TEKNOLOGI SALIBU MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN (3-6 TON/HA/TAHUN) DAN PENDAPATAN PETANI (Rp.15-25 JUTA/TAHUN) Erdiman
(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumtera Barat)
I.
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kebutuhan beras nasional. Dilain pihak upaya diversifikasi masih belum optimal akibat berbagai hal; teknis, sosial dan ekonomi (Amang dan Sawit, 2001). Konversi sawah produktif ke sektor non pertanian sulit untuk dihentikan (Ilham, et al., 2008), hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi beras nasional. Untuk memacu peningkatan produksi beras nasional, diperlukan beberapa strategi antara lain: 1) perluasan areal tanam dengan mencetak sawah baru, 2) peningkatan produktivitas lahan dan 3) perluasan areal panen melalui peningkatan IP (indeks panen). Budidaya padi salibu (ratun yang dimodifikasi) dapat memacu peningkatan produksi padi dengan meningkatkan IP (indek panen). Menurut Chauchan, dkk (1985) beberapa keuntungan budidaya ratun diantaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman, penggunaan bibit dan kemurnian genetik lebih terpelihara. Menurut Langer (1972) dalam Gardner, dkk. (1991), pertumbuhan tunas-tunas terjadi salah satunya karena adanya perlakuan pemangkasan. Tinggi pemangkasan batang menentukan jumlah mata tunas yang ada untuk pertumbuhan ulang, maka
tinggi pangkasan berpengaruh terhadap kemampuan pembentukan tunas salibu. Budidaya padi salibu adalah salah satu inovasi teknologi untuk memacu produktivitas/ peningkatan produksi. Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain; 1) tinggi pemotongan batang sisa panen, 2) varietas, 3) kondisi air tanah setelah panen, dan 4) pemupukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi peningkatan produksi beras nasional terutama pada agroekosistem lahan sawah lebih menonjol sumbangannya melalui optimasi produktivitas dan stabilitas (Suryana, A. 2005 dan Dirjentan, 2007). Diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan produksi padi, interaksi komponen teknologi varietas unggul, pemupukan dan irigasi akan mapu memberikan sumbangan
peningkatan hasil mencapai 75%
(Ruskandar, 2007). Upaya peningkatan produksi padi mengarah pada peningkatan produktivitas lahan melalui peningkatan indeks panen dari 2 sampai 3 bahkan bisa 4 kali panen dalam 1 tahun, hal ini dapat dicapai dengan budidaya padi salibu.
Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada didalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada batang lama, tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya). Padi salibu berbeda dengan padi ratun, ratun adalah padi yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan pemangkasan batang, tunas akan muncul pada buku paling atas, suplay hara tetap dari batang lama. Pertumbuhan tunas setelah dipotong sangat dipengaruhi oleh ketesrsedian air tanah, dan pada saat panen sebaiknya kondisi air tanah dalam keadaan kapasitas lapang. Untuk mengimbangi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan
padi salibu perlu pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen (Surowinoto, 1980). Unsur nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik, unsur nitrogen adalah faktor penting untuk produktivitas tanaman. (Tisdale dan Nelson, 1990).
III. H A S I L Budidaya salibu akan meningkatkan indek panen karena, tidak lagi melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu produksi lebih pendek. Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama dengan tanaman pertama. Hasil uji coba padi salibu pada beberapa daerah di Sumatera Barat cukup bagus antara lain; di Nagari Pauh, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam hasil
(7,2 t/ha)
meningkat 20 % dibanding tanaman pertamanya (pengamatan lansung dan wancara
dengan petani pelaksana, Datuk Basa Nan Kuning, 2011), di Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar hasil (6,4 t/ha) meningkat (10 -15 %) dibanding tanaman pertama (wawancara dengan
petani pelaksana Bapak Zaini, 2012), didaerah ini sudah ada
petani yang mensalibukan padinya lebih 2 kali, berarti 1 kali tanam telah 3 kali panen, hasilnya tetap stabil, di Koto Nan Ampek Payakumbuh hasil padi salibu juga sama dengan tanam utamanya (pengamatan dan penjelasan melalui rekaman video). Budidaya padi salibu meningkatkan indek penen (IP), karena waktu produksi menjadi lebih pendek, hanya membutuhkan 80-90 % waktu dibandingkan tanaman pertamanya hal ini akan meningkatkan IP berkisar 0,5 s/d 1 /tahun, meningkatkan
produktivitas : 3 – 6 ton gabah/ha/tahun setara Rp 12 s/d 24 juta/ha/ tahun. Secara ekonomis budidaya salibu menghemat biaya 60 % untuk pekerjaan persiapan lahan dan menanam, 30 % untuk biaya produksi, hal ini menekan biaya setara Rp. 2 s/d 3 juta/ha sekali panen. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani. Secara potensi budidaya padi salibu cukup menjanjikan hal ini terlihat dari pertumbuhan dan hasil yang didapatkan petani di Kab. Agam tahun 2011 (Table 1). Tabel 1. Komponen hasil dan hasil padi salibu di Matur, Kab. Agam (2011) No 1 2 3 4 5 6
Parameter T. Tanam J. Anakan P.Malai Btr/Malai Btr hampa Hasil
Varietas Lokal 102 cm 22 btg 24 cm 120 bh 17 % 7, 2 t/ha
IV. ANALISA USAHTANI Tabel 2. Analisa ekonomi usahatani teknologi padi salibu dan tanam pindah (Bapak Zaini,tahun 2011) No Uraian
Jumlah (Rp.)
Keterangan
T. pindah
Salibu
A
Biaya Upah
1
Membajak (2 x)
-
900.000
2
Menggaru
-
300.000
3
Persemaian
-
150.000
4
Mencabut bibit dan Tanam
-
800.000
5
Memotong Batang
600.000
6
Menyiang
7
Membenam jerami
300.000
8
Memupuk
200.000
200.000
9
Panen (20 % hasil)
4.636.000
4.180.000
B
Biaya Saprodi
1
Benih
2
(1)
800.000 -
-
300.000
Pupuk Urea
360.000
270.000
3
Pupuk Phonska
900.000
900.000
I
Total Pengeluaran
6.996.000
9.800.000
II
Penerimaan Hasil Tanam pindah (5.5 t/ha)
Hasil Salibu III IV
(6,4 t/ha)
Keuntungan bersih
20.900.000
23.180.000
-
16.184.000
11.100.000
Analisa Usahatani (Rp/kg)
1.147
1.782
BEP Produksi
(kg)
1.841
2.579
ROI (return on ivestment)
(%)
231
113
3, 31
2,13
BEP Harga
R/C ( revenue cost ratio)
Tabel 3. Hasil Padi Salibu Perlakuan Pemupukan di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar (2012)
No
Perlakuan
Tinggi Jumlah Tanaman Anakan 98,0 17
1
100 Urea+100 Ponska
2
150 Urea+100 Ponska
104,0
19
3
100 Urea+150 Ponska
104,0
4
150 Urea+150 Ponska Rata-rata
Butir/ malai 104
Hasil (t/ha) 6,0
Prodks t/ha (8.500 m2) 5,1
121
8,3
7,1
20
115
8,1
6,9
104,5
22
127
9,3
7,9
102,5
19,5
115,5
7,9
6,8
Tabel 4. Perbandingan teknologi Padi Salibu, ratoon dan tanam pindah, Ratun
Tanam Pindah
Parameter
Salibu
Panen sebelumnya Persiapan lahan
Biasa Pembersiahan gulma
Biasa Pembersihan jerami sisa panen
Pengolahan tanah
Lebih awal 10 hari penyemprotan gulma Pengenangan 2-3 hari Pemotong batang sisa panen ( 7 hsp) Tidak ada
Tidak ada
Di bajak 2 x kali
Persemaian Tanam
Tidak ada Tidak ada
Tidak Ada Tidak Ada
Ada Tanam pindah
Pemupukan
Rekomendasi dan ditingkat N 25 -50 %
Kurang dari rekomendasi
Sesuai rekomendasi
Penjarangan/ Penyisipan
Penjarangan/ penyisipan umur 20-25 hari Lebih awal dan membenam jerami potongan batang
Tidak ada
Ada, umur 25-30 hari
Standar OPT
Standar OPT
Pemeliharan
Standar OPT
Standar OPT
Standar OPT
Umur Panen
Lebih awal 20 % dari umur biasa
Lebih awal 40 % dari umur biasa
Biasa
Siang
V.
MANFAAT DAN DAMPAK
5.1. Manfaat
Meningkatkan produktivitas padi melalui peningkatan IP (indek panen).
Terjadinya penghematan biaya produksi terutama, untuk pengolahan tanah, tanam dan benih
Tingkat kemurnian benih lebih dapat dipertahankan
5.2. Dampak
Meningkatkan pendapatan petani padi karena biaya produksi berkurang dan produksi pertahun juga meningkat. Peluang pengembalian bahan organik (jerami) lebih besar, terutama dari sisa potongan batang setelah panen Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja sangat membantu proses produksi. Bila 1 Kabupaten mengembangkan budidaya salibu 1.000 ha maka terjadi peningkatan pendapatan ditingkat petani sebesar Rp 25 miliar/tahun
DAFTAR PUSTAKA Amang, B. dan M. H. Sawit, 2001. Kebijakan dan Pangan Nasional; Pelajran dari orde baru dan Orde Reformasi. Edisi Press, Bogor Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI Philippines. Gardner, F.P., R. Brent Pearce, Poger R. Michael. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya, Penterjemah Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. Ilham,N., K.Suradisastra, Tri Pranadji, A. Agustian, E. Lestari, H.,dan G. S. Hardono, 2008. Analisis Profil Petani dan Pertanian Indonesia. Pusat Analisis Sosial Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Pertanian. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.
Ruskandar A. 2007. Penyebaran varietas unggulbaru diJawa Barat. Warta penelitian dan pengembangan pertanian. Vol 29 (3). 2007. Suryana, A. 2005. Kebijakan penelitian dan kesiapan inovasi teknologi padi dalam mendukung kemandirian pangan. Hal 25-38. Dalam : B. Suprihatno et al (eds). Inovasi teknologi padi menuju swasembada beras berkelanjutan, buku satu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Gambar 1. Penampilan tanaman padi salibu dilapangan