UNTITLED

Download (Studi Kasus Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Lahan Pertambangan di Desa ... Patilanggio Kabupaten Pohuwato). Skripsi. Jurusan Sosiologi...

0 downloads 243 Views 366KB Size
1

ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN (Studi Kasus Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi Lahan Pertambangan di Desa Balayo Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato) Oleh 1

NURMILA MOINTI, NIM. 281411052, Dr. Rauf Hatu*, Sainudin Latare**, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negri Gorontalo Email : nurmila_mointi@ ymail.com ABSTRAK

Nurmila Mointi. 2015. Alih Fungsi Lahan Pertanian (Studi Kasus Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pertambangan di Desa Balayo Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato). Skripsi. Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Di bawah bimbingan Dr. Rauf A. Hatu, M.Si selaku pembimbing I dan Sainudin Latare, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II. Alih Fungsi Lahan Pertanian merupakan salah satu kasus yang terjadi di Desa Balayo dimana sebagian dari masyarakat yang memiliki lahan pertanian yang berada di desa Balayo mengubah lahan pertanian mereka manjadi lahan pertambangan hal ini terjadi karena mereka menemukan penemuan-penemuan baru seperti emas yang berada di lahan mereka dan mengingat kebutuhan ekonomi semakin meningkat sehingga menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Untuk mengetahui bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat setelah terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan yang berada di Desa Balayo Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato tersebut, Penulis menggunakan teori perubahan sosial dan teori solidaritas mekanik sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif pendekatan deskriptif. Adapun hasil dalam penelitian ini yaitu, ketika awalnya terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan kondisi sosial maupun ekonomi masyarakat sangat baik khususnya bagi pemilik lahan Namun dalam pertambangan tidak akan bertahan lama karena emas pasti cepat habis sehingga kemajuan perekonomian hanya bisa dinikmati sesaat

Kata Kunci: Alih Fungsi Lahan dan Kondisi Sosial Ekonomi

1

Nurmila mointi. 281411025. Jurusan Sosiologi fakultas ilmu sosial universitas negeri gorontalo. Dr. Rauf Hatu. M.S.i. Sainudin Latare S.Pd., M.Si 2

PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia, mengingat kebutuhan masyarakat baik untuk melangsungkan hidupnya maupun kegiatan kehidupan sosio_ekonomi. Lahan termasuk jenis sumber daya alam mengingat eksistensinya sebagai benda atau keadaan yang dapat berharga atau bernilai jika produksi, proses, maupun penggunaanya dapat dipahami. Oleh karena itu dari aspek kelingkungan penggunaan lahan harus diperhatikan agar terkendali kelestariannya.2 Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat oleh manusia, seperti untuk tempat tinggal, tempat melakukan usaha, pemenuhan akses umum dan fasilitas lain akan menyebabkan lahan yang tersedia semakin menyempit. Timbulnya permasalahan penurunan kualitas lingkungan nantinya akan mengganggu keseimbangan ekosistem. Hal tersebut dikarenakan penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kemampuan lahan, daya dukung dan bentuk peruntukannya. Lahan selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan lahan. Perubahan tersebut dikarenakan memanfaatkan lahan untuk kepentingan hidup manusia.3 Lahan lebih dimaknai sebagai fungsi ekonomis semata sehingga tanah berubah menjadi komoditas ekonomi atau komoditas perdagangan. Tanah menjadi barang yang dijadikan sebagai objek spekulasi demi keuntungan ekonomi semata. Akses perolehan tanah menjadi lebih ditentukan oleh mekanisme pasar dan menyebabkan munculnya para spekulan tanah sehingga banyak pemilik tanah yang sengaja menelantarkan tanahnya untuk investasi demi tujuan yang lebih menguntungkan secara ekonomi semata. 4 Lahan pada suatu masyarakat agraris merupakan factor produksi mempunyai arti penting yang menyangkut aspek ekonomi. Menurut Tjodronegoro Lahan yang menjadi aset utama bagi masyarakat banyak adalah lahan untuk bercocok tanam yang merupakan sumber kehidupan utamanya. Sumber daya lahan bersifat multifungsi dalam aktivitas kehidupan manusia di berbagai bidang. Baik di bidang pertanian maupun non-pertanian.5

2

Ritohardoyo. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta : Ombak. 2013. Hal 15. Ibid, Ritohardoyo. Hal 25 4 Yusriadi. Industrialisasi dan perubahan fungsi soial hak milik atas tanah. Yogyakarta : Genta Publising. 2010. Hal 17 5 Catur TB. dkk. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Terhadap Ketersediaan Beras Di Kabupaten Klanten Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Caraka Tani XXV No.1. 2010. Hal. 01 3

3

Vink6 mengemukakan bahwa lahan semakin terbatas, di satu pihak mendorong terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan kondisi biofisik lahan dan peruntukannya, di pihak lain mendorong terjadinya penggunaan lahan secara intensif atau intesifikasi penggunaan lahan, selain itu di satu sisi dapat meningkatkan produktivitas lahan, tetapi juga berakibat pada peningkatan luas lahan semakin kritis. Hal ini di samping bergantung pada factor pendukung dan kendala pada lahan, juga sangat bergantung pada kemampuan manusia sebagai pelaku artinya pengambilan keputusan seseorang untuk memanfaatkan lahan, bergantung pada pngetahuan mereka tentang informasi berbagai aspek kelingkungannya, dimana pengetahuan ini akan mempengaruhi persepsi dan kesadaran dalam memilih alternatif penggunaan lahan. Dilihat dalam realita yang ada bahwa masyarakat pedesaan sebagian besar lebih banyak bermata pecaharian sebagai petani. Sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian di suatu desa Berbagai hal mendasar mengapa sektor pertanian perlu mendapat perhatian, antara lain karena sektor pertanaian merupakan produsen produk-produk primer utama seperti pangan, kayu dan lainlain. Sektor pertanian juga penyerap tenaga kerja yang dominan khususnya di pedesaan. Banyak rumah tangga tani yang berada di desa balayo menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Tetapi mengingat Saat ini sejalan dengan meningkatnya taraf hidup dan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat maka terbukanya masyarakat untuk menciptakan peluang kerja yang lebih cepat menghasilkan uang sehingga semakin meningkat kebutuhan akan lahan. Peningkatan kebutuhan lahan di dorong oleh peningkatan jumlah penduduk dan tenaga kerja, sementara ketersediaan lahan bersifat tetap. Banyak dijumpai para pemilik lahan pertanian yang berada di Desa Balayo, Kecamatan Patilanggio secara sengaja mengubah fungsi lahan pertanian mereka agar mudah mengahasilkan uang lebih cepat di banding sebelumnya. Mengingat kualitas dan kuantitas lahan pertanian sangat lambat dan mereka mendapat informasi bahwa dalam lahan mereka terdapat emas sehingga membuat para pemilik lahan Mengalihkan Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pertambangan Dalam proses pengalihan tersebut perlu memperhatikan interaksi antar factor social, ekonomi, dan lingkungan hidup sehingga dampak yang terjadi dapat di ketahui sedini mungkin. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut Bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat setelah pengalihan Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pertambangan Di Desa Balayo Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato.?

6

Loc.cit., Ritohardoyo. Hal. 25

4

KAJIAN PUSTAKA Konsep Alih Fungsi Lahan Menurut Manuwoto7 alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain. yang menjadi dampak negative (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga beralih fungsi secara progresif.8 Menurut Irawan9 hal tersebut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spek ulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan. Menurut Sumaryanto, dkk10 pelaku konversi lahan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, alih fungsi secara langsung oleh pemilik lahan yang bersangkutan. Lazimnya, motif tindakan ada 3: (a) Untuk pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal, (b) Dalam rangka meningkatkan pendapatan melalui alih usaha (c) Kombinasi dari (a) dan (b) misalnya untuk membangun rumah tinggal yang sekaligus dijadikan tempat usaha. Pola konversi seperti ini terjadi di sembarang tempat, kecil-kecil dan tersebar. Dampak konversi terhadap eksistensi lahan sekitarnya baru terlihat untuk jangka waktu lama. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alih penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lain yang akan memanfaatkannya untuk usaha nonpertanain atau kepada makelar. Secara empiris, alih fungsi lahan melalui cara ini terjadi dalam hamparan yang lebih luas, terkonsentrasi dan umumnya

7

Uchyani Rhina. Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klanten. Jurnal Sepa Vol. 8 No. 2. ISSN : 1829-9946. 2012. Hal 53 8 Ibid., Uchyani Rhina. Hal 54 9 Mustopa Zaenil. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klanten. Fakultas Ekonomi. Universitas Panegoro. 2011. Hal 43 10 Dinaryanti Novita. Faktor_Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Derah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Panegoro. 2014. Hal 23

5

berkorelasi positif dengan proses urbanisasi (pengkotaan). Dampak konversi terhadap eksistensi lahan sekitarnya berlangsung cepat dan nyata.11 Transformasi ekonomi yang ditandai pergeseran peran antar sektor menuntut alih fungsi lahan pertanian dalam jumlah yang tidak sedikit. Kasus alih fungsi lahan pertanian di daerah dengan produktivitas rendah tidaklah terlalu mengancam produksi pangan. Namun ketika alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan non pertanian terjadi di lahan beririgasi dengan produktivitas tinggi maka hal ini merupakan ancaman bagi ketersediaan pangan khususnya bahan makanan pokok penduduk.12 Menurut Lestari13 proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu: 1. Faktor Eksternal.Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi. 2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan. 3. Faktor Kebijakan Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi. Dengan adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan perkembangan alih fungsi lahan pertanian semakin luas. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena jumlah lahan pertanian di Negara kita terbatas, sementara jumlah produksi pangan setiap tahunnya dituntut untuk lebih tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Menurut Pakpahan14 menyebutkan bahwa konversi lahan di tingkat wilayah secara tidak langsung dipengaruhi oleh : a. Perubahan struktur ekonomi b. Pertumbuhan penduduk c. Arus urbanisasi d. Konsistensi implementasi rencana tata ruang

11

Ibid. Dinaryanti Novita. Hal 23 Op.Cit., Catur Tb. Hal 39 13 Putu Dewa. Dkk. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Studi Kasus Du subAk Daksina, Desa Tibubeneng Kecamata Kuta Utara Kabupaten Bandung. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol 1. No. 1. ISSN : 2301-6523. 2012. Hal 62 14 Loc.cit., Mustopa Zaenil. Hal. 44 12

6

Perubahan Penggunaan lahan ini sebagai perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya. Perubahan penggunaan lahan ini dapat bersifat permanen dan dapat bersifat sementara, jika lahan pertanian beririgasi teknis berubah menjadi perumahan atau industry, maka alih fungsi lahan ini bersifat permanen, Namun jika lahan pertanian di alih fungsikan menjadi lahan perkebunanan tebu maka alih fungsi lahan bersifat sementara karena pada tahuntahun berikutnya dapat di ubah menjadi lahan pertanian kembali. alih fungsi lahan permanen pada umumnya lebih besar berdampak serius dari pada alih fungsi lahan yang bersifat sementara.15 Teori Perubahan Sosial Perubahan sosial sebagaimana dikemukakan oleh John Lewis Gillin and John Philip Gillin16 adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideology maupun karena adanya difusi atau penemuanpenemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena factor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat saat ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan dari luar masyarakat. Terlihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat di dorong untuk menghubung-hubungkan apa yang di dengar dengan apa yang dilihat,apa yang dilakukan dengan apa yang diperoleh. Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan. Perubahan bagi masyarakat yang bersangkutan maupun bagi orang luar yang menelaahnya, dapat berupa perubahan–perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok. Adapula perubahan – perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula perubahan – perubahan yang lambat sekali, tetapi ada juga yang berjalan cepat.17 Menurut Astrid18 bahwa sebab-sebab timbulnya perubahan sosial karena pertama, Keadaan geografis tempat pengelompokan sosial. kedua, Keadaan biofisik kelompok. ketiga, Kebudayaan. keempat, Sifat anomi manusia. Keempat unsur ini saling memengaruhi dan akhirnya memengaruhi bidang-bidang lain seperti teknologi, ilmu pengetahuan, organisasi, dan pengetahuan masyarakat. Factor-faktor ini kemudian menimbulkan lagi perubahan dalam bidang transportasi, ekonomi, politik, dan bidang sosial lainnya. Timbulnya perubahan sosial karena perubahan keadaan geografis dapat diberi contoh misalnya dalam sejarah kerajaan babylonia di irak sekarang, karena berubahnya arus sungai tigris 15

Murti Isnaeni. Faktor-Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Menjadi Lahan Industri di Zona Industri palur di Kabupaten Karanganyar. Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret. 2010. Hal. 34 16

Narwoko, D. dan Suyanto, B. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Predana Media, 2004, Hlm. 350 17

Ali Mustakim. Analisis Dampak sosial Ekonomi Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat Batu Raja.. Fakultas Ilmus Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. 2014. Hal 10 18 Dewi, Wulansari. Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung : Pt Rafika Aditama.2009. Hal. 129

7

dan euphart mengakibatkan matinya kebiasaan bercocok tanam sebab tanahnya menjadi tandus. Kejadian di Babylonia ini menunjukan bahwa adanya perubahan mental dan predisposisi masyarakat dapat merubah maju atau mundurnya masyarakat tersebut.19 Dalam Suatu masyarakat di mana terjadi suatu proses perubahan, terdapat factor-faktor yang mendorong jalannya perubahan yang terjadi. Factor-faktor tersebut antara lain: Pertama, Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu. Ketidakpuasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat berkemungkinan besar akan mendatangkan revolusi. Kedua, System terbuka lapisan masyarakat ( open stratification ), System terbuka memungkinkan adanya gerak social vertical yang luas atau berarti memberi kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri. Ketiga, Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation). Keempat, Adanya disorganisasi dalam masyarakat, sikap mudah menerima hal-hal yang baru.20 Solidaritas Mekanik Durkheim menyatakan bahwa solidaritas merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Suatu kelompok sosial tidak merupakan kelompok yang statis, akan tetapi selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan baik dalam aktivitas maupun bentuknya.21 Jadi, solidaritas berarti keadaan dimana individu merasa telah menjadi bagian dari sebuah kelompok. Atas dasar perasaan moral dan kepercayaan ditambah pengalaman emosional bersama sehingga memperkuat hubungan antar mereka.22 Perubahan dalam pembagian kerja memiliki implikasi yang sangat berat bagi struktur masyarakat. Durkheim sangat tertarik dengan perubahan cara di mana solidaritas social terbentuk, dengan kata lain perubahan cara-cara masyarakat bertahan dan bagaimana anggotanya melihat diri mereka sebagai bagian yang utuh. Untuk menyimpulkan perbedaan ini Durkheim membagi dua tipe solidaritas mekanis dan organis. Masyarakat yang ditandai oleh solidaritas mekanis menjadi satu dan padu karena seluruh orang adalah generalis. Ikatan di

19

Ibid., Dewi Wulansari. Hal 129 Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Pt Rajagrafindo Persada. 2010. Hal 352 21 Cita Tiara. dkk. Pengaruh Solidaritas Kelompok Sosial terhadap Perilaku Agresi Siswa Kelas XI SMA Negeri 85 Jakarta. Jurnal Ppkn Unj Online Volume 1. No. 2. ISSN : 2337 : 5205. 2013. Hal 04 22 Ibid., Cita Tiara. dkk. Hal. 04 20

8

antara orang-orang itu ialah karena mereka semua terlibat di dalam kegiatankegiatan yang mirip dan mempunyai tanggung jawab yang mirip.23 Solidaritas mekanis lebih menekankan pada sesuatu kesadaran kolektif bersama (collective consciousness), yang menyandarkan pada totalitas kepercayaan dan bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. Solidaritas mekanis merupakan sesuatu yang bergantung pada individu-individu yang memiliki sifat-sifat yang sama dan menganut kepercayaan dan pola norma yang sama pula. Oleh karena itu sifat individualitas tidak berkembang, individual ini terus menerus akan dilumpuhkan oleh tekanan yang besar sekali untuk konformitas.24 Solidaritas sosial mekanik terbentuk karena adanya kebersamaan pekerja. Dalam hal ini ciri-ciri mekanik yang terlihat di dalamnya antara lain : 1.

Individualitas rendah

Hubungan individu dengan individu lain akan melahirkan perasaan moral bersama. hal ini akan terjadi pada masyarakat dengan tingkat homogenitas tinggi. Rasa individualitas Terlihat pekerja berkurang dalam melaksanakan pekerjaannya, mereka bekerja dengan satu doktrin bahwa bekerja harus mendapat hasil yang memuaskan dan pekerjaan tersebut membutuhkan tenaga yang banyak artinya ikatan diantara pekerja itu terbentuk karena mereka semua terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang mirip dan mempunyai tanggung jawab yang mirip pula sehingga terbangun rasa kebersamaan. Sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari aneka ragam suku bangsa dengan memiliki keanekaragam budaya, adat istiadat, tentunya harus kita tanamkan nilai-nilai kebersamaan serta rasa Nasionalisme yang tinggi di dalam masyarakat. Sehingga, akan menciptakan keserasian sosial masyarakat dalam pekerjaan itu sendiri. Keserasian sosial sebagai kondisi kehidupan manusia di dalam kehidupannya berkelompok dan bermasyarakat yang terbentuk oleh unsur keakraban, tanngung jawab, kesatuan dan keseimbangan, sehingga memungkinkan berlangsungnya kehidupan dan perkembangan warga di dalam kelompok dan masyarakatnya25 2.

Pekerjaan dilakukan secara manual

Unsur solidaritas sosial mekanik yang penting salah satunya adalah bersifat pedesaan, maksudnya adalah pola pekerjaan paling besar tidak terdapat alat canggih untuk membantu suatu pekerjaan atau dikerjakan dengan tangan. 23

Ritzer George. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2012. Hal. 145 24 Setiawan Ramadhani. Solidaritas Mekanik ke Kelidaritas Organik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Matirim Raja Ali Haji. 2014. Hal 261 25 Nastitin Piola. Keserasian Sosial Masyarakat Penambang Emas. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo. 2015. Hal 13-23

9

Dalam semua proses, hal dilakukan dengan melibatkan banyak pekerja, semua pekerja bekerja dengan pola yang sama dan dengan cara yang sama secara terus menerus hingga mahir. Dalam solidaritas mekanik ini paling banyak menyerap sumber daya manusia di bandingkan alat-alat canggih. 3.

Pembagian kerja rendah

Pembagian kerja rendah dalam solidaritas sosial mekanik di lihat dari seragamnya jenis pekerjaan, sehingga suatu pekerjaan dapat dilakukan oleh hampir semua orang. Dengan kata lain, hampir tidak ada pembagian kerja berdasarkan spesialisasi yang dimiliki oleh seseorang yang mengharuskan orang tertentu profesional di bidangnya. Pada bidang pengelolaan paling tidak terdapat variasi dalam hal menangani pekerjaan walaupun tidak membutuhkan keahlian tertentu karena yang terpenting adalah kegiatan yang cepat mengejar target yang banyak. 4.

Konsensus terhadap pola normatif

Konsensus adalah sebuah frasa untuk menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui bersama antar kelompok atau individu. Pola normatif adalah adanya kesepakatan yang berlaku antar pekerja dalam menetapkan norma-norma yang terlihat pada tindakan bersama. jadi, konsensus pada pola normatif merupakan persetujuan akan sebuah norma yang dapat dilihat dari gejala kebersamaan pekerja, kemudian tindakan bersama ini akan mencerminkan bahwa pekerja sepakat akan hal-hal yang bersifat tindakan atau perbuatan. Misalnya pada Pada norma kebiasaan, pekerja selalu pulang sebelum magrib dan masuk kerja pada pagi hari. Konsensus ini terjadi karena adanya kesepakatan bersama. 5.

Kesadaran Kolektif Yang Kuat

Kesadaran kolektif yang kuat ini dijaga melalui norma bersama, dengan kata lain ikatan sosial juga harus terjalin dengan kuat. Di dalam kelompok kerja kesadaran ini berganti dengan kesadaran akan pembagian kerja, namun pekerja tidak kehilangan akan kebersamaan sebagai suatu komunitas, buktinya mereka masih dapat disatukan oleh ikatan kolektif suku, kekerabatan, agama dan tempat tinggal mereka serta pekerjaan yang berupa homogenitas internal ini memungkinkan berkembangnya kebiasaan, kepercayaan, perasaan, prinsip moral dan kode etik bersama26. METODE PENELITIAN Metode yang nantinya digunakan pada penelitian ini adalah metode Kualitatif artinya metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 26

Ibid, Kurnia Nurul dkk. Hal 10.

10

Adapun penelitian ini dilakukan dengan Pendekatan Deskriptif untuk memberikan suatu gambaran mengenai persoalan pada rumusan masalah yang nantinya akan dikaji melalui penelitian dilapangan. Menurut Koentjoroningrat27 yang dimaksud dengan deskriftif adalah gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Berdasarkan fenomena yang ditemukan dilapangan serta observasi awal yang meliputi pengumpulan data yang menggambarkan tentang keadaan objek penelitian. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Desa Balayo Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato. Di desa ini merupakan desa yang saya anggap menarik dilakukan penelitian, dikarenakan di desa tersebut merupakan salah satu desa yang mana menjadi pengalihan fungsi lahan pertanian. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal yang telah ditetapkan pada jadwal pemberian tugas. SUMBER DATA Data Primer Menurut S. Nasution28 data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Katakata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pandangan masyarakat mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat akibat alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan. Data sekunder Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Teknik Pengumpulan Data

27

Op.Cit., Budi Rahmat. Hal 07 Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian “Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindaka. Bandung : Refika Aditama. 2012. Halaman 216 28

11

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi Observasi merupakan pengamatan langsung pada lokasi penelitian sebagai suatu tahap awal untuk melakukan penelitian, agar dapat memahami kegiatan yang berlangsung terhadap fokus penelitian. Menurut Patton29 tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang di pelajari, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dlam aktifitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Wawancara Wawancara merupakan salah satu pengambilan data lapangan dengan cara mewawancarai informan sehubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada daftar pertanyaan, yang saling menukar pertanyaan dan jawaban antara peneliti dan informan. Dokumentasi Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media masa. Dapat dikatakan dokumentasi apabila kumpulan dari dokumen dapat meberikan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengolahan dokumen secara sistematis serta menyebar luaskan kepada pemakai informasi tersebut. Teknik Analisis dan Pengolahan Data Menurut Patton yang dikutip Moleong30 analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan urutan dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah, langkah berikutnya ialah 29 30

Ibid., Suharsaputra, Halaman 264. Ibid., Suharsaputra. Halaman 218

12

mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Reduksi Data Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Disply Data Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengolongan, dari hasil reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data. Kesimpulan Dan Verifikasi Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung dan melaksanakan diskusi dengan subyek penelitian. Dapat juga mem-bentuk kelompok-kelompok diskusi dengan teman sejawat dan pihakpihak lain yang dianggap memahami permasalahan penelitian. Informan Informan merupakan pembicara asli (native spaker) diminta oleh peneliti untuk berbicara dalam bahasa atau dialeknya sendiri dan memberikan model untuk dicontoh oleh peneliti. Informan ini merupakan sumber informasi dari apa yang akan kita teliti dilapangan nanti. Menurut James Spradley31 informan adalah seorang pembicara asli dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Pengambilan sumber data penelitian ini menggunakan teknik “purpose sampling” yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan peneliti tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan saat ini 31

James P. Spradley, Metode Etnografi. Terjemahan Misbah. Yogyakarta : Tiara Wacana, 2006. Halaman 39

13

terus-menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposive yaitu tergantung pada tujuan fokus suatu saat. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian dan Pembahasan Alih fungsi lahan tidak dapat terhindarkan dalam ruang lingkup masyarakat sebab ketersediaan lahan yang semakin terbatas sedangkan jumlah penduduk yang semakin meningkat sehingga akan berpengaruh besar terhadap ketidaksesuaian penggunaan lahan. Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Lahan Pertambangan di Desa Balayo Alih fungsi lahan pertanian merupakan salah satu kasus yang sering terjadi di Indonesia karena pada lahanlah manusia bergantung untuk segala macam aktivitas masyarakat di daerah bersangkutan, permasalahan utamanya adalah ketersediaan lahan semakin terbatas sedangkan kebutuhan manusia akan lahan tidak ada batasnya. selama kehidupan masih berjalan sehingga disatu pihak mendorong terjadinya ketidaksesuaian penggunaan lahan dengan kondisi biofisik lahan dan peruntukannya.32 Seiring dengan perkembangan struktur perekonomian dan aktivitas manusia yang semakin banyak maka kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat sedangkan keterbatasan tersedianya lahan sangat sedikit sehingga menuntut terjadinya pengalihan fungsi lahan tersebut. Beberapa kasus menunjukan jika disuatu lokasi terjadi alih fungsi lahan maka dalam waktu yang tidak lama lahan disekitarnya juga beralih fungsi. Perubahan luas lahan pertanian menjadi lahan pertambangan masih dibilang relative kecil dibandingkan dengan lahan pertanian yang berada di desa Balayo ini, ada sekitar 40% lahan pertambangan dan masih mencapai 60% lahan pertanian. Hal ini menunjukan bahwa desa Balayo masih merupakan daerah yang berpotensial di bidang pertanian walaupun sebagian dari masyarakat yang memiliki lahan pertanian mengubah lahan tersebut ke lahan pertambangan. Lapangan kerja merupakan factor utama yang sangat penting bagi masyarakat karena dengan tersedianya lapangan kerja masyarakat bisa mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan uang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup baik dari segi ekonomi ataupun dari segi sosialnya. Mengingat lapangan kerja yang berada di pedesaan masih sangat sedikit sehingga masyarakat ini lebih banyak berpengangguran atau tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. Masyarakat desa Balayo mendukung akan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan karena dengan terbatasnya lapangan kerja dan mengingat dengan keterbatasan pendidikan yang mereka miliki sehingga 32

Op, Cit. Murti Isnaeni. Hal 72

14

pekerjaan pun sangat sulit mereka dapatkan. Dengan profesi yang mereka miliki saat ini yaitu sebagai petani sehingga membuat masyarakat memiliki pola pemikiran yang sama terhadap lapangan kerja Proses Pengolahan Tambang Emas Dalam proses perubahan penggunaan lahan pertanian dan pengolahan tambang emas mereka masih menggunakan alat-alat manual dimana dalam proses pekerjaan ini lebih banyak menyerap sumber daya manusia dibandingkan alat-alat canggih mengingat tambang ini hanya milik masyarakat maka untuk menggunakan alat-alat canggih butuh biaya yang besar sehingga mereka masih menggunakan alat-alat manual. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Sukma selaku pekerja tambang “Kami bakarja dari ba galih tanah sampai dapa emas Cuma pake palu, linggis, keranjang dan Cuma mesin penghisap air” Maksud dari apa yang diungkapkan oleh bapak Sukma ini adalah “Dalam hal pekerjaan yaitu mengubah alih fungsi lahan tersebut kami masih melakukan pekerjaan ini secara manual dan sebagian besar menggunakan alatalat manual seperti linggis, palu, keranjang dan mesin penghisap air. Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh bapak Sukma dimana mereka bekerja dalam pengolahan tambang emas ini, lebih banyak menggunakan alat-alat manual dibandingkan dengan alat canggih. Adapun proses awal sampai akhir dalam pengolahan emas mentah sebagai berikut : a.

Proses Pengikisan Tanah Atau Menggalih Tanah proses awal dalam aktivitas pertambangan yaitu dengan cara melakukan pengikisan tanah atau menggalih tanah sampai beberapa meter ke bawah untuk bisa memperoleh emas yang ada di dalam tanah tersebut. Mereka bekerja masih menggunakan alat-alat manual dengan satu alat canggih yaitu mesin untuk menghisap air agar mereka lebih mudah dalam melakukan pekerjaan

b. Proses Penyaringan Tanah Setelah proses pengikisan tanah atau menggalih tanah telah dilakukan, maka langkah kedua dalam pekerjaan ini adalah mengambil tanah yang ada emas dengan cara melakukan penyaringan tanah. Mereka melakukan pekerjaan dengan cara sistem emas lepas dimana langkah kedua dari proses pengolahan emas ini dengan menyaring tanah dengan cara menghisap air bersama tanah menggunakan mesin kemudian dilakukan penyaringan tanah dengan membuat papan yang beralaskan karpet dimana alat ini dinamakan sebagai panjura.

15

c. Proses Pendulangan Proses pendulangan merupakan tahap akhir dari pengolahan emas mentah dimana dalam proses pendulangan yang pertama memisahkan tanah dan kerikil dari pasir hitam yang bercampur kadar emas, kemudian proses selanjutnya adalah pasir hitam yang dipisahkan dari tanah dan kerikil tadi diberi air perak untuk bisa lebih mudah memisahkan emas mentah dengan pasir hitam tersebut. Kondisi Masyarakat Sebelum lahan Pertanian Dialih Fungsikan Menjadi Lahan Pertambangan Pekerjaan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan manusia bisa hidup lebih layak atau tidak. Dimana masyarakat yang berada di desa Balayo ini lebih banyak bermayoritas bermata pencaharian sebagai petani karena desa ini merupakan daerah yang cukup terkenal dengan daerah pertanian. Tetapi dengan pekerjaan yang mereka geluguti sebagai petani belum bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari seperti yang diungkapkan oleh bapak Bogen “Dalam memenuhi kebutuhan perekonomian dalam rumah tangga saya apabila masih bekerja dalam bidang pertanian belum bisa mencukupi kebutuhan seharihari mengingat dalam bidang pertanian baru sekitar 4 bulan baru dapat mengahasilkan uang belum lagi saya mengalami gagal panen apa bila tanaman tersebut dimakan oleh hama maka hasil saya dapatkan sangat kurang” Perkembangan kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat seperti sekarang ini dapat menuntut masyarakat lebih bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup baik di perkotaan maupun di pedesaan, hal ini menunjukan bahwa masyarakat desa yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya bergantung pada bidang pertanian dan lebih juga masih menggunakan dengan cara manual sehingga membuat pendapatan ekonomi masyarakat masih sangat lambat dan kehidupan masyarakat pun sangat terjepit oleh keadaan seperti ini. Dalam suatu pekerjaan dapat menjadikan didalam suatu masyarakat terdapat berbagai lapisan atau strata sosial. Dimana rata-rata masyarakat yang berada di desa ini kehidupan mereka masih sangat sederhana mengingat banyak masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan yang layak bahkan banyak masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan sehingga kehidupan mereka pun masih sangat disayangkan. Sedangkan masyarakat yang mempunyai pekerjaan seperti PNS hanya mencapai 3% Sehingga lapisan atau strata sosial pun terjadi dalam masyarakat ini orang yang mempunyai pekerjaan seperti PNS atau dilihat dari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang yang banyak akan dihormati atau menjadi orang terpandang didesa ini.

16

Perubahan Kondisi Masyarakat Setelah Lahan Pertanian Di Alih Fungsikan Ke Lahan Pertambangan Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan yang terjadi di desa Balayo telah menimbulkan beberapa perubahan terhadap masyarakat baik perubahan terhadap pemilik lahan maupun masyarakat sekitar. Aspek Ekonomi Usaha dibidang perkebunan merupakan sumber pendapatan masyarakat Balayo dan memiliki potensi di bidang pertanian karena sebagian besar masyarakat desa Balayo tidak memiliki pendidikan sehingga banyak yang berprofesi sebagai petani, sebab peluang kerja bagi masyarakat tersebut merupakan pekerja yang berat dan menguras tenaga.33 Namun usaha pertanian ini membuat masyarakat tidak puas dengan hasil dari profesi yang mereka geluguti yaitu sebagai petani sehingga 38 pemiliki lahan dari 389 KK yang memiliki lahan pertanian mengubah lahan mereka menjadi lahan pertambangan. Desa Balayo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Patilanggio yang memiliki potensi pertambangan, terutama pertambangan emas sehingga menjadikan wilayah ini menjadi wilayah pertambangan. Sebagian besar masyarakat desa Balayo bekerja sebagai petani dan pada posisi kedua bekerja sebagai penambang bahkan ada juga yang berprofesi sebagai petani sambil menunggu panen pertaniannya dia juga bekerja sebagai penambang baik masyarakat desa Balayo maupun pendatang dari desa-desa sebelah yang bekerja sebagai penambang di desa ini. Kehadiran tambang emas ini menjadikan kondisi ekonomi masyarakat Balayo sebelum adanya pertambangan sangat rendah dalam perputaran ekonomi, namun sekarang mengalami peningkatan. Hal ini seperti yang diungkapkan bapak Sukma Keberadaan tambang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat desa Balayo terutama bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan hal ini dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonomi yang saat ini semakin meningkat Dan membantu memenuhi perputaran ekonomi dengan sangat cepat dalam rumah tangga mereka sebab hasil dari pertambangan merupakan cukup besar sehingga masyarakat mengalami peningkatan dalam hal pendapatan. Kesejahteraan masyarakat dapat terlihat dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat perbulanya. Sementara peningkatan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi dengan ketersediaanya lapangan kerja yang bisa menjamin dengan upah yang didapat bisa memenuhi kebutuhan primer ataupun sekunder.34 Dengan terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke pertambanagan ini selain meningkatakan pendapatan ekonomi masyarakat dan juga mempercepat 33 34

Dituturkan oleh bapak taib dama selaku kaur pembangunan, pada tanggal 19 april 2015 .Loc, cit, Ali Mustakim, Hal 66

17

perputaran perekonomian, namun disisi lain akan berdampak besar bagi para pemilik lahan kedepannya dan bagi masyarakat setempat akan pencemaran lingkungan. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran tambang ini sangat membantu perekonomian masyarakat terutama bagi para pemilik lahan dan juga para pekerja tambang. Berdasarkan hasil wawancara diatas, hal ini menunjukan bahwa ketergantungan ekonomi masyarakat terhadap keberadaan tambang sangat Nampak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Taib Dama dimana dengan kehadiran tambang pendapatan semakin meningkat sehingga mereka dapat memenuhi perputaran ekonomi dengan cepat dan dapat merubah kehidupan mereka menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hal ini menjelaskan bahwa dengan melihat dan membandingkan realitas yang ada perputaran ekonomi masyarakat dengan adanya tambang sangat diuntungkan. Pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan ini mampu merubah aspek ekonomi masyarakat namun perubahan ini tidak berlangsung lama mengingat lahan pertambangan tidak akan bertahan lama dan alih fungsi lahan pertanian ke lahan pertambangan ini bersifat permanen maka lahan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi Hal ini menandakan bahwa dampak positif dari adanya pertambangan dalam aspek ekonomi Hanya bisa dinikmati sesaat. dengan hasil pertambangan yang tidak bisa bertahan lama sehingga menyebabkan perputaran perekonomian mulai melambat. . Aspek Sosial Budaya Sosial budaya merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat dan segala perilaku yang sudah menjadi kebiasaan yang ada dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Sejak awal terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan di desa Balayo ini dapat merubah sebagian kelompok masyarakat yakni beralihnya profesi masyarakat dari petani ke pertambangan. Beralihnya profesi di bidang pertanian ke pertambangan selain berdampak pada perubahan mata pencaharian masyarakat dapat juga merubah status stratifikasi sosial masyarakat yang ada di desa Balayo tersebut. Seperti halnya yang diungkapkan oleh bapak Bogen “Waktu saya masih bakarja kebun rumah saya masih biasa-biasa dan saya juga bulum ada motor tapi dengan ada tambang samua so berubah saya so bisa ba ubah rumah so jadi sedehana dan kehidupan yang dulunya susah sekali sekarang so bisa bili ini bili itu “35 Maksud dari penuturan bapak Bogen, yakni “ Waktu saya masih bekerja di perkebunan kehidupan saya masih susah rumah saya masih biasa-biasa dan tidak mempunyai kenderaan tetapi setelah hadirnya tambang kehid upan pun sudah 35

Dituturkan oleh bapak bogen, selaku pemilik lahan pada tanggal 22 April 2015

18

berubah saya sudah bisa merenopasi rumah membeli apa saja yang saya mau”

menjadi sederhana dan bisa

Beralihnya perofesi pertanian ke pertambangan selain berdampak terhadap identitas budaya dan stratitifikasi sosial, hal ini juga menciptakan terjalinnya solidaritas yang kuat terhadap masyarakat itu sendiri yaitu dimana telah terjadi kerja sama diantara para pekerja yang dulunya bekerja masing-masing dalam profesi yang mereka geluguti sekarang bekerja sama dan bekerja dengan tujuan yang sama. Aspek Lingkungan Aktivitas pertambangan dapat berpengaruh besar terhadap lingkungan berdasarkan apa yang dilihat dalam lapangan bahwa dampak yang ditimbulkan olek aktivitas pertambangan terhadap lingkungan sangat besar yaitu dengan digalihnya lahan pertanian akibat dari aktivitas pertambangan tersebut dapat mengalami kerusakan lingkungan yang sangat besar dan hal ini dapat berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat baik pemilik lahan maupun masyarakat pada umumnya. Dengan digalinya lahan sampai puluhan meter kebawa dan kesamping sudah pasti lahan tersebut sudah tidak bisa digunakan lagi oleh pemilik lahan tersebut untuk dikelola kembali sehingga para pemilik lahan dan masyarakat sudah kehilangan pekerjaan yaitu sebagai penambang dan sudah tidak bisa kembali lagi sebagai petani, aktifitas pertambangan juga berdampak pada lingkungan yang berpengaruh besar terhadap masyarakat yaitu erosi dan pencemaran air sungai. Pencemaran air bersih ini dapat menimbulkan perubahan pada kehidupan masyarakat dimana air ini sudah tidak bisa di gunakan lagi oleh masyarakat walau dalam aktivitas apapun seperti mencuci, mandi, buang air kecil, buang air besar dan air minum. Akibat dari pencemaran ini aktivitas masyarakat terhadap sungai ini berhenti. Selain itu juga dampak yang ditimbulakan akibat aktivitas pertambangan dapat juga menimbulkan banjir seperti yang diungkapkan oleh ibu Sartin “ Aktivitas tambang ini dapat mengakibatkan banjir apa bila hujan lebat turun maka air sungai naik sehingga ada beberapa rumah warga yang berada di sekitar sungai terendam air itu karena tanah dari area sekitar tambang hamper semua sudah tandus sehingga arus air mengalir begitu cepat sampai dipemukiman warga” Selain dampak dari pembongkaran lahan yang menyebabkan rusaknya lahan-lahan pertanian, aktifitas pertambangan juga berdampak besar terhadap kehidupan sosial masyarakat dimana seperti yang diungkapkan oleh ibu Ilan dan ibu Sartin dengan terjadinya banjir dan pencemaran air bersih dapat mempengaruhi aktivitas masyarakat

19

Kesimpulan Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan 1. dimana Penduduk desa Balayo yang melakukan alih fungsi lahan pertanian memiliki karakteristik pendidikan rendah yang bekerja sebagai petani, penduduk mengaku bahwa pendapatan yang diperoleh kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga alih fungsi lahan pertanian dapat terjadi karena penduduk dalam keadaan terdesak. Dalam keadaan seperti ini mengubah lahan pertanian menjadi lahan pertambangan menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebab hasil dari pertambangan lebih cepat mereka dapatkan dari pada hasil pertanian. 2. Factor ekonomilah yang paling berpengaruh terhadap alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan. Dengan terjadinya pengalihan lahan pertanian menjadi lahan pertambangan dapat membantu perputaran perekonomian masyarakat Namun perkembangan ekonomi hanya dapat diraskan sesaat sebab hasil lahan pertambangan tidak dapat bertahan lama. 3. dan akibat dari aktivitas pertambangan dapat menimbulkan kerusakan lahan sehingga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat. Selain itu mengakibatkan para pemilik lahan sudah tidak mempunyai pekerjaan tetap sehingga dapat menambah jumlah pengangguran yang berada di desa Balayo. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yakni 1. Perlu dilakukan pencatatan secara sistematis mengenai kegiatan alih fungsi lahan pertanian yang terjadi melalui perangkat-perangkat desa dan dapat secara jelas diketahui seberapa besar kegiatan tersebut telah terjadi sehingga dapat dilakukan penanggulangan secara tepat terhadap kegiatan alih fungsi lahan yang marak terjadi. 2. Dan Perlu adanya dilakukan sosialisasi mengenai perundang-undangan tentang alih fungsi lahan pertanian dan penindakan secara tegas terhadap pelanggaran, mengingat hal tersebut dapat berdampak pada kehidupan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Buku Dewi, W. 2009. Sosiologi Konsep Dan Teori. Bandung : PT Rafika Aditama Narwoko, D. Dan Suyanto B. 2004. Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta : Prenada Media

20

Prof. Dr. Su Ritohardoyo, M. 2013. Penggunaan Dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Ombak. Prof. Dr. Yusriadi. Industrialisasi dan perubahan fungsi sosial hak milik atas tanah. Yogyakarta : Genta Publising. 2010. Hal 17 P. Spradley, James. 2006. Metode Etnografi Terj. Misbah. Yogyakarta : Tiara Wacana, Ritzer, G. 2012. Teori Sosiologi dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Post Modern. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Soekanto, S. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Pt. Rajagrafindo Persada. Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian “Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung : Refika Aditama. Sztompka, Piotr. 2005. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada Media Jurnal Basri, H. dan Marta B. 2013. Penyimpangan Penggunaan Lahan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Barat. Jurnal Rona Teknik Pertanian Vol. 6 No. 1. Cita Tiara. dkk. 2013. Pengaruh Solidaritas Kelompok Sosial terhadap Perilaku Agresi Siswa Kelas XI SMA Negeri 85 Jakarta. Jurnal Ppkn Unj Online Volume 1. No. 2. ISSN : 2337 : 5205. Catur TB. dkk. 2010. Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Terhadap Ketersediaan Beras Di Kabupaten Klanten Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Caraka Tani XXV No.1. Putu Dewa. Dkk. 2012. Faktor-faktor Yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Studi Kasus Du subAk Daksina, Desa Tibubeneng Kecamata Kuta Utara Kabupaten Badung. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. Vol 1. No. 1. ISSN : 23016523. Saeful Pupu. 2009. Penelitian Kualitatif. Jurnal Equilibrium Vol.5 No.9 . Uchyani Rhina. 2012. Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Klanten. Jurnal Sepa Vol. 8 No. 2. ISSN : 1829-9946. Karya Ilmiah Ali Mustakim. 2014. Analisis Dampak Sosial Ekonomi Pertambangan Nikel Terhadap Masyarakat Batu Raja. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Gorontalo

21

Dinaryanti, N. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Daerah Sepanjang Irigasi Bendung Colo Kabupaten Sukaharjo. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis: Universitas Ponegoro. Kurnia Nurul. dkk. 2013. Ikatan Solidaritas Sosial Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Pekerja Di Pt Sari Bumi Kusuma. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura. Murti, I. 2010. Faktor Pengaruh Perubahan Lahan pertanian Menjadi Lahan Industri Di Zona Industri Palur Kabupaten Karanganyar. Fakultas Teknik: Universitas Sebelas Maret. Mustopa, Z. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian Di Kabupaten Demak. Fakultas Ekonomi: Universitas Ponegoro. Nastitin Piola. 2015. Keserasian Sosial Masyarakat Penambang Emas. Fakulktas ilmu sosial universitas negeri gorontalo. Setiawan, R. (2014). Solidaritas Mekanik Ke Solidaritas Organik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Matirim Raja Ali Haji.

22