TINGKAT PENGARUH ELEVASI PASANG LAUT TERHADAP BANJIR DAN ROB DI

Download genangan dan rob yang semakin kompleks di kawasan Kaligawe Semarang, maka diperlukan ... Kata kunci : pasang surut, elevasi air, banjir, ro...

0 downloads 488 Views 161KB Size
Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 27-34

TINGKAT PENGARUH ELEVASI PASANG LAUT TERHADAP BANJIR DAN ROB DI KAWASAN KALIGAWE SEMARANG Wahyudi S.I. *) Abstrak Guna memperbaiki kondisi serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya permasalahan banjir / genangan dan rob yang semakin kompleks di kawasan Kaligawe Semarang, maka diperlukan pengkajian kembali terhadap elevasi pasang laut sebagai dasar penanganan banjir dan rob di kawasan tersebut. Untuk mendapatkan informasi atau konsep penanganan yang tepat terhadap permasalahan banjir dan kemacetan di kawasan Kaligawe, diperlukan keseriusan, kesiapan kelembagaan, pendanaan dan rencana penanganan infrastruktur yang sistematis serta implementasi secepatnya. Bagaimanakah kondisi elevasi kawasan Kaligawe terhadap elevasi pasang surut di laut ? Bagaimanakah elevasi kawasan Kaligawe pada saat kondisi hujan lebat dan air laut pasang ? Bagaimanakah simulasi matematik pada saat kondisi hujan lebat dan air laut pasang? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan elevasi kawasan Kaligawe terhadap elevasi pasang surut dan membuat simulasi matematik pada saat kondisi hujan lebat dan pasang di Kawasan Kaligawe. Metoda penelitian yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi data sekunder dengan melakukan studi literatur hingga melakukan pengikatan elevasi pasang surut di Pelabuhan Tanjung Mas dan di kalii Tenggang, dan penyusunan model matematik fluktuasi air. Model matematik elevasi air dibuat pada kondisi hujan dan tidak hujan. Pada kondisi tidak hujan elevasi tanggul sepanjang Jalan Kaligawe sekarang masih dapat menampung dan pada kondisi hujan harian > 80 mm dan laut pasang terjadi genangan di lingkungan Kaligawe, merupakan hasil dari penelitian ini. Kata kunci : pasang surut, elevasi air, banjir, rob, matematis

Abstract Improvement of natural condition and anticipation of flood and the rise of the tide in the Kaligawe region Semarang is an important thing to do and the analysa of the tide elevation is a starting point to solve the problem in that region. To find out the right concept to tackle the problem of flood and the rise of tide in the Kaligawe region needs a completely preparedness from the municipal government, funding source,and the plan of infrastructure sistem.The information about the elevation of Kaligawe region toward the tide elevation, the heavy rain condition and mathematic simulation of the Kaligawe region on those two conditions are the basic data to determine the municipal policy in solving the problem in that region.. The objective of this study is to determine the elevation of the Kaligawe region toward the tide and formulate a mathematic simulation of the kaligawe region on the rise of tide and heavy rain condition. The method we used in this study, is inventorying secondary data by literature study, tying of the elevation of the tide in the Tanjung mas Port and Tenggang river, and formulating the mathematic model of water fluctuation. The mathematic model of water elevation on rain and dry condition showed that on dry condition, the elevation of the embankment along the Kaligawe street was able to retain the water, but on the rain with > 80 mm of rainfall and the rise of the tide condition will cause the flooded area and puddle. Keywords : the tide, water elevation,flood,mathematic model

Pendahuluan

Kota Semarang memiliki letak strategis sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah dan berkembang

27

Tingkat pengaruh... sebagai kota perdagangan dan industri. Secara fisik kota Semarang terdiri dari dua bagian yaitu Semarang atas di sebelah selatan dengan elevasi di atas ± 25,00 m’ dan Semarang bawah di sebelah utara dengan elevasi di bawah ± 25,00 m’ terutama daerah pantai dan kawasan Kaligawe dengan elevasi sekitar ± 1,00 m’. Kota Semarang dilalui jalur transportasi pantai utara (pantura) yang sangat vital dalam perekonomian nasional. Kawasan Kaligawe merupakan salah satu jalur utama pantura dan sekaligus pintu gerbang kota Semarang dari arah timur. Pada akhir Januari dan awal Februari yang lalu, lalu lintas di jalur ini lumpuh karena mengalami banjir / genangan dan rob. Hingga saat ini, arus lalu lintas di kawasan ini juga selalu mengalami ketersendatan terutama pada jam-jam sibuk. Di samping kemacetan lalu lintas, banjir juga menggenangi kawasan Kaligawe secara keseluruhan sehingga mengakibatkan kerusakan infrastruktur, lingkungan industri, perkantoran, pendidikan, rumah sakit dan permukiman. Kerugian yang diakibatkan dari adanya banjir / genangan rob semakin serius dan meningkat dari waktu ke waktu, sehingga mengakibatkan kemacetan, kerusakan infrastruktur jalan, lingkungan dan gangguan aktivitas ekonomi berskala nasional. Guna memperbaiki kondisi tersebut serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya permasalahan banjir / genangan dan rob yang semakin kompleks di kawasan Kaligawe, maka diperlukan pengkajian kembali terhadap elevasi pasang laut sebagai dasar penanganan banjir dan rob di kawasan tersebut. Untuk mendapatkan informasi atau konsep penanganan yang tepat terhadap permasalahan banjir dan kemacetan di kawasan Kaligawe, diperlukan keseriusan, kesiapan kelembagaan, pendanaan dan rencana penanganan infrastruktur yang sistematis serta implementasi secepatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :  Menentukan elevasi kawasan Kaligawe terhadap elevasi pasang surut  Membuat simulasi matematik pada saat kondisi hujan lebat dan pasang di Kawasan Kaligawe. Adapun manfaat yang diharapkan adalah : o Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bagi penentuan elevasi berbagai infrastruktur yang akan dibangun di kawasan Kaligawe serta dapat dimanfaatkan sebagai awal dari monitoring penurunan tanah. o Elevasi pasang laut dapat dimanfaatkan sebagai dasar dari penentuan rencana pemasangan pintu pasang surut.

28

(Wahyudi) o

Memberikan input dan pedoman kebijakan kepada Pemerintah Kota Semarang dan masyarakat dalam rangka membangun lingkungan dan mengantisipasi banjir.

Banjir dan Banjir Genangan (Rob) Banjir adalah bencana alam yang membuat banyak penduduk menderita. Hampir setiap tahun banjir melanda daerah-daerah yang letaknya di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Banjir dari tinjauan ekologis merupakan peristiwa fisik yang terjadi di dalam lingkungan hidup manusia dan mempengaruhi kehidupan manusia (Khadiyanto, 1988). Banjir dapat terjadi karena hujan yang terus menerus dan saluran tidak dapat menampung air sehingga meluap. Tetapi banjir dapat pula disebabkan oleh pasang air laut yang masuk ke wilayah daratan, banjir genangan ini biasa disebut dengan rob. Air laut masuk melalui sungai pada saat pasang dan selanjutnya mengalir ke pemukiman setelah melewati saluran drainase. Rob adalah kejadian / fenomena alam dimana air laut masuk ke wilayah daratan, pada waktu permukaan air laut mengalami pasang. Intrusi air laut tersebut dapat melalui sungai, saluran drainase atau aliran bawah tanah. Rob dapat muncul karena dinamika alam atau karena kegiatan manusia. Dinamika alam yang dapat menyebabkan rob adalah adanya perubahan elevasi pasang surut air laut. Sedangkan yang diakibatkan oleh kegiatan manusia misalnya karena pemompaan air yang berlebihan, pengerukan alur pelayaran, reklamasi pantai dan lain-lain (Wahyudi dkk, 2001). Adanya rob menimbulkan dampak yang merugikan antara lain yaitu penurunan fungsi dan keindahan pada permukiman serta perkantoran, jalan tergenang dan cepat rusak, degradasi lingkungan dan kesehatan serta lahan pertanian menjadi tidak berfungsi. Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Elevasi muka air tertinggi (pasang) sangat penting di dalam menentukan elevasi puncak bangunan dan fasilitasnya. (Ongkosongo dkk, 1998) Tinggi pasang surut adalah amplitudo total dari variasi muka air antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut). Variasi muka air menimbulkan arus yang disebut arus pasang surut, yang menyangkut massa air dalam jumlah yang sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode pasang dan arus surut

Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 27-34 terjadi pada arus surut. Titik balik adalah saat dimana arus berbalik antara arus pasang dan arus surut. Titik balik ini bisa terjadi pada saat muka air tertinggi dan muka air terendah. Pada saat tersebut kecepatan arus adalah nol. (Ongkosongo dkk, 1998) Data pasang surut sangat diperlukan dalam penentuan elevasi muka air rencana pintu. Kantor Jawatan Hydrografi di Jakarta setiap tahun mengeluarkan data pasang surut di beberapa lokasi di Indonesia. Data-data pasang surut tersebut dapat menunjukkan elevasi muka air laut yang digunakan untuk perencanaan. Pengendalian Banjir Tinjauan Aspek Teknis Rencana penanganan pengendalian banjir harus ditinjau dari berbagai aspek, yang simultan serta komprehensif. Hal ini mengingat sifat permasalahan yang sangat kompleks. Untuk suatu daerah pengaliran kali/sungai agar dapat mewujudkan suatu rencana yang optimal serta dijadikan pedoman untuk semua pihak baik pelaku maupun pengguna perlu didukung dan didasari oleh produk hukum (PERDA), namun demikian keterbatasan dana dalam pembangunannya menjadi bahan pertimbangan. Sungai

Secara khusus penanganan banjir lokal yang terjadi di daerah pengaliran sungai/kali Tenggang dan Kali Seringin masih mengacu kepada pola penataan sungai yang ada di Kota Semarang hal ini masih berkaitan dengan ketentuanketentuan antara lain : UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, UU No. 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air dan PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai serta Permen PU No. 63/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai serta peraturan-peraturan daerah yang berlaku di kota Semarang itu sendiri.

semakin hari semakin bertambah yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya limpasan permukaan (run-off) yang tinggi. Tinjauan Aspek Non -Teknis Aspek-aspek sosial budaya yang perlu ditinjau antara lain:  Pemahaman terhadap pentingnya drainase/saluran/kali/sungai.  Pemahaman terhadap adanya kepentingan bersama/umum dalam lingkungan yang lebih luas.  Mananamkan rasa memiliki (sence of belonging) dengan cara diikut-sertakan berperan aktif dalam penanganan pembangunan melalui jalur swadaya.  Meningkatkan rasa dan sifat peduli terhadap lingkungan. Sebagai sasaran dalam penelitian ini antara lain pencegahan dan penanggulangan banjir, hal ini tercakup dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah pengendalian dalam pengelolaan lingkungan hidup ialah upaya yang mencakup pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan. Pengendalian banjir harus merupakan tidakan yang menyeluruh dengan mengarah pada perbaikan ekosistem melalui upaya pengendalian secara terpadu penyebab banjir yang dilakukan secara terus menurus dan berkesinambungan. Upaya pengendalian banjir ditujukan untuk menanggulangi dan meningkatkan keberadaam manusia termasuk tempat tinggal/lingkungan yang terancam serta disertai bersama dengan disertai upaya peningkatan peran serta dan tanggung manusianya.

Sistem Drainase Untuk penyusunan rencana pengendalian bajir lokal dan pasang surut air laut pada daerah aliran Kali Tenggang dan Kali Seringin mengacu kepada konsep pengendalian wilayah timur yaitu terletak di sebelah timur sungai Banjir Kanal Timur sampai Kali Babon.

Model Matematik Model matematik digunakan untuk membantu di dalam merumuskan suatu hasil penelitian. Model matematik yang akan disusun dalam penelitian ini adalah model matematik terhadap fluktuasi air. Model aliran air di muara sungai 2D akan dimodelkan memakai beberapa persamaan penentu (governing equations) yang diadopsi dari Persamaan Navier-Stokes untuk aliran turbulen berikut ini (Dean dan Dalrymple, 1984):

Tata Guna Lahan Sesuai fungsi dan peruntukannya dari Tata Guna Lahan perkembangan pembangunan kawasan lingkungan Permukiman, Pabrik/industri. Lahan pertanian dan rawa serta kawasan lingkungan perdagangan dan jasa serta kawasan lainnya

Daerah Hitungan dan Kondisi Batas Persamaan tersebut secara bersamaan akan disimulasikan pada daerah hitungan (domain komputasi) seperti tampak pada Gambar 1. Bagian tepi-tepi daerah hitungan diberi beberapa macam kondisi batas (BC, Boundary Condition) guna

29

Tingkat pengaruh... membedakan daerah perairan dengan daratan dan poa aliran yang berlainan antara sisi hulu dan hilir pintu air di bagian hulu sungai. Tampak juga pada gambar bahwa di bagian hulu (upstream) muara K. Pekalongan akan disimulasikan 2 pintu air yaitu pintu air yaitu UpA dan pintu air UpB, sedang di bagian hilir muara (downstream) akan disimulasikan 1 pintu air Ds. Daerah hitungan untuk keperluan tersebut terdiri dari 3 tipe. Daerah hitungan tipe 1 ditunjukkan dengan arsiran tegak dan mendatar, sedang daerah hitungan tipe 2 ditunjukkan dengan arsiran miring. Dua daerah tersebut dibatasi oleh pintu air Ds. Sedang daerah hitungan tipe 3 merupakan gabungan dari 2 tipe daerah hitungan yang telah disebutkan, daerah hitungan ini terjadi ketika pintu air Ds dibuka atau tidak ditutup sepenuhnya. Pada bagian hulu dan hilir daerah hitungan dipakai kondisi batas dengan nilai yang berfluktuasi (Derichlet type BC), baik pada lokasi pintu air UpA,dan pintu air UpB, maupun pada batas-batas luar daerah muara yang berhubungan dengan lautan. Dalam hal ini, untuk kondisi batas di hulu akan diadopsi nilai-nilai elevasi muka air (stage hidrograph) dan kecepatan aliran air dari hasil pengukuran hidrometri sungai. Sedang di bagian hilir daerah hitungan akan diadopsi elevasi dan kecepatan aliran air hasil pengukuran pasang surut. Pada bagian tepi-tepi sungai diberi kondisi batas dengan nilai-nilai di daerah batas tersebut merupakan fungsi dari nilai-nilai di daerah sekelilingnya (Newman type BC). Diskretisasi Daerah Hitungan Sebelum persamaan penentu dijalankan, daerah hitungan pada arah bidang xy dibagi-bagi menjadi beberapa bagian elemen bidang yang relatif kecil (mesh) sesuai dengan teknik numerik yang akan digunakan. Nilai-nilai pokok yang dihasilkan dalam simulasi ditempatkan pada sudutsudut pias (node) yang merupakan titik potong antara garis-garis batas elemen bidang. Selanjutnya, nilai-nilai pada lokasi titik tertentu pada elemen bidang akan dihitung berdasar pada teknik interpolasi non-linier dari nilai-nilai pada node di ujung-ujung elemen bidang bersangkutan. Tampang melintang sungai juga dideskretisasi menjadi beberapa vertikal untuk mengakomodasikan variabilitas kedalaman air sungai, kemiringan dasar sungai, dan karakteristik material dasar sungai. Kalibrasi, Veririkasi, dan Intepretasi Keluaran Model Model matematik aliran air di muara sungai yang telah disusun akan dikalibrasi dahulu sebelum disimulasikan. Kalibrasi dilakukan dengan

30

(Wahyudi) tujuan menghindarkan model dari kemunkinan kesalahan dissipasi, amplifikasi, dan ketidakkonsistenan hasil keluaran model. Untk itu model akan diji mengikuti kaidah numeris. Kalibrasi dilakukan untuk memperoleh kepastian bahwa model siap dioperasikan tanpa mengandung kesalahan (errors and bugs). Model matematik tersebut juga akan diverifikasi dahulu sebelum disimulasikan, guna menjamin validitas hasil keluaran model. Verifikasi model dilakukan dengan membandingkan hasil keluaran model yang telah dikalibrasi terhadap data hasil pengukuran di lapangan. Model matematik yang telah dikalibrasi dan diverifikasi lebih lanjut akan diinterprestasi untuk memperoleh berbagai kemungkinan alternatif penerapannya di lapangan. Dalam hal ini, model akan diujikan pada kasus fluidisasi sedimentasi di muara Kali Pekalongan Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah.

Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Sumber data digunakan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya informasi mengenai topik yang dibahas. Pada penelitian ini data yang diperlukan meliputi data primer dan data sekunder. - Data Primer : survei, pengukuran dan investigasi lapangan di kawasan yang sering mengalami banjir dan rob. - Data Sekunder : peta wilayah genangan banjir, peta kawasan rawan banjir dan laporan tentang banjir yang telah terjadi sebelumnya. Tahapan Kegiatan Penelitian dilakukan ini, terbagi menjadi beberapa tahapan pelaksanaan, yaitu : a. Merumuskan permasalahan, maksud dan tujuan penelitian b. Menentukan ruang lingkup dan metode pendekatan c. Melakukan inventarisasi data sekunder dengan melakukan studi literatur. d. Melakukan pengikatan elevasi pasang surut di Pelabuhan Tanjung Mas dengan kawasan Kaligawe (sudah ada BM tetap berpondasi 100 meter di Pelabuhan Tanjung Mas).

Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 27-34 e. f. g.

Melakukan pengamatan terhadap elevasi air di Kali Tenggang. Menyusun model matematik fluktuasi air. Membuat kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi.

Survey Topografi Adapun tujuan dari survei topografi adalah untuk memperoleh gambaran secara detail lokasi saluran drainase. Pengukuran topografi meliputi pengukuran situasi pada lokasi penelitian serta pengukuran memanjang dan melintang saluran. Pengukuran waterpass (leveling), dilakukan dengan :  Pengukuran leveling dilakukan pada setiap patok kayu dan BM serta pada tempat (bangunan) yang dianggap perlu.  Pengukuran dilakukan dengan kring tertutup atau pergi pulang.  Peralatan yang digunakan adalah Waterpass Ni-2, NAK-1, NAK-2 atau peralatan lain setara, rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo.  Sebelum dan sesudah melakukan pengukuran, alat yang dipakai harus dicek.  Pengukuran jarak dilakukan secara opyis dan mengunakan pita ukur.  Salah penutup beda tinggi 10  D mm, D = total jarak dalam km. Hasil penanganan pembangunan yang sporadis (local case) berupa pengurugan di kawasan-kawasan perumahan, pabrik/industri bervariasi cenderung tidak sesuai dengan perencanaan dimensi kali atau drainase yang semestinya. Masih sangat perlu peningkatan perawatan, baik Kali tenggang maupun Kali Seringin terutama pada bagian-bagian yang belum terbangun (tidak permanen). Terlebih lagi pada drainase-drainase (berfungsi sebagai saluran pembawa) pada kawasan pemukiman, kawasan pabrik/industri serta kawasan lainnya. Pentingnya pemahaman drainase kota (Kali Tenggang dan Kali Seringin) perlu lebih ditingkatkan kepada masyarakat disepanjang atau yang berada pada kawasan/ daerah pengaliran.

Hasil dan Pembahasan Pengukuran Topografi Secara umum kondisi topografi berada pada ketinggian antara 0 sampai 1.301 m dari

permukaan air laut yang melandai dari utara ke selatan. Kondisi permukaan tanah ini akan berpengaruh terhadap pematusan air dan sistem drainase yang diperlukan. Dari hasil pengukuran ini dapat diperoleh beberapa hal, antara lain :  Elevasi BM di Pelabuhan berdasar elevasi LWS  Elevasi titik-titik pengamatan sebagai acuan elevasi peil scale

1

Lokasi No Pelabuhan

Simbol C0

2

Pengapon

C1

3

Pos Polisi

C2/BM.01

4

Jembatan Kalibanger Jembatan Banjir Kanal Timur

C3

C5

+ 1.670

C6

10

Perlintasan Rel Kereta Api Depan Gudang Kampus Unissula Gudang BP Adiyana Jl. Padi Raya

11

Kali Sringin

C10

12

Abutment Jembatan Kali Tenggang Bawah jembatan tol Jembatan Banjir Kanal Timur

C11

+ 1.791 + 1.964 + 2.027 + 1.927 + 2.403 + 2.695

5

6 7 8 9

13 14

C4

C7 C8 C9

TP 28 BM DTK 139

Elevasi + 2.830 + 1.325 + 2.086 + 3.466 + 4.376

+ 1.757 + 4.378,5

Tabel 1 Hasil Pengukuran Topografi Hasil Pengukuran Topografi Pengukuran situasi dilakukan di kawasan Kaligawe, titik-titik ikat elevasi yang diukur meliputi : o Elevasi awal dengan lokasi pada patok BM di sermaga pelabuhan Tanjung Mas

31

Tingkat pengaruh... o o o o o o o o o o

o

Sisi Timur jalan masuk ke pelabuhan Tanjung Mas Sisi timur perempatan pengapon / Ronggowarsito Pertigaan Pos Polisi Di atas jembatan Kali Banger Di atas jembatan Kali Banjir Kanal Timur Perlintasan rel kereta api Jl Kaligawe Buk di depan Gudang Hasil Lasem Pintu gerbang kampus Unissula Di depan gudang BP Adiyana (seberang terminal Terboyo) Di atas saluran drainase Kali Sringin depan jalan masuk Perumahan Genuk Indah Pada dex bangunan pintu air, saluran drainase Kali Sringin

(Wahyudi)

Baik kali Tenggang maupun kali Seringin di bagian hilir sampai ke muara, daya tampung untuk melepas aliran tidak memungkinkan. Dasar kali maupun penampang baik kali Tenggang maupun kali Seringin sudah tidak mampu lagi untuk menerima debit tambahan pada musim hujan, baik hujan tahunan maupun debit hujan 5 (lima) tahunan atau lebih.

Data yang digunakan adalah berasal dari stasiun hujan paling berpengaruh yaitu Stasiun No.111 mulai tahun 1992 sampai tahun 2001 (10 tahun) ditampilkan pada tabel 5.2 berikut. Secara ringkas analisis perhitungan banjir ketiga metode terangkum dalam tabel 5.4 berikut ini. Disimpulkan debit banjir rancangan didapatkan dari rata-rata ketiga metode tiap periode ulang tertentu misalnya untuk Q5th debit yang dipakai adalah 321,9508 m3/dt. Tahun

32

Hujan Harian Max Rata-rata

1995

207,1

1996

186,0

1997

147,4

1998

176,3

1999

194,5

2000

215,2

2001

164,1

2002

154,5

2003

223,9

Return Period Year’s

Q Design Rerata

2

276,3113

5

321,9508

10

349,8984

20

370,8267

25

379,5432

50

409,0298

(m3/dt)

Tabel 3 Debit Banjir Rancangan Rata-rata Rating-Curve Analisis debit banjir di Kali Tenggang disimpulkan dalam bentuk grafik (rating-curve) yang menunjukkan hubungan antara debit banjir (m3/dt) dengan waktu (jam). Dimana debit maksimum (Qmax-5th) diperoleh sebesar 1,047 m3/dt. 2.0 1.8 1.6 1.4

Debit (m 3/dt)

Curah Hujan Harian dan “R” Rencana

161,7

Tabel 2 Curah hujan harian maksimum rata-rata

Kondisi Daerah Pengaliran

Analisis Hidrologi Perhitungan hidrologi dalam hal ini berupa analisis prediksi debit banjir untuk menentukan besaran banjir rencana (hidrograf banjir). Merupakan database sebagai dasar perhitungan desain pada pintu baik untuk bangunan utama, bangunan-bangunan pelengkap atau untuk keperluan lain misalnya sebagai acuan dalam pembuatan pedoman operasinya.

1994

1.2

2 Tahun

1.0

5 Tahun

0.8

10 Tahun

0.6

25 Tahun

0.4

50 Tahun

0.2 0.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0 12.0 14.0 16.0 18.0 20.0 22.0 24.0 26.0 28.0 30.0

Waktu (jam)

Hidrograf Satuan Metode Snyder Aleksejev Kali Panjang Wetan

Gambar 1 Rating Curve Analisis Pasang Surut

Riptek, Vol. 1 No. 1, November 2007, Hal: 27-34 Pengumpulan data dan observasi lapangan untuk memprediksi pasang surut yang terjadi di suatu wilayah perencanaan adalah sangat penting. GRAFIK PASANG SURUT AIR LAUT DI MUARA SUNGAI SEPUCUNG KEL. PANJANG WETAN PEKALONGAN UTARA SELAMA 15 HARI 100 90

-

80 70

TINGGI AIR (cm)

60 50 40 30 20 10 0 -1010:00

12:00

14:00

16:00

18:00

20:00

22:00

0:00

WAKTU (Jam)

Gambar 2 Grafik Pasang Surut Selama 15 (lima belas) hari Elevasi muka air tertinggi (HHWL) saat pasang terjadi, merupakan parameter penting di dalam menentukan elevasi puncak bangunan. Mengambil sampel lokasi Kali Tenggang, dapat diketahui elevasi muka air laut sebagai data base perencanaan desain bangunan. Pada pekerjaan ini digunakan data pengamatan pasang surut dari stasiun pasang surut terdekat pada tanggal 2 – 16 Oktober 2006

Culvert di jalan Kaligawe. Titik pengamatan ini berjarak kurang lebih 5,457 km dari muara. Elevasi tanggul saat pengukuran adalah 1,783 meter dari LWS. Titik pengamatan kedua elevasi air di depan pintu Gerbang Unissula. Titik pengamatan ini berjarak kurang lebih 7,584 km dari muara. Elevasi tanggul saat pengukuran adalah 1,292 meter LWS. Titik pengamatan ketiga elevasi air di sekitar jembatan menuju perumahan Genuk Indah. Titik pengamatan ini berjarak kurang lebih 8,787 km dari muara. Elevasi tanggul saat pengukuran adalah 1,310 meter LWS.

Gambar 3 berikut mempresentasikan hasil pengamatan elevasi air mulai dari pengamatan laut sampai kepada ketiga titik pengamatan di atas. Pengamatan Flukstuasi elevasi air saat kemarau

elevasi laut

J-Tenggang

Unissula

Genuk

140 Elevasi Tanggul sekitar Unissula & Genuk

120

Elevasi pasang surut saat pengamatan

Beberapa Elevasi Lingkungan di Kaligawe 100

elevasi air

Elevasi pasang surut saat pengamatan mencapai maksimun 105 cm pada tanggal 1-2 Nopember 2006 kemudian muncul lagi pada tanggal 13 – 14 Nopember 2006..

80

60

40

Kedudukan tanggul Pada pengamatan terhadap elevasi tanggul pada kondisi tidak hujan elevasi tanggul sepanjang Jalan Kaligawe sekarang masih dapat menampung. Misal di sekitar jembatan K. Tenggang 178,3 kemudian tanggul di depan Unissula 129,2 cm serta di sekitar jembatan Genuk indah 131 cm. Dimana elevasi pasang maksimum 120 cm. Namun karena beberapa lingkungan ada di bawah elevasi tersebut, maka masih dapat tergenang melalui jaringan drainase yang ada. Hasil Pengamatan elevasi air Pengamatan dilakukan di Pelabuhan Tanjung Mas Semarang dan beberapa titik di alur sungai Kali Tenggang ke arah Genuk. Berikut uraian titiktitik tersebut: - Untuk elevasi pasang surut laut dilakukan pengamatan dengan bekerja sama dengan Badan Meteorologi dan Geofisika perwakilan Pelabuhan Tanjung Mas. Titik pengamatan pertama elevasi Kali Tenggang ada di sekitar Jembatan Box

20

0 00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 0. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 waktu

Gambar 3 Hasil Fluktuasi elevasi air di beberapa titik Kali Tenggang saat kemarau Berdasar gambar diatas dapat diterjemahkan sebagai berikut: - pada elevasi air laut 95 cm mulai ada gerakan aliran ke arah darat dan mencapai puncaknya pada pasang maksimum - pada elevasi di bawah 85 cm arah aliran ke laut, semakin rendah elevasi air laut tidak mempengaruhi aliran Kali Tenggang. - Air belum melimpas di tanggul yang sekarang ada, namun beberapa lingkungan pemukiman sudah limpas saat pasang mulai 100 m. Elevasi Air saat Banjir

33

Tingkat pengaruh... -

-

-

puncak dari hujan disimulasi saat air laut pasang, penurunan dari debit puncak banjir dan elevasi pasang menurunkan elevasi air dan sekaligus banjir yang ditimbulkan elevasi tanggul di sekitar Unissula dan Genuk sudah limpas demikian pula tanggul di sekitar jembatan Kali Tenggang. Elevasi jalan yang ada sekarang sudah hampir terlampui, sedangkan beberapa lingkungan pemukiman menderita genangan lebih dalam dan lebih lama.

Ucapan terima kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bappeda Kota Semarang yang telah memberikan dana penelitian lewat Bidang Penelitian dan pengembangan di tahun 2006. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Walikota Semarang H. Sukawi Sutarip, SH,SE, dan bapak Ketua Bappeda Kota Semarang yang telah bersedia menjadi patner kerjasamanya dalam mendanai kegiatan penelitian ini.

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat disampaikan berdasarkan hasil survei dan analisis dalam penelitian Tingkat Pengaruh Elevasi Pasang Laut terhadap Banjir dan Rob di Kawasan Kaligawe Semarang adalah sebagai berikut : 1. Berdasar atas kondisi banjir di kawasan Kaligawe, diperlukan data yang terukur dan terpantau tentang elevasi air. 2. Pengukuran elevasi dilakukan mulai dari patok BM di Pelabuhan Tanjung Mas yang terhubung dengan elevasi pengamatan pasang surut. 3. Pengamatan elevasi air dilakukan dengan pembacaan peil-scale. 4. Model matematik elevasi air dibuat pada kondisi hujan dan tidak hujan. Pada kondisi tidak hujan elevasi tanggul sepanjang Jalan Kaligawe sekarang masih dapat menampung. Saran penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Hasil pemantauan elevasi dan elevasi ini dapat dijadikan sebagai dasar penataan dan pembangnan di kawasan Kaligawe. 2. Dengan dibangun pintu pasang surut di sekitar jembatan K. Tenggang perlu ada pemantauan dampak yang ditimbulkan.

34

(Wahyudi)

Daftar Pustaka Anonim,( 1994), “Pengendalian Banjir di Kota Semarang”. Anonim, (1985), “Waste Water and Drainage Study Tegal Master Plan Vol. 1”, GWK Consult-Indah Karya. PT. Cendergen, Harry R, (1989), “ Seepage Drainage and Flownet”, John Wiley and Sons, Toronto. Kirmanto, Djoko, (1991), “Masalah Perencanaan Umum Pengelolaan Lingkungan”, Studi Kasus Pengendalian Banjir dan Drainase di DKI Jakarta, Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan VIII HATHI, Teknik Hidraulik Menunjang Sektor Strategis dalam Pembangunan Nasional, Jakarta 9-11 Oktober 1991. Sukarma, Risyana,(2000), “Penanganan Air Limbah Perkotaan di Indonesia”, Prosiding Seminar Nasional HATHI-UPH, Permasalahan dan Penanganan Drainase Perkotaan, Karawaci, Triweko, (2000), ”Pengelolaan Air Hujan di Daerah Perkotaan”, Prosiding Seminar Nasional HATHIUPH, Permasalahan dan Penanganan Drainase Perkotaan, Karawaci. Wahyudi, S. Imam, (2006), ”Solusi Teknis dan Kelembagaan Penanganan Banjir di Kawasan Kaligawe Semarang”, Makalah Diskusi Penanganan Banjir di Kaligawe, UNISSULA. Wahyudi, S. Imam, dkk, (1999), ”Evaluasi Penurunan Tanah di Areal Pelabuhan Tanjung emas Semarang”, J. Pondasi, ISSN 0853-814X, Vol. 5 No. 2 Desember 1999, p. 67-74 Wahyudi, S. Imam, dkk, (2001), ”Studi Penanggulangan Rob Kota Pekalongan,” BAPPEDA Kota Pekalongan