UNIVERSITAS AIRLANGGA

Download A ntrounairdotnet merupakan jurnal ilmiah Antropologi yang terbit secara berkala ... pendekatan antropologi forensik (dermatoglifi) dengan ...

0 downloads 450 Views 845KB Size
UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

page 1 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

EDITORIAL BOARD AntroUnairDotNet A ntrounairdotnet merupakan jurnal ilmiah Antropologi yang terbit secara berkala tiga kali dalam satu tahun. Dalam setiap penerbitannya, Antrounairdotnet memuat hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang bersifat original hasil karya skripsi. Keberadaan Antrounairdotnet diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kalangan akademis, praktisi dan masyarakat umum yang menaruh perhatian pada keanekaragaman manusia dan kebudayaan Indonesia. Isi kandungan artikel menjadi tanggung jawab penulis, sehingga redaksi selalu membuka diri untuk menerima sanggahan berupa penulisan artikel banding terhadap artikel yang pernah dimuat sebelumnya. Susunan Pengelola Jurnal Antrounairdotnet Pemimpin Redaksi : Pudjio Santoso Redaktur Pelaksana : Sri Endah Kinasih Tri Joko Sri Haryono Nurcahyo Tri Arianto Djoko Adi Prasetyo Petugas Upload : Tito Dwiki Putra Santoso Reza Pahlevi

page 2 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Table of Contents No 1 2 3 4

Title

Page

SENGKETA ANTARA PEDAGANG KAKI LIMA, WARGA DAN SATPOL PP (Studi Kasus Sengketa Keberadaan Pedagang Kaki Lima di Jalan Gresikkan-Ploso-Bronggalan) HUBUNGAN ANTARA PERSENTASE LEMAK TUBUH, INDEKS MASSA TUBUH DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN TES TULIS SISWA SMA IPIEMS SURABAYA Variasi Pola Sidik Jari pada Populasi Jawa dan Papua

1 - 21

Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai Alternatif Identifikasi Individu

42 - 52

22 - 29 30 - 41

page 3 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya Vol. 4 - No. 1 / 2015-01 TOC : 4, and page : 42 - 52 Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai Alternatif Identifikasi Individu Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai Alternatif Identifikasi Individu Author : Siti Farha | [email protected] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract Abstrak Setiap individu memiliki keunikan masing-masing sehingga dapat terpisahkan dari individu lainnya. Salah satu keunikan dari setiap individu terdapat pada pola yang ada di telapak tangan. Pola tersebut terbentuk dengan bantuan poligen dan tidak dapat berubah paska kelahiran. Karya tulis ini bertujuan mengaplikasikan pengetahuan antropologi forensik dalam proses identifikasi dengan harapan dapat mengungkap ciri spesifik individu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi forensik (dermatoglifi) dengan analisis kuantitatif. Sampel yang diambil yaitu cetakan telapak tangan bagian kanan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel accidental dengan kuota 100 orang mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Selanjutnya 100 cetakan tangan kanan tersebut akan dilakukan analisis dan pemberian kode pada setiap polanya. Kode palmar ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi. Analisis selanjutnya yakni mengkombinasikan pola palmar dan sudut ATD. Kombinasi analisis dari kode pola palmar dan sudut ATD hanya dilakukan pada sampel yang memiliki kode pola palmar yang sama. Hasil analisis menunjukan tidak ada persamaan kode palmar pada setiap anggota sampel, sehingga dapat disimpulkan bahwa akurasinya sebesar 100%. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah analisis pola palmar dan sudut ATD dapat digunakan sebagai alternatif identifikasi karena keunikan individu juga tertuang dalam cetakan palmar. Kata kunci: Pola palmar, sudut ATD, identifikasi, sidik jari Abstract Each individual had their uniqueness that could be separated from other individuals. One of the uniqueness that was possessed by individuals could be found in their palm of the hand. The pattern was formed with the assistance of polygene and it could not be changed after the birth. The purpose of this research was to apply the knowledge of forensic anthropology that was expected to be able to reveal the specific characteristics of an individual. The approach which was applied was forensic anthropology approach (dermatoglifi) with quantitative analysis. The samples that were taken were the printing of right palm of the hand. This research used accidental sample method with 100 (a hundred) students of Airlangga University Surabaya. Furthermore, those 100 (a hundred) prints of the right hand would be analyzed and encoded for every pattern. The palmar code would be presented in the form of distribution table. The next analysis was to combine the palmar pattern and the ATD angle. The analysis of palmar pattern code and ATD angle would only be conducted to the samples that had the same palmar pattern code. The analysis demonstrated that there were not any similarities of the palmar code for each member of samples. As a result, it could be concluded that the accuracy rate was 100%. The final conclusion of this research was the analysis of palmar code and ATD angle was able to be applied as an alternative for identification due to the individual uniqueness was also contained in the palmar printing. Keywords: Palmar pattern, ATD angle, identification, fingerprint. Keyword : Pola, palmar, sudut, ATD, sidik, jari, identifikasi, , Daftar Pustaka : 1. Idries, A. M. & Tjiptomarnoto, A. L.,, (2013). Penerapan kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 51 : Sagung seto. 2. Knussman, R., (1998). Anthropologie. Handbuch der vergleichende des menschen. Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 52 : Stuttgart 3. Purwanti, S. H. , (2014). Ilmu kedokteran forensik untuk kepentingan penyidikan.

page 4 / 5

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 52 : Rayyana Komunikasindo

Copy alamat URL di bawah ini untuk download fullpaper : journal.unair.ac.id/filerPDF/aun7b6b08b246full.pdf

page 5 / 5 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai Alternatif Identifikasi Individu Siti Farha [email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstrak Setiap individu memiliki keunikan masing-masing sehingga dapat terpisahkan dari individu lainnya. Salah satu keunikan dari setiap individu terdapat pada pola yang ada di telapak tangan. Pola tersebut terbentuk dengan bantuan poligen dan tidak dapat berubah paska kelahiran. Karya tulis ini bertujuan mengaplikasikan pengetahuan antropologi forensik dalam proses identifikasi dengan harapan dapat mengungkap ciri spesifik individu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi forensik (dermatoglifi) dengan analisis kuantitatif. Sampel yang diambil yaitu cetakan telapak tangan bagian kanan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel accidental dengan kuota 100 orang mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Selanjutnya 100 cetakan tangan kanan tersebut akan dilakukan analisis dan pemberian kode pada setiap polanya. Kode palmar ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi. Analisis selanjutnya yakni mengkombinasikan pola palmar dan sudut ATD. Kombinasi analisis dari kode pola palmar dan sudut ATD hanya dilakukan pada sampel yang memiliki kode pola palmar yang sama. Hasil analisis menunjukan tidak ada persamaan kode palmar pada setiap anggota sampel, sehingga dapat disimpulkan bahwa akurasinya sebesar 100%. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah analisis pola palmar dan sudut ATD dapat digunakan sebagai alternatif identifikasi karena keunikan individu juga tertuang dalam cetakan palmar. Kata kunci: Pola palmar, sudut ATD, identifikasi, sidik jari Abstract Each individual had their uniqueness that could be separated from other individuals. One of the uniqueness that was possessed by individuals could be found in their palm of the hand. The pattern was formed with the assistance of polygene and it could not be changed after the birth. The purpose of this research was to apply the knowledge of forensic anthropology that was expected to be able to reveal the specific characteristics of an individual. The approach which was applied was forensic anthropology approach (dermatoglifi) with quantitative analysis. The samples that were taken were the printing of right palm of the hand. This research used accidental sample method with 100 (a hundred) students of Airlangga University Surabaya. Furthermore, those 100 (a hundred) prints of the right hand would be analyzed and encoded for every pattern. The palmar code would be presented in the form of distribution table. The next analysis was to combine the palmar pattern and the ATD angle. The analysis of palmar pattern code and ATD angle would only be conducted to the samples that had the same palmar pattern code. The analysis demonstrated that there were not any similarities of the palmar code for each member of samples. As a result, it could be concluded that the accuracy rate was 100%. The final conclusion of this research was the analysis of palmar code and ATD angle was able to be applied as an alternative for identification due to the individual uniqueness was also contained in the palmar printing. Keywords: Palmar pattern, ATD angle, identification, fingerprint.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 42

dan telapak kaki memiliki pola yang

Pendahuluan Forensik adalah ilmu pembuktian ilmiah

terhadap

bukti-bukti

disebut dengan dermatoglifi (Iriane, et al.,

yang

2003). Sidik jari adalah lekukan yang

ditemukan di TKP sesuai dengan disiplin

ditimbulkan oleh garis-garis parallel yang

ilmu

&

membentuk pola pada phalanx distal dan

Desasfuryanto, 2014). Beberapa istilah

palmar (Abdussalam & Desasfuryanto,

terkait ilmu forensik antara lain kedokteran

2014). Pola tersebut terbentuk pada saat

forensik,

potografi

bayi masih berada di dalam kandungan.

forensik, metallurgy ballistic of forensic,

Pola pada tangan atau sidik jari terbentuk

antropologi forensik, dst. Pada penulisan

secara sempurna pada minggu ke-17 masa

karya tulis ini penulis menjadikan konsep

kehamilan dan tidak akan berubah selama

antropologi forensik sebagai bahan acuan.

hidup.

masing-masing

fisika

(Abdussalam

forensik,

Antropologi forensik adalah salah satu

Penelitian terhadap palmar di

bidang forensik yang mengaplikasikan

Indonesia merupakan hal yang baru,

konsep sains berdasarkan antropologi fisik

padahal

untuk mengidentifikasi sisa-sisa jasad

penelitian

tubuh manusia (Purwanti, 2014) dengan

puluhan tahun yang lalu. Penelitian yang

tujuan dapat mengungkapkan penyebab

telah dilakukan pada palmar di Indonesia

kematian ataupun identitas dari individu

kebanyakan hanya fokus pada besaran

tersebut.

fokus

sudut ATD. Penelitian Siburian (2011)

terhadap karakteristik biologis populasi,

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

khusus untuk mengungkapkan keunikan

yang signifikan pada sudut ATD pasien

yang membuat seorang individu terpisah

penderita diabetes dengan individu normal.

dari individu lainnya. Antropologi forensik

Penelitian lainnya terkait palmar dilakukan

menyangkut

terkait penderita sindrom down dan bibir

Antropologi

identifikasi

forensik

analisis dan

rekonstruksi,

perbandingan

antara

postmortem dan antemortem. Setiap

individu

di

sumbing.

ini

luar telah

Hingga

Negara

Indonesia

mulai

dilakukan

saat

ini

penelitian

terhadap pola palmar di Indonesia belum memiliki

ditemukan. Pada karya tulis ini peneliti

keunikan masing-masing sehingga dapat

melakukan penelitian terhadap pola palmar

terpisahkan

dan besaran sudut ATD pada telapak

dari

individu

lainnya.

Keunikan yang paling terlihat secara fisik

tangan

sebagai

adalah pola yang ada pada area tangan,

identifikasi.

alternatif

bahan

baik pada bagian distal ataupun proksimal.

Pola palmar dapat menentukan

Lapisan kulit yang melapisi telapak tangan

identitas secara pasti oleh karena sifat

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 43

kekhususannya yakni pada setiap orang

palmar akan tercetak dengan sendirinya

akan berbeda walaupun pada kasus kembar

pada

satu telur (Idries & Tjiptomarnoto, 2013).

Identifikasi pada palmar dapat dilakukan

Sidik jari hanya akan rusak dikarenakan

bila kondisi palmar tidak mengalami

trauma berat (Triwani, 2003) sehingga

kecacatan

pola

kembali.

pembusukan atau trauma. Palmar dapat

Kelainan genetik juga dapat menyebabkan

digunakan sebagai bahan identifikasi untuk

pola sidik jari tidak pernah terbentuk pada

menentukan

individu (Triwani, 2003). Hingga saat ini

pelaku jika telah dilakukan perekaman

analisis

pada palmar sebelumnya.

tidak

dapat

terbentuk

dermatoglifi

masih

menjadi

primary identificationyang digunakan oleh

benda-benda

yang

yang

tersentuh.

disebabkan

identitas

Pembunuhan

korban

dengan

oleh

ataupun

disertai

DVI. Jika ditemukan barang bukti berupa

mutilasi biasanya memisahkan bagian

pola tangan yang dapat terbaca di TKP

tangan agar korban tidak mudah untuk

maka barang bukti ini melebihi barang

dikenali. Beberapa pelaku bahkan merusak

bukti lainnya. Tujuan dari indentifikasi

wilayah distal pada tangan. Orang-orang

pada palmar yakni agar tim identifikasi

tidak banyak mengetahui bahwa pola pada

tidak dapat memastikan identitas baik pada

palmar memiliki tingkat akurasi yang lebih

korban maupun pelaku tidak pidana (Idries

tinggi dibandingkan dengan phalanx distal

& Tjiptomarnoto, 2013). Pada kasus lain

yang biasanya dipakai pada identifikasi.

juga disebutkan bahwa pembunuh dengan

Padahal rekam data terhadap narapidana

sengaja merusak phalanx distal agar

selama ini hanya dilakukan dengan metode

korban tidak dapat teridentifikasi, padahal

foto, rekam sidik jari, rekam kornea dan

bagian palmar juga menyimpan keunikan

data pribadi.

yang lebih besar dari pada phalanx distal (Putri, et al., 2008).

Latern

print

pada

kasus

pembunuhan dapat ditemukan pada senjata

Keterbatasan dari tangan adalah

yang digunakan pelaku ataupun barang-

cepat rusak atau membusuknya tubuh

barang yang disentuh pelaku di TKP

manusia. Pola yang tercetak pada benda

(Abdussalam,

mudah hilang. Pada identifikasi dengan

siapapun yang terlibat di TKP harus

menggunakan

juga

meminimalkan menyentuh barang-barang

dimungkinkan terjadi bias data, sehingga

yang berada di TKP. Latern print adalah

data tidak akan terbaca. Keuntungan dari

cetakan pola yang tertinggal pada barang-

palmar adalah kebanyakan pelaku ataupun

barang yang tersentuh di TKP. Latern

korban tidak menyadari bahwa pola

print yang ditemukan di tempat kejadian

pola

palmar

2014),

oleh

sebab

itu

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 44

perkara (TKP) dapat dicocokkan dengan

dengan nomor 1-13. Field 1 terletak di

data palmar yang ada. Latern print yang

area thenar. Field 2 terletak di triradius

diambil dan dapat dicocokan dengan bank

utama. Field 3, 4, 5 terletak pada area

data yang ada. Hal tersebut juga menjadi

hypothenar.Field

landasan dasar pentingnya penelitian ini.

perpanjangan triradius utama.

3

dimulai

dari Field 5

terletak pada three finger crease. Field 5’’ berada di bagian distal dari field 5. Field 5’

Metode Penelitian Sampel

yang

diambil

dalam

penelitian ini berjumlah 100 orang. Sampel diambil dari mahasiswa aktif Universitas Airlangga tahun 2013 dengan teknik pengambilan sampel accidental. Cetakan tangan yang diambil adalah telapak tangan bagian kanan. Pada sebagian besar orang tangan bagian kanan sering digunakan dari pada tangan bagian kiri, oleh sebab itu telapak

tangan

kanan

lebih

sering

digunakan menempel pada benda-benda. Pada gambar 1 pola palmar terbagi menjadi 13 area yang disimbolkan

terletak di proximal field 5. Field 4 dimulai dari perpanjangan five finger crease. Field 6, 8, 10, dan 12 berada di bagian

proksimal

jari

(dasar

digital

arcalen). Field 7, 9, dan 11 berada interdigitum IV, III, dan II. Field 13 berada pada alur terakhir pada dasar ibu jari

(distal

dari

thenar

crease).

Interdigitum dilambangkan dengan angka I-IV. Simbol tt merupakan satu-satunya sudut triradius aksila yang berada di area thenar. Sudut ini terletak tidak jauh dari field 2.

Sampel F Gambar 1 Analisis kode palmar

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 45

Triradius ulnaris juga tidak jauh

dengan pemberian kode palmar pada

dari field 2, namun berada di wilayah

sampel Fxx. Tabel distribusi menampilkan

ulnar, dilambangkan dengan tu. Titik t’’’

kode pola palmar hasil koding dari 100

berada dibagian proksimal three finger

cetakan palmar.

crease. Titik t’ terletak pada bagiaan distal dari area field 4. Titik t’’ terletak diantara t’ dan t’’’. field 2 merupakan area triradius utama yang dilambangkan dengan t2. Garis

khayal

yang

terbentuk

dari

perpanjangan titik t2 merupakan garis pemisah

antara

hypothenar.

wilayah

thenar

dan

Metode yang digunakan

untuk menarik simpulan data adalah metode kuantatif. Langkah pertama adalah melakukan palmar

koding

yang

ada,

terhadap

cetakan

selanjutnya

akan

dilakukan analisis. Penulis melakukan

Kode pola palmar yang memiliki kuantitas lebih dari satu orang selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap besaran sudut triradius aksila. Format baru kode palmar untuk pengukuran sudut triradius aksila yakni kode pola palmar ditambah dengan besaran sudut triradius aksila. Format kode palmar tersebut adalah x.x.x.x.t.tu.tt.t’.t’’.t’’’. Pengukuran sudut triradius aksila hanya dilakukan pada kode palmar yang memiliki kuantitas lebih dari satu sampel.

koding terhadap pola palmar. Kode palmar yang memiliki kuantitas lebih dari satu sampel,

selanjutnya

penghitungan

terhadap

dilakukan besaran

sudut

triradiusnya. Proses

yakni

dengan format kode pola palmar x.x.x.x.t. Proses ini dilakukan terhadap format gambar grayscale. Gambar 1 menunjukan pola palmar yang telah dipertegas dengan bantuan garis khayal dan titik-titik sudut Semua

Analisis yang pertama dilakukan adalah analisis terhadap gambar dengan format grayscale. Format gambar ini dipilih

pertama

memberikan kode pada setiap pola palmar

ATD.

Hasil dan Pembahasan

sampel

palmar

akan

diberikan kode dengan aturan yang sama

karena

dengan

menggunakan

format

gambar ini pola palmar terlihat lebih jelas. Pada

gambar

terhadap

ini

pola

dilakukan palmar,

analisis

selanjutnya

dilakukan pemberian kode pada setiap polanya

dengan

aturan

yang

telah

dijelaskan. Berdasarkan data yang telah ada, berikut ini merupakan distribusi kode pola palmar dari 100 orang sampel.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 46

Tabel 1 Distribusi kode palmar No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39.

Kode Palmar 7.5.8.10.t 7.5''.5''.8.t 7.8.5.10.t 7.10.8.9.t 8.5''-7.5.10.t 8.5''.7.5''.t 8.5''.7.6.t 8.5''.7.7.t 8-5''.7.5'.10.t 8.6(7).5''.10.t 8.7.5''.5''.t 8.7.5''.10.t 8.7.5'.10.t 8.7.5.10.t 9.5''.7.8.t 9.5''.8.7.t 9.6.7.8.t 9.6.8.7.t 9.7.7.5.t 9.7.8.9.t 9-7.7.8.10.t 9-7.8.5.10.t 9-7.8.5''.5''.t 9-7.8.5''.10.t 9.7.10.8.t 9.8.5''.7.t 9.8-7.5''.5''.t 10.5''.7.8.t 10.5''.7(8).9.t 10.5''.8.6.t 10.5''.8.7.t 10.5''.8(9).7.t 10.5''.9-6.8.t 10.5''.9-7.8.t 10.6.7.8.t 10.6.8.9.t 10.6.9-7.8.t 10.7.8.9.t 10.8.5'.12.t

Kode Sampel CHxx Hxx CJxx Sxx BCxy CVxx, CBxy CKxy AIxy, Xxy BRxx AMxy Ixx Vxx, Jxy, BAxy, Cxy BNxy BMxx, AZxx CGxy BJxy Uxy Gxx Rxx Yxy CRxx Dxy, Axy BLxy AHxy Pxy BZxx AOxy BSxy BHxx CExy, BExx Zxx BPxy CTxx Oxy, Txy, APxy, BFxy, BOxx, ADxx CAxy, Exx BXxx BBxx, BKxx AExy Mxy

Kuantitas 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 6 2 1 2 1 1

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 47

40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57.

10.8.5''.7.t 10.8.7.5''.t 10.8.7.6.t 10.9.7.8.t 10.9-6.8.9.t 10.9-7.7.8.t 10.9-7.8.9.t 11.5''-7.9(10).8.t 11.6.11-7.10.t 11-7.7.8.10.t 11-7.7.10.8.t 11-7.8.9.10.t 11-7.8.10.7.t 11-7.8.10.9.t 11-7.10.7.8.t 11-7.10.8.7.t 11-7.10.8.10.t 11-7.10.9.7(8).t

58.

11-7.10.9.8.t

59. 60.

11.10-7.8.9.t 12.11-7.8.10.t

Kxy, CMxy, BGxx, ASxy,AWxx, AUxx BCxx CCxx ARxx ACxy CPxx, ATxx, CFxx, Wxx Nxx Fxx COxx ANxy AKxx AXxx BYxy CLxy BIxx, CQxy, CNxy, BDxy CIxy, AGxx, AVxy CSxx BVxx Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx, ABxy, CDxx, CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx, AQxx BTxy, AYxx AFxy

Modus dari data pada tabel 1

Tabel

1

6 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 3 1 1 13 2 1

menjelaskan

bahwa

adalah 11-7.10.9.8.t. Kode pola palmar

terdapat 15 kode pola palmar yang

tersebut merupakan kode dengan kuantitas

memiliki kuantitas lebih dari satu sampel.

terbesar yang dapat ditemukan pada 13

Analisis besaran sudut triradius hanya

orang sampel yakni dengan kode sampel

dilakukan pada 15 kode palmar yang

Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx, ABxy, CDxx,

memiliki kuattitas lebih dari satu sampel.

CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx, dan AQxx.

15 kode pola palmar tersebut memiliki

Prosentase sampel yang memiliki kode

kuantitas 56 orang sampel. Jadi, peneliti

pola palmar dengan kuantitas satu orang

melakukan analisis besaran sudut triradius

sebesar 44%, sedangkan 56% sampel

hanya

lainnya memiliki kode palmar yang sama

keseluruhan 100 orang sampel.

pada

56

sampel

dari

total

antara satu sampel dengan sampel lainnya.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 48

Tabel 2 Distribusi kode pola palmar dan sudut ATD No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37.

Kode Sampel CVxx CBxy AIxy Xxy Vxx Jxy BAxy Cxy BMxx AZxx Dxy Axy CExy BExx Oxy Txy APxy BFxy BOxx ADxx CAxy Exx BBxx BKxx Kxy CMxy BGxx ASxy AWxx AUxx CPxx ATxx CFxx Wxx BIxx CQxy CNxy

Kode Palmar 8.5’’.7.5’’.t.150.tt.120.80.85 8.5’’.7.5’’.t.130.tt.130.85.90 8.5’’.7.7.t.80.tt.70.120.90 8.5’’.7.7.t.16.tt.100.95.130 8.7.5’’.10.t.180.130.140.140.140 8.7.5’’.10.t.85.120.80.90.80 8.7.5’’.10.t.125.115.150.160.70 8.7.5’’.10.t.130.140.130.110.80 8.7.5.10.t.95.tt.80130.110 8.7.5.10.t.115.150.130.135.115 9-7.8.5.10.t.110.130.130.140.110 9-7.8.5.10.t.130.120.100.110.130 10.5’’.8.6.t.140.140.140.150.110 10.5’’.8.6.t.70.130.90.160.100 10.5’’.9-7.8.t.80.150.120.140.85 10.5’’.9-7.8.t.110.tt.130.120.120 10.5’’.9-7.8.t.100.tt.120.140.120 10.5’’.9-7.8.t.90.tt.110.80.110 10.5’’.9-7.8.t.90.140.100.90.95 10.5’’.9-7.8.t.105.150.130.100.90 10.6.7.8.t.70.130.140.90.130 10.6.7.8.t.110.tt. 90.140.95 10.6.9-7.8.t.110.tt.90.110.110 10.6.9-7.8.t.90.tt.100.130.130 10.8.5’’.7.t.90.140.70.50.50 10.8.5’’.7.t.110.150.40.40.40 10.8.5’’.7.t.80.150.50.85.60 10.8.5’’.7.t.160.170.30.145.30 10.8.5’’.7.t.150.tt.70.115.130.90 10.8.5’’.7.t.120.tt.90.90.90.90 10.9-7.7.8.t.90.tt.70.140.90 10.9-7.7.8.t.75.145.90.80.100 10.9-7.7.8.t.80.130.90.110.90 10.9-7.7.8.t.80.140.80.70.70 11-7.10.7.8.t.140.tt.175.100.130 11-7.10.7.8.t.120.140.90.130.100 11-7.10.7.8.t.100.tt.160.90.160

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 49

38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. Tabel

BDxy CIxy AGxx AVxy Bxy Qxx BQxy AJxx ALxx ABxy CDxx CUxx AAxx BWxy Lxx BUxx AQxx BTxy AYxx 2

11-7.10.7.8.t.95.130.90.140.170 11-7.10.8.7.t.180.130.95.100.150 11-7.10.8.7.t.160.tt.140.140.90 11-7.10.8.7.t.130.150.100.120.180 11-7.10.8.9.t.60.120.160.60.100 11-7.10.9.8.t.130.140.120.130.100 11-7.10.9.8.t.85.150.140.120.90 11-7.10.9.8.t.150.150.160.105.95 11-7.10.9.8.t.140.130.130.150.140 11-7.10.9.8.t.130.150.100.90.90 11-7.10.9.8.t.140.tt.150.130.140 11-7.10.9.8.t.150.tt.150.60.110 11-7.10.9.8.t.30.120.110.60.95 11-7.10.9.8.t.85.120.110.120.110 11-7.10.9.8.t.120.150.130.120.90 11-7.10.9.8.t.110.120.90.120.120 11-7.10.9.8.t.120.120.110.120.120 11.10-7.8.9.t.60.tt.90.110.120 11.10-7.8.9.t.80.tt.90.90.95

merupakan

tabel

distribusi dari kombinasi kode pola palmar

triradius menjadi pembeda antara kode pola palmar yang sama.

dan besaran sudut triradius. Tabel 2

Pada tabel 2 juga ditemukan kode

menjelaskan bahwa tidak kode palmar

palmar yang hampir sama yakni kode

yang memiliki kuantitas lebih dari satu

palmar pada sampel BUxx dan AQxx. BUxx

sampel.

memiliki

Pada

pemaparan

sebelumnya

kode

palmar

11-

dijelaskan bahwa 15 kode palmar memiliki

7.10.9.8.t.110.120.90.120.120

kuantitas lebih dari satu sampel, maka

AQxx

tabel 2 menjawab bahwa kode tersebut

7.10.9.8.t.120.120.110.120.120.

tidak memiliki kesamaan setelah kode pola

palmar tersebut hanya memiliki dua

palmar dikombinasikan dengan besaran

perbedaan yakni pada titik tu (triradius

sudut

dengan

ulnaris) dan t’. besaran sudut triradius

anggota sampel Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx,

ulnaris pada sampel BUxx adalah 110 dan

ABxy, CDxx, CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx,

AQxx sebesar 120. Besaran sudut triradius

dan AQxx juga terbukti memiliki kode

ulnaris mereka hanya berbeda 10. Pada

palmar yang berbeda. Besaran sudut

titik t’ besaran sudut kedua sampel ini

triradius.

Modus

data

memiliki

kode

sedangkan

palmar

11Kode

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 50

hanya memiliki selisih 30. Kedua sampel

perbedaan pada setiap anggota sampel.

ini juga memiliki kode pola palmar yang

Perbedaan ini dapat menjadikan setiap

sama.

individu terpisah dari individu lainnya. Secara genetik setiap individu

terbukti memiliki perbedaan. Sidik jari terbentuk

dengan

bantuan

poligen,

sehingga pada kode palmar ini juga terbukti setiap individu memiliki kode palmarnya sendiri. Kombinasi dari kode pola palmar dan besaran sudut triradius pada telapak tangan dapat membuktikan bahwa setiap individu itu berbeda. Analisis ini memberikan simpulan bahwa

format

x.x.x.x.t.tu.tt.t’.t’’.t’’’

kode

palmar

dapat

dijadikan

alternatif bahan identifikasi. Analisis sidik jari yang sampai saat ini menjadi bahan identifikasi primer adalah ridge count pada phalanx distal (Purwanti, 2014). Setiap individu terbukti memiliki ridge count yang berbeda. Oleh sebab itu analisis pola palmar

dan

sudut

ATD

merupakan

alternatif identifikasi jika phalanx distal tidak terbaca.

Simpulan Penelitian

ini

menyimpulkan

bahwa analisis pola palmar dan sudut ATD pada telapak tangan

dapat

alternatif

individu.

identifikasi

dijadikan Pada

Saran Penelitian mengenai pola palmar masih jarang dilakukan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian pada area palmar ini belum sempurna. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait pola palmar. Penelitian selanjutnya

dapat

mengkombinasikan

antara pola palmar dan besaran sudut ATD dengan ruang populasi yang lebih besar. Penelitian selanjutnya dapat menjawab kemungkinan peluang munculnya kode palmar yang sama pada suatu populasi.

Daftar Pustaka Abdussalam, (2014). Misteri kasus Ryan pembunuhan berantai (pembahasan dalam disiplin Sosiologi, Criminology. Ilmu Hukum, Sosial Ekonomi, Antropology, Psychology, dan Ilmu Kepolisian). Jakarta: PTIK. Abdussalam & Desasfuryanto, A., (2014). Buku pintar forensik (pembuktian ilmiah). Jakarta: PTIK Press. Idries, A. M. & Tjiptomarnoto, A. L., (2013). Penerapan kedokteran forensik dalam proses penyidikan. Jakarta: Sagung seto.

penelitian ini terbukti bahwa kombinasi kode palmar yang terdiri dari kode pola palmar dan besaran sudut ATD memiliki

Iriane, V. M., Sanjoto, P. & Loekito, R. M., (2003). Perbedaan bentuk lukisan sidik jari, ridge count, pola

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 51

palmar dan sudut A-T-D antara orang tua anak sumbing dengan orang tua anak normal di Timor Tengah selatan, Nusa Tenggara Timur. Majalah kedokteran UNIBRAW, Volume xix, pp. 1-4. Knussman, R., (1998). Anthropologie. Handbuch der vergleichende des menschen. Fischer Verlag: Stuttgart. Purwanti, S. H., (2014). Ilmu kedokteran forensik untuk kepentingan penyidikan. Jakarta: Rayyana Komunikasindo. Putri, C. E., Hidayat, B. & Susatio, E., (2008). Identifikasi biometric sidik

jari dengan metode fractal. Jurnal teknologi informasi DINAMIK, Volume xiii, pp. 68-72. Siburian, J., Anggraieni, E. & Hayati, (2011). Analisis pola sidik jari tangan dan jumlah sulur serta sudut ATD penderita diabetes mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi.. Jurnal FKIP Universitas Jambi, pp. 12-17. Triwani, (2003). Pemeriksaan dermatoglifi sebagai alat identifikasi dan diagnosis. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, pp.1-8.

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 52