1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH GIGI HILANG

Download ketidaksempurnaan perkembangan gigi (Owall et al., 1996). Akibat yang ... glass, polyethylene (PE), polyester, karbon, aramid, quartz, dan ...

0 downloads 247 Views 159KB Size
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Gigi hilang dapat disebabkan oleh ekstraksi, hilang spontan, atau ketidaksempurnaan perkembangan gigi

(Owall et al., 1996). Akibat yang

ditimbulkan dari kehilangan gigi dapat berbeda-beda untuk setiap pasien. Secara umum

gigi

hilang dapat

menyebabkan berkurangnya stabilitas

oklusi,

berkurangnya efisiensi pengunyahan, peningkatan akumulasi plak yang dapat memicu karies dan penyakit periodontal, serta berkurangnya fungsi estetik, fonetik dan resorbsi tulang alveolar (Jacobsen, 2008). Salah satu pilihan perawatan gigi hilang adalah penggunaan porcelain fused to metal (PFM) bridge atau resin-bonded fixed partial denture (Maryland bridge). Porcelain fused to metal bridge dan Maryland bridge merupakan perawatan yang bersifat invasif karena membutuhkan banyak reduksi permukaan gigi

(Chafaie dan Portier,

2004). Pembuatan protesa cekat crown and bridge dapat mempertimbangkan penggunaan fiber reinforced composite sebagai salah satu alternatif. Secara umum, fiber reinforced composite (FRC) merupakan material yang terdiri dari resin dan diperkuat oleh serat atau fiber (Chen et al., 2006) sehingga memiliki kekuatan biomekanis yang lebih baik daripada resin komposit

(Zhang dan

Matinlinna, 2011). Jenis fiber yang digunakan akan menentukan kekuatan mekanis bahan (Chen et al., 2006). Fiber reinforced composite memiliki estetika

1

2

baik, tingkat keausan yang rendah terhadap gigi penyangga, dan kemampuan untuk mengikat protesa pada gigi abutment (Freilich et al., 2002). Beberapa jenis fiber yang sering digunakan dalam pembuatan FRC adalah glass, polyethylene (PE), polyester, karbon, aramid, quartz, dan ceramic fiber. Eglass fiber merupakan salah satu jenis glass fiber yang paling sering digunakan. E-glass fiber memiliki resistensi kimiawi yang cukup baik dan relatif murah, serta terbuat dari aluminium barosilikat kaca (Zhang dan Matinlinna, 2011). Material resin komposit yang digunakan di kedokteran gigi memiliki 3 komponen utama, yaitu matriks resin, inorganic filler, dan coupling agent (van Noort, 2002). Matriks berfungsi menjaga fiber tetap berada dalam struktur komposit, menyalurkan tekanan pada fiber, serta melindungi fiber dari lingkungan luar seperti agen kimiawi, kelembaban, dan tekanan mekanis (Zhang dan Matinlinna, 2011). Filler berperan dalam mengurangi tingkat pengerutan dan koefisien ekpansi thermal monomer metakrilat, meningkatkan kekerasan dan kekuatan kompresi, serta meningkatkan estetika bahan (warna, translusensi, dan fluoresensi). Coupling agent berperan mengikat filler dan resin sehingga didapatkan sifat mekanis yang baik (van Noort, 2002). Menurut van Noort (2002), resin komposit dengan matriks bis-GMA memiliki sifat hidrofobik, begitu pula dengan E-glass fiber memiliki sifat hidrofobik (Khan et al., 2012). Hidrofobisitas dan hidrofilisitas suatu permukaan material dievaluasi melalui pengukuran sudut kontak dengan meneteskan air pada suatu permukaan kemudian sudut antara permukaan material dan air diukur. Jika didapatkan sudut kontak lebih dari 90o, maka tetes air akan membentuk droplet

3

dan tidak membasahi permukaan secara sempurna. Jika pada pengukuran didapatkan sudut kontak mendekati 0o , maka tetes air akan menyebar pada permukaan tanpa membentuk droplet (Lewandowski dan Beyenal, 2014). Rongga mulut merupakan ruang untuk material dental yang secara terus menerus dibasahi oleh saliva. Saliva memiliki rata-rata pH 6,75-7,25 sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme (Marsh, 2000). Mikroorganisme (bakteri) yang melekat pada suatu material dental akan membentuk biofilm. Pembentukan biofilm bergantung pada karakteristik permukaan material. Material dengan sudut kontak lebih rendah memiliki kecenderungan mengikat lebih banyak biofilm pada saliva. Perlekatan biofilm pada material dental dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya plak gigi (Namen et al., 2008). Sudut kontak (θ) adalah sudut yang dibentuk oleh zat cair terhadap permukaan pada keadaan diam (Heymann et al., 2012). Sudut kontak berguna untuk mengetahui apakah suatu material memiliki sifat ideal untuk membentuk adhesi. Sudut kontak nol derajat dapat didapatkan ketika suatu material memiliki sifat adhesi yang sempurna. Keadaan tersebut menyebabkan permukaan material tertutup sepenuhnya oleh material adhesif dengan kekuatan ikat maksimum (van Noort, 2002).

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan apakah penambahan E-glass fiber pada resin komposit berpengaruh terhadap sudut kontak?

4

C. Keaslian Penelitian Abdulmajeed et al. (2011) melakukan penelitian tentang efek aplikasi fiber tipe E-glass dan partikel bioactive glass (BAG) terhadap sudut kontak material fiber reinforced composite. Penelitian dilakukan dengan melakukan variasi terhadap arah fiber dan konsentrasi partikel BAG yang dicampurkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arah fiber dan konsentrasi BAG mempengaruhi sudut kontak material fiber reinforced composite. Penelitian terhadap pengaruh aplikasi E-glass fiber tanpa penambahan partikel BAG terhadap sudut kontak material fiber reinforced composite sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan.

D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan E-glass fiber pada resin komposit terhadap sudut kontak.

E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada klinisi tentang perkiraan pengaruh penambahan E-glass fiber pada resin komposit terhadap pembentukan biofilm.