TEORI BELAJAR BERMAKNA AUSUBEL (MEANINGFUL LEARNING THEORY)
A.
Biografi David Paul Ausubel (1918 – 2008) Seorang Psikologi dari Amerika, lahir di Brooklyn, New York. Menyelesaikan sarjana Pra-Kedokteran dan Psikologi di Universitas Pennsylvania. Lalu melanjutkan bidang Kedokteran di Universitas Middlesex. Memperoleh gelar Ph.D bidang Perkembangan Psikologi di Universitas Columbia. Tahun 1976 memperoleh The Thorndike Award dari Asosiasi Psikolog Amerika (The American Psychological Association) untuk “Distinguished Psychological Contribution To Education”.
B.
Jenis belajar 1.
Belajar Bermakna (Meaningful Learning) Belajar dikatakan bermakna jika informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif (dapat berupa fakta-fakta, konsep-konsep maupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa) yang dimiliki siswa itu sehingga siswa itu dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
2.
Belajar Menghafal (Rote Learning) Bila struktur kognitif yang cocok dengan informasi baru itu belum ada maka informasi baru tersebut harus dipelajari dengan menghafal.
C.
Metode belajar Beberapa metode belajar diantaranya. 1.
Belajar Menemukan Bentuk akhir harus dicari siswa. Contoh : rumus akar persamaan kuadrat harus ditemukan siswa.
2.
Belajar Menerima Bentuk akhir yang diajarkan itu diberikan. Contoh : rumus akar persamaan kuadrat diberikan.
D.
Tipe Belajar Menurut Ausubel Dari jenis dan metode belajar, ada empat tipe belajar menurut Ausubel : 1.
Belajar dengan penemuan yang bermakna Informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa. Siswa itu kemudian menghubungkan informasi/pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Misalnya siswa diminta menemukan sifat-sifat suatu persegi. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimilikinya, seperti sifat-sifat persegi panjang, siswa dapat menemukan sendiri sifat-sifat persegi tersebut.
2.
Belajar dengan penemuan tidak bermakna Informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa, kemudian ia menghafalnya. Misalnya, siswa menemukan sifat-sifat persegi tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan segiempat dengan sifatsifatnya, tetapi dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini ia menemukan sifat-sifat persegi dan kemudian dihafalkan.
3.
Belajar menerima yang bermakna Informasi yang telah tersusun secara logis disajikan kepada siswa dalam bentuk final/akhir, kemudia siswa menghubungkan informasi/pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya peserta didik akan mempelajari akar-akar persamaan kuadrat. Pengajar mempersiapkan bahan-bahan yang akan diberikan yang susunannya diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah tertanam ke dalam konsep persamaan yang sudah dimiliki siswa. Karena pengertian persamaan lebih inklusif daripada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari peserta didik secara bermakna.
4.
Belajar menerima yang tidak bermakna Dari setiap tipe bahan yang disajikan kepada siswa dalam bentuk final. Siswa kemudian menghafalkannya. Bahan yang disajikan tanpa memperhatikan pengetahuna yang dimiliki siswa.
Empat proses belajar bermakna menurut Ausubel: 1.
Derivative Subsumption Menggambarkan situasi dengan adanya informasi baru yang dipelajari siswa adalah contoh dari suatu konsep yang telah diketahuinya. Misalkan siswa telah mengetahui konsep “pohon”, yaitu punya cabang, ranting, daunnya hijau, dan ada yang mempunyai buah. Sekarang siswa belajar tentang
jenis pohon yang tidak pernah ia pelajari sebelumnya, contoh pohon maple. Pengetahuan baru tentang pohon maple melekat di konsepnya tentang pohon tanpa mengubah konsep tentang pohon itu sendiri. 2.
Correlative Subsumption Lebih “bernilai” daripada Derivative Subsumption jika mencapai konsep yang levelnya lebih tinggi. Misalnya siswa menemukan bahwa pohon baru yang ia dapat, daunnya berwarna merah. Jadi sekarang siswa mengubah/memperluas konsep tentang pohon, yaitu daunnya bisa berwarna merah.
3.
Superordinate Learning Pada proses ini siswa telah tahu banyak contoh dari konsep, tetapi belum mengetahui konsep sebelum diajarkan ke siswa tersebut. Misalnya siswa telah tahu bermacam pohon seperti pohon maple, pohon oak, tetapi ia belum tahu bahwa ini adalah contoh pohon yang daunnya berubah warna.
4.
Combinatorial Learning Tiga proses sebelumnya melibatkan informasi baru yang bisa disusun sebelum atau sesudah pengetahuan yang sebelumnya. Ini adalah proses bahwa konsep baru muncul dari konsep lain yang sudah ia dapat sebelumnya, tetapi tidak dengan urutan sebelum atau sesudah pengetahuan sebelumnya. Tetapi pada level yang sama. Siswa dapat belajar dengan analogi. Misalnya sekarang siswa sedang mempelajari bagaimana telur ikan dibuahi. Siswa akan menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya tentang penyerbukan tanaman. Kedua konsep ini berbeda, tetapi semua berhubungan dengan proses perkembangbiakan.