UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DIVIDEND

Download UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL. LEVERAGE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN. KECENDERUNGAN PERATAAN LABA. Umi Murtini. Aditya Denny...

0 downloads 321 Views 304KB Size
UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL……………………………………...(Umi Murtini dan Aditya Denny O.S)

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL LEVERAGE, DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN KECENDERUNGAN PERATAAN LABA Umi Murtini Aditya Denny O.S Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224 [email protected]

ABSTRACT This study aims to exmine the effect of firm size, profitability, financial leverage, and dividend payout ratio on income smoothing tendency. The grouping of firms with income smoothing and without income smoothing use eckel index. Using binary logistic regression analysis, results shows that firm size and profitabilitas influence on income smoothing tendency. Meanwhile, financial leverage and dividend payout ratio don’t influence on income smoothing tendency. Keywords: income smoothing, profitabilty, size

PENDAHULUAN Manajemen melakukan manajemen laba karena laba merupakan salah satu informasi dalam laporan keuangan yang sering digunakan sebagai dasar penentuan kompensasi manajemen. Usaha untuk mengurangi fluktuasi laba adalah suatu bentuk manipulasi laba agar jumlah laba suatu periode tidak terlalu berbeda dengan jumlah laba periode sebelumnya. Perataan laba meliputi penggunaan teknik-teknik tertentu untuk memperkecil atau memperbesar jumlah laba suatu periode, supaya laba yang dihasilkan relative tetap (tidak terlalu berfluktuatif). Ada beberapa alasan perusahaan melakukan perataan laba, antara lain. Pertama, berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung dividen dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang lebih variabel, yang memberikan

pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan secara keseluruhan. Sejauh pengamatan atas keanekaragaman variabilitas suatu tren laporan keuangan mempengaruhi harapan subjektif investor akan hasil laba dan dividen yang mungkin akan terjadi, manajemen mungkin dapat memengaruhi nilai saham perusahaan dengan meratakan laba. Kedua, pengembalian yang mengalami penurunan terhadap pasar diakui oleh para investor dan perusahaan untuk melakukan proses evaluasi mereka, perataan laba akan memberikan pengaruh tambahan yang menguntungkan dalam nilai saham. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Budiasih (2008) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba dengan menggunakan sampel perusahaanperusahaan manufaktur yang terdaftar di 149

JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012

BEI.Variabel independen yang diuji yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan Dividend Payout Ratio. Penelitian ini menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, dan Dividend Payout Ratio berpengaruh terhadap kecenderungan praktik perataan laba. Variabel financial leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Penulis tertarik untuk menguji kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan praktik perataan laba, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan Dividend Payout Ratio dengan menambah rentang waktu periode penelitian menjadi 10 tahun (2000-2009) dan menggunakan teknik analisis binary logistic regression dengan harapan bahwa penelitian ini dapat memberikan kontribusi untuk menguji apakah terjadi penguatan konsistensi terhadap teori maupun penelitian yang ada selama ini atau sebaliknya. KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kecenderungan Perataan Laba Perataan laba (income smoothing) terkait erat dengan konsep manajemen laba(earnings management).Pada dasarnya, definisi operasional dari manajemen laba adalah potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi (Belkaoui, 2004). Manajemen laba merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, karena manajemen laba membuat laporan keuangan menjadi bias dan dapat menyesatkan pemakai laporan keuangan yang mempercayai nilai atau angka laba hasil rekayasa tersebut. Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik yang 150

timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmurannya yang dikehendakinya. Dalam hubungan keagenan, manajemen memiliki asimetri informasi terhadap pihak-pihak eksternal perusahaan, seperti investor dan kreditor. Asimetri informasi terjadi ketika pemilik sebagai principal tidak dapat memonitor langsung aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemilik atau dengan kata lain principal tidak memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agent. Sedangkan manajemen sebagai agent memiliki kelebihan informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan.Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan manajemen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik dan untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pemilik terutama bila informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajemen (Syahriana, 2006). Perataan laba seringkali digunakan oleh manager untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metoda akuntansi maupun melalui transaksi. Alasan perataan laba yang lain adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor, dan karyawan meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Teori Keagenan Hubungan keagenan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai principal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut agent,untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agent tersebut (Brigham dan Houston, 2006). Konflik kepentingan

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL……………………………………...(Umi Murtini dan Aditya Denny O.S)

antara manajemen dan pemilik dapat timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Ketika manajer mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian dapat menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya. Di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant) yang memiliki kepentingan berbeda yaitu :manajemen, pemegang saham (sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham. Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan yang menguntungkan kepentingannya, misalnya memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham. Brigham dan Houston (2006), menyatakan bahwa para manajer dapat didorong untuk bertindak demi kepen-

tingan utama dari pemegang saham melalui insentif-insentif yang memberikan imbalan atas setiap kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja yang buruk. Beberapa mekanisme spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham antara lain: (1) kompensasi manajerial, (2) intervensi langsung oleh pemegang saham, (3) ancaman pemecatan, dan (4) ancaman pengambilalihan. Informasi akuntansi juga digunakan principal untuk menilai kinerja manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar pemberian reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai dasar pemberian reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak semestinya dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya tampak bagus. Penelitian empiris terdahulu telah menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, dan temuan empiris yang didapat menunjukkan simpulan yang belum sepakat, karena untuk beberapa faktor masih disimpulkan berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap perataan laba. Di bawah ini adalah tabel ringkasan hasil penelitian terdahulu:

Tabel 1 Penelitian Terdahulu No Peneliti 1 Kustiani (2006)

Judul Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi: Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia

Variabel Besaran Perusahaan, NPM, Kelompok Usaha, Leverage Operasi

Kesimpulan (-) Besaran Perusahaan dan NPM berpengaruh negatif (-) Leverage dan Kelompok Usaha berpengaruh positif

151

JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012

Tabel 1 (Lanjutan) No Peneliti 2 Yulianto (2007)

3

Herni dan Susanto (2008)

Judul Analisis Perataan Laba : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba

Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ Faktor-faktor yang 5 Subhekti (2008) Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) dan Bukan Perataan Laba(nonIncome Smoothing) Pengaruh Profitabilitas, 6 Abiprayu (2011) Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan dividend Payout Ratio terhadap Perataan Laba Sumber: Berbagai Jurnal setelah diolah 4

Syahriana (2006)

Pengembangan Hipotesis Ukuran perusahaan dapat menunjukkan besar-kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, dimana besarkecilnya perusahaan tersebut dapat diukur dengan beberapa cara, yaitu total aktiva dan nilai pasar saham. Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga 152

Variabel Besaran Perusahaan, Kelompok Usaha, OPM, NPM, dan Winner/Losser Stocks

Kesimpulan Besaran Perusahaan, Kelompok Usaha, OPM, NPM, dan Winner/Losser Stocks tidak berpengaruh

Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Risiko Keuangan

(-) Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas berpengaruh (-) Risiko Keuangan tidak berpengaruh (-) Besaran Perusahaan, NPM, dan ROA tidak berpengaruh (-) OPM berpengaruh

Besaran Perusahaan, NPM, OPM, ROA

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Sektor Industri, dan WLS

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage, Sektor Industri, dan WLS berpengaruh

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan DPR

(-) Profitabilitas, Financial Leverage, Kualitas Audit tidak berpengaruh (-) Ukuran Perusahaan dan DPR berpengaruh

kategori yaitu perusahaan kecil, perusahaan menengah, dan perusahaan besar. Moses (1987) dalam Herni dan Susanto (2008) menemukan bukti empiris bahwa perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan kecil karena perusahaan-perusahaan besar menjadi

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL……………………………………...(Umi Murtini dan Aditya Denny O.S)

subjek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum. Michelson et al. (1995) dalam Subhekti (2008) berhasil membuktikan bahwa perusahaan besar cenderung berperilaku perata. Untuk itu, perusahaan besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan bertambahnya pajak. Sebaliknya, penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik dan menjadi subyek penelitian pemerintah. Ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks perataan laba. Jadi, semakin besar perusahaan, maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan tersebut untuk melakukan praktik perataan laba. Berdasar uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki.Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan perhatian investor dalam menilai kinerja manajemen dan investor menggunakan informasi tersebut sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan investasi.Perhatian investor yang besar pada tingkat profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk melakukan perataan laba (Assih dan Gudono, 2000) dalam Subhekti (2008).Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Moses (1987) dalam Subhekti (2008) yang menunjukkan bahwa income smoothing berkaitan dengan jumlah aktual dari profit atau loss yang diperoleh oleh perusahaan. Perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah cenderung melakukan praktik perataan laba.Profitabilitas yang rendah dianggap tidak menarik perhatian investor,

untuk mengimbanginya, maka perusahaan melakukan kebijakan perataan laba agar nilai perusahaan meningkat.Tindakan tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa walaupun perusahaan memiliki tingkat profitabilitas rendah, namun memiliki laba yang stabil dan memiliki risiko yang rendah (Foster, 1986) dalam Subhekti (2008).Ashari et al. (1994) dalam Herni dan Susanto (2008) membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan perataan laba memiliki profitabilitas lebih rendah daripada perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut : H2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap praktik perataan laba Leverage ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan mempunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan berfluktuasi dan perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba supaya laba perusahaan terlihat stabil karena investor cenderung mengamati fluktuasi laba suatu perusahaan (Kustiani, 2006). Sartono dalam Budiasih (2008) menyatakan bahwa financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor, sehingga investor akan meminta keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut, perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Semakin tinggi rasio leverage, menggambarkan pembiayaan-pembiayaan yang dibayari melalui hutang.Penggunaan hutang yang terlalu besar sehingga melebihi “ambang batas” tertentu akan semakin mempertinggi kemungkinan tidak dapat mengembalikan hutang (default). Perusahaan yang memiliki rasio leverage 153

JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012

tinggi cenderung untuk melakukan praktik perataan laba. Dari uraian tersebut, hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut : H3: Financial Leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba Dividen merupakan bagian keuntungan yang diperoleh perusahaan dan diberikan kepada pemegang saham. Besarkecilnya laba akan mempengaruhi besarkecilnya dividen yang akan dibagikan pada para pemegang saham. Investor akan tertarik dengan besarnya dividen yang diberikan oleh perusahaan, dan kecilnya risiko yang akan diterima oleh investor tersebut. Salah satu upaya perusahaan untuk meyakinkan investor bahwa risiko yang ada dalam perusahaan kecil, adalah dengan melakukan perataan laba.Jika perusahaan bisa membagikan dividen yang tinggi, berarti laba pada perusahaan tersebut bisa dikatakan besar.Jika dalam kondisi laba yang tinggi tetapi laba yang diperoleh perusahaan tidak terus menerus atau bisa dikatakan tidak stabil yang berarti risiko pada perusahaan tinggi, maka perusahaan akan melakukan perataan laba (Abiprayu, 2011). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat diambil adalah sebagai berikut : H4: Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba METODA PENELITIAN Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).Metoda pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode purposive judgement sampling, yaitu sampel yang dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria sampel yang diperlukan. Kriteria tersebut: 1) Perusahaan manufaktur terdaftar berturut-turut di BEI dari tahun 2000-2009. 2) Perusahaan 154

tidak berturut-turut merugi dari tahun 2000-2009. 3) Perusahaan yang minimal membagikan dividen 2 tahun berturutturut. Berdasarkan kriteria diatas, diperoleh perusahaan yang akan dijadikan sebagai sampel. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba, sedangkan variabel independen menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage, dan Dividend Payout Ratio.Variabel dependen berupa tindakan perataan laba diukur menggunakan model indeksEckel. Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut : Indeks Eckel = Dimana : : Perubahan laba dalam suatu periode : Perubahan penjualan dalam suatu periode CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan CV dan CV dapat dihitung dengan : CV

dan CV

=

Perusahaan yang memiliki nilai indeks kurang dari satu, dikategorikan sebagai perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai indeks lebih dari satu merupakan termasuk perusahaan nonperata laba Ukuran perusahaan adalah skala yang digunakan untuk menentukan besar-kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan diukur dengan natural logarithma (Ln) dari total asset. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba, diukur dengan rasio ROA (Return On Asset). Financial Leverage mencerminkan seberapa banyak aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai dari hutang.Financial Leverage diukur dengan rasio Debt to

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL……………………………………...(Umi Murtini dan Aditya Denny O.S)

Total Asset. Dividend Payout Ratio mencerminkan proporsi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Variabel ini diukur dengan membandingkan antara Dividend Per Share dengan Earning Per Share. Pengujian hipotesis menggunakan binary logistic regression, karena variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tindakan perataan laba, menggunakan variabel dummy. Persamaannya adalah sebagai berikut : LN = b0 + b1 LN_TA + b2 ROA + b3 LEV + b4 DPR + e Keterangan : LN : Status perata laba perusahaan, 1 = perusahaan melakukan tindakan perataan laba dan 0 jika sebaliknya.

LN_TA ROA LEV DPR e

: Natural Logaritma dari Total Asset : Profitabilitas perusahaan : Financial Leverage : Dividend Payout Ratio : Error

HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan menggunakan metoda purposive sampling, yaitu perusahaan manufaktur yang tidak berturut-turut merugi dan melakukan pembagian dividen minimal 2 tahun berturut-turut antara tahun 2000-2009, maka diperoleh 56 perusahaan dengan jumlah observasi 560. Di bawah ini adalah proporsi perusahaan yang melakukan perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan perataan laba :

Tabel 2 Jumlah Perusahaan Perata Laba dengan Bukan Perata Laba Berdasarkan Indeks Eckel No. 1 2

Keterangan Perata Bukan Perata Jumlah Observasi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prosentase untuk perusahaan perata laba adalah sebesar 34% dan 66% untuk perusahaan bukan perata laba. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan ternyata perusahaan yang melakukan perataan laba lebih sedikit disbanding perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Hasil pengujian regresi logistik disajikan dalam tabel 3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap perataan laba.

Jumlah 199 361 560

Hal ini diduga karena perusahaan besar akan menghindari fluktuasi laba yang besar, karena kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan pajak yang bertambah, dan penurunan laba yang drastis akan menimbulkan image kurang baik di mata investor dan kreditur. Hasil penelitian ini didukung oleh Herni dan Susanto (2008).Hal ini disebabkan karena perusahaan besar menjadi subjek pemeriksaan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum.

155

JRAK, Volume 8, No.2 Agustus 2012

Tabel 3 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial Leverage Dan Devident Pay Out Ratio Terhadap Tindakan Perataan Laba Keterangan LN_TA ROA LEV DPR Constant Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba. Hal ini berarti perusahaan yang memilliki laba semakin besar maka memiliki kecenderungan semakin besar melakukan perataan laba. Perusahaan dengan profitabilitas yang besar biasanya dikategorikan sebagai perusahaan besar dan mendapat perhatian lebih oleh masyarakat, sehingga perusahaan berusaha agar terlihat baik oleh pihak eksternal. Hasil penelitian ini terdukung oleh penelitian Assih dkk., (2000) dalam Budiasih (2008), yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan perataaan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih rendah karena manajemen tahu akan kemampuan untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda atau mempercepat laba. Financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba diduga karena adanya perbedaan tipe investor dalam menghadapi risiko. Sebagai contoh, investor yang menyukai risiko tinggi, karena beranggapan ketika risiko yang diterima tinggi, maka tingkat pengembalian yang akan diperoleh juga tinggi (high risk high return), sehingga financial leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Hasil ini didukung oleh penelitian Kurniati (2010). DPR tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, diduga dikarenakan 156

B

Sig.

.146 .024 -.210 .002 -2.813

.011 .009 .342 .279 .001

kebijakan pembagian dividen berada di Rapat Umum Pemegang Saham (principal), sehingga manajemen tidak memiliki kendali atas besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham.Hasil ini didukung oleh penelitian Alwan (2009). SIMPULAN, SARAN

KETERBATAN,

DAN

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage dan dividend payout ratio(dpr) terhadap kecenderungan tindakan perataan laba. Tindakan perataan laba diukur dengan menggunakan metode Indeks Eckel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan binary logistic regression, karena variabel dependen dalam penelitian ini, yaitu tindakan perataan laba menggunakan variabel dummy. Dari hasil pengujian yang dilakukan, menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan return on asset berpengaruh terhadap tindakan perataan laba, sedangkan variabel financial leverage dan dividend payout ratio tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba. Penggunaan metode Indeks Eckel dalam pengelompokkan perusahaan perata dan bukan perata laba, untuk penelitian berikutnya disarankan menggunakan model lainnya supaya dapat semakin menjelaskan factor-faktor yang mem-

UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, FINANCIAL……………………………………...(Umi Murtini dan Aditya Denny O.S)

pengaruhi perataan laba. Penelitian ini menggunakan variabel ukuran perusahaan, return on asset, financial leverage, dan dividend payout ratio. Untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan faktorfaktor lain yang mempengaruhi tindakan perataan laba, seperti jenis industri, kualitas audit, dan lain-lain. DAFTAR REFERENSI Abiprayu, K. B. 2011. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Kualitas Audit, dan Dividend Payout Ratio Terhadap Perataan Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2009), Skripsi, Universitas Diponegoro. www.eprints.undip.ac.id. Belkaoui, A. R. 2007. Accounting Theory. Jakarta: Salemba Empat. Brigham and Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.

Studi Empiris pada Perusahaan di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan. 2 (1): 53-56. Subhekti, Y. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) dan Bukan Perataan Laba (Non-Income Smoothing) (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20022006).Skripsi, Universitas Sebelas Maret. www.digilib.uns.ac.id. Syahriana, N. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (2000-2004).Skripsi, Universitas Islam Indonesia. www.rac.uii.ac.id. Yulianto, A. 2007. Analisis Perataan Laba : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia. Skripsi, Universitas Islam Indonesia. www.rac.uii.ac.id.

Budiasih, I. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba, Skripsi, Universitas Udayana. www.ejournal.unud.ac.id. Herni dan Susanto. 2008. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik, Praktik Pengelolaan Perusahaan, Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Risiko Keuangan Terhadap Tindakan Perataan Laba (Studi Empiris pada Industri yang Listing di Bursa Efek Jakarta)”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 23 (3): 302-314. Kustiani, D dan Ekawati, E. 2006.“Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi: 157