VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MANGROVE DI

Download Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya mangrove,menganalisis valuasi ekonomi total (TEV) sumberdaya ...... ...

0 downloads 576 Views 116KB Size
Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST) Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA MANGROVE DI KELURAHAN MANGUNHARJO, KECAMATAN TUGU, KOTA SEMARANG Economic Valuation of Mangrove Resources in the Mangunharjo Village Tugu Sub District, Semarang City Desti Setiyowati, Supriharyono dan Imam Triarso Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara Jl. Taman Siswa (Pekeng) Tahunan, Jepara Email: [email protected] Diserahkan tanggal 10 Mei 2016, Diterima tanggal 29 Juli 2016

ABSTRAK Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya yang memiliki fungsi dan peran penting dalam satu kesatuan ekosistem. Keberadaannya mendapat tekanan yang serius sebagai dampak dari konversi lahan untuk budidaya tambak intensif dan abrasi gelombang laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan sumberdaya mangrove,menganalisis valuasi ekonomi total (TEV) sumberdaya mangrove setelah dikonversi menjadi tambak, dan menganalisis nilai manfaat sumberdaya mangrove. Metode penelitian menggunakan metode proportional stratified random sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode identifikasi pemanfaatan sumberdaya mangrove, metode identifikasi manfaat dan fungsiekosistem mangrove, dan metode evaluasi kebijakan sumberdaya mangrove dengan menggunakan Analisis Manfaat Biaya. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan sumberdaya mangrove yang dilakukan masyarakat lokal: perikanan tangkap ikan belanak, perikanan budidaya/tambak ikan bandeng dan udang windu, pembibitan mangrove, dan buah mangrove. Nilai ekonomi total sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo saat ini seluas 7,1 ha ekosistem mangrove dan 75 ha tambak produktif sebesar Rp1.398.787.140 / tahun atau Rp160.480.161 / ha / tahun. Nilai manfaat sumberdaya mangrove yang tertinggi yaitu manfaat tidak langsung 63,77% (Rp892.000.000 / tahun atau Rp125.633.803 /Ha /tahun), nilai manfaat lainnya adalah manfaat langsung 33,30% (Rp465.739.500 /tahun atau Rp29.065.000 /ha /tahun), manfaat keberadaan 2,87% (Rp40.136.000 /tahun atau Rp5.652.958 /Ha /tahun), dan manfaat pilihan 0,07% (Rp911.640 / tahun atau Rp128.400 /ha /tahun). Kata kunci: sumberdaya, mangrove, konversi, manfaat, valuasi ekonomi ABSTRACT Mangrove forest is one resource that has function and role in the ecosystems. Mangrove forests in Mangunharjo Village are under increasing pressures as the impact of land conversion for intensive aquaculture and ocean wave abrasion. The aim of this research was to 1)identify the utilization ofmangrove resource, 2) analyze the value of the total economic (TEV) resources after mangrove converted into ponds,and 3) analyze the value of the benefits of mangrove resources. The method applied in the research was a purposive random sampling proportional to get representative respondents. Data were analyzed with several methods of analysis:a methodof resource utilization of mangrove identification, methods of identifying the benefits and functions of mangrove ecosystems, and mangrove resource policy evaluation method using Cost Benefit Analysis. This research results showed that the utilization of mangrove resources by local people is mullet fishing, aquaculture/ponds milkfish and shrimp, mangrove seeds, and mangrove fruits.The total economic value of mangrove resources in the Mangunharjo Village currently covering 7,1 ha of mangrove forest and 75 ha for the ponds that is still productive for IDR 1398787140 per year or IDR 160480161 /ha / year.Value of the benefits of mangrove resources is the highest 63,77% indirect use value (IDR 892000000 /year or 125633803 /ha /year), the value of other benefits are the direct use value of 33,30% (IDR 465739500 /year or IDR 29065000 /ha /year), the existence use value of 2,87% (IDR 40136000 /year or 5652958 /ha /year), and option use value of 0,07% (IDR 911640 /year or128400 /ha /year). Keywords: resources, mangrove, conversion, benefits, economic valuatio PENDAHULUAN Hutan mangrove merupakan sumberdaya alam yang penting di lingkungan pesisir, dan memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi fisik, biologis, dan ekonomis. Fungsi fisik adalah ©

sebagai penahan angin, penyaring bahan pencemar, penahan ombak, pengendali banjir dan pencegah intrusi air laut ke daratan. Fungsi biologis adalah sebagai daerah pemijahan (spawningground), daerah asuhan (nursery ground),dan sebagai daerah mencari makan (feeding ground) bagi ikan dan

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748 67

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang

biota laut lainnya. Fungsi ekonomis adalah sebagai penghasil kayu untuk bahan baku dan bahan bangunan, bahan makanan dan oba t-obatan. Selain itu, fungsi tersebut adalah strategis sebagai produsen primer yang mampu mendukung dan menstabilkan ekosistem laut maupun daratan (Romimotarto, 2001). Kegiatan eksploitasi yang berlebihan dan alih fungsi hutan mangrove mengakibatkan degradasi kawasan hutan mangrove yang ditunjukkan secara nyata dengan semakin berkurangnya luasan hutan mangrove. Degradasi hutan mangrove mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem kawasan pantai, seperti intrusi air laut, abrasi pantai, punahnya beberapa jenis flora, fauna dan biota tertentu, menurunnya keanekaragaman hayati serta kerusakan habitat yang meluas sampai daratan (Saparinto, 2007). Sumberdaya mangrove dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan asalkan tingkat pemanfaatannya tidak melampaui kapasitas produksinya. Potensi sumberdaya alam wilayah pesisir dan lautan di Indonesia yang sangat besartersebut membutuhkan pengelolaan yang baik, sehingga pemanfaatannya dapat berlangsung secara berkesinambungan, sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan yang menjadi dasar konsep pembangunan nasional. Kenyataannya dalam pelaksanaan pengelolaan tersebut, faktor keberlanjutan sumberdaya alam sering diabaikan dengan terjadinya degradasi sumberdaya alam yang memprihatinkan di berbagai daerah, juga karena kebijakan pengelolaan sekarang sering memperkuatkecenderungan untuk mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan, sehingga kebijakan baru perlu dikembangkan untuk memperbaiki kegagalan pasar (Sobari et al., 2006). Salah satunya, kegiatan konversi lahan hutan mangrove yang tidak terkendali terjadi di Kota Semarang. Kelurahan Mangunharjo adalah salah satu wilayah pesisir di Kota Semarang yang terletak di Kecamatan Tugu, dengan panjang pantai 3,5 km dari Sungai Bringin sampai dengan SungaiPlumbon. Dulunya merupakan kawasan mangrove seluas ± 30 ha. Namun, sejak terjadinya kerusakan lingkungan yang dimulai tahun 1998, telah hilang 11 ha hutan mangrove karena terkena abrasi gelombang laut dan sebagian juga telah dikonversi untuk budidaya udang windu pada saat itu, kemudian abrasi begitu cepat sehingga pada akhir tahun 2010 sudah melenyapkan 161 Ha tambak penduduk, maka secara pasti petani tambak kehilangan mata pencaharian. Luas areal hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo diperkirakan 7,22 Ha (RTRP Kota Semarang, 2008). Mengingat masih rendahnya penghargaan masyarakat terhadap potensi hutan mangrove sebagai aset ekonomi, maka perlu dilakukan penilaian (valuasi) ekonomi sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo, sehingga dengan penelitian ini dapat diketahui besarnya manfaat dan fungsi hutan mangrove baik itu manfaat secara ekonomi maupun manfaat ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasipemanfaatan sumberdaya mangrove oleh masyarakat lokaldi Kelurahan Mangunharjo. 2. Menganalisis valuasi ekonomi total (TEV) dari sumberdaya mangrove setelah dikonversi menjadi tambak di Kelurahan Mangunharjo. 3. Menganalisis nilai manfaat dari sumberdaya mangrovedi Kelurahan Mangunharjo.

©

68

METODE PENELITIAN Lokasi dari penelitian ini adalah kawasan mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu Kota Semarang.Daerah yang diteliti mencakup Kampung Krajan (Ngebruk), Karanggayam, Tegalsari, Panggung, dan Tanggulsari. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan September 2011. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara propotional stratifiedrandom sampling, berdasarkan stratifikasi jenis kegiatan pemanfaatan sumberdaya ekosistem mangrove. Jumlah sampel sebanyak 50 responden. Masyarakat yang dijadikan responden adalah masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya mangrovedan juga masyarakat yang berhubungan dengan mangrove secara tidak langsung. Untuk mengetahui keadaan umum lokasi penelitian dan kondisi mangrove yang ada, dilakukan wawancara dengan Aparat Desa, Dinas terkait dan LSM. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap analisis, yaitu: 1) Identifikasi pemanfaatan sumberdaya mangrove Proses identifikasi dilakukan dengan wawancara yang mendalamuntuk menganalisis 4 komponen menurut Kovacs (1999) dalam Maedar (2008) diantaranya: a. Identifikasi jenis mangrove yang dimanfaatkan b. Pemanfaatan yang potensial c. Pemanfaatan nyata yang sedang dilakukan d. Pilihan untuk perbedaan lingkungan dan kesesuaian pemanfaatan darimangrove 2) Identifikasi manfaat dan fungsiekosistem mangrove sebagai berikut: A. Mantaat Langsung (ML) (Direct Use Value) Manfaat langsung adalah nilai yang dihasilkan dari pemanfaatan langsungdari hutan mangrove seperti perikanan, kayu bakar dan wisata (Fauzi, 2002). ML= ML1 + ML2 + ML3..... + MLn Keterangan: ML1 = Manfaat langsung, total dari hasil perikanan ML2 = Manfaat langsung, total dari hasil tambak ML3 = Manfaat langsung, total hasil bibit bakau ML4= Manfaat langsung, total dari hasil buah mangrove B. Manfaat Tidak Langsung (MTL) (Indirect Use Value) Manfaat tidak langsung adalah nilai yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya dan lingkungan (Fauzi, 2002). Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung seperti penahan abrasi pantai dan penyedia bahan organik bagi biota-biota yang hidup didalamnya (Fahrudin, 1996). MTL = MTLe + MTLb Keterangan: MTLe=Manfaat tidak langsung ekologis sebagai penahan abrasi pantai MTLb=Manfaat tidak langsung biologis sebagai tempat pembesaran ikan Estimasi manfaat tidak langsung ekologis hutan mangrove sebagai penahan abrasi pantai didekati dengan pembuatan green belt yang setara dengan fungsi hutan mangrove sebagaipenahan abrasi pantai. Metode yang digunakan untuk mengukur nilaitersebut adalah replacement cost.

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

69

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Desti Setiyowati, Supriharyono dan Imam Triarso

Estimasi manfaat tidak langsung biologis hutan mangrove sebagai nursery ground, spawning ground dan feeding ground bagi biota perairan didekati darihasil tangkapan nelayan untuk ikan di wilayah perairan lautsekitarnya. Menurut Adrianto (2004) teknik pengukuran untukmenilai manfaat tersebut adalah pendekatan produktivitas (productivity approach). C. Manfaat Pilihan (MP) (Option Value) Manfaat pilihan adalah suatu nilai yang menunjukkan kesediaan seseorang untuk membayar guna melestarikan ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di masa depan. Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan mangrove di Indonesia. Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) hutan mangrove di Indonesia yaitu US$ 1.500/km²/tahun atau US$15/ha/tahun (Ruitenbeek, 1998 dalam Supriyadi 2009). Menurut Fahrudin (1996), Maedar (2008), Hiariey (2009), Benu, et al. (2010) dan Linda dan Fitria (2013)nilai ini dapat dipakai di seluruh hutan mangrove yang ada di Indonesia apabila ekosistem hutan mangrovenya secara ekologis penting dan tetap dipelihara secara alami. Jika dirumuskan: MP =MPb (Manfaat Pilihanbiodiversity) = US$ 15 per ha x Luas hutan mangrove D. Manfaat Eksistensi (ME) (Exsistence Value) Manfaat eksistensi adalah manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari keberadaan ekosistem yang diteliti setelah manfaat lainnya (manfaat langsung, tidak langsung dan manfaat pilihan). Pengukuran manfaat eksistensi tersebut didekati denganpengukuran langsung terhadap preferensi individu melalui ContingentValuation Method (CVM), mengukur seberapa besar keinginanmembayar (Willingness to Pay, WTP) dari responden terhadapkeberadaan dan perbaikan ekosistem mangrove (Fauzi, 2004). Nilai Manfaat Keberadaan di peroleh dengan cara mengalikan nilai rata-rata (Rp) yang diberikan oleh responden terhadap keberadaan hutan mangrove per ha per tahun dengan luas hutan mangrove secara keseluruhan. Menurut FAO (2000) dalam Adrianto (2005). Formulasinya adalah sebagai berikut: n

ME =

 (ME ) / n i 1

i

dimana: MEi =Manfaat Eksistensi dari responden ke-i n =Jumlah responden E. Kuantifikasi seluruh manfaat Nilai Ekonomi Total (Total Economic Value) merupakan penjumlahan dariseluruh manfaat yang telah diidentifikasi, yaitu: NET = ML + MTL + MP + ME Keterangan: NET = Nilai ekonomi total (TEV) (Rp/ha/tahun atau Rp/tahun) ML = Nilai manfaat langsung MTL = Nilai manfaat tidak langsung

©

3)

MP = Nilai manfaat pilihan ME = Nilai manfaat keberadaan Evaluasi kebijakan sumberdaya mangrove Setelah penilaian ekonomi sumberdaya mangrove dilakukan, maka perlu menganalisis suatu proyek dari segi ekonomi yaitu dengan menggunakan metode Analisis Biaya Manfaat (Cost-Benefit Analysis atau CBA). Dalam analisis ini terdapat beberapa asumsi yang dipakai: 1. Produksi ikan tetap karena adanya usaha untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya mangrove. 2. Pertambakan tetap karena adanya usaha untuk mempertahankan kondisi sumberdaya mangrove yang baik. 3. Pembibitan tetap karena adanya usaha untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya mangrove. 4. Produksi buah mangrove tetap karena adanya usaha untuk memelihara kawasan sumberdaya mangrove. 5. Jenis pemanfaatan sumberdaya mangrove tetap dan dikonversi menjadi satuan luasan. 6. Analisis biaya manfaat dilakukan melalui kondisi sumberdaya mangrove pada kondisi awal dan pada kondisi yang sekarang. 7. Kehilangan manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan manfaat keberadaan akibat konversi hutan mangrove menjadi biaya kehilangan bagi pengelolaan hutan mangrove. 8. Jangka waktu analisis adalah 10 tahun, secara ekologi kurun waktu tersebut digunakan berdasarkan perkiraan bahwa umur mangrove sudah mencapai pada pembentukan sistem ekologis. 9. Tingkat suku bunga (discount rate) yang dipakai adalah 15%. Digunakan discount rate 15% atas dasar bahwa discount rate untuk analisis ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya adalah 8% sampai 15% (Gittinger, 2008), dipilih 15% karena dalam analisis ekonomi tidak ada nilai yang pasti untuk discount rate, sehingga diambil nilai discount rate yang tertinggi. Kriteria evaluasi kebijakan yang dipergunakan adalah Net Present Value (NPV). Nilai NPV ini didekati dengan menggunakan pendekatan yang dikembangkan Abelson (2005), dengan rumus sebagai berikut: n

NPV =

 t 1

( Bt  Ct ) (1  r ) t

dimana : NPV =Net Present Value (nilai manfaat bersih sekarang) =Manfaat langsung yang diperoleh pada waktu t (Rp) =Biaya langsung yang dikeluarkan pada waktu t (Rp) t =Kurun waktu penilaian (10 tahun) r =Discount rate Kriteria keputusan, sebuah proyek layak untuk dikembangkan dari segi ekonomi jika nilai NPV > 0.

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum wilayah Data mengenai keadaan umum wilayah Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang merupakan data sekunder yang bersumber dari data monografi Kelurahan Mangunharjo Semarang.

Pengangkutan PNS TNI/Polri Pensiunan Lainnya Jumlah

76 62 11 21 2.425 3.684

70

2,06 1,68 0,29 0,57 65,83 100

Sumber: Data Monografi Kelurahan Mangunharjo, 2010

Letak Administratif

Keadaan Kawasan Ekosistem Mangrove

Kelurahan Mangunharjo merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Tugu yang mempunyai panjang pantai 3,5 km dari Sungai Beringin sampai dengan Sungai Plumbon. Kelurahan Mangunharjo memiliki luas wilayah 482,370 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Mangunharjo adalah sebagai berikut : 1. Sebelah utara berbatasan deng an Laut Jawa. 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mangkang Wetan. 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Wonosari, Kecamatan Ngaliyan. 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Mangkang Kulon.

Menurut hasil wawancara, bahwa mangrove di Kelurahan Mangunharjo sudah ada sejak tahun 1985. Dalam rangka budidaya udang windu oleh investor dari Cina mangrove tersebut ditebangi dan digantikan oleh sabuk pantai namun tidak berhasil menahan abrasi karena adanya perubahan iklim sehingga usaha budidaya udang windu tidak dapat dilanjutkan kembali dan mengalami kerugian. Sejak terjadi kerusakan lingkungan pada tahun 1998, hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo hilang sekitar 11 Ha akibat abrasi dan pembukaan lahan untuk budidaya udang windu. Dari tahun ke tahun laju abrasi semakin cepat, sehingga pada akhir tahun 2010 melenyapkan sebanyak 161 Ha tambak (Biota Foundation, 2011). Data sebaran dan luasan mangrove di Kecamatan Tugu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Kependudukan Penduduk di Kelurahan Mangunharjo sampai dengan tahun 2010 berjumlah 5.429 jiwa yang terdapat pada 1.730 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari laki-laki 2.691 jiwa dan perempuan 2.738 jiwa. Tingkat Pendidikan Penduduk Kelurahan Mangunharjo yang menyelesaikan pendidikan di Akademi sebesar 39 jiwa, sedangkan jumlah yang paling besar adalah penduduk yang menamatkan pendidikan Sekolah Dasar yaitu 1.529 jiwa. Mata Pencaharian Berdasarkan data mata pencaharian penduduk di Kelurahan Mangunharjo dapat diketahui sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh. Baik buruh industri, buruh bangunan, buruh tani dan petani atau nelayan kecil serta pekerjaan lain yang kurang membutuhkan pendidikan dan keterampilan. Hal ini didukung pula dengan banyaknya kawasan industri di sekitar Kecamatan Tugu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kel. Mangunharjo Mata Pencaharian Petani sendiri Buruh tani Nelayan Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang ©

Jumlah Jiwa 172 157 135 41 384 121 79

% 4,68 4,26 3,67 1,11 10,42 3,29 2,14

Tabel 2. Sebaran dan luasan Mangrove di Kecamatan Tugu Tahun 2003 dan 2007 Kelurahan Jerakah Karanganyar Mangkang Kulon Mangkang Wetan Mangunharjo Randugarut Tugurejo Jumlah

Luas (Ha) Pada Tahun 2003 2007 9,72 0,08 25,08 8,65 4,11 1,54 6,40 4,77 6,23 7,22 20,14 8,02 38,22 17,08 109,9 47,36

Sumber: RTRP Kota Semarang, 2008 Identifikasi Pemanfaatan Sumberdaya Mangrove Luas kawasan mangrove di Kelurahan Mangunharjo yang diteliti, yaitu 7,1 Ha. Pemanfaatan sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo oleh masyarakat saat ini cukup beragam, baik sebagai usaha subsisten maupun yang komersial.Berdasarkan hasil olahan data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuosioner dengan responden, dapat diidentifikasi beberapa manfaat sumberdaya mangrove yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Rincian pemanfaatan mangrove per responden per Ha per tahun dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3, dapat dilihat beberapa jenis pemanfaatan sumberdaya mangrove yang ada di lokasi penelitian dan secara langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang berada di sekitar lokasi hutan mangrove tersebut. Jenis vegetasi mangrove yang dominan ada di lokasi penelitian dan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar adalah jenis bakau (Rhizophora mucronata) dan api-api (Avicenniamarina).

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

71

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Desti Setiyowati, Supriharyono dan Imam Triarso

Tabel 3. Pemanfaatan sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo No. 1. 2.

3. 4.

Manfaat Ikan Belanak (kg) Tambak Silvofishery - Bandeng (kg) - Udang (kg) Bibit Mangrove (batang) Buah Mangrove (kg)

Pemanfaatan Rata-rata per Responden per Ha per Tahun 1.440 726 70 17.600 204

Sumber: Data primer setelah diolah, 2011 Pendugaan Nilai Ekonomi Sumberdaya Mangrove 1. Nilai Manfaat Langsung (Direct Use Value) Pemanfaatan sumberdaya mangrove di Kelurahan

Mangunharjo oleh masyarakat saat ini cukup beragam, dapat diidentifikasi beberapa manfaat sumberdaya mangrove yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat antara lain yaitu: (1) pemanfaatan perikanan tangkap (ikan belanak), (2) pemanfaatan perikanan budidaya (tambak bandeng dan udang windu), (3) pemanfaatan bibit bakau, dan (4) pemanfaatan buah mangrove. Metode yang digunakan dalam penaksiran manfaat langsung adalah dengan pendekatan langsung berdasarkan nilai pasar. Pendekatan ini menghitung jenis jumlah produk langsung yang dapat dinikmati oleh masyarakat dari sumberdaya mangrove dikalikan dengan harga pasar yang berlaku dari setiap unit produk, yang dapat dilihat pada Tabel 4.Dari tabel tersebutdiperoleh nilai manfaat sumberdaya mangrove sebesar Rp53.710.000,00 /ha /tahun. Tabel 5 menyajikan rekapitulasi jenis dan nilai manfaat langsung sumberdaya mangrove di Kelurahan Magunharjo pada tahun 2011.

Tabel 4. Nilai manfaat sumberdaya Mangrove berdasarkan volume produksi dan harga pasar per ha per tahun di Kelurahan Mangunharjo tahun 2011 No. 1. 2.

3. 4.

Jenis Ikan Belanak Tambak Silvofishery - Bandeng - Udang Windu Bibit Mangrove Buah Mangrove

Harga Pasar (Rp/Satuan) 20.000/kg

Volume Produksi per Tahun 1.440 kg

Nilai per Ha (Rp)

15.000/kg 60.000/kg

726 kg 70 kg

10.890.000 4.200.000

17.600 batang 204 kg

8.800.000 1.020.000 53.710.000

500/batang 5.000/kg Jumlah

28.800.000

Sumber: Data primer setelah diolah, 2011 Tabel 5. Rekapitulasi jenis dan nilai manfaat langsung sumberdaya Mangrove di Kelurahan Magunharjo Tahun 2011 N o Jenis Manfaat . 1.

Ikan Belanak

2.

Tambak Silvofishery (Bandeng dan Udang Windu) Bibit Bakau Buah Jumlah

3. 4.

Biaya Investasi Operasional (Rp/tahun) (Rp) 1.500. 28.800.000 6.600.000 000 15.090.000 7.000.000 4.270.000

Nilai Manfaat (Rp per Ha per tahun)

8.800.000 1.020.000 53.710.000

2.500.000 350.000 16.450.000

2.175.000 250.000 8.195.000

Manfaat Bersih Persentase (Rp per Ha per (%) tahun) 8.100.000 20.700.00 71,2 0 2 11.270.000 3.820.000 13,14

Biaya Total (Rp)

4.675.000 600.000 24.645.000

4.125.000 420.000 29.065.000

14,19 1,45 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2011 Berdasarkan analisis manfaat biaya dari setiap jenis manfaat tersebut, diperoleh jumlah nilai manfaat bersih sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo kecuali tambak sebesar Rp 25.245.000,00 /ha/tahun, kemudian dikalikan dengan luas mangrove sekarang ini 7,1 ha didapatkan nilai sebesar Rp 179.239.500,00 /tahun. Nilai manfaat bersih tambak sebesar Rp3.820.000,00 dikalikan dengan luasan mangrove yang dikonversi menjadi tambak yang masih produktif yaitu 75 ha didapatkan nilai sebesar Rp286.500.000,00/tahun. Nilai manfaat langsung secara keseluruhan didapatkan sebesar Rp 465.739.500,00 /tahun. ©

Nilai manfaat bersih yang tertinggi pada jenis pemanfaatan hasil penangkapan ikan belanak sebesar Rp20.700.000,00 /ha/ tahun (71,22%) sedangkan nilai manfaat bersih yang terendah pada jenis pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan makanan sebesar Rp420.000,00 /ha/tahun (1,45%). Nilai manfaat bersih yang lainnya adalah pada jenis pemanfaatan bibit mangrove sebesar Rp4.125.000,00 (14,19%) dan pemanfaatan tambak (ikan bandeng dan udang windu) dengan sistem silvofishery sebesar Rp3.820.000,00 (13,14%). Berdasarkan analisis ekonomi, total manfaat langsung sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo dalam kondisi awal (hutan murni atau belum dikonversi menjadi

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang

tambak) seluas 82,1 ha sebesar Rp3.170.702.000,00 /ha/tahun, sedangkan total manfaat langsung sumberdaya mangrove dalam kondisi sekarang (hutan seluas 7,1 Ha dan tambak produktif seluas 75 Ha) sebesar Rp1.405.952.000,00 /ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan nilai manfaat langsung sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo akibat adanya konversi menjadi lahan pertambakan, sehingga luasan mangrove menjadi berkurang. 2. Nilai Manfaat Tidak Langsung (Indirect Use Value) Pengukuran manfaat tidak langsung dari sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo adalah manfaat fisik dan manfaat biologi. Manfaat tidak langsung berupa fisik adalah sebagai penahan abrasi pantai yang diestimasi melalui replacement cost dari pembangunan sabuk pantai (green belt). Menurut Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah (2008), sabuk pantai merupakan satu kesatuan konstruksi bangunan yang terdiri dari groin yang posisinya tegak lurus garis pantai, berguna untuk memecah ombak. Pembangunan sabuk pantai sejajar dengan garis pantai dan di belakang sabuk pantai berupa urugan tanah yang ditanami mangrove berfungsi sebagai penahan sabuk pantai. Pada kawasan pesisir yang telah dibangun sabuk pantai, mampu menangkap sedimen dan melindungi tambak atau bangunan lain di belakangnya, lebihlebih dengan tumbuhnya mangrove dapat memperkokoh bangunan sabuk pantai. Hasil yang diperoleh berdasarkan biaya pengganti dari pembangunan sabuk pantai (green belt), diacu dari estimasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah (1990), yaitu bahwa nilai pembuatan pemecah ombak (groin) ukuran 1 m x 10 m x 2 m (panjang x lebar x tinggi) dengan daya tahan 10 tahun sebesar Rp2.500.000,00. Panjang pantai di Kelurahan Mangunharjo adalah 3,5 km atau 3500 m, maka biaya pembuatan pemecah ombak (groin) dengan daya tahan 10 (sepuluh) tahun seluruhnya adalah Rp8.750.000.000,00. Nilai tersebut dibagi dengan 10 untuk mendapatkan nilai per tahun. Dengan demikian, nilai manfaat fisik hutan mangrove sebagai penahan abrasi adalah sebesar Rp875.000.000,00 /tahun atau Rp123.239.437,00 /ha/tahun Nilai manfaat biologis sebagai tempat pembesaran ikan (nursery ground) melalui pendekatan produktivitas (productivity approach). Menurut Adrianto (2004), ekosistem mangrove memiliki fungsi sebagai tempat pembesaran ikan (nursery ground), sehingga luasekosistem menjadi input bagi produktivitas hasil tangkapan ikan yangmenjadi produk akhir bagi masyarakat. Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang (2010), total produksi perikanan laut oleh nelayan di Kelurahan Mangunharjo pada tahun 2010 sebesar 1.400 kg dengan nilai produksi sebesar Rp17.000.000,00, sehingga nilai manfaat biologinya sebesar Rp2.394.366,00 /ha/tahun. Total manfaat tidak langsung sumberdaya mangrove dari manfaat fisik dan manfaat biologi adalah Rp125.633.803,00 /ha/tahun atau Rp892.000.000,00 /tahun 3. Nilai Manfaat Pilihan (Option Value) Nilai manfaat ini didekati dengan menggunakan nilai dari keanekaragaman hayati (biodiversity). Mengacu pada nilai keanekaragaman hayati hutan mangrove di Teluk Bintuni, Irian Jaya adalah sebesar US $ 15 /ha/tahun yang dilakukan oleh Ruitenbeek (1998), merupakan contoh yang baik untuk kajian ekonomi-lingkungan yang diaplikasikan terhadap kebijakan ©

72

dalam berbagai penggunaan sumberdaya di wilayah pesisir (Supriyadi, 2009). Nilai manfaat pilihan ekosistem mangrove di Kelurahan Mangunharjo diasumsikan sama dengan nilai biodiversity di Teluk Bintuni Irian Jaya. Asumsi yang sama pernah dilakukan oleh Maedar (2008) di Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka dengan luasan hutan mangrove 12,50 ha dan Hiariey (2009) di Desa Tawiri Ambon dengan luasan hutan mangrove hanya 3,08 ha. Nilai manfaat pilihan didapatkan dengan mengalikan nilai biodiversity dengan nilai kurs Rupiah terhadap Dollar pada saat penelitian sebesarRp8.560,00 (12 Agustus 2011). Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh hasil bahwa nilai manfaat pilihan hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo adalah sebesar Rp128.400,00 /ha/tahun (US$ 15 /ha/tahun dikalikan dengan Rp8.560,00 per US$). Luas hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo saat ini sebesar 7,1 ha, sehingga nilai manfaat pilihan (option value) secara keseluruhan adalah nilai manfaat pilihan per Ha per tahun Rp128.400,00 dikalikan dengan luasan mangrove tersebut. Total manfaat pilihan hutan mangrove di Kelurahan Mangunharjo sebesar Rp911.640,00 /tahun. 4. Nilai Manfaat Keberadaan (Existence Value) Berdasarkan pendekatan penilaian dengan menggunakan Contingent Valuation Method (CVM) terhadap 50 responden, dapat diketahui bahwa nilai manfaat eksistensi (keberadaan) sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo adalah sebesar Rp5.652.958,00 /ha/tahun atau nilai manfaat eksistensi total Rp40.136.000,00 /tahun. Pendugaan Total Nilai Ekonomi (TEV) Sumberdaya Mangrove Nilai ini didasarkan pada hasil identifikasi seluruh jenis manfaat dari sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo, kemudian dilakukan perhitungan terhadap seluruh nilai manfaat tersebut. Rekapitulasi hasil estimasi seluruh manfaat sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo disajikan pada Tabel 6. Manfaat tersebut terdiri dari manfaat langsung (ML), manfaat tidak langsung (MTL), manfaat pilihan (MP), dan manfaat keberadaan atau eksistensi (ME). Nilai ekonomi total (NET) sumberdaya mangrove merupakan hasil penjumlahan dari keempat jenis manfaat tersebut. Pada Tabel 6 terlihat bahwa nilai ekonomi total dari sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo seluas 7,1 ha sebesar Rp1.398.787.140,00 /tahun atau Rp160.480.161,00 /ha/tahun. Dari nilai ekonomi total tersebut diketahui bahwa manfaat tidak langsung diketahui bahwa manfaat tidak langsung menunjukkan nilai tertinggi yaitu sebesar 63,77%, disusul manfaat langsung yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat sebesar 33,30% pada urutan kedua. Kemudian manfaat keberadaan pada urutan ketiga, yaitu sebesar 2,87%, dan manfaat pilihan sebesar 0,07% berada pada urutan terakhir. Nilai ekonomi total tersebut mengindikasikan bahwa sumberdaya alam dan lingkungan memerlukan penghargaan yang lebih tinggi dan memang menjadi dasar informasi secara kuantitatif untuk menentukan berbagai pilihan kebijakan, baik kebijakan fiskal maupun moneter, penyesuaian struktural dan upaya stabilisasi, karena mempunyai dampak terhadap sektor yang bergantung pada sumberdaya alam.

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

73

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Desti Setiyowati, Supriharyono dan Imam Triarso

Tabel 6. Nilai ekonomi total sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo Tahun 2011 Kategori Manfaat Manfaat Langsung Manfaat Tidak Langsung Manfaat Pilihan Manfaat Keberadaan Total

Nilai Manfaat Nilai Manfaat Persentase (Rp per Ha per (Rp per (%) tahun) tahun) 33,30 29.065.000 465.739.500 125.633.803

892.000.000

128.400

911.640

5.652.958

40.136.000

63,77

160.480.161 1.398.787.140

0,07 2,87 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2011 Penelitian serupa yang dilakukan Paryono, et al. (1999) di Segara Anakan Cilacap mendapatkan nilai total ekonomi hutan mangrove sebesar Rp140.880.427.700 per tahun atau rata-rata Rp8.188.980,00 per Ha per tahun. Sementara itu Maedar (2008) yang melakukan penelitian di Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka mendapatkan nilai total ekonomi hutan mangrove sebesar Rp101.502.012.572 per tahun. Adanya perbedaan nilai ekonomi yang terjadi pada

masing-masing peneliti yang sejenis, antara lain disebabkan karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap US$, perbedaan harga dan karakteristik atau ciri khas masing-masing kawasan hutan mangrove dan keanekaragaman pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan nilai manfaat yang diperoleh pada kajian ini dapat saja berubah pada masa yang akan datang, karena adanya perubahan jenis pemanfaatan, terutama nilai manfaat langsung yang perhitungannya atas dasar pemanfaatan ekstraktif sumberdaya hayati yang berlangsung di lokasi penelitian sampai saat ini. Evaluasi kebijakan pengelolaan sumberdaya mangrove Pengelolaan sumberdaya hutanmangrove di Kelurahan Mangunharjo digunakan sebagai lahan pertambakan yang masih produkif seluas 75 Ha. Akibat dari konversi menjadi lahan pertambakan tersebut, terjadi pengurangan luas kawasan mangrove yang berdampak pada penurunan nilai-nilai produk manfaat langsung, manfat tidak langsung, manfaat pilihan, dan manfaat keberadaan yang berhubungan dengan luasan kawasan mangrove. Penurunan nilai ini disebabkan adanya biaya kehilangan dari masing-masing manfaat tersebut akibat konversi kawasan mangrove menjadi tambak. Dari hasil perhitungan dengan analisis biaya dan manfaat diperoleh Net Present Value (NPV) atau manfaat bersih proyek hutan mangrove Kelurahan Mangunharjo sebagai lahan pertambakan pada discount factor 15% selama kurun waktu 10 tahun negatif sebesar Rp15.205.361.814,00 yang berarti bahwa pemanfaatan lahan kawasan mangrove sebagai pertambakan tidak layak untuk dilaksanakan. Hal ini disebabkan oleh manfaat bersih yang diperoleh pada tahun proyek lebih kecil dari manfaat bersih tanpa proyek karena besarnya manfaat yang hilang pada tahun proyek akibat ©

konversi lahan serta tingginya nilai manfaat tidak langsung sebagai pencegah abrasi, sehingga tambahan manfaat yang diberikan tidak mampu menutupi besarnya nilai manfaat tidak langsung. KESIMPULAN 1. Pemanfaatan sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo yang secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat ada 4 jenis pemanfaatan, yaitu: (1) pemanfaatan perikanan tangkap ikan belanak, (2) pemanfaatan perikanan budidaya/tambak ikan bandeng dan udang windu, (3) pemanfaatan bibit mangrove, dan (4) pemanfaatan buah mangrove. 2. Nilai Ekonomi Total (TEV) sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo saat ini seluas 7,1 Ha untuk ekosistem mangrove dan 75 Ha untuk tambak yang masih produktif sebesar Rp1.398.787.140,00 /tahun atau rata-rata Rp160.480.161 /ha/tahun. 3. Nilai manfaat sumberdaya mangrove di Kelurahan Mangunharjo tertinggi yaitu manfaat tidak langsung, memiliki persentase paling besar dibandingkan dengan manfaat lainnya. Manfaat tidak langsung 63,77% dengan nilai sebesar Rp892.000.000,00 /tahun (Rp125.633.803,00 /ha/tahun), manfaat langsung 33,30% dengan nilai sebesar Rp465.739.500,00 /tahun (Rp29.065.000,00 /ha/tahun), manfaat keberadaan 2,87% dengan nilai sebesar Rp40.136.000,00 /tahun (Rp5.652.958,00 /ha/tahun), dan manfaat pilihan 0,07% dengan nilai sebesar Rp911.640,00 /tahun (Rp128.400,00 /ha/tahun). UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian artikel ini, terutama kepada Prof. Dr. Ir. Supriharyono, MS. dan Ir. Imam Triarso, M.Si. sebagai pembimbing terlebih kepada para tim perevisi, Prof. Dr. Ir. Sutrisno Anggoro, MS. dan Ir. Bambang Argo Wibowo, MSi. DAFTAR PUSTAKA Abelson, P. W. 2005. Cost Benefit Analysis and Enviromental Problems. Macquarie University. New South Wales. Adrianto, L. 2005. Bahan Pengantar Survey Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove. Kerjasama antara Departemen Kelautan dan Perikanan, PT. Plarenco dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-IPB. Bogor. Benu, Suzana L. Olfie, J. Timban, Rine. K, dan A. Fandi. 2011. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Huta Mangrove Di Desa Palaes Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal ASE. 7 (2): 29 – 38. Dinas Kelautan dan Perikanan. 2008. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Tata Ruang Pesisir Kota Semarang. CV. Adicipta Manunggal. Semarang. Fauzi, A. 2002. Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Makalah pada Pelatihan Pengelolaan

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 67-74, Agustus 2016 Valuasi Ekonomi Sumberdaya Mangrove di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang

Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan. Universitas Diponegoro. Semarang. . 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Gittinger, J.P. 2008. Analisis ekonomi Pertanian. UI-Press. Jakarta.

Proyek-Proyek

Hiariey, L. S. 2009. Identifikasi Nilai Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Tawiri Ambon. Jurnal Organisasi dan Manajemen. 5(1): 23 – 34. Linda, W. Z. dan Fitria Ulfah. 2013. Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove Di Pulau Dompak Kota Tanjungpinang Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Dinamika Maritim IV (1): 45 – 52. Maedar, F. 2008. Analisis Ekonomi Pengelolaan Mangrove di Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kawasan Mangrove Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Jurnal Pesisir dan Lautan Indonesia. 2 (3): 8 – 6. Romimotarto, K. 2001. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang biota laut. Djambatan. Jakarta. Ruitenbeek, H. I. 1998. Mangrove Management: An Economic Analysis of Management Option with a Focus an Bintury Bay Irian Jaya. Environment Management in Indonesia Project (EMDI). Jakarta. Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove Mengatasi Kerusakan Wilayah Pantai (Abrasi) Meminimalisasi Dampak Gelombang Tsunami.Effhar dan Dahara Prize. Semarang. Supriyadi, H. I, 2009. Pentingnya Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Untuk Pengambil Kebijakan. Oseana. XXXIV (3): 45 – 57.

Paryono, T.J, Kusumastanto, T, Dahuri, R dan Bengen, D.G. 1999. Kajian Ekonomi Pengelolaan Tambak di

©

74

Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748