,
dan
kategori
rendah.
Berikut
adalah
tabel
kategori kecenderungan tekanan waktu.
108
auditor
dalam
mendeteksi
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Tabel 4. Kategori kemampuan auditor dalam
Y = 13,701 + 0,715
mendeteksi fraud
Dengan melihat persamaan tersebut dapat
No
Kategori
Interval
Frek. Persenta
dilihat
bahwa
pengaruh
skeptisme
se
profesional terhadap kemampuan auditor
1
Tinggi
X > 36
36
80%
dalam mendeteksi fraud adalah positif atau
2
Sedang
24 ≤ X
9
20%
H2 diterima.
≤ 36 3
Rendah
Hasil
X < 24
Total
analisis
regresi
linier
0
0%
sederhana pengaruh tekanan waktu terhadap
45
100%
kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud dapat ditulis sebagai berikut:
Sumber : data diolah
Y = 55,720-1,120 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kategori
Dengan melihat persamaan tersebut dapat
kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud
dilihat bahwa pengaruh tekanan waktu
mayoritas adalah tinggi dengan presentase
terhadap
80% atau sejumlah 36 responden.
mendeteksi fraud adalah negatif atau H3
kemampuan
auditor
dalam
diterima. Uji Hipotesis Hasil
Hasil analisis
sederhana
pengaruh
terhadap
kemampuan
mendeteksi fraud
regresi
analisis
regresi
linier
linier
berganda
pengalaman
kerja
skeptisme profesional dan tekanan waktu
auditor
dalam
terhadap
dapat ditulis sebagai
pengaruh
tekanan
kemampuan
mendeteksi fraud
waktu,
auditor
dalam
dapat ditulis sebagai
berikut:
berikut:
Y = 31,717 + 0,773
Y = 33,158 + 0,550
Dengan melihat persamaan tersebut dapat
Dari
dilihat bahwa pengaruh pengalaman kerja
signifikansi menunjukan hasil 0,000; karena
terhadap
dalam
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000
mendeteksi fraud adalah positif atau H1
< 0,05) maka pengaruh variabel pengalaman
diterima.
kerja, skeptisme profesional dan tekanan
kemampuan
Hasil
analisis
auditor
regresi
linier
hasil
+ 0,382
perhitungan
mendeteksi fraud
terhadap
dikatakan signifikan.
mendeteksi fraud
auditor
SPSS
nilai
waktu terhadap kemampuan auditor dalam
sederhana pengaruh skeptisme profesional kemampuan
– 0,799
dalam
dapat ditulis sebagai
secara simultan dapat
Dengan melihat persamaan tersebut dan
berikut:
signifikakansinya 109
dapat
dilihat
bahwa
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 variabel
pengalaman
kerja,
skeptisme
atau kecurangan tetapi juga auditor tersebut
profesional dan tekanan waktu berpengaruh
dapat memberikan penjelasan yang lebih
terhadap
dalam
akurat dibanding auditor yang kurang
mendeteksi fraud. dengan demikian H4
pengalaman. Pengalaman kerja seorang
diterima
auditor
kemampuan
auditor
menyangkut
lamanya
bekerja
menjadi auditor, banyaknya penugasan yang Pembahasan
telah diselesaikan, dan banyaknya jenis
Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap
perusahaan yang pernah ditangani (Suraida,
Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
2005:
Fraud
menjadi auditor, semakin banyak penugasan Hasil
penelitian
119).
Semakin
lama
seseorang
pengaruh
yang ditangani dan semakin banyak jenis
pengalaman kerja terhadap kemampuan
perusahaan yang ditangani maka dapat
auditor
fraud
dikatakan
yang
berpengalaman, pengalaman tersebut akan
menyatakan “Pengalaman kerja berpengaruh
meningkatkan kesadaran auditor jika terjadi
positif terhadap kemampuan auditor dalam
kekeliruan. Auditor yang berpengalaman
mendeteksi
dalam
mendukung
mendeteksi
hipotesis
fraud”.
mempengaruhi kemampuan
25,8%
auditor
pertama
auditor
semakin
Pengalaman
kerja
juga akan lebih paham terkait penyebab
perubahan
pada
kekeliruan yang terjadi, apakah karena
mendeteksi
murni kesalahan baik manusia atau alat
dalam
fraud, sisanya sebesar 74,2% dipengaruhi
ataukah
oleh variabel lain diluar penelitian ini.
yang berarti fraud.
Hasil
tersebut
penelitian
ini
konsisten
kekeliruan karena kesengajaan
Pengaruh
Skeptisme
Profesional
dengan hasil penelitian yang dilakukan
terhadap Kemampuan Auditor dalam
Hafifah Nasution (2012) yang menyatakan
Mendeteksi Fraud
bahwa
pengalaman
audit
mempunyai
Hasil
penelitian
pengaruh
pengaaruh positif terhadap kemampuan
skeptisme profesional terhadap kemampuan
mendeteksi kecurangan. Penelitian Noviyani
auditor dalam mendeteksi fraud mendukung
dan Bandi (2002) juga menyatakan bahwa
hipotesis
adanya hubungan positif antara pengalaman
“Skeptisme profesional berpengaruh positif
audit dan pendeteksian kecurangan.
terhadap
Libby dan Frederick (1990) dalam
kedua
kemampuan
mempengaruhi
berpengalaman
kemampuan
hanya
menyatakan
auditor
dalam
mendeteksi fraud”. Skeptisme profesional
Hafifah (2012: 9) menyebutkan auditor yang tidak
yang
memiliki
kemampuan untuk menemukan kekeliruan 110
24,3%
auditor
perubahan dalam
pada
mendeteksi
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 fraud, sisanya sebesar 75,7% dipengaruhi
keputusan yang diambil atau dengan kata
oleh variabel lain diluar penelitian ini.
lain
Hasil
penelitian
ini
konsisten
Sikap
tidak
mengaharap
tersebut
harus
keberuntungan. dimiliki
seorang
dengan penelitian yang dilakukan oleh
auditor dalam pelaksanaan audit, sehingga
Fullerton
yang
auditor tidak percaya begitu saja terhadap
dengan
asersi yang diberikan manajemen, namun
meningkatkan
auditor harus mampu menemukan bukti
dan
menyatakan skeptisme kemampuan
Durtschi bahwa
tinggi
(2004)
auditor akan
mendeteksi
yang mendukung asersi tersebut. Apabila
fraud. Semakin skeptis seorang auditor
terjadi kecurangan, dengan sikap skeptis
maka auditor akan lebih berhati-hati dalam
yang tinggi maka auditor lebih mungkin
membuat keputusan dengan cara mencari
untuk menemukan kecurangan tersebut.
bukti
atau
auditor
dalam
informasi
tambahan
untuk
mendukung kesimpulannya. Skeptisme
Pengaruh
profesional
Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi
dicerminkan
dengan
sikap
interogatif, kehati-hatian dalam mengambil
Tekanan
Waktu
terhadap
Fraud
keputusan, rasa ingin tahu, pemahaman
Hasil penelitian pengaruh tekanan
interpersonal, percaya diri dan keyakinan
waktu terhadap kemampuan auditor dalam
dalam mengambil keputusan (Hurt et al,
mendeteksi fraud mendukung hipotesis
2001:
auditor
ketiga yang menyatakan “Tekanan waktu
selalu
berpengaruh negatif terhadap kemampuan
mempertanyakan atas sesuatu yang terjadi,
auditor dalam mendeteksi fraud”. Tekanan
hati hati dalam mengambil keputusan berarti
waktu mempengaruhi 29,2% perubahan
bahwa seorang auditor dalam mengambil
pada kemampuan auditor dalam mendeteksi
keputusan
fraud, sisanya sebesar 70,8% dipengaruhi
17).
mempunyai
Interogatif
berarti
sikap
merupakan
yang
keputusan
yang
paling tepat dan paling layak diambil, rasa
oleh variabel lain diluar penelitian ini.
ingin tahu berarti kemauan seorang auditor untuk
memperoleh
penelitian
ini
konsisten
yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh
interpersonal
Marleni Artika (2012) yang menyatakan
berarti bahwa keinginan untuk memahami
bahwa tekanan waktu dalam melaksanakan
individu lebih mendalam, percaya diri
audit mempengaruhi keberhasilan auditor
berarti bahwa seorang auditor harus percaya
dalam mendeteksi kecurangan. Auditor yang
terhadap kemampuan diri sendiri, yakin
diberikan
dalam mengambil keputusan berarti bahwa
melaksanakan
dibutuhkan,
informasi
Hasil
pemahaman
seorang auditor harus yakin akan setiap 111
waktu audit
terbatas
dalam
memiliki
tingkat
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 keberhasilan yang rendah dalam mendeteksi
Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme
kecurangan.
Profesional
Menurut
Braun
(2000)
dalam
dan
Tekanan
Waktu
terhadap Kemampuan Auditor dalam
Koroy (2008: 29) auditor yang bekerja di
Mendeteksi Fraud
bawah tekanan waktu akan kurang sensitif
Hasil penelitian ini mendukung
jika terjadi kecurangan karena perhatian
hipotesis
auditor terhadap penyebab salah saji akan
“Pengalaman kerja, skeptisme profesional
berkurang, auditor akan lebih fokus ke
dan tekanan waktu secara bersama-sama
dalam
mereka
berpengaruh terhadap kemampuan auditor
selesaikan sehingga auditor gagal dalam
dalam mendeteksi fraud.” pengalaman kerja,
menghasilkan
skeptisme profesional dan tekanan waktu
pekerjaan
yang
harus
sinyal-sinyal
penyebab
kecurangan.
keempat
yang
menyatakan
mempengaruhi 52,2% perubahan terhadap
Tekanan waktu yang dihadapi
kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud
auditor akan direspon dengan dua tipe cara
sementara
sisanya
yaitu fungsional dan disfungsional. Tipe
dipengaruhi
oleh
fungsional adalah perilaku auditor untuk
penelitian ini.
sebesar
variabel
47,8%
lain
diluar
bekerja lebih baik dan menggunakan waktu
Semakin berpengalaman seorang
dengan baik sehingga kualitas auditnya
auditor maka semakin peka terhadap isyarat
dapat
tipe
kecurangan karena seorang auditor yang
disfungsional adalah perilaku auditor yang
berpengalaman sudah biasa tentang berbagai
membuat penurunan kualitas audit karena
prosedur audit dan lebih paham jika terjadi
auditor
potensi kecurangan (red flag).
dipertahankan
lebih
sementara
memprioritaskan
tugas.
Auditor dengan tipe fungsional tentu akan lebih
mampu
menemukan
Auditor yang mempunyai sikap
kecurangan
skeptis
tinggi
maka
lebih
mungkin
dibanding auditor dengan tipe disfungsional
mendeteksi
fraud
dibanding
yang
karena tipe disfungsional kemungkinannya
mempunyai
skeptis
rendah,
lebih besar untuk melewatkan bukti audit
dikarenakan
auditor
yang
yang mengarah pada isyarat kecurangan.
skeptis tinggi akan lebih berhati-hati dalam
hal
ini
mempunyai
bertindak. Tekanan waktu adalah keadaan dimana seorang auditor dituntut untuk melakukan menyelesaikan
efisiensi tugasnya
waktu
dan
dengan
waktu
tertentu yang telah dibuat atau direncanakan 112
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 sebelumnya (Sososutikno, 2003). Semakin
3. Terdapat
pengaruh
negatif
antara
besar tekanan waktu yang dihadapi auditor
tekanan waktu terhadap kemampuan
maka kemampuan auditor dalam mendeteksi
auditor dalam mendeteksi fraud. Hal ini
fraud semakin menurun.
dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Nilai
SIMPULAN DAN SARAN
koefisien regresi sebesar -1,120 yang
Simpulan
mempunyai arah negatif menunjukan Berdasarkan data yang sudah
bahwa semakin tinggi tekanan waktu
diperoleh dan hasil analisis yang telah
yang dihadapi seorang auditor maka
dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian
kemampuan auditor dalam mendeteksi
ini adalah:
fraud akan semakin menurun.
1. Terdapat
pengaruh
positif
antara
4. Terdapat
pengaruh
positif
pengalaman kerja terhadap kemampuan
pengalaman
auditor dalam mendeteksi fraud. Hal ini
profesional dan pengaruh negatif antara
dibuktikan dengan nilai signifikansi
tekanan waktu terhadap kemampuan
sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Nilai
auditor dalam mendeteksi fraud. Hal ini
koefisien regresi sebesar 0,773 yang
dibuktikan
mempunyai arah positif menunjukan
sebesar 17,027 dan nilai signifikansi
bahwa semakin banyak pengalaman
0,000. Nilai signifikansi yang kurang
kerja seorang auditor maka kemampuan
dari
auditor dalam mendeteksi fraud juga
disimpulkan bahwa pengalaman kerja,
semakin baik.
skeptisme
profesional
waktu
berpengaruh
2. Terdapat skeptisme
pengaruh
positif
profesional
antara terhadap
0,05
kerja,
antara
dengan
(0,000
skeptisme
nilai
<
F
hitung
0,05)
dan
dapat
tekanan terhadap
kemampuan auditor dalam mendeteksi
kemampuan auditor dalam mendeteksi
fraud.
fraud. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 <
Saran
0,05). Nilai koefisien regresi sebesar
Berdasarkan hasil penelitian yang
0,715 yang mempunyai arah positif
telah dilakukan, peneliti memberikan saran
menunjukan bahwa semakin tinggi
sebagai berikut:
skeptisme
maka
1. Dalam mendeteksi fraud pengalaman
kemampuan auditor dalam mendeteksi
seorang auditor sangat penting karena
fraud juga semakin baik.
dengan pengalaman yang memadai
seorang
auditor
auditor 113
sudah
terbiasa
menghadapi
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 sesuatu hal dalam sebuah proses audit
auditor
dan
gejala
kompleksitas tugas dan tidak membuat
terjadinya kecurangan (red flag), untuk
anggaran waktu yang terlalu ketat dan
itu pengalaman seorang auditor harus
terlalu longgar.
lebih
paham
terhadap
mempertimbangkan
terus ditingkatkan misalnya dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan di bidang
DAFTAR PUSTAKA
audit, selain itu para auditor junior lebih
Abdul Halim. (2003). Auditing: Dasar-
sering dilibatkan dalam tugas audit
Dasar Audit Laporan Keuangan.
yang kompleks sehingga akan lebih
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
berpengalaman dalam bidang audit.
Arens , Alvin A., Randal J. Elder, Mark S.
2. Skeptisme profesional adalah sikap kehati-hatian
dalam
Beasley.
melaksanakan
(2006).
Jersey:
skeptis cenderung untuk percaya begitu
International.
saja terhadap asersi yang diberikan hal
ini
tentu
and
Assurance Services. 11th ed. New
prosedur audit. Auditor yang kurang
manajemen,
Auditing
Boynton,
akan
Pearson
William
C.,
Prentice
Raymond
Hall
N.
Johnson. (2006). Modern Auditing:
menyebabkan auditor tidak mampu
Assurance
Services,
and
the
mendeteksi adanya kecurangan karena
Integrity of Financial reporting. 3rd
auditor tidak mampu menemukan bukti
ed. USA: Wiley.
kecurangan.
Cristina Sososutikno. (2003). “Hubungan
Seorang auditor seharusnya mempunyai
Tekanan Anggaran Waktu dengan
keyakinan
Perilaku
yang
mengarah
yang
pada
tinggi
terhadap
Disfungsional
kemampuan dirinya serta tidak mudah
Pengaruhnya
percaya begitu saja terhadap pernyataan
Audit”. Jurnal Simposium Nasional
yang diberikan orang lain, namun harus
Akuntansi VI.
didukung dengan bukti yang kuat.
auditor
Yogyakarta: BPFE.
lebih
Fullerton, Rosemary R., Cindy Durtschi.
mempriorotaskan beberapa tugas jika
(2004). “The Effect of Professional
waktu yang telah dianggarkan dirasa
Skepticsm on The Fraud Detection
kurang, hal
Skills of Internal Auditors”. Jurnal
ini
akan
akan
Kualitas
Dermawan Wibisono. (2000). Riset Bisnis.
3. Tekanan waktu yang dihadapi auditor menyebabkan
terhadap
serta
menurunkan
perhatian auditor terhadap red flag.
Utah State University.
Supaya tidak terjadi demikian, dalam menganggarkan waktu audit seharusnya 114
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 H.M.
Jogiyanto.
(2007).
Penelitian
Bisnis.
Metodologi
Louwers, Timothy J., dkk. (2008). Auditing
Yogyakarta:
&
BPFE.
Assurance
Services.
Third
edition. New York: Mc Graw-Hill.
Hafifah Nasution. (2012). “Pengaruh Beban
Ramos,
Michael.
(2003).
“Auditor’s
Kerja, Pengalaman Audit dan Tipe
Responsibility for Fraud Detection”.
Kepribadian Terhadap Skeptisme
Journal of Accountancy. Vol 195
Profesional
No 1.
Auditor
dan
Kemampuan
dalam
Mendeteksi
Singleton, Tommie, dkk. (2006). Fraud
diterbitkan.
Auditing and Forensic Accounting.
Kecurangan”.
Tesis
Universitas Islam Negeri Syarif
3rd ed. USA: Wiley.
Hidayatulloh Jakarta.
Sugiyono.
Hall A. James dan Singleton Tommie. (2007).
Audit
Teknologi
dan
Metode
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Assurance
Informasi.
(2007).
Bandung: CV. Alfabeta.
Jakarta:
Suharsimi
Penerbit Salemba Empat.
Arikunto.
Penelitian
(2006).
Suatu
Prosedur Pendekatan
Hutabarat, Goodman. (2012). “Pengaruh
Praktik. Jakarta: PT Adi Mahasatya.
Pengalaman, Time Budget Pressure
Sutrisno Hadi. (2004). Analisis Regresi.
dan Etika Auditor terhadap Kualitas
Yogyakarta:
Audit”. Jurnal Ilmiah ESAI. Vol 6
Universitas Gadjah Mada Suzy
No 1. Icuk Rangga Bawono. (2010). “Faktor-
Noviyanti. Profesional
Yayasan
Penerbitan
(2008).
“Skeptisme
Auditor
dalam
Faktor Dalam Diri Auditor dan
Mendeteksi Kecurangan”. Jurnal
Kualitas Audit: Studi pada KAP
Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
‘Big Four’ di Indonesia”. Jurnal
Vol 5 No 1.
Simposium Nasional Akuntansi 13
Theodorus
Purwokerto.
Akuntansi
Imam Ghozali. (2005). Aplikasi Analisis
Investigatif.
Multivariate dengan program SPSS. Semarang:
M.
Badan
Tuanakotta. Forensik
(2010).
dan
Audit
Jakarta:
Salemba
Koroy.
(2008).
Empat.
Penerbit
Tri
Ramayana
“Pendeteksian Kecurangan (Fraud)
Universitas Diponegoro. Jaffar, Nahariah. (2009). “Fraud Detection:
Laporan Keuangan Oleh Auditor
The Moderating Role of Fraud Risk
Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan
Level”. Journal of Business and
Keuangan. Vol 10, No 1.
Public Affairs. Vol 3 Issue 1. 115
JURNAL NOMINAL / VOLUME III NOMOR 2 / TAHUN 2014 Uma Sekaran. (2006). Research Methods for
Business.
Jakarta:
Salemba
Empat. Valery, Kumaat G. (2011). Internal Audit. Jakarta: Erlangga. Vinten,
Gerald.
(2005).
“Managerial
Auditing Journal”. Emerald Journal. Vol 20 No 3. Whittington, O. Ray, Kurt Pany. (2010). Principles of Auditing & Other Assurance Services. 7th ed. New York: Mc Graw-Hill.
116