UNIVERSITAS AIRLANGGA

Download Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga. Kampus C ... Fakultas Psikologi. Abstract. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui per...

0 downloads 435 Views 768KB Size
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD empty

page 2 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents No 1

2

3 4 5

6

7 8

Title

Page

Hubungan Antara Safety Climate dan Personal Value dengan Safety Performance pada Tenaga Kerja di Joint Operating Body PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) Tuban, Jawa Timur Perbedaan Keputusan Menolak dan Menerima Tawaran Promosi Jabatan Berdasarkan Kongruensi Career Anchor-External Job Design pada Karyawan Operation and Maintenance PT. Pembangkit Jawa Bali Services (PT. PJBS) Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau Dari Tingkat Persepsi Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha HUBUNGAN ANTARA OTONOMI KERJA DENGAN KEBAHAGIAAN KERJA PADA INDUSTRI KREATIF HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA KESELAMATAN PADA KARYAWAN JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) PERBEDAAN RESISTENSI TERHADAP PERUBAHAN DITINJAU DARI GENERASI KOHORT DAN PEMENUHAN KONTRAK PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN PT. TELKOM AREA SURABAYA METRO (WITEL JATIM-SURAMADU) Pengembangan Kepemimpinan dalam Organisasi Kepemudaan Pramuka Coping Stress Perawat dalam Menghadapi Agresi Pasien di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

1-6

7 - 16

17 - 26 27 - 34 218 226 227 235 236 243 54 - 58

page 3 / 4

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya Vol. 3 - No. 1 / 2014-04 TOC : 3, and page : 17 - 26 Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau Dari Tingkat Persepsi Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau Dari Tingkat Persepsi Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha Author : Liza Aprilia Putri | [email protected] Fakultas Psikologi Cholichul Hadi | [email protected] Fakultas Psikologi Abstract Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keselamatan ditinjau dari tingkat persepsi risiko pada pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan manajemen PT. Ridlatama Bangun Usaha, didapat beberapa informasi mengenai kecelakaan kerja dan perilaku-perilaku negatif pekerja yang dapat menggangu kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi pada divisi peralatan dan steel construction. Kinerja keselamatan adalah perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan. Kinerja keselamatan terdiri dari dua komponen, yaitu kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Sedangkan persepsi risiko adalah penilaian subjektif seseorang dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau cedera kesehatan yang disebabkan oleh dampak sumber risiko serta emosi yang berkaitan dengan sumber tersebut. Persepsi risiko terdiri dari dua komponen, yaitu komponen kognitif dan emosional (afektif). Penelitian dilakukan pada 50 orang pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha yang terdiri dari pekerja divisi peralatan dan steel construction. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner kinerja keselamatan dan persepsi risiko disusun sendiri oleh penulis, masing-masing terdiri dari 16 item. Kuisioner kinerja keselamatan menggunakan konsep kinerja keselamatan yang dikemukakan Griffin dan Neal, sedangkan kuisioner persepsi risiko menggunakan konsep persepsi risiko yang dikemukakan oleh Sjöberg. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U test. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keselamatan ditinjau dari kelompok persepsi resiko tinggi dan kelompok persepsi resiko rendah dengan nilai signifikansi 0,005. Hasil perhitungan untuk mengukur efek (effect size) variabel bebas dari penelitian ini menunjukkan nilai 0,40. Hasil ini menjelaskan bahwa persepsi risiko memberi efek yang sedang terhadap munculnya perilaku keselamatan subjek dalam bekerja. Keyword : Kinerja, Keselamatan, Pekerja, Konstruksi, Persepsi, Risiko, Daftar Pustaka : 1. Arezes, P.M., Miguel, A.S., (2008). Risk Perception and Safety Behaviour: A Study in an Occupational Environment. 46 pg. 900-9007 : Safety Science

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper : journal.unair.ac.id/filerPDF/jpio1817b27bcdfull.pdf

page 4 / 4 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

Perbedaan Kinerja Keselamatan Ditinjau Dari Tingkat Persepsi Risiko Pada Pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha Liza Aprilia Putri Dr. Cholicul Hadi, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract The purpose of this research is to find the difference in safety performance in terms of safety level of the risk perception on the employee of PT. Ridlatama Bangun Usaha. Based on the results of interviews conducted with management PT. Ridlatama Bangun Usaha, Writers find some information about accidents and negative behaviors that affected employee health and safety which occurred in equipment and steel construction division. Safety performance is the behavior of the relevant work safety. Safety performance consists of two components, safety compliance and safety participation. While the perception of risk is a subjective assessment of the possibility of someone having an accident or injury to health caused by the impact of risk sources and emotions associated with that source. Perception of risk consists of two components, cognitive and emotional components (affective). The study was conducted on 50 workers of PT. Ridlatama Bangun Usaha, consisting of worker on equipment and steel construction division. Collecting data in this research by a questionnaire. Questionnaires safety performance and risk perception compiled by the author, each consisting of 16 items. Questionnaires safety performance using the concept of safety performance proposed by Griffin and Neal, while risk perception questionnaire using the concept of risk perception proposed by Sjöberg. Data analysis was performed using the Mann Whitney U test. Results of hypothesis testing says that there is a significant difference on the performance of the safety review of the risk perception high Bangun Usaha and risk perception low Bangun Usaha with significance value is 0,005. The result of the calculation to measure the effect (effect size) of free variables of this study is 0.40. This result explains that the perception of risk give effect to the emergence of subject safety behavioral on the work. Key Word: Employee Construction, Risk Perception, Safety Performance. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kinerja keselamatan ditinjau dari tingkat persepsi risiko pada pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan manajemen PT. Ridlatama Bangun Usaha, didapat beberapa informasi mengenai kecelakaan kerja dan perilaku-perilaku negatif pekerja yang dapat menggangu kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi pada divisi peralatan dan steel construction. Kinerja keselamatan adalah perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan. Kinerja keselamatan terdiri dari dua komponen, yaitu kepatuhan keselamatan dan partisipasi keselamatan. Sedangkan persepsi risiko adalah penilaian subjektif seseorang dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau cedera kesehatan yang disebabkan oleh dampak sumber risiko serta emosi yang berkaitan dengan sumber tersebut. Persepsi risiko terdiri dari dua komponen, yaitu komponen kognitif dan emosional (afektif). Penelitian dilakukan pada 50 orang pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha yang terdiri dari pekerja divisi peralatan dan steel construction. Alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa kuisioner. Kuisioner kinerja keselamatan dan persepsi risiko disusun sendiri oleh penulis, masingmasing terdiri dari 16 item. Kuisioner kinerja keselamatan menggunakan konsep kinerja keselamatan yang dikemukakan Griffin dan Neal, sedangkan kuisioner persepsi risiko menggunakan konsep persepsi risiko yang dikemukakan oleh Sjöberg. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U test. Hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keselamatan ditinjau dari kelompok persepsi resiko tinggi dan kelompok persepsi resiko rendah dengan nilai signifikansi 0,005. Hasil perhitungan untuk mengukur efek (effect size) variabel bebas dari penelitian ini menunjukkan nilai 0,40. Hasil ini menjelaskan bahwa persepsi risiko memberi efek yang sedang terhadap munculnya perilaku keselamatan subjek dalam bekerja. Kata Kunci: Kinerja Keselamatan, Pekerja Konstruksi, Persepsi Risiko. Korespondensi: Liza Aprilia Putri, Departemen Psikologi Industri dan Organisasi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan Surabaya 60286, e-mail: [email protected]; [email protected]

204

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

PENDAHULUAN Bekerja merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang agar dapat mempertahankan hidup. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan kecanggihan teknologi, maka semakin tinggi risiko bekerja pada beberapa sektor industri yang menggunakan kecanggihan teknologi dalam menjalankan usahanya. Salah satu bentuk risiko pekerjaan yang dapat diamati adalah kecelakaan kerja. Tahun 2006, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) menyebutkan bahwa dari total kecelakaan kerja yang terjadi selama tahun 2006 diketahui bahwa 1,82% orang mengalami kematian, menderita cacat total sebanyak 0,76% serta mengalami cacat fungsi dan cacat sebagian masing-masing 6,03% dan 4,93% (Dahlawy, 2008). Data statistik kecelakaan di seluruh dunia termasuk Indonesia menunjukkan bahwa angka kecelakaan kerja terus meningkat sesuai dengan kemajuan dan intensitas penerapan teknologi (Dahlawy, 2008). Perusahaan yang menjalankan bisnis dengan risiko kecelakaan kerja sudah semestinya m e m p e r h a t i k a n f a k t o r Ke s e h a t a n d a n Keselamatan Kerja (K3), khususnya perusahaan dengan risiko kecelakaan tinggi. Neal dan Griffin (2002) berpendapat bahwa keselamatan karyawan adalah perhatian utama bagi organisasi karena hal tersebut merupakan sumber biaya tidak langsung. Kecelakaan yang menimpa karyawan menyebabkan produktivitas perusahaan dapat menurun sehingga berdampak pada income perusahaan. Bagi pekerja sendiri tentunya kecelakaan adalah kejadian yang berdampak negative, apalagi bila dampak dari kecelakaan tersebut menimbulkan kecacatan sehingga membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas sebagaimana mestinya. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor pekerjaan yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja disamping sektor utama lainnya (Kani, dkk, 2013). Bekerja dengan risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi juga dialami oleh pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha (PT. RBU). PT. RBU memiliki beberapa bidang usaha, namun bidang usaha utama dari perusahaan ini adalah civil contractor, mengarah pada jenis jasa konstruksi infrastruktur antara lain pembuatan jalan dan jembatan. PT. RBU membagi operasional perusahaannya di bidang konstruksi dalam beberapa divisi. Divisi peralatan dan steel construction adalah dua divisi yang paling rentan dengan risiko kesehatan dan keselamatan kerja. Para pekerja pada kedua divisi tersebut dihadapkan pada lingkungan kerja yang kurang sehat, seperti udara yang penuh polusi, serta pekerjaan mereka yang langsung berhubungan dengan mesin-mesin atau alat-alat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatannya dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan manajemen PT. RBU didapat beberapa informasi mengenai kecelakaan kerja dan perilaku-perilaku negatif pekerja yang dapat menggangu kesehatan dan Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

keselamatan kerja yang terjadi di divisi peralatan dan steel construction. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja di kedua divisi tersebut disebabkan oleh kelalaian mereka dalam penggunaan alat pelindung diri (APD). P a d a h a l p i h a k P T. R B U t e l a h mengupayakan tersedianya aspek-aspek K3 bagi pekerja, yaitu dengan memberi pembekalan awal mengenai pengetahuan keselamatan kerja, menyediakan alat-alat keselamatan kerja sesuai dengan kebutuhan pekerja, mengadakan training K3 setiap satu tahun sekali sebelum menjalankan proyek, serta menyediakan pengawas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi. Namun para pekerja tersebut seakan kurang memperhatikan karena setiap harinya masih ada pekerja yang tidak mengenakan alat-alat keselamatan kerja. Perilaku kerja yang ditunjukkan pekerja PT. RBU dari informasi diatas jelas bersebrangan dengan konsep kinerja keselamatan menurut Griffin dan Neal (2000). Menurutnya salah satu komponen kinerja keselamatan adalah individu mengikuti prosedur kerja dan memakai peralatan keselamatan atau alat pelindung diri (APD) dengan benar. Sehingga dari pernyataan tersebut dapat diindikasikan bahwa pekerja PT. RBU memiliki kinerja keselamatan yang rendah. Neal dan Griffin (2002) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat menjadi anteseden dari kinerja keselamatan seseorang ad alah kesad aran. Kesad aran m em i li ki keterkaitan yang erat dengan persepsi. Kesadaran dan persepsi merupakan bagian dari proses kognitif, pemrosesan informasi di kognitif nantinya akan ditampilkan dalam perilaku (Solso, dkk, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa persepsi mempengaruhi perilaku seseorang. Arezes dan Miguel (2008) menyatakan adanya hubungan antara persepsi risiko dan perilaku keselamatan, hasil penelitian Dionne, dkk (2007) menyatakan adanya hubungan mengenai persepsi risiko dan perilaku pengambilan risiko pada pengemudi, serta penelitian Viscussi (1990 dalam Dionne, dkk, 2007) menyatakan bahwa persepsi risiko perokok terkena kanker paru-paru lebih rendah daripada non perokok. Rundmo (2000) menyatakan bahwa mempelajari persepsi risiko pekerja adalah hal yang menarik, karena persepsi risiko dapat mempengaruhi perilaku berisiko, kemungkinan kecelakaan dan cedera. Moore (1991, dalam Flins, dkk, 1996) berpendapat bahwa bahaya dan risiko sering diidentifikasi dan dikendalikan secara efektif oleh evaluasi risiko dari bawah (oleh para pekerja yang terlibat langsung). Penelitian ini ingin mengkaji perbedaan kinerja keselamatan pekerja PT. RBU ditinjau dari tingkat persepsi risikonya. Apabila terbukti terdapat perbedaan, maka dapat menjadi pertimbangan bagi PT. RBU dalam melakukan training serta sharing K3 dengan lebih memperkaya materi, serta konseling pada pekerja divisi peralatan dan steel construction bila diperlukan.

205

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

meminta karyawan untuk menilai kemungkinan kecelakaan yang didasarkan pada kognisi atau penilaian rasional persepsi risiko mereka (Rundmo, 2000). Persepsi rasional (kognitif) terdiri dari penilaian kemungkinan dan keyakinan tentang adanya risiko (Rundmo & Iversen, 2004). Perilaku aktual yang dapat menggambarkan komponen kognitif persepsi risiko adalah berpikir bahwa kemungkinan kecelakaan kerja dapat menimpa dirinya dan pekerja yang lain serta keyakinan bahwa risiko kecelakaan ada dalam pekerjaannya.

Kinerja Keselamatan Kinerja keselamatan adalah konsep perilaku kerja yang dikemukakan oleh Griffin dan Neal (2000). Definisi kinerja sendiri menurut Griffin & Neal (2000) adalah perilaku aktual individu di tempat kerja. Griffin dan Neal (2000) menyatakan bahwa perilaku keselamatan (safety performance) adalah perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan yang dapat dikonseptualisasikan sama dengan perilakuperilaku kerja lain yang merupakan hasil kerja. Komponen kinerja menggambarkan perilaku aktual yang dilakukan individu di tempat kerja (Griffin & Neal, 2000). Komponen tersebut terdiri dari:

2.

1. Safety compliance atau kepatuhan keselamatan, menjelaskan aktivitas-aktivitas keselamatan yang perlu dilakukan oleh individu untuk menjaga keselamatan kerja. Perilaku ini seperti mengikuti peraturan dan prosedur yang benar serta memakai peralatan keselamatan atau alat pelindung diri (Grifiin & Neal, 2000) 2. Safety participation atau partisipasi keselamatan, menggambarkan perilaku yang mungkin tidak berkontribusi secara langsung terhadap keselamatan pribadi individu tapi perilaku ini mendukung keselamatan dalam konteks organisasi yang lebih luas yaitu membantu mengembangkan lingkungan yang mendukung keselamatan. Perilaku ini meliputi kegiatan seperti berpartisipasi dalam kegiatan keselamatan secara sukarela serta membantu rekan kerja mengenai hal-hal yang terkait dengan keselamatan (Neal & Griffin, 2002). Kepatuhan dan partisipasi keselamatan telah ditemukan memiliki efek terhadap kecelakaan kerja yang terjadi (Griffin & Neal, 2000, dalam Neal & Griffin, 2002). Persepsi Risiko Sjöberg (1993, dalam Rundmo, 2000) memberi definisi mengenai persepsi risiko. Menurutnya persepsi risiko adalah penilaian subjektif dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau cedera kesehatan yang disebabkan oleh dampak sumber risiko serta emosi yang berkaitan dengan sumber tersebut. Rundmo (2000) pada penelitiannya mengenai iklim keselamatan, sikap, dan persepsi risiko pada pekerja menyatakan bahwa seorang karyawan mungkin percaya bahwa kemungkinan kecelakaan tinggi atau rendah pada pekerjaannya ketika mereka berpikir tentang risiko bagi dirinya sendiri maupun bagi karyawan secara umum. Sjöberg (1993, dalam Rundmo, 2000) menyatakan bahwa pengalaman risiko individu dapat dipisahkan menjadi komponen kognitif dan komponen emosional atau afektif. 1.

206

Komponen kognitif dinilai dengan

Komponen emosional (afektif) dinilai dengan meminta pekerja menilai tentang kekhawatiran mereka dan apakah mereka merasa aman atau tidak aman maka ia mengukur hal tersebut berdasarkan pada komponen emosional/ afektif mereka (Rundmo, 2000). Komponen afektif a d a la h ke khawa t i ra n d a n re a ksi emosional seseorang ketika berpikir tentang situasi berisiko (Rundmo & Iversen, 2004). Perilaku aktual yang dapat menggambarkan komponen afektif persepsi risiko adalah kekhawatiran tentang risiko yang dapat terjadi pada dirinya dan pekerja yang lain.

METODE PENELITIAN Variabel Variabel bebas dari penelitian ini adalah persepsi risiko, sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja keselamatan. Definisi Operasional a.

Kinerja Keselamatan Kinerja keselamatan (safety performance) adalah perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan yang dapat dikonseptualisasikan sama dengan perilaku-perilaku kerja lain yang merupakan hasil kerja (Griffin & Neal, 2000).

b.

Persepsi Risiko Persepsi risiko adalah penilaian subjektif dari kemungkinan mengalami kecelakaan atau cedera kesehatan yang disebabkan oleh dampak sumber risiko serta emosi yang berkaitan dengan sumber tersebut (Sjöberg, 1993, dalam Rundmo, 2000).

Subjek Penelitian Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

Subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan metode nonprobability sampling, yaitu purposive sampling. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah pekerja PT. RBU yang memiliki jobdesk dengan tingkat risiko kesehatan dan keselamatan kerja yang tinggi, yaitu pekerja yang dihadapkan pada lingkungan kerja dengan udara yang penuh polusi, pekerjaan yang langsung berhubungan dengan mesin atau alat-alat berat berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatannya dalam berkerja. Sehingga subjek dari peelitian ini adalah pekerja divisi peralatan dan steel construction PT. RBU sebanyak 50 orang. Metode pengumpulan data Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Variabel persepsi risiko diukur dengan menggunakan skala persepsi risiko yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori persepsi risiko Sjöberg, (1993, dalam Rundmo, 2000). Hasil pengujian reliabilitas menggunakan alpha Cronbach menunjukkan angka sebesar 0,902. Variabel kinerja keselamatan diukur dengan menggunakan skala kinerja keselamatan yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori kinerja keselamatan menurut Griffin dan Neal (2000). Hasil pengujian reliabilitas menggunakan alpha Cronbach menunjukkan angka sebesar 0,89. HASIL PENELITIAN Subjek penelitian terdiri dari 50 orang pekerja divisi peralatan dan steel construction. Seluruh subjek berjenis kelamin laki-laki.

Hasil uji asumsi menunjukkan bahwa data subjek dari skala kinerja keselamatan memiliki sebaran yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan program IBM SPSS Statistic 19 menunjukkan angka 0,00. Sedangkan uji homogenitas menggunakan levene test menunjukkan angka sebesar 0,00.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

Uji hipotesis menggunakan statistic non parametrik Mann Whitney U-Test, karena data tidak memenuhi syarat uji asumsi. Nilai signif ikansi dari uji perbedaan dengan menggunakan Mann-Whitney U Test yaitu sebesar 0,005. Jika signifikansi ≤ 0,05 maka hal tersebut menunjukkan bahwa hasil dari uji hipotesis diterima. Hasil ini dikuatkan dengan perhitungan effect size atau menghitung besarnya perbedaan antara dua kelompok (Pallant, 2007). Cara mengetahui besarnya effect size dapat dilakukan dengan perhitungan manual menggunakan nilai Z yang termuat dalam output perhitungan statistik Mann Whitney U Test untuk menghitung nilai r (Pallant, 2007:223). Hasil perhitungan effect size (r) menunjukkan angka sebesar 0,4, menurut kategorisasi Cohen nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang.

PEMBAHASAN Pe n e l i t i a n i n i b e r t u j u a n u n t u k mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keselamaan ditinjau dari tingkat persepsi risiko tinggi dan tingkat persepsi risiko rendah. Hipotesis dalam penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keselamatan ditinjau dari persepsi risiko. Uji hipotesis m e n g g u n a k a n M a n n W h i t n e y U - Te s t menghasilkan taraf signifikansi sebesar 0,005, hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil uji hipotesis signifikan sehingga hipotesis diterima. Hasil dari penelitian menyebutkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keselamatan ditinjau dari tingkat persepsi risiko tinggi dan persepsi risiko rendah. Rata-rata skor kinerja keselamatan subjek yang memiliki persepsi risiko tinggi berbeda dengan rata-rata skor kinerja keselamatan subjek yang memiliki persepsi risiko rendah. Kelompok persepsi risiko tinggi memiliki skor kinerja keselamatan yang lebih tinggi. Artinya, pekerja dengan persepsi risiko tinggi melakukan perilaku-perilaku yang aman saat bekerja. Taraf signifikansi yang menunjukkan angka 0,005 m e m i l i k i a r t i b a hwa ke s a l a h a n d a l a m pengambilan keputusan dari penelitian ini adalah sebesar 0,5% saja. Hasil perhitungan untuk mengukur efek (effect size) variabel bebas dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi risiko memberi efek yang sedang terhadap munculnya perilaku keselamatan seseorang dalam bekerja. Hasil pengukuran ini juga memperjelas pernyataan Neal dan Griffin (2002) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor yang dapat menjadi anteseden dari kinerja keselamatan seseorang adalah kesadaran. Kesadaran memiliki keterkaitan yang erat dengan persepsi. Bila dikaitkan dengan perilaku kerja maka kesadaran seseorang dalam menerima informasi yang didapat mengenai baik buruknya kondisi lingkungan kerja akan diproses dan disimpan oleh otak sehingga membentuk persepsi, informasi ini dapat membantu seseorang memutuskan tindakan yang akan diambilnya saat

207

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

bekerja. Sejalan dengan pernyataan tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja dengan persepsi risiko tinggi melakukan perilakuperilaku yang aman saat bekerja. Hal ini karena informasi-informasi yang diperoleh pekerja mengenai risiko pekerjaannya, baik yang ia peroleh secara langsung maupun melalui orang lain atau media telah membantu pekerja tersebut untuk mengambil keputusan melakukan perilaku kerja yang aman.

usia, bagian kerja dan masa kerja terhadap kinerja keselamatan ataupun persepsi risiko.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keselamatan ditinjau dari tingkat persepsi risiko pada pekerja PT. Ridlatama Bangun Usaha. Kelompok persepsi risiko tinggi memiliki skor kinerja keselamatan yang lebih tinggi. Artinya, pekerja dengan persepsi risiko tinggi melakukan perilaku-perilaku yang aman saat bekerja. Hasil perhitungan untuk mengukur efek (effect size) variabel bebas dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi risiko memberi efek yang sedang terhadap munculnya perilaku keselamatan seseorang dalam bekerja. Saran Saran bagi perusahaan, dalam penelitian ini adalah PT. Ridlatama Bangun Usaha, ada baiknya mempertimbangkan faktor persepsi pekerja mengenai risiko yang dapat berpengaruh pada kinerja keselamatan mereka. Misalnya dengan mendata secara teratur dan konsisten kecelakaan-kecelakaan kerja yang pernah terjadi baik pada pekerja di perusahaan tersebut maupun di perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama (konstruksi). Hasil dari data ini dapat diinformasikan pada pekerja saat kegiatan pembekalan, training, atau sharing mengenai K3 yang wajib diikutinya. Hal ini dapat membantu pekerja mengenali risiko dari pekerjaannya lebih dalam dan membentuk persepsi pekerja mengenai risiko yang ada di pekerjaannya, sehingga pekerja tidak lagi meremehkan adanya risiko tersebut. Sesuai dengan hasil penelitian ini, bila pekerja telah mengenali tingginya risiko pada pekerjaan yang ia hadapi, maka pekerja akan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung keselamaan kerja baik pada dirinya maupun rekan ke r j a n y a . S e p e r t i m e n g i k u t i p r o s e d u r keselamatan, menggunakan alat pelindung diri, m e m b a n t u re k a n ke r j a te rk a i t d e n g a n keselamatan, maupun mengkuti kegiatankegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengelola K3 (pembekalan, sharing, dan training K3). Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu mengembangkan metode analisis yang lebih mendalam untuk membandingkan pengaruh data-data tambahan, seperti tingkat pendidikan,

208

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

Liza Aprilia Putri, Cholicul Hadi

PUSTAKA ACUAN Arezes, P.M., Miguel, A.S. (2008). Risk Perception and Safety Behaviour: A Study in an Occupational Environment. Safety Science, 46 pg. 900-9007. Dahlawy, Ahmad Dharief. (2008). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Area Pengolahan PT. Antam Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor, Kabupaten Pongkor. Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Diakses pada 3 Maret 2014, dari repository.uinjkt.ac.id/.../AHMAD%20DHARIEF%20DAHLAWY-FKIK. Dionne, Georges., Fluet, Claude., Desjardins, Denise. (2007). Predicted Risk Perception And Risk-Taking Behavior: The Case Of Impaired Driving. J Risk Uncertainty, 35:237-264. Flin, R., Mearns, K., Fleming, M., & Gordon, R. (1996). Risk Perception And Safety In The Offshore Oil And Gas Industry. Health and Safety Executive – Offshore Technology Report,____, OTH 94 454. Griffin, Mark. A., Neal, Andrew. (2000). Perceptions of Safety at Work: Framework from Linking Safety Climate to Safety Performance, Knowledge, and Motivation. Journal of Motivational Health Psychology, Vol. 5, No. 3, 347-358. Kani, Rocky Bobby., Mandagi, R.J.M., Rantung, J.P., Malingkas, G.Y. (2013). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Proyek PT. Trakindo Utama). Jurnal Sipil Statistik, Vol.1 No.6. Neal, Andrew., Griffin, Mark. A. (2002). Safety Climate and Safety Behavior. Australian Journal of Management, Vol. 27, Special Issue 2002. Pallant, J. F. (2007). SPSS Survival Study Manual: a Step by Step Guide to Data Analysis Using SPSS. NSW: Allen & Unwin. Rundmo, T. (2000). Safety Climate, Attitude and Risk Perception In Norsk Hydro. Safety Science 34, 47-59. Rundmo, T., Iversen, Hilde. (2004). Risk Perception and Driving Behavior Among Adolescents in Two Norwegian Counties Before and After a Traffic Safety Campaign. Safety Science 24, 1-21. Solso, Robert L., Maclin, Otto H., Maclin, M. Kimberly. (2007). Psikologi Kognitif, Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi Vol 03 No.01, April 2014

209