TEMA SOSIAL YANG DIDIALOGKAN OLEH

Download didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Penelitian ini ... Budaya ngopi ini juga sebagai momen untuk berinteraksi...

0 downloads 317 Views 238KB Size
TEMA SOSIAL YANG DIDIALOGKAN OLEH KOMUNITAS “NGOPI” DI WARUNG KOPI SARIJAN MALANG Dwi Fajar Khamdani Universitas Negeri Malang Pembimbing: (I) Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si, (II) Siti Awaliyah, S.Pd, SH, M.Hum Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tema sosial apa saja yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang dipakai di penelitian ini adalah sesuai dengan fokus penelitian, yaitu tema tema sosial yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil interview, catatan pengamatan, dan foto. Berdasarkan hasil penelitian, tema sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Agama dan Kepercayaan (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi (3) Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (4) Politik (5) Hobi dan Seni (6) Wanita dan Lingkungan sekitar. Kata kunci: Tema sosial, Komunitas “ngopi”. Bagi sebagian orang, minum kopi hanya sebatas penghilang kantuk, teman bergadang atau teman menyelesaikan tugas-tugas kantor. Namun pada mahasiswa, masyarakat urban atau kelompok sosial tertentu, minum kopi telah menjadi simbol identitas dan gaya hidup. Ketika kedai-kedai kopi bertebaran bak jamur di musim hujan, minum kopi telah menjadi kisah tersendiri untuk sebagian orang. Berbincang di kedai-kedai kopi tentu lebih asyik dan nyaman. Budaya minum kopi tidak melulu untuk kalangan atas. Di era IT saat ini minum kopi sudah membudaya dan merambah ke semua lapisan masyarakat. Semua kalangan menjadikan minum kopi sebagai suatu kebiasaan. Minum kopi bisa dijadikan sarana atau media untuk mengembalikan fisik yang lelah dan membangkitkan gairah untuk berfikir lebih positif. Karenanya, minum kopi lebih sering dilakukan ketika kondisi tubuh mulai meredup. Seperti halnya bisnis-bisnis lain yang “memperdagangkan” gaya hidup, kedai-kedai kopi berusaha menjaring lebih banyak konsumen supaya tradisi turun-temurun ini tidak punah. Sejumlah tempat minum kopi didesain secara khusus, sehingga suasana minum kopi menciptakan rasa nyaman dan bersahabat. Semakin selektifnya penikmat kopi, membuat pebisnis kedai kopi harus pintar-pintar menyediakan tempat yang dapat menciptakan rasa enjoy dan privasi. Kedai-kedai kopi yang berada di sudut-sudut kota, dijalan-jalan utama hingga di pusat perbelanjaan menjadi tempat yang tepat untuk meluangkan waktu dari rutinitas padat. Banyak aktifitas masyarakat seperti rapat, pertemuan bisnis dan sebagainya dihiasi dengan secangkir kopi. Seperti itulah sihir dunia konsumtif dan gaya hidup “ngopi”. Kadang ada penyuka kopi yang sampai menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berpindah-pindah dari satu kedai kopi ke kedai kopi lain. Hanya sekedar duduk dan mengobrol sambil menyeruput segelas atau secangkir kopi hangat. Di Malang yang merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah mahasiswa terbesar di Indonesia, di setiap pojok pasti ada warung kopi. “Pusing kepala kalau belum minum kopi” itu yang biasa keluar dari bibir mereka yang pecinta kopi. Bahkan budaya ngopi di Malang diasumsikan sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Di warung kopi, para mahasiswa asli Malang dan luar Malang berkumpul menikmati Kopi sambil ngobrol. Budaya ngopi ini juga sebagai momen untuk berinteraksi satu sama lain, mulai bercerita bisnis, atau sekedar kumpul bareng teman-teman. Bagi sebagian pecinta kopi, menikmati secangkir kopi mungkin hal yang biasa dilakukan di waktu senggang dan bisa dilakukan di manapun. Namun bagi kalangan

mahasiswa, menikmati secangkir kopi hanya bermakna jika dilakukan di warung kopi dan dibarengi dengan diskusi-diskusi kecil. Tidak ada yang tahu pasti sejak kapan ngopi mulai menjamur dan menjadi budaya. Namun sejauh yang saya ketahui budaya ini sudah sejak lama ada di sekitar kita. Penikmat kopi beragam mulai dari seorang pemulung hingga para pejabat teras. Bagi sebagian mahasiswa pecinta kopi, menikmati kopi di kos dengan racikan sendiri akan terasa berbeda dengan saat mereka menikmati kopi di warung kopi. Namun sisi lain segi positifnya sebagai tempat “ngobrol” yang berguna, ada juga sisi negatifnya. Salah satunya seperti mengobrol yang tidak jelas, atau bisa dibilang ngopi ditambah “ngerumpi”. Bahkan tidak jarang ada sekelompok cewek-cewek yang ngopi sambil merokok dan main kartu. Saat ini kopi sudah bukan lagi hanya menjadi minuman penghangat tubuh di pagi hari sebelum memulai aktifitas, tapi kopi sudah menjadi salah satu budaya. Ini bisa dilihat dari seringnya tuan rumah menyajikan kopi bagi para tamunya, pengusaha yang menjamu relasi bisnisnya di cafe, pemuda yang berinteraksi dengan sesamanya di kedai-kedai kopi, atau pun mahasiswa yang mengerjakan tugas-tugas kelompok sambil “ngopi” di kantin kampus. Dengan acara seperti ini, akan didapat banyak hal dari segi sosialnya (mengesampingkan segala kekurangan dan keburukan budaya seperti ini). Dengan duduk santai ditemani secangkir kopi dapat membuka cakrawala kehidupan yang mungkin tidak ada dalam bangku perkuliahan yang diikuti. Warung kopi mahasiswa ini biasanya mulai ramai saat siang hari hingga malam. Umumnya mahasiswa pecinta kopi ini mengahabiskan waktunya di kopi selepas mereka pulang dari kuliah. Beberapa warung kopi tertentu terkadang memiliki cita rasa tersendiri yang tidak bisa ditemukan di tempat lain. Warung kopi juga tempat sebagai bentuk komunikasi efektif untuk berdialog, diskusi, wawacara, observasi penelitian, warung kopi tempat apresiasi suatu pendapat umum masyarakat yang dilontarkan kehidupan sehari-hari dan bahkan juga dipakai ajang diskusi, dialog masyarakat Indonesia. Warung kopi bukan halnya sekedar nongkrong, bengong, ngobrol sana-sini melainkan juga sebagai tempat bertemunya warga berbagai lintas budaya,berbagai macam latar belakang yang dimiliki oleh masyarakat. Warung kopi memiliki sebuah riset penelitian cukup besar, manfaatnya banyak, dan bisa dibuat kajian halnya kategori dalam ilmu komunikasi. Memang warung kopi banyak sekali noisenya dalam halnya berkomunikasi akan tetapi manfaatnya banyak dan apalagi dibuat riset penelitian tentang halnya komunikasi efektif dan komunikasi lintas budaya sangat banyak serta perlu kajian mendalam. Warung kopi sebagai bentuk komunikasi efektif dan komunikasi lintas budaya masyarakat indonesia untuk sebagai tempat/ wadah dialog, diskusi, obrolan sehari-hari masyarakat dan juga tempat menyalurkan apresiasi pendapat umum yang dilontarkan oleh masyarakat indonesia serta juga sebagai tempat bertemunya sosial budaya dan berbagai macam latar belakang yang dimiliki oleh masyarakat indonesia. Berdasarkan pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif dengan judul “tema sosial yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di warung kopi sarijan malang”. METODE Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Suatu penelitian haruslah menggunakan metode yang sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang diteliti. Laporan hasil penelitian kualitatif berisi uraian deskriptif yang rinci mengenai berbagai hal yang terkait dengan unsurunsur substansi penelitian dan konteksnya. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

peneliti berusaha mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai tema tema sosial yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti suatu kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti hanya sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian dari kualitatif lebih mementingkan makna daripada generalisasi. Pendekatan kualitatif sering kali juga dinamakan sebagai pendekatan yang humanistik, karena didalam pendekatan ini cara pandang, cara hidup, selera ataupun ungkapan emosi dan keyakinan dari warga masyarakat yang diteliti sesuai dengan masalah yang diteliti, termasuk juga data yang harus dikumpulkan. Sedangkan John W. Creswell (2005:3) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau masalah manusia, berdasarkan penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan katakata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memahami arti penting dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang sedang diteliti khususnya tema tema sosial yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di warung kopi sarijan malang. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Moleong (2007:37) yang intinya menyatakan, para peneliti berusaha masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti sedemikian rupa, sehingga diharapkan mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan. Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah Studi Kasus (Case Studies). Studi Kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Penelitian mendalam tentang komunitas “ngopi”, tujuannya adalah untuk memperoleh diskripsi yang utuh tentang tema-tema sosial yang didialogkan oleh komunitas “ngopi”di Warung Kopi Sarijan Malang. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis dan mendeskripsikan keadaan komunitas “ngopi” dan tema-tema sosial apa saja yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” tersebut. Sebagaimana prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari wawancara, observasi, dan arsif. Studi kasus bisa juga dipakai untuk meneliti sekolah di tengah-tengah kota di mana para siswanya mencapai prestasi akademik luar biasa. HASIL 1. Latar belakang terbentuknya komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang Di Warung kopi Sarijan ada beberapa komunitas “ngopi”, mereka tidak hanya sekedar nongkrong, maupun menikmati secangkir kopi, tapi juga bertemu dengan teman temannya dan berdiskusi tentang bermacam macam hal, berbagai macam latar belakang yang dimiliki oleh mereka anggota komunitas tersebut, mulai dari mahasiswa sampai mereka yang sudah bekerja. Beberapa komunitas tersebut mempunyai anggota yang berlatar belakang cukup beragam, ada yang masih kuliah, ada yang sedang mencari pekerjaan, dan ada yang sudah bekerja, semuanya rata rata “ngopi’ dengan alasan yang sama, yaitu sama sama suka “ngopi” dan berkumpul dengan teman disamping memang rasa kopi Sarijan yang khas dan berbeda dari yang lain. Komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan terbentuk dari bermacam macam latar belakang tetapi mempunyai hobi yang sama, sesama mahasiswa dan suka “ngopi” lalu “ngopi” di Sarijan, sesama pecinta motor dan kebetulan satu bengkel suka “ngopi” semua akhirnya “ngopi” di Sarijan, sesama teman kampus suka main catur dan suka “ngopi” akhirnya memilih main catur sambil “ngopi” di Warung Kopi Sarijan. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa latar belakang terbentuknya komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Rasa kopi yang khas dan berbeda dari warung

kopi lainnya (2) Mempunyai hobi yang sama yaitu “ngopi” (3) Bertemu teman dan silaturahmi. Kopi yang disajikan oleh Warung Kopi Sarijan ini memang berbeda dari warung kopi lainnya di Malang, teksturnya sangat halus sehalus debu. Itu adalah hasil dari penggilingan kopi robusta yang sangat halus, Warung Kopi Sarijan mulai produksi kopi sendiri mulai awal tahun 2012. Untuk masalah racikannya tidak bisa dijelaskan karena itu rahasia Sarijan, intinya adalah semakin halus kopi maka semakin kuat cita rasanya karena tidak ada aroma bubuk kopi maupun kopi yang terbuang. Semua pelanggan Warung Kopi Sarijan memang suka kopi, kegiatan “ngopi” sudah menjadi bagian dari keseharian mereka, “ngopi” bagi mereka adalah hobi sekaligus hiburan, sama sama suka “ngopi” berarti saudara. Banyak hal yang sama dari segi hobi membuat mereka nyambung dan membentuk suatu komunitas “ngopi” itu sendiri. Kegiatan “ngopi” bagi komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan adalah untuk menyambung tali silaturahmi dan juga bertemu dengan teman. Sambil “ngopi” mereka bertanya kabar, kuliah atau pekerjaan dan kegiatan sehari hari. 2. Tujuan yang memotivasi komunitas tersebut untuk melakukan kebiasaan ”ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang Minum kopi bisa dijadikan sarana atau media untuk mengembalikan fisik yang lelah dan membangkitkan gairah untuk berfikir lebih positif. Karenanya, minum kopi lebih sering dilakukan ketika kondisi tubuh mulai jenuh dan lelah. Macam macam hal yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kondisi pikiran yang jenuh maupun kondisi fisik yang lelah salah satunya dengan “ngopi” dan bertemu dengan teman teman. Sering muncul pernyataan dari kalangan komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan yang cukup sering dilontarkan yaitu “disruput dikek kopine sam, cek gak mumet” yang berarti dalam bahasa indonesia adalah diminum dulu kopinya mas, biar tidak pusing. Ini membuktikan bahwa bagi mereka “ngopi” bisa melepas penat dan pusing dari aktivitas mereka sehari hari. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa tujuan yang memotivasi komunitas tersebut untuk melakukan kebiasaan ”ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu: (1) Melepas penat sehari hari (2) Ajang untuk berkumpul. Kegiatan “ngopi” dapat digunakan untuk melepas penat sehari hari dari aktivitas bekerja maupun kuliah. Bagi mereka “ngopi” lebih berarti dan hemat biaya daripada harus melepas penat dengan rekreasi ke tempat tempat hiburan dan menghabiskan biaya yang cukup besar bagi mereka. Warung Kopi Sarijan adalah warung kopi yang sering dikunjungi oleh masyarakat berbagai latar belakang, sosial budaya untuk berkumpul, diskusi, ngobrol santai, dialog warga, opini masyarakat berbagai macam latar belakang, wawancara, minum bersama untuk mendapatkan suatu informasi bermanfaat yang didapatkan. Kegiatan komunitas “ngopi” dapat digunakan untuk ajang berkumpul antar sesama penikmat kopi, saling bertukar pandangan, diskusi tentang pekerjaan, hobi sampai masalah wanita. Dialog yang muncul seringkali tidak mereka temukan di tempat lain, pemikiran pemikiran sederhana yang muncul dari tempat sederhana dan manfaatnya lebih besar. 3. Tema sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang Banyak hal yang dibicarakan ketika anggota komunitas “ngopi” ini saling berinteraksi dan sebenarnya tanpa disadari mengandung pesan pesan sosial yang bersifat positif. Berdasarkan hasil penelitian pesan pesan sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Agama dan Kepercayaan

Pada saat “ngopi” tema yang dibicarakan bermacam macam dan spontan berpindah dari satu tema ke tema lainnya, salah satu tema yang dibicarakan sewaktu “ngopi” pada komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan adalah tema agama. Mereka membahas bagaimana kehidupan beragama mereka kedepannya agar lebih baik lagi, ingin mendirikan usaha berlandaskan islam, ingin mendirikan warung kopi juga di dalam pondok. (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi tidak bisa dipisahkan dengan manusia, banyak hal yang bisa kita lakukan dengan teknologi, bisa untuk sarana informasi dan komunikasi juga, semuanya tidak terlepas dari teknologi. Hal ini juga sering dibicarakan ketika “ngopi”. Sambil “ngopi” terkadang ide ide desain gambar muncul, mereka menganggap kopi adalah sumber inspirasi. (3) Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Mahasiswa sepulang kuliah dan “ngopi” bersama teman temannya di Warung Kopi Sarijan sering kali membahas mata kuliah yang tadi diajarkan oleh dosen, tidak lepas dari kewajiban mereka untuk melanjutkan pendidikan. Mereka bisa membuat kegiatan”ngopi” yang lebih bermanfaat seperti belajar santai sambil “ngopi”. (4) Politik Musim kampanye caleg seperti sekarang ini ternyata juga mempengaruhi tema yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Sarijan. Mereka membicarakan mulai dari cara kampanye para calon mereka, sampai ada keinginan untuk ikut kampanye dan memilih pemimpin yang benar benar cocok sebagai bentuk pesta demokrasi. (5) Hobi dan Seni Hobi dan seni juga sudah menjadi rutinitas sehari hari, pada saat “ngopi”, masalah hobi dan seni juga tidak luput dibicarakan. Seperti hobi memodif sepeda motor dan suka menggambar, saling bertukar pendapat tentang dunia otomotif khusunya sepeda motor. (6) Wanita dan Lingkungan sekitar Keadaan lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam kegiatan masyarakat, mulai dari keamanan, cuaca hingga wanita yang lalu lalang di jalanan. Sistem keamanan perumahan tempat tinggalnya yang kurang ketat dan mereka berencana untuk memberikan masukan yang lebih baik kepada satpamnya. Cuaca sekarang yang sering panas dan tiba tiba mendung lalu turun hujan tidak luput dari pembicaraan mereka, saling mengingatkan agar menjaga kesehatan dan tiba tiba ada “cewek” yang melintas dan berganti lagi tema pembicaraan tentang wanita idaman mereka masing masing begitu seterusnya, tema sosial yang mereka bicarakan selalu berganti secara spontan tergantung siapa yang memulai pembicaraan PEMBAHASAN Setelah dilaksanakan pengumpulan data sehingga ditemukan temuan penelitiannya, maka pada bab selanjutnya adalah pembahasan. Berikut ini adalah hasil pembahasan dari pokokpokok masalah yang diteliti. A. Latar belakang terbentuknya komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa latar belakang terbentuknya komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Rasa kopi yang khas dan berbeda dari warung kopi lainnya (2) Mempunyai hobi yang sama yaitu “ngopi” (3) Bertemu teman dan silaturahmi. Kopi yang disajikan oleh Warung Kopi Sarijan ini memang berbeda dari warung kopi lainnya di Malang, teksturnya sangat halus sehalus debu. Itu adalah hasil dari penggilingan kopi robusta yang sangat halus, Warung Kopi Sarijan mulai produksi kopi sendiri mulai awal tahun 2012. Untuk masalah racikannya tidak bisa dijelaskan karena itu rahasia Sarijan, intinya

adalah semakin halus kopi maka semakin kuat cita rasanya karena tidak ada aroma bubuk kopi maupun kopi yang terbuang. Semua pelanggan Warung Kopi Sarijan memang suka kopi, kegiatan “ngopi” sudah menjadi bagian dari keseharian mereka, “ngopi” bagi mereka adalah hobi sekaligus hiburan, sama sama suka “ngopi” berarti saudara. Banyak hal yang sama dari segi hobi membuat mereka nyambung dan membentuk suatu komunitas “ngopi” itu sendiri. Kegiatan “ngopi” bagi komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan adalah untuk menyambung tali silaturahmi dan juga bertemu dengan teman. Sambil “ngopi” mereka bertanya kabar, kuliah atau pekerjaan dan kegiatan sehari hari. Pendapat diatas sesuai dengan teori Wenger (2002:38), yang menjelaskan tentang komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Hal ini dalam pembahasan yang dimaksud ketertarikan yang sama dalam hal “ngopi” dan habitat yang sam yaitu Warung Kopi Sarijan. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Hal ini juga sesuai dengan Kertajaya Hermawan (2008:11) bahwa komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan minat dan ketertarikan pada suatu hal. Komunitas “ngopi” ini memang saling peduli antar individu sehingga terjadi komunikasi sosial. Komunikasi Sosial adalah mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. B. Tujuan yang memotivasi komunitas tersebut untuk melakukan kebiasaan ”ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa tujuan yang memotivasi komunitas tersebut untuk melakukan kebiasaan ”ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu: (1) Melepas penat sehari hari (2) Ajang untuk berkumpul. Kegiatan “ngopi” dapat digunakan untuk melepas penat sehari hari dari aktivitas bekerja maupun kuliah. Bagi mereka “ngopi” lebih berarti dan hemat biaya daripada harus melepas penat dengan rekreasi ke tempat tempat hiburan dan menghabiskan biaya yang cukup besar bagi mereka. Kegiatan komunitas “ngopi” dapat digunakan untuk ajang berkumpul antar sesama penikmat kopi, saling bertukar pandangan, diskusi tentang pekerjaan, hobi sampai masalah wanita. Dialog yang muncul seringkali tidak mereka temukan di tempat lain, pemikiran pemikiran sederhana yang muncul dari tempat sederhana dan manfaatnya lebih besar. Hal ini sesuai dengan teori Syaikh Ihsan Jampes (2009:19) yang menyatakan bahwa minum kopi bisa menemukan rasa yang menyegarkan, meringankan pikiran, dan membangkitkan semangat tetap terjaga sampai waktu yang lama serta sebagai penambah kekuatan tubuh.“Ngopi” adalah adalah istilah yang digunakan sebagaian warga Indonesia saat sedang santai dan menikmati makanan ringan. Namun istilah ngopi ini juga bisa pada arti yang sebenarnya yaitu „minum secangkir kopi‟. Kebiasaan minum kopi di negeri ini rupanya sudah menjadi budaya turun-temurun karena dari kalangan tua hingga muda saat ini banyak yang menyukainya dan bahkan menjadikannya sebuah hobi. Agar tidak terkesan kuno dan kolot kini hampir di setiap café maupun tempat nongkrong anak muda lainnya khususnya di kota Malang banyak menyediakan berbagai jenis minuman yang berbahan dasar kopi. Minuman yang satu ini

boleh

dibilang

legendaris

karena

peminatnya

tidak

pandang

zaman.

C. Tema sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Berdasarkan hasil penelitian pesan pesan sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang bertema kan sosial tentang : (1) Agama dan Kepercayaan, (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi, (3) Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, (4) Politik, (5) Hobi dan Seni, (6) Wanita dan Lingkungan sekitar. Menurut Nurdin (2008:174) istilah tema sering disamakan pengertiannya dengan topik, tema sosial adalah pokok permasalahan sebuah dialog atau cerita yang menceritakan tentang keadaan lingkungan sekitar manusia, keseluruhan hal pokok yang dibicarakan dan berkaitan erat dengan manusia dalam bermasyarakat adalah tema sosial. Jenis tema sosial jika diperluas lagi misalnya pokok yang dibicarakan adalah masalah Agama dan Kepercayaan, Teknologi, Informasi dan Komunikasi, Ekonomi dan Industri, Sosial dan Budaya, Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, Sejarah dan Politik, Kesehatan, Hobi dan Seni, Lingkungan dan Sumber Daya Alam. Ngopi merupakan salah satu kebiasaan yang bisa dibilang sudah menjadi tradisi. Dari tradisi ngopi pula, tokoh-tokoh intelektual terkemuka dan seniman besar seperti diantaranya Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun. Sederhana namun penuh inspirasi. Itulah kiranya kalimat yang pas untuk menggambarkan betapa tradisi ngopi ini memang cukup memiliki arti penting dalam memberikan nuansa hidup serta pengaruh bagi siapa saja yang gemar ngopi. Positif dan tidaknya pengaruh tersebut sudah barang tentu tergantung sejauh mana para penikmat ngopi mampu memposisikan kebiasaan ngopi tersebut pada posisi yang tepat berdasarkan asas manfaat dan mudharat bukan sebatas mencari kesenangan. Cak Nun secara akademis memang tidak punya gelar apa apa, tetapi dari kegiatan sehari harinya ngopi tercipta berbagai kumpulan puisi dan seni teater yang diantara karyanya memberikan kritik terhadapa pemerintah dan tidak mampu menjalankan aspirasi rakyat. Hal tersebut menjadi salah satu dasar mengapa Cak Nun bergerak memimpin perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa pada jaman orde baru. Cak Nun bersama sama dengan aktifis islam dan mahasiswa saat itu melakukan aksi demonstrasi dan menduduki gedung DPR. Tidak seperti pada zaman-zaman dahulu yang serba sederhana, dewasa ini tempat ngopi hanyalah sebatas tempat pembicaraan politik tidak sampai pada gerakan politik seperti jaman orde baru kala Emha Ainun Nadjib. (Anneahira:2012) Pada saat “ngopi” tema yang dibicarakan bermacam macam dan spontan berpindah dari satu tema ke tema lainnya, salah satu tema yang dibicarakan sewaktu “ngopi” pada komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan adalah tema agama. Mereka membahas bagaimana kehidupan beragama mereka kedepannya agar lebih baik lagi, ingin mendirikan usaha berlandaskan islam, ingin mendirikan warung kopi juga di dalam pondok. Teknologi tidak bisa dipisahkan dengan manusia, banyak hal yang bisa kita lakukan dengan teknologi, bisa untuk sarana informasi dan komunikasi juga, semuanya berhubungan dengan teknologi. Hal ini juga sering dibicarakan ketika “ngopi”. Sambil “ngopi” terkadang ide ide desain gambar muncul, mereka menganggap kopi adalah sumber inspirasi. Mahasiswa sepulang kuliah dan “ngopi” bersama teman temannya di Warung Kopi Sarijan sering kali membahas mata kuliah yang diajarkan oleh dosen sewaktu kuliah, hal ini juga tidak lepas dari kewajiban mereka sebagai mahasiswa. Mereka bisa membuat kegiatan”ngopi” yang lebih bermanfaat seperti belajar santai sambil “ngopi”. Musim kampanye caleg seperti sekarang ini ternyata juga mempengaruhi tema yang didialogkan oleh komunitas “ngopi” di Sarijan. Mereka membicarakan mulai dari cara kampanye para calon mereka, sampai ada keinginan untuk ikut kampanye dan memilih pemimpin yang benar-benar cocok sebagai bentuk pesta demokrasi.

Hobi dan seni juga sudah menjadi rutinitas sehari hari, pada saat “ngopi”, masalah hobi dan seni juga tidak luput dibicarakan. Seperti hobi memodif sepeda motor dan suka menggambar, saling bertukar pendapat tentang dunia otomotif khusunya sepeda motor. Keadaan lingkungan sekitar juga berpengaruh dalam kegiatan masyarakat, mulai dari keamanan, cuaca hingga wanita yang lalu lalang di jalanan. Sistem keamanan perumahan tempat tinggalnya yang kurang ketat dan mereka berencana untuk memberikan masukan yang lebih baik kepada satpamnya. Cuaca sekarang yang sering panas dan tiba tiba mendung lalu turun hujan tidak luput dari pembicaraan mereka, saling mengingatkan agar menjaga kesehatan dan tiba tiba ada “cewek” yang melintas dan berganti lagi tema pembicaraan tentang wanita idaman mereka masing masing begitu seterusnya, tema sosial yang mereka bicarakan selalu berganti secara spontan tergantung siapa yang memulai pembicaraan.. Dialog bertema sosial sebagai bentuk proses interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Merupakan proses komunikasi diantara orang orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Tema suatu dialog sewaktu “ngopi” biasanya mudah dipahami, mudah berganti tema dan bersifat spontan tergantung dari siapa yang memulai pembicaraan, pembicaraan ringan menggunakan bahasa tidak formal, saling bertukar informasi sehingga menambah erat komunikasi sosial diantara mereka. KESIMPULAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti lakukan, dapat ditarik kesimpulan meliputi beberapa hal berikut: 1. Latar belakang terbentuknya komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Rasa kopi yang khas dan berbeda dari warung kopi lainnya (2) Mempunyai hobi yang sama yaitu “ngopi” (3) Bertemu teman dan silaturahmi. Kopi yang disajikan oleh Warung Kopi Sarijan ini memang berbeda dari warung kopi lainnya di Malang, teksturnya sangat halus sehalus debu. Semua pelanggan Warung Kopi Sarijan memang suka kopi, kegiatan “ngopi” sudah menjadi bagian dari keseharian mereka, kegiatan “ngopi” bagi komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan adalah untuk menyambung tali silaturahmi dan juga bertemu dengan teman. 2. Tujuan yang memotivasi komunitas tersebut untuk melakukan kebiasaan ”ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu: (1) Melepas penat sehari hari (2) Ajang untuk berkumpul. Kegiatan “ngopi” dapat digunakan untuk melepas penat sehari hari dari aktivitas bekerja maupun kuliah. Warung Kopi Sarijan adalah warung kopi yang sering dikunjungi oleh masyarakat berbagai latar belakang, sosial budaya untuk berkumpul, diskusi, ngobrol santai, dialog warga, opini masyarakat berbagai macam latar belakang, wawancara, minum bersama untuk mendapatkan suatu informasi bermanfaat yang didapatkan. 3. Tema sosial yang didialogkan oleh komunitas tersebut pada saat “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang yaitu : (1) Agama dan Kepercayaan, (2) Teknologi Informasi dan Komunikasi, (3) Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, (4) Politik, (5) Hobi dan Seni, (6) Wanita dan Lingkungan sekitar. B. SARAN Sebagai akhir dari karya tulis ini, maka penulis mengajukan beberapa saran yang dapat mendukung komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang. Saran ini ditujukan kepada: 1. Mas Abdullah Faizal selaku pemilik Warung Kopi Sarijan Malang agar terus berkreativitas dalam menjalankan Warung Kopi Sarijan, terus belajar agar berkembang lebih baik lagi,

dan tetap mempertahankan cita rasa kopinya karena menurut saya kopinya memang mempunyai rasa yang khas dan berbeda dari yang lain. 2. Mas Nur Kholis selaku karyawan sekaligus koordinator karyawan di Warung Kopi Sarijan Malang agar selalu menjaga kenyaman dan kebersihan Warung Kopi Sarijan, karena bagi pelanggan selain “ngopi” yang tidak kalah pentingnya adalah kenyamanan dan kebersihan di Warung Kopi Sarijan. 3. Seluruh komunitas “ngopi” di Warung Kopi Sarijan Malang supaya tetap menjaga kekompakan dan rasa persaudaraan di Warung Kopi Sarijan, dialog dialog bertema sosial yang menarik dan bermanfaat akan lebih memberi arti agar “ngopi” bukan hanya sekedar nongkrong dan menikmati kopi. DAFTAR RUJUKAN Allan. Crow, 2002. Arah minat komunitas sosial. Jakarta: Penerbit Kompas. Anneahira, 2012. Emha Ainun Nadjib Seorang Budayawan dan Tokoh Reformasi, (Online), (http://www. ANNEAHIRA.com), diakses tanggal 16 Mei 2014. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaCipta. Hillery. 1955. The group of population. Jakarta: Gramedia Pustaka. Jampes, Syaikh Ihsan. 2009. Kitab Kopi dan Rokok. Yogyakarta : PT LkiS Printing Cemerlang. Kertajaya Hermawan, 2008. Pembangunan Masyarakat. Bandung: Pustaka Pilar. Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moleong, L. J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nawawi, H. Hadari. 1990. Metode Penelitian Social. Yogyakarta: GadjaMada University Press. Nurdin A. Sulaiman, 2008. Proses Sosial di Masyarakat. Bandung : Mandar Maju. Prabowo R. Cahyo, warung kopi sebagai bentuk komunikasi efektif masyarakat indonesia, (Online), (http://www. warung-kopi-sebagai-bentukkomunikasi-efektif-dan-komunikasi-lintas-budaya-masyarakat-indonesia595770.html), diakses tanggal 19 Maret 2014. Reztya, R. 2009. Ngopi antara hobi dan kebutuhan, (Online), (http://www. mc8ukkngopi-antara-hobi-dan-kebutuhan.html), diakses tanggal 19 Maret 2014. Sanapiah Faisal, 1999. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Grafindo Persada. Soerjono Soekanto. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Soleman B. Taneko. 1984. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta: CV. Rajawali. Sumijatun. 2006. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Jakarta: EG. Soenarno, 2002. Komunitas Sebagai Pilar Pembangunan Nasional. Jakarta: CV. Rajawali. Universitas Negeri Malang, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang : UM Press Wenger. David, 2002. The Interloking of theory and Practice in social Research and development. London: Routledge.

Artikel Ilmiah oleh Dwi Fajar Khamdani ini Telah diperiksa dan disetujui oleh

Malang, 22 Mei 2014 Pembimbing I

Drs. Suparlan Al Hakim, M.Si NIP. 19550827 198102 1 001

Pembimbing II

Siti Awaliyah, S.Pd, SH, M.Hum NIP. 19741004 200501 2 002

Malang, 22 Mei 2014 Penulis

Dwi Fajar Khamdani NIM 100711403417